LAPORAN AKHI R
KAJI AN PEMANFAATAN PAKET TEKNOLOGI
MEKANI SASI PADI PADA LAHAN SAWAH
I RI GASI DENGAN KEPADATAN PENDUDUK
RENDAH DI PROVI NSI BENGKULU
YONG FARMANTA
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN
2015
LAPORAN AKHI R
KAJI AN PEMANFAATAN PAKET TEKNOLOGI
MEKANI SASI PADI PADA LAHAN SAWAH
I RI GASI DENGAN KEPADATAN PENDUDUK
RENDAH DI PROVI NSI BENGKULU
Yong Farmanta
Wahyu Wibaw a
Taufik Hidayat
Yulie Oktavia
Herlena Bidi Astuti
Rahmat Oktavia
Robiyanto
BALAI PENGKAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN BENGKULU
BADAN PENELI TI AN DAN PENGEMBANGAN PERTANI AN
2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami sampaikan kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayah-Nya laporan akhir tahun kegiatan kajian pemanfaatan paket
teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk
rendahdiprovinsi Bengkulu dapat diselesaikan. Laporan ini berisi tentang progres
kegiatan kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah
irigasi dengan kepadatan penduduk Bengkulu yang telah dilaksanakan selama
kurun waktu bulan April s.d. Desember tahun 2015.
Kegiatan yang telah dilaksanakan selama kurun waktu tersebut meliputi
koordinasi anggota tim, koordinasi dengan stakeholder, survey calon lokasi dan
calon petani, penetapan lokasi, sosialisasi dan pelaksanaan kegiatan pengkajian.
Pelaksanaan kegiatan sampai dengan bulan Desember 2015 antara lain adalah
pembersihan lahan, pengolahan tanah dan penanaman.
Kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah
irigasi dengan kepadatan penduduk rendah di provinsi Bengkulu, tidak dapat
terlaksana dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP
Bengkulu atas bimbingan dan arahannya dalam pelaksanaan kegiatan. Tidak lupa
ucapan terima kasih ditujukan kepada rekan-rekan anggota tim yang telah
memberikan ide, kreativitas, dan dukungan tenaga sehingga kegiatan kajian
pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dengan
kepadatan penduduk rendah di provinsi Bengkulu dapat terlaksana dengan baik.
Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah I rigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu.
2. Judul ROPP : Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah I rigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu.
3. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu 4. Alamat Unit Kerja : Jl. I rian Km. 6,5 Bengkulu 38119
5. Sumber Dana : DI PA BPTP Bengkulu TA. 2015 6. Status Kegiatan (L/ B) : B (Baru)
7. Penanggung Jawab
a. Nama : Yong Farmanta, SP., M.Si b. Pangkat/ Golongan : Penata / I I I c
c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda
8. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu 9. Agroekosistem : Lahan Sawah I rigasi
10. Tahun Mulai : 2015
11. Tahun Selesai : 2016
12. Output Tahunan : 1. I nformasi kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
2. I nformasi efektivitas dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu. 3. Umpan balik dari Stakeholdersdan
pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
14. Biaya : Rp. 127.000.000,- (Seratus dua puluh tujuh juta rupiah)
Koordinator Program, Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. I r. Wahyu Wibawa, MP Yong Farmanta, SP., M.Si NI P. 19690427 199803 1 001 NI P. 19790116 200312 1 002
Mengetahui
Kepala BBP2TP, Kepala BPTP Bengkulu,
DAFTAR I SI
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 3
1.3. Keluaran yang Diharapkan ... 4
I I . TI NJAUAN PUSTAKA ... 5
I I I . METODOLOGI ... 9
3.1. Lokasi Kegiatan dan waktu ... 9
3.2. Ruang Lingkup ... 9
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan ... 10
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 14
4.1. Pengujian kinerja teknispaket teknologi mekanisasi padi yang di rekomendasi denganpaket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi petani ... 21
4.2. Kajian efektivitas paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi ... 24
4.3. Kajian umpan balik dari petani dan stakeholders terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi... 26
V. KESI MPULAN DAN SARAN ... 29
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi
Bengkulu tahun 2015... 11
2. Nama Petani kooperator, Luas lahan dan Plot perlakuan ... 16
3. Peralatan mesin pertanian yang telah diadakan... 16
4. Peralatan mesin pertanian yang belum diadakan ... 16
5. Hasil analisis tanah lahan pengkajian ... 18
6. Tinggi tanaman padi masing-masing perlakuan ... 19
7. Jumlah anakan padi masing-masing perlakuan... 19
8. Hasil ubinan tanaman padi masing-masing perlakuan ... 20
9. Data kinerja teknis paket teknologi ... 22
10. Hasil analisa usaha tani masing–masing perlakuan ... 23
11. Respon petani kooperator terhadap alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bengkulu Utara... 24
12. Jadwal pelaksanaan ... 34
13. Pembiayaan ... 35
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman
1. Hasil analisa usaha paket petani... ... 37
2. Hasil analisa usaha paket diperbaiki... ... 38
3. Hasil analisa usaha paket Rekomendasi... ... 39
4. Denah lokasi kegiatan... 40
5. Papan merek dan Plang Perlakuan ... 41
6. Gambar Alsintan dan spesifikasinya ... 42
RI NGKASAN
1 Judul RPTP
Judul ROPP
:
:
Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah I rigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu.
Kajian Pemanfaatan Paket Teknologi Mekanisasi Padi Pada Lahan Sawah I rigasi Dengan Kepadatan Penduduk Rendah di Provinsi Bengkulu.
2 Unit kerja : BPTP Bengkulu
3 Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu 4 Agroekosistem : Lahan Sawah I rigasi
5 Status (L/ B) : (B) Baru
6 Tujuan : 1. Mengkaji kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
2. Mengkaji efektivitas paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
3. Mendapatkan umpan balik dari stakeholders dan pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
7 Keluaran : 1. I nformasi kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
2. I nformasi efektivitas dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
3. Umpan balik dariStakeholdersdan pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
proses panen padi dengan tingkat kehilangan/ losses yang rendah.
10 Prakiraan Dampak : Penggunaan I ndojarwo Transplan terdapat menurunkan intensitas serangan hama dan penyakit melalui penanaman serentak dalam satu hamparan yang cukup luas.
Produksi padi meningkat akibat dari peningkatan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan lahan melalui peningkatan I ndeks Pertanaman (I P).
Peningkatan produktivitas usahatani dan pendapatan petani melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja (pembuatan pesemaian, pemeliharaan bibit, pencabutan bibit, pengangkutan bibit pengangkutan bibit dan penanaman), dan peningkatan produksi (produktivitas dan I P). Power Weeder dapat mempermudah dalam penyiangan padi dengan inovasi teknologi baru yang ramah lingkungan, untuk meningkatkan Efesiensi lahan dan hasil sawah. I ndo Combine Harvester mampu mempermudah dan mempercepat proses panen padi dengan tingkat kehilangan/ losses yang rendah.
Penggunaan paket teknologi padi pada lahan sawah irigasi dapat meningkatkan produksi dan kualitas produksi padi melalui peningkatan indeks pertanaman, peningkatan produktivitas, ramah lingkungan, penurunan intensitas serangan OPT dan akselerasi proses panen. Peningkatan produktivitas dan kualitas berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani.
3paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi.
Permasalahan tekstur tanah, pengelolaan air, kedalam solum tanah, ukuran petak dan upaya pemecahan masalah yang dikaitkan dengan kemampuan dan kinerja (spesifikasi) mesin juga diidentifikasi. Analisis juga dilakukan pada sifat fisik, kimia dan mekanika tanah.
Analisis finansial dan sosial akan dilakukan dengan pencatatan analisis usahatani, perbedaan penggunaan tenaga kerja, serta penyebaran questioner pada saat temu lapang maupun sosialisasi.
