DOKUMEN FINAL
R E N C A N A S T RAT E G I S
INSTITUT TEKNOLOGI
BANDUNG
2011 - 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. LANDASAN PENGEMBANGAN ITB 2011-2015 3
2.1. MISI ITB 3
2.2. NILAI INTI 3
2.3. VISI ITB 4
2.4. ANALISIS KONDISI SAAT INI 4
2.4.1. RIWAYAT PERKEMBANGAN ITB 4
2.4.2. KEMAJUAN PELAKSANAAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN ITB 2006-2025 8
2.4.3. PERAN ITB 2011-2015 9 2.4.5. POTENSI ITB 9
2.4.6. KONDISI INTERNAL YANG MEMPENGARUHI 25
2.4.7. KONDISI EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI 27
BAB III. GARIS BESAR RENCANA STRATEGIS ITB 2011-2015 29
3.1. TUJUAN DAN OBJEKTIF PELAKSANAAN KEGIATAN DI ITB 29
3.2. STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ITB 2011-2015 30
3.2.1. PETA STRATEGI PENGEMBANGAN ITB WCU 2011 – 2015 31
3.2.2. FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN ITB 2011 – 2015 32
1. STRATEGI TUMBUH 33
2. STRATEGI DIVERSIFIKASI PROGRAM DAN PENGUATAN SISTEM 45
3. STRATEGI PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PROGRAM DAN SISTEM 45
4. STRATEGI PERBAIKAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI 47 3.3. STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN ITB 2011 - 2015 48
3.3.1. STRATEGI TUMBUH (A) 48
3.3.2. STRATEGI DIVERSIFIKASI PROGRAM DAN PENGUATAN SISTEM (B) 52
3.3.3. STRATEGI PENINGKATAN KEEFEKTIFAN PROGRAM DAN SISTEM (C) 53
3.3.4. STRATEGI PERUBAHAN DAN PENINGKATAN EFISIENSI (D) 54
BAB IV. SASARAN, PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA 57
4.1. PROGRAM PENDIDIKAN 57
4.1.1. SASARAN 57
4.2 PROGRAM PENELITIAN 63
4.2.1. SASARAN 63
4.2.2. PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA63 4.3 PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 67
4.3.1. SASARAN 67
4.3.2. PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA67
4.4 BIDANG INOVASI DAN ENTERPRENEURSHIP 70
4.4.1. SASARAN 70
4.4.2. PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA70
4.5. BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA 72
4.5.1. SASARAN 72
4.5.2. PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA72
4.6 BIDANG ORGANISASI DAN MANAJEMEN 75
4.6.1. SASARAN 75
4.6.2. PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA75
4.7 BIDANG SARANA DAN PRASARANA 78
4.7.1. SASARAN 78
4.7.2. PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA78 4.8 BIDANG PENDANAAN 83
4.8.1. SASARAN 83
4.8.2. PROGRAM STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA83
BAB V. ESTIMASI ANGGARAN PENERIMAAN DAN BELANJA, DAN SKEMA IMPLEMENTASI RENCANA
PENGEMBANGAN ITB 2011 - 2015 87
5.1. ESTIMASI PENDAPATAN 2011 – 2015 87
5.2. RENCANA ANGGARAN BELANJA 2011 – 2015 87
5.2.1 ANGGARAN BELANJA PROGRAM KELANGSUNGAN OPERASI 2011 – 2015 88
5.2.2 ANGGARAN BELANJA PROGRAM PENGEMBANGAN 2011 – 2015 88
5.3. RENCANA PENDANAAN 89
5.4. SKEMA IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN ITB 2011 - 2015 89
BAB VI. PENUTUP 93
DAFTAR PUSTAKA 95
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Pendekatan Penyusunan Rencana Strategis ITB 2011 - 2015...1
Gambar 2. 1 Model Tiga Pilar Pembangunan Visi ITB 2025...7
Gambar 2. 2 Objektif dan Arah Pengembangan - RENIP ITB 2006 - 2025...7
Gambar 2. 3 Struktur Populasi Dosen ITB berdasarkan Tingkat Pendidikan...17
Gambar 2. 4 Struktur Populasi Dosen ITB berdasarkan Usia...17
Gambar 2. 5 Struktur Populasi Pegawai non Dosen ITB berdasarkan Tingkat Pendidikan...17
Gambar 2. 6 Struktur Populasi Pegawai non Dosen ITB berdasarkan Usia...18
Gambar 2. 7 Penerimaan dan Lulusan Mahasiswa ITB Tahun 2005-2009...20
Gambar 2. 8 Grafik Perbandingan Jumlah Paten Sejumlah Perguruan Tinggi di Asia...23
Gambar 2. 9 Grafik Perbandingan Jumlah Publikasi Sejumlah Perguruan Tinggi di Asia...24
Gambar 2. 10 Grafik Perbandingan Jumlah Sitasi Sejumlah Perguruan Tinggi di Asia...24
Gambar 2. 11 Grafik Perbandingan Jumlah Penulis Sejumlah Perguruan Tinggi Di Asia...25
Gambar 3. 1 Peta Strategi Pengembangan ITB WCU 2011 - 2015...31
Gambar 3. 2 Matriks Pertumbuhan ITB...34
Gambar 3. 3 Kurva Selektivitas Pertumbuhan Peminat dan...35
Gambar 3. 4 Rasio Mahasiswa per Dosen dan Rasio FTE per Dosen...35
Gambar 3. 5 Peta Kinerja Pusat Penelitian ITB 2009...37
Gambar 3. 6 Peta Kinerja Pusat dan Pusat Studi ITB 2009...37
Gambar 3.7 Jalur Pertumbuhan Kuadran 4 untuk Mereduksi Upaya dan Risiko Kegagalan dalam Pengembangan ……….. 44
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tonggak, Tolok Ukur dan Perkembangan Capaian 2010...8
Tabel 2. 2 Daftar Fakultas dan Program Studi di ITB berdasarkan Strata...11
Tabel 2. 3 Daftar Program Studi di ITB dengan Akreditasi berdasarkan Strata...13
Tabel 2. 4 Proyeksi Komposisi Lahan ITB Jangka Panjang (2020)...20
Tabel 3. 1 Rasio Mahasiswa per Dosen dan Rasio FTE per Dosen (Semester II-2009/2010)...38
Tabel 3. 2 Usulan Program Studi Baru ITB...41
Tabel 3. 3 Fokus Strategi Pertumbuhan ITB 2011 - 2015...44
Tabel 4. 1 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang PENDIDIKAN...58
Tabel 4. 2 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang PENELITIAN...64
Tabel 4. 3 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang PENGABDIAN PADA MASYARAKAT...68
Tabel 4. 4 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang INOVASI DAN ENTERPRENEURSHIP...71
Tabel 4. 5 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang SUMBER DAYA MANUSIA...73
Tabel 4. 6 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang ORGANISASI DAN MANAJEMEN...76
Tabel 4. 7 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang SARANA DAN PRASARANA....79
Tabel 4. 8 Sasaran, Program Strategis dan Indikator Kinerja Bidang PENDANAAN...84
Tabel 5. 1 Estimasi Pendapatan 2011 – 2015 (dalam ribu Rp)...87
Tabel 5. 2 Rencana Alokasi Belanja untuk Kelangsungan Operasi 2011 – 2015 (dalam ribu Rp)...88
Tabel 5. 3 Rencana Alokasi Belanja untuk Kegiatan Pengembangan 2011 – 2015 (dalam ribu Rp)...88
Tabel 5. 4 Rencana Alokasi Pendapatan dan Belanja ITB Tahun 2011 – 2015 (dalam ribu Rp)...89
Tabel 5. 5 Skema 1 Implementasi Rencana Pengembangan ITB 2011 - 2015...90
BAB I.
PENDAHULUAN
Rencana Strategis (Renstra) ITB 2011 - 2015 merupakan arahan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan pengembangan ITB dalam jangka waktu lima tahun mendatang dengan memperhatikan perkembangan ITB dan lingkungan strategisnya. Renstra ITB 2011 - 2015 akan mendasari penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan ITB dalam kurun waktu antara tahun 2011 sampai dengan 2015.
Penyusunan Renstra ITB periode tahun 2011 2015 dilandaskan pada sejumlah kebijakan ITB,‐
khususnya keputusan keputusan Majelis Wali Amanat, keputusan keputusan Senat Akademik‐ ‐ , Rencana Induk Pengembangan ITB 2006 - 2025, dan draft Rencana Akademik ITB 2011 - 2015. Renstra ITB 2011 - 2015 disusun dengan pendekatan sebagai berikut (Gambar 1.1)
Gambar 1. 1 Pendekatan Penyusunan Rencana Strategis ITB 2011 - 2015
Sebagai suatu lembaga akademik, ITB mengemban misi mencerdaskan bangsa dan
mengembangkan kehidupan bangsa. ITB juga bercita cita menjadi pusat pengembangan ilmu‐
pengetahuan, teknologi, seni, ilmu sosial dan kemanusiaan yang unggul dengan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu tinggi, melakukan penelitian dan pengembangan ilmu untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia dan kemaslahatan umat manusia (Harkat Pendidikan ITB).
BAB II.
