PENINGKATAN PEMAHAMAN IPA MATERI GAYA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS IV MI NURUL FALAH WONOAYU SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
NAILUL FARIKHAH NIM. D97213120
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Nailul Farikhah. 2017. Peningkatan Pemahaman IPA Materi Gaya Melalui Model Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu
Sidoarjo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN
Sunan Ampel Surabaya.Wahyuniati, M.Si.
Kata Kunci: PemahamanIPA, Model Numbered Heads Together (NHT), Gaya Latar belakang penulisan ini adalah siswa merasa jenuh dalam pembelajaran disebabkan karena guru sangat jarang bahkan tidak pernah menggunakan model atau pun media yang memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaranakibatnya hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menjelaskan dan menyebutkan pada pemahaman siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mengambil pembelajaran melalui Model Numbered Heads Together (NHT) mata pelajaran IPA materi gaya.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo? (2) Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo?
Metode penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan yaitu, (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes serta dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, lembar wawancara serta dokumentasi. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif yang diuraikan secara deskriptif dan analisis data kualitatif.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ...ii
HALAMAN MOTTO ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ...vi
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ...vii
ABSTRAK ...viii
KATA PENGANTAR ...ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ...xvi
DAFTAR DIAGRAM ...xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tindakan Yang Dipilih ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Lingkup Penelitian ... 5
F. Signifikansi Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pemahaman ... 8
1. Pengertian Pemahaman ... 8
2. Aspek Pemahaman ... 10
B. Pembelajaran IPA di MI... 12
1. Pengertian IPA ... 12
2. Ruang Lingkup IPA ... 13
3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI/SD ... 14
C. Materi Gaya IPA MI/SD ... 16
1. Pengertian Gaya ... 17
2. Jenis-jenis Gaya... 18
3. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda ... ... 19
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda... ... 21
5. Hakikat Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda ... ... 22
D. Kajian Tentang Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 23
1. Pengertian Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 23
2. Tujuan Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 24
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together ... 25
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered HeadsTogether ... 26
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 28
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 31
1. Setting Penelitian... 31
2. Subjek Penelitian ... 32
C. Variabel Penelitian ... 32
D. Rencana Tindakan ... 32
1. Siklus I... 33
2. Siklus II ... 38
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 40
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 41
F. Analisis Data ... 46
G. Indikator Kinerja……… .. 50
H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 53
1. Siklus I... 53
2. Siklus II ... 69
B. Pembahasan ... 88
Bab V PENUTUP A. Simpulan ... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA………. ... 98
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. ... 100
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………. .. 101
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 42
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 44
Tabel 3.3 Rumus untuk Menghitung Aktivitas Guru ... 47
Tabel 3.4 Rumus untuk Menghitung Aktivitas Siswa ... 47
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dan siswa dalam Pembelajaran ... 48
Tabel 3.6 Rumus untuk Menghitung Rata-rata Nilai Pemahaman ... 48
Tabel 3.7 Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata Pemahaman ... 49
Tabel 3.8 Rumus untuk Ketuntasan Pemahaman ... 49
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Keberhasilan Pemahaman ... 50
Tabel 4.1 Nilai Hasil Belajar Siklus I dengan Menggunakan Model Numbered Heads Together (NHT) ... 60
Tabel 4.2 Hasil Pemahaman Siswa Siklus I pada Aspek Indikator Menjelaskan dan Menyebutkan ... 62
Tabel 4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 64
Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 65
Tabel 4.5 Data Nilai Hasil Belajar Siklus I dengan Menggunakanm Model Numbered Heads Together ... 77
Tabel 4.6 Hasil Pemahaman Siswa Siklus II pada Aspek Indikator Menjelaskan dan Menyebutkan ... 79
Tabel 4.7 Perbandingan Data Hasil Belajar Nilai Pra Siklus dengan Nilai Siklus I dan Siklus II ... 80
Tabel 4.8 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 82
Tabel 4.9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 84
Tabel 4.10 Perbandingan Data Hasil Belajar Nilai Siklus I dengan Hasil Nilai Pemahaman ... 86
Nilai Pemahaman ... 87
Tabel 4.12 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II .... 92
Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Hasil Pengamatan Guru dan Siswa Siklus I
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin ... 30
Gambar 4.1 Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawa Siklus I ... 55
Gambar 4.2 Langkah Awal Penomoran ... 56
Gambar 4.3 Langkah Kedua Mengajukan Pertanyaan ... 57
Gambar 4.4 Langkah Ketiga Berpikir Bersama ... 58
Gambar 4.5 Langkah Keempat Menjawab... 58
Gambar 4.6 Siswa Mengerjakan Soal-soal Evaluasi... 59
Gambar 4.7 Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawa Siklus II ... 71
Gambar 4.8 Langkah Awal Penomoran ... 72
Gambar 4.9 Langkah Kedua Mengajukan Pertanyaan ... 73
Gambar 4.10 Langkah Ketiga Berpikir Bersama ... 74
Gambar 4.11 Langkah Keempat Menjawab... 75
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Diagram Batang Rata-rata Nilai Ketuntasan Belajar dan
Prosentase Ketuntasan Belajar Materi Gaya ... 93
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Profil Sekolah
Lampiran 2 : Lembar Wawancara Guru dan Siswa
Lampiran 3 : Hasil Wawancara Guru dan Siswa
Lampiran 4 : Lembar Observasi Guru dan Siswa
Lampiran 5 : Hasil Observasi Guru dan Siswa
Lampiran 6 : RPP
Lampiran 7 : Kisi-Kisi Soal
Lampiran 8 : Hasil Tes Pemahaman Siswa
Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa
Lampiran 10 : Lembar Hasil Evaluasi Siswa
Lampiran 11 : Lembar Validasi RPP dan Soal
Lampiran 12 : Lembar Validasi Observasi Guru dan Siswa
Lampiran 13 : Surat-Surat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar
(khususnya). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan berupaya membangkitkan minat manusia
agar mau meningkatkan kecerdasan pemahamannnya tentang gejala-gejala alam
yang terjadi di sekitar.1 Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional
dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan IPA di masukkan ke dalam
kurikulum suatu sekolah. Alasan itu dapat digolongkan menjadi empat golongan
yakni: (1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu
dipersoalkan panjang lebar (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka
IPA tidaklah merupakan suatu mata pembelajaran yang memberikan kesempatan
berpikir kritis (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan- percobaan yang
dilakukan oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat
belaka (4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
1
2
mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara
keseluruhan.2
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran yang diterapkan para guru di sekolah. Proses
pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan
kemampuan berpikir siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung
di kelas hanya diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi.
Siswa tidak hanya berhenti pada proses penyebutan dan penghafalan materi
pembelajaran, namun juga mampu untuk melangkah lebih jauh pada sisi
pemahaman dan penerapan.3
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru IPA kelas
IV MI Nurul Falah pada tanggal 3 Januari 2017, bahwasanya guru pada proses
pembelajaran lebih sering menggunakan model konvensional, maksudnya
pembelajaran yang berpusat pada guru sedangkan siswa hanya duduk diam dan
hanya mendengarkan apa yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal ini
menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menjelaskan dan memberikan
contoh-contoh pada pemahaman siswa dalam memahami materi IPA.
Siswa kelas IV di MI Nurul Falah Sidoarjo mengalami kesulitan dalam memahami materi gaya. Hal ini peneliti ketahui dari rekapitulasi sementara hasil
pre tes yang dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2017. Dari 20 siswa hanya 8
2
Ibid, 4. 3
3
siswa yang mencapai kriteria pemahaman sedangkan 12 siswa lainnya mendapat
nilai dibawah kriteria pemahaman. Jika di prosentasikan, siswa kelas IV MI
Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo yang tidak tuntas kriteria pemahaman sebesar
60% sedangkan yang tuntas hanya 40%. Hal ini disebabkan karena pada
pembelajaran IPA guru sangat jarang bahkan tidak pernah menggunakan model
ataupun media yang membuat siswa mudah dalam memahami materi
pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah kemudian menyuruh
siswa mengerjakan di LKS, akibatnya siswa merasa jenuh dalam pembelajaran.
Untuk mengantisipasi timbulnya masalah diatas, guru dituntut untuk mencari dan menemukan suatu cara yang dapat mengoptimalkan tercapainnya tujuan
pembelajaran dan mendukung siswa agar dapat meningkatkan keaktifan dan
pemahaman mata pelajaran IPA materi gaya.
Penulis berharap bahwa dengan penerapan Model Numbered Heads Together (NHT) ini, keaktifan siswa dapat ditingkatkan maka kemungkinan besar
pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru dengan
menggunakan model ini juga semakin meningkat. Dalam belajar kelompok
model ini mempunyai lima unsur pokok yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, kerja sama, dan proses kelompok.
Penulis menggunakan model ini karena penulis menganggap perlu untuk
meningkatkan ketertarikan siswa dan keaktifan siswa sehingga siswa mudah
4
Adapun peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan model Numbered Heads Together. Berikut ini judul yang pernah
digunakan dalam penelitin tindakan kelas dan berhasil dalam menggunakan
model tersebut dalam penelitian diantaranya adalah 1)Penerapan Model
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Pemahaman
dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran IPA Materi Bumi dan Peristiwa Alam dan
2)Meningkatkan Pemahaman Materi Zakat dengan Menggunakan Metode
Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Klero 01 Kec.
Tangeran Kab. Semarang Tahun 2010.
Setelah mengetahui alasan diatas, untuk tugas penelitian tindakan kelas peneliti mencoba mengambil tema “Peningkatan Pemahaman IPA Materi
Gaya Melalui Model Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu
5
2. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi gaya dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) di kelas
IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo?
C. Tindakan Yang Dipilih
Guru dituntut untuk mencari dan menemukan suatu cara yang dapat mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran dan mendukung siswa agar
lebih aktif dalam bertanya. Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah
yang dihadapi dalam pembelajaran dengan menggunakan Model Numbered
Heads Together (NHT). Di dalam model pembelajaran ini, melatih siswa untuk
meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa sehingga siswa mudah dalam
memahami pelajaran IPA materi gaya.
Dengan Model Numbered Heads Together (NHT) ini diharapkan dapat menigkatkan pemahaman mata pelajaran IPA materi gaya pada siswa kelas IV
MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah, tahapan dan pilihan media dalam model
pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) yang efektif pada
6
2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman siswa pada
materi gaya dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo.
E. Lingkup Penelitian
Supaya penelitian ini bisa fokus dengan obyek, maka permasalahan tersebut akan kami batasi pada hal-hal berikut:
1. Penelitian ini membahas mengenai peningkatan pemahaman IPA di kelas IV
MI Nurul Falah Wonoayu.
2. Subyek penelitian adalah pada siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu
Sidoarjo.
3. Penerapan (pelaksanaan) tindakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan
pemahaman IPA di kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu.
4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya.
5. Adapun Standar Kompetensi (SK) dari materi ini adalah Memahami gaya
dapat mengubah gerak atau bentuk suatu benda dengan Kompetensi Dasar
(KD) yang dipilih yaitu Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.
F. Signifikansi Penelitian
7
1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam materi gaya
melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).
2. Bagi Guru
Penelitian ini digunakan untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
dan untuk mengembangkan pembelajaran di kelas.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangsih yang besar pada sekolah
dalam rangka perbaikan kualitas pelajaran di sekolah.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini akan memperluas pengalaman saat melakukan pembelajaran di
kelas dalam pengajaran tentang materi gaya melalui model pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT).
5. Bagi Masyarakat
Dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas satuan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Tentang Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman
Istilah pemahaman berasal dari kata paham, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengetahuan banyak, pendapat, aliran,
mengerti benar. Adapun istilah pemahaman diartikan dengan proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan.1
Menurut kemdiknas agar mutu pembelajaran pada SD/MI akan meningkat jika pemahaman bahwa keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk
mencapai pemahaman konsep.2
Pemahaman menurut Bloom adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru
kepada siswa atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa
yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil
penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.