Kajian ekonomi (efektivitas) dan sosial (persepsi) dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi akan dilakukan melalui pendekatan survey, menggunakan daftar pertanyaan yang memadukan data primer dan sekunder (kuisioner) dari responden serta data pengujian mesin di lapangan.
Respon dan umpan balik dari pengguna antara (petugas dan pengambil kebijakan) dan pengguna akhir dilakukan melalui survey dengan pengisian kuisioner. Sebagai responden adalah petugas dan stakeholders serta petani di lokasi/ kabupaten yang digunakan sebagai tempat pengujian paket teknologi mekanisasi padipada lahan sawah irigasi.
12 Jangka Waktu : 2 tahun (2015-2016)
I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi merupakan komoditas utama dari subsektor tanaman pangan dan
berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi memberikan
kontribusi besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional (Damardjati,
2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; Sembiring dan Abdulrahman, 2008). Dalam
rangka mencapai swasembada beras yang berkelanjutan, pada tahun 2011
pemerintah telah menetapkan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN). I nstrumen yang digunakan dalam peningkatan produksi adalah: (1).
Perluasan areal (pencetakan sawah baru, optimalisasi lahan, dan peningkatan
I ndeks Pertanaman (I P); (2). Peningkatan produktivitas (penggunaan varietas
unggul, pemupukan, jajar legowo, pengendalian OPT: pendekatan Pengelolaan
Tanaman dan sumberdaya Terpadu (PTT); (3). Rekayasa teknologi dan sosial
(Demplot, Demfarm dan SL-PTT).
Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu baru mencapai 4,3 ton GKG/ ha (BPS
Provinsi Bengkulu, 2012). Ada senjang hasil yang cukup tinggi (21,82% ) antara
produktivitas padi di Provinsi Bengkulu dengan produktivitaspadi secara
nasional. Senjang hasil dapat diperkecil dengan penerapan PTT.Ada 11
komponen PTT yang dapat diterapkan dalam sistem budidaya padi yaitu: (1).
Varietas moderen (VUB, PTB, PH); (2).Benih bermutu dan sehat; (3). Pengaturan
cara tanam (jajar legowo); (4). Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan
BWD dan PUTS/ petak omisi/ Permentan No. 40/ 2007; (5). PHT sesuai OPT
sasaran; (6). Bahan organik/ pupuk kandang/ amelioran; (7). Umur bibit muda;
(8). Pengolahan tanah yang baik; (9). Pengelolaan air optimal (pengairan
berselang); (10). Pupuk cair (PPC, ppk organik, pupuk bio-hayati, ZPT, pupuk
mikro); (11). Penanganan panen dan pasca panen (Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, 2013).
Hasil survey menunjukkan bahwa baru 3-4 komponen PTT padi yang
diterapkan oleh petani di Provinsi Bengkulu.Ada korelasi positif antara jumlah
komponen PTT yang diterapkan dengan produktivitas tanaman. Hingga batas
tertentu, semakin banyak jumlah komponen PTT diterapkan, semakin tinggi
produktivitas yang dapat dicapai (Wibawa dkk., 2011).
Di Provinsi Bengkulu, jumlah traktor sudah cukup memadai untuk
mengolah lahan sawah secara cepat, namun belum mampu menjamin
keterbatasan tenaga kerja tanam.Anjuran tanam serentak dalam satu hamparan
juga menjadi permasalahan dalam penerapan Jajar Legowo di Provinsi Bengkulu,
karena sistem ini memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak.
Jajar legowo, khususnya 2: 1, sudah diakui dapat meningkatkan
produktivitas hingga 18,12% (Suhendra dan Kushartanti, 2013). Permasalahan
utama dalam penerapan Jarwo diantaranya adalah memerlukan tenaga kerja
untuk tanam yang lebih banyak, biaya tinggi, dan kondisi lahan yang sulit
dikelola (petakan kecil, air sulit dikendalikan, dan solum tanah yang terlalu
dalam/ rawa).
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan dalam penerapan Jarwo
adalah melalui mekanisasi pertanian dalam bentuk mesin Jarwo transplanter.
Jarwo transplanter dengan 2-3 operator mempunyai kapasitas kerja 6-7 jam/ ha.
Suhendrata (2013) melaporkan bahwa pada kondisi petakan sawah yang luas,
datar dengan kedalaman lumpur kurang dari 40 cm, mesin transplanter dapat
membantu memecahkan permasalahan kekurangan tenaga tanam padi sawah.
Pembangunan pertanian dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
teknologi alat dan mesin pertanian (Tambunan dan Sembiring, 2007).
Jajar legowo merupakan salah satu komponen PTT dasar/compulsory pada PTT padi sawah irigasi (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013).Penggunaan
mesin jarwo transplanter, bersama dengan komponen PTT lainnya, diharapkan
mampu menjadi titik ungkit dalam peningkatan produktivitas dan produksi padi di
Provinsi Bengkulu.
Di Provinsi Bengkulu, jumlah power thresher juga sudah cukup memadai
untuk melakukan pemanenan secara cepat, namun belum mampu menjamin
terlaksananya panen secara tepat. Panen sering dilakukan pada umur yang
masih muda dan sering juga pada umur tanaman yang sudah terlalu tua
sehingga terlalu lama di lapangan yang akan berdampak pada mutu gabah padi
yang dihasilkan.Hal ini berkaitan dengan keterbatasan tenaga kerja panen yang
tersedia.
Keterbatasan tenaga kerja tenaga panen padi menyebabkan sulit
tercapainya panen secara tepat. Dampak dari pemanenan yang tidak tepat
diantaranya adalah terjadinya kehilangan hasil panen yang berdampak
Dalam upaya mengatasi kelangkaan tenaga kerja saat musim tanam dan
panen padi tiba serta mempercepat introduksi tanam jajar legowo 2: 1 atau 4: 1,
mekanisasi merupakan solusi agar dapat mengejar I ndeks Produksi (I P).
Mekanisasi dalam usaha tani padi sawah dimulai dengan pengolahan tanah
menggunakan traktor/ hand traktor, penanaman menggunakan mesin tanam padi
I ndojarwo Transplanter, penyiangan menggunakan power weeder dan panen menggunakanI ndocombine Harvester.
Mesin panen padi I ndo Combine Harvester dirancang oleh Badan Litbang Pertanian untuk mendukung pencapaian program swa-sembada beras nasional
melalui usaha penurunan susut hasil panen. Kemampuan kerja mesin tersebut
mampu menggabungkan kegiatan
potong-angkut-rontok-pembersihan-sortasi-pengantongan dalam satu proses kegiatan yang terkontrol. Adanya proses
kegiatan panen yang tergabung dan terkontrol menyebabkan susut hasil yang
terjadi hanya sebesar 1,87 % atau berada di bawah rata-rata susut hasil metode
“gropyokan” (sekitar 10% ). Sedangkan tingkat kebersihan gabah panen yang
dihasilkan oleh mesin tersebut mencapai 99,5% . Mesin panen padi I ndo Combine Harvester yang dioperasikan oleh 1 orang operator dan 2 pembantu mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK/ ha. Kapasitas kerja mesin
mencapai 5 jam per hektar.
Penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi
perlu dikaji dari aspek kinerja teknis, finansial dan peluang adopsinya bagi
pengguna. Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan
syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan
secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya
masyarakat setempat.
Keterbatasan tenaga kerja baik untuk tenaga tanam maupun panen di
Provinsi Bengkulu dapat dipicu oleh kepadatan penduduk di Provinsi Bengkulu
yang masih rendah yaitu hanya 91 jiwa per Km2. Untuk itu perlu dilakukan
pengkajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah
irigasi dengan kepadatan penduduk rendah di Provinsi Bengkulu.
1.2. Tujuan
1. Mengkaji kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah
2. Mengkaji efektivitaspaket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi
di Provinsi Bengkulu.
3. Mendapatkan umpan balik dari stakeholders dan pengguna akhir terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di
Provinsi Bengkulu.
