• Tidak ada hasil yang ditemukan

final mkn 66 web 568bb69fc694c

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "final mkn 66 web 568bb69fc694c"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DARI REDAKSI

4

LIPUTAN

50

DUNIA KEARSIPAN DALAM MENGHADAPI MEA

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), topik ini menjadi bahasan dalam berbagai bidang pada tahun ini. MEA yang notabene merupakan hasil dari perjanjian antar pemimpin negara-negara ASEAN dalam rangka meningkatkan kerjasama dan kom-petisi dalam lingkup negara ASEAN akan diberlakukan di penghujung tahun 2015

5

Azmi :STRATEGI PENINGKATAN

DAYA SAING TENAGA KERJA KEARSIPAN MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

9

13

Artikel Laporan Utama / Adhie Gesti Pambudi :

KESIAPAN GENERASI

MUDA KEARSIPAN DALAM

MENYONGSONG MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN

17

Khazanah / Widhi SP :

MENELUSURI REKAM

JEJAK SEJARAH DIPLOMASI

INDONESIA MELALUI GUIDE

ARSIP DIPLOMASI INDONESIA

1945-2009

24

Khazanah / R. Suryagung SP :

60 TAHUN HUBUNGAN

INDONESIA - VIETNAM DALAM

ARSIP

29

Daerah :

BADAN PERPUSTAKAAN

DAN KEARSIPAN PROVINSI

SUMATERA BARAT : MENGAWAL

PENYELENGGARAAN KEARSIPAN

DENGAN PERATURAN DAERAH

KEARSIPAN

31

Daerah :

BERWISATA ARSIP DI

BARPUSDA JATENG

37

Manca Negara / Krihanta :

KEMAJUAN PESAT

PENGELOLAAN ARSIP DI

NATIONAL ARCHIVES OF

AUSTRALIA

39

Wawancara Eksklusif :

DR. MUSTARI IRAWAN, MPA

MEMIMPIN SARBICA

MENYONGSONG MEA

19

Proil :

ARSIPARIS TELADAN:

BAMBANG PARJONO WIDODO

MENGABDI PADA NEGARA

DENGAN MENJADI ARSIPARIS

22

Varia / Ghesa Ririan Mitalia :

MENEMBUS KEBAKUAN:

PENGEMBANGAN KEAHLIAN

ARSIPARIS SEBAGAI SDM

KREATIF

42

Cerita Kita / Yuanita Utami

SENJA DESEMBER DI TANAH

RENCONG

45

Cerita Kita / R. Yovi Mega P

SELAYANG PANDANG KEGIATAN

KEARSIPAN DI KERAJAAN

MAJAPAHIT DALAM KITAB

NAGARAKRETAGAMA

47

DAFTAR ISI

KEBIJAKAN ANRI DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Sumrahyadi :

D i p e n g h u j u n g 2 0 1 5 masyarakat Asia Tenggara memasuki era baru, yakni Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC), yang merupakan era pasar bebas di wilayah Asia Tenggara. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dengan jumlah penduduk terbanyak dan wilayah terluas, tentunya akan merasakan dampak langsung atas pemberlakuan MEA.

Data secara internasional menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mengggembirakan dan perlu kerja keras dalam kesiapan untuk menghadapi berbagai kendala, karena dalam banyak hal kita ketinggalan dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Selain Rasio Gini yang semakin melebar, yaitu 0,41 pada tahun 2013, juga tingkat daya saing Indonesia masih pada ranking 38 pada tahun 2013 masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.

KETERANGAN COVER

(4)

DARI REDAKSI

ada akhir tahun 2015, konstelasi perkonomian di regional Asia Tenggara mengalami perubahan yang signiikan. Hal ini diakibatkan oleh pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pembentukan MEA dilakukan 12 tahun lalu ketika para pemimpin ASEAN melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang berlangsung di Bali pada 2003. Ketika itu, para petinggi ASEAN mendeklarasikan pembentukan MEA yang akan dilaksanakan pada tahun 2015. MEA merupakan sebuah konsepsi pasar bebas terpadu di wilayah Asia Tenggara di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Sisi lain dari diberlakukannya MEA adalah menciptakan peluang Indonesia untuk melakukan penetrasi ke luar Indonesia.

Salah satu bidang yang terkena dampak dari pemberlakuan MEA adalah bidang kearsipan. Dalam sektor SDM, tenaga kerja kearsipan di Indonesia harus mampu bersaing dengan tenaga kerja kearsipan dari mancanegara khususnya di wilayah ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan adanya perningkatan kompetensi secara substansi dan juga bahasa. Selain itu, tenaga kerja kearsipan di Indonesia harus mendapatkan pengakuan dalam bentuk sertiikasi yang dilakukan oleh organisasi yang berwenang sehingga kemampuannya diakui.

Sektor lain di bidang kearsipan yang terkena dampak adalah layanan jasa kearsipan. Persaingan usaha di bidang kearsipan menuntut penyelenggara jasa kearsiapan untuk meningkatkan mutu dan kualitas layanannya sesuai dengan standar yang diharapkan konsumen di Asia Tenggara. Penetrasi penyedia jasa kearsipan dari luar negeri harus dapat diantisipasi dengan strategi yang responsif agar penyedia jasa kearsipan Indonesia dapat bersaing dengan baik.

Salah satu faktor pendukung keberhasilan dunia kearsipan Indonesia dalam menyongsong MEA adalah kebijakan pemerintah khususnya dalam bidang kearsipan yang harus mendukung peningkatan daya saing kearsipan Indonesia. Selain itu keterlibatan asosiasi profesi di bidang kearsipan menjadi faktor determinan dalam peningkatan kualitas dan profesionalisme tenaga kearsipan di Indonesia. Di sisi lain, penyedia jasa kearsipan di Indonesia juga harus bisa memanfaatkan peluang dengan adanya MEA untuk melakukan penetrasi bisnis di dalam dan luar negeri.

Majalah ARSIP Edisi 66 ini mengajak pembaca untuk mengetahui kesiapan dunia kearsipan Indonesia dalam menyongsong MEA dari berbagai dimensi yang dimuat dari artikel yang diturunkan di edisi ini. Laporan Utama edisi ini berisi analisis dan wawancara dengan Kepala ANRI, Ketua Asosiasi Arsiparis Indonesia, dan Direktur Utama PT Indo Arsip. Edisi ini juga menampilkan wawancara eksklusif dengan Dr. Mustari Irawan, MPA selaku Chairman dari South East Asia Regional Branch of

International Council on Archives (SARBICA).

Semoga dengan terbitnya majalah ARSIP edisi kali ini, dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi para peminat, pemerhati, pemangku kepentingan, dan komunitas kearsipan di Indonesia. Di sisi lain, kami juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam rangka perbaikan majalah ini di masa yang akan datang.

Pembina:

Kepala Arsip Nasional RI, Sekretaris Utama Arsip Nasional RI,

Deputi Bidang Konservasi Arsip, Deputi Bidang Pembinaan Kearsipan,

Deputi Bidang Informasi & Pengembangan Sistem Kearsipan

Penanggung Jawab:

Dra. Multi Siswati, MM

Pemimpin Redaksi:

Eli Ruliawati, S.Sos., MAP

Wakil Pemimpin Redaksi:

Adhie Gesit Pambudi, S.Sos., MA.,

Dewan Redaksi: Drs. Azmi, M.Si., Drs. Hilman Rosmana,

M. Ihwan, S.Sos., M.Si., Drs. Bambang Parjono Widodo, M.Si,

Drs. Langgeng Sulistyo B,

Redaktur Pelaksana:

Bambang Barlian, S.AP.,

Susanti, S.Sos., M.Hum., Editor:

Tiara Kharisma, S.I.Kom.,

Rayi Darmagara, SH., R. Suryagung Sudibyo P., S.S, M.Hum.,

Achmad Dedi Faozi, S.Hum.,

Raistiwar Pratama, S.S

Fotografer: Hanif Aulia Rahman, A.Md.,

Farida Aryani, S.Sos

Desain Grais:

Beny Oktavianto, A.Md Isanto, A.Md

Sekretariat:

Khoerun Nisa Fadillah, S.IP., Yuanita Utami, S.IP., Octavia Syafarwati, S.Si.,

Majalah ARSIP menerima artikel dan berita tentang kegiatan kearsipan dan cerita-cerita menarik yang merupakan pengalaman pribadi atau orang lain. Jumlah halaman paling banyak tiga halaman atau tidak lebih dari 500 kata. Redaksi berhak menyunting tulisan tersebut, tanpa mengurangi maksud isinya. Artikel sebaiknya dikirim dalam bentuk hard dan

soft copy ke alamat Redaksi: Subbag. Publikasi dan Dokumentasi, Bagian Humas, Arsip Nasional RI,

Jalan Ampera Raya No. 7 Cilandak, Jakarta 12560, Telp.: 021-780 5851 Ext. 404, 261, 111, Fax.: 021-781 0280, website: www.anri.go.id, email: info@anri.go.id

(5)

LAPORAN UTAMA

DUNIA KEARSIPAN DALAM

MENGHADAPI MEA

DUNIA KEARSIPAN DALAM

MENGHADAPI MEA

asyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), topik ini menjadi bahasan dalam berbagai bidang pada tahun ini. MEA yang notabene merupakan hasil dari perjanjian antar pemimpin negara-negara ASEAN dalam rangka meningkatkan kerjasama dan kom-petisi dalam lingkup negara ASEAN akan diberlakukan di penghujung tahun 2015. MEA merupakan salah satu cara sebagai upaya untuk mencapai visi ASEAN pada tahun 2020. Nama MEA sendiri sebenarnya telah dicetuskan pada tahun 2003 dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN. MEA dapat diartikan sebagai pasar bebas yang muncul di Asia Tenggara dimana mereka yang masuk dalam lingkup negara ASEAN dapat melakukan ekspansi dalam bentuk

persaingan yang fair /kompetisi dalam berbagai bidang baik dalam bentuk produk/barang, jasa dan sumber daya manusia. Dalam hal ini, kawasan ASEAN akan menjadi satu kesatuan wilayah pasar dan produksi; kompetisi yang tinggi dalam masyarakat ASEAN; MEA diarahkan untuk menciptakan pemerataan ekonomi diantara negara-negara ASEAN; dan menjadikan wilayah ASEAN sebagai integrasi pasar global.

