• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui KKG di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga T2 942010038 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui KKG di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga T2 942010038 BAB IV"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

63

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian Evaluasi Program Pengembangan

Profesionalisme Guru melalui KKG dilakukan di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Data SD di wilayah ini sebagai berikut.

4.1.1 Jumlah Sekolah

Di Gugus Imam Bonjol terdapat 8 SD/MI yaitu 6 SD negeri, 1 SD swasta Katholik dan 1 MI, namun MI tidak pernah ikut dalam keanggotaan KKG. SD yang masuk keanggotaan dalam KKG Gugus Imam Bonjol adalah SDN Sidorejo Lor 02, SDN Sidorejo Lor 03, SDN Sidorejo Lor 06, SDN Sidorejo Lor 07, SDN Pulutan 01, SDN Pulutan 02, dan SD Marsudirini 77.

Tujuh sekolah tersebut selalu aktif dalam kegiatan KKG baik KKG guru kelas maupun mapel meliputi mapel agama, mapel penjasorkes, dan mapel bahasa Inggris. KKG mapel dalam pelaksanaannya terpisah dengan KKG guru kelas. KKG Mapel dilaksanakan di tingkat kecamatan atau kota.

4.1.2 Sekretariat KKG

(2)

64

Salatiga yang beralamat di Jalan Imam Bonjol Nomor 86 Salatiga 50716.

Sekretariat KKG Imam Bonjol digunakan untuk alamat surat menyurat maupun tempat bertanya tentang segala kegiatan yang ada di Gugus, serta tempat menyimpan administrasi dan kelengkapan sarana dan prasarana gugus. KKG Gugus Imam Bonjol tidak

memiliki Pusat Kegiatan Guru (PKG) karena

keterbatasan lahan di SD inti. Oleh karena itulah maka kegiatan KKG di Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo Salatiga dalam pelaksanaannya dilakukan secara bergilir dari satu sekolah ke sekolah lain.

4.1.3 Keanggotaan KKG

Keanggotaan KKG adalah semua guru yang berada di wilayah Gugus Imam Bonjol yang dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1.

Jumlah Guru berdasar Status Kepegawaian

No. Nama Sekolah PNS

Non PNS/

GTT/WB Jumlah

1 SD N Sidorejo Lor 02 10 2 12 2. SD N Sidorejo Lor 03 10 1 11 3. SD N Sidorejo Lor 06 11 1 12 4. SD N Sidorejo Lor 07 8 2 10

5. SD N Pulutan 01 9 2 11

6. SD N Pulutan 02 8 2 10

7. SD Marsudirini 77 8 8

(3)

65 Tabel 4.2.

Jumlah Guru berdasar Pendidikan dan Sertifikasi Keprofesionalan

No Nama Sekolah

Pendidikan

Sertifikasi S2 S1 D2/3 SPG/

SGO

1 SD N Sidorejo Lor 02 - 8 4 - 5 2. SD N Sidorejo Lor 03 1 7 3 - 9 3. SD N Sidorejo Lor 06 - 8 4 - 9 4. SD N Sidorejo Lor 07 - 8 1 1 6 5. SD N Pulutan 01 - 5 6 - 5 6. SD N Pulutan 02 - 7 3 - 5 7. SD Marsudirini 77 - 7 1 - 5

Jumlah 1 50 22 1 74

4.

2 Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1 Langkah-langkah yang dilalui dalam evaluasi program KKG Gugus Imam Bonjol

Langkah-langkah yang dilalui dalam evalusi program kesenjangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Identifikasi komponen program yang dianalisis

Program KKG yang akan dianalisis sesuai

desain implementasi program terdiri dari 5

komponen, yaitu: komponen perencanaan,

komponen implementasi program rutin, komponen implementasi program pengembangan, komponen evaluasi program, dan komponen pelaporan dan tindak lanjut.

B. Penentuan standar program

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

standar yang sudah ada yaitu standar

(4)

66

dalam 5 komponen yaitu komponen perencanaan (indikator 1-14), komponen implementasi rutin (indikator 15-21), komponen implementasi program pengembangan (indikator 22-31), komponen evaluasi program (indikator 31-42), dan komponen pelaporan dan tindak lanjut (indikator 43-50) seperti berikut ini.