1.3. Keluaran yang Diharapkan
1. Kinerja teknis paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawahirigasi di
Provinsi Bengkulu.
2. Efektivitas dalam penerapan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan
sawah irigasi di Provinsi Bengkulu.
3. Respon dan umpan balik dari Stakeholders dan beneficiaris terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Penurunan jumlah rumah tangga tani dan tenaga kerja tani secara
regional/ nasional teknologi berpengaruh terhadap ketersediaan tenaga kerja
pada sector pertanian.Keterbatasan tenaga kerja pertanian termasuk tenaga
panen padi menyebabkan sulit tercapainya panen secara tepat. Dampak dari
pemanenan yang tidak tepat diantaranya adalah terjadinya kehilangan hasil
panen yang berdampak menurunnya produksi padi (Ahmad dan Haryono, 2007).
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan dari
setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi pertanian.
Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat atau
perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar, motor
listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi pertanian
dapat juga diartikan sebagai penerapan ilmu teknik untuk mengembangkan,
mengorganisasi, dan mengendalikan operasi didalam produksi pertanian
(Robbins, 2005).
Mekanisasi pertanian dalam arti luas bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, meningkatkan produktivitas lahan, dan menurunkan
ongkos produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pengalaman dari negara-negara tetangga Asia
menunjukkan bahwa perkembangan mekanisasi pertanian diawali dengan
penataan lahan (konsolidasi lahan), keberhasilan dalam pengendalian air,
masukan teknologi biologis, dan teknologi kimia.Penerapan teknologi mekanisasi
pertanian yang gagal telah terjadi di Srilangka yang disebabkan kecerobohan
akibat penerapan mesin-mesin impor secara langsung tanpa disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik pertaniannya.Berbeda halnya dengan Jepang yang
melakukan modifikasi sesuai dengan kondisi lokal, kemudian baru memproduksi
sendiri untuk digunakan oleh petani mereka.
Fungsi dari alat dan mesin pertanian adalah untuk:
1. Mengisi kekurangan tenaga kerja manusia dan ternak yang semakin langka
2. Meningkatkan produktivitas tenaga kerja
3. Meningkatkan efisiensi usaha tani melalui penghematan tenaga, waktu dan
4. Menyelamatkan hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian
(Unadi dan Suparlan, 2011)
Mesin tanam padi jajar legowo 2: 1 yang diberi nama I ndo Jarwo
Transplanter 2: 1. Mesin ini di samping mempercepat waktu dan menurunkan
biaya tanam, mesin ini diharapkan dapat mensubtitusi masuknya mesin tanam
impor sistem tegel. Untuk menanam 1 ha bibit padi, satu unit mesin tanam I ndo
Jarwo memerlukan waktu sekitar 5-6 jam atau kemampuannya setara dengan 25
tenaga kerja tanam. Selain itu mesin tanam I ndo Jarwo Transplanter mampu menurunkan biaya tanam dan sekaligus mempercepat waktu tanam.I ndo Jarwo
Transplanter ini, juga mampu beroperasi dengan mudah pada lumpur sawah
yang berat dengan kedalaman sampai 60 cm. Kapasitas kerja mesin I ndo Jarwo
Transplanter 2: 1 prototipe I I yang dibuat pada tahun 2014 ini mencapai 5,2-6
jam per ha, kecepatan jalan pada saat operasional mencapai 1,5 – 2,5 km per
jam.
Persyaratan bibit padi yang dipergunakan pada mesin I ndo Jarwo
Transplanter 2: 1 adalah bibit padi yang disemaikan secara dapok (tempat
pembibitan dengan ukuran lebar 17,5 cm dan panjang 60 cm). Umur bibit yang
baik untuk ditanam dengan bantuan I ndo Jarwo Transplanter 2: 1 adalah antara
15-20 hari setelah tebar.
Rancangan mesin I ndo Jarwo Transplanter ini terdiri dari 5 komponen
utama, yaitu sistem penanaman, sistem pengumpan bibit padi, sistem transmisi
dan penggerak, sistem kendali dan rangka utama, serta unit pelampung.
Kegiatan modifikasi, difokuskan pada bagian unit sistem penanam dan sistem
pengumpan bibit, di mana bagian tersebut disesuaikan dengan jarak tanam
sistem jajar legowo 2: 1.Untuk bibit sangat mudah dibuat. “Bibit tidak harus
dibuat di sawah, dirumahpun bisa membuat bibitnya. I tu salah satu
kelebihannya”.(Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian)
Mesin panen padi (I ndo Combine Harvester) dirancang oleh Badan Litbang Pertanian sebagai upaya untuk mendukung pencapaian program
swasembada beras nasional melalui usaha penurunan susut hasil panen.
Kemampuan kerja mesin tersebut mampu menggabungkan kegiatan
potong-angkut-rontok-pembersihan-sortasi-pengantongan dalam satu proses kegiatan
yang terkontrol. Adanya proses kegiatan panen yang tergabung dan terkontrol
bawah rata-rata susut hasil metode “gropyokan” (sekitar 10% ). Tingkat
kebersihan gabah panen yang dihasilkan oleh mesin tersebut mencapai 99,5% .
Mesin panen padi I ndo Combine Harvester yang dioperasikan oleh 1 orang operator dan 2 pembantu mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50
HOK/ ha. Kapasitas kerja mesin mencapai 5 jam per hektar.
Mesin panen padi modern I ndo Combine Harvester mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
1. Gaya tekan mesin ke permukaan tanah sebesar 0,13 kg/ cm2, sedangkan
mesin-mesin yang ada di pasaran sebesar 0,20 kg/ cm2. Makin kecil nilai gaya
tekan tekan mesin ke permukaan tanah akan memperkecil peluang terjadinya
mesin terperosok ke dalam tanah. Pertimbangan ini sangat penting karena
umumnya kondisi sawah di I ndonesia memiliki fasilitas infrastruktur
drainasenya jelek sehingga tanahnya lembek.
2. Lebar kerja 1,2 meter I ndo Combine Harvester sangat cocok untuk petakan
sawah yang sempit.
Dalam proses adopsi inovasi teknologi, pengguna akan mengalami proses
dan tahapan yaitu kesadaran (awareness), tumbuhnya minat (interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial) dan adopsi (adoption) (Rogers, 1983). I novasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi yang
diintroduksikan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi
tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian
(Kartono, 2009).
Dalam proses adopsi inovasi teknologi, pengguna akan mengalami
I novasi teknologi berpeluang untuk diadopsi oleh petani apabila teknologi
yang diintroduksikan memiliki sifat -sifat sebagai berikut:
1. Bermanfaat bagi petani secara nyata.
2. Lebih unggul dibandingkan dengan teknologi yang telah ada.
3. Bahan, sarana, alat mesin, modal dan tenaga untuk mengadopsi teknologi
tersedia.
4. Memberikan nilai tambah dan keuntungan ekonomi.
5. Meningkatkan efisiensi dalam berproduksi.
6. Bersifat ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan usaha pertanian
(Kartono, 2009).
Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat
teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara
teknis dapat dilaksanakan serta tidak bertentangan dengan sosial budaya
I I I . METODOLOGI
3.1. Lokasi kegiatan dan w aktu
Kegiatan pemanfaatan penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada
lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu
Utara dengan luasan 5 hektar. Kegiatan dilaksanakan pada bulan
Januari-Desember 2015.
3.2. Ruang lingkup
Ruang lingkup kegiatan pengkajian meliputi:
(1) Pengkajian direncanakan selama 2 tahun (2015 – 2016).
