• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAJIAN LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 101.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYAJIAN LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK NO. 101."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

1

BERDASARKAN PSAK No. 101

SKRIPSI

OLEH

ALIF KHOLIFAH

NIM. C34211137

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi pada BMT Mandiri Sejahtera yang beralamat di Jl. Raya Pasar Kliwon Karangcangkring sebagai pusat dari 15 kantor cabang yang ada, dengan judul “Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik Berdasarkan PSAK No. 101”. BMT Mandiri Sejahtera adalah salah satu dari sekian banyaknya lembaga keuangan non bank yang ada. BMT mempunyai kewajiban untuk membuat laporan keuangan. Untuk membuat laporan keuangan dibutuhkan suatu alat yang digunakan sebagai acuan yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK yang harus digunakan acuan untuk BMT adalah PSAK N0. 101 (penyajian laporan keuangan entitas syariah) dimana PSAK ini sebagai pengganti dari PSAK No. 59 (akuntansi perbankan syariah), PSAK No. 59 hanya mampu bertahan dalam waktu 5 tahun saja. Akan tetapi sampai saat ini BMT masih mengacu pada PSAK No. 59 dalam pelaporan keuangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera dan untuk mengetahui bagaimana penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.

Data penelitian dihimpun melalui wawancara secara langsung dengan pihak KJKS BMT Mandiri Sejahtera yang didukung dengan data dokumentatif serta literature pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang penulis angkat.Selanjutnya, penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang selama ini dilakukan BMT yang mengacu pada PSAK No. 59 ternyata masih belum sesuai dengan PSAK No. 59. Ketidaksesuaian tersebut terjadi dalam hal pencatatan dan penyajian. Dimana dalam hal pencatatan terdapat beberapa istilah akun yang belum sesuai dengan PSAK No. 59 dan untuk penyajiannya BMT masih belum sesuai dengan PSAK No. 59 karena dalam penyajiannya dijadikan satu dengan pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat. Dan sampai saat ini BMT masih belum mengacu pada PSAK No. 101.

(6)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Kajian Pustaka ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 16

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17

G. Definisi Operasional ... 18

H. Metode Penelitian ... 20

I. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II KERANGKA TEORI ... 27

A. Pengertian Dana kebajikan (qard dan qard al hasan) ... 27

B. Landasan Syariah ... 30

(7)

x

D. Sumber Dana Qard al Hasan ... 38

E. Rukun Qard al Hasan ... 39

F. Syarat Qard al Hasan ... 40

G. Manfaat Qard al Hasan ... 42

H. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard al Hasan Berdasarkan PSAK No. 59 ... 44

I. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan PSAK No. 101 ... 49

J. Laporan Keuangan... 54

BAB III DISKRIPSI BMT MANDIRI SEJAHTERA ... 62

A. Profil BMT Mandiri Sejahtera... 62

B. Visi dan Misi BMT Mandiri Sejahtera ... 67

C. Struktur Organisasi BMT Mandiri Sejahtera ... 68

D. Produk Pembiayaan dan Jasa BMT Mandiri Sejahtera ... 68

E. Laporan Keuangan BMT Mandiri Sejahtera ... 74

BAB IV ANALISIS LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK No. 101 ... 79

A. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan di BMT Mandiri Sejahtera ... 79

B. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan PSAK No. 101 ... 88

BAB V PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bersamaan dengan fenomena semakin bergairahnya masyarakat untuk

kembali ke ajaran agama, banyak bermunculan lembaga keuangan yang

berusaha menerapkan prinsip syariat Islam. Perkembangan industri keuangan

syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Keunggulan ini

ditandai dengan semakin bertambah dan lengkapnya lembaga keuangan

syariah, seperti perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah.

Tujuan didirikannya lembaga keuangan syariah adalah untuk

mengembangkan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan

perbankan. Adapun yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum

Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang

dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa

di bidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,

keseimbangan dan keuniversalan.1

Berkembangnya lembaga keuangan syariah pada lembaga keuangan

bank seperti perbankan syariah mencapai 47,56 % pada tahun 2010, jumlah

ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 33,37 %. Tidak

hanya lembaga keuangan bank saja yang tumbuh, di lembaga keuangan non

(9)

bank seperti Baitul Mal wat Tamwil (BMT) pun mengalami kemajuan pesat.