1. Pembuatan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi KKG.

2. Pembuatan visi KKG yang menjadi kriteria khusus keberadaan Gugus Imam Bonjol.

3. Penjabaran misi dan tujuan sesuai dengan visi

7. Penentuan kalender kegiatan KKG. 8. Pembuatan program oleh tim khusus . 9. Program mengacu pada program tahun lalu 10.Program disesuaikan dengan kebutuhan

guru-guru di Gugus Imam Bonjol

11.Program yang dibuat mengacu program KKKS. 12.Program dibuat berdasarkan Standar dari

Direktorat Profesi Pendidik.

13.Program sesuai dengan skala prioritas.

14.Sosialisasi program yang dibuat kepada anggota KKG oleh pengurus.

15.Program dijalankan setiap bulan secara rutin. 16.Pertemuan sering dilakukan pengisian informasi

dari Dinas (Pengawas).

17.KKG membuat perangkat pembelajaran. 18.KKG membuat instrumen evaluasi belajar. 19.Materi pembelajaran di kelas dibahas dalam KKG. 20.KKG membahas masalah yang dihadapi para

guru.

21.Pembahasan materi dan pemantapan menghadapi Ujian Nasional untuk guru kelas VI. 22.Program KKG dapat meningkatkan

(5)

67

PTK.

25.Program pengembangan KKG dengan seminar, lokakarya, koloqium (paparan hasil penelitian) dan diskusi panel.

26.Program pengembangan dengan pendidikan dan pelatihan berjenjang.

27.Program pengembangan dengan penyusunan website KKG.

28.Program pengembangan dalam pelatihan menggunakan ICT.

29.Program pengembangan dengan penerbitan jurnal.

30.Program pengembangan dengan Lesson Study 31.Pembahasan Kompetensi Kinerja Guru.

32.Setiap akhir pelaksanaan kegiatan dilakukan evaluasi terhadap materi atau kegiatan saat itu. 33.Evaluasi dilakukan secara lisan oleh pengurus

kepada anggota.

34.Setiap pelaksanaan program dievaluasi.

35.Evaluasi dilakukan tiap akhir tahun pelajaran/awal tahun pelajaran.

36.Evaluasi menggunakan standar instrumen yang berlaku.

37.Evaluasi dilakukan oleh pengurus saja. 38.Instrumen evaluasi dibuat pengurus /KKKS. 39.Pembahasan kendala-kendala tiap akhir semester

yang dialami.

40.Evaluasi program dilaksanakan oleh tim monev. 41.Evaluasi program dilakukan bersama anggota

dan pengurus.

42.Evaluasi program didiskusikan bersama KKKS dan pengurus KKG.

43.Menuliskan masalah-masalah yang muncul dari program yang sudah dijalankan selama akhir semester.

44.Menentukan kriteria pemecahan masalah.

45.Membuat tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dibuat.

46.Menyampaikan hasil evaluasi ke anggota untuk dijadikan bahan masukan.

47.Membuat laporan hasil evaluasi sebagai pertanggunjawaban pelaksanaan program.

48.Laporan pertanggungjawaban disampaikan secara lisan oleh ketua kepada anggota.

49.Tidak ada laporan hasil evaluasi.

(6)

68

C. Penyebaran kuesioner dan wawancara terfokus

Isi kuesioner dan wawancara disesuaikan dengan desain gap analisis yang akan dilakukan. Kuesioner diisi oleh 3 kelompok, yaitu kepala

sekolah dan UPT, pengurus, dan anggota.

Berdasarkan hasil kuesioner dipilih pokok-pokok

yang menarik untuk dibahas dalam diskusi

kelompok terfokus.

D. Analisis data

Peneliti menganalisis program-program KKG Gugus Imam Bonjol Kecamatan Sidorejo tahun 2010/2011, 2011/2012, 2012/2013, apa standar kinerja dari KKG Gugus Imam Bonjol, apa saja program-program peningkatan profesionalitas guru, apakah ada kesenjangan antara standar kinerja KKG dengan program yang dibuat dan kesenjangan dengan kenyataan yang ada, serta faktor-faktor apa yang menyebabkan kesenjangan tersebut.

(7)

69

E. Follow up

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat

diketahui kinerja pelayanan yang diberikan.