Bloom mengklarifikasikan pemahaman ke dalam jenjang kognitif kedua yang menggambarkan pengertian, sehingga seseorang yang mengetahui
1
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah (Jakarta: Kencana, 2013), 208. 2
9
bagaimana berkomunikasi. Dalam pemahaman tidak hanya sekedar
memahami sebuah informasi tetapi termasuk juga keobjektifan, sikap dan
makna yang terkandung dari sebuah informasi. Dengan kata lain, seseorang
dapat mengubah suatu informasi yang ada dalam pikirannya ke dalam bentuk
lain yang lebih berarti.
Untuk memahami sesuatu, menurut Bloom siswa harus melakukan lima
tahapan berikut, yaitu:
1) Receiving (menerima)
2) Responding (membanding-bandingkan)
3) Valuing (menilai)
4) Organizing (diatur)
5) Characterization (penataan nilai)
Pemahaman akan tumbuh berkembang jika ada proses berpikir yang sistematis dan jelas. Sehingga seyogyanya seorang pengajar tidak
mempersulit yang mudah, melainkan sebaliknya harus mempermudah yang
sulit.
Dalam pembelajaran, pemahaman dimaksudkan sebagai kemampuan siswa untuk dapat mengerti apa yang telah diajarkan oleh guru. Dengan kata
lain, pemahaman merupakan hasil dari proses pembelajaran. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa pemahaman adalah suatu proses mental
10
2. Aspek Pemahaman
Menurut Carin dan Sund pemahaman adalah suatu proses yang terdiri dari tujuh tahapan kemampuan dan dikategorikan pada beberapa aspek,
dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan
menginterpretasikan sesuatu ini berarti bahwa seseorang yang telah
memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan mampu
menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia terima.
b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui, yang biasanya hanya sebatas
mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa yang pernah
dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia akan mampu
memberikan gambaran, contoh dan penjelasan yang lebih luas dan
memadai.
c. Pemahaman lebih dari sekadar mengetahui, karena pemahaman
melibatkan proses mental yang dinamis, dengan memahami ia akan
mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif, tidak hanya
memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi mampu memberikan
gambaran yang lebih luas dan baru sesuai dengan kondisi saat ini.
d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-masing
11
menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.3
3. Indikator Pemahaman
Indikator adalah sesuatu yang memberi petunjuk atau keterangan.
Pemahaman merupakan domaian kognitif yang mengacu kepada kemampuan
memahami makna materi.4
Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta, akan tetapi berkenaan
dengan kemampuan menjelaskan, menerangkan, menafsirkan, atau
kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep. Kemampuan
pemahaman ini bisa pemahaman terjemahan, pemahaman menafsirkan
ataupun pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman menerjemahkan yakni
kesanggupan untuk menjelaskan makna yang terkandung dalam sesuatu
contohnya menerjemahkan kalimat, sandi dan lain sebagainya. Pemahaman
menafsirkan sesuatu contohnya menafsirkan grafik, sedangkan pemahaman
ekstra polasi, yakni kemampuan untuk melihat dibalik yang tersirat atau
tersurat.5
Indikator yang di gunakan dalam pemahaman, diantaranya: mengubah,
menjelaskan, mengikhtisarkan, menyusun kembali, menafsirkan,
3
Ahmad Susanto, Teori ... 209-211. 4
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), 29. 5
12
membedakan, memperkirakan, memperluas, menyimpulkan, menganulir,
mempertahankan, melukiskan kata-kata sendiri.6
Adapun indikator pemahaman pada materi gaya kelas IV di MI Nurul
Falah yang peneliti pakai diantaranya:
1. Siswa dapat menjelaskan gaya
2. Siswa dapat memberikan contoh-contoh
B. Pembelajaran IPA di MI 1. Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa Inggris yaitu natural science. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi, IPA
atau science itu penegertiannya dapat disebut ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
Menurut Nash menyatakan bahwa IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati
dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara
suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk
suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.7
6
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 97. 7
13
Menurut H. W Fowler IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan
didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Adapun Wahyana mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya
ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan
sikap ilmiah.8
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
terbuka, jujur dan sebagainya.
2. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup kajian IPA di SD/MI secara umum ada dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep diantaranya adalah:
a. Lingkup kerja ilmiah meliputi kegiatan penyelidikan berkomunikasi
ilmiah, sikap, penegembangan kreativitas, pemecahan masalah dan
nilai ilmiah.
8
14
b. Lingkup pemahaman konsep dalam kurikulum KTSP relatif sama jika
dibandingkan dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang
sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi yang terdapat
dalam kurikulum KTSP diantaranya:
a) Makhluq hidup beserta proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi: cair, padat
dan gas.
c) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
3. Tujuan Pembelajaran IPA di MI/SD
Pembelajaran sains di sekolah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep
yang masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata
pelajaran kimia, biologi dan fisika.
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan,
maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:
a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup
15
b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan
d. Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta
menghargai para ilmuan penemunya.
e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara
umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi bloom bahwa:
a. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang
merupakan tujuan utama dari pembelajaran.
b. Jenis pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari
prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
c. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk
dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya
keteraturannya.
d. Pembelajaran IPA diharapkan pula memberikan keterampilan
(psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman
(kognitif), kebiasaan dan apresiasi.9
Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam badan nasional
standar Pendidikan (BSNP) dimaksudkan untuk:
9
16
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran tuhan yang maha esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.10
C. Materi Gaya IPA MI/SD
Peneliti mengetahui bahwa materi IPA MI/SD pada KTSP merupakan perpaduan antara Fisika dan Biologi.11 Kemudian peneliti mengambil materi
10
Ahmad susanto, Teori ... 171-172. 11
17
tentang gaya yang ada di kelas IV. Berikut ini adalah pembahasan materi gaya
yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas:
1. Pengertian Gaya
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Seorang tukang bakso yang sedang mendorong
gerobak baksonya berarti dia sedang melakukan gaya terhadap gerobak. Pada
saat yang sama, ia melihat seorang ibu yang sedang menimba air di sumur.
Untuk mendapatkan air yang ada di sumur, ibu tersebut harus menarik tali
yang telah dikaitkan dengan ember. Tarikan yang dilakukan oleh ibu tersebut
merupakan gaya.