Berbagai persiapan dilakukan guna menghadapi MEA, mulai dari mempelajari pangsa pasar dan kebutuhan masyarakat, meningkatkan mutu/kualitas produk agar bisa bersaing di Asia Tenggara bahkan dunia, menyediakan jasa sesuai kebutuhan masyarakat, menambah keterampilan dan kualitas SDM melalui

pendidikan dan latihan.

Kearsipan sebagai salah satu bidang, dituntut untuk bersiap diri dalam menghadapi MEA. Lembaga Kearsipan sebagai “poros” pembinaan, pemeliharaan dan penyajian arsip sebagai bentuk layanan kepada masyarakat harus membekali diri guna menghadapi persaingan bebas dalam MEA. MEA akan memberikan dampak dalam bidang kearsipan, sebagaimana dikatakan oleh Kepala ANRI bahwa “Secara substantif kearsipan, kemungkinan dengan adanya MEA kita bisa membangun suatu kerjasama, satu integrasi, satu koordinasi diantara negara ASEAN karena negara-negara ASEAN itu mempunyai kondisi kearsipan yang berbeda-beda dan ini juga harus diketahui oleh semua negara. Oleh karena itu diharapkan

(6)

LAPORAN UTAMA

perbedaan itu nanti akan semakin berkurang sehingga kita semua di negara ASEAN itu mempunyai suatu kemampuan dibidang kearsipan yang relatif sama”. Untuk dapat mewujudkan kondisi tersebut, berbagai persiapan telah dilakukan, khususnya oleh lembaga kearsipan. Salah satu yang dilakukan adalah peningkatan kemampuan sumber daya manusia kearsipan, dilakukan dengan cara memberikan pendidikan dan pelatihan bidang kearsipan, dan sebagai quality control dari diklat tersebut adalah

dengan dilakukannya sertiikasi

terhadap pengelola arsip/arsiparis.

Sertiikasi dapat menjadi salah satu

bukti profesionalitas dari sebuah profesi. Dalam hal ini, peningkatan kemampuan tidak hanya dalam bidang kearsipan, namun arsiparis juga harus meningkatkan pengetahuan umum dengan mengikuti perkembangan yang terjadi dan kemampuan dalam berbahasa, khususnya bahasa Inggris. Bukan menjadi hal yang mustahil jika nanti arsiparis di Indonesia diminta untuk membantu dalam mengelola arsip di negara Brunei Darussalam atau sebaliknya. Dalam wawancara

dengan Mustari Irawan dikatakan bahwa “SDM kearsipan memainkan peranan yang sangat penting dalam hal ini dimana kita bisa mengembangkan arsiparis itu sebagai suatu profesi yang memiliki suatu kualitas dan kalau kita mau bersaing maka yang paling utama adalah bahwa seluruh profesi itu harus mempunyai kualitas. Kualitas itu artinya bahwa dia bisa bersaing dengan

kemungkinan datangnya profesi profesi yang sama ke negara kita. Jadi ini memang harus kita siapkan dengan baik. Oleh karena itu, memang Arsip Nasional sangat berkepentingan sekali dan ada beberapa yang sudah kita lakukan jadi kita menyiapkan beberapa program untuk bisa menegaskan kembali fungsi dari arsiparis. Nah ini memang diwujudkan didalam proses

sertiikasi sumber daya manusia. Inti dari sertiikasi arsiparis itu adalah

bagaimana arsiparis bisa memiliki peranan bukan hanya di Indonesia tetapi di negara-negara ASEAN”. Artinya harus ada standar kompetensi arsiparis baik nasional maupun internasional. Arsiparis di Indonesia perlu juga melihat kompetensi yang dimiliki oleh arsiparis negara lain, untuk kemudian berusaha memiliki kompetensi yang sama.. Arsiparis sebagai profesi yang mandiri,

harus ada standar

kompetensi arsiparis

baik nasional maupun

internasional

(7)

diharapkan para pemangku profesi tersebut berusaha secara mandiri guna meningkatkan kualitas dirinya sendiri, berperan aktif dalam meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Mengenai hal ini, Kepala ANRI menginginkan

agar arsiparis yang sudah disertiikasi

di Indonesia juga bisa bekerja dimanapun, “itu keinginan saya sesungguhnya, ini hampir sama saya menginginkan seperti di Amerika ada

yang disebut CRM (Certiied Records Manager). Sertiikasi bukan hanya

semata-mata formalitas tetapi benar-benar untuk menguatkan kualitas dari para arsiparis itu, karena kalau tidak kita akan terus ketinggalan kita hanya menjadi penonton dirumah sendiri”.

Arsiparis yang dimaksud disini, bukan hanya arsiparis sebagai PNS namun juga tenaga kearsipan dalam perusahaan swasta. Arsiparis ataupun pengelola arsip diharapkan juga mempelajari sistem penyelenggaraan kearsipan yang digunakan oleh negara lain, khususnya ASEAN. Sehingga dapat menguasai berbagai system kearsipan dan memiliki kesiapan untuk dapat berperan aktif dalam dunia kearsipan di ASEAN. Peningkatan kemampuan ini juga membutuhkan wadah untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan dunia kearsipan. Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) sebagai organisasi profesi tingkat nasional diharapkan mampu menjadi wadah berbagi informasi antar arsiparis. Menanggapi ini, Ketua AAI periode - mengatakan “sampai 2015 dan ini juga kelengkapan administrasinya sudah kita daftarkan sebagai organisasi profesi baik di pengadilan termasuk di Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kementerian Dalam Negeri itu sudah terdaftar dengan nomer notaris 773. Peran strategis assosiasi arsiparis Indonesia ini sebagai organisasi profesi itu adalah selain mewadahi komunitas profesional kearsipan Indonesia yang beranggotakan baik dari pemerintah maupun BUMN dan polri, lembaga swata maupun pejabat struktural bidang kearsipan, juga bertujuan atau berfungsi mempertinggi mutu sdm di bidang kearsipan sehingga tercipta tenaga kearsipan yang handal dan mandiri, ini yang diatur dalam anggaran dasarnya, anggaran rumah tangga. Kedua adalah mempertinggi mutu penyelenggaraan dan pemanfaatan kearsipan ini ada dua yang digariskan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sehingga fungsi strategis AAI ada dua, pertama adalah mempertinggi mutu kualitas sdm dibidang kearsipan, kedua adalah mempertinggi mutu penyelenggaraan dan pemanfaatan”.

AAI merupakan organisasi tingkat

profesi yang bertingkat vertikal susunannya adalah tingkat nasional, tingkat wilayah, tingkat cabang kabupaten kota, jadi ini bersifat hierarki. Apa yang diputuskan di tingkat nasional wajib dilakukan sampai tingkat daerah sebagai organisasi vertikal. Menurut Andi Kasman, Ketua AAI yang juga menjabat sebagai Deputi Bidang Pembinaan Kearsipan “AAI di Indonesia baru terbentuk sekitar 19 wilayah provinsi dan ada 10 cabang kabupaten kota. Pembentukan AAI di daerah tersendat karena kebanyakan menganggap bahwa asosiasi ini tidak hanya bagi pejabat fungsional arsiparis padahal tidak begitu, pengertian arsiparis oleh AAI ini adalah sesuai dengan undang-undang nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan bahwa arsiparis itu adalah sumber daya yang profesional yang memiliki kompetensi dibidang kearsipan melalui pendidikan bahkan dengan pendidikan dan pelatihan kearsipan. Kira-kira begitu jadi tidak dikotomi antara pemerintah dengan non pemerintah baik yang

(8)

LAPORAN UTAMA

bekerja di pemerintah maupun di non pemerintah itu disebut dengan arsiparis, ini lah yang dikiblatkan oleh AAI. Jadi anggota AAI itu banyak sekali apakah dia sebagai pegawai negeri,bukan pegawai negeri maupun perkerja swata di BUMN - BUMD di POLRI dan TNI, serta tercermin kepada pengurusan AAI di tingkat nasional”.