Selanjutnya KKG tersebut dapat memperoleh

balikan/hasil guna menyusun program yang dapat

diperlukan untuk meminimalkan kesenjangan

tersebut.

4.2.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis kesenjangan yang telah dilaksanakan dari perencanaan dan implementasi program KKG Gugus Imam Bonjol tahun 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013 diperoleh hasil berdasarkan standar, ternyata terdapat kesenjangan yang bervariasi yaitu:

Tabel 4.3

Presentase Kesenjangan

Presentase Kesenjangan Kriteria

0 – 20 % Rendah 21 – 40 % Sedang 41 – 60 % Tinggi

61 – 80 % Menyimpang

Uraian hasil penelitian sebagai berikut:

A. Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan perencanaan.

KKG Gugus Imam Bonjol sudah menyusun program. Program-program KKG yang diteliti dari tahun 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013. Berdasarkan

(8)

70

direncanakan belum sepenuhnya sesuai. Hasil

kuesioner dari kelompok KS dan UPT, pengurus dan anggota terdapat kesenjangan antara 21-40%. Hal ini dapat dilihat dari grafik 4.1 dengan standar dari Direktorat 100% dikurangi implementasi dari masing-masing kelompok tersebut. Kesenjangan sebesar 21-40% tersebut termasuk dalam kriteria sedang.

Grafik 4.1

Kesenjangan antara Standar dengan Perencanaan

Kesenjangan antara standar dengan perencanaan dari kelompok responden kepala sekolah dan UPT sebesar 25,2%, pengurus 29,87% dan anggota sebesar 33,55%. Dari ketiga kelompok responden diperoleh data kesenjangan antara standar dengan perencanaan program menunjukkan kesenjangan dengan kriteria sedang yaitu antara 21 – 40%.

Kesenjangan ini terjadi karena dalam membuat perencanaan program di Gugus Imam Bonjol belum menggunakan standar yang berasal dari Direktorat. KKG

0 20 40 60 80 100

KS dan UPT Pengurus Anggota

100 100 100

74.8 70.13

66.45

25.2 29.87 33.55

(9)

71

di Gugus tersebut membuat perencanaan sederhana

yang digunakan sebagai pedoman dalam

mengimplementasikan program.

Dari hasil wawancara dengan anggota dan pengurus, diperoleh data bahwa perencanaan program di Gugus tersebut dilakukan oleh pengurus dan kepala sekolah segugus Imam Bonjol dengan berpedoman pada program Gugus tahun sebelumnya; juga berdasarkan kebutuhan seperti yang diungkapkan oleh ketua KKG sebagai berikut.

“Program kerja KKG tahun 2012-2013 dibuat

berdasarkan kebutuhan guru, sedang untuk kepengurusan sebelumnya mengacu pada program tahun lalu juga berdasarkan kalender

pendidikan yang berlaku.”

Dalam hal perencanaan program, terdapat

kesenjangan antara standar yang ditetapkan direktorat dengan hasil perencanaan program yang dibuat pengurus. Hal ini terjadi karena dalam membuat perencanaan program, pengurus gugus mendasarkan pada program gugus sebelumnya, bukan pada standar dari direktorat, sehingga kelengkapan-kelengkapan dan tatacara yang ada seperti tergambar dalam standar dari direktorat belum dilakukan sepenuhnya.

(10)

72

berikut dalam FGD di SD Pulutan 02 tanggal 28 Maret 2013:

“Ya semua sebenarnya sudah dilakukan pada saat penyusunan program namun, tidak tertulis saja.Ya saat musyawarah dalam penentuan program mana yang belum terleaksana apa peluang dan tantangan

yang dihadapi, begitu bu”

Ada dua hal yang sama sekali tidak dilakukan, yaitu sosialisasi standar program dari direktorat dan penyusunan AD/ART. Hal ini terjadi karena pengurus, Kepala Sekolah, dan UPT Disdikpora belum mengetahui adanya pedoman dari Direktorat. Namun demikian, pembuatan program, penentuan kalender, program sesuai kebutuhan guru, program mengacu dari program KKKS, program sesuai dengan skala prioritas, dan sosialisasi program sudah dilakukan.

B.Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin

Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin dapat dilihat seperti terdapat dalam gambar berikut:

Gambar 4.2.

Kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin

0 50 100

KS dan UPT Pengurus Anggota

100 100 100

73.81 69.48 71.48

26.19 30.52 28.52

(11)

73

Kesenjangan antara standar dengan kelompok responden untuk komponen implementasi program rutin yaitu kepala sekolah dan UPT sebesar 26.19%, pengurus

30.52% dan anggota sebesar 28.52%. Kriteria

kesenjangan antara standar dengan implementasi program rutin menunjukkan kesenjangan yang sedang yaitu 21 – 40%.

Implementasi program rutin selalu ada dalam program pembuatan perangkat pembelajaran namun dalam implementasi program tidak sampai pada produk sehingga guru masih bekerja sendiri-sendiri. Seperti hasil wawancara dari anggota sebagai berikut:

“Kegiatan KKG yang mengarah pada pembuatan

perangkat pembelajaran belum sampai menghasilkan produk yang dapat digunakan bersama, guru masih membuat semua perangkat sendiri-sendiri. Kegiatan rutin berjalan dengan baik

namun waktu habis untuk pembinaan dinas.”

Dalam pertemuan FGD pada tanggal 28 Maret 2013 di SDN Pulutan 02 pada pukul 12.00 – 13.30 terjadi diskusi yang menarik tentang implementasi program rutin dengan realita di lapangan. Mereka

berpendapat bahwa program rutin seharusnya

tercantum dan diimplementasikan dalam kegiatan tiap bulannya dengan kegiatan KKG kelas, seperti berikut;

Dari ketua KKG diungkapkan sebagai berikut:

“KKG selama ini lebih banyak diisi oleh pengawas

(12)

74

waktu habis diisi oleh pembinaan dinas sedang

KKG kelas tidak dapat dilaksanakan”.

Hal senada juga disampaikan oleh sekretaris dan ketua dua:

“Kita tidak bisa lepas dari dinas karena secara

birokrasi ketua gugus, pengawas dan ka UPT menandatangani undangan sedang ketika isian

dinas tidak etis jika waktu dibatasi”

Ketua KKG menimpali: “Bahwa tahun ini jelas kita tidak dapat melaksanakan tanpa pembinaan dinas, karena ketua gugus mewajibkan ada pembinaan dinas dalam setiap kegiatan. Tahun berikutnya kita buat pada pertemuan pertama ada pembinaan dinas, dan pada pertemuan kedua KKG kelas tanpa

pembinaan dinas.”

Dari hasil wawancara dan notula rapat bahwa tiap pertemuan selalu ada pembinaan dinas. Acara diisi dengan pembukaan, sambutan ketua KKG, sambutan Ketua Gugus, sambutan pengawas dilanjutkan isian. Pengawas memberi sambutan dilanjutkan dengan isian materi program sampai waktu habis. Hal ini membuat KKG Kelas tidak pernah ada.

C. Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan implementasi program pengembangan

(13)

75 Gambar 4.3.

Kesenjangan antara standar dengan implementasi program pengembangan

Kesenjangan antara standar dengan kelompok responden untuk komponen implementasi program pengembangan yaitu berdasar kelompok kepala sekolah dan UPT sebesar 44,17%, pengurus 52,5% dan anggota sebesar 48,57%. Kesenjangan implementasi program

pengembangan dengan standar menunjukkan

kesenjangan tinggi yaitu antara 41 – 60 %. Hal ini dapat dilihat dalam progam pengembangan pada tahun 2010/2011 dan 2011/2012 belum dicantumkan dan implementasi ada satu kegiatan sesuai program yang ada. Menurut standar dari direktorat program KKG paling tidak sekurang-kurangnya tiga dari 13 program pengembangan yang ada yaitu a) penelitian, b) PTK, c) Seminar, lokakarya, koloqium (paparan hasil penelitian), dan diskusi panel, d) Pendidikan dan pelatihan berjenjang (diklat berjenjang), e) penerbitan jurnal KKG, f) penyusunan website KKG, g) forum KKG provinsi, h) peer coaching (kerjasama antar guru untuk memecahkan

masalah pembelajaran), k) professional learning

community (komunitas-belajar professional), l) TIPD 0

50 100

KS dan UPT Pengurus Anggota

100 100 100

55.83

47.5 51.43

44.17 52.5 48.57

(14)

76

(Teachers Internasional Professional Developmenty/ kerjasama KKG internasional), m) global gateway (kemitraan lintas Negara). Dari ketiga belas program di atas tak satupun ada dalam program di tahun 2010/2011 dan 2011/2012. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya ada kegiatan program pengembangan yang dilaksanakan dalam KKG. Kegiatan peer coaching (kerjasama antar guru untuk memecahkan masalah

pembelajaran) sering dilakukan walaupun tidak

tercantum dalam program.