LANDASAN PENGEMBANGAN ITB
2011-2015
2.1. MISI ITB
Misi atau pentingnya keberadaan ITB sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi dituangkan
dalam Surat Keputusan Senat Akademik ITB No.023/SK/K-01-SENAT/1999, yaitu: ”Memandu perkembangan dan perubahan yang dilakukan masyarakat melalui kegiatan Tri Dharma perguruan tinggi yang inovatif, bermutu dan tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal”.
Dalam menjalankan misi tersebut, Majelis Wali Amanat (MWA) ITB menetapkan Kebijakan
Umum Pengembangan ITB 2001-2006 melalui Surat Keputusan MWA No.006 tahun 2002, yaitu:
1. Melaksanakan pendidikan dan mengembangkan inovasi dalam pendidikan terutama dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. Institut Teknologi Bandung harus melaksanakan pendidikan academic sciences bersama corporate sciences yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dari waktu ke waktu, sehingga para civitas academica menjadi terpercaya, memiliki kemampuan berusaha dengan baik. Para lulusan diharapkan bukan saja dapat menjadi professional yang handal dan dipercaya, tetapi juga menjadi pemimpin yang adil, pengusaha yang jujur dan bermartabat, serta pendidik yang mumpuni dalam ilmunya;
2. Melaksanakan penelitian untuk mengembangkan teknologi yang dapat diaplikasikan guna membangun kekuatan perekonomian nasional. Institut Teknologi Bandung
diharapkan menghasilkan technopreneurs yang mampu mengembangkan industri dalam
negeri yang kompetitif dalam era globalisasi;
3. Melaksanakan penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang-bidang yang prospektif dan bersifat universal dalam rangka menjaga keberlanjutan ilmu pengetahuan dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia;
4. Memberdayakan institusi-institusi strategis nasional dan internasional. Institut Teknologi Bandung harus ikut berperan dalam menata kehidupan baru bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju masyarakat dunia yang adil dan sejahtera yang memungkinkan pemberdayaan budi daya semua bangsa-bangsa, demi pengecilan jurang kaya-miskin antara manusia dan antara negara-negara di seluruh dunia.
2.2. NILAI INTI
ilmiah, ekonomis, ekologis, etis, estetis, legal, dan keadilan,” yang diletakkan sebagai pemandu normatif untuk dihayati dan diberlakukan dalam institusionalisasi kegiatan Tri Dharma di ITB.
Untuk memperkuat landasan pengembangan ITB sebagai Universitas Kelas Dunia, maka kualitas kegiatan Tri Dharma ITB perlu mencerminkan nilai-nilai: kepemimpinan,
integritas, institusionalisasi keunggulan, inklusivitas, kehormatan, kolaborasi, dan
inovasi.
2.3. VISI ITB
Untuk memandu arah pengembangan ITB, Senat Akademik (SA) ITB melalui Surat Keputusan
No.022/SK/K-01-SENAT/1999 menetapkan Visi ITB tanpa kerangka waktu sebagai berikut: “ITB menjadi lembaga pendidikan tinggi dan pusat pengembangan sains, teknologi dan seni yang unggul, handal dan bermartabat di dunia yang bersama dengan lembaga terkemuka bangsa menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat, dan sejahtera.”
Mengacu pada arah pengembangan jangka panjang ITB dan ketetapan SA ITB mengenai Visi
ITB serta memperhatikan kekuatan, kendala dan tantangan yang dihadapi ITB dalam pengembangan ITB pada lima tahun mendatang, maka Visi ITB pada periode 2011 - 2015 adalah:
“ITB menjadi Universitas Riset terpandang di Asia yang berfokus pada sains, teknologi dan seni dan berperan secara aktif dan nyata dalam meningkatkan daya saing bangsa."
2.4. ANALISIS KONDISI SAAT INI
2.4.1. RIWAYAT PERKEMBANGAN ITB
Institut Teknologi Bandung (ITB) yang pendiriannya dirintis sejak tahun 1920 sebagai De Techniche Hoogeschool (THS) dan diresmikan sebagai Institut Teknologi Bandung pada 2 Maret 1959, dalam perjalanan perkembangannya sebagai perguruan tinggi yang terkonsentrasi dalam bidang sains, teknologi dan seni telah mencetak ribuan lulusan yang berkarya di berbagai bidang dan merupakan pusat sains, teknologi dan seni terbaik di Indonesia.
Tahun-tahun mendatang akan memberikan tantangan yang lebih besar bagi ITB untuk meningkatkan reputasinya sebagai lembaga pendidikan tinggi dan pusat sains, teknologi dan seni terkemuka dunia. Pemeringkatan perguruan tinggi kelas dunia telah memotivasi banyak perguruan tinggi untuk memacu perkembangan institusi mereka untuk memenuhi kriteria
World Class Universities.
Dalam pengembangannya, ITB seyogyanya dapat melepaskan keterpakuannya hanya pada
Abad 21 memberikan tantangan yang sangat besar bagi perguruan tinggi. Perkembangan sains dan teknologi serta budaya yang sedemikian cepat, perubahan praktek kerja yang dipicu oleh revolusi teknologi informasi dan komputer serta perubahan ekosistem ekonomi memberikan tantangan baru bagi perguruan tinggi untuk berkontribusi dalam mencari solusi inovatif terhadap permasalahan kompleks yang berkembang.
Tantangan kemajuan sains dan teknologi serta budaya tersebut tidak terlepas dari tantangan pembangunan. Pola pembangunan masa lalu yang cenderung boros energi dan sumberdaya alam telah berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup dan ketersediaan pangan, energi dan sumber bahan baku bagi industri dan perekonomian secara keseluruhan.
Pola pembangunan boros energi dan sumber daya alam yang berkontribusi pada perubahan
iklim global bukan merupakan pola pembangunan masa depan. "Teknologi hijau" (green technology) dan "industri hijau" (green industry) yang efisien, tanpa kesalahan (no error), tanpa buangan (no waste) dan tanpa kecelakaan (no accident), sistem industri daur ulang, serta pencegahan dan penanggulangan dampak perubahan iklim global merupakan tantangan pengembangan sains dan teknologi ke depan.
Tantangan perkembangan sains, teknologi dan budaya serta tantangan pembangunan abad
21 tersebut akan semakin besar bagi perguruan tinggi di negara berkembang seperti Indonesia. Lingkaran setan kemiskinan (poverty vicious circle) atau ketertinggalan yang bersifat menguatkan (reinforcing) kondisi ketertinggalan telah menyebabkan jurang kemajuan antara negara maju dan negara berkembang semakin besar. Dalam posisi ketertinggalan, kekuatan tawar untuk mendapatkan pasokan energi dan bahan baku untuk kegiatan ekonomi menjadi terbatas.
Populasi Indonesia yang besar (234,181 juta pada tahun 20101) dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi (1,27 persen rata-rata per tahun2) berkontribusi pada penguatan kondisi ketertinggalan Indonesia. Tingkat pengangguran terbuka diperkirakan mencapai 8,14 persen dan tingkat setengah pengangguran mencapai 31,36 persen pada awal 20093.
Di dalam konstelasi kompetisi pembangunan antar negara, daya saing bangsa menjadi kunci
keberhasilan untuk mengejar ketertinggalan dan menciptakan masa kritikal untuk menggerakkan rantai kemajuan (virtuous circle) secara berkelanjutan.
ITB yang dipandang sebagai lembaga pendidikan tinggi terkemuka Indonesia harus berani
mengambil tanggung jawab sebagai pelopor kemajuan bangsa melalui perannya dalam mencetak sumber daya insani berkualitas yang mampu menjadi pemimpin dalam menciptakan solusi inovatif serta menghasilkan kemajuan sains dan temuan teknologi dan produk baru untuk memecahkan masalah-masalah kompleks yang berkembang dalam proses membangun daya saing dan meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Dalam menjalankan perannya, ITB berfungsi sebagai Mesin Kemakmuran Bangsa (the engine of nation's prosperity). Guna dapat menjalankan perannya secara maksimal, ITB harus secara aktif menyampaikan gagasannya mengenai infrastruktur institusional perguruan tinggi dan bersama-sama dengan pemerintah dan kekuatan lain bangsa mengembangkan dan memperkuat infrastruktur institusional yang kokoh dan kondusif dalam mendukung berperannya ITB serta lembaga perguruan tinggi lainnya sebagai Mesin Kemakmuran Bangsa.
Dalam sejarah perkembangannya ITB telah mengenal lima tahapan pertumbuhan:
1 BPS, Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia, Oktober 2009. 2 Idem.
1. Pada kurun waktu 1960-1970, ITB mulai membina dan melengkapi diri dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran serta melengkapi jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan ke luar negeri.
2. Rencana Induk Pengembangan ITB 1971-1981 merupakan Master Plan ITB yang pertama.
Sasaran pengembangan dalam dasawarsa ini meliputi:
Standar pendidikan yang baik.
Kemampuan riset pengembangan teknologi madya.
Meletakkan dasar kuat untuk merintis dan membina teknologi maju.
3. Rencana Induk Pengembangan ITB 1982-1991 merupakan master Plan ITB yang kedua.
Sasaran pengembangan dalam dasawarsa ini meliputi:
Penggalangan dan pelipatgandaan tenaga ahli.
Peningkatan kemampuan ilmiah.
Peningkatan kapasitas penyebarluasan dan penerapan karya ilmiah.
Menciptakan kehidupan akademik dan masyarakat kampus yang sehat, dinamis dan
efektif.
Memiliki ciri khas Indonesia
4. Rencana Induk Pengembangan ITB 1992-2001 merupakan Master Plan ITB yang ketiga.
Sasaran pengembangan dalam dasawarsa ini meliputi:
Menciptakan sistem ITB yang terpadu secara keilmuan, kelembagaan, misi dan kegiatannya.
Meningkatkan mutu dan kemampuan ilmiah dengan menjadikan program
pendidikan pascasarjana sebagai ujung tombak serta sebagai Research and Development University.
Mengembangkan penelitian sesuai dengan kebutuhan nasional, penguasaan
ilmu-ilmu dasar serta critical sciences and technologies yang kuat, pengembangan program sutdi unggulan dan pengabdian kepada masyarakat yang tepat sasaran.
Meningkatkan kerjasama keterkaitan perguruan tinggi, industri, dan lembaga pemerintahan serta kemasyarakatan.
Menyelenggarakan otonomi perguruan tinggi serta mewujudkan kehidupan
akademis yang mandiri, dinamis, maju, dan kreatif dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
5. Rencana Induk Pengembangan ITB 2006-2025 merupakan Master Plan ITB yang keempat
dengan arah pengembangan jangka panjang ITB adalah mewujudkan ITB sebagai perguruan tinggi riset dan pengembangan kelas dunia sebuah perguruan tinggi dengan kultur dan tradisi riset dan pengembangan yang unggul dalam sains, teknologi dan seni yang menjunjung sangat tinggi nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, yang bertaraf dunia, yang bertumpu pada nilai luhur bangsa Indonesia. Objektif utama ITB 2025 adalah menjadikan ITB sebagai institusi pendidikan tinggi kelas dunia (World Class University). Penentuan arah pengembangan jangka panjang tersebut didasari oleh tiga pilar strategis ko-aksial (Gambar 2.1), yaitu: peran institusi (dinyatakan dalam visi dan misi institut) yang berhubungan dengan membangun berbagai peran ITB dalam berbagai pusat-pusat keunggulan untuk mewujudkan daya saing, infrastruktur (mencakup jaringan kerjasama internal dan eksternal) dalam berbagai bentuk kultur dan tradisi serta kekuatan ITB ke
ITB UNIVERSITAS KELAS DUNIA
VISI & MISI: Peran ITB dalam ikut
KULTUR & TRADISI, DAN NILAI-NILAI ITB
PENDIDIKAN: Lulusan berkualitas untuk menangani masalah kompleks dan dinamis,
PENELITIAN & PENGEMBANGAN: Ipteks yang menjunjung sangat tinggi nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT: Layanan pada bangsa untuk kemajuan ekonomi melalui diseminasi pengetahuan baru dan pemanfaatan teknologi.
DAYA SAING DAN MARTABAT BANGSA
yang berhubungan dengan mewujudkan keunggulan ITB dalam organisasi, manajemen, dan pengembangan sumberdaya dan komunitas di dalam institusi ITB.
Rencana pengembangan tersebut dibagi atas empat tahap lima-tahunan dan masing-masing tahapan menjadi dasar bagi ITB untuk menetapkan rancangan strategis maupun rancangan operasionalnya. Objektif dan arah pengembangan dari setiap tahapan peta jalan menuju Visi ITB 2025 terlihat pada Gambar 2.24. Dalam usaha mencapai tujuannya, ITB menyadari bahwa hal tersebut perlu dilakukan bersama-sama dengan berbagai kekuatan bangsa lain untuk membawa kemajuan Indonesia dalam kemandirian ekonomi, kesejahteraan sosial, keluhuran budaya, dan kedaulatan politik atas wilayah nusantara.
OBJEKTIF: OBJEKTIF: OBJEKTIF: OBJEKTIF:
Terwujudnya institusi ITB yang sehat sebagai simpul jaringan kekuatan
KATA KUNCI: KATA KUNCI: KATA KUNCI: KATA KUNCI:
ITB Yang Sehat; Simpul
2006 2010 2015 2020 2025
Gambar 2. 2 Objektif dan Arah Pengembangan - RENIP ITB 2006 - 2025
Kerangka pengembangan untuk setiap tahapan peta jalan menuju Visi ITB 2025 dijelaskan secara ringkas berdasarkan: Obyektif dan Arah pengembangan Visi ITB 2025, Profil
4 Rencana Induk Pengembangan ITB 2006-2025.
Kultur & Tradisi ITB 2025, Ciri-ciri Ketercapaian Sasaran Kultur & Tradisi ITB 2025,
Kondisi Yang Dibutuhkan Mewujudkan Obyektif Visi ITB 2025, Milestones Menuju Visi ITB 2025, dan Ciri-ciri Ketercapaian Sasaran Mewujudkan Milestones Menuju Visi ITB 2025.
2.4.2. KEMAJUAN PELAKSANAAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN ITB 2006-2025
RENIP ITB 2006-2025 terbagi atas empat tahap lima-tahunan, di mana masing-masing tahap
memiliki tonggak dan tolok ukur yang perlu dicapai secara berkesinambungan untuk menjaga keberlangsungan pengembangan di masing-masing tahapan. Hal tersebut menandakan bahwa ITB telah melewati tahap pertama (2006-2010) dan akan memasuki tahapan kedua (2011-2015). Sebelum memasuki tahapan kedua, capaian pada tahap pertama perlu dievaluasi kemajuannya untuk penyusunan strategi di tahap kedua. Gambaran perkembangan realisasi kelima tonggak 2010 sampai dengan saat ini terihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Tonggak, Tolok Ukur dan Perkembangan Capaian 2010
TONGGAK (MILESTONES)5 TOLOK UKUR PERKEMBANGAN Dilaksanakannya program studi yang terakreditasi oleh badan akreditasi internasional yang ternama.
Belum terdapat program studi yang terakreditasi oleh badan akreditasi internasional. Persiapan sedang dilakukan untuk asesmen awal bagi satu program studi S1 untuk mendapatkan akreditasi ABET.
Terwujudnya infrastruktur dan program ‘distance learning’ dengan muatan keilmuan yang memenuhi kebutuhan nasional.Jumlah serta keluasan dan kualitas/prestasi lembaga nasional di luar ITB yang mengakses program ‘distance learning systems’ ITB.
Infrastruktur IT dan konten telah dikembangkan untuk memfasilitasi
distance learning dan E-learning, tetapi belum menjamin keleluasan akses lembaga di luar ITB.
Program Pascasarjana sebagai
inti pendidikan. Proporsi mahasiswa Program Pascasarjana.
Mahasiswa Program Sarjana masih merupakan bagian terbesar dari seluruh mahasiswa ITB (75,5% p)6. Upaya penguatan Program Pascasarjana terus dilakukan, antara lain melalui programFast Track untuk mendapatkan masukan mahasiswa Pascasarjana yang
berkualitas.
Dibangunnya ‘extendedlaboratories’ khususnya untuk riset program PS (kerjasama dengan industri maupun lembaga riset dalam negeri).
Jumlah program serta hasil dan kualitas/prestasi aktivitas riset yang didapat dari ‘extended laboratory’ yang terbangun.
Kerjasama riset dengan industri telah dilakukan, tetapi masih lebih bersifat responsif dan belum tertata berdasarkan desain suatu roadmap koheren.Terwujudnya infrastruktur penelitian dan program
technology parks, technology enterprises & incubators).
Jumlah dana yang diperoleh dari karya teknologi ITB yang dimanfaatkan oleh industri.
Pemanfaatan teknologi ITB oleh industri belum terorganisasi dengan baik dan belum menjadi sumber pendanaan ITB.
Sistem organisasi dan manajemen baru, yang mampu mengelola semua bentuk aset ITB sekaligus memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang dari semua potensi pada komunitas beserta infrastruktur di dalamnya.
Organisasi yang sehat dan akuntabel.
Sebagai cerminan akuntabilitas sistem pengelolaan keuangan ITB, pada tahun 2008 dan 2009 Laporan Keuangan ITB mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara berturut-turut. Kondisi ini masih perlu diimbangi dengan kualitas dan kecepatan sistem layanan manajemen yang dapat memberikan semangat untuk tumbuh
dan berkembang dari semua potensi pada komunitas beserta infrastruktur di dalamnya.
Diperkirakan bahwa pada akhir 2010 tonggak-tonggak pengembangan ITB periode 2006-2010 belum akan terwujud sepenuhnya, maka pengembagan ITB WCU pada lima tahun selanjutnya perlu mencakup pewujudan tonggak-tonggak tersebut.
2.4.3. PERAN ITB 2011-2015
Obyektif arah pengembangan ITB 2011-2015 ditandai oleh terbangunnya pusat-pusat unggulan dalam pendidikan yang diakui secara nasional, baik yang dibangun ITB maupun yang dibangun bersama unsur-unsur kekuatan nasional yang lain. Sebagai perguruan tinggi riset, terbangunnya pusat unggulan untuk pendidikan pascasarjana yang diakui secara nasional serta regional/internasional adalah sangat penting dan strategis. Pusat-pusat unggulan tersebut dapat berasal dari sejumlah extended laboratories yang berhasil dibangun pada periode pembangunan ITB sebelumnya. Keberhasilan dari ini ditunjukan oleh pengakuan internasional atas pusat-pusat unggulan pendidikan yang dibangun, serta kontribusinya dalam mengantarkan bangsa Indonesia mewujudkan daya saing internasional.
Milestone penting sebagai inovator dan inkubator teknologi adalah pusat-pusat unggulan untuk riset dan pengembangan teknologi bagi industri di Indonesia. Tanpa membatasi maksud untuk menjawab berbagai kebutuhan penting bangsa yang sukar diprediksi jauh kedepan, juga tanpa mengabaikan kemajuan yang telah dicapai, dianggap penting pada kurun waktu 2011-2015 adalah pengembangan pusat unggulan riset maupun pusat riset dalam bidang: biotechnology and agriculture; medical and health care technology; hospital and health care center; pharmacy (obat-obatan); alternative energy (geothermal, solar, wind, wave, biofuel); water & sanitation; waste & emission (lingkungan); manufacture & process industry; material sciences; transportation. Salah satu indikator keberhasilan yang penting dari terwujudnya sasaran ini adalah diakuinya berbagai produk riset dan teknologi yang dihasilkan oleh pusat-pusat unggulan yang telah dibangun.
Menjadi sasaran pula dalam perioda 2010-2015 adalah terwujudnya suatu jaringan nasional
untuk terlaksananya berbagai program riset maupun pendidikan yang mendukung terwujudnya program pemerintah dalam riset dan pendidikan. Jaringan yang dimaksud adalah yang melibatkan ITB serta berbagai kekuatan bangsa, yang mampu membangun tanggung jawab bersama untuk terwujudnya ekonomi yang kuat bagi bangsa Indonesia ke depan. Indikator penting dari terwujudnya sasaran ini adalah ‘keluasan’ (widespectrum) bidang kerjasama tingkat nasional yang dapat diwujudkan. Indikator lainnya, dari kerjasama yang dapat dibangun, dapat diperoleh dana pendidikan maupun riset dari sumber non-mahasiswa, misalkan dari industri, dari lembaga riset nasional, maupun dana-dana kompetisi.
Sasaran strategis yang lain dari arah pengembangan ITB 2011-2015 adalah pembangunan
2.4.5. POTENSI ITB
Potensi yang dimiliki ITB dalam penetapan tujuan dan penyusunan rencanan strategis ITB meliputi berbagai aspek berikut.
A. KULTURAL & TRADISI ITB
Kultural
Berdasarkan latar belakang kulturalnya, insan ITB khususnya staf pengajar dan mahasiswanya bersifat sangat pluralistik, yaitu berasal dari berbagai ras, suku, agama dan bahasa yang berbeda-beda, yang masing-masing membawa ciri, kebiasaan, cara berpikir, karakter dan identitas-identitas mereka masing-masing di dalam pergaulan di ITB yang heterogen. Pluralitas kultural ini semestinya dapat membentuk sebuah masyarakat ITB yang heterogen, pluralistik dan demokratis, yang tercermin dari pola interaksi diantara mereka. Pluralitas dan heterogenitas kultural ini dapat menjadi sebuah modal budaya, bila dapat dikelola secara baik dan terarah, sehingga dapat meningkatkan iklim persaingan akademis serta produktivitas penelitian.
Sosial
Di samping modal budaya, ITB juga memiliki modal sosial dengan segala persoalannya. Modal sosial ini adalah berupa peran ITB di dalam masyarakat secara umum, yang setidaknya dapat dilihat dari tiga tolok ukur, yaitu penerapan riset di dalam masyarakat, penyerapan pengetahuan oleh masyarakat, dan jaringan yang terbentuk.
Berbagai produk riset ITB sudah banyak yang diterapkan di dalam berbagai bidang kehidupan sosial, seperti pengadaan air bersih, lingkungan hidup, transportasi, teknologi tepat guna, dan sebagainya. Meskipun demikian, masih diperlukan peningkatan dalam hal kuantitas maupun kualitasnya, sehingga peran ITB dalam memecahkan berbagai masalah sosial-kemasyarakatan semakin besar.
Disebabkan masih belum banyaknya pengetahuan baru yang mampu dihasilkan oleh ITB, belum banyak pula penyerapan pengetahuan tersebut oleh masyarakat. Padahal ada kebutuhan yang amat besar di berbagai kelompok masyarakat terhadap pengetahuan baru untuk berbagai bentuk kehidupan manusia, seperti pertanian, industri kecil, kelautan, dan sebagainya.
Di dalam era globalisasi dewasa ini, yang didalamnya terbentuk sebuah iklim yang disebut komersialisasi pengetahuan (mercantilism of knowledge) di dalam sebuah dunia yang tanpa hambatan, pengetahuan, keahlian dan kepakaran dari luar negeri secara bebas dapat masuk ke Indonesia, dan dapat diserap oleh berbagai lapisan masyarakat. Bila situasi semacam ini tidak mampu diantisipasi oleh masyarakat ITB, yaitu lewat kemampuannya mengembangkan pengetahuan, keahlian dan kepakaran yang kuat dan kompetitif; maka hal ini akan dapat mengancam keberlanjutan dan pengembangan pengetahuan di ITB sendiri di masa depan.
ITB sesungguhnya mempunyai jaringan yang cukup luas, yang mencakup jaringan antar lembaga pendidikan tinggi, jaringan dengan lembaga pemerintahan pusat, jaringan dengan lembaga pemerintahan daerah (otonomi), jaringan dengan industri, serta berbagai jaringan luar negeri. Akan tetapi, jaringan tersebut masih perlu ditata dengan lebih baik, sehingga mampu menjadi sebuah kekuatan yang benar-benar produktif.
Simbolik
wilayah negara lain yang ditunjukkan dengan berbagai undangan untuk membangun kerjasama, mengenai ITB sebagai sebuah perguruan tinggi yang ‘bergengsi’. Hal ini dapat dilihat dari semakin kuatnya posisi ITB sebagai perguruan tinggi yang ‘favorit’. Meskipun demikian, nilai ‘gengsi’ tersebut belum diikuti oleh upaya ITB yang maksimal untuk meningkatkan kualitas (manusia, sarana, prasarana) sehingga dapat sebanding dengan ‘gengsi’ yang dimilikinya. Upaya ini akan menjadi sangat penting sejalan dengan upaya ITB untuk mencapai kategori sebagai Universitas Kelas Dunia, dimana salah satu kriterianya adalah kemampuan menarik talenta dan sumber daya terbaik dari luar negeri, seperti staf dan mahasiswa pengajar asing. Konsekuensinya, ITB harus mampu meningkatkan kualitas sistem dan sumber dayanya agar dapat bersaing dengan universitas kelas dunia lainnya untuk menarik talenta dan sumber daya terbaik dunia.
B. BIDANG PENDIDIKAN
Melalui sejarah panjang pengembangannya, saat ini kegiatan pendidikan ITB terfokus pada
pendidikan bergelar untuk tingkat Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3). Proses pendidikan program Sarjana, program Magister, dan program Doktor dilaksanakan secara terpadu yang dikoordinasikan melalui 12 Fakultas/Sekolah yang secara keseluruhan mencakup 38 Program Studi S1, 1 Program Profesi (Profesi Apoteker), 47 Program Studi S2, dan 29 Program Studi S3. Fakultas/Sekolah membawahi pula Kelompok Keahlian (KK) dengan tugas utama mengembangkan dan memperkaya kegiatan riset dan pengembangan ITB. Saat ini secara keseluruhan KK ITB berjumlah 89.
Fakultas, Program Studi yang ada saat ini di ITB dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Daftar Fakultas dan Program Studi di ITB berdasakan Strata
PROGRAM S1 PROGRAM S2 PROGRAM S3
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
Astronomi Astronomi Astronomi
Fisika Fisika Fisika
Kimia Kimia Kimia
Matematika Aktuaria Matematika
Matematika
Pengajaran Fisika
Pengajaran Kimia
Pengajaran Matematika
Sains Komputasi
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
Biologi Biologi Biologi
Mikrobiologi Bioteknologi
Biomanajemen
SEKOLAH FARMASI
Sains dan Teknologi Farmasi Farmasi Farmasi
Farmasi Klinik dan Komunitas
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN (FITB)
Teknik Geologi Teknik Geologi Teknik Geologi
Meteorologi Sains Kebumian Sains Kebumian
Oseanografi Teknik Air Tanah Teknik Geodesi & Geomatika
Teknik Geodesi & Geomatika Teknik Geodesi & Geomatika Rekayasa Pertambangan
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN (FTTM) Teknik Pertambangan Rekayasa Pertambangan
Teknik Geofisika Teknik Geofisika Teknik Geofisika
Teknik Metalurgi Teknik Panas Bumi
Teknik Perminyakan Teknik Perminyakan Teknik Perminyakan
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI (FTI)
Teknik Kimia Teknik Kimia Teknik Kimia
Teknik Fisika Teknik Fisika Teknik Fisika
Instrumentasi dan Kontrol
Tabel 2.2 Daftar Fakultas dan Program Studi di ITB berdasakan Strata (Lanjutan)
PROGRAM S1 PROGRAM S2 PROGRAM S3
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA (FTMD)
Teknik Mesin Teknik Mesin Teknik Mesin
Aeronotika Dan Astronotika Aeronotika dan Astronotika Aeronotika dan Astronotika
Teknik Material Ilmu dan Teknik Material Ilmu dan Teknik Material
Ilmu dan Rekayasa Nuklir Rekayasa Nuklir
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA (STEI)
Teknik Elektro Teknik Elektro Teknik Elektro
Teknik Informatika Informatika
Sistem & Teknologi Informasi Teknik Elektro & Informatika
Teknik Telekomunikasi
Teknik Tenaga Listrik
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN (FTSL)
Teknik Lingkungan Teknik Lingkungan Teknik Lingkungan
Teknik Kelautan Teknik Kelautan
Teknik Sipil Teknik Sipil Teknik Sipil
Sistem dan Teknik Jalan Raya
Pengelolaan Sumber Daya Air
SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN (SAPPK) Arsitektur Arsitektur Arsitektur
Perencanaan Wilayah & Kota Perencanaan Wilayah & Kota Perencanaan Wilayah & Kota
Rancang Kota
Studi Pembangunan Studi Pertahanan
Transportasi Transportasi
Studi Pertahanan
Perencanaan Kepariwisataan
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN (FSRD)
Seni Rupa Seni Rupa Ilmu Seni Rupa dan Desain
Desain Interior Desain
Desain Komunikasi Visual
Desain Produk
Kriya
SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN (SBM)
Manajemen Administrasi Bisnis
Sains Manajemen Sains Manajemen
Sebagai universitas yang terfokus pada sains, teknologi dan seni, maka secara keseluruhan, kapasitas masukan mahasiswa ITB relatif kecil. Pada pada tahun 2009 kapasitas masukan mahasiswa untuk Program Sarjana bagi mahasiswa Indonesia adalah sebesar 3.035, sedangkan untuk mahasiswa asing (kelas Internasional) adalah 370. Untuk Program Pascasarjana, kapasitas program Magister dan program Doktor masing-masing sebesar 1.810 dan 200. Adapun komposisi mahasiswa aktif ITB per tanggal 2 Januari 2009 adalah program Sarjana 13.608 atau 78,15 persen, program Magister 3.445 atau 18,20 persen dan program Doktor 466 atau 2,54 persen7.
Tabel 2. 3 Daftar Program Studi di ITB dengan Akreditasi berdasarkan Strata
FAKULTAS/ SEKOLAH/ PROGRAM STUDI S1 S2 S3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
1. Matematika A A A
2. Aktuaria - A
-3. Astronomi A B B
4. Fisika A A A
5. Kimia A A A
6. Pengajaran Fisika - Prodi Baru -7. Pengajaran Kimia - Prodi Baru -8. Pengajaran Matematika - Prodi Baru -9. Sains Komputasi - Prodi Baru
-Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
1. Biologi A A A
2. Mikrobiologi Prodi Baru - -3. Bioteknologi - Prodi Baru -4. Biomanajemen - Prodi Baru
-Sekolah Farmasi (SF)
1. Sains dan Teknologi Farmasi A - -2. Farmasi Klinik dan Komunitas Prodi Baru -
-3. Profesi Apoteker - -
-4. Farmasi - A C
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
1. Teknik Geologi A A A
2. Meteorologi B -
-3. Oseanografi A -
-4. Sains Kebumian - B A
5. Teknik Air Tanah - Prodi Baru -6. Teknik Geodesi dan Geomatika A B A
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM)
1. Teknik Pertambangan A - -2. Rekayasa Pertambangan - B A
3. Teknik Perminyakan A B B
4. Teknik Geofisika A A B
5. Teknik Metalurgi Prodi Baru - -6. Teknik Panas Bumi - Prodi Baru
-Fakultas Teknologi Industri (FTI)
1. Teknik Kimia A A A
2. Teknik Fisika A Prodi Baru A
3. Teknik Industri A -
-4. Teknik dan Manajemen Industri - A A 5. Instrumentasi dan Kontrol - B
-Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD)
1. Teknik Mesin A A
-2. Aeronotika dan Astronotika A* B B
3. Teknik Material A -
-4. Ilmu dan Teknik Material - B -5. Ilmu dan Rekayasa Nuklir - Prodi Baru
-Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)
1. Teknik Elektro A* A
-2. Teknik Informatika A* - -3. Sistem dan Teknologi Informasi Prodi Baru -
-4. Informatika - A
-5. Teknik Telekomunikasi Prodi Baru - -6. Teknik Tenaga Listrik Prodi Baru - -7. Teknik Elektro dan Informatika - - A
(Bersambung) Tabel 2.3 Daftar Program Studi di ITB dengan Akreditasi berdasarkan Strata (Lanjutan)
1. Teknik Sipil A* A B 2. Sistem dan Teknik Jalan Raya - A -3. Pengelolaan Sumber Daya Air - Prodi Baru
-4. Teknik Lingkungan A* A B
5. Teknik Kelautan A Prodi Baru
-Sekolah Arsitektur,Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)
1. Perencanaan Wilayah dan Kota A* A A
2. Arsitektur A A B
3. Studi Pembangunan - A
-4. Transportasi - B
-5. Rancang Kota - Prodi Baru
-Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)
1. Seni Rupa A* A
-2. Desain - A
-3. Kriya A -
-4. Desain Komunikasi Visual A -
-5. Desain Interior A* -
-6. Desain Produk A* -
-7. Ilmu Seni Rupa dan desain - - B
Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)
1. Manajemen ProsesDalam - -2. Administrasi Bisnis - A -3. Sains Manajemen - Prodi Baru -*) Dalam proses Re-Akreditasi
C. BIDANG RISET
Pengembangan ITB menjadi universitas riset telah dirintis dengan mengembangkan budaya
riset yang kokoh yang mendukung tumbuhnya sikap yang mencirikan budaya universitas riset. Salah satu instrumen kebijakan yang digunakan untuk mendorong pengembangan budaya riset adalah melalui penyediaan Dana Riset (Mandiri) ITB yang telah mulai diimplementasikan pada tahun 2004 dan terus berlanjut hingga saat ini dengan jumlah anggaran pada tahun 2009 mencapai Rp 10,75 milyar8. Dengan dana Riset Mandiri tersebut ITB dapat mengarahkan dan mengendalikan kegiatan riset ITB untuk kepentingan strategis sesuai dengan prioritas ITB. Selama lebih dari enam tahun sejak program tersebut dijalankan, telah terlihat secara signifikan peningkatan budaya riset ITB, diantaranya: meningkatnya perolehan dana riset dari luar ITB, meningkatnya jumlah proposal yang diajukan,
meningkatnya jumlah peneliti dan keikutsertaan mahasiswa dalam riset, meningkatnya publikasi dan sitasi dosen, serta tumbuhnya kesadaran untuk berkompetisi dan menjalankan penjaminan mutu riset.
Kebijakan Senat Akademik dan Majelis Wali Amanat telah merumuskan jabaran arah dan
kebijakan pengelolaan kegiatan penelitian ITB dalam bentuk Agenda Riset ITB sebagai landasan penyusunan rencana dan pelaksanaan program-program penelitian ITB. Program Riset ITB terdiri atas:
1. Program Riset Mandiri ITB, yaitu program riset yang didanai sendiri oleh ITB yang terdiri dari:
a. Program Riset Unggulan
Program ini dikelola oleh Pusat Penelitian (PP) yang ada di ITB, dengan misi mempercepat kemampuan ITB dalam menghasilkan karya-karya riset unggul (emerging) di lima bidang unggulan yang telah ditetapkan oleh Senat Akademik yaitu:
Energi Alternatif, Teknologi Informasi, Bioteknologi, Pengelolaan Lingkungan
dan Sumberdaya Air, dan Seni Rupa dan Desain9. Kelima bidang riset ini masuk ke dalam Agenda ITB 2006 – 2010. Untuk menjalankan misi tersebut ITB menganggarkan dana kurang-lebih sebesar Rp 4 Milyar yang dikelola oleh lima PP. Dalam program ini, kelima pusat penelitian dituntut membuat agenda riset dan roadmap dengan sasaran kontribusi dalam pemecahan masalah nasional yang jelas.
b. Program Riset KK
Program ini dikelola oleh KK melalui Fakultas/Sekolah, dengan maksud untuk memacu pertumbuhan penelitian berkualitas di masing-masing KK. Penelitian ini juga diharapkan dapat disinergikan dengan penelitian-penelitian pascasarjana (S2 dan S3) di masing-masing KK sehingga diharapkan dapat mendukung ITB sebagai universitas berbasis riset. Untuk itu penelitian ini juga harus sejalan dan mendukung pencapaian peta jalan (roadmap) KK di Fakultas/Sekolah masing-masing. Selain itu, Penelitian ini juga diharapkan mendorong kerja sama interdisiplin (antar KK dalam satu Fakultas/Sekolah maupun lintas Fakultas/Sekolah).
c. Program Riset Internasional KPI
Program ini dikelola oleh KK, dengan maksud untuk memacu pertumbuhan riset-riset berkelas dunia di masing-masing KK. Untuk itu, salah satu persyaratan yang diperlukan dalam proposal riset ini adalah adanya kerjasama internasional yang disertai dana di pihak mitra internasional untuk kegiatan-kegiatan riset terkait di pihak mitra luar negeri (tidak harus ada aliran dana antar Negara).
2. Program Riset Bersponsor, yaitu program riset yang didanai oleh sponsor yang bekerja sama dengan ITB yang terdiri dari:
a. Hibah Penelitian DIKTI.
Hibah Penelitian Dikti meliputi Hibah Bersaing, Penelitian Dasar, Hibah Pasca, Hibah RAPID, dan Hibah Riset Unggulan Strategis Nasional. Saat ini ITB telah dipercaya untuk diberi kewenangan desentralisasi untuk pengelolaan beberapa program hibah-hibah penelitian tersebut. Jumlah dana untuk program penelitian tersebut dialokasikan melalui DIPA ITB dan pada tahun 2009 jumlah dana yang diterima adalah Rp 9,83 Milyar. ITB juga mendapatkan dana dari Hibah Penelitian Dikti lain yang dikelola dan dikompetisikan secra terpusat oleh Dikti seperti Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional dan Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional.
b. Riset Intensif Ristek.
Tahun 2006 Kementrian Ristek mengeluarkan program baru Riset Insentif yang terkait dengan Kebijakan dan Agenda Riset Nasional. Dalam program ini ITB adalah institusi penerima hibah terbesar untuk program yang dilaksanakan tahun 2007-2009.
c. Hibah Riset dari luar negeri, swasta dalam negeri dan lembaga pemerintah di luar DIKTI.
ITB selama ini menempatkan program Riset Bersponsor sebagai program riset penting sebagai indikator pengakuan pihak luar terhadap ITB. Selama ini ITB telah dipercaya untuk mendapatkan hibah luar negeri seperti Asahi, Osaka, Toray, SPIN-KNAW, L’oreal-Unesco, dan Sanyo. Selain itu, mulai tahun 2008, ITB memperoleh bantuan dana penelitian dari Ikatan Alumni ITB dalam program HR-IA (Hibah Riset Ikatan Alumni). Dana yang dialokasikan untuk ITB dalam Program HR-IA 2009 adalah sebesar RP 1 Milyar yang digunakan untuk 10 judul penelitian untuk periode Juli 2009-Juni 2010. Beberapa riset kompetisi dari lembaga pemerintah non-Dikti dan swasta dalam negeri lainnya juga diperoleh ITB dari Litbang Pertanian, Astra Agro Lestari dan Depkeu. d. Riset Aplikatif.
Dalam Riset Aplikatif yang ditujukan untuk pemecahan masalah bangsa, ITB telah lama menjadi salah satu mitra yang dipercaya, baik oleh berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah untuk melaksanakannya. Riset-riset ini terkait langsung pada solusi yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan yang timbul dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Profil dan Kapasitas Riset ITB
Melalui kebijakan dan penawaran program-program riset tersebut, pada tahun 2009 tercatat sekitar 42 persen atau 451 dari 1.076 dosen ITB aktif melakukan riset, baik di KK, laboratorium, PP atau Pusat. Dari jumlah tersebut termasuk diantaranya sebagai Ketua Peneliti sebanyak 352 orang atau sekitar 78% dari jumlah dosen yang meneliti.
D. BIDANG PENGABDIAN MASYARAKAT
Akumulasi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang Pengabdian pada Masyarakat (PM)
merupakan modal penting ITB untuk dapat menjawab tantangan pembangunan bangsa. Kegiatan PM ITB mencakup program-program berikut:
(1) Program Pendidikan Lanjutan difokuskan pada kegiatan pendidikan luar sekolah untuk peningkatan ketrampilan teknis masyarakat.
(2) Program Kemitraan terutama ditujukan untuk meningkatkan keefektifan jejaring kerjasama yang telah, tengah dan akan terbentuk dengan berbagai para pihak yang mencakup: dunia usaha, institusi pemerintah dan masyarakat.
(3) Program Pembinaan ditujukan untuk meningkatkan kinerja ekonomi masyarakat dan daerah. Sasaran pembinaan meliputi: dunia usaha, kawasan atau masyarakat, dan perguruan tinggi.
(4) Program Rintisan Usaha Mandiri ditujukan untuk membantu masyarakat usaha, khususnya skala kecil dan menengah, untuk merintis usaha secara mandiri. Unit usaha yang menjadi sasaran program ini adalah unit usaha jasa dan industri.
(5) Program Inkubator dan Konsultasi Bisnis ditujukan untuk menghasilkan, mendorong dan mendukung terbentuknya wirausahawan (enterpreuneur) baru, khususnya yang berbasis teknologi dengan nilai tambah tinggi.
E. BIDANG SDM
Pegawai Dosen
Populasi dosen tetap ITB sampai dengan awal
tahun 2010 berjumlah 1.019 dibantu oleh 54 tenaga dosen tidak tetap. Berdasarkan tingkat pendidikan, struktur populasi dosen tetap ITB tergolong baik, dengan 715 orang atau 70,2 persen bergelar doktor dari berbagai universitas dalam dan luar negeri ternama, 264 orang atau
25,9 persen berpendidikan magister, dan 40 orang atau 3,9 persen berpendidikan sarjana10.
Berdasarkan jabatan akademik, maka struktur populasi dosen tetap ITB terdiri atas 102 atau 10,0 persen Guru Besar, 292 atau 28,7 persen Lektor Kepala, 402 atau 39,4 persen Lektor, 160 atau 15,7 persen Asisten Akademik, dan 63 atau 6,2 persen belum memliki jabatan akademik.
Berbagai rumusan yang sangat baik tentang langkah jangka panjang maupun langkah strategis telah ditetapkan ITB untuk mencapai visi ITB. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan sekaligus tantangan dalam pengelolaan sumber daya manusia ITB, khususnya dosen yang dapat menghambat peningkatan kualitas kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Persoalan tersebut menyangkut proses regenerasi staf pengajar, sistem jenjang karir dan penghargaan. Persoalan regenerasi staf
pengajar terlihat dari komposisi umur dalam populasi staf pengajar yang didominasi oleh dosen dengan usia di atas 40 tahun yang mencakup 74,0 persen dan dosen dengan usia di bawah usia 30 tahun hanya mencakup 0,6 persen dari total populasi dosen ITB11.
Pegawai Non Dosen
Pegawai non dosen yang dimaksud mencakup tenaga administrasi dan teknisi yang membantu melaksanakan kegiatan operasional
dan pendukung ITB. Sampai dengan awal tahun 2010 populasi pegawai non dosen yang tercatat adalah 1.541 orang dengan komposisi berdasarkan tingkat pendidikan terdiri atas lulusan S2: 1,49 persen, lulusan S1: 16,87 persen, lulusan D3: 13,30 persen, lulusan SLA: 50,04 persen, lulusan SLP: 8,31 persen, dan lulusan SD: 9,99 persen. Pegawai dengan tingkat pendidikan S2 diharapkan dapat berfungsi sebagai sumber pengetahuan dan
keterampilan bagi pegawai lain dengan bertindak sebagai instruktur dalam berbagai program
10 Data dari Direktorat Kepegawaian ITB, 20 Mei 2010. 11 Data dari Direktorat Kepegawaian ITB, 20 Mei 2010.
Gambar 2. 5 Struktur Populasi Pegawai non Dosen ITB berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambar 2. 3 Struktur Populasi Dosen ITB
berdasarkan Tingkat Pendidikan.
pelatihan, seperti pelatihan bahasa Inggris, pelatihan penggunaan perangkat lunak komputer tertentu, pelatihan sistem pengelolaan ITB, dan lain sebagainya.
Berdasarkan usia, komposisi pegawai non dosen ITB relatif lebih muda dibandingkan dengan komposisi dosen ITB. Untuk mendukung transformasi ITB menjadi PT BHMN, telah dilakukan rekrutmen sejumlah pegawai dengan pendidikan di bidang akuntansi dan teknologi informasi dengan tingkat pendidikan S1 dengan usia yang relatif muda. Pegawai non dosen ITB dengan usia di atas 50 tahun mencakup 26,7 persen dan pagawai dengan usia di bawah 30 tahun mencakup 9,5 persen dari jumlah pegawai non dosen secara keseluruhan, baik di kantor pusat maupun di Fakultas/Sekolah.
Permasalahan utama kelompok pegawai non dosen adalah permasalahan kompetensi dan
target rasio realistis 1 : 1 antara jumlah dosen dan jumlah pegawai non dosen. Saat ini nilai rasio tersebut masih jauh dari target, yaitu 1 : 1,5312. Untuk mencapai target nilai rasio tersebut dilakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kemampuan pegawai non dosen, antara lain dengan:
1. Melakukan berbagai pelatihan baik soft skill, seperti pelatihan kecerdasan emosional dan pelayanan prima, maupun pelatihan keterampilan seperti pengelolaan administrasi keuangan, sistem dan teknologi informasi/komputer, serta pelatihan sistem pengadaan barang dan jasa (saat ini tercatat 55 tenaga kependidikan memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa nasional dan 97 orang bersertifikat pengadaan barang dan jasa ITB); 2. Menerima tenaga kependidikan kategori profesional untuk bidang-bidang tertentu yang
sangat diperlukan, yaitu tenaga akuntansi, tenaga sistem dan teknologi informasi, serta teknisi.
Mahasiswa
Kualitas akademik yang dimiliki oleh mahasiswa ITB, khususnya mahasiswa program Sarjana,
sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari proses penerimaan mahasiswa S1 yang melalui seleksi sangat ketat terhadap peminat yang berkualitas tinggi, baik dari SNMPTN maupun USM. Keketatan diukur berdasarkan rasio jumlah peminat terhadap jumlah yang diterima. Pada tahun 2009, tingkat keketatan SNMPTN adalah sebesar 12,79 sedangkan USM 12,00, dengan jumlah yang diterima pada proses SNMPTN adalah 1.166 dan USM 2.021. Keketatan tersebut ditambah juga dengan peningkatan kualitas mahasiswa program Sarjana. Peningkatan ini dapat dilihat dari skor SNMPTN yang pada tahun 2009 yaitu 92,16 (Standar 100), naik dari 826,01 (Standar 1000) pada tahun 2008. Skor rata-rata SNMPTN tersebut merupakan yang tertinggi di Indonesia, diikuti Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan skor 88,88, Universitas Indonesia (UI) 87,11, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) 83,55 dan Universitas Airlangga (UNAIR) 83,36. Untuk mahasiswa yang diterima melalui USM juga terjadi perbaikan skor pada tahun 2009 yaitu 76, naik dari 73 pada tahun 200813.