Dalam sektor jasa kearsipan, pemberlakuan MEA ditangkap sebagai sebuah peluang besar guna memperluas jangkauan pemasaran terhadap jasa yang ditawarkan. Sebagaimana diketahui bahwa saat ini ada beberapa perusahaan swasta yang bergerak dibidang jasa kearsipan mulai dari penataan, penyimpanan sampai pada penyusutan arsip. Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk dengan jumlah besar merupakan pangsa pasar yang cukup menjanjikan bagi negara lain, khususnya negara - negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, Laos, Myanmar dan Kamboja. .Pasar bebas yang timbul dari pemberlakuan MEA di Indonesia membuka kesempatan besar bagi negara-negara tersebut salah satunya untuk memasarkan produk mereka dan menanamkan investasi di negara kita. Kondisi ini harus ditanggapi dengan positif, bahwa kita juga bisa melakukan hal yang sama di negara mereka. Kita harus dapat membuktikan bahwa kualitas yang kita miliki baik dalam kualitas produksi maupun sdm tidak kalah dengan mereka, bahkan mungkin lebih baik dari mereka. Dalam sektor jasa kearsipan juga demikian, kita

harus melihat bahwa selain dengan masuknya perusahaan-perusahaan asing ke Negara kita artinya banyak pekerjaan yang dapat dilakukan khususnya dalam bidang kearsipan., banyak dokumen/arsip yang perlu

ditangani. Sebagaimana dikatakan oleh Direktur Utama salah satu perusahaan swasta bidang kearsipan, PT. Indoarsip dalam wawancara dengan Media Kearsipan Nasional “yang saya lihat kalau mengenai MEA, yaitu mereka (negara ASEAN lainnya) lebih siap , sekarang kita harus akui ini mereka lebih siap daripada kita , sehingga mereka akan lebih dahulu masuk ke negara kita , bukan kita masuk ke negara mereka. Mereka akan lebih dulu ekspansi , lebih agresif atau lebih aktif di Indonesia, sehingga bagi kami , perusahaan asing khususnya merupakan peluang untuk kami, makin

banyak aktiitas tentu makin banyak

arsip, artinya peluang kami untuk mendapat bisnis, dapat dokumennya”. Perusahaan jasa kearsipan yang telah memulai usahanya sejak tahun 1997, telah melakukan berbagai persiapan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Lembaga Kearsipan menjadi pihak yang diharapkan terkait dengan sosialisasi kebijakan bidang kearsipan, pembinaan kearsipan serta

akreditasi dan sertiikasi kearsipan.

Lembaga Kearsipan diharapkan dapat menyentuh juga pembinaan kearsipan pada sektor perusahaan jasa kearsipan sehingga ada kesamaan persepsi mengenai metode pengelolaan

arsip. Sertiikasi dan akreditasi juga

diharapkan oleh pihak pengelola kearsipan swasta. Karena pemberian

sertiikasi dan akreditasi dapat menjadi

point lebih bagi mereka. Tingkat kepercayaan customer juga akan

meningkat. Oleh sebab itu sertiikasi

dan akreditasi harus dilakukan dengan baik dan benar.

makin banyak

aktiitas tentu

makin banyak

arsip, artinya

peluang kami

untuk mendapat

bisnis

(9)

i p e n g h u j u n g 2 0 1 5 masyarakat Asia Tenggara memasuki era baru, yakni Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC), yang merupakan era pasar bebas di wilayah Asia Tenggara. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN dengan jumlah penduduk terbanyak dan wilayah terluas, tentunya akan merasakan dampak langsung atas pemberlakuan MEA.

Dampak kebijakan MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, akan tetapi pada pasar tenaga kerja profesional, seperti

dokter, perawat, pengacara, akuntan, tenaga kerja kearsipan, dan lain-lain. Intinya, MEA akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang semula tertutup atau minim tenaga asingnya. Namun demikian, pada sisi lain MEA juga memberikan peluang bagi Indonesia untuk bisa menguasai pasar tenaga kerja kearsipan di Asia Tenggara, sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan kemajuan di bidang kearsipan Indonesia.

Prinsip free low of skilled labor

and professionals untuk melancarkan

D

arus bebas jasa tenaga terampil dan professional regional ASEAN telah membuat tantangan kualitas tenaga kerja kearsipan semakin nyata. Kehadiran MEA telah menyadarkan otoritas kearsipan di Indonesia tentang kualitas tenaga kerja kearsipan Indonesia (selanjutnya dalam tulisan ini disebut TKKI), sehinggamemunculkan satu pertanyaan penting apakah TKKI sudah siap menghadapi MEA?.

A. Kesiapan

Dalam pasar bebas,kompetisi dipandang sebagai sesuatu yang wajar, bahkan ditanggapi sebagai tantangan sekaligus peluang. Pemberlakuan

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING

TENAGA KERJA KEARSIPAN INDONESIA

MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Azmi :

Para arsiparis sedang mengikuti

(10)

ARTIKEL LAPORAN UTAMA

MEA merupakan atmosfer persaingan yang menantang bangsa Indonesia untuk bisa berprestasi lebih baik. Oleh karena itu, persaingan yang ada di lingkungan MEA harus dianggap sebagai dinamika yang senantiasa mendorong perubahan bangsa Indonesia untuk semakin maju lagi.

Namun demikian, dari banyak sumber informasi dan pendapat pakar terkait pemberlakuan MEA menunjukkan ada keraguan atas kesiapan Indonesia menghadapinya. Banyak kalangan dari berbagai profesi, termasuk profesi kearsipan di tanah air lebih pesimis daripada optimis menghadapi MEA. Menurut penulis, hal ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu minimnya pengetahuan tentang MEA dengan segala aspeknya, kemampuan berbahasa negara-negara ASEAN, dan kompetensi.

MEA merupakan keniscayaan, jika TKKI tidak mempersiapkan diri dengan baik, maka akan kesulitan bersaing dengan tenaga kerja kearsipan dari negara-negara ASEAN lainnya.Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi persaingan yang tepat untuk merebut lapangan kerja sektor kearsipan di pasar kerja ASEAN, sehingga pemberlakuan MEA menjadi berkah tersendiri bagi para TKKI.

B. Strategi

Bagaimana cara menyusun strategi peningkatan daya saing TKKI dalam menghadapi MEA? Untuk hal ini dapat digunakankonsep strategi kebudayaan C.A. van Peursen (1988). Menurut van Peursen budaya adalah strategi untuk bertahan hidup dan menang. Inti dari budaya bukanlah budaya itu sendiri, melainkan strategi kebudayaan.Peursen melihat sejarah kebudayaan manusia ini dapat dipilah menjadi tiga tahap, yakni tahap mitis,

ontologis, dan fungsional.

Tahap mitis menggambarkan sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Tahap ontologis menggambarkan sikap manusia yang mengambil untuk meneliti dan menyusun suatu teori mengenai dasar hakikat segala sesuatu. Tahap fungsional menggambarkan sikap manusia ketika sudah keluar dari dua tahap sebelumnya dan kemudian menentukan suatu relasi baru atas lingkungannya.

Dalam konteks strategi meng-hadapi MEA, ketiga tahapan dalam strategi kebudayaan Van Peursen tersebut dapat dikaitkan dengan tiga hal yang terdapat dalam diri seorang TKKI, yakni penguasaan informasi tentang MEA, kemampuan berbahasa negara-negara ASEAN, dan kompetensi.

1. Penguasaan informasi tentang MEA

Globalisasi dalam dunia perekonomian, industri, dan perdagangan telah menjadikan informasi sebagai salah satu sumber daya yang langka sehingga mempunyai nilai di mata pihak yang

membutuhkannya. Hal ini disebabkan

oleh informasi yang menjadi elemen yang penting bagi semua pihak untuk meraih dan memenangkan peluang baru bagi beberapa kegiatan operasional dan bisnis dalam persaingan global. Untuk itu informasi merupakan aset strategis bagi semua pihak untuk memenangkan persaingan.

Informasi merupakan pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran dan pengalaman yang penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas seseorang. Semakin banyak informasi yang dapat diterima, hal itu menambah pengetahuan seseorang. Dengan pengetahuan juga dapat menimbulkan kesadaran seseorang sehingga ia berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Meningkatnya keberhasilan TKKI tergantung pada kemampuan tenaga kerja kearsipan yang bersangkutan untuk mengumpulkan, menghasilkan, memelihara, dan menyebarkan pengetahuannya tentang MEA. Manajemen pengetahuan itu meru-pakan proses yang sistematis dan aktif dalam pengelolaan dan penggalian simpanan pengetahuan dalam diri seorang TKKI.

Kenalilah lingkungan yang bernama MEA itu dengan tepat (akurat dan relevan). Bagaimana kondisi penduduk, sosial, budaya, pemerintahan, dan dunia usaha di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Brunei, Kamboja, Myanmar, dan Timor Leste. TKKI harus mencari informasi selengkap mungkin dan pelajari secara mendalam informasi terkait MEA di negara-negara tersebut.

Jika hari ini TKKI masih merasa

khawatir terhadap MEA, Hal itu

disebabkan TKKI sudah lama kurang mendapat informasi dan bahkan mengabaikan segala hal terkait negara-negara ASEAN. Selama itu TKKI lebih memprioritaskan informasi internasional dari negara-negara lain di luar negara ASEAN.

(11)

yang meneliti masalah kearsipan Indonesia dan mencoba memahami segala dinamikanya, seberapa banyakkah TKKI yang melakukanhal sebaliknya?.

Jika TKKI sudah melakukan perubahan terhadap kondisi tersebut, maka gambaran MEA sebagai sesuatu yang menakutkan, mencemaskan, membuat tidak percaya diri, dan lain-lainn dengan sendirinya akan hilang, karena semua hal terkait MEA sudah diketahui. Dengan demikian, TKKI dapat menentukan strategi apa yang harus dilakukan selanjutnya.

2. Penguasaan bahasa negara-negara ASEAN

Manusia sebagai makhluk so-sial membutuhkan sarana untuk berinteraksi dengan manusia lainnya di masyarakat. Untuk kepentingan interaksi sosial itu, maka dibutuhkan suatu wahana komunikasi yang disebut bahasa. Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap wilayah, bagian, dan negara memiliki perbedaan yang sangat kompleks.

Bahasa memiliki sifat unik dan kompleks, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa itu. Maka keunikan dan kompleksitas bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi terjalin baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri, alat komunikasi, dan sarana untuk kontrol sosial. Setiawan (2015), mengatakan bahasa adalah kunci, menguasai bahasa berarti mampu mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya suatu bangsa.