Hasil FGD dengan pengurus dan anggota menyatakan bahwa program pengembangan belum memenuhi standar dari direktorat, baru ada 33% saja pada tahun 2012/2013 namun, implementasinya belum sampai pada produk yaitu pendampingan penulisan PTK maupun hasil PTK.

D. Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan program evaluasi

Hasil analisis kesenjangan antara standar dengan program evaluasi seperti terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 4.4.

Kesenjangan antara standar dengan evaluasi program KKG

0

(15)

77

Kesenjangan dari kelompok responden untuk evaluasi program yaitu kepala sekolah dan UPT sebesar 31,31%, pengurus 39,67% dan anggota sebesar 46,27%. Kesenjangan antar standar dengan evaluasi program dengan kelompok kepala sekolah dan UPT serta pengurus menunjukkan kesenjangan sedang yaitu antara 21 – 40%. Sedangkan untuk kelompok anggota menunjukkan kesenjangan yang tinggi yaitu antara 41

–60%. Kesenjangan dari dua kelompok di atas

menunjukkan bahwa evaluasi program pada

implementasinya tidak berjalan sesuai ketentuan dalam standar dari direktorat.

Dalam kegiatan FGD dengan pengurus dan anggota dinyatakan bahwa evaluasi program dilakukan pada akhir atau awal tahun pelajaran, walaupun diakhir semester dalam program selalu dicantumkan. Beda dengan pengurus tahun 2010- 2012 yang menyatakan bahwa:

“Ya secara jujur memang tidak ada evaluasi

walaupun dalam program dicantumkan”

Sementara itu untuk kepengurusan 2012-2013 mengatakan sebagai berikut;

“Program evaluasi tiap semester ada. Dalam pelaksanaan karena kepengurusan belum ada satu tahun maka rencana pada akhir semester atau awal

tahun pelajaran”

Berbeda dengan pengurus, anggota sebagian menyatakan tidak tahu tentang pelaksanaan evaluasi program.

“Saya tidak tahu apakah program dievaluasi atau

tidak karena dalam kegiatan tersebut tidak

(16)

78

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa program evaluasi tidak melibatkan anggota. Dalam masa kepengurusan 2010/2011 dan 2011/2012 tidak ada evaluasi program, sementara kepengurusan 2012/2013 evaluasi dilakukan diakhir tahun atau awal tahun oleh pengurus dan KKKS saja. Kedua masa kepengurusan tersebut sudah mencantumkan dalam program, namun implementasinya untuk kepengurusan lama tidak melakukan dan untuk kepengurusan baru sudah melakukan namun tidak sesuai dengan rencana program yang dibuat.

E. Hasil analisis kesenjangan standar dengan pelaporan dan tindak lanjut

Hasil analisis kesenjangan dalam pelaporan dan tindak lanjut sesuai dengan standar seperti terlihat dalam gambar berikut:

Gambar 4.5.

Kesenjangan standar dengan pelaporan dan tindak lanjut

0 20 40 60 80 100

KS dan UPT Pengurus Anggota

100 100 100

59.72

38.22

30.48 40.28

61.78 69.52

(17)

79

Kesenjangan dari kelompok responden untuk komponen pelaporan dan tindak lanjut dengan pedoman yaitu kepala sekolah dan UPT sebesar 40,28%, pengurus 61,78% dan anggota sebesar 69,52%. Pada kelompok kepala sekolah dan UPT kesenjangan pelaporan dan

tindak lanjut dengan pedoman menunjukkan

kesenjangan tinggi yaitu berada diantara 41 – 60 %, sedang kelompok pengurus dan anggota berada dalam kriteria menyimpang yaitu antara 61 – 80 %.