Pengembangan BMT sendiri merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi

Bisnis Usaha Kecil dan menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja

yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan menengah (YINBUK).

YINBUK sendiri dibentuk oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)

yaitu Alm. Kyai H. Hasan Basri, Ketua Umum Cendekiawan Muslim

se-Indonesia (ICMI) yaitu Prof. DR. Ir. B.J. Habibie dan Direktur Utama Bank

Muamalat Indonesia (BMI) yaitu Zainal Bahar Noor dengan akta notaris

Leila Yudoparipurno, SH. Nomor 5 tanggal 13 maret 19952 yang dilatar

belakangi oleh tuntunan yang cukup kuat dari masyarakat yang mengingkan

adanya perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial budaya masyarakat

untuk lebih kondusif bagi pengembangan usaha mikro dan kecil yang

berbasis kepada masyarakat banyak dan terciptanya sistem budaya usaha

yang beretika.

BMT adalah salah satu bentuk lembaga keuangan yang dibutuhkan

pada pelayanan dan pengembangan ekonomi masyarakat lemah dan miskin

yang sering tidak terjamah oleh lembaga keuangan lain. Baitul Mal adalah

lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatannya

menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq dan

shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan al-Qur’an dan

(10)

Sunnah Rasul-Nya. Adapun Baitul Tamwil adalah lembaga yang kegiatan

utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan)

maupun deposito, dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada

masyarakat dalam bentuk pembiayaan terhadap pengembangan usaha-usaha

produktif, berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam

dunia perbankan.3 Saat ini BMT diarahkan untuk berbadan hukum koperasi

mengingat BMT dapat berkembang dari kelompok swadaya masyarakat.4

Dengan bentuk koperasi, BMT dapat berkembang ke berbagai sektor usaha

seperti keuangan dan sektor riil. Dalam sektor keuangan operasional BMT

hampir sama dengan perbankan syariah.

BMT yang berbadan hukum sebagai koperasi Jasa Keuangan Syariah,

jadi peraturan terkait laporan keuangan mengacu pada peraturan menteri

koperasi dan UMKM nomor 35.2 tahun 2007 tentang Standar Operasional

Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa

Keuangan Syariah (UJKS), dimana KJKS dan UJKS melalui koperasi yang

bersangkutan wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada pejabat

yang berwenang memberikan pengesahan akta dan perubahan anggaran

dasar koperasi yang bersangkutan.5 Disini BMT wajib melaporkan usahanya

3Ibid, 67

4 A Djayulu dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 187

(11)

ke Departemen Koperasi (Depkop), dengan kewajiban memberikan pelaporan

keuangan hasil audit tahunan secara rutin. Dimana KJKS dan UJKS yang

menjalankan kegiatan maal wajib membuat laporan penerimaan dan

distribusi dana Zakat, Infaq, Shadaqah, serta wakaf (ZISWAF) dan untuk

Perlakuan akuntansi yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian

dan pengungkapan seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip

Akuntansi Syariah yang berlaku umum.

Saat ini, belum ditemukan standar laporan keuangan khusus BMT

selain adaptasi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 101-106

yang sudah diberlakukan pada 1 Januari 2008 dan telah disahkan pada 27

Juni 2007. PSAK tersebut adalah PSAK No. 101 (penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan entitas syariah), PSAK No. 102

(murabahah), PSAK No. 103 (salam), PSAK No. 104 (istishna’), PSAK No.

105 (mudharabah), dan PSAK No. 106 (musyarakah). Tidak hanya wajib

menerima pelaporan keuangan, Depkop juga berkewajiban menganalisis

tingkat kesehatan dan kelayakan usaha BMT.6

Dalam pelaporan yang telah dibuat oleh BMT wajib disampaikan

kepada publik melalui media cetak maupun elektronik. Informasi ini

merupakan hak publik sebagai cara pengendalian eksternal atas kinerja BMT.

(12)

Dengan demikian masyarakat akan memiliki informasi yang cukup dalam

menilai dan memilih BMT yang berprestasi sebagai perantara keuangan

mereka.

Kinerja lembaga keuangan syariah dapat dikenali melalui penyajian

laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari

serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data traksaksi bisnis.

Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi

tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat

bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat

keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada

mereka.7

Mengenai penyajian laporan keuangan entitas syariah maka tidak

akan lepas dengan akuntansi syariah, agar dapat menghasilkan laporan

keuangan yang mudah dipahami oleh semua pihak dan dapat membantu suatu

perusahaan dalam menganalisis keuangannya.

Pencarian bentuk akuntansi yang sejalan dengan nilai-nilai syariah

telah dilakukan oleh beberapa ilmuan dan peneliti, walaupun hasilnya belum

dapat dikatakan memuaskan tetapi paling tidak suatu pencarian tersebut

telah mendapatkan hasil berupa rumusan-rumusan normatif tentang

(13)

bagaimana seharusnya sebuah laporan keuangan akuntansi syariah disajikan.

Ciri yang melekat dari akuntansi syariah adalah nilai pertanggungjawaban,

keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam sistem akuntansi syariah.

Ketiga nilai tersebut tentu saja telah menjadi prinsip dasar yang universal

dalam operasional akuntansi syariah.8 Hal ini tentu menjadi sangat menarik

bila dihubungkan dengan fenomena laporan keuangan saat ini yang semakin

kehilangan kepercayaan penggunanya, tentu saja prinsip-prinsip akuntansi

syariah diharapkan mampu menjadi solusi menjaga akuntabilitas laporan

keuangan. Bahwa dalam Islam menekankan pentingnya pencatatan suatu

transaksi secara benar,dapat dilihat dalam Surat al-Baqarah (2) : 282, Allah

Swt. berfirman:

Artinya: ‚ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklahseorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.9(al-Baqarah (2) : 282)

Dari dalil di atas tampak jelas bahwa Islam sangat memperhatikan

hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan (akuntansi). Beberapa pelajaran

yang dapat diambil dari dalil tersebut antara lain: Islam menekankan

pentingnya pencatatan suatu transaksi secara benar, setiap transaksi harus

8 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 11

9Departemen Agama Republik Indonesia, ‚Al-Qur’an dan Terjemahannya

(14)

didukung dengan bukti, tujuan adanya pecatatan (akuntansi) tersebut adalah

agar tercipta suatu keadilan terhadap pihak-pihak yang terlibat.10

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam telah

ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanan utamanya

adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan keadilan antara

kedua pihak yang memiliki hubungan muamalah, dalam bahasa akuntansi

lebih dikenal dengan accountability.

Laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, penyajian jujur,

kelengkapan dan dapat dibandingkan.

Ada beberapa unsur laporan keuangan entitas syariah yang berbeda

dengan laporan keuangan konvensional. Unsur-unsur yang ada dalam laporan

keuangan entitas syariah antara lain, neraca, laporan laba rugi, laporan arus

kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat,

laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan

dana kebajikan.11 Sedangkan unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan

konvensional adalah neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,

laporan arus kas. Sehingga nampak perbedaan dalam unsur laporan keuangan

entitas syariah adanya misi sosial dalam laporan keuangan etitas syariah

10Hertanto Widodo, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), 60

(15)

yaitu laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan laporan sumber dan

penggunaan dana kebajikan. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan

meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap

lembaga keuangan syariah.

Pada lembaga keuangan syariah, pelaporan qard al hasan disajikan

tersendiri pada laporan keuangan tambahan yaitu dalam laporan sumber dan

penggunaan dana qard al hasan karena dana tersebut bukan asset perusahaan.

Oleh sebab itu, seharusnya dicatatat dengan akun dana kebajikan dan dibuat

buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan

yang diterima atau yang dikeluarkan.12

Dalam penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan ini

terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dana

kebajikan. Penggunaan dana kebajikan disalurkan untuk tujuan sosial dengan

akad qard dan qard al hasan. Qard adalah transaksi pinjaman dari bank

(muqrid) kepada pihak tertentu (muqtarid) yang wajib dikembalikan dengan

jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqrid dapat meminta jaminan atas

pinjaman kepada muqtarid. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara

angsuran atau sekaligus. 13 Sedangkan qard al hasan adalah transaksi

pinjaman dari bank (muqrid) kepada pihak tertentu (muqtarid) untuk tujuan

12 Sri Nurhayati,Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 249

(16)

sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai

pinjaman.14Dalam literatur fiqih klasik, qard dikategorikan dalam akad

tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.15

Peminjam atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai

ucapan terima kasih.16 Hukum Islam memperbolehkan pemberi pinjaman

untuk meminta kepada peminjam untuk membayar biaya operasi di luar

pinjaman pokok, tetapi agar biaya ini tidak menjadi bunga terselubung,

tambahan ini tidak boleh dibuat proporsional terhadap jumlah pinjaman.17\

Dalam memberikan pinjaman dana kebajikan dalam akad qard al

hasan, bank syariah tidak mengalami kerugian atas pinjaman qard al hasan,

meskipun tidak ada hasil atas pemberian pinjaman ini, karena sumber dana

qard sebagian besar bukan berasal dari harta bank syariah, akan tetapi dari

sumber-sumber lain.18 Sumber dana qard al hasan dapat berasal dari eksternal

atau internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima

entitas bisnis dari pihak lain (misalnya dari sumbangan,infak, shadaqah, dan

sebagainya).19 Sumber dana qard yang disediakan para pemilik entitas bisnis

diantaranya hasil pendapatan non-halal, denda dan sebagainya. Pendapatan

non-halal yang diterima dari entitas lain, dengan pertimbangan pemanfaatan

14 Ibid, 217

15Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 131 16 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008), 46

17 Ibid, 47

(17)

dana-dana ini adalah kaidah akhaffu adh-dhararain (mengambil mudharat

yang lebih kecil) bila dibandingkan dengan dana tersebut apabila ada dan

dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga keuangan non-muslim20 Oleh karenanya,

dana tersebut lebih baik diambil dan dimanfaatkan untuk penanggulangan

bencana alam atau membantu dhu’afa.

Qard al hasan sangat menunjang peningkatan perekonomian dalam

menyelesaikan masalah ekonomi yaitu masalah kemiskinan yang terjadi pada

saat ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa qard al hasan sangat besar perannya

untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Disebutkan di atas bahwa BMT mempunyai tugas khusus untuk

tujuan sosial, yaitu menyalurkan dan mengelola dana kebajikan (qard dan

qard al hasan) yang terdapat di BMT. Qard dan qard al hasan adalah akad

pinjaman dana dengan kewajiban mengembalikan pokok pinjaman secara

sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Perbedaannya adalah

untuk dana qard bersumber dari modal atau laba bank, sedangkan qard al

hasan dananya bersumber dari infaq dan shadaqah. Agar dana kebajikan

dapat disalurkan dan dikelola dengan baik maka dibutuhkan kesesuaian

dengan PSAK No. 101. Dimana dalam penyajian laporan keuangan harus

menyajikan secara wajar Posisi Keuangan, Kinerja Keuangan, Arus Kas,

Perubahan Ekuitas, Perubahan Dana Investasi Terikat, Pendapatan Bagi

(18)

Hasil, Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Sumber dan Penggunaan Dana

Kebajikan, disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.21 Dengan diterbitkannya PSAK tersebut seharusnya dijadikan

acuan dalam praktik penyajian laporan sumber dan penggunaan dana

kebajikan bagi lembaga keuangan islam baik bank maupun non bank.

BMT Mandiri Sejahtera adalah salah satu dari sekian banyak BMT

yang ada. Dimana BMT mempunyai kewajiban untuk membuat laporan

keuangan sesuai aturan yang dibuat oleh Depkop, yaitu dalam pelaporan

keuangan harus mengadaptasi pada PSAK No. 101 tentang laporan keuangan

entitas syariah. Perbedaan utama PSAK No. 59 dengan PSAK No. 101-106

adalah pada PSAK No. 59 hanya terdapat 1 standar sedangkan di PSAK No.

101-106 terdapat 6 standar, PSAK No. 59 hanya untuk entitas bank syariah

sedangkan PSAK No. 101-106 untuk entitas syariah dan konvensional.

Sampai saat ini BMT Mandiri Sejahtera masih mengadaptasi pada PSAK No.

59 dalam pencatatan laporan keuangannya. Adapun dalam pencatatannya

BMT masih belum sesuai dengan aturan yang terdapat pada PSAK No. 59,

dimana pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian laporan

sumber dan penggunaan dana zakat dan dana kebajikan dijadikan satu.

Seharusnya pelaporan ini dibedakan menurut jenis dana yang memiliki

karakteristik yang berbeda, yaitu dana zakat dan dana kebajikan. Hal ini

(19)

disebabkan, dari segi syariat, zakat merupakan dana yang penggunaannya

terbatas pada sasaran yang telah diatur dalam Al-Quran, sedangkan dana

kebajikan tidak terbatas.22

PSAK No. 59 hanya diterapkan untuk kantor cabang syariah Bank

Konvensional. Jadi PSAK No. 59 tentang akuntansi perbankan syariah hanya

untuk Bank Syariah, sedangkan Lembaga Keuangan Syariah Non Bank yang

didirikan seperti Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Lembaga Pembiayaan

Syariah dan sebagainya, tidak mengikut dan tunduk pada peryataan Standar

Akuntansi Keuangan Nomor 59 (PSAK No. 59).23 PSAK No. 101 memiliki

tujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk

tujuan umum (general purpose financial statements) untuk entitas syariah,

yang selanjutnya disebut ‚laporan keuangan‛, agar dapat dibandingkan baik

dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan

laporan keuangan entitas syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan

pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.

Berdasarkan hal tersebut menarik untuk mengetahui bagaiamana

penyajian laporan keuangan BMT berdarkan PSAK No. 101. Peneliti akan

mengkhususkan pada laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang

dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul ‚PENYAJIAN LAPORAN

(20)

SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT

MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK No. 101‛.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

1. Perkembangan lembaga keuangan syariah

2. Kewajiban melaporkan laporan keuangan kepada Depkop

3. Upaya BMT dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga bisnis juga

lembaga sosial.

4. Penyajian laporan keuangan berdasarkan ketentuan PSAK No. 59

5. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT

Mandiri Sejahtera Gresik

6. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan

PSAK No. 101

Agar dalam pembahasan penelitian ini sesuai dengan sasaran yang

diinginkan, maka peneliti memberi batasan masalah. Adapun batasan

masalah dalam penelitian adalah:

1. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT

Mandiri Sejahtera Gresik

2. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan

(21)

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di

KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik?

2. Bagaimana analisis penyajian laporan sumber dan penggunaan dana

kebajikan berdasarkan PSAK No. 101?

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Tinjauan tentang studi terdahulu yang relevan dengan tema yang akan

penulis teliti adalah sebagai berikut:

Muftiyatus Afifah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta 2008, dengan judul Analisis Penyajian Laporan

Keuangan BMT Surya Amanah, dalam penelitian tersebut membahas

bagaimana BMT menerapkan kedua PSAK tersebut yaitu PSAK No. 27 dan

PSAK No 59. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa laporan keuangan BMT

yang mengacu pada PSAK No. 27 adalah neraca, laporan perhitungan sisa

hasil usaha dan laporan arus kas. Sedangkan laporan keuangan BMT yang

mengacu pada PSAK No. 59 adalah laporan penggunaan dana ZIS, laporan

ini yang menunjukkan lembaga keuangan tersebut berprinsip syariah.

Soraya Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2011, dengan judul Analisis Kesesuaian Perlakuan

(22)

di jakarta selatan), dalam penelitian tersebut membahas mengenai bagiamana

perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada 4 BMT di Jakarta selatan

selanjutnya disesuaikan dengan PSAK No. 105, dan hasil dari penelitian

tersebut adalah bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada

keempat BMT belum sesuai dengan PSAK No. 105. Ketidaksesuaian

tersebut terjadi dalam hal pengakuan dan pencatatan transaksi pemberian

dana kepada nasabah dan penundaan pembayaran angsuran.

Hendri Hermawan A. N, dengan judul Sumber dan Penggunaan Dana

qard dan qard al hasan pada Bank BRI Syariah cabang Yogyakarta, dalam

jurnal ini peneliti membahas tentang dari mana sumber dana, bagaimana

proses distribusi dan bagaiman penggunaan dana qard dan qard al hasan di

Bank BRI Syariah cabang Yogyakarta. hasil dari penelitian tersebut adalah

sumber dana qarh al hasan pada Bank BRI Syariah Yogyakarta hanya

berasal dari denda nasabah dan pendapatan non halal dan jumlah dana qard

al hasan pada Bank BRI Syariah Yogyakarta yang berhasil terkumpul dari

tahun 2004 hingga saat ini ialah sebesar Rp. 10.730.899.-, jadi penghimpunan

dana qarul hasan per tahunnya ialah Rp. 2.682.725. Pendistribusian

danaqarul hasan hanya dialokasikan kepada warga dhu’afa yang berdomisili

di sekitar Kantor Cabang Bank BRI Syari’ah Yogyakarta. Penggunaan

(23)

penggunaan dana qarul hasan 12.5 % untuk biaya sekolah (anak) dan 87.5 %

untuk modal usaha.

Salehodin, Robiatul Auliyah dan Rahmat Zuhdi, Fakultas Ekonomi

Universitas Trunojoyo Madura, dengan judul Ahsan-kah Pendapatan

Non-Halal Pada qard al hasan, dalam penelitian tersebut membahas tentang

tinjauan syariah terhadap pendapatan non-halal sebagai sumber dan

penggunaan pada dana qard al hasan dengan pendekatan konstruksi sosial.

Hasil penelitian tersebutadalah bahwa lembaga keuangan syariah masih

menggunakan pendapatan non-halal sebagai sumber dan penggunaan dalam

dana qard al hasan, baik pada sumber ataupun terhadap penggunaan dana

qard al hasan yaitu digunakan untuk hibah kepada Negara untuk membayar

bunga akibat pinjaman yang dilakukan.

Dari keempat penelitian tersebut yang membedakan dengan

penelitian ini adalah obyek yang diteliti dimana peneliti, meneliti bagaimana

penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK

No. 101.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharakan penulis dalam penulisan skripsi ini

(24)

1. Untuk menjelaskan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana

kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera .

2. Untuk menganalisis penyajian laporan sumber dan penggunaan dana

kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.

F. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

pertimbangan bagi BMT dalam penyajian laporan sumber dan

penggunaan dana kebajikan.

2. Secara Praktis

a. Bagi BMT

Sebagai pertimbangan bagi BMT agar dalam pelaksaan proses

penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan sesuai

dengan PSAK No. 101.

b. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan tentang proses pencatatan

penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan

(25)

c. Bagi akademisi

Menambah pengetahuan tentang bagaimana setiap transaksi

penggunaan dana kebajikan dijalankan sesuai perlakuan PSAK No.

101.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan mengenai permasalahan yang akan

dibahas dalam skripsi baik teori yang bersifat umum maupun teori yang

bersifat khusus yang terkait dengan topik kajian.

Penyajian : Merupakan salah satu kegiatan dalam

pembuatan laporan keuangan yang

terdiri dari laporan posisi keuangan

(neraca), laporan laba dan rugi, laporan

arus kas, laporan perubahan ekuitas,

laporan perubahan investasi

terikat,laporan sumber dan penggunaan

dana zakat, dan laporan sumber dan

penggunaan dana kebajikan,

catatan-catatan laporan keuangan.

Laporan Sumber dan Penggunaan

Dana Kebajikan

: Merupakan laporan kegiatan BMT

(26)

pengumpulan dan penyaluran dana

kebajikan. Nilai akhir yang disajikan

adalah sejumlah saldo akhir kas yang

siap untuk disalurkan.

KJKS BMT Mandiri Sejahtera : Koperasi yang kegiatan usahanya