• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

NOTULEN RAPAT MULTI PI HAK TAHAP PERSI APAN TI NDAK- LANJUT LOI

RI - NORWAY Jakarta 2 Juli 2010

I . PEMBUKAAN

Rapat dibuka Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan pada jam 13.30 di Ruang Rapat Utama Kemenhut Blok I lantai I V Gedung Manggala Wanabhakti Jakarta. Hadir pada pertemuan ini antara lain : perwakilan Norwegia (Ms. Hege, dari Kedubes Norwegia di I ndonesia), perwakilan mitra kerja Kemenhut baik dari luar negeri maupun yang dalam negeri (GTZ, UNREDD, KPFC, MFP DFI D, Program Kemitraan, Greenomic, CI FOR, Down to earth dll), wakil dari GAPKI , Ditjen Perkebunan, AMAN, APHI , TNC dan NGO lainnya, wakil Eselon I Lingkup Kemenhut serta anggota Pokja I , I I , I I I kelompok kerja penyiapan Phase I LOI RI -Norwegia. Daftar hadir sebagaimana Lampiran 1. Rapat pleno tiga mingguan ini bertujuan untuk menyampaikan kemajuan proses dari setiap Pokja

I I . LAPORAN DAN DI SKUSI

A. Laporan dan Diskusi Pokja I . National REDD Plus Strategy penanggung jawab Bappenas

1. National REDD Strategy dikoordinir oleh Bappenas. Dilaporkan oleh wakil dari Bappenas bahwa Draft Peraturan Presiden tentang Rencana Aksi Nasional – Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang telah diharmonisasi dengan RPJP dan RPJM Nasional sudah disampaikan secara tertulis kepada seluruh instansi terkait untuk mendapatkan masukan, pada tanggal 29 Juni 2010.

2. Berbagai pihak mendorong proses multistakeholders melalui berbagai mekanisme apakah melalui DKN yang telah memiliki kamar yang mewakili baik pemerintah, swasta, maupun CSO. Selain itu DKN dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi. Proses transparancy dan multistakeholder sangat penting untuk menjamin good governance. 3. Perlu disampaikan secara ringkas isi dari Peraturan Presiden tersebut

kepada semua pihak termasuk lembaga Riset dan Universitas. Jika memungkinkan untuk di sharedi website Bappenas.

4. Diharapkan proses tindak lanjut dan progress Pokja I dapat dilaporkan pada rapat pleno 3 minggu berikutnya.

(2)

1. UKP4 selaku Ketua Pokja I I menyampaikan presentasi sebagaimana terdapat pada Lampiran 2.

2. Berdasarkan pengalaman BRR, Pokja I I telah menyiapkan prinsip-prinsip yang harus dibangun dalam membentuk kelembagaan serta membuat designnya. Pokja masih akan berkonsultasi dengan berbagai pihak t erkait. 3. Dari hasil diskusi terdapat berbagai masukan dari peserta rapat

diantaranya:

3.1 Perlunya memperhatikan kehati-hatian, akan tetapi tidak kehilangan momentum, efektif pada waktu yang tepat

3.2 Lembaga yang terdiri dari stakeholder dan trustable. 3.3 Tidak menyalahi secara hukum yang ada

3.4 Dapat mengatasi isu cross-sektoral dan cross-isue

3.5 Dapat memberikan solusi pada saatnya dan membuat peluang untuk koreksi, pertimbangan antara realistis dan idealis yang memadai

3.6 Pertimbangan politik dan pendanaan, serta terjamin bebas dari korupsi

3.7 Harmonisasi dengan lembaga yang sudah ada serta keterwakilan stakeholder, multisektor dengan memperhatikan legitimasi politih hukum serta legitimasi sosial serta lokus yang tepat

3.8 UNREDD dan Kemitraan, WWF bersedia membantu proses tindak lanjut LOI RI -Norway untuk semua Pokja

3.9 Prosesnya melibatkan berbagai tingkat baik nasional maupun daerah bahkan tingkat tapak.

3.10 I su tata ruang berkelanjutan perlu diperhatikan bahkan menjadi salah satu tugas lembaga

3.11 I su REDD tentang co-benefit dan equitibility

3.12 Perlu menjawab masalah Nasional secara umum bukan hanya sebatas LoI saja dan mengaddress isu internasional sehingga organisasinya efektif, slim, firm dan slice secara nasional dan internasional

3.13 Sustainability funding dan independency anggaran 3.14 Kasus BRR yang sampai BPKRI atau KPK agar dihindari.

4. Tanggapan dari UKP4 diantaranya adalah masukan akan diperhatikan – inti tugas UKP4 adalah koordinasi antar menteri yang bersifat thematis, dapat mengambil keputusan, fleksibel, tumbuh dan akan selalu berkembang, mencegah korupsi serta mempertimbangkan compatibilitas. Rencana pendanaan fasilitasi institusi dengan dana Pemerintah sedangkan pembayarannya akan ‘open funding’ dari multisources. Lembaga tersebut diupayakan bisa bersifat ‘objective driven’ dan compliance dengan peraturan.

(3)

1. Selaku fasilitator, Taufik Alimi dari DKN menyampaikan proses dan hasil multipihak yang telah dilaksanakan oleh Pokja I I I pada tanggal 25 Juni 2010. Tujuan workshop adalah untuk penetapan Kriteria dan I ndikator serta rancangan awal rencana kerja penetapan provinsi untuk pilot proyek tindak lanjut LoI I ndonesia-Norwegia. Proses Multipihak yang dibangun pada pertemuan tersebut menggunakan metoda FGD, dengan prinsip (1) Semua hadirin adalah kompeten untuk mewakili dirinya dan lembaganya (2) Semua hadirin memiliki kesetaraan dalam hak berbicara dan mendengarkan (3) Semua hadirin akan menghormati hasil-hasil yang disepakati. Workshop berjalan secara interaktif dengan menggunakan metoda meta plan. Hasil sebagaimana Lampiran 3.

2. Tanggapan umum dari hasil diskusi cukup beragam dari masalah administrasi sampai ke substansi.

2.1 Undangan perlu lengkap dan tidak mendadak. Berdasarkan absensi telah dibuat mailing listnya tapi masih belum lengkap. Hasil telah sirkulasikan kepada peserta workshop 25 Juni 2010. 2.2 Perlu kejelasan masalah illegal – illegal tapi sustain dan arif

-legal tapi tidak sustain.

2.3 Pada aspek Biofisik (point 2.3) kalimat ancaman mohon dipertimbangakan karena dari sudut pandang perkebunan bukan ancaman, dari segi negosiasi ancaman atau drivers tidak masalah. Perlu pembahasan lebih lanjut mengenai drivers deforestasi, yaitu perkebunan, perambahan termasuk Pembangunan HTI tetapi aspek legal juga perlu dipertimbangkan. Tidak perlu malu menyebut perkebunan, perambahan bahkan HTI sebagai ancaman deforestasi dan degradasi, karena Driversdeforestasi untuk negara berkembang terkait dengan keperluan pembangunan termasuk di dalamnya perkebunan, pertambangan, HTI dan untuk kehidupan (livelihood) .Tapi itu merupakan isu yang akan kita address perlu mengambil pembelajaran dari Negara Brazil.

2.4 Lokasi Provinsi pilot mohon dapat diwakili di 3 Pulau yaitu Sumatera, Papua dan Kalimantan. Pemilihan lokasi harus benar-benar memperhatikan resiko, lebih baik mencari resiko yang terkecil mengingat kegatan pilot ini komitmen Presiden yang tidak boleh gagal. Dampak secara nasional perlu diperhitungan dan harus dapat di’manage’.

2.5 Perlu diperhatikan kata kunci pada LoI antara lain: konversi, hutan alam, gambut, pembangunan berkelanjutan, poverty alleviation, konflik dan suspension/ moratorium. Definisi, strategy dan tahapan yang akan dilakukan perlu didiskusikan dan disepakati karena diperlukan dalam proses konsultasi dengan daerah untuk menghindari kesalahan persepsi dan resistensi. 2.6 Perlu strategi agar diperoleh penghargaan dunia kepada tropical

(4)

hutan terutama yang selama ini diabaikan sepert i hutan konservasi, hutan lindung. Perlu dibuat national negotiating paper.

2.7 Kawasan Hutan adalah tanggung jawab Kementerian Kehutanan secara legal seperti tercantum dalam UU Kehutanan No.41 tahun 1999.. Bagaimana dalam pembentukan kelembagaan baru sebagai salah satu penerapan LoI tidak menyalahi UU Kehutanan. Perlu dikaji supaya tidak menjadi temuan di kemudian hari.

2.8 Bagaimana dengan status APL (Areal Penggunaan Lain) dan HPK (huta produksi yang dapat di koneversi) yang masih bertegakan hutan, apakah masuk area LoI .

2.9 Dinamika nasional dan internasional perlu dilihat. Upaya didalam negeri melalui program penanaman perlu dimasukkan.

D. Point-point penting untuk Pokja

1. Suspensi termasuk tata ruang nasional akan dibahas di POKJA I karena terkait dengan RAN-PI

2. POKJA I supaya lebih melibatkan multipihak dalam semua proses pembahasan dan progress tindak lanjut dapat dilaporkan pada rapat pleno 3 minggu ke depan

3. POKJA I supaya mengagendakan waktu khusus untuk menyampaikan isi Peraturan Presiden kepada para pihak terkait

4. POKJA I I diharapkan membuka dan menerima masukan dari berbagai pihak 5. POKJA I I I akan menyusun rencana tindak lanjut (roadmap) setelah proses

penetapan kriteria dan indikator di tingkat nasional dan akan segera dilakukan proses yang sama di tingkat provinsi.

Jakarta 5 Juli 2010

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, digunakan teori rational choice , agar dapat mengetahui kebijakan yang diambil oleh sebuah negara berdasarkan

Hasil Studi penda- huluan ini menunjukkan tidak ada hubungan antara usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, durasi, terapi, stadium, dan luka kanker dengan

Faktor manusia sebagai pengemudi merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu

OJK memberikan persetujuan atas permohonan menjadi Pelapor paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak dokumen permohonan menjadi Pelapor diterima secara lengkap

yakni apabila melodi ngajak pada awalnya hanya dimaikan oleh piol dengan tidak terikat dengan tempo, pada tahap nutup, ayunan atau melodinya dimainkan secara

Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah (Berita

manusia merupakan manivestasi dari kehendak Tuhan, sehingga dalam pandangannya mengenai pendidikan Islam bahwa proses pendidikan tidak begitu berpengaruh sebab

Gambar diatas merupakan diagram konteks dari Sistem Pembukaan Kelas, dimana pada diagram konteks ini terdapat 2 entitas yaitu Admin/Kaprodi dan User /Akademik. Entitas Admin/Kaprodi