Hal ini berdasarkan data bahwa pelaporan dan

tindak lanjut ada dalam program namun

implementasinya tidak sesuai. Program tindak lanjut

dilakukan dalam tiap tahunnya yaitu dengan

memprogramkan kembali untuk program-program yang

belum berjalan. Sedang, untuk pelaporan tidak

dilakukan secara lengkap tentang permasalahan yang dihadapi maupun alternatif-alternatif pemecahannya. Pengurus membuat laporan dengan mengeluarkan STTPL hasil kegiatan selama akhir tahun ajaran yang diberikan pada semua anggota.

4.2.3 Pembahasan

A. Standar kinerja KKG Gugus Imam Bonjol

Sebagian besar Ka-UPT, Kepala sekolah, pengurus KKG dan guru menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya standar pengembangan KKG dari direktorat. Beberapa pendapat mengungkapkan sebagai berikut:

Responden 1: “ya secara ideal memang KKG dilakukan menurut standar seperti yang ada

(18)

80

Responden 2: “Ternyata ada to standar KKG itu, saya baru tahu karena selama ini KKG yang berjalan ya seperti umumnya, ada program

dilaksanakan”.

Sementara itu hasil FGD yang diselenggarakan di SD Pulutan 02 menunjukkan bahwa pedoman dalam kegiatan KKG selama ini adalah program-program KKG tahun sebelumnya, kalender pendidikan, serta program yang dibuat berdasarkan kebutuhan guru.

Hasil temuan penelitian juga menunjukkan bahwa KKG Gugus Imam Bonjol belum memiliki pedoman yang seharusnya, yaitu standar pengembangan KKG tahun 2008 yang berasal dari direktorat. Perencanaan KKG yang dibuat sudah menunjukkan adanya prosedur yang mengarah pada standar, namun belum sepenuhnya sesuai prosedur yang tercantum pada standar tersebut. Dalam standar pengembangan KKG (2008:7) dinyatakan bahwa standar program meliputi sebagai berikut:

a) Penyusunan program KKG dimulai dengan menyusun visi, misi, tujuan, sampai kalender kegiatan namun dalam kenyataannya hanya penyusunan program dan kalender kegiatan saja.

b) Program KKG diketahui oleh ketua KKKS dan disyahkan oleh kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, kenyataannya belum ada pengesahan dari dinas pendidikan.

c) Program KKG terdiri dari program rutin dan pengembangan.

(19)

81

Program-program Gugus Imam Bonjol meliputi

tahun 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013 dapat dilihat dalam tabel 4.4 s/d 4.8

Program KKG menurut standar pengembangan KKG (2008:7) terdiri dari program rutin dan program pengembangan. Program rutin sekurang-kurangnya terdiri dari: diskusi permasalahan pembelajaran, penyusunan silabus, program semester, dan rencana program pembelajaran, analisis kurikulum, penyusunan instrumen evaluasi pembelajaran, dan pembahasan materi dan pemantapan menghadapi ujian nasional.

Dari hasil temuan penelitian tampak bahwa program KKG Imam Bonjol untuk tahun pelajaran 2010/2011 dan 2011/2013 sama persis, perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Menurut pengurus, perbedaan pelaksanaan ini terjadi karena banyak program untuk tahun pelajaran 2010/2011 yang belum terlaksana, sehingga pada tahun pelajaran 2011/2012 diprogramkan kembali.

Berdasarkan data yang diperoleh dari dokumen notula kegiatan KKG tampak bahwa yang terjadi banyak program KKG yang direncanakan, tidak terlaksana sesuai dengan yang diprogramkan. Yang

terlaksana justru agenda lain, biasanya berupa

(20)

82

anggota KKG, tetapi merupakan tunjukkan seperti yang dituturkan oleh pengurus berikut ini.

“Seharusnya ketika terjadi mutasi ketua KKG

karena promosi kepala sekolah, maka yang menggantikan adalah wakil ketua, namun kenyatannya wakil ketua tidak mau karena berbagai alasan sehingga ditunjuklah saya menjadi ketua. Ibu tahu sendiri to ketua KKG adalah kerja sosial sehingga banyak yang tidak mau. Hanya karena diberi kepercayaan dan ditunjuk saja maka dengan terpaksa saya mau. Yang mampu banyak tapi tidak mau. Yang terjadi adalah saling lempar tanggung jawab. Sehingga

program ya kopi paste aja. Ya sekedar formalitas.”

Dari hasil FGD, pengurus tidak mempunyai kewenangan untuk mengelola manajemen ke-KKG-an. Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan adanya faktor ekonomi yang sangat mempengaruhi pengurus dalam kinerjanya, dimana pengurus tidak mendapatkan kesejahteraan atas hasil kerja kerasnya, sehingga kepengurusan bukanlah hal yang menarik bagi anggota untuk dapat menduduki jabatan tersebut.

C. Kesenjangan antara “standar kinerja dengan

program” dan kesenjangan antara “program dan implementasinya”.

Kegiatan KKG dilaksanakan dalam setiap gugus yang anggotanya terdiri atas 6-8 Sekolah Dasar yang

berdekatan. KKG dalam pelaksanaanya memiliki

(21)

83

tahun 2008 yang berasal dari direktorat, sehingga program yang direncanakan belum sesuai dengan standar yang seharusnya.

Dalam implementasinya, antara pelaksanaan dan program yang dibuat pada tahun pelajaran 2010-2011 semester 1 dan 2 terlaksana 53,85% , tahun pelajaran 2011-2012 semester 1 dan 2 ada penurunan, yaitu program terlaksana 38,46% sedangkan pada tahun pelajaran 2012/2013, ada peningkatan pelaksanaan baik pada semester 1 dan semester 2 yaitu pada semester 1 terlaksana 70% dan semester 2 terlaksana 81,82%. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Gambar 4.6

Keterlaksanaan Program

D. Faktor-faktor yang mempengaruhinya

Periode tahun pelajaran 2010/2011 dan

2011/2012 merupakan masa peralihan kepengurusan. Seperti dikatakan salah satu pengurus sebagai berikut.

“Lha piye to bu, saya sebenarnya bukan ketua.

Ketuanya sudah pindah dipropmosikan sebagai

0

(22)

84

kepala sekolah di kecamatan lain. Seharusnya kan ketua dua yang menjadi ketua. Karena berbagai alasan akhirnya ketua dua tidak jadi ketua maka ditunjuklah saya. Jabatan ketua memang kerja sosial sehingga ditawak-tawake yo ra ono sing gelem. Kepengurusan ini tidak jalan baik antara pengurus satu dengan pengurus

yang lain saling lempar tanggung jawab”.

Sedang pengurus yang lain mengatakan :

“Program sering berbenturan dengan kepentingan

dinas, sehingga program sering tidak dapat berjalan. Jika ketua Gugus mengatakan diundur maka pengurus tidak memiliki otonomi untuk melaksanakan program. Kepentingan-kepentingan inilah yang membuat program menjadi terhambat.”

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumen yang diperoleh dari notula kegiatan KKG Gugus Imam Bonjol, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan, yaitu:

a. Kepala sekolah, Ka-UPT dan pengurus KKG belum tahu adanya standar pengembangan KKG dari direktorat, sehingga standar KKG yang digunakan mengacu pada kinerja KKKS dan program KKG tahun sebelumnya.

b.Program KKG yang dirancang dalam implementasinya

mengalami hambatan waktu yaitu bersamaan dengan kepentingan dinas sehingga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan program. Demikian juga, kepengurusan KKG masih sangat tergantung dengan ketua gugus yang cenderung mengikuti kepentingan Dinas, belum secara penuh memiliki otoritas.

(23)

85

program sering dan bahkan selalu dilakukan KKG

umum bukan KKG kelas. Oleh karena itu

kepengurusan KKG kelas tidak berfungsi sepenuhnya. Hanya dalam hal pembagian tugas pembuatan soal dan kisi-kisi saja kepengurusan dapat berjalan.

d.Dana KKG selama ini masih dilakukan bersamaan dengan iuran KKKS sehingga besaran dan pengelolaan dana oleh bendahara KKG hanya kegiatan rutin yang dilakukan. Dana pengembangan lain belum dimiliki. e. KKG Gugus Imam Bonjol tidak memiliki ruang PKG

sebagai pusat kegiatan guru. Hal ini menyebabkan kegiatan dilakukan dengan anjang sana yang kondisi masing-masing sekolah tidak sama. Ruang PKG sangat penting dalam rangka sebagai tempat pusat segala informasi dan administrasi yang dimiliki KKG. f. Struktur organisasi pengurus belum mengacu pada

standar pengembangan KKG sehingga kepengurusan hanya sebatas kepengurusan inti dan kelas.

g. Belum adanya pendataan instruktur yang dapat mengisi kegiatan KKG sesuai dengan keahlian, sehingga kegiatan KKG selama ini banyak diisi dengan tutor sebaya.

h.Belum ada kerjasama dengan perguruan tinggi, dinas maupun lembaga terkait dengan pengembangan profesionalisme guru sehingga pelaksanaan KKG

masih bersifat umum belum mengarah pada

peningkatan guru sebagai tenaga professional.

(24)

86

2007:175; Subarsono, 2006:90; Tilaar & Nugroho,2009: 222) implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni: komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Keempat faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Faktor komunikasi, antara lain berarti bahwa keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan

agar implementor mengetahui apa yang harus

dilakukan. Dalam hal penelitian ini, sebagaimana tampak dari data di atas, Kepala sekolah, Ka-UPT dan

pengurus KKG belum tahu adanya standar

pengembangan KKG dari direktorat, sehingga standar KKG yang digunakan selama ini hanya mengacu pada kinerja KKKS dan program KKG tahun sebelumnya.

Sementara itu, faktor sumber daya dapat

berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi

implementor, dan sumber daya finansial. Bila

implementor kekurangan sumber daya untuk

(25)

87

mengarah pada peningkatan guru sebagai tenaga professional.

Sumber daya finansial sebagaimana disebut dalam teori Edward III juga terbukti mempengaruhi. Selain KKG memang lebih sebagai kerja sosial, sehingga kurang mendorong pengurus untuk menjalankan

tugasnya secara baik, dari data tersebut juga

menunjukkan bahwa dana KKG selama ini masih dilakukan bersamaan dengan iuran KKKS sehingga besaran dan pengelolaan dana oleh bendahara KKG hanya berkenaan dengan kegiatan rutin, sedangkan

dana pengembangan belum dimiliki. Hal ini

mempengaruhi kinerja KKG. Sedangkan menyangkut faktor sarana dan prasarana, berkenaan dengan belum dimikikinya ruang PKG sebagai pusat kegiatan guru. Hal ini menyebabkan kegiatan KKG dilakukan dengan anjang sana dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain, yang kondisi sekolahnya tidak sama.

Faktor disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen,

kejujuran, sifat demokratis (Subarsono,2006:91).

Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Dalam hal penelitian ini, tampak bahwa pengurus kurang memiliki komitmen untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab ke-KKG-an. Ketika ada anggota

penggurus diangkat menjadi kepala sekolah di

(26)

88

akhirnya mau, mau karena terpaksa. Mereka cenderung ingin lepas dari tanggung jawab.

Faktor struktur birokrasi, yang bertugas

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.2. Jumlah Guru berdasar Pendidikan  dan Sertifikasi
Tabel 4.3 Presentase Kesenjangan
Grafik 4.1 Kesenjangan antara Standar dengan Perencanaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada Hari ini Selasa Tanggal Dua Puluh Enam Bulan Agustus Tahun Dua Ribu Empat Belas (26-08-2014), kami yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja VIII Unit Layanan Pengadaan

Biaya yang diperlukan dengan adanya keputusan ini dibebankan pada anggaran DIPA Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2015, d€ngan ketentuan Honorariun Penguji Tugas Akhir

Akibat pengaruh yang ditimbulkan dari tingkat investasi dan tenaga kerja akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi.. Dalam tahun per tahun jumlah tenaga

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi stakeholder baik internal maupun eksternal terhadap akuntabilitas keuangan dan non keuangan BMT,

Production and storage of goat semen for artificial insemination 62 (2000) 113. Storage of boar semen 62

[r]

The required codeSpace attribute shall reference a source of information specifying the values and meanings of all the allowed string values for this property. Copyright © 2008

Reason for change:  Standard UML modelling allows for an association to have a multiple properties, in the form of an association-class.. For most cases this may be converted into