Secara umum fungsi bahasa

sebagai alat komunikasi: lisan maupun

tulisan. Menurut Hallyday (1992),

salah satu fungsi bahasa sebagai alat komunikasi untuk keperluan interaksional, yakni bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kawasan MEA yang multietnis, multiagama, dan multibahasa, kefasihan satu bahasa saja tidak cukup (misalnya bahasa Inggris yang sudah menjadi bahasa pemersatu kawasan ASEAN) untuk berkomunikasi dengan seluruh masyarakat ASEAN.

Secara de facto masih banyak masyarakat ASEAN yang belum fasih dalam bahasa Inggris, sehingga bahasa akan menjadi hambatan yang jelas dalam berinteraksi dalam MEA. Oleh karena itu, untuk mengetahui banyak hal tentang MEA apakah informasi atau pengetahuan mengenai penduduk, sosial, budaya, pemerintahan, dan dunia usaha di negara-negara Asia Tenggara, maka kuncinya adalah penguasaan bahasa negara-negara ASEAN.

Kita mungkin tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa ada beberapa

outlet retail di beberapa kota besar

Indonesia yang telah memperkejakan sejumlah anak muda asal Thailand yang fasih berbahasa Indonesia. Tidak sedikit orang-orang Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, dan Myanmar saat ini sedang serius mempelajari bahasa Indonesia agar dapat berinteraksi dengan masyarakat Indonesia, sehingga mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan nasional dan multi nasional yang berada di wilayah Indonesia untuk berbagai profesi pekerjaan termasuk profesi kearsipan.

Sebaliknya, apakah ada cukup banyak TKKI yang bisa berbahasa Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, Myanmar, dll.Dengan demikiantenaga

kerja kearsipan Indonesia dapat

berinteraksi dengan orang-orang di negara-negara tersebut, sehingga dapat bersaing dalam merebut lapangan kerja kearsipan pada perusahaan-perusahaan nasional maupun multinasional yang ada di wilayah negara-negara yang bergabung dalam ASEAN.

Dengan banyaknya TKKIyang menguasai bahasa negara-negara ASEAN (selain Malaysia dan Brunei), bahkan dapat menerbitkan buku-buku kearsipan negara Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, Myanmar, danTimor Leste dengan menggunakan bahasa negara setempat, sehinga tercipta kondisi masyarakat negara-negara tersebut belajar kepada TKKIuntuk mengetahui kearsipan negaranya masing-masing.

3. Kompetensi

Tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi dan kompetitif, menuntut kemampuan profesional yang semakin baik bagi para pekerja.

Hanya tenagakerja yang selalu

mau dan berusaha meningkatkan kemampuannya yang mampu ber-tahan dan maju terus, karena mereka mampu memenuhi harapan yang senantiasa berubah yang diarahkan kepadanya.

Seluruh dunia kerja, apapun pekerjaan itu, menuntut kemampuan profesionalitas yang semakin baik. Profesionalitas seorang tenaga kerja dalam hal ini ia memiliki kepandaian khusus di bidangnya yang diakui oleh

asosiasi profesi melalui sertiikasi.

Pasar kerja menuntut tersedianya tenaga kerja yang kompeten dan

bersertiikasi di setiap bidang. Pasalnya, sertiikasi akan memberikan

(12)

ARTIKEL LAPORAN UTAMA

daya saing, pengakuan kompetensi, prospek karier, rasa percaya diri, dan kebanggaan.

Sertiikasi berguna bagi pribadi,

perusahaan, dan negara. Bagi pribadi, seorang tenaga kerja yang sudah

tersertiikasi akan lebih mudah untuk

berkarier. Bagi perusahaan, mereka akan lebih mudah untuk merekrut karyawan yang sesuai kriteria.

Sedangkan bagi negara, sertiikasi

akan berdampak pada kemajuan ekonomi. Selain itu, negara akan lebih mudah melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak lain, khususnya dalam hal perekrutan tenaga kerja.

Profesionalitas TKKI dibuktikan

dengan sertiikasi kompetensi dari lembaga sertiikasi kompetensi yang

didirikan oleh asosiasi atau organisasi profesi arsiparis tingkat nasional maupun internasional.Jenis bidang kompetensi kearsipan yang harus

mendapat sertiikasi, yakni kompetensi

dalam pengelolaan arsip dinamis, pengelolaan arsip statis, pembinaan kearsipan, dan pengelolaan arsip menjadi informasi.

Dalam persaingan global, organisasi tidak boleh dalam suasana vakum, melainkan senantiasa dituntut dinamis sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman yang begitu kompleks dan kompetitif. Dalam hubungan ini, maka eksistensi tenaga kerja kearsipan mempunyai peranan yang strategis dalam pencapaian keberhasilan suatu organisasi. Agar TKKI dapat memiliki daya saing, maka kompetensinya harus diakui oleh organisasi profesi arsiparis

nasional maupun internasional. Hal ini

merupakan prasyarat yang tidak dapat ditawar lagi, karena melalui kompetensi inilah akan ditunjukkan kemampuan sebagaimana yang dipersyaratkan.

Daya saing TKKI akan semakin tinggi dalam MEA jika TKKI memiliki empat jenis kompetensi, yaitu kompetensi teknis di bidang kearsipan, kompetensi manajerial, dan

kompetensi intelektual. Hal ini penting,

mengingat posisi jabatan pekerjaan kearsipan pada perusahaan tidak hanya tenaga teknis kearsipan (clerk,

records oficer), tapi juga bisa sebagai manajer pusat arsip (records center

manager), koordinator kelompok kerja

(task force coordinator), supervisor program (programe supervisor).

Kompetesi manajerial (managerial

competence), yakni kompetensi yang berhubungan dengan berbagai kemampuan manajerial yang di-butuhkan dalam menangani tugas-tugas organisasi, seperti kematangan merencanakan pekerjaan, kemampuan mengkoordinir tim kerja, kemampuan pengawasan, serta kemampuan memecahkan persoalan kearsipan. Kompetensi ini diperlukan untuk posisi memimpin pusat arsip (records center) pada suatu perusahaan.

Kompetensi sosial (social

competence), yakni kemampuan melakukan komunikasi yang dibutuhkan oleh organisasi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, bernegosiasi, berinteraksi, dan bersosialisasi.Kompetensi ini diperlukan untuk posisi sebagai kelompok kerja (task force

coordinator).

Kompetensi intelektual (intetectual

atau strategic competence), yakni

kemampuan untuk berpikir secara strategis dengan visi jauh ke depan, seperti kemampuan menganalisa masalah, mengantisipasi, merespon danmembaca isu-isu aktual, mencapai target tugas dan tanggung jawab

kearsipan secara efektif dan eisien.

Kompetensi ini diperlukan untuk posisi sebagai supervisor program (programe

supervisor)

Penerapan strategi kebudayaan C.A. van Peursen untuk meningkatkan daya saing TKKI dalam MEA harus mengacu kepada kebijakan pemerintah yang terkait dengan urusan ketenagaakerjaan, kearsipan, dan pendidikan di tanah air. Dalam hal ini, Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), Badan Nasional

Sertiikasi Profesi (BNSP) Arsip

Nasional Republik Indonesia (ANRI), Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI), dan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan kearsipan.

C. Epilog

Mengacu strategi kebudayaan C.A. van Persen, upaya TKKI untukmenguasai informasitentang MEA, menguasai bahasa negara-negara ASEAN, dan meningkatkan kompetensi adalah upaya mencoba menggeser tahap mitis menuju tahap ontologis. Setelah itu, TKKI akanbisa mengambil posisi yang lebih jelas, kepentingan apa yang hendak ditunjukkan, dan hal ini merujuk pada tahap fungsional dengan strategi tertentu yang akan diambil.

(13)

A

SEAN merupakan kelompok negara-negara Asia Tenggara berdiri sejak tahun 1967, sebagai wujud reaksi terhadap perang dingin antara dua kekuatan besar pada saat itu yaitu Blok Barat ( Amerika Serikat dan sekutunya) serta Blok Timur ( Uni Soviet dan kelompoknya). Selain itu, juga adanya rasa ketakutan dari negara-negara Asia Tenggara terhadap faham komunisme, dan sekaligus sebagai alat promosi untuk menunjukkan kiprahnya di bidang pembangunan ekonomi. Sudah banyak yang telah dilakukan oleh ASEAN untuk mencapai tujuan bersama, salah satu diantaranya adalah dengan terbentuknya komunitas ASEAN untuk memperkokoh dan menunjukkan eksistensinya kepada dunia luar. Adapun bentuk konkritnya adalah masyarakat ASEAN yang menjadi satu kesatuan tanpa adanya batas hambatan negara, khususnya pada bidang politik keamanan, bidang ekonomi dan bidang sosial budaya. Dari 3 bidang tersebut, penulisan artikel ini akan lebih fokus dalam

bidang ekonomi, terutama dalam perdagangan bebas antar sesama negara ASEAN, yang rencananya akan diberlakukan pada akhir tahun 2015.

Dari hasil kesepakatan, telah disetujui beberapa profesi yang bebas masuk diantara sesama anggota ASEAN, antara lain adalah engineering

services, nursing, architectural, dental practitioner, accountancy services, good manufacturing practices, dan tourism professional.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, maka tinggal sebulan lebih untuk menghadapi pasar bebas tersebut, pertanyaannya adalah bagaimana kesiapan Indonesia khususnya arsiparis dalam menghadapi tantangan tersebut. Banyak hal yang harus disiapkan baik dari segi infra struktur, dasar hukum dan aturan main secara nasional, serta tentu saja sumber daya manusia. Walaupun profesi arsiparis atau profesi bidang kearsipan belum termasuk kesepakatan beberapa bidang yang akan dilakukan secara bebas, tetapi tentunya sudah harus

dipersiapkan sejak dini agar jangan sampai tenaga profesional asing bidang kearsipan masuk dengan bebas ke negara tercinta.