(2) Bentuk kegiatan adalah kegiatan percobaan lapangan (aplikasi paket
mekanisasi pertanian) dan survey. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan
koordinasi dengan sumber teknologi, stakeholders provinsi dan kabupaten serta petani.
a. Kegiatan lapangan
Kegiatan lapangan membandingkan 3 perlakuan paket teknologi
mekanisasi yaitu paket rekomendasi, paket yang diperbaiki dan paket
teknologi petani. Perlakuan paket teknologi terdiri dari : (1) Teknologi
rekomendasi, dimana pengolahan lahan dilakukan dengan traktor,
penanaman dengan menggunakan I ndo Jarwo Transplanter, penyiangan dengan Power Weeder, dan panen dengan I ndo Combine Harvester; (2) Teknologi yang diperbaiki, dimana pengolahan lahan dilakukan denga
traktor, penanaman dengan I ndoJarwo Transplanter, penyiangan dengan manual dan kimia, dan panen secara manual dan dirontokkan dengan
PowerThreser; (3) Teknologi petani, dimana pengolahan lahan dilakukan traktor, penanaman dengan caplak roda (legowo) 2: 1, penyiangan secara
manual dan kimia, panen secara manual dengan sabit dan dirontok
dengan Power Threser. b. Kegiatan survey
Kegiatan survey dilakukan untuk mengetahui efektivitas penggunaan 3
paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi
Bengkulu. survey juga dilakukan untuk mengetahui persepsi dan
paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi
Bengkulu dengan menggunakan kuesioner/ daftar pertanyaan.
(3) Kajian dilengkapi dengan analisis fisik dan kimia tanah
(4) Berbagai pertemuan (FGD, sosialisasi, demontrasi, dan promosi) dilakukan
untuk mempercepat pengenalan penggunaan paket teknologi mekanisasi
padi pada lahan sawah irigasi.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan
3.3.1. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam pengkajian ini meliputi benih padi, pupuk
(urea, Ponska, KCl), pestisida (herbisida, fungisida dan pestisida), BBM, plastik,
karung, dan ATK. Adapun peralatan yang digunakan adalah Traktor, I ndojarwo Transplanter, Power Weeder, I ndo Combine Harvester, Power Thresher,caplak roda 2: 1, sabit, timbangan, kalkulator,hand counter dan kuesioner.
3.3.2. Tahapan
Tahapan pelaksanaan kegiatan pengkajian meliputi:
1. Koordinasi rencana kegiatan dengan instansi terkait
2. I dentifikasi calon lokasi dan calon petani
3. I mplementasi kegiatan
4. Pengumpulan, tabulasi, pengolahan/ analisis dan intepretasi data
5. Menyiapkanbahan seminar dan seminar hasil pengkajian, dan
6. Pembuatan laporan kemajuan dan akhir tahun.
3.3.3. Rancangan Pengkajian
a. Evaluasikinerja teknispaket teknologi mekanisasi padi yang di rekomendasi dengan paket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi petani.
Percobaan dilaksanakan dengan membandingkan 3 perlakuan kinerja
paket teknologi mekanisasi yaitu paket rekomendasi, paket teknologi yang
diperbaiki dan paket teknologi petani (Tabel 1). Perlakuan disusun dalam
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 ulangan. Plot berukuran 3.000- 5.000
Tabel 1. Paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu tahun 2015.
Komponen Teknologi Paket Teknologi Mekanisasi
Rekomendasi Diperbaiki Petani Pengolahan lahan Hand traktor Hand traktor Hand traktor
Persemaian Dapok Dapok Persemaian basah di lahan sawah
Tahapan percobaan adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi dengan stakeholders di daerah (Dinas Pertanian, Bapeluh tingkat Provinsi dan Kabupaten Bengkulu Utara) selanjutnya dilakukan pertemuan
dengan calon petani kooperator untuk menjelaskan rencana, tujuan dan
sasaran pengkajian, perjanjian kerjasamaserta hak dan kewajiban petani
kooperator.
2. Menguji dan membandingkan kinerja 3 paket teknologi mekanisasi padi pada
lahan seluas 5 hektar.
3. Data yang dikumpulkan meliputi kapasitas kerja dari masing-masing
perlakuan meliputi: jumlah tenaga kerja (pengolahan lahan, penyemaian,
penanaman, penyiangan/ pengendalian gulma dan panen); alokasi waktu atau
waktu yang diperlukan per satuan luas (kapasitas kerja alat);kualitas kerja
alat (I ndo jarwo transplanter, Caplak roda, Power weeder, I ndo combine); komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah anakan) dan komponen hasil (jumlah gabah per malai, berat 1000 butir) ;produktivitas dan
4. Analisis data
Kelayakan teknis dan data agronomis dianalisis dengan ANOVAuntuk
membandingkan kinerjapaket teknologi mekanisasi padi dengan paket
teknologi rekomendasi, paket teknologi yang diperbaiki dan paket teknologi
petani. Perbedaan nyata terkecil (LSD) digunakan untuk uji lanjut dari
pengaruh perbedaan rerata perlakuan.
b. Kajian efektivitas paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi Pengkajian efektivitas dilaksanakan terhadap aplikasi paket teknologi
mekanisasi padi dengan paket teknologi rekomendasi, paket teknologi yang
diperbaiki dan paket teknologi petani di Kabupaten Bengkulu Utara.Data
yang dikumpulkan terdiri atas : data biaya input dan output usahatani dari
masing-masing perlakuan, selanjutnya dilakukan analisis B/ C (benefit-cost ratio (B/ C) yaitu nisbah antara total nilai kini penerimaan dengan total nilai kini biaya), MBC dan BEP (harga outputdan produksi), nilai kini bersih (Net Present Value = NPV) dengan Discount Factor = 1/ (1 + r)tdan pay back period (PP) yaitu tahun dimana nilai komulatif biaya sama dengan nilai komulatif penerimaan (tanpa discount), dan I nternal Rate of Return (I RR). Analisis I RR dapat mengidentifikasi berapa persen tingkat bunga atau
discount rate tertinggi bagi suatu usaha (invest asi) untuk bisa berjalan dengan tingkat keuntungan normal atau NPV sebesar nol (Gittinger, 1982).
Kelayakan perubahan teknologi dari cara tanam konvensional menjadi
menggunakan paket teknologi mekanisasi padi pada usahatani padi lahan
sawah irigasi digunakan analisis Losses and Gains atau Korbanan dan Perolehan (Swastika 2004).
c. Kajian umpan balik dari petani dan stakeholders terhadap penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi.
Untuk mengetahuipersepsi dan respon (tanggapan tentang kinerja
teknis, biaya operasional dan peluang pengembangannya) petani terhadap
paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dilakukan dengan
penyebaran kuesioner kepada responden.Responden dalam pengkajian ini
adalah petani kooperator dan petani sekitarnya serta stakeholders di Kabupaten Bengkulu Utara sebanyak 60 responden. Data yang dikumpulkan
ditabulasi dan dikelompokkan dengan interval kelas menggunakan rumus
NR = NST – NSR dan PI = NR : JI K
Dimana : NR : Nilai Range PI : Panjang I nterval NST : Nilai Skor Tertinggi JI K : Jumlah I nterval Kelas NSR : Nilai Skor Terendah
Selanjutnya dilakukan penskalaan dengan skala Likert Summated Ratings dan diuji statistik pada tingkat kepercayaan 10% .Untuk mempertajam hasil survey dan pengengembangan penggunaan paket
teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi dilakukan diskusi terfokus
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1. Kinerja Teknis Paket Teknologi
Kinerja teknis paket teknologi yang diterapkan sampai dengan bulan
Desember 2015 adalah pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan. Untuk
pengolahan lahan, semua paket teknologi menggunakan hand traktor. Hand
traktor dioperasikan oleh 2 orang operator secara bergantian meliputi bajak dan
rotari. Penggunaan hand traktor ini dengan sistem sewa (borongan). Tarif yang
digunakan adalah per blok (rata-rata ¼ ha) dengan biaya berkisar
Rp.250.000,-s/ d Rp.300.000,-.