Di dalam Ilmu Pengetahuan Alam, gaya sering diartikan sebagai dorongan dan tarikan. Bila kita menarik atau mendorong suatu benda, maka
dapat diartikan kita memberikan gaya terhadap benda tersebut. Untuk
melakukan suatu gaya diperlukan tenaga. Gaya tidak dapat dilihat, namun
pengaruhnya dapat dirasakan. Semakin besar gaya yang dilakukan, semakin
besar pula tenaga yang diperlukan. Besar gaya dapat diukur dengan alat yang
disebut dinamometer. Satuan gaya dinyatakan dalam Newton (N).12
12
18
2. Jenis-jenis Gaya
Berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan menjadi beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Gaya otot
Gaya otot merupakan gaya yang dihasilkan oleh tenaga otot. Contoh gaya otot adalah pada saat kita menarik atau mendorong meja, membawa belanjaan ibu, dan menendang bola. Karena terjadi sentuhan maka gaya
ini termasuk gaya sentuh.
b) Gaya gesek
Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi karena adanya sentuhan dua permukaan benda. Contoh gaya gesek adalah gaya yang bekerja pada rem sepeda. Pada saat akan berhenti, karet rem pada sepeda akan bersentuhan
dengan pelek sepeda sehingga terjadi gesekan yang menyebabakan sepeda dapat berhenti ketika dilakukan pengereman.
c) Gaya magnet
Gaya magnet merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan atau dorongan dari magnet. Contoh gaya magnet adalah tertariknya paku
ketika didekatkan dengan magnet, dinamo sepeda. Benda-benda dapat tertarik oleh magnet jika masih berada dalam medan magnet. Magnet
19
d) Gaya gravitasi
Gaya gravitasi merupakan gaya yang ditimbulkan oleh tarikan bumi. Bila
kita melempar benda ke atas baik dari kertas, pensil atau benda lain maka semua benda itu akan jatuh ke bawah karena pengaruh gravitasi bumi.
Berbeda bila di luar angkasa para astronot tidak merasakan gaya gravitasi, akibatnya mereka akan melayang-layang bila berada di luar angkasa.
e) Gaya listrik
Gaya listrik merupakan gaya yang terjadi karena aliran muatan listrik.
Aliran muatan listrik ini ditimbulkan oleh sumber energi listrik. Contoh
gaya listrik adalah bergeraknya kipas angin karena dihubungkan dengan
sumber energi listrik. Muatan listrik dari sumber energi listrik mengalir
ke kipas angin, sehingga kipas angin dapat bergerak.13
3. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda
Adapun pengaruh gaya pada gerakan benda diantaranya adalah:
1) Gaya Dapat Mempercepat Gerakan Benda
Cepat atau lambatnya gerakan benda dipengaruhi oleh gaya. Contohnya
saat menendang bola, gaya dorong yang lemah membuat bola bergerak
pelan. Sedangkan sebaliknya, jika gaya dorong yang kuat membuat bola
dapat bergerak lebih cepat.
13
20
2) Gaya Dapat Mengubah Arah Gerak Benda
Arah gerak benda dapat berubah akibat gaya. Contohnya saat kamu
keluar masuk kamar, tentu kamu akan menarik pintu saat membukanya.
Gaya yang digunakan adalah gaya Tarik. Sedangkan kamu akan
mendorong pintu saat menutupnya. Gaya yang digunakan adalah gaya
dorong.
3) Gaya Dapat Memperlambat Gerak Benda
Gerakan bola melambat dan berhenti karena terdapat gaya yang
menahannya. Gaya yang dapat memperlambat dan menghentikan bola
disebut gaya gesek. Gaya gesek terjadi apabila terdapat dua permukaan
yang saling bersentuhan. Jika gaya geseknya besar, benda akan semakin
mudah berhenti. Sebaliknya, jika gaya geseknya kecil benda akan
berhenti lebih lama. Gaya gesek akan besar jika permukaan tidak rata.
Sedangkan gaya gesek dapat diperkecil dengan cara menghaluskan
permukaan benda.
4) Gaya Dapat Menghentikan gerak Benda
Selain menyebabkan benda bergerak, gaya juga dapat membuat benda
berhenti. Gaya yang membuat benda berhenti adalah gaya gesek.
Contohnya, sepeda dapat berhenti jika diberi gaya, yaitu dengan menarik
rem. Sepeda berhenti karena ada gaya gesek dari roda dan rem.14
14
21
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gerak Benda
Benda dapat bergerak karena adanya gaya yang bekerja pada benda. Jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda maka benda tidak dapat bergerak
atau berubah kedudukannya. Beberapa faktor yang mempengaruhi gerak
suatu benda adalah adanya gaya gravitasi bumi dan tarikan atau dorongan
yang terjadi pada benda.
a) Adanya Gravitasi Bumi
Kamu tentu pernah melihat buah mangga yang jatuh sendiri dari
pohonnya. Jatuhnya buah mangga tersebut merupakan akibat adanya gaya
tarik bumi yang disebut gravitasi. Gravitasi menyebabkan benda dapat
bergerak jatuh kebawah. Apabila kita melempar bola ke atas maka bola
tersebut akan kembali ke bawah karena adanya gravitasi bumi.
b) Dorongan atau Tarikan
Pada bagian sebelumnya telah dibahas bahwa benda dapat bergerak
karena adanya gaya yang berupa tarikan atau dorongan. Ember yang
terikat dengan tali yang ada di sumur tidak dapat bergerak ke atas apabila
tidak ditarik. Begitu pula mobil yang mogok akan bergerak apabila ada
orang yang mendorongnya. Hal ini menunjukkan bahwa tarikan dan
dorongan mempengaruhi gerak benda. Benda yang didorong atau ditarik
ke arah kiri maka akan bergerak dengan arah yang sama. Gerak benda
yang terjadi karena dorongan atau tarikan dipengaruhi oleh permukaan
22
c) Tekanan Udara
Layang-layang dapat melayang ke udara karena adanya tekanan udara.
Tekanan udara dapat menyebabkan benda bergerak. Udara yang bergerak
inilah yang disebut angin. Burung yang terbang dapat bergerak karena
adanya dorongan angin. Begitu pula dengan mainan pesawat yang terbuat
dari kertas.
5. Hakikat Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda
Gaya adalah tarikan dan dorongan yang dapat mempengaruhi benda baik posisi ataupun bentuknya. Gaya mengakibatkan adanya perubahan pada
benda, dengan kata lain gaya dapat mempengaruhi suatu benda. Pengaruh
gaya terhadap gerak benda adalah sebagai berikut:
a) Gaya dapat menggerakkan benda diam. Benda diam akan bergerak jika
diberi gaya
b) Gaya dapat membuat benda bergerak menjadi diam. Benda yang bergerak
bisa saja menjadi diam jika diberi gaya
c) Gaya dapat mengubah kecepatan gerak benda. Benda dapat bergerak
cepat ataupun lambat karena dipengaruhi oleh gaya
d) Gaya dapat mengubah arah gerak benda.
e) Gaya dapat mengubah arah gerak suatu benda, tergantung besar kecinya
23
D. Kajian Tentang Model Pembelajaran Numbered Heads Together 1. Pengertian Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Pada dasarnya, Numbered Heads Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin, metode yang dikembangkan oleh Russ
Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi
kelompok.15
Numbered Heads Together (NHT) merupakan pendekatan struktural pembelajaran kooperatif yang telah diawali dengan Numbering, yaitu
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil dengan
mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Setelah kelompok
terbentuk, guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
tiap-tiap kelompok. Tiap-tiap kelompok diberikan waktu untuk menemukan
jawaban, menyatukan kepalanya (heads together) berdiskusi memikirkan
jawaban pertanyaan guru. Selanjutnya guru memanggil peserta didik yang
memiliki nomer yang sama dari tiap-tiap kelompok dan mereka memberi
jawaban atas pertanyaan guru. Hal ini dilakukan terus hingga semua peserta
didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapatkan
giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.
15
24
Jawaban-jawaban siswa tersebut dipergunakan guru untuk menyusun
penegetahuan yang utuh.16
Jadi, yang dimaksud dengan Numbered heads Together adalah sebuah
metode pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif yang menekankan
keaktifan dan kerjasama siswa dan langkah-langkah pembelajarannya terdiri
dari: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama , menjawab.
2. Tujuan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
Tujuan yang hendak dicapai melalui pembelajaran kooperatif dengan Numbered Heads Together (NHT) diantranya adalah:
a. Hasil belajar akademik struktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Model ini dapat membantu siswa untuk memahami materi.
b. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang, antara lain perbedaan suku, agama,
kemampuan akademis dan tingkat sosial.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, antara
lain: berbagi tugas, aktif menjawab pertanyaan, menghargai pendapat
16
25
orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam
kelompok.17
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Togethe
Model ini dikembangkan oleh Spancer Kagan (1993) dengan melibatkan
para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek atau memeriksa pemahaman siswa mengenai isi pelajaran.18Dalam
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur
empat fase sebagai sintaks Numbered Heads Together.
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1-4.
b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya
dapat bervariasi. Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya, misalnya:
“Mengapa bola yang diam tidak dapat menggelinding sendiri?”.
c. Fase 3 : Berpikir Bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
17
Syaifurahman, dkk, Manajemen dalam Pembelajaran (Jakarta: Indeks, 2013), 73. 18
26
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.19
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
a. Kelebihan
1) Dapat meningkatkan nilai “tambah” bagi dirinya, seperti rasa percaya
diri, kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegoisasi, sikap yang
positif.
2) Dapat menambah kemampuan siswa dalam berpikir logis
3) Mengurangi ketergantungan siswa terhadap guru
4) Dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide
atau pendapat dengan komunikasi yang interaktif.
5) Dapat membantu siswa menyadari kesalahannya dalam memahami
topik atau memecahkan masalah.
6) Pemahaman yang lebih mendalam
7) Aktivitas di dalam model ini dapat mendorong siswa untuk berpikir
dalam suatu tim dan berani tampil mandiri.20
19
Trianto, Mendesain ... 82. 20
27
b. Kekurangan
1) Lebih menekankan penilaian atas dasar hasil kerja kelompok, bukan
hasil kerja siswa individual.
2) Membutuhkan fasilitas dan material yang memadai.
3) Membutuhkan waktu yang cukup lama.
4) Kemungkinan dapat memicu timbulnya konflik di kalangan siswa
dalam satu kelompok bilaman terjadi perbedaan pendapat dalam
berdiskusi.
5) Memungkinkan siswa yang memiliki kecerdasan tinggi bekerja lebih
banyak daripada siswa yang memiliki kecerdasan rata-rata.21
21
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin pada
awal tahun 1940. Menurut Kurt Lewin PTK atau Classroom Action Research
adalah suatu proses pengembangan daya fikir reflektif, diskusi, dan pengambilan
keputusan sekaligus tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang biasa yang
berpartisipasi dalam penelitian bersama mengenai “kesulitan pribadi” yang sama
-sama mereka alami.1
Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik khusus. Pertama, PTK meneliti mengenai masalah- masalah dalam praktik pembelajaran di kelas.
Kedua, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk memecahkan masalah
tersebut. Ketiga terdapat perbedaan sebelum dan sesudahnya. Keempat, guru
sendiri yang berperan sebagai peneliti.2
Dalam penelitian tindakan kelas ini Suharsimi dan Supadi menjelaskan
bahwa penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga unsur yakni sebagai berikut:
1
Susilo,Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru (Malang: Bayumedia Puplishing, 2009), 2.
2
29
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu obyek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk
menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu
yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yang sama dari seorang guru.3
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara penelitian berkolaborasi
dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas melalui model Numbered
Heads Together (NHT) sebagai bentuk upaya meningkatkan pemahaman materi
gaya mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV MI Nurul Falah.
Dari penjelasan di atas, maka PTK dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
mengkaji suatu masalah pembelajaran didalam kelas dengan cara melakukan
rangkaian tindakan terencana dengan menganalisis pengaruh keberhasilan yang
dicapai. Model yang digunakan dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini
adalah model Kurt Lewin. Desain penelitian tindakan model Kurt Lewin terdiri
dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observation), refleksi (reflection).
3
30
Gambar 3.1
Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin.
Sebelum melaksanakan siklus 1, peneliti melakukan tindakan identifikasi
terhadap masalah yang akan diteliti. Peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan
dan membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakaan termasuk instrumen
penilaian dan perangkat pembelajaran. Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya
peningkatan pemahaman siswa dengan menerapkan model Numbered Heads
Together (NHT). Selanjutnya refleksi, peneliti mengkaji, melihat, menganalisis,
tindakan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi tersebut disusun rencana
berikutnya. Rencana yang direvisi berdasarkan hasil refleksi untuk dilaksanakan
[image:44.612.147.526.114.487.2]
31
Di dalam penelitian ini, peneliti mencampur dua data yaitu data kuantitatif
dan data kualitatif. Disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka
dan analisis menggunakan statistik.4 Sedangkan data kualitatif yaitu data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif deskriptif.5
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo. Sekolah yang tempatnya strategis dan mudah dijangkau untuk melaksanakan
penelitian dan mencari data.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2016/2017. Pra siklus dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2017, siklus I
dilaksanakan pada tanggal 7 Januari 2017 dan siklus II dilaksanakan pada
tanggal 14 januari 2017.
c. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan
pemahaman materi gaya melalui model pembelajaran Numbered Heads
4
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian R dan D (Bandung: Alfabeta, 2009), l7.
5
32
Together (NHT) pada siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo
dalam mengikuti pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu
Sidoarjo dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari perempuan semuanya.
Obyek yang diteliti peneliti adalah pemahaman materi gaya mata pelajaran
IPA siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo untuk melakukan
peningkatan maka peneliti menggunakan model Numbered Heads Together
(NHT).
C. Variabel yang diteliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini, variabel- variabel sebagai berikut: 1. Variabel input : Siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo
2. Variabel proses : Model Numbered Heads Together (NHT)
3. Variabel output : Peningkatan Pemahaman Gaya
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini menggunakan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yaitu meliputi: (1) tahap perencanaan (2) tahap pelaksanaan (3) tahap pengamatan (4)
33
siklus pertama atau siklus 1, adapun rencana tindakan pada setiap siklus
diuraikan sebagai berikut:
Siklus 1
1. Rencana tindakan
Merupakan persiapan yang akan dilakukan dan dipersiapkan untuk melaksanakan PTK sebagai berikut:
a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan perbaikan, siklus 1 dilakukan
pada tanggal 7 Januari 2017
b. Menentukan model yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat
menyelesaikan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan model
Numbered Heads Together (NHT)
c. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan
standar kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPA dan
mengembangkan RPP menggunakan model Numbered Heads
Together (NHT)
d. Menentukan pokok materi yang akan diajarkan
e. Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran, alat dan sumber yang
membantu model ini adalah sumber belajar menggunakan buku paket
IPA kelas 4 yang diterbitkan Hewi Murdanigsih, Endang Susilowati
34
f. Mempersiapkan instrumen untuk penilaian, menganalisis proses dan
hasil tindakan seperti lembar observasi guru dan siswa.
g. Peneliti menentukan keberhasilan berdasarkan kriteria. Peneliti ingin
mengetahui apakah penelitian yang sudah dilaksanakan sudah sesuai
harapan atau belum. Apabila sudah sesuai maka siklus dihentikan jika
belum sesuai harapan maka siklus selanjutnya akan direncanakan.
2. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi gaya
dengan menggunakan model Numbered Heads Together (NHT). Kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan RPP siklus 1 yaitu:
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru mengucap salam
2) Guru membuka pelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan
kabar mereka.
3) Guru mengabsen kehadiran siswa. Guru mengajak semua siswa
membaca basmalah (untuk mengawali kegiatan pembelajaran.)
4) Guru memotivasi siswa dengan “tepuk warna”
5) Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab pada siswa:
- Sebutkan benda-benda yang ada di ruang kelas kalian ini yang bisa
35
6) Siswa menemukan pokok bahasan yang akan di pelajari dengan
adanya apersepsi guru yaitu “Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda”.
7) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi:
a) Siswa membaca buku paket IPA selama 5 menit.
Elaborasi
a) Siswa melakukan tanya jawab tentang “Pengaruh Gaya Terhadap
Gerak Benda”.
Dalam kegiatan elaborasi:
a. Fase 1 : Penomoran
1) Guru membagi 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4
orang.
2) Siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing
3) Guru membagikan nomer pada setiap kelompok, tiap kelompok
mendapatkan nomer yang berbeda yaitu 1-4 yang sudah disediakan
guru.
4) Tiap kelompok melakukan percobaan yang sama untuk
membuktikan gaya dapat mengubah gerak benda (pada LKS yang
36
b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
1) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada salah satu siswa dalam
tiap kelompok. (Pertanyaan pada LKS pada tiap kelompok)
c. Fase 3 : Berpikir Bersama
1) Tiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengetahui jawabannya.
a. Fase 4 : Menjawab
1) setiap pertanyaan, guru memanggil nomor siswa dengan nomor
yang dipanggil melaporkan hasil diskusi mereka.
2) Guru mempersilahkan kelompok lain untuk menanggapi jawaban
kelompok yang melaporkan hasil diskusinya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalah
pemahaman, memberikan penguatan.
c. Penutup
1) Siswa dan guru menyimpulkan pembelajaran
2) Siswa merefleksikan pembelajaran dengan menjawab pertanyaan yang
diajukan guru tentang materi yang telah dipelajari.
37
4) Guru memberikan reward berupa pujian pada siswa agar mereka
termotivasi.
5) Guru dan siswa membaca hamdalah untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran.
6) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
3. Observasi
Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan pengamatan diantaranya
adalah:
a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
b. Mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran
c. Mengamati kekompakan siswa dalam bekerja kelompok
d. Mengamati pemahaman materi gaya melalui model Numbered Heads
together (NHT).
4. Refleksi
Berupa uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pengamatan serta
rencana bagi tindakan siklus berikutnya.
a. Kegiatan merefleksikan proses pembelajaran yang telah terlaksana.
b. Mencatat kendala terhadap hal-hal yang masih dianggap sulit oleh siswa
38
Pengamatan pada siklus I dilakukan untuk melihat berhasil atau tidaknya
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Jika tidak berhasil maka perlu
perbaikan pembelajaran melalui model Numbered Heads Together (NHT)
pada siswa kelas IV MI Nurul Falah Wonoayu Sidoarjo akan dilanjutkan pada
tahap siklus II.
Siklus II
1. Rencana tindakan
Merupakan rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama menuju siklus yang kedua. Merupakan persiapan yang akan
dilakukan dan dipersiapkan untuk melaksanakan PTK sebagai berikut:
a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan perbaikan, siklus II dilakukan pada
tanggal 14 Januari 2017.
b. Menentukan model yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Bedasarkan latar belakang masalah maka dapat menyelesaikan
pembelajaran perbaikan dengan menggunakan model Numbered Heads
Together (NHT).
c. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran yang sesuai dengan standar
kompetensi dasar untuk mata pelajaran IPA dan mengembangkan RPP
menggunakan model Numbered Heads Together (NHT).
39
e. Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran, alat atau media yang
membantu model ini adalah media dan sumber belajar menggunakan
buku paket IPA kelas 4 yang diterbitkan oleh Hewi Murdanigsih, Endang
Susilowati dan BSE.
f. Mempersiapkan instrumen untuk penilaian, menganalisis proses dan hasil
tindakan seperti lembar observasi guru dan siswa.
g. Peneliti menentukan keberhasilan berdasarkan kriteria. Peneliti ingin
mengetahui apakah penelitian yang sudah dilaksanakan sudah sesuai
harapan atau belum. Apabila sudah sesuai maka siklus dihentikan jika
belum sesuai harapan maka siklus selanjutnya akan direncanakan.
2. Pelaksanaan tindakan
Guru melaksanakan pembelajaran IPA berdasarkan rencana pembelajaran
sebagaimana dari hasil siklus yang pertama. Pada pelaksanaan siklus II guru
mengelompokkan siswa untuk menerapkan contoh-contoh gaya yang dapat
merubah gerak benda, dengan perkelompoknya berbeda. Untuk mengukur
peningkatan pemahaman pada materi gaya.
3. Observasi
Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan pengamatan terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung pada siklus II untuk melakukan perbaikan
40
gaya. Peneliti mengamati yang dilakukan saat proses pembelajaran
diantaranya adalah:
a. Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
b. Mengamati pemahaman materi gaya melalui model Numbered Heads
Together (NHT)
c. Mencatat kekurangan pada materi gaya melalui model Numbered Heads
together (NHT).
d. Meneliti data berupa lembar observasi yang meliputi lembar observasi
guru dan siswa
e. Mengamati peningkatan pemahaman materi gaya melalui model
Numbered Heads together (NHT).
4. Refleksi
Peneliti dan guru kolaboratif melakukan refleksi pelaksanaan dengan
menerapkan model Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada pembelajaran IPA materi gaya kelas IV MI Nurul
Falah Wonoayu Sidoarjo.
E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber data
41
a. Guru
Dari sumber data guru berdasarkan wawancara dan observasi, untuk
melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam penerapan dari model
Numbered Heads Together (NHT).
b. Siswa
Dari sumber data siswa berdasarkan wawancara, observasi,
dokumentasi serta tes dalam pembelajaran siklus I dan II untuk
mendapatkan data dari hasil penerapan model Numbered Heads Together
(NHT) untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran IPA materi gaya.
2. Instrumen pengumpulan Data
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data
tersebut dilakukan oleh peneliti agar mendapatkan data yang valid. Adapun
uraian pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.6
Penelitian ini melibatkan penulis sebagai ketua peneliti, dibantu oleh orang guru ilmu pengetahuan alam (IPA) di MI Nurul Falah Wonoayu
6
42
Sidoarjo, Eny Wahyuningsih, S. Pd.I sebagai observer atau anggota
penelitian. Adapun fokus penelitian yang diobservasi adalah:
a) Kegiatan pengamatan aktivitas guru dalam mengelola proses
pembelajaran didalam kelas dengan menggunakan model
Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran IPA materi
gaya dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dalam
[image:56.612.142.529.162.703.2]mengelola pembelajaran.
Tabel 3.1
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Kegiatan Uraian Kegiatan
Skor
1 2 3 4
Awal
a. Mengucap salam dan mengajak
berdo’a bersama
b. Mengecek kehadiran siswa
c. Menumbuhkan motivasi bagi siswa d. Melakukan apersepsi
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran
Inti
a. Mengajak siswa membaca buku
paket IPA
b. Melakukan tanya jawab dengan
siswa
c. Memberi arahan mengenai model Numbered Heads Together (NHT)
d. Membagi kelompok
e. Guru mengajukan pertanyaan
f. Mengajak siswa berdiskusi untuk
menemukan jawabannya dengan
kelompok masing-masing
g. Memanggil nomer siswa untuk
menjawab pertanyaan
43
kepada siswa
i. Memberikan penguatan terhadap
materi
j. Memberikan penilaian
Penutup
a. Mengajak siswa menarik kesimpulan materi gaya
b. Mengecek pemahaman siswa dengan
melakukan refleksi
c. Memberikan evaluasi dengan
memberikan tugas individu
d. Mengakhiri pelajaran dengan
membaca hamdalah
Jumlah skor
Penilaian hasil skor observasi aktivitas guru: × 100 =
Kriteria:
1 : jika aktivitas guru kurang
2 : jika aktivitas guru cukup
3 : jika aktivitas guru baik
4 : jika aktivitas guru sangat baik
b) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
Kegiatan pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer saat
proses pembelajaran berlangsung menggunakan model Numbered
Heads Together (NHT) dengan menggunakan lembar observasi
aktivitas siswa yang telah disusun oleh observer dalam mengelola
[image:58.612.147.536.151.629.2]
44
Tabel 3.2
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
K r i t e r i a : 2 : j i k 1 Kriteria:
1: jika aktivitas siswa kurang
2: jika aktivitas siswa cukup
No Indikator / Aspek yang Diamati Pengamat
Skor
1 2 3 4
1. Siswa merespon motivasi dan apersepsi yang diberikan oleh guru
2. Siswa mendengarkan saat tujuan
pembelajaran
3. Siswa memusatkan perhatian pada buku paket IPA
4. Siswa antusias ketika melakukan percobaan untuk membuktikan pengaruh gaya pada gerak benda
5. Siswa tertib saat pembagian kelompok
6. Siswa antusias untuk mengerjakan tugas
yang diberikan guru melalui model
Numbered Heads Together (NHT)
7. Siswa antusias mendengarkan penguatan oleh guru terkait gaya mempengaruhi gerak benda
8. Siswa memberi tanggapan saat guru
mengecek pemahaman
9. Siswa mengerjakan dengan tertib saat dilaksanakan tes evaluasi tulis secara individual
10. Siswa merespon kesimpulan materi
pembelajaran yang disampaiakan guru
Jumlah Skor
45
3 : jika aktivitas siswa baik
4: jika aktivitas siswa sangat baik
c. Wawancara
Wawancara dapat diartikan sebagai teknik mengumpulkan data
dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun
melalui saluran media tertentu.7 Wawancara dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data tentang kendala siswa dalam
memahami mata pelajaran IPA materi gaya dan model yang digunakan
guru dalam pembelajaran.
d. Tes
Tes dapat diartikan sebagai alat ukur dalam proses evaluasi. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis. Skor tes dijadikan acuan
peningkatan pemahaman siswa pada pelajaran IPA materi gaya melalui
model Numbered Heads Together (NHT), sehingga dapat memperoleh
tingkat pemahaman dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Alat pengumpulan data berupa Tes tertulis, terdiri dari 15 butir soal
diantaranya: (1)Isian singkat 10 butir soal (2)Uraian 5 butir soal.
7
46
e. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data dan informasi terkait
dengan kejadian peristiwa, baik berupa gambar atau dokumen-dokumen
penting. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa RPP pada proses
materi gaya melaui model Numbered Heads Together (NHT) di kelas IV
MI Nurul Falah, tentang profil sekolah, foto-foto yang berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran, serta nilai mata pelajaran pada siklus I dan II.
F. Analisis Data
Data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gabungan dari data
kualitatif dan data kuantitatif. Dengan demikian analisis data dari penelitian ini
adalah analisis deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif:
a. Data Kualitatif
Data-data kualitatif yang diperlukan dalam penelitian ini dapat diperoleh
melalui observasi kelas yang berupa tabel observasi siswa dan tabel observasi
guru serta wawancara dengan guru.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang dapat diukur dan dihitung secara
langsung atau data yang berupa angka. Dalam penelitian ini, data kuantitatif
berupa nilai observasi guru dan siswa, nilai rata-rata kelas untuk mengetahui
tingkat kemajuan siswa dalam satu kelas pada suatu pembelajaran dan nilai
47
Setelah data terkumpul maka perlu dihitung dengan menggunakan statistik
sederhana yang berupa rumus-rumus sederhana sebagai berikut:
1) Analisis Data Observasi Guru
Analisis data observasi guru dapat dihitung melalui rumus berikut:
Tabel 3.3
Rumus untuk Menghitung Aktivitas Guru8
Rumus Keterangan
P = Nilai perolehan akhir observasi guru
F = Skor perolehan akhir observasi guru
M = Skor maksimum observasi guru
2) Analisis Data Observasi Siswa
Analisis data observasi Siswa dapat dihitung melalui rumus berikut:
Tabel 3.4
Rumus untuk Menghitung Aktivitas Siswa9
Rumus Keterangan
P = Nilai perolehan akhir observasi siswa
F = Skor perolehan akhir observasi siswa
M= Skor maksimum observasi siswa
8
Kunandar, Penelitian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 201 4) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 150.
9
Ibid, 133.
P = × 100
48
Adapun kategori dari yang sangat baik sampai kurang sekali untuk
Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran sebagai
[image:62.612.132.527.174.683.2]berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran10
Tingkat Keberhasilan Kriteria
91-100 Sangat baik
81-90 Baik
71-80 Cukup baik
61-70 Kurang baik
<60 Kurang sekali
3) Penilaian Tes
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa,
kemudian dibagi dengan siswa yang berada di dalam kelas tersebut,
sehingga di peroleh nila rata-rata. Penilaian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:11
Tabel 3.6
Rumus untuk MenghitungRata-rata Nilai Pemahaman
Rumus Keterangan
X = Rata-rata nilai pemahaman
∑X = Jumlah semua nilai pemahaman siswa ∑N = Jumlah siswa
10
Ibid, 134. 11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), 109.
49
Berikut ini adalah Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata
[image:63.612.150.525.197.556.2]Pemahaman:
Tabel 3.7
Kriteria Tingkat Keberhasilan Nilai Rata-rata Pemahaman
Tingkat Keberhasilan Kriteria
90 – 100 Sangat Baik
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup Baik
21 – 40 Kurang Baik
< 20 Kurang Sekali
4) Penilaian Ketuntasan Pemahaman
Untuk menghitung presentase ketuntasan pemahaman dapat dihitung
melalui rumus berikut:
Tabel 3.8
Rumus untuk Ketuntasan Pemahaman
Rumus Keterangan
P = Prosentase
f = Jumlah siswa yang tuntas pemahaman
N = Jumlah siswa
Adapun kategori dari tingkat keberhasilan pemahaman dapat dilihat
[image:64.612.123.530.131.489.2]
50
Tabel 3.9
Kriteria Tingkat Keberhasilan Pemahaman
Tingkat Keberhasilan Kriteria
81 % - 100 % Sangat Tinggi
61 % - 80 % Tinggi
41 % - 60 % Sedang
21 % - 40 % Rendah
< 20 Sangat Rendah
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melatih tingkat
keberhasilan dari kegiatan PTK dalam peningkatan. Indikator kinerja harus
relistik dan dapat di ukur (jelas cara pengukurannya).12
Adapun kriteria dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Nilai rata-rata pemahaman ≥ 81
2. Nilai observasi aktivitas guru minimal mencapai 81
3. Nilai observasi aktivitas siswa minimal mencapai 81
4. Minimal 81% siswa dapat mencapai peningkatan pemahaman materi gaya
mata pelajaran IPA.13
12
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 127.
13
51
H. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan kolaborasi. Antara guru mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam dan peneliti. Adapun rincian tugas guru IPA
dan peneliti adalah sebaga