Tantangan dan Peluang

Data secara internasional menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mengggembirakan dan perlu kerja keras dalam kesiapan untuk menghadapi berbagai kendala, karena dalam banyak hal kita ketinggalan dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Selain Rasio Gini yang semakin melebar, yaitu 0,41 pada tahun 2013, juga tingkat daya saing Indonesia masih pada ranking 38 pada tahun 2013 masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. Pada tahun 2014 pada ranking 34, memang ada kenaikan tetapi belum terlalu

signiikan dan juga masih berada

di bawah beberapa negara ASEAN lainnya.

Produktivitas kerja juga masih menjadi kendala yaitu 36 % dibandingkan Amerika Serikat (AS),

Sumrahyadi :

KEBIJAKAN ANRI DALAM

MENGHADAPI MASYARAKAT

EKONOMI ASEAN (MEA)

Sumrahyadi :

KEBIJAKAN ANRI DALAM

(14)

ARTIKEL LAPORAN UTAMA

maksudnya adalah jam kerja Indonesia baru mencapai 36 % dari jam kerja AS, sementara Kamboja sudah 46 %, Malaysia 43 %, dan Thailand 37 %. Bandingkan juga dengan prosentase tenaga terampil (2012) Indonesia yang masih pada kisaran 4,6 % dari 1000 orang tenaga kerja, Singapura 34,7 %, malaysia 32,6 %, atau bahkan

Filipina sebasar 8,3 %. Hal lain yang

juga masih mengkhawatirkan adalah

Human Development Index dengan

nilai 0,629 masih jauh di bawah Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Sementara dari lama pendidikan Indonesia masih rata-rata 5,8 tahun yang relatif sangat rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya, ditambah lagi kualitas pendidikan yang belum sepenuhnya mendukung, misalnya dari segi kurikulum, tenaga pendidik, dan infrastruktur.

Dengan melihat data-data tersebut di atas, maka secara garis besar dapat dikemukakan beberapa kendala antara lain adalah : (a) Masih tingginya jumlah penggangguran yang terselubung; (b) Rendahnya jumlah wirausaha baru; (c) Pekerja Indonesia masih didominasi oleh tenaga kerja yang tidak terdidik, sekitar 50 % adalah tenaga lulusan SD; (d) Mulai meningkatnya jumalh penggangguran tenaga terdidik karena keterbatasan lapangan pekerjaan serta tidak ada kesesuaian antara lulusan dengan kebutuhan pasar; (e) Masih didominasi oleh sektor informal; (f) Masih adanya tuntutan dari pekerja untuk upah minimum, tenaga kontrak dan jaminan sosial tenaga kerja yang belum tuntas; (g) Masalah TKI yang kurang terdidik dan kurang terampil yang tersebar di luar negeri;

Demikian beberapa kendala Sumber Daya Manusia Indonesia secara nasional, kemudian secara khusus di bidang kearsipan juga masih mengalami beberapa kendala jika dikaitkan dengan peraturan perundangan yang berlaku

Dalam peraturan perundangan disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan SDM Kearsipan pada dasarnya meliputi arsiparis, pimpinan unit kearsipan dan lembaga kearsipan dan pejabat fungsional umum pengelola kearsipan. Kemudian lebih lanjut lagi pada Pasal 29 UU Nomor 43 Tahun 2009 menyebutkan bahwa Unit kearsipan pada pencipta arsip dan lembaga kearsipan harus dipimpin oleh sumber daya manusia yang profesional dan memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan formal dan/atau pendikan dan pelatihan kearsipan. Dengan demikian jelas bahwa profesionalisme SDM kearsipan menjadi hal yang sangat penting susuai dengan kompetensi yang disyaratkan.

Terkait dengan masalah Sumber Daya Manusia (SDM), pada prinsipnya tidak terlepas dari masalah

kuantitas dan kualitas. Hal ini senada

dengan apa yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya “Pengembangan Sumber Daya Manusia” mengemukakan bahwa kalau bicara masalah SDM maka tidak dapat terlepas dari dua aspek yaitu kuantitas dan kualitas. Yang dimaksudkan dengan kuantitas adalah jumlah pegawai, yang relative tidak begitu penting dibandingkan dengan kualitas. Adapun kualitas SDM juga menyangkut dua aspek yaitu aspek

kualitas isik dan kualitas nonisik yang

berhubungan dengan kemampuan bekerja, berpikir dan keterampilan lainnya, sehingga upaya meningkatkan kualitas SDM ini juga dapat diarahkan pada dua aspek tersebut. Notoatmodjo lebih tegas lagi mengatakan bahwa

untuk meningkatkan kualitas isik

dapat diupayakan melalui program kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan kualitas

nonisik maka upaya pendidikan

dan pelatihan adalah yang paling diperlukan.

Kemudian kalau dikaitkan pengertian kuantitas SDM Indonesia memang tidak diragukan karena merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Tiongkok, India dan Amerika Serikat.

Jumlah penduduk (SDM) yang besar ini menjadi potensi, peluang dan kekuatan ekonomi jika dapat didayagunakan secara optimal.

Sementara secara kualitas, beberapa ahli mengemukakan pendapat misalnya, Buchari Zainun lebih khusus mengatakan bahwa “Sumber daya manusia yang bermutu adalah kerja yang dikerjakannya akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki dari pekerjaan tersebut. Bermutu bukan hanya pandai tetapi memenuhi semua syarat kualitas yang dituntut pekerjaan tersebut sehingga pekerjaan itu dapat benar-benar diselesaikan menurut yang dikehendaki. Syarat-syarat kualitatif yang dikehendaki itu umpamanya kemampuan, kecakapan, keterampilan, kepribadian, sikap dan prilaku”.

Suyadi Prawiro Sentono, mengatakan bahwa “Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sumber daya manusia yang produktif

dan mampu bekerja secara eisien

disamping potensial mempunyai keunggulan kompetitif”

(15)

adalah minimal D3 umum yang harus mengikuti diklat pengangkatan arsiparis dan persyaratan lainnya, sedangkan untuk D3 Kearsipan dapat diusulkan langsung untuk diangkat menjadi fungsional arsiparis. Untuk tingkat arsiparis ahli, syarat minimal penganagkatannya adalah S1 umum atau S1(D4) Kearsipan. Permasalahannya adalah belum banyaknya perguruan tinggi yang menawarkan program D3 (vokasi) dan D4 atau S1 Kearsipan, sehingga ada ketimpangan antara supply and demand. Beberapa perguruan tinggi yang menawarkan program kearsipan misalnya baru UGM, Undip, UI, Unpad, Unhas khususnya untuk program D3, sementara untuk program D4 baru UT, kondisi ini tentu sangat memprihatinkan karena kebutuhan begitu besar sementara tenaga terampil yang diciptakan perguruan tinggi masih terbatas. Sedangkan kemampuan instansi dan ANRI untuk menciptakan tenaga arsiparis melalui diklat juga relatif sangat sedikit dan tidak seimbang dengan kebutuhan ril.

Secara kualitas juga masih cukup memprihatinkan, arsiparis banyak yang belum siap untuk menghadapi tantangan perkembangan jaman dan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang begitu pesat. Bahkan untuk pimpinan lembaga kearsipan khususnya untuk daerah maupun perguruan tinggi lebih memprihatinkan lagi, karena banyak mereka yang diangkat sebagai pimpinan unit kearsipan maupun lembaga kearsipan tidak mempunyai kompetensi di bidang kearsipan dan kurang mempunyai profesionalisme. Banyak diantara mereka yang diangkat karena tim suksesnya kepala daerah atau nuansa politis lainnya sehingga mereka tidak memahami kegiatan kearsipan dan tidak profesional. Dampaknya adalah kegiatan pengelolaan kearsipan tidak berfungsi secara optimal, hal ini yang perlu mendapat perhatian khusus dan tantangan buat ANRI untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Bisa dibayangkan apa yang

akan terjadi jika profesi kearsipan termasuk bidang kegiatan yang akan diberlakukan perdagangan secara bebas pada akhir tahun 2015 ini, tenaga asing baik tingkat terampil maupun tingkat ahli atau bahkan pimpinan unit dan lembaga kearsipan akan dikuasai oleh tenaga asing yang memang mempunyai keahlian dan kompetensi.

Kebijakan ANRI

Berdasarkan data tersebut di atas dan serta kendala yang dihadapi, ada beberapa kebijakan yang harus dilakukan dalam mempersiapkan SDM pada MEA yang akan datang, antara lain yakni pertama, perlu pengembangan standar kompetensi dari profesi kearsipan serta

pembentukan lembaga sertiikasi

yang mempunyai kewenangan dalam

memberikan sertiikasi profesi berskala

regional dan internasional. Dalam hal ini ANRI dapat berfungsi sebagai lembaga yang dapat mengeluarkan

sertiikasi untuk profesi arsiparis

sesuai kompetensi.

Kedua, SDM kearsipan juga perlu mendapatkan peningkatan kemampuan dan keahlian melalui diklat teknis kearsipan agar dapat memudahkan mereka dalam

implementasi kearsipan. Diklat ini bukan saja diperuntukkan arsiparis, tetapi juga bagi SDM kearsipan lainnya misalnya pimpinan unit kearsipan atau lembaga kearsipan. Lebih khusus bagi pimpinan lembaga kearsipan daerah yang memang tidak mempunyai latar belakang kearsipan dan tidak mempunyai kompetensi yang memadai, sehingga pembekalan buat mereka sangat diperlukan

Ketiga, adanya perubahan paradigma dari perguruan tinggi yang tidak hanya menciptakan SDM dari segi keilmuan tetapi juga SDM yang terampil serta mempunyai kompetensi sesuai kebutuhan pasar global, sehingga pembukaan program kearsipan khususnya untuk tingkat terampil sangat dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan minimal pengangkatan arsiparis. Kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi dilakukan untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan arsiparis.

Keempat, Untuk penambahan jumlah arsiparis juga dilakukan dengan kebijakan in passing bagi pengangkatan pertama arsiparis terampil dengan persyaratan pendidikan dari SLTA ditambah dengan bebeberapa persyaratan

Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Kearsipan, ANRI juga turut mengundang pakar kearsipan internasional untuk berbagi pengetahuan mengenai perkembangan kearsipan di

(16)

ARTIKEL LAPORAN UTAMA

Kerja Sama ANRI dengan Universitas Indonesia di bidang penyelenggaraan kearsipan. ANRI terus melaksanakan kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia

dalam rangka pengembangan kualitas penyelenggaraan kearsipan

teknis lainnya. Masa in passing ini akan berlaku selama 2 tahun dan akan berakhir pada akhir tahun 2016;

Kelima, untuk menambah animo seseorang untuk menjadi arsiparis, ANRI juga sedang memperjuangkan kenaikan tunjangan jabatan fungsional arsiparis. Informasi terakhir disebutkan bahwa ijin prinsip dari Kementerian Keuangan sudah disetujui tinggal menunggu Peraturan Presidennya. Dalam waktu yang sama juga telah diajukan tunjangan profesi sesuai amanat undang-undang.

Keenam, pengembangan pusat latihan keterampilan sesuai dengan kebutuhan pasar yang berbasis kompetensi perlu dibuka secara lebih banyak serta mengoptimalkan pusat diklat kearsipan ANRI untuk dapat ,memberikan keterampilan bagi arsiparis dan pengelola kearsipan dalam usaha menjalankan kegiatan sehari-hari;

Ketujuh, kebijakan bantuan dana dekosentrasi khususnya bagi daerah propinsi untuk melakukan diklat pengangkatan arsiparis yang rencananya akan dimulai lagi tahun depan dengan biaya spenuhnya dari ANRI. Sebetulnya program ini pernah dilakukan beberapa tahun yang lalu, dan diselingi program Arsip Masuk Desa dengan pembekalan kearsipan khususnya bagi sekretaris kelurahan

atau juga sekretaris desa. Hanya

program beberapa tahun yang lalu dirasakan kurang berhasil, karena ternyata peningkatan kuantitas arsiparis pada lingkungan pemerintah daerah tidak mengalami kenaikan

secara signiikan. Berdasarkan

pengalaman beberapa tahun yang lalu, maka untuk program mendatang nampaknya perlu untuk terus dipantau agar peserta yang telah mengikuti diklat kearsipan betul-betul diangkat menjadi pejabat fungsional arsiparis.

Kesimpulan

(17)

KESIAPAN GENERASI MUDA KEARSIPAN

INDONESIA DALAM MENYONGSONG

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

KESIAPAN GENERASI MUDA KEARSIPAN

INDONESIA DALAM MENYONGSONG

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

ika kita mengamati kata mutiara Presiden Pertama Indonesia diatas, terdapat makna yang sangat mendalam tentang kekuatan yang dimiliki generasi muda (youth). Mereka memegang peranan penting dalam keberlangsungan di masa kini dan menentukan masa depan bangsa di tangan mereka. Salah satu generasi muda di negeri ini adalah Generasi Muda di bidang Kearsipan (selanjutnya penulis sebut Generasi Muda Kearsipan Indonesia). Mereka adalah generasi yang menggenggam masa depan kemajuan dunia kearsipan Indonesia. Generasi Muda Kearsipan Indonesia adalah generasi muda yang berkecimpung di dunia kearsipan yang mencakup para pelajar, para mahasiswa, ataupun para praktisi di bidang kearsipan yang berusia muda baik yang duduk di pemerintahan (struktural ataupun fungsional) ataupun di sektor swasta. Tulisan ini akan menitikberatkan pada “Generasi

Muda Kearsipan Indonesia” yang bekerja di bidang kearsipan dengan usia yang masih muda serta relatif masih baru dengan pengetahuan di bidang kearsipan.

Tugas Generasi Muda Kearsipan Indonesia adalah membawa dunia kearsipan Indonesia menuju kelas dunia baik di level internasional ataupun regional. Indonesia nantinya harus setara dengan negara-negara maju yang memiliki budaya kearsipan yang maju seperti Amerika Serikat,

J

Adhie Gesit Pambudi :

Adhie Gesit Pambudi :

“Berikan aku 1000 orang tua,

niscaya akan kucabut semeru dari

akarnya, berikan aku 1 pemuda,

niscaya akan kuguncangkan

dunia”. (Soekarno)

Kanada, Belanda, Australia, dan berbagai negara lainnya di masa yang akan datang. Namun demikian, ujian terbesar yang berada di depan mata bagi Generasi Muda Kearsipan Indonesia di tahun ini adalah di level regional khususnya ASEAN dengan pemberlakuan Asean Economic Community (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang sering disebut dengan MEA yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015.

(18)

ARTIKEL LAPORAN UTAMA

MEA dilakukan 12 tahun lalu ketika para pemimpin ASEAN melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang berlangsung di Bali pada tahun 2003. Pada saat itu, para petinggi ASEAN mendeklarasikan pembentukan MEA yang akan diberlakukan pada tahun 2015. MEA merupakan sebuah konsepsi pasar bebas terpadu di wilayah Asia Tenggara di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja.Salah satu bidang yang terkena dampak dari pemberlakuan MEA adalah bidang kearsipan khususnya dalam bidang tenaga kerja kearsipan dan layanan jasa kearsipan. Pemberlakuan MEA membuat praktisi kearsipan Indonesia harus mampu meningkatkan daya saing termasuk bagi mereka yang masih berusia muda dan merupakan Generasi Muda Kearsipan Indonesia.

Perkuat Substansi dengan Belajar Ilmu Kearsipan Secara Lebih Mendalam

Modal utama daya saing Generasi Muda Kearsipan Indonesia adalah memiliki substansi ilmu kearsipan yang kuat. Generasi Muda Kearsipan Indonesia adalah kader pemimpin Indonesia di bidang kearsipan yang nantinya akan dapat mengambil keputusan dan kebijakan yang tidak hanya bersifat strategic (strategis), tetapi juga scientiic (ilmiah). Generasi muda adalah generasi penerus. Namun demikian tidak ada yang bisa diteruskan jika mereka tidak dididik menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya. Aspek fundamental dalam bidang kearsipan adalah ilmu kearsipan yang kuatdan mendalam.

Pendekatan terbaik dalam memperkuat substansi ilmu kearsipan bagi Generasi Muda Kearsipan Indonesia adalah dengan

mempelajari kearsipan sebagai ilmu

(science). Selama ini, pendekatan

yang digunakan oleh Generasi Muda Kearsipan Indonesia dapat dikatakan kurang tepat, karena minimnya pengetahuan dalam dunia kearsipan baik dalam ilmu maupun kebijakan

kearsipan. Hal ini membuat Generasi

Muda Kearsipan Indonesia menjadi terjebak pada konsep praktis dan umum

(general). Oleh karena itu, kebanyakan

Generasi Muda Kearsipan Indonesia hanya mengetahui kearsipan di kulit

luarnya. Hal ini mengakibatkan, ketika

terlibat pada diskusi kearsipan yang mendalam, Generasi Muda Kearsipan Indonesia yang tidak mengetahui ilmu kearsipan secara lebihg mendalam hanya bisa berbicara hal-hal yang umum. Ilmu kearsipan adalah sesuatu yang terus berkembang. Di sisi lain, kebijakan kearsipan menyesuaikan perkembangan ilmu kearsipan. Generasi Muda Kearsipan Indonesia harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kearsipan baik secara nasional, namun utamanya secara internasional.

Ilmu kearsipan lebih bersifat universal, berbeda dengan kebijakan kearsipan yang pada umumnya hanya berlaku secara nasional. Oleh karena itu, ilmu kearsipan dapat diaplikasikan di berbagai negara. Dalam kaitannya dengan MEA, Generasi Muda Kearsipan Indonesia yang menguasai ilmu kearsipan lebih memiliki daya saing yang tinggi sehingga kemampuan mereka akan dapat diaplikasikan di negara-negara anggota MEA.

Aspek Fundamental Kemampuan Bahasa Inggris dan Aspek Lainnya

Kemampuan utama lain yang harus dimiliki Generasi Muda Kearsipan Indonesia adalah aspek bahasa. Pengetahuan bahasa asing mutlak

diperlukan dalam menyongsong MEA. Salah satu bahasa yang menjadi dasar adalah Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang paling umum digunakan termasuk di Asia Tenggara. Bagi Generasi Muda Kearsipan Indonesia, kemampuan berbahasa Inggris merupakan aspek

fundamental. Hal ini berkaitan dengan

proses komunikasi pada MEA yang tidak lagi melibatkan satu bangsa, namun antar bangsa dari negara yang berbeda.

Generasi Muda Kearsipan Indonesia mau tidak mau dan suka tidak suka, harus belajar berbahasa Inggris dengan baik. Score TOEFL ataupun IELTS di atas rata-rata dapat menjadi ukuran bagi kemampuan Generasi Muda Kearsipan Indonesia dalam menghadapi MEA. Peningkatan kemampuan ini dapat dilakukan melalui Pendidikan dan Pelatihan Bahasa Inggris yang intensif bagi Generasi Muda Kearsipan Indonesia.

(19)

Bagaimana sejarah, peran, dan fungsi SARBICA sebagai organisasi kearsipan di kawasan Asia Tenggara?

SARBICA berdiri pada 1968 yang sebenarnya sudah dibicarakan sejak 1965 di level ASIA untuk membentuk suatu asosiasi lembaha kearsipan di wilayah masing-masing regional.

SARBICA itu sendiri sebetulnya adalah cabang ICA di Asia Tenggara. Tujuan yang paling utama dari SARBICA adalah menguatkan hubungan antar negara - negara ASEAN, antar lembaga kearsipan, dan organisasi yang peduli pada masalah kearsipan. Kedua, adalah membangun dan meningkatkan seluruh subtansi yang terkait dengan

masalah kearsipan termasuk perlindungan dan penyelamatan arsip warisan budaya di wilayah Asia Tenggara. Ketiga, adalah memberikan kesempatan/hak akses terhadap arsip yang terdapat di masing-masing negara di wilayah Asia Tenggara. Keempat, adalah bagaimana kita bisa mengatur, mengkoordinasikan, mensinergikan kegiatan kearsipan di negara –negara di wilayah Asia Tenggara. Kelima, membangun kerjasama dengan organisasi yang berhubungan dengan proses atau kegiatan dokumentasi dari kebudayaan manusia seperti perpustakaan, museum, dan sebagainya. Tentu saja, tidak bisa dilepaskan bahwa SARBICA adalah cabang dari ICA. Oleh karena itu, SARBICA harus bisa menjalankan sebagian tugas dari fungsi atau tujuan yang ada di ICA.

Apa arti penting keberadaan Indonesia di SARBICA?

Keberadaan Indonesia di SARBICA sangat penting sekali karena Indonesia mempunyai politik luar negeri bebas aktif. Artinya kita dapat berperan aktif di daerah regional tertentu dan kita bebas memilih asosiasi atau organisasi internasional yang sejauh itu menguntungkan negara kita. Jadi saya melihat bahwa SARBICA itu menjadi sangat penting sekali karena Indonesia berada di wilayah regional Asia Tenggara.

Bagaimana proses yang dilalui Bapak sehingga terpilih menjadi Chairman SARBICA?

Iya, waktu itu tahun lalu, ketika itu adalah proses pemilihan. Pada awalnya saya menjagokan Filipina, namun justru Filipina memilih Indonesia. Sebenarnya ada ketertarikan juga dari Brunei, namun akhirnya mereka juga memilih Indonesia dalam hal ini diwakili oleh saya. Setelah terpilih, saya kemudian harus memimpin rapat. Saya menggantukan Chairman SARBICA sebelumnya dari Vietnam

untuk memimpin rapat. Hal ini

merupakan pengalaman pertama bagi saya memimpin rapat SARBICA. Di forum ini, saya menyampaikan rancangan kegiatan yang akan

DR. MUSTARI IRAWAN, MPA

MEMIMPIN SARBICA MENYONGSONG MEA

P

emberlakuan Asean Economic Community/Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 memberikan dampak yang besar terhadap negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Salah satu bidang yang terkena dampak baik secara langsung ataupun tidak langsung adalah bidang kearsipan. Organisasi yang memegang peranan penting dalam dunia kearsipan di Asia Tenggara adalah South East Asia Regional Branch of International Council on Archives (SARBICA). Organisasi ini merupakan cabang Dewan Kearsipan Internasional/ International Council on Archives (ICA) untuk regional Asia Tenggara.

Pada September 2014, Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dengan Dr. Mustari Irawan, MPA., terpilih sebagai Chairman/Presiden SARBICA. Sebuah pretasi yang membanggakan bagi dunia kearsipan Indonesia, ketika Indonesia kembali memimpin organisasi kearsipan di Asia Tenggara. Rubrik ini akan mengupas peran SARBICA sebagai organisasi kearsipan di Asia Tenggara dan strategi yang digunakan dalam menyongsong MEA di mata Chairman SARBICA dalam bentuk Wawancara Eksklusif.

(20)

PROFIL

dilaksanakan di masa depan.

Apakah benar ketika itu Bapak dipertemukan dengan Wakil Perdana Menteri Vietnam setelah terpilih sebagai Chairman?

Iya, hal ini yang membuat surprise bagi saya. Saya dan seluruh delegasi anggota SARBICA dipertemukan dengan Wakil Perdana Menteri Vietnam. Pertemuan ini dilakukan di sebuah tempat yang menunjukkan gambaran yang luar biasa tentang rasa hormat bangsa Vietnam terhadap

Ho Chi Minh (Pemimpin Revolusioner

Vietnam) dengan adanya patung

igurnya di ruangan tersebut. Saya

duduk di bersebelahan dengan Wakil Perdana Menteri Vietnam dengan bantuan penerjemah Vietnam – Inggris. Jadi saya berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris untuk kemudian diterjemahkan ke bahasa Vietnam. Di sini, saya menyampaikan kegiatan Seminar dan tentang

SARBICA. Hal inilah yang membuat

saya sangat surprise, karena di Indonesia sendiri saya belum pernah mengalami hal seperti ini.

Langkah-langkah apa yang kemudian diambil setelah Bapak terpilih?

Yang saya lakukan setelah terpilih adalah membuat program selama 2 tahun (sesuai dengan masa jabatan

Chairman SARBICA yaitu 2 tahun). Jadi saya membuat program tahun ini dan tahun yang akan datang. Kemudian, saya membahas program tersebut dengan Sekretaris Jenderal SARBICA. Saat ini Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal, dan Treasurer SARBICA, ketiganya berasal dari Malaysia. Saya memadukan kegiatan yang sudah ada dan usulan saya, karena 2 tahun memang bukan waktu yang panjang. Jadi program ini lebih kepada pembangunan dan penguatan kerjasama di antara negara-negara Asia Tenggara. Sebagai awal, saya ingin membuat MoU di antara negara-negara tersebut.

Apa saja bentuk dari program yang tengah Bapak susun?

Program-program yang saya susun tahun ini, diantaranya Pameran untuk arsip-arsip negara. Sebagian kegiatan ini sudah dilaksanakan yaitu pada peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta dan Bandung. Tahun 2015 ini akan ada juga kerjasama pameran arsip dengan Vietnam.

Selain pameran adakah program lainnya?

Beberapa kegiatan lain yang sudah menjadi program dari negara lain. Salah satunya adalah Malaysia yang menyeleggarakan Training atau

pelatihan kearsipan. Hal ini belum bisa

dilakukan Indonesia. Sebenarnya, saya menginginkan training ini juga bisa dilakukan di Indonesia dengan peserta dari negara-negara di Asia Tenggara. Tahun depan, saya ingin membuat suatu semacam naskah sumber yang berisi tentang hubungan diplomatik diantara negara-negara di Asia Tenggara. Kita akan menghimpun arsip di negara-negara tersebut untuk kemudian diterbitkan dalam bentuk buku seperti buku Exclusive Heritage

of the Archipelago milik ANRI. Bagaimana dengan perkembangan kearsipan di Asia Tenggara dengan adanya SARBICA?

Sebenarnya fungsi saya sebagai Chairman adalah bagaimana membangun kerjasama antar negara.

Hal ini disebabkan karena

negara-negara di asia tenggara itu berbeda-beda. Yang paling menonjol barangkali adalah Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Singapura sebenarnya juga bagus, namun Singapura adalah negara kecil sehingga penyelenggaraan kearsipannya tidak terlalu rumit, ditambah Teknologi Informasi mereka yang relatif maju. Namun demikian, Singapura memang tidak sekompleks Indonesia.

Bagaimana dengan negara-negara lainnya?

(21)

Di Asia Tenggara, banyak negara – negara yang masih harus kita bantu untuk meningkatkan penyelenggaraan kearsipannya seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar. Sebagai Ketua SARBICA, saya harus melihat kondisi ini. Kerjasama dengan Indonesia juga dilakukan dengan Myanmar ketika Indonesia mengajukan nominasi

Memory of the World (MoW) untuk

arsip Konferensi Asia Afrika. Mereka sangat mendukung penominasian

ini. Hal ini merupakan dampak dari

kerjasama dalam asosiasi yang kita namakan SARBICA.

Terkait dengan MEA, bagaimana strategi SARBICA untuk menghadapinya?

Pada dasarnya MEA lebih menyangkut sektor Ekonomi seperti barang, jasa, modal, investasi dan

sumber daya manusia (SDM). Hal yang paling relevan adalah SDM. Hal

ini dikarenakan substansi kearsipan saya rasa hampir sama, hanya perkembangannya yang berbeda-beda. Seminar di Malaysia pada Agustus 2015 lalu yang bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran tentang proses preservasi

yang benar. Hal ini sudah dilakukan

Indonesia dan beberapa negara lain seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Vietnam. Kita ingin membangun pemahaman yang sama diantara negara-negara anggota sekaligus mengetahui penyelenggaraan kearsipan di masing-masing negara. Dengan adanya MEA, kita dapat mengetahui negara mana saja yang tertinggal sehingga kita dapat memberikan dukungan dan bantuan. Indonesia masih bisa bersaing dengan negara seperti Malaysia karena Indonesia sangat besar penduduknya.

Bagaimana dengan sektor Sumber Daya Manusia?

Terkait dengan SDM, memang sampai saat ini belum ada sinyal.

Hal ini bukan berarti kita belum siap, Indonesia harus siap. Hingga saat ini

Malaysia juga belum siap. Jika kita sudah bisa mempersiapkan hal ini, berarti kita sudah siap bersaing. SDM Kearsipan Indonesia harus berkualitas dan profesional. Jadi, mereka bukan hanya bisa bekerja di Indonesia atau pemerintahan, tetapi juga di sektor swasta. Dengan demikian mereka juga bisa bekerja ke luar Indonesia. Namun demikian hal ini perlu dibicarakan secara fokus di dalam forum SARBICA terkait dengan dampak dari MEA

terhadap dunia kearsipan terutama pada bidang layanan jasa kearsipan dan SDM.

Bagaimana agar MEA menjadi isu strategis di forum SARBICA?

Sampai saat ini, kita masih berputar dengan masalah masalah subtansi

kearsipan. Hal ini disebabkan karena

kondisi yang berbeda di satu negara dan negara lain. Oleh karena itu, kita lebih mengutamakan untuk bisa meningkatkan peran lembaga. Fungsi dari SARBICA adalah mengurangi kesenjangan perkembangan kearsipan antar negara-negara anggota. Dengan adanya MEA, Asia Tenggara menjadi pangsa pasar yang besar dimana batas wilayah antar negara semakin menghilang secara ekonomi.

Apakah ada dukungan bagi negara-negara tertinggal ?

Pada dasarnya, dukungan yang paling mudah adalah dengan mengadakan seminar dan pelatihan. Pelatihan ini sudah bisa dilakukan oleh Malaysia. Mereka memiliki anggaran khusus karena pelaksanaan pelatihan ini cukup lama, sekitar 2 minggu. Dahulunya sampai tiga bulan. Tujuannya adalah saling berbagi pengetahuan dalam rangka meningkatkan kulitas SDM Kerasipan di Asia Tenggara. Indonesia juga melakukan hal tersebut dalam bentuk Seminar. Dalam hal Disaster Management on Archives, Indonesia memiliki banyak pengalaman sehingga dapat dibagikan ke negara lain. Indonesia dapat menyelenggarakan

Training untuk Disaster Management on Archives. Sebenarnya banyak

negara tertinggal mengajukan permintaan pembiayaan menghadiri seminar di Indonesia. Namun, kita masih sulit untuk membiayainya.

Apa langkah yang diambil oleh Bapak sebagai Chairman SARBICA?

Sebagai Chairman, saya harus mampu membangun kesadaran di berbagai negara. Namun, hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah karena perbedaan kondisi di masing-masing negara. Seperti halnya pada saat pameran. Saya sudah mengajukan permintaan ke semua negara. Namun, hanya beberapa negara yang memberikan respon. Khazanah yang diberikan dalam rangka pameran juga masih sangat terbatas sekali.

Terakhir, apa harapan Bapak

sebagai Chairman SARBICA untuk kedepannya dalam menyongsong MEA?

Pertama, saya menginginkan Indonesia dapat menjadi leader di dalam SARBICA. Indonesia harus menjadi suatu kekuatan di bidang kearsipan yang lebih di antara negara-negara lain. Dengan demikian, kita bisa mengambil peluang pangsa pasar di Asia Tenggara terutama terkait Sumber Daya Manusia Kearsipan. Namun demikian, saya harus melihat kepada kondisi internal di Indonesia. Alasan saya menjadi Chairman SARBICA adalah karena dahulu Indonesia mempunyai peranan yang besar sekali di ASEAN. Indonesia dikenal sebagai pemimpin ASEAN yang dituakan dan dihormati. Oleh karena itu, kita perlu membangun kesatuan untuk bersama-sama membangun kersiapan Indonesia jauh lebih baik dan lebih kuat.

Kedua, saya ingin membuat dan meningkatkan kondisi kearsipan yang relatif sama diantara negara-negara ASEAN. Negara-negara-negara yang sudah relatif maju diharapkan bisa mendukung negara-negara yang masih tertinggal di bidang kearsipan. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dimana negara-negara ASEAN bisa membangun kerjasama di bidang kearsipan tanpa dibatasi sekat-sekat

tertentu. Hal ini membutuhkan adanya

trust dari masing-masing negara anggota. Kita tidak bisa membangun kebersamaan jika trust itu tidak ada.

Hal ini sudah harus diwujudkan pada

level yang terkait dengan kerjasama politik dan ekonomi.

Ketiga, saya menginginkan agar SARBICA dapat masuk dalam tataran ICA. Pada nantinya harus ada seseorang dari Asia Tenggara yang bisa menjadi Presiden atau Chairman

ICA. Hal ini membuat SARBICA

(22)

PROFIL

ahir di Jakarta 48 Tahun yang lalu, Bambang Parjono Widodo lulusan S2 Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia ini mengawali sebagai karir sebagai CPNS ANRI ditahun 1993 dan kemudian menjadi arsiparis tingkat

ahli di tahun 1994. Sempat berikir apa

itu arsiparis, apakah profesi dengan jargon mempelajari arsip yang ada di paris celotehnya. Angkatan ke 2 dalam rekruitmen arsiparis ini jatuh cinta kepada arsiparis karena merupakan profesi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan arsip yang saat waktu itu lebih kepada arsip statis dan pembinaan kearsipan dinamis yang ada di luar lembaga kearsipan.

“Arsiparis adalah profesi terpilih, karena banyak orang tidak

tau dengan profesi ini”

A r s i p a r i s merupakan pilihan ketika beliau ingin mengabdi kepada negara. Walaupun

sekarang orang menganggap arsiparis itu terpilih karena dari sekian banyak formasi yang tersisa dari pilihan orang adalah arsiparis. Menjadi arsiparis merupakan pilihan terakhir, tentu ini berdasarkan karena ketidak tahuan, keheranan beliau tersibak dengan gambaran hampir 21 tahun profesi ini ada, ternyata masih belum ada perkembangan. Setali tiga uang masalahnya tidak semua orang merasakan bahwa arsiparis merupakan pekerjaan bergengsi ujar beliau, Bambang Parjono Widodo memberikan semangat dengan mengajarkan secara terbalik dengan menghadapkan uraian tugas arsiparis yang memiliki pekerjaan yang berat. Dengan begitu akan timbul motivasi dan energi yang positif bahwa dengan bermodalkan menguasai dan memahami arsip, Arsiparis dapat membina urusan kearsipan kepelosok nusantara. Sampai saat ini tinggal 3 provinsi saja yang beliau belum injak.

Bambang Parjono Widodo adalah sosok yang optimis

b a h w a

arsiparis akan maju, harapannya bahwa arsiparis jangan sebagai obat sesaat. artinya orang mengenal arsiparis hanya karena ada arsip yang hilang, ada arsip yang menumpuk. Tidak pernah jika ada informasi yang bagus, informasi yang cerdas merujuk kepada kinerja arsiparis, tetapi selalu jika ada permasalahan maka kita butuh arsiparis.

Ada cerita menarik yang dituturkan ketika beliau pernah mengikuti 2 kali uji kelayakan dan kepatuhan (it and

proper test) sebagai anggota Komisi

Informasi Pusat (KIP), ternyata banyak orang penting yang di DPR tidak mengetahui profesi Arsiparis.

Hal ini menjadi cambuk bahwa

seharusnya terdapat peran pembina kearsipan terhadap calon anggota KIP yang harus mengetahui tentang arsip, karena sengketa informasi berawal dari arsip. Walapun gagal, pria yang akrab dipanggil Bambang ini memiliki kebanggaan bahwa profesi Arsiparis dalam rangka fit and proper

test sebagai anggota Komisi Informasi

Pusat (KIP) pernah diberitakan dalam media nasional kurun waktu tahun

2009 dan 2013.

Karir Bambang Parjono Widodo memuncak dengan ditetapkannya sebagai Pemenang Arsiparis Teladan Nasional Tahun 2015 dalam kategori Jabatan Fungsional Arsiparis Tingkat Keahlian melalui Keputusan Kepala ANRI Nomor

227 Tahun 2015.

L

ARSIPARIS TELADAN:

BAMBANG PARJONO WIDODO MENGABDI

PADA NEGARA DENGAN MENJADI ARSIPARIS

ARSIPARIS TELADAN:

(23)

Gambar

Tabel Informasi Arsip yang Diserahkan ke ANRI

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan spiral bevel gear lebih kuat daripada straight bevel gear pada dimensi dan beban yang sama jika

Pada orientasi serapan sinar dari sampel yang direaksikan dengan DPPH, pada orientasi pertama yaitu 0,503 g serbuk daging buah pepaya tua dalam 5 mL etanol

Kristalisasi senyawa dalam larutan langsung pada permukaan transfer panas dimana kerak terbentuk memerlukan tiga faktor simultan yaitu konsentrasi lewat jenuh

Dari analisa ini dapat dihasilkan dua macam indeks: Indeks kompetensi inti daerah untuk setiap sektor industri dan Indeks kriteria kompetensi inti daerah (untuk setiap

Merujuk pada pengertian komit men pada tugas (task commitment), d ikatakan bahwa ko mit men pada tugas (task commitment) adalah motivasi internal yang mendorong

Goodinson dan Singleton (O’Connor, 2004) mengemukakan defenisi kualitas hidup sebagai derajat kepuasan atas penerimaan suasana kehidupan saat ini. Tidak adanya

Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan sistem ini dapat memberikan hasil diagnosa sesuai data acuan, dengan mencari alternatif suatu penyakit yang rnerniliki

Hasil dari pengujian akurasi sistem Pendukung keputusan pemilihan tanaman pangan menggunakan metode ELECTRE dan TOPSIS memiliki tingkat kesesuaian tertinggi sebesar