Penanaman menggunakan indo jarwo transplanter 2: 1 untuk perlakuan
rekomendasi dan diperbaiki sedangkan perlakuan cara petani penanaman
menggunakan caplak roda legowo 2: 1. Berdasarkan uji kinerja mesin tanam I ndo
jarwo transplanter 2: 1 paket teknologi rekomendasi dan diperbaiki tidak berbeda
nyatabila dibandingkan antara perlakuan rekomendasi, diperbaiki dengan cara
petani perlakuan sangat berbeda nyata. Paket perlakuan rekomendasidan
diperbaiki 6.09 jam/ habila dikalkulasikan dengan hari penanaman menggunakan
indo jarwo transplanter 1 hari/ ha karna sama – sama menggunakan mesin tanam
indo jarwo transplanter 2: 1 sedangkan perlakuan cara petani 238.98 jam/ ha bila
dikalkulasi jam/ ha penanaman menggunakan caplak roda 24.14 hari/ ha. Berarti
ada penghematan waktu tanam 23.14 hari/ ha. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suhendrata, 2013 mesin tanamindojarwo transplanter 2: 1 dengan 2-3 operator
mempunyai kapasitas kerja 6-7 jam/ ha. Tambunan dan Sembiring,
2007mengatakan pada kondisi petakan sawah yang luas, datar dengan
kedalaman lumpur kurang dari 40 cm, mesin tanam indo jarwo transplanter
dapat membantu memecahkan permasalahan kekurangan tenaga tanam padi
sawah.
Kinerja mesin tanam padi I ndojarwo Transplanter 2: 1 di Kabupaten
Bengkulu Utara masih mengalami beberapa kendala diantaranya kualitas hasil
kerja mesin masih perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari kerapian hasil
penanaman yang telah dilakukan belum begitu memuaskan para petani selain itu
juga masih terdapat lahan yang kosong terutama dibagian pinggir pematang
yang cukup lebarsehingga mengakibatkan waktu penyulaman menjadi lebih
biaya tanam sudah sangat membantu bagi petani berdasarkan pengukuran
kinerja tenaga kerja tanam padi sawah dengan penggunaan mesin tanam indo
jarwo transplanter 2: 1 mampu menghemat tenaga kerja tanam dibanding
dengan penanaman manual menggunakan caplak roda sebesar 94,14% ,
sementara biaya yang dikeluarkan dalam penanaman padi mampu dihemat
mencapai 79,89% .
Pemanenan menggunakan I ndo Combine harvester perlakuan
rekomendasi 3.3 jam/ ha atau 0.5 hari/ ha perlakuan berbeda nyata bila
dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki dan cara petani 173.33 jam/ ha atau
21.67 hari/ ha. Bila dilihatdari perlakuan pengukuran kinerja panen cara petani
dan diperbaikidibandingkan dengan panen menggunakan mesin panen indo
combine harvester, rata–rata hari panen per ha dari mulai ngarit, mengumpulkan
hingga perontokan menghabiskan waktu sebanyak 173.33 jam/ ha atau 21,67
hari/ ha sedangkan panen menggunakan mesin panen indo combine harvester
hanya 3.3 jam/ ha atau 0,5 hari/ ha. Dengan demikian dapat menghemat waktu
sebanyak 21 hari. Hal ini sesuai dengan pandapat (Hasibuan, 1999) mesin panen
indo combine harvester mampu bekerja pada areal sawah yang luas hanya
membutuhkan waktu yang relative singkat karena combine ini dilengkapi dengan
alat pemotong, perontok dan mengarungkan padi dalam suatu proses kinerja
saja. Dengan demikian waktu pemanenan lebih singkat dibandingkan dengan
menggunakan tenaga manusia (manual) serta tidak membutuhkan jumlah
tenaga kerja manusia yang besar seperti pada pemanenan tradisional( Barokah,
2001).
Tabel 2. Data Kinerja Teknis Paket Teknologi
Parameter Paket Teknologi
Data agronomis tanaman diambil berupa komponen pertumbuhan (tinggi
tanaman, jumlah anakan) tinggi tanaman diukur menggunakan mistar ukur yang
tanaman dengan mengukur tanaman sampel mulai dari tiang standard sampai
bagian tanaman tertinggi dengan meluruskan daun tanaman kearah atas. Tiang
standard berfungsi agar dasar pengukuran tidak berubah, perlakuan rekomendasi
dilihat pada umur 70 hst tinggi tanamannya berbeda nyata 96.80 cm bila
dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki81.50 cm dan cara petani tinggi
tanaman 85.10 cm. sedangkan perlakuan diperbaiki dan perlakuan cara petani
tidak berbeda nyata (Tabel 3).
Tinggi tanaman juga dipengaruhi kondisi air yang banyak (menggenangi
tanaman padi) karna petani selalu memasukkan air secara berlebihan. Air yang
sedikit atau macak-macak kurangi disukai oleh petani karna merasa dengan air
yang sedikit pertumbuhan tidak akan optimal padahal disaat petani menggenangi
air pada posisi yang tinggi tanah akan kekurangan oksigen menyebabkan
pertumbuhan lambat dan perkembangan jumlah anakan tidak maksimal.
Tabel 3. Tinggi tanaman padi masing-masing perlakuan
Perlakuan 10 hst 30 hst 45 hst 60 hst 70 hst Rekomendasi 29.50a 35.10a 53.23a 65.07a 96.80b Diperbaiki 30.30a 34.10a 52.20a 65.09a 81.50a
Petani 31.20b 34.20a 55.40b 66.05b 85.10a
Perlakuan cara petani berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan
diperbaiki dan rekomendasi pada umur 70 hst. Jumlah anakan perlakuan cara
petani 20 batang/ rumpun sedangkan jumlah anakan perlakuan diperbaiki 24
anakan/ rumpun sama dengan jumlah anakan perlakuan rekomendasi 24
anakan/ rumpun. Jumlah anakan yang berbeda pada setiap perlakuan akibat
pengaruh perbedaan perlakuan pemeliharaan (Tabel 4). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan dengan paket teknologi rekomendasi dan
diperbaiki menunjukkan jumlah anakan yang paling banyak dibanding perlakuan
cara petani. Hal ini disebabkan petani selalu menggenangi tanaman padi secara
terus menerus sehingga tanaman kekurangan oksigen dalam tanah (sawah
menjadi hypoxic) menyebabkan perkembangan akar terganggu, berkurangnya
Tabel 4. Jumlah anakan tanaman padi masing – masing perlakuan
Perlakuan 10 hst 30 hst 45 hst 60 hst 70 hst
Rekomendasi 6 11 16b 23b 24b
Diperbaiki 5 8a 15a 21a 24b
Petani 6 10 14a 19a 20a
Pengambilan data ubinan dilahan petani dengan cara mengukur lahan
petakan sawah masing–masing perlakukan 2 x 3 m dikarnakan legowo yang
digunakan legowo 2: 1. Masing – masing lahan diambil 5 petak ubinan secara
acak agar hasil yang didapat mendekati hasil sebenarnya setelah semuanya
diubin barulah padi tersebut dipanen menggunakan mesin panen Combine
Harvester untuk perlakuan rekomendasi untuk perlakuan diperbaiki pemanenan
menggunakan sabit, kumpul dan perontokan menggunakan power thresser.
Hasil ubinan 2 x 3 m kemudian dikumpul diirik menggunakan kaki, gabah
yang telah terpisah dari tangkainya kemudian dipisahkan dari gabah hampa ke
gabah bernas hasilnya gabah kering panen.gabah kering panen tersebut
ditimbang menggunakan timbangan 5 kiloan dihitung menggunakan rumus.
Hasil pengujian perlakuan rekomendasi, diperbaiki dan cara petani menunjukkan
perlakuan berbeda nyata antara perlakuan rekomendasi 6.00 ton/ ha
dibandingkan dengan perlakuan diperbaiki 5.83 ton/ ha dan cara petani 5.83
ton/ ha sedangkan perlakuan diperbaiki dan cara petani tidak berbeda nyata.