Kekayaan intelektual mahasiswa S2 dan S3 merupakan modal penting yang perlu diperhatikan dalam mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan ITB yang menjadi
12 Laporan Akademik ITB 2009 13 Idem
tujuan ITB. Sejumlah upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas calon peserta pendidikan S2 dan S3 ITB sehingga dapat meningkatkan kekayaan intelektual ITB dalam bidang riset dan pengembangan. Salah satunya adalah melalui program Fast Track yang memungkinkan mahasiswa pada semester 7 dan 8 untuk mengikuti pendidikan S2 dan disertai penyediaan beasiswa biaya kuliah yang akan mempermudah dan menarik minat para calon. Jumlah mahasiswa baru program Magister meningkat dari tahun 2008 dengan jumlah mahasiswa baru 1.492 meningkat dari 1.257.
Modal Intelektual tersebut, bila mampu dikelola dengan baik dan terarah oleh ITB semestinya mampu menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tinggi, yaitu: karya-karya yang inovatif dan berkreativitas tinggi, serta mampu menghasilkan pengetahuan baru (novel knowledge).
Jumlah mahasiswa program Sarjana yang diterima dalam 3 tahun terakhir sedikit melebihi
3.000 setiap tahun. Jumlah ini telah mendekati batas kapasitas masukan, mahasiswa baru program Magister 1.492 mahasiswa masih di bawah kapasitas, dan program Doktor 112 mahasiswa berarti masih jauh di bawah kapasitas. Komposisi jumlah mahasiswa aktif per tanggal 2 Januari 2009 adalah program Sarjana 13.608 (78,15%), program Magister 3.445 (18,20%), dan program Doktor 466 (2,54%).
Lulusan
Indikator kinerja pendidikan berupa waktu studi, jumlah lulusan tepat waktu, dan IP lulusan
menunjukkan peningkatan dalam kurun lima tahun terakhir14. Hal tersebut menandakan
meningkatnya kinerja pendidikan sekaligus prestasi lulusan secara keseluruhan.
Lulusan atau alumni ITB yang hingga tahun 2009 berjumlah lebih dari 67.000 orang dengan
peran nasional dan internasionalnya merupakan suatu potensi utama ITB untuk terus berkembang. Melalui kerjasama dan hubungan yang dibina secara khusus dengan alumni, diharapkan ITB dapat memperoleh masukan bagi peningkatan kualitas pendidikan dan dukungan bagi pengembangan jumlah penerimaan dan lulusannya. Masukan yang dimaksud menyangkut dana maupun kerma-kerma yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan tridarma ITB.
Jaringan (network) alumni terbentuk apabila hubungan dengan para alumni yang berada di
berbagai bidang (pendidikan, industri, departemen, sektor, wirausaha) dapat dibina secara intensif dengan pemetaan profesi dan keterkaitan yang tepat. Jaringan alumni ini akan memudahkan pencarian dan peningkatan kerjasama antara ITB dan alumni maupun antar alumni. Sistem ini, yang dapat terbentuk melalui pembuatan database, dapat menjadi modal berharga ITB untuk menguatkan diri dalam persaingan nasional maupun internasional.
Gambar 2. 7 Penerimaan dan Lulusan Mahasiswa ITB Tahun 2005-2009
F. BIDANG SARANA & PRASARANA
ITB secara resmi saat ini memiliki luas total lahan sebesar 37,09 ha dengan komposisi kampus utama di jalan Ganesha sebesar 28,68 ha (77,33%), kampus utara 2,81 ha (7,58%), kampus selatan 4,3 ha (11,59%), Kantor Rektorat 0,94 ha (7,58%), Kantor MWA dan SA 0,08 ha (0,97%)15. Fasilitas yang terdapat di area kampus mencakup ruang kuliah, laboratorium atau studio, perpustakaan, ruang seminar/lokakarya/diskusi, ruang dosen, ruang kegiatan ekstrakurikuler, ruang pusat komputer (bukan laboratorium komputer), dan ruang administrasi. Total luas ruang kuliah di Kampus Ganesha adalah 11.028,62 m2, sedangkan luas laboratorium dalam kampus mencakup 39.687,29 m2 16.
ITB memiliki potensi untuk menerapkan konsep multikampus seiring dengan meningkatnya
perhatian pemerintah provinsi Jawa Barat, yang terbukti melalui pemberian lahan baru untuk dikelola di Bekasi (40 ha) dan di area eks Kampus Universitas Winayamukti –Jatinangor (57 ha). Selain itu terdapat rencana jangka panjang penambahan lahan kampus di Walini, Bandung Barat dengan luas mencapai 300 ha. Proyeksi komposisi lahan ITB jangka panjang (2020) dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Proyeksi Komposisi Lahan ITB Jangka Panjang (2020)
No. Bagian Kampus Luas (Ha) Proporsi (%)
1. Kampus Utama 28,68 6,61
2. Kampus Utara 2,81 0,65
3. Kampus Selatan 4,3 0,99
4. Rektorat 0,94 0,22
5. Kantor MWA dan SA 0,36 0,08
6. Kampus Jatinangor 57,00 13,13
7. Kampus Bekasi 40,00 9,21
8. Kampus Walini (2020) 300,00 69,11
TOTAL 434,09 100,00
G. BIDANG INFRASTRUKTUR AKADEMIK
Sistem Informasi
Sistem Teknologi Informasi ITB saat ini didukung oleh jaringan backbone ITB yang menjangkau seluruh lokasi ITB yaitu: Kawasan Kampus ITB di Jalan Ganesha termasuk didalamnya Perpustakaan Pusat, Sasana Budaya Ganesha, Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI), Gedung Rektorat di Jalan Tamansari, Gedung Balai Penelitian Ilmiah di jalan Surapati, dan Observatorium Bosscha di Lembang.
Disamping jaringan di dalam kampus, dibangun pula Jaringan Eksternal ITB yang memungkinkan terjalinnya konektivitas ITB dengan pihak-pihak luar, baik dengan menggunakan jaringan telekomunikasi ataupun satelit. Jaringan eksternal yang dimaksud disini terdiri dari tiga kategori koneksi yaitu koneksi ke Internet, koneksi ke IIX (Indonesia Internet Exchange), dan koneksi ke Jaringan Pendidikan dan Penelitian (Research and Education Network). Gateway untuk akses ke jaringan eksternal yang dimiliki ITB pada tahun 2005-2009 adalah:
a. Asian Internet Interconnection Initiatives (AI3), menggunakan sambungan (link) Satelit C-Band, digunakan untuk koneksi ke Internet;
b. Trans-Eurasia Information Network (TEIN), yaitu koneksi ke Research and Education Network dengan menggunakan sambungan optik fiber yang tersambung langsung ke
Point of Presence (POP) TEIN2 di Singapura, serta menghubungkan ITB dengan dua jaringan pendidikan tinggi terbesar di dunia, yaitu GÉANT di Eropa dan Abilene di Amerika Serikat;
c. Inherent, yaitu koneksi ke Research and Education Network yang menghubungkan 500 Perguruan Tinggi di Indonesia;
d. Beberapa Penyedia Jasa Internet dalam negeri antara lain untuk koneksi Internet, back-up
koneksi Internet, dan untuk koneksi ke IIX.
Layanan Perpustakaan
Perpustakaan di ITB terdiri dari Perpustakaan Pusat dan perpustakaan di setiap program
studi. Perpustakaan Pusat dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan sedangkan perpustakaan program studi dikelola oleh masing-masing program studi. Total luas ruang perpustakaan yang tersedia saat ini adalah 14.396 m2 17, terdiri atas luas ruang Perpustakaan Pusat sebesar 9.000 m2 dan total luas ruang perpustakaan di seluruh program studi sebesar 5.396 m2. Hingga tahun 2009, perpustakaan ITB, baik Perpustakaan Pusat maupun perpustakaan di setiap program studi telah mengkoleksi sebanyak 323.708 judul buku dan 440.228 eksemplar buku18.
Perpustakaan Pusat ITB menyediakan akses informasi mengenai informasi umum dan koleksi
yang dimiliki melalui beberapa website berikut:19
a. Portal Perpustakaan Pusat ITB (http://www.lib.itb.ac.id).
b. Katalog Elektronik Berbasiskan Web (http://webpac.lib.itb.ac.id). c. Perpustakaan Digital (http://digilib.itb.ac.id).
Layanan Pelatihan Bahasa
Layanan pelatihan bahasa berperan dalam pelatihan bahasa baik bahasa asing maupuan
bahasa Indonesia bagi mahasiswa asing untuk menjawab kebutuhan akan keterampilan
17 Data Direktorat Sarana dan Prasarana per Januari 2010 18 Idem
bahasa maupun persiapan studi lanjut. Layanan pelatihan bahasa diselenggarakan oleh UPT Pusat Bahasa yang mencakup sejumlah kegiatan berikut:
Kursus bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Perancis, bahasa Italia, bahasa Arab, bahasa Jepang dan bahasa Mandarin;
Konsultasi pendirian dan pengembangan Pusat Bahasa dan Pusat Belajar Mandiri Siswa
(Self Acces Centre);
In house Training;
Pelatihan bahasa Indonesia untuk penutur asing;
Penyelenggaraan tes kemampuan bahasa Inggris (English Language Proficiency Test) dan TOEFL ITP;
Penerjemahan bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.
Layanan Kesehatan
Layanan Kesehatan ITB memiliki fungsi memberikan layanan kesehatan rawat jalan secara
khusus kepada sivitas akademika ITB dan secara umum kepada masyarakat umum yang tinggal di sekitar ITB. Layanan kesehatan ITB diurus oleh Unit Pelaksana Teknis Layanan Kesehatan (atau sering disebut Bumi Medika Ganesha ITB–BMG ITB). Layanan kesehatan yang disediakan berupa layanan poliklinik, layanan apotek, layanan laboratorium, dan layanan akupuntur. Layanan poliklinik yang disediakan saat ini hanya bersifat rawat jalan dan meliputi poliklinik umum, gigi, spesialis penyakit dalam, spesialis mata, spesialis radiologi, spesialis anak, spesialis ortodonti, dan spesialis kandungan.
Sarana Olah Raga
Sarana Olah Raga ITB berfungsi untuk memfasilitasi kebutuhan kesehatan jasmani civitas akademika ITB serta masyarakat umum, dalam berbagai bentuk olah raga. Sarana Olah Raga ITB diurus oleh Unit Pelaksana Teknis Sarana Olah Raga.
H. ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Organisasi dan Manajemen
Berkaitan dengan ditolaknya UU BHP oleh Mahkamah Konstitusi pada bulan Januari 2010,
status organisasi ITB ditinjau dari sisi legal-formal organisasi, yaitu PP 155 dan Angaran Rumah Tangga ITB BHMN dipertanyakan. Pada saat penyusunan Rencana Strategis ini dilakukan, ditetapkan kebijakan lokal oleh Rektor ITB bahwa untuk menjaga kesinambungan kerja kegiatan akademik maka ITB masih menganut aturan pengelolaan BHMN yang ada sampai adanya ketetapan baru.
Keuangan
Status otonom memberikan fleksibilitas dan memungkinkan ITB meningkatkan
penerimaannya dari kurang-lebih Rp 250 milyar pada tahun 2001 menjadi Rp 650 milyar pada tahun 2009. Realisasi penerimaan ITB pada tahun 2009 mencapai Rp 673,99 milyar dengan komposisi 33,03 persen bersumber dari DIPA ITB dan 66,97 persen bersumber dari Dana Masyarakat (DM)20.
Dana Lestari yang dihimpun dari kalangan pemegang kepentingan ITB yang dikelola melalui
SKD ITB, sampai tahun 2009 telah mencapai Rp 37,36 milyar, dengan hasil investasi Rp 3,8 milyar. Selain itu terdapat perolehan Dana Donasi Bersyarat sebesar Rp 9,98 milyar. Kontribusi SKD ke Satuan Akademik (SAk) pada tahun 2009 adalah sebesar Rp 2,76 milyar,
terdiri dari penyaluran Hasil Investasi Dana Lestari Rp 12,37 juta dan Dana Donasi Bersyarat sebesar Rp 2,74 milyar21.
I. POSISI ITB DI ANTARA PERGURUAN TINGGI TERKEMUKA DI ASIA
Untuk dapat mengukur posisi capaian kinerja ITB saat ini, sangat penting dilakukan komparasi kinerja ITB dengan sejumlah perguruan tinggi terkemuka, khususnya di Asia. Komparasi didasarkan pada indikator utama untuk universitas kelas dunia, yaitu jumlah paten, jumlah publikasi, jumlah sitasi dan jumlah staf dosen yang menjadi penulis artikel ilmiah. Berdasarkan jumlah paten yang dihasilkan, posisi ITB masih jauh tertinggal dari sejumlah perguruan tinggi terpandang Asia, seperti Universitas Tokyo, Universitas Kyoto, Universitas Nasional Taiwan, dan lain sebagainya. Secara grafis, komparasi jumlah paten yang dihasilkan ITB dan sejumlah universitas terkemuka Asia dapat dilihat pada Gambar 2.722.
Gambar 2. 8 Grafik Perbandingan Jumlah Paten Sejumlah Perguruan Tinggi di Asia
Jumlah publikasi ITB yang telah meningkat dalam lima tahun terakhir ternyata masih jauh
dibawah jumlah publikasi sejumah perguruan tinggi terkemuka di Asia. Gambar 2.8 memperlihatkan jumlah publikasi sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Asia23.
Gambar 2. 9 Grafik Perbandingan Jumlah Publikasi Sejumlah Perguruan Tinggi di Asia
Berdasarkan jumlah sitasi, posisi ITB juga masih jauh di bawah perguruan tinggi terkemuka di Asia lainnya. Gambar 2.9 memperlihatkan hal tersebut24.
Gambar 2. 10 Grafik Perbandingan Jumlah Sitasi Sejumlah Perguruan Tinggi di Asia
Berdasarkan jumlah penulis pada publikasi internasional, posisi ITB relatif terhadap perguruan tinggi terkemuka di Asia juga masih jauh tertinggal (lihat Gambar 2.10)25.
Gambar 2. 11 Grafik Perbandingan Jumlah Penulis Sejumlah Perguruan Tinggi Di Asia
2.4.6. KONDISI INTERNAL YANG MEMPENGARUHI
A. KEKUATAN
Sebagian besar kekuatan ITB masih terfokus pada pendidikan, yaitu:
Reputasi ITB di dalam negeri sangat tinggi.
Kualitas intake mahasiswa (S1) sangat tinggi.
Keterpaduan program S1, S2, dan S3 yang dapat menarik lulusan S1 untuk melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi yang berpotensi menjadi tenaga peneliti yang potensial.
Kualifikasi dosen yang tinggi (berdasarkan tingkat pendidikan).
Komitmen dosen dalam pengajaran yang tinggi.
Meningkatnya daya tarik sejumlah program studi bagi mahasiswa asing.
Terkait dengan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, sejumlah kekuatan ITB masih
merupakan potensi yang dapat terus dikembangkan menjadi kekuatan, yaitu:
Meningkatnya minat dalam penelitian.
Daya saing peneliti ITB yang tinggi dalam meraih dana kompetisi untuk penelitian.
Akumulasi pengalaman dosen dalam layanan untuk masyarakat dalam bentuk pelatihan
dan konsultasi.
Dalam sistem pengelolaan, melalui penataan selama hampir satu dekade, sejumlah kekuatan yang dapat mendukung pengelolaan ITB WCU secara akuntabel, yaitu:
Predikat WTP untuk Laporan Keuangan ITB pada tahun 2008 dan 2009 dapat sebagai kekuatan menarik kepercayaan masyarakat dalam penggalangan dana.
Sistem informasi manajemen terpadu mengintegrasikan sistem perencanaan, sistem
pengadaan barang dan jasa, sistem keuangan merupakan kekuatan yang memungkinkan proses pengelolaan program dan anggaran secara efektif dan efisiensi.
B. KELEMAHAN
Disamping kekuatan, sejumlah kondisi internal ITB masih merupakan kelemahan yang tidak mendukung upaya mewujudkan visi dan objektif pengembangan ITB 2010 - 2015. Sejumlah kelemahan yang perlu mendapat perhatian serius mencakup kondisi-kondisi berikut.
Pendidikan
Aspek pembelajaran soft skill (komunikasi, kerjasama, dsb) yang masih kurang dalamkandungan kurikulum pendidikan ITB.
Pengelolaan Program TPB yang merupakan tahap pembangunan fondasi budaya belajar, keilmuan dan karakter mahasiswa yang perlu ditingkatkan.
Efisiensi internal program pendidikan yang relatif masih rendah, khususnya S1 dimanamahasiswa yang lulus tepat waktu baru mencapai 57,47 persen (4 tahun) dan S3 dengan mahasiswa lulus tepat waktu hanya mencapai 3,39 persen (3 tahun).
Kualitas program pascasarjana ITB masih kalah bersaing dengan program pascasarjana universitas luar negeri dalam menarik lulusan S1 terbaik.
Promosi dan informasi tentang ITB untuk program pendidikan masih kurang. Penelitian
Belum terpadunya program penelitian ITB (antar pusat penelitian, pusat, fakultas,kelompok keahlian, lab).
Belum terbangunnya peta jalan kegiatan penelitian dan pengembangan secara konsisten; kegiatan penelitian dan pengembangan lebih bersifat reaktif terhadap permintaan sesaat.
Lemahnya koordinasi kegiatan penelitian antar unit-unit penelitian.
Belum terbangunnya komitmen SDM ITB pada kegiatan penelitian.
Promosi dan diseminasi hasil penelitian dan pengembangan masih terbatas. Pengabdian pada Masyarakat
Kebijakan dan sistem tata kelola bidang pengabdian pada masyarakat tidak mampumenarik proyek kerjasama secara maksimal.
Alokasi sumber daya untuk program pengabdian pada masyarakat belummempertimbangkan kegiatan pendidikan dan penelitian secara komprehensif. Sumber Daya Manusia
Regenerasi dosen yang terlambat, menyebabkan jumlah dosen mengalamipenurunan secara gradual selama lima tahun terakhir dengan populasi yang didominasi oleh kelompok usia di atas 40 tahun.