• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pemahaman IPA Materi Gaya melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas Iv MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pemahaman IPA Materi Gaya melalui Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siswa Kelas Iv MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN IPA MATERI GAYA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV MI NURUL FALAH WONOAYU SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh:

NAILUL FARIKHAH NIM. D97213120

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nailul Farikhah. 2017. Peningkatan Pemahaman IPA Materi Gaya Melalui Model Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu

Sidoarjo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN

Sunan Ampel Surabaya.Wahyuniati, M.Si.

Kata Kunci: PemahamanIPA, Model Numbered Heads Together (NHT), Gaya Latar belakang penulisan ini adalah siswa merasa jenuh dalam pembelajaran disebabkan karena guru sangat jarang bahkan tidak pernah menggunakan model atau pun media yang memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaranakibatnya hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menjelaskan dan menyebutkan pada pemahaman siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mengambil pembelajaran melalui Model Numbered Heads Together (NHT) mata pelajaran IPA materi gaya.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo? (2) Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo?

Metode penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan yaitu, (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes serta dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, lembar wawancara serta dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif yang diuraikan secara deskriptif dan analisis data kualitatif.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN MOTTO ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ...vi

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ...xvi

DAFTAR DIAGRAM ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tindakan Yang Dipilih ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Lingkup Penelitian ... 5

F. Signifikansi Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pemahaman ... 8

1. Pengertian Pemahaman ... 8

2. Aspek Pemahaman ... 10

(8)

B. Pembelajaran IPA di MI... 12

1. Pengertian IPA ... 12

2. Ruang Lingkup IPA ... 13

3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI/SD ... 14

C. Materi Gaya IPA MI/SD ... 16

1. Pengertian Gaya ... 17

2. Jenis-jenis Gaya... 18

3. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda ... ... 19

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda... ... 21

5. Hakikat Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda ... ... 22

D. Kajian Tentang Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 23

1. Pengertian Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 23

2. Tujuan Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 24

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together ... 25

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 26

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 28

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 31

1. Setting Penelitian... 31

2. Subjek Penelitian ... 32

C. Variabel Penelitian ... 32

D. Rencana Tindakan ... 32

1. Siklus I... 33

2. Siklus II ... 38

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 40

(9)

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

F. Analisis Data ... 46

G. Indikator Kinerja……… .. 50

H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53

1. Siklus I... 53

2. Siklus II ... 69

B. Pembahasan ... 88

Bab V PENUTUP A. Simpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA………. ... 98

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. ... 100

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………. .. 101

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 42

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 44

Tabel 3.3 Rumus untuk Menghitung Aktivitas Guru ... 47

Tabel 3.4 Rumus untuk Menghitung Aktivitas Siswa ... 47

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dan siswa dalam Pembelajaran ... 48

Tabel 3.6 Rumus untuk Menghitung Rata-rata Nilai Pemahaman ... 48

Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata Pemahaman ... 49

Tabel 3.8 Rumus untuk Ketuntasan Pemahaman ... 49

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Keberhasilan Pemahaman ... 50

Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siklus I dengan Menggunakan Model Numbered Heads Together (NHT) ... 60

Tabel 4.2 Hasil Pemahaman Siswa Siklus I pada Aspek Indikator Menjelaskan dan Menyebutkan ... 62

Tabel 4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 64

Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 65

Tabel 4.5 Data Nilai Hasil Belajar Siklus I dengan Menggunakanm Model Numbered Heads Together ... 77

Tabel 4.6 Hasil Pemahaman Siswa Siklus II pada Aspek Indikator Menjelaskan dan Menyebutkan ... 79

Tabel 4.7 Perbandingan Data Hasil Belajar Nilai Pra Siklus dengan Nilai Siklus I dan Siklus II ... 80

Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 82

Tabel 4.9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 84

Tabel 4.10 Perbandingan Data Hasil Belajar Nilai Siklus I dengan Hasil Nilai Pemahaman ... 86

(11)

Nilai Pemahaman ... 87

Tabel 4.12 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II .... 92

Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin ... 30

Gambar 4.1 Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawa Siklus I ... 55

Gambar 4.2 Langkah Awal Penomoran ... 56

Gambar 4.3 Langkah Kedua Mengajukan Pertanyaan ... 57

Gambar 4.4 Langkah Ketiga Berpikir Bersama ... 58

Gambar 4.5 Langkah Keempat Menjawab... 58

Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Soal-soal Evaluasi... 59

Gambar 4.7 Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawa Siklus II ... 71

Gambar 4.8 Langkah Awal Penomoran ... 72

Gambar 4.9 Langkah Kedua Mengajukan Pertanyaan ... 73

Gambar 4.10 Langkah Ketiga Berpikir Bersama ... 74

Gambar 4.11 Langkah Keempat Menjawab... 75

(13)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Diagram Batang Rata-rata Nilai Ketuntasan Belajar dan

Prosentase Ketuntasan Belajar Materi Gaya ... 93

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Profil Sekolah

Lampiran 2 : Lembar Wawancara Guru dan Siswa

Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru dan Siswa

Lampiran 4 : Lembar Observasi Guru dan Siswa

Lampiran 5 : Hasil Observasi Guru dan Siswa

Lampiran 6 : RPP

Lampiran 7 : Kisi-Kisi Soal

Lampiran 8 : Hasil Tes Pemahaman Siswa

Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa

Lampiran 10 : Lembar Hasil Evaluasi Siswa

Lampiran 11 : Lembar Validasi RPP dan Soal

Lampiran 12 : Lembar Validasi Observasi Guru dan Siswa

Lampiran 13 : Surat-Surat

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar

(khususnya). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mendasari

perkembangan teknologi modern dan berupaya membangkitkan minat manusia

agar mau meningkatkan kecerdasan pemahamannnya tentang gejala-gejala alam

yang terjadi di sekitar.1 Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional

dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan IPA di masukkan ke dalam

kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan

yakni: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu

dipersoalkan panjang lebar (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka

IPA tidaklah merupakan suatu mata pembelajaran yang memberikan kesempatan

berpikir kritis (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan- percobaan yang

dilakukan oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat

belaka (4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu

1

(16)

2

mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara

keseluruhan.2

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses

pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan

kemampuan berpikir siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung

di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi.

Siswa tidak hanya berhenti pada proses penyebutan dan penghafalan materi

pembelajaran, namun juga mampu untuk melangkah lebih jauh pada sisi

pemahaman dan penerapan.3

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru IPA kelas

IV MI Nurul Falah pada tanggal 3 Januari 2017, bahwasanya guru pada proses

pembelajaran lebih sering menggunakan model konvensional, maksudnya

pembelajaran yang berpusat pada guru sedangkan siswa hanya duduk diam dan

hanya mendengarkan apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal ini

menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menjelaskan dan memberikan

contoh-contoh pada pemahaman siswa dalam memahami materi IPA.

Siswa kelas IV di MI Nurul Falah Sidoarjo mengalami kesulitan dalam memahami materi gaya. Hal ini peneliti ketahui dari rekapitulasi sementara hasil

pre tes yang dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2017. Dari 20 siswa hanya 8

2

Ibid, 4. 3

(17)

3

siswa yang mencapai kriteria pemahaman sedangkan 12 siswa lainnya mendapat

nilai dibawah kriteria pemahaman. Jika di prosentasikan, siswa kelas IV MI

Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo yang tidak tuntas kriteria pemahaman sebesar

60% sedangkan yang tuntas hanya 40%. Hal ini disebabkan karena pada

pembelajaran IPA guru sangat jarang bahkan tidak pernah menggunakan model

ataupun media yang membuat siswa mudah dalam memahami materi

pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah kemudian menyuruh

siswa mengerjakan di LKS, akibatnya siswa merasa jenuh dalam pembelajaran.

Untuk mengantisipasi timbulnya masalah diatas, guru dituntut untuk mencari dan menemukan suatu cara yang dapat mengoptimalkan tercapainnya tujuan

pembelajaran dan mendukung siswa agar dapat meningkatkan keaktifan dan

pemahaman mata pelajaran IPA materi gaya.

Penulis berharap bahwa dengan penerapan Model Numbered Heads Together (NHT) ini, keaktifan siswa dapat ditingkatkan maka kemungkinan besar

pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru dengan

menggunakan model ini juga semakin meningkat. Dalam belajar kelompok

model ini mempunyai lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab individual, interaksi personal, kerja sama, dan proses kelompok.

Penulis menggunakan model ini karena penulis menganggap perlu untuk

meningkatkan ketertarikan siswa dan keaktifan siswa sehingga siswa mudah

(18)

4

Adapun peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan model Numbered Heads Together. Berikut ini judul yang pernah

digunakan dalam penelitin tindakan kelas dan berhasil dalam menggunakan

model tersebut dalam penelitian diantaranya adalah 1)Penerapan Model

Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Pemahaman

dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran IPA Materi Bumi dan Peristiwa Alam dan

2)Meningkatkan Pemahaman Materi Zakat dengan Menggunakan Metode

Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Klero 01 Kec.

Tangeran Kab. Semarang Tahun 2010.

Setelah mengetahui alasan diatas, untuk tugas penelitian tindakan kelas peneliti mencoba mengambil tema “Peningkatan Pemahaman IPA Materi

Gaya Melalui Model Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu

(19)

5

2. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi gaya dengan

menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) di kelas

IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo?

C. Tindakan Yang Dipilih

Guru dituntut untuk mencari dan menemukan suatu cara yang dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran dan mendukung siswa agar

lebih aktif dalam bertanya. Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah

yang dihadapi dalam pembelajaran dengan menggunakan Model Numbered

Heads Together (NHT). Di dalam model pembelajaran ini, melatih siswa untuk

meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa sehingga siswa mudah dalam

memahami pelajaran IPA materi gaya.

Dengan Model Numbered Heads Together (NHT) ini diharapkan dapat menigkatkan pemahaman mata pelajaran IPA materi gaya pada siswa kelas IV

MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah, tahapan dan pilihan media dalam model

pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang efektif pada

(20)

6

2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa pada

materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads

Together (NHT) di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo.

E. Lingkup Penelitian

Supaya penelitian ini bisa fokus dengan obyek, maka permasalahan tersebut akan kami batasi pada hal-hal berikut:

1. Penelitian ini membahas mengenai peningkatan pemahaman IPA di kelas IV

MI Nurul Falah Wonoayu.

2. Subyek penelitian adalah pada siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu

Sidoarjo.

3. Penerapan (pelaksanaan) tindakan dalam penelitian ini dengan menggunakan

model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan

pemahaman IPA di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu.

4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya.

5. Adapun Standar Kompetensi (SK) dari materi ini adalah Memahami gaya

dapat mengubah gerak atau bentuk suatu benda dengan Kompetensi Dasar

(KD) yang dipilih yaitu Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.

F. Signifikansi Penelitian

(21)

7

1. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi gaya

melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

2. Bagi Guru

Penelitian ini digunakan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya

dan untuk mengembangkan pembelajaran di kelas.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih yang besar pada sekolah

dalam rangka perbaikan kualitas pelajaran di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini akan memperluas pengalaman saat melakukan pembelajaran di

kelas dalam pengajaran tentang materi gaya melalui model pembelajaran

Numbered Heads Together (NHT).

5. Bagi Masyarakat

Dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan

(22)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman

Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak, pendapat, aliran,

mengerti benar. Adapun istilah pemahaman diartikan dengan proses, cara,

perbuatan memahami atau memahamkan.1

Menurut kemdiknas agar mutu pembelajaran pada SD/MI akan meningkat jika pemahaman bahwa keterlibatan siswa secara aktif dalam

pembelajaran yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk

mencapai pemahaman konsep.2

Pemahaman menurut Bloom adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru

kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa

yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil

penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

Bloom mengklarifikasikan pemahaman ke dalam jenjang kognitif kedua yang menggambarkan pengertian, sehingga seseorang yang mengetahui

1

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah (Jakarta: Kencana, 2013), 208. 2

(23)

9

bagaimana berkomunikasi. Dalam pemahaman tidak hanya sekedar

memahami sebuah informasi tetapi termasuk juga keobjektifan, sikap dan

makna yang terkandung dari sebuah informasi. Dengan kata lain, seseorang

dapat mengubah suatu informasi yang ada dalam pikirannya ke dalam bentuk

lain yang lebih berarti.

Untuk memahami sesuatu, menurut Bloom siswa harus melakukan lima

tahapan berikut, yaitu:

1) Receiving (menerima)

2) Responding (membanding-bandingkan)

3) Valuing (menilai)

4) Organizing (diatur)

5) Characterization (penataan nilai)

Pemahaman akan tumbuh berkembang jika ada proses berpikir yang sistematis dan jelas. Sehingga seyogyanya seorang pengajar tidak

mempersulit yang mudah, melainkan sebaliknya harus mempermudah yang

sulit.

Dalam pembelajaran, pemahaman dimaksudkan sebagai kemampuan siswa untuk dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru. Dengan kata

lain, pemahaman merupakan hasil dari proses pembelajaran. Dengan

demikian, dapat dipahami bahwa pemahaman adalah suatu proses mental

(24)

10

2. Aspek Pemahaman

Menurut Carin dan Sund pemahaman adalah suatu proses yang terdiri dari tujuh tahapan kemampuan dan dikategorikan pada beberapa aspek,

dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu ini berarti bahwa seseorang yang telah

memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu

menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima.

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas

mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah

dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu

memberikan gambaran, contoh dan penjelasan yang lebih luas dan

memadai.

c. Pemahaman lebih dari sekadar mengetahui, karena pemahaman

melibatkan proses mental yang dinamis, dengan memahami ia akan

mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya

memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi mampu memberikan

gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat ini.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing

(25)

11

menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi.3

3. Indikator Pemahaman

Indikator adalah sesuatu yang memberi petunjuk atau keterangan.

Pemahaman merupakan domaian kognitif yang mengacu kepada kemampuan

memahami makna materi.4

Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan

dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau

kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan

pemahaman ini bisa pemahaman terjemahan, pemahaman menafsirkan

ataupun pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman menerjemahkan yakni

kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu

contohnya menerjemahkan kalimat, sandi dan lain sebagainya. Pemahaman

menafsirkan sesuatu contohnya menafsirkan grafik, sedangkan pemahaman

ekstra polasi, yakni kemampuan untuk melihat dibalik yang tersirat atau

tersurat.5

Indikator yang di gunakan dalam pemahaman, diantaranya: mengubah,

menjelaskan, mengikhtisarkan, menyusun kembali, menafsirkan,

3

Ahmad Susanto, Teori ... 209-211. 4

Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 29. 5

(26)

12

membedakan, memperkirakan, memperluas, menyimpulkan, menganulir,

mempertahankan, melukiskan kata-kata sendiri.6

Adapun indikator pemahaman pada materi gaya kelas IV di MI Nurul

Falah yang peneliti pakai diantaranya:

1. Siswa dapat menjelaskan gaya

2. Siswa dapat memberikan contoh-contoh

B. Pembelajaran IPA di MI 1. Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA

atau science itu penegertiannya dapat disebut ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

Menurut Nash menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati

dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara

suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk

suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.7

6

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 97. 7

(27)

13

Menurut H. W Fowler IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan

didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.

Adapun Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya

ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan

sikap ilmiah.8

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti

observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

terbuka, jujur dan sebagainya.

2. Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup kajian IPA di SD/MI secara umum ada dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep diantaranya adalah:

a. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan berkomunikasi

ilmiah, sikap, penegembangan kreativitas, pemecahan masalah dan

nilai ilmiah.

8

(28)

14

b. Lingkup pemahaman konsep dalam kurikulum KTSP relatif sama jika

dibandingkan dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang

sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat

dalam kurikulum KTSP diantaranya:

a) Makhluq hidup beserta proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi: cair, padat

dan gas.

c) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

d) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI/SD

Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep

yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata

pelajaran kimia, biologi dan fisika.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan,

maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup

(29)

15

b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan

d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta

menghargai para ilmuan penemunya.

e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan.

Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara

umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi bloom bahwa:

a. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang

merupakan tujuan utama dari pembelajaran.

b. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari

prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.

c. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk

dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya

keteraturannya.

d. Pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan keterampilan

(psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman

(kognitif), kebiasaan dan apresiasi.9

Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam badan nasional

standar Pendidikan (BSNP) dimaksudkan untuk:

9

(30)

16

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran tuhan yang maha esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.10

C. Materi Gaya IPA MI/SD

Peneliti mengetahui bahwa materi IPA MI/SD pada KTSP merupakan perpaduan antara Fisika dan Biologi.11 Kemudian peneliti mengambil materi

10

Ahmad susanto, Teori ... 171-172. 11

(31)

17

tentang gaya yang ada di kelas IV. Berikut ini adalah pembahasan materi gaya

yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas:

1. Pengertian Gaya

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Seorang tukang bakso yang sedang mendorong

gerobak baksonya berarti dia sedang melakukan gaya terhadap gerobak. Pada

saat yang sama, ia melihat seorang ibu yang sedang menimba air di sumur.

Untuk mendapatkan air yang ada di sumur, ibu tersebut harus menarik tali

yang telah dikaitkan dengan ember. Tarikan yang dilakukan oleh ibu tersebut

merupakan gaya.

Di dalam Ilmu Pengetahuan Alam, gaya sering diartikan sebagai dorongan dan tarikan. Bila kita menarik atau mendorong suatu benda, maka

dapat diartikan kita memberikan gaya terhadap benda tersebut. Untuk

melakukan suatu gaya diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat, namun

pengaruhnya dapat dirasakan. Semakin besar gaya yang dilakukan, semakin

besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang

disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N).12

12

(32)

18

2. Jenis-jenis Gaya

Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan menjadi beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Gaya otot

Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh tenaga otot. Contoh gaya otot adalah pada saat kita menarik atau mendorong meja, membawa belanjaan ibu, dan menendang bola. Karena terjadi sentuhan maka gaya

ini termasuk gaya sentuh.

b) Gaya gesek

Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena adanya sentuhan dua permukaan benda. Contoh gaya gesek adalah gaya yang bekerja pada rem sepeda. Pada saat akan berhenti, karet rem pada sepeda akan bersentuhan

dengan pelek sepeda sehingga terjadi gesekan yang menyebabakan sepeda dapat berhenti ketika dilakukan pengereman.

c) Gaya magnet

Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet adalah tertariknya paku

ketika didekatkan dengan magnet, dinamo sepeda. Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada dalam medan magnet. Magnet

(33)

19

d) Gaya gravitasi

Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi. Bila

kita melempar benda ke atas baik dari kertas, pensil atau benda lain maka semua benda itu akan jatuh ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi.

Berbeda bila di luar angkasa para astronot tidak merasakan gaya gravitasi, akibatnya mereka akan melayang-layang bila berada di luar angkasa.

e) Gaya listrik

Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena aliran muatan listrik.

Aliran muatan listrik ini ditimbulkan oleh sumber energi listrik. Contoh

gaya listrik adalah bergeraknya kipas angin karena dihubungkan dengan

sumber energi listrik. Muatan listrik dari sumber energi listrik mengalir

ke kipas angin, sehingga kipas angin dapat bergerak.13

3. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda

Adapun pengaruh gaya pada gerakan benda diantaranya adalah:

1) Gaya Dapat Mempercepat Gerakan Benda

Cepat atau lambatnya gerakan benda dipengaruhi oleh gaya. Contohnya

saat menendang bola, gaya dorong yang lemah membuat bola bergerak

pelan. Sedangkan sebaliknya, jika gaya dorong yang kuat membuat bola

dapat bergerak lebih cepat.

13

(34)

20

2) Gaya Dapat Mengubah Arah Gerak Benda

Arah gerak benda dapat berubah akibat gaya. Contohnya saat kamu

keluar masuk kamar, tentu kamu akan menarik pintu saat membukanya.

Gaya yang digunakan adalah gaya Tarik. Sedangkan kamu akan

mendorong pintu saat menutupnya. Gaya yang digunakan adalah gaya

dorong.

3) Gaya Dapat Memperlambat Gerak Benda

Gerakan bola melambat dan berhenti karena terdapat gaya yang

menahannya. Gaya yang dapat memperlambat dan menghentikan bola

disebut gaya gesek. Gaya gesek terjadi apabila terdapat dua permukaan

yang saling bersentuhan. Jika gaya geseknya besar, benda akan semakin

mudah berhenti. Sebaliknya, jika gaya geseknya kecil benda akan

berhenti lebih lama. Gaya gesek akan besar jika permukaan tidak rata.

Sedangkan gaya gesek dapat diperkecil dengan cara menghaluskan

permukaan benda.

4) Gaya Dapat Menghentikan gerak Benda

Selain menyebabkan benda bergerak, gaya juga dapat membuat benda

berhenti. Gaya yang membuat benda berhenti adalah gaya gesek.

Contohnya, sepeda dapat berhenti jika diberi gaya, yaitu dengan menarik

rem. Sepeda berhenti karena ada gaya gesek dari roda dan rem.14

14

(35)

21

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda

Benda dapat bergerak karena adanya gaya yang bekerja pada benda. Jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda maka benda tidak dapat bergerak

atau berubah kedudukannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi gerak

suatu benda adalah adanya gaya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan

yang terjadi pada benda.

a) Adanya Gravitasi Bumi

Kamu tentu pernah melihat buah mangga yang jatuh sendiri dari

pohonnya. Jatuhnya buah mangga tersebut merupakan akibat adanya gaya

tarik bumi yang disebut gravitasi. Gravitasi menyebabkan benda dapat

bergerak jatuh kebawah. Apabila kita melempar bola ke atas maka bola

tersebut akan kembali ke bawah karena adanya gravitasi bumi.

b) Dorongan atau Tarikan

Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa benda dapat bergerak

karena adanya gaya yang berupa tarikan atau dorongan. Ember yang

terikat dengan tali yang ada di sumur tidak dapat bergerak ke atas apabila

tidak ditarik. Begitu pula mobil yang mogok akan bergerak apabila ada

orang yang mendorongnya. Hal ini menunjukkan bahwa tarikan dan

dorongan mempengaruhi gerak benda. Benda yang didorong atau ditarik

ke arah kiri maka akan bergerak dengan arah yang sama. Gerak benda

yang terjadi karena dorongan atau tarikan dipengaruhi oleh permukaan

(36)

22

c) Tekanan Udara

Layang-layang dapat melayang ke udara karena adanya tekanan udara.

Tekanan udara dapat menyebabkan benda bergerak. Udara yang bergerak

inilah yang disebut angin. Burung yang terbang dapat bergerak karena

adanya dorongan angin. Begitu pula dengan mainan pesawat yang terbuat

dari kertas.

5. Hakikat Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda

Gaya adalah tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi benda baik posisi ataupun bentuknya. Gaya mengakibatkan adanya perubahan pada

benda, dengan kata lain gaya dapat mempengaruhi suatu benda. Pengaruh

gaya terhadap gerak benda adalah sebagai berikut:

a) Gaya dapat menggerakkan benda diam. Benda diam akan bergerak jika

diberi gaya

b) Gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam. Benda yang bergerak

bisa saja menjadi diam jika diberi gaya

c) Gaya dapat mengubah kecepatan gerak benda. Benda dapat bergerak

cepat ataupun lambat karena dipengaruhi oleh gaya

d) Gaya dapat mengubah arah gerak benda.

e) Gaya dapat mengubah arah gerak suatu benda, tergantung besar kecinya

(37)

23

D. Kajian Tentang Model Pembelajaran Numbered Heads Together 1. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Pada dasarnya, Numbered Heads Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin, metode yang dikembangkan oleh Russ

Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi

kelompok.15

Numbered Heads Together (NHT) merupakan pendekatan struktural pembelajaran kooperatif yang telah diawali dengan Numbering, yaitu

membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan

mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Setelah kelompok

terbentuk, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh

tiap-tiap kelompok. Tiap-tiap kelompok diberikan waktu untuk menemukan

jawaban, menyatukan kepalanya (heads together) berdiskusi memikirkan

jawaban pertanyaan guru. Selanjutnya guru memanggil peserta didik yang

memiliki nomer yang sama dari tiap-tiap kelompok dan mereka memberi

jawaban atas pertanyaan guru. Hal ini dilakukan terus hingga semua peserta

didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapatkan

giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.

15

(38)

24

Jawaban-jawaban siswa tersebut dipergunakan guru untuk menyusun

penegetahuan yang utuh.16

Jadi, yang dimaksud dengan Numbered heads Together adalah sebuah

metode pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif yang menekankan

keaktifan dan kerjasama siswa dan langkah-langkah pembelajarannya terdiri

dari: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama , menjawab.

2. Tujuan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

Tujuan yang hendak dicapai melalui pembelajaran kooperatif dengan Numbered Heads Together (NHT) diantranya adalah:

a. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik. Model ini dapat membantu siswa untuk memahami materi.

b. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai latar belakang, antara lain perbedaan suku, agama,

kemampuan akademis dan tingkat sosial.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, antara

lain: berbagi tugas, aktif menjawab pertanyaan, menghargai pendapat

16

(39)

25

orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam

kelompok.17

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Togethe

Model ini dikembangkan oleh Spancer Kagan (1993) dengan melibatkan

para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek atau memeriksa pemahaman siswa mengenai isi pelajaran.18Dalam

mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur

empat fase sebagai sintaks Numbered Heads Together.

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 5 orang dan

kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-4.

b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya

dapat bervariasi. Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya, misalnya:

“Mengapa bola yang diam tidak dapat menggelinding sendiri?”.

c. Fase 3 : Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

17

Syaifurahman, dkk, Manajemen dalam Pembelajaran (Jakarta: Indeks, 2013), 73. 18

(40)

26

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.19

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Heads Together

a. Kelebihan

1) Dapat meningkatkan nilai “tambah” bagi dirinya, seperti rasa percaya

diri, kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegoisasi, sikap yang

positif.

2) Dapat menambah kemampuan siswa dalam berpikir logis

3) Mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru

4) Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide

atau pendapat dengan komunikasi yang interaktif.

5) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya dalam memahami

topik atau memecahkan masalah.

6) Pemahaman yang lebih mendalam

7) Aktivitas di dalam model ini dapat mendorong siswa untuk berpikir

dalam suatu tim dan berani tampil mandiri.20

19

Trianto, Mendesain ... 82. 20

(41)

27

b. Kekurangan

1) Lebih menekankan penilaian atas dasar hasil kerja kelompok, bukan

hasil kerja siswa individual.

2) Membutuhkan fasilitas dan material yang memadai.

3) Membutuhkan waktu yang cukup lama.

4) Kemungkinan dapat memicu timbulnya konflik di kalangan siswa

dalam satu kelompok bilaman terjadi perbedaan pendapat dalam

berdiskusi.

5) Memungkinkan siswa yang memiliki kecerdasan tinggi bekerja lebih

banyak daripada siswa yang memiliki kecerdasan rata-rata.21

21

(42)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin pada

awal tahun 1940. Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research

adalah suatu proses pengembangan daya fikir reflektif, diskusi, dan pengambilan

keputusan sekaligus tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang biasa yang

berpartisipasi dalam penelitian bersama mengenai “kesulitan pribadi” yang sama

-sama mereka alami.1

Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik khusus. Pertama, PTK meneliti mengenai masalah- masalah dalam praktik pembelajaran di kelas.

Kedua, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk memecahkan masalah

tersebut. Ketiga terdapat perbedaan sebelum dan sesudahnya. Keempat, guru

sendiri yang berperan sebagai peneliti.2

Dalam penelitian tindakan kelas ini Suharsimi dan Supadi menjelaskan

bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga unsur yakni sebagai berikut:

1

Susilo,Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru (Malang: Bayumedia Puplishing, 2009), 2.

2

(43)

29

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu obyek tertentu melalui

metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk

menyelesaikan suatu masalah.

2. Tindakan adalah aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu

yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.3

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara penelitian berkolaborasi

dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas melalui model Numbered

Heads Together (NHT) sebagai bentuk upaya meningkatkan pemahaman materi

gaya mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV MI Nurul Falah.

Dari penjelasan di atas, maka PTK dapat diartikan sebagai suatu kegiatan

mengkaji suatu masalah pembelajaran didalam kelas dengan cara melakukan

rangkaian tindakan terencana dengan menganalisis pengaruh keberhasilan yang

dicapai. Model yang digunakan dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini

adalah model Kurt Lewin. Desain penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiri

dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action),

observasi (observation), refleksi (reflection).

3

(44)

30

Gambar 3.1

Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin.

Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti melakukan tindakan identifikasi

terhadap masalah yang akan diteliti. Peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan

dan membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakaan termasuk instrumen

penilaian dan perangkat pembelajaran. Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan

dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya

peningkatan pemahaman siswa dengan menerapkan model Numbered Heads

Together (NHT). Selanjutnya refleksi, peneliti mengkaji, melihat, menganalisis,

tindakan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi tersebut disusun rencana

berikutnya. Rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi untuk dilaksanakan

[image:44.612.147.526.114.487.2]
(45)

31

Di dalam penelitian ini, peneliti mencampur dua data yaitu data kuantitatif

dan data kualitatif. Disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka

dan analisis menggunakan statistik.4 Sedangkan data kualitatif yaitu data yang

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif deskriptif.5

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo. Sekolah yang tempatnya strategis dan mudah dijangkau untuk melaksanakan

penelitian dan mencari data.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2016/2017. Pra siklus dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2017, siklus I

dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2017 dan siklus II dilaksanakan pada

tanggal 14 januari 2017.

c. Siklus PTK

PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan

pemahaman materi gaya melalui model pembelajaran Numbered Heads

4

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian R dan D (Bandung: Alfabeta, 2009), l7.

5

(46)

32

Together (NHT) pada siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo

dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu

Sidoarjo dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari perempuan semuanya.

Obyek yang diteliti peneliti adalah pemahaman materi gaya mata pelajaran

IPA siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo untuk melakukan

peningkatan maka peneliti menggunakan model Numbered Heads Together

(NHT).

C. Variabel yang diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini, variabel- variabel sebagai berikut: 1. Variabel input : Siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo

2. Variabel proses : Model Numbered Heads Together (NHT)

3. Variabel output : Peningkatan Pemahaman Gaya

D. Rencana Tindakan

Penelitian ini menggunakan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yaitu meliputi: (1) tahap perencanaan (2) tahap pelaksanaan (3) tahap pengamatan (4)

(47)

33

siklus pertama atau siklus 1, adapun rencana tindakan pada setiap siklus

diuraikan sebagai berikut:

Siklus 1

1. Rencana tindakan

Merupakan persiapan yang akan dilakukan dan dipersiapkan untuk melaksanakan PTK sebagai berikut:

a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan perbaikan, siklus 1 dilakukan

pada tanggal 7 Januari 2017

b. Menentukan model yang akan digunakan untuk menyelesaikan

masalah. Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat

menyelesaikan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT)

c. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan

standar kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPA dan

mengembangkan RPP menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT)

d. Menentukan pokok materi yang akan diajarkan

e. Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran, alat dan sumber yang

membantu model ini adalah sumber belajar menggunakan buku paket

IPA kelas 4 yang diterbitkan Hewi Murdanigsih, Endang Susilowati

(48)

34

f. Mempersiapkan instrumen untuk penilaian, menganalisis proses dan

hasil tindakan seperti lembar observasi guru dan siswa.

g. Peneliti menentukan keberhasilan berdasarkan kriteria. Peneliti ingin

mengetahui apakah penelitian yang sudah dilaksanakan sudah sesuai

harapan atau belum. Apabila sudah sesuai maka siklus dihentikan jika

belum sesuai harapan maka siklus selanjutnya akan direncanakan.

2. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi gaya

dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT). Kegiatan

yang dilaksanakan sesuai dengan RPP siklus 1 yaitu:

a. Kegiatan Pendahuluan

1) Guru mengucap salam

2) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan

kabar mereka.

3) Guru mengabsen kehadiran siswa. Guru mengajak semua siswa

membaca basmalah (untuk mengawali kegiatan pembelajaran.)

4) Guru memotivasi siswa dengan “tepuk warna”

5) Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab pada siswa:

- Sebutkan benda-benda yang ada di ruang kelas kalian ini yang bisa

(49)

35

6) Siswa menemukan pokok bahasan yang akan di pelajari dengan

adanya apersepsi guru yaitu “Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda”.

7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi:

a) Siswa membaca buku paket IPA selama 5 menit.

Elaborasi

a) Siswa melakukan tanya jawab tentang “Pengaruh Gaya Terhadap

Gerak Benda”.

Dalam kegiatan elaborasi:

a. Fase 1 : Penomoran

1) Guru membagi 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4

orang.

2) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing

3) Guru membagikan nomer pada setiap kelompok, tiap kelompok

mendapatkan nomer yang berbeda yaitu 1-4 yang sudah disediakan

guru.

4) Tiap kelompok melakukan percobaan yang sama untuk

membuktikan gaya dapat mengubah gerak benda (pada LKS yang

(50)

36

b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

1) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada salah satu siswa dalam

tiap kelompok. (Pertanyaan pada LKS pada tiap kelompok)

c. Fase 3 : Berpikir Bersama

1) Tiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

tiap anggota kelompok dapat mengetahui jawabannya.

a. Fase 4 : Menjawab

1) setiap pertanyaan, guru memanggil nomor siswa dengan nomor

yang dipanggil melaporkan hasil diskusi mereka.

2) Guru mempersilahkan kelompok lain untuk menanggapi jawaban

kelompok yang melaporkan hasil diskusinya.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah

pemahaman, memberikan penguatan.

c. Penutup

1) Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran

2) Siswa merefleksikan pembelajaran dengan menjawab pertanyaan yang

diajukan guru tentang materi yang telah dipelajari.

(51)

37

4) Guru memberikan reward berupa pujian pada siswa agar mereka

termotivasi.

5) Guru dan siswa membaca hamdalah untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran.

6) Guru menutup pembelajaran dengan salam.

3. Observasi

Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan pengamatan diantaranya

adalah:

a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

b. Mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran

c. Mengamati kekompakan siswa dalam bekerja kelompok

d. Mengamati pemahaman materi gaya melalui model Numbered Heads

together (NHT).

4. Refleksi

Berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pengamatan serta

rencana bagi tindakan siklus berikutnya.

a. Kegiatan merefleksikan proses pembelajaran yang telah terlaksana.

b. Mencatat kendala terhadap hal-hal yang masih dianggap sulit oleh siswa

(52)

38

Pengamatan pada siklus I dilakukan untuk melihat berhasil atau tidaknya

pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Jika tidak berhasil maka perlu

perbaikan pembelajaran melalui model Numbered Heads Together (NHT)

pada siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo akan dilanjutkan pada

tahap siklus II.

Siklus II

1. Rencana tindakan

Merupakan rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama menuju siklus yang kedua. Merupakan persiapan yang akan

dilakukan dan dipersiapkan untuk melaksanakan PTK sebagai berikut:

a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan perbaikan, siklus II dilakukan pada

tanggal 14 Januari 2017.

b. Menentukan model yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Bedasarkan latar belakang masalah maka dapat menyelesaikan

pembelajaran perbaikan dengan menggunakan model Numbered Heads

Together (NHT).

c. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan standar

kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPA dan mengembangkan RPP

menggunakan model Numbered Heads Together (NHT).

(53)

39

e. Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran, alat atau media yang

membantu model ini adalah media dan sumber belajar menggunakan

buku paket IPA kelas 4 yang diterbitkan oleh Hewi Murdanigsih, Endang

Susilowati dan BSE.

f. Mempersiapkan instrumen untuk penilaian, menganalisis proses dan hasil

tindakan seperti lembar observasi guru dan siswa.

g. Peneliti menentukan keberhasilan berdasarkan kriteria. Peneliti ingin

mengetahui apakah penelitian yang sudah dilaksanakan sudah sesuai

harapan atau belum. Apabila sudah sesuai maka siklus dihentikan jika

belum sesuai harapan maka siklus selanjutnya akan direncanakan.

2. Pelaksanaan tindakan

Guru melaksanakan pembelajaran IPA berdasarkan rencana pembelajaran

sebagaimana dari hasil siklus yang pertama. Pada pelaksanaan siklus II guru

mengelompokkan siswa untuk menerapkan contoh-contoh gaya yang dapat

merubah gerak benda, dengan perkelompoknya berbeda. Untuk mengukur

peningkatan pemahaman pada materi gaya.

3. Observasi

Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses

pembelajaran yang berlangsung pada siklus II untuk melakukan perbaikan

(54)

40

gaya. Peneliti mengamati yang dilakukan saat proses pembelajaran

diantaranya adalah:

a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

b. Mengamati pemahaman materi gaya melalui model Numbered Heads

Together (NHT)

c. Mencatat kekurangan pada materi gaya melalui model Numbered Heads

together (NHT).

d. Meneliti data berupa lembar observasi yang meliputi lembar observasi

guru dan siswa

e. Mengamati peningkatan pemahaman materi gaya melalui model

Numbered Heads together (NHT).

4. Refleksi

Peneliti dan guru kolaboratif melakukan refleksi pelaksanaan dengan

menerapkan model Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan

pemahaman siswa pada pembelajaran IPA materi gaya kelas IV MI Nurul

Falah Wonoayu Sidoarjo.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber data

(55)

41

a. Guru

Dari sumber data guru berdasarkan wawancara dan observasi, untuk

melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan dari model

Numbered Heads Together (NHT).

b. Siswa

Dari sumber data siswa berdasarkan wawancara, observasi,

dokumentasi serta tes dalam pembelajaran siklus I dan II untuk

mendapatkan data dari hasil penerapan model Numbered Heads Together

(NHT) untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran IPA materi gaya.

2. Instrumen pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data

tersebut dilakukan oleh peneliti agar mendapatkan data yang valid. Adapun

uraian pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya

dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.6

Penelitian ini melibatkan penulis sebagai ketua peneliti, dibantu oleh orang guru ilmu pengetahuan alam (IPA) di MI Nurul Falah Wonoayu

6

(56)

42

Sidoarjo, Eny Wahyuningsih, S. Pd.I sebagai observer atau anggota

penelitian. Adapun fokus penelitian yang diobservasi adalah:

a) Kegiatan pengamatan aktivitas guru dalam mengelola proses

pembelajaran didalam kelas dengan menggunakan model

Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran IPA materi

gaya dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dalam

[image:56.612.142.529.162.703.2]

mengelola pembelajaran.

Tabel 3.1

Lembar Observasi Aktivitas Guru

Kegiatan Uraian Kegiatan

Skor

1 2 3 4

Awal

a. Mengucap salam dan mengajak

berdo’a bersama

b. Mengecek kehadiran siswa

c. Menumbuhkan motivasi bagi siswa d. Melakukan apersepsi

e. Menyampaikan tujuan pembelajaran

Inti

a. Mengajak siswa membaca buku

paket IPA

b. Melakukan tanya jawab dengan

siswa

c. Memberi arahan mengenai model Numbered Heads Together (NHT)

d. Membagi kelompok

e. Guru mengajukan pertanyaan

f. Mengajak siswa berdiskusi untuk

menemukan jawabannya dengan

kelompok masing-masing

g. Memanggil nomer siswa untuk

menjawab pertanyaan

(57)

43

kepada siswa

i. Memberikan penguatan terhadap

materi

j. Memberikan penilaian

Penutup

a. Mengajak siswa menarik kesimpulan materi gaya

b. Mengecek pemahaman siswa dengan

melakukan refleksi

c. Memberikan evaluasi dengan

memberikan tugas individu

d. Mengakhiri pelajaran dengan

membaca hamdalah

Jumlah skor

Penilaian hasil skor observasi aktivitas guru: × 100 =

Kriteria:

1 : jika aktivitas guru kurang

2 : jika aktivitas guru cukup

3 : jika aktivitas guru baik

4 : jika aktivitas guru sangat baik

b) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

Kegiatan pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer saat

proses pembelajaran berlangsung menggunakan model Numbered

Heads Together (NHT) dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas siswa yang telah disusun oleh observer dalam mengelola

(58)

[image:58.612.147.536.151.629.2]

44

Tabel 3.2

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

K r i t e r i a : 2 : j i k 1 Kriteria:

1: jika aktivitas siswa kurang

2: jika aktivitas siswa cukup

No Indikator / Aspek yang Diamati Pengamat

Skor

1 2 3 4

1. Siswa merespon motivasi dan apersepsi yang diberikan oleh guru

2. Siswa mendengarkan saat tujuan

pembelajaran

3. Siswa memusatkan perhatian pada buku paket IPA

4. Siswa antusias ketika melakukan percobaan untuk membuktikan pengaruh gaya pada gerak benda

5. Siswa tertib saat pembagian kelompok

6. Siswa antusias untuk mengerjakan tugas

yang diberikan guru melalui model

Numbered Heads Together (NHT)

7. Siswa antusias mendengarkan penguatan oleh guru terkait gaya mempengaruhi gerak benda

8. Siswa memberi tanggapan saat guru

mengecek pemahaman

9. Siswa mengerjakan dengan tertib saat dilaksanakan tes evaluasi tulis secara individual

10. Siswa merespon kesimpulan materi

pembelajaran yang disampaiakan guru

Jumlah Skor

(59)

45

3 : jika aktivitas siswa baik

4: jika aktivitas siswa sangat baik

c. Wawancara

Wawancara dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data

dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun

melalui saluran media tertentu.7 Wawancara dalam penelitian ini

digunakan untuk memperoleh data tentang kendala siswa dalam

memahami mata pelajaran IPA materi gaya dan model yang digunakan

guru dalam pembelajaran.

d. Tes

Tes dapat diartikan sebagai alat ukur dalam proses evaluasi. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis. Skor tes dijadikan acuan

peningkatan pemahaman siswa pada pelajaran IPA materi gaya melalui

model Numbered Heads Together (NHT), sehingga dapat memperoleh

tingkat pemahaman dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Alat pengumpulan data berupa Tes tertulis, terdiri dari 15 butir soal

diantaranya: (1)Isian singkat 10 butir soal (2)Uraian 5 butir soal.

7

(60)

46

e. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dan informasi terkait

dengan kejadian peristiwa, baik berupa gambar atau dokumen-dokumen

penting. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa RPP pada proses

materi gaya melaui model Numbered Heads Together (NHT) di kelas IV

MI Nurul Falah, tentang profil sekolah, foto-foto yang berkaitan dengan

kegiatan pembelajaran, serta nilai mata pelajaran pada siklus I dan II.

F. Analisis Data

Data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gabungan dari data

kualitatif dan data kuantitatif. Dengan demikian analisis data dari penelitian ini

adalah analisis deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif:

a. Data Kualitatif

Data-data kualitatif yang diperlukan dalam penelitian ini dapat diperoleh

melalui observasi kelas yang berupa tabel observasi siswa dan tabel observasi

guru serta wawancara dengan guru.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang dapat diukur dan dihitung secara

langsung atau data yang berupa angka. Dalam penelitian ini, data kuantitatif

berupa nilai observasi guru dan siswa, nilai rata-rata kelas untuk mengetahui

tingkat kemajuan siswa dalam satu kelas pada suatu pembelajaran dan nilai

(61)

47

Setelah data terkumpul maka perlu dihitung dengan menggunakan statistik

sederhana yang berupa rumus-rumus sederhana sebagai berikut:

1) Analisis Data Observasi Guru

Analisis data observasi guru dapat dihitung melalui rumus berikut:

Tabel 3.3

Rumus untuk Menghitung Aktivitas Guru8

Rumus Keterangan

P = Nilai perolehan akhir observasi guru

F = Skor perolehan akhir observasi guru

M = Skor maksimum observasi guru

2) Analisis Data Observasi Siswa

Analisis data observasi Siswa dapat dihitung melalui rumus berikut:

Tabel 3.4

Rumus untuk Menghitung Aktivitas Siswa9

Rumus Keterangan

P = Nilai perolehan akhir observasi siswa

F = Skor perolehan akhir observasi siswa

M= Skor maksimum observasi siswa

8

Kunandar, Penelitian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 201 4) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 150.

9

Ibid, 133.

P = × 100

(62)

48

Adapun kategori dari yang sangat baik sampai kurang sekali untuk

Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran sebagai

[image:62.612.132.527.174.683.2]

berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran10

Tingkat Keberhasilan Kriteria

91-100 Sangat baik

81-90 Baik

71-80 Cukup baik

61-70 Kurang baik

<60 Kurang sekali

3) Penilaian Tes

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa,

kemudian dibagi dengan siswa yang berada di dalam kelas tersebut,

sehingga di peroleh nila rata-rata. Penilaian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:11

Tabel 3.6

Rumus untuk MenghitungRata-rata Nilai Pemahaman

Rumus Keterangan

X = Rata-rata nilai pemahaman

∑X = Jumlah semua nilai pemahaman siswa ∑N = Jumlah siswa

10

Ibid, 134. 11

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), 109.

(63)

49

Berikut ini adalah Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata

[image:63.612.150.525.197.556.2]

Pemahaman:

Tabel 3.7

Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata Pemahaman

Tingkat Keberhasilan Kriteria

90 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup Baik

21 – 40 Kurang Baik

< 20 Kurang Sekali

4) Penilaian Ketuntasan Pemahaman

Untuk menghitung presentase ketuntasan pemahaman dapat dihitung

melalui rumus berikut:

Tabel 3.8

Rumus untuk Ketuntasan Pemahaman

Rumus Keterangan

P = Prosentase

f = Jumlah siswa yang tuntas pemahaman

N = Jumlah siswa

Adapun kategori dari tingkat keberhasilan pemahaman dapat dilihat

(64)

[image:64.612.123.530.131.489.2]

50

Tabel 3.9

Kriteria Tingkat Keberhasilan Pemahaman

Tingkat Keberhasilan Kriteria

81 % - 100 % Sangat Tinggi

61 % - 80 % Tinggi

41 % - 60 % Sedang

21 % - 40 % Rendah

< 20 Sangat Rendah

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melatih tingkat

keberhasilan dari kegiatan PTK dalam peningkatan. Indikator kinerja harus

relistik dan dapat di ukur (jelas cara pengukurannya).12

Adapun kriteria dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata pemahaman ≥ 81

2. Nilai observasi aktivitas guru minimal mencapai 81

3. Nilai observasi aktivitas siswa minimal mencapai 81

4. Minimal 81% siswa dapat mencapai peningkatan pemahaman materi gaya

mata pelajaran IPA.13

12

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 127.

13

(65)

51

H. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan kolaborasi. Antara guru mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam dan peneliti. Adapun rincian tugas guru IPA

dan peneliti adalah sebaga

Gambar

Gambar 3.1  Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin.
 Tabel 3.1
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
 Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Setelah dijelaskan hasil dari penelitian diatas, dapat diuraikan bahwa hubungan antara variabel harga dan kualitas pelayanan memiliki hubungan positif dan signifikan,

 Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri dan belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan jembatan varoli yang berfungsi

Latar belakang dari penelitian ini yaitu rendahnya kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa kelas IV MI darul Muta’allimin. Siswa akan merasa kesulitan saat diberikan

Dari Tabel 5 diketahui bahwa menurut observer 1 rata-rata keberhasilan aktifitas guru dalam menerapkan rencana pembelajaran pada siklus II sebesar 91,96%, sehingga taraf

dilakukan oleh pihak PLN sesuai dari prioritas perhitungan Quality Function Deployment antara lain:Penerapan sistem laporan callback, peningkatan kualitas meteran

Program listrik prabayar lebih banyak memberikan keuntungan kepada masyarakat dari pada listrik pascabayar, namun penerimaan masyarakat belum maksimal, seiring dengan adanya

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme dalam manajemen pengelolaan wakaf tunai Yayasan Amal Kebangsaan Indonesia dalam mencapai keuntungan