Tabel 5. Hasil ubinan tanaman padi masing – masing perlakuan
Perlakuan 1 2 3 4 5
Rekomendasi 6.00b 6.00b 6.00b 5.83a 6.00b
Diperbaiki 6.17b 6.00b 6.00b 5.83a 5.83a
Petani 5.83a 5.67a 5.67a 5.83a 5.83a
4.2. Pengujian Efektivitas Paket Teknologi Mekanisasi
Pengkajian efektivitas dilaksanakan terhadap aplikasi paket teknologi
mekanisasi padi dengan paket teknologi rekomendasi, paket teknologi yang
diperbaiki dan paket teknologi petani di Kabupaten Bengkulu Utara.Data yang
dikumpulkan terdiri atas : data biaya input dan output usahatani dari
masing-masing perlakuan, selanjutnya dilakukan analisis B/ C (benefit-cost ratio (B/ C) yaitu nisbah antara total nilai kini penerimaan dengan total nilai kini biaya), MBC
dengan Discount Factor= 1/ (1 + r)tdan pay back period (PP) yaitu tahun dimana nilai komulatif biaya sama dengan nilai komulatif penerimaan (tanpa discount), dan I nternal Rate of Return (I RR)
Analisa usaha perlakuan cara petani, diperbaiki dan rekomendasi terlihat
pada perlakuan petani terjadi pembengkakan pengeluaran saat tanam dan saat
panen. pada perlakuan cara petani biaya pencabutan bibit dan penanaman
sebesar Rp. 1.260.000,- sedangkan paket diperbaiki atau setengah mekanisasi
biaya yang dikeluarkan pembuatan dapok dan penanaman menggunakan indo
jarwo transplanter 2: 1 sebesar Rp. 664.000,- terjadi selisih pengeluaran sebesar
Rp 596.000,- berarti dilihat dari sisi penanaman ada penghematan sebesar Rp
596.000,- dibanding penanaman cara manual.
Analisis usaha saat panen perlakuan cara petani, diperbaiki/ setengah
mekanisasi dan rekomendasi. Pada perlakuan paket rekomendasi biaya
pemanenan menggunakan mesin panen combine harvester dimana penyabitan,
pengumpulan, perontokan dan pengarungan menjadi satu pekerjaan
pengeluaran sebesar Rp 564.000,- sedangkan paket perlakuan cara petani dan
diperbaiki sebesar Rp 3.837.000,- ada selisih antara paket rekomendasi ,
diperbaiki dan cara petani sebesar Rp 3.273.000,- biaya yang dikeluarkan
meliputi penyabitan, pengumpulan dan perontokan menggunakan power
thereser, berarti dilihat dari sisi pemanenan ada penghematan biaya sebesar
3.273.000,-/ ha.
Dilihat dari B/ C ratio perlakuan teknologi paket petani, diperbaiki dan
rekomendasi pada perlakuan cara petani B/ C ratio dibawah satu yaitu 0.9 paket
perlakuan diperbaiki 1.10 sedangkan paket perlakuan rekomendasi sebesar 2.30.
berarti B/ C ratio paket perlakuan cara petani kurang menguntungkan karna
dibawah satu sedangkan perlakuan diperbaiki dan rekomendasi menguntungkan.
Dilihat dari beberapa analisis usaha tani paket rekomendasi sangat
menguntungkan bagi petani perlu ada pengembangan mekanisasi pertanian lebih
Table 6. Hasil analisa usaha tani paket perlakuan
No Uraian Petani Diperbaiki Rekomendasi
1 Produksi GKG (kg) 4.920 4.920 4.920
2 Pengeluaran 9.081.500,- 8.185.500,- 5.212.000,-3 Pendapatan 17.220.000,- 17.220.000,- 17.220.000,-4 Keuntungan 8.138.500,- 9.034.500,-
12.008.000,-5 B/ C ratio 0,90 1.10 2.30
4.3. Kajian Umpan Balik dari Petani dan Stakeholders Terhadap Penggunaan Paket Teknologi Mekanisasi Padi pada Lahan Saw ah I rigasi
I ndikator yang digunakan untuk melihat tingkat respon petani terhadap
alat dan mesin pertaniandilihat dari aspek sulit, cukup, manfaat dan
meningkatkan. Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa rata-rata respon petani
terhadap alat dan mesin pertanian berada pada kriteria Tidak Susah/ sulit dengan
skor 3,55 dan Sangat cukup dengan skor 4,55 dan 5,45, Sangat bermanfaat
dengan skor 5,09 dan 6,09 dan Sangat membantu meningkatkan hasil dengan
skor 4,73. I ni menunjukkan bahwa alat dan mesin pertanian (indo jarwo
transplanter dan indo combine harvester) tidak susah/ sulit penggunaannya,
sangat cukup dalam penyampaian, alat dan mesin pertanian sangat bermanfaat
dan sangat membantu meningkatkan hasil (Tabel 2).
Tabel 7. Respon Petani Kooperator Terhadap Alat dan mesin pertanian di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015.
No. Uraian Skor Respon Petani* Kriteria 1.
Keterangan : *1,00 ≤ x ≤ 1, 80 = sangat tidak (sulit, cukup, manfaat dan meningkat); 1,80 ≤ x ≤ 2,60 = tidak (sulit, cukup, manfaat dan meningkat) ; 2,60< x ≤ 3,40 = cukup (sulit, cukup, manfaat dan meningkat) ; 3,40< x ≤ 4,20 = (sulit, cukup, manfaat dan meningkat) dan 4,20< x ≤ 5,00 = sangat (sulit, cukup, manfaat dan meningkat)
Dilihat dari masing-masing indikator, tingkat kesulitan, kecukupan,
manfaat dan meningkatkan alat dan mesin pertanian berada pada kriteria sulit,
cukup, manfaat dan meningkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa alat dan mesin
pertanian tidak susah/ sulit penggunaannya, sangat cukup dalam penyampaian
dikarenakan sesuai dengan karakteristik sasaran (umur dan tingkat pendidikan
petani), materi penyuluhan, dan tujuan yang dicapai. Mayasari, dkk (2012)
menyatakan bahwa penyuluhan yang efektif dapat disebabkan oleh usia
responden. Usia responden yang mengikuti pengkajian berkisar 25–69 tahun.
Disamping itu, metode temu lapang alat dan mesin pertanian ini juga
memberikan manfaat dalam merubah perilaku petani terutama pengetahuannya
mengenai teknis penanaman dan panen padi dan penggunaan mesin indo jarwo
transplanter dan indo combine harvaster.
BPPSDMP (2010) menyebutkan bahwa penyuluhan, bukanlah dimaksud
agar masyarakat penerima manfaat selalu menggantungkan diri kepada
petunjuk, nasehat, atau bimbingan penyuluhannya.Tetapi sebaliknya, melalui
penyuluhan harus mampu dihasilkannya individu yang mampu dengan upayanya
sendiri mengatasi masalah-masalah yang dihadapi, serta mampu
mengembangkan kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan peluang
yang diketahuinya untuk terus menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya.
Pemilihan metode penyuluhan temu lapang juga didasarkan pada
penggunaan panca indera.Penggunaan panca indera tidak terlepas dari suatu
proses belajar-mengajar karena panca indera tersebut terlibat di dalamnya Hal
ini dinyatakan oleh Socony Vacum Oil Co. yang di dalam penelitiannya
memperoleh hasil sebagai berikut 1% melalui indera pengecap, 1,5% melalui
indera peraba, 3,5% melalui indera pencium, 11% melalui indera pendengar,
dan 83% melalui indera penglihatan. Pemilihan temu lapang sebagai metode
penyuluhan mengenai cara tanam padi menggunakan indo jarwo transplanter
kepada penyuluh dan petani, juga dikarenakan metode ini merupakan metode
dengan pendekatan kelompok yang dapat memberikan informasi secara lebih
rinci. Metode ini dapat membantu seseorang dari tahap menginginkan suatu
Dilihat dari gambar ikatan komunikasi dengan tahapan adopsi di atas,
metode temu lapang berada pada tahapan minat dan menilai. Dimana pada
tahap pertumbuhan minat, seseorang ingin mengetahui lebih banyak perihal
baru dan berusaha mencari informasi lebih lanjut . Sedangkan pada tahap
menilai, seseorang mampu membuat perbandingan. Setelah melalui tahapan
minat dan menilai tersebut, diharapkan petani dapat mencoba dan menerapkan
inovasi teknologi yang disampaikan. Petani dapat mencoba gagasan baru atau
praktek baru serta meyakini gagasan atau praktek baru itu dan menerapkan
I V. KESI MPULAN
1. Kinerja teknis paket teknologi yang diterapkan sampai dengan bulan
Desember2015 adalah pengolahan lahan, penanaman dan pemanenan. Untuk
pengolahan lahan, semua paket teknologi menggunakan hand traktor. Kinerja
mesin tanam rata – rata 6.09 jam/ ha dibanding kinerja tanam manual 238,98
jam/ ha atau 24,14 hari sedangkan kinerja combine harvester 3,3 jam/ ha
dibandingkan kinerja panen manual 173,33 jam/ ha atau 21,67 hari
2. Efektifitas mesin tanam padi I ndojarwo Transplanter 2: 1dan mesin panen
combine harvester di kabupaten Bengkulu Utara masih mengalami beberapa
kendala diantaranya kualitas hasil kerja mesin masih perlu ditingkatkan lagi.
Hal ini dapat dilihat dari kerapian hasil penanaman yang telah dilakukan
belum begitu memuaskan para petani selain itu juga masih terdapat lahan
yang kosong terutama di bagian pinggir pematang yang cukup lebar
sehingga mengakibatkan waktu penyulaman menjadi lebih lama. Untuk mesin
panen mempunyai kendala tidak bisa dilakukan pada lahan yang sempit dan
bertingkat-tingkat. Sementara dari segi kecepatan tanam dan panen serta
efektifitas tenaga kerja dan biaya tanam sudah sangat membantu bagi petani
3. Respon petani terhadap alat dan mesin pertanian berada pada kriteria Tidak
Susah/ sulit dengan skor 3,55 dan Sangat cukup dengan skor 4,55 dan 5,45,
Sangat bermanfaat dengan skor 5,09 dan 6,09 dan Sangat membantu
KI NERJA HASI L PENGKAJI AN
Kegiatan kajian pemanfaatan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan
sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendah di provinsi Bengkulu
dilaksanakan di Desa Rama Agung Kecamatan Argamakmur Kabupaten Bengkulu
Utara dari bulan Januari sampai dengan Desember 2015 (1) penetapan petani
kooperator sebanyak 12 orang dengan luas lahan 5 ha masing – masing petani
mempunyai luas lahan antara 0.25 – 0.6 ha (2) Pengukuran kinerja mesin tanam
indo jarwo transplanter 2: 1 dan adopsi teknologi legowo 2: 1 (3) Pengukuran
kinerja mesin panen indo combine harvesterdan mengurangi losses sehingga
hasil panen meningkat (4) Penyebar luasan inovasi teknologi mekanisasi padi
pada lahan sawah irigasi dengan kepadatan penduduk rendah diprovinsi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D.R. dan Haryono. 2007. Peluang Usaha Jasa penanaman Padi Secara Mekanis Dengan Dukungan I ndustri Persemaian. Apresiasi Hasi Penelitian Padi.
Badan Litbang Pertanian. 2005. Kumpulan Teknologi Unggulan pendukung PRI MA TANI . Badan Litbang Pertanian. Jakarta. 75 p.
Balai Besar Mekanisasi Pertanian. 2013. Mesin Tanam I ndo Jarwo Transplanter. http: / / mekanisasi.litbang.deptan.go.id/ ind/ index.php?view= artice.
Balasubramaniam V., Rajendran, R., Ravi, V dan Las, I . 2006. I ntegrated Crop Management (I CM): Field Evaluation and Lesson Learn. I n Rice I ndustry, Culture, and Environment. I CCR, I CFORD, I AARD. Jakarta.
BPS Provinsi Bengkulu. 2013. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Bappeda dan BPS Provinsi Bengkulu. Bengkulu 402 p.
Dajan, A. 1986. Pengantar Metode Statistika Jilid I I . LP3ES. Jakarta.
Damardjati, J.S. 2006. Learning from I ndonesian Experiences in Achieve Rice Self Sufficientcy. I n Rice I ndustry, Culture, and Environment. I CCR, I CFORD, I AARD. Jakarta.
Ditjen Tanaman Pangan. 2013. Pedoman Teknis : Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi dan Jagung Tahun 2013. Dirjen Tanaman Pangan. 134Hal.
Drakel, Arman. 2008. Analisis Usahatani Terhadap Masyarakat Kehutanan di Dusun Gumi Desa Akelamo Kota Tidore Kepulauan.Jurnal I lmiah Agribisnis dan Perikanan Volume I Oktober 2008.
Fagi A.M. 2006. Penelitian Padi Menuju Revolusi Hijau Lestari. Balai Penelitian Padi, sukamandi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. 68 Hal.
Kustiyanto. 2001. Kriteria seleksi untuk sifat toleran cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Makalah Penelitian dan Koordinasi pemuliaan Partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multilokasi. Sukamandi.
Mayasari, Rika, dkk. 2012. Dampak Penyuluhan Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Tentang Malaria di Desa Sukajadi Kabupaten OKU.Jurnal Pembangunan Manusia Volume 6 No.3 Tahun 2012.
Puslitbangtan, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT. Kerjasama Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Jawa Barat dan BPTP Bali. 20 p.
Rentha, T. 2007. I dentifikasi Perilaku, Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah I rigasi Teknis Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Pupuk di Desa Bedilan Kecamatan Belitang OKU Timur (Skripsi S1). Universitas Sriwijaya.Palembang.
Sembiring, H. dan Abdulrahman, H. 2008. Filosofi dan Dinamika Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. BB Penelitian Padi sawah. Sukamandi.
Simatupang, P., 2001. Anatomi Masalah Produksi Beras Nasional dan Upaya Mengatasinya. Prosiding Perspektif Pembangunan Pertanian dan Kehutanan Tahun 2001 Ke Depan. Buku I . Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Balitbangtan. Hal. 119-146.
Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu (Online). http: / / ejournal .unud. ac.id/ abstrak / (6)% 20soca-sudarta-pks% 20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.
Suhendra, T., 2013. Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit (rice transplanter) dalam Rangka Mengatasi Klangkaan Tenaga Kerja Tanam Bibit Padi. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Angibisnis (SEPA) Fakutas Pertanian UNS. Surakarta (inpress).
Suhendrata, T., dan E. Kushartanti. 2013. Pengaruh Penggunaan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi (Transplanter) Terhadap Produktivitas dan Pendaptanan Petani di Desa Tangkil Kecamatan/ Kabupaten Sragen. Prosiding Seminar Nasional Akselarasi Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Menuju Kemandirian Pangan dan Energi. Fakultas Pertanian UNS. (inpress).
Swastika, D. K. S., 2004. Beberapa Teknis Analisis dalam Penelitian dan Pengkajian Tknologi Pertanian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Vol 7, No. 1. BBP2TP Bogor.
Tambunan, A.H. dan E. N. Sembiring. 2007. Kajian Kebijakan Alat dan Mesin Pertanian. Jurnal Kteknikan Pertanian. Vol.21 (4).
Astuti, U.P. A. dan B. Honorita. 2013. Peranan Metode Penyuluhan (Temu Lapang) Terhadap Peningkatan Pengetahuan Penyuluh Pendamping P2KP Dalam Teknologi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Terpadu Di Provinsi Bengkulu. Prosiding Temu Teknis Jabatan Non Peneliti Lingkup Litbang Pertanian, Agustus 2013. Hal 350-359.
ANALI SI S RI SI KO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang
mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal
risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun
cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun responsif
Tabel 8. Daftar risiko dan dampak pengkajian penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015
- Belum ada teknisi yang mampu mereparasi
- Air irigasi/ drainase sulit dikendalikan
Tabel 9. Daftar penanganan risiko pengkajian penggunaan paket teknologi mekanisasi padi pada lahan sawah irigasi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2015 2. Mesin rusak dan suku
JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan Waktu Pelaksanaan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Perbaikan Proposal 2. Koordinasi dan I dentifikasi
- Koordinasi ke BB Mektan - Koordinasi ke Dinas
terkait (Dinas dan BP4K)
3. Pelaksanaan lapangan - Uji coba
(Tanam-Panen) - Survey
a. Penyusunan kuesioner
b. Uji coba kuesioner c. Penyebaram
kuesioner d. Entri data 5. Pengolahan/ Analisis data
6. Pembuatan laporan akhir
PEMBI AYAAN
A. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
No. Jenis pengeluaran Volume Harga
Satuan Jumlah
1. Belanja Bahan 6.000.000
- Konsumsi dalam rangka sosialisasi dan temu lapang
120 OH 50.000 6.000.000
2. Honor Output Kegiatan 13.000.000
- Honor entri data, pengolahan data dan pengetikan
10 OK 250.000 2.500.000
- Honor petugas lapang 15 OH 100.000 1.500.000
- UHL Petani 180 OH 50.000 9.000.000
3. Belanja Barang Untuk Persediaan Barang Konsumsi 29.180.000
- Bahan sarana produksi,
pendukung pengkajian dan BBM
1 Tahun 20.587.000 20.587.000
- ATK dan komputer supplies 1 Tahun 5.271.000 5.271.000 - Penggandaan dan laminasi 1 Tahun 3.322.000 3.322.000
4. Belanja Jasa Profesi 2.000.000
- Honor Narasumber 4 OJH 500.000 2.000.000
5. Belanja perjalanan biasa 70.000.000
- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000,- s/ d Rp. 5.000.000)
14 OP 5.000.000 70.000.000
6. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 6.820.000 - Uang harian dalam rangka
Sosialisasi dan Temu Lapang
22 OH 130.000 2.860.000
- Paket kegiatan dalam rangka Sosialisasi dan Temu Lapang
22 OP 180.000 3.960.000
B. Realisasi Anggaran
1. Belanja Bahan 5.800.000 96,67
- Konsumsi dalam rangka sosialisasi dan temu lapang
5.800.000 96,67
2. Honor Output Kegiatan 11.495.000 88,42 - Honor entri data,
pengolahan data dan pengetikan
1.000.000 40
- Honor petugas lapang 1.500.000 100
- UHL Petani 8.995.000 99,94
3. Belanja Barang Untuk
- ATK dan komputer supplies 5.260.000 99,80 - Penggandaan dan laminasi 1.900.000 57,19
4. Belanja Jasa Profesi 2.000.000 100 - Honor Narasumber 2.000.000 100 5. Belanja perjalanan biasa 70.000.000 100
- Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp.
365.000,- s/ d Rp. 5.000.000)
70.000.000 100
6. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
6.820.000 100
PERSONALI A
7. Robiyanto Teknisi Anggota Membantu pelaksanaan kegiatan
Lampiran 1. Nama petani kooperator, luas lahan dan plot perlakuan 12 Mahdi/ Nyoman tirta 0,40
Total 4,85
Lampiran 2.Peralatan mesin pertanian yang telah diadakan
No Nama Alat Fungsi Keterangan
1. I ndojarwo
Caplak Roda Alat bantu tanam legowo 2: 1 Pengadaan baru (2 Unit)
Lampiran 3. Peralatan mesin pertanian yang belum diadakan
No Nama Alat Fungsi Keterangan
Lampiran 4.Hasil analisis usahatani perlakuan paket petani
No Uraian Nilai (Rp)
A. Modal Saprodi
1 Benih 25 kg
175.000,-2 Pupuk Urea 100 kg
208.000,-3 Phonska 350 kg
931.000,-4 I nsektisida carbopuran 2 bks
72.000,-5 I nsektisida Pentoat 2 btl
216.000,-6 Fungisida profikonazol 2 btl
240.000,-7 Fungisida difenokonazol 2 btl
372.000,-8 Moluskisida 2 klng
120.000,-Jumlah Modal A
2.334.000,-B Modal Operasional/ Upah tenaga kerja
1 Pengolahan lahan 1 ha, borongan 1.000.000,-2 Pencabutan bibit + Penanaman
1.260.000,-3 Pemupukan
80.000,-4 Penyiangan
160.000,-5 Penyemprotan
160.000,-6 Nyabit + ngumpul
800.000,-7 Perontokan/ Power Thresser
3.037.500,-8 Pengangkutan
150.000,-9 Pengeringan
100.000,-Jumlah Modal B
6.747.000,-C Pengeluaran (A+ B)
9.081.500,-D Pendapatan Gabah kering giling 4.920 kg/ ha
17.220.000,-E Keuntungan (D-C)
Lampiran 5. Hasil analisis usahatani perlakuan paket diperbaiki
No Uraian Nilai (Rp)
A. Modal Saprodi
1 Benih 25 kg
175.000,-2 Pupuk Urea 100 kg
208.000,-3 Phonska 350 kg
931.000,-4 I nsektisida carbopuran 2 bks
72.000,-5 I nsektisida Pentoat 2 btl
216.000,-6 Fungisida profikonazol 2 btl
240.000,-7 Fungisida difenokonazol 2 btl
372.000,-8 Moluskisida 2 klng
120.000,-Jumlah Modal A
2.334.000,-B Modal Operasional/ Upah tenaga kerja
1 Pengolahan lahan 1 ha, borongan 1.000.000,-2 Penanaman I ndo jarwo transplanter 2: 1
364.000,-3 Pemupukan
80.000,-4 Penyiangan
160.000,-5 Penyemprotan
160.000,-6 Nyabit + ngumpul
800.000,-7 Perontokan/ Power Thresser
3.037.500,-8 Pengangkutan
150.000,-9 Pengeringan
100.000,-Jumlah Modal B
5.851.500,-C Pengeluaran (A+ B)
8.185.500,-D Pendapatan Gabah kering giling 4.920 kg/ ha
17.220.000,-E Keuntungan (D-C)
Lampiran 6. Hasil analisis usaha tani perlakuan paket Rekomendasi
No Uraian Nilai (Rp)
A. Modal Saprodi
1 Benih 25 kg
175.000,-2 Dapok 300 bh
300.000,-3 Pupuk Urea 100 kg
208.000,-4 Phonska 350 kg
931.000,-5 I nsektisida carbopuran 2 bks
72.000,-6 I nsektisida Pentoat 2 btl
216.000,-7 Fungisida profikonazol 2 btl
240.000,-8 Fungisida difenokonazol 2 btl
372.000,-9 Moluskisida 2 klng
120.000,-Jumlah Modal A
2.634.000,-B Modal Operasional/ Upah tenaga kerja
1 Pengolahan lahan 1 ha, borongan 1.000.000,-2 Penanaman I ndo jarwo transplanter 2: 1
364.000,-3 Pemupukan
80.000,-4 Penyiangan
160.000,-5 Penyemprotan
160.000,-6 Panen Combine Harvester
564.000,-7 Pengangkutan
150.000,-8 Pengeringan
100.000,-Jumlah Modal B
2.578.000,-C Pengeluaran (A+ B)
5.212.000,-D Pendapatan Gabah kering giling 4.920 kg/ ha
17.220.000,-E Keuntungan (D-C)
12.008.000,-F B/ C ratio 2,30
Lampiran 7. Hasil analisis tanah
Kadar Air
Ekstrak 1: 5
Tekstur Terhadap contoh tanah kering 105oC
pH Pasir Liat Debu C N P Bray 1
K-dd
% H2O KCl % % ppm Me/ 100gr
Lampiran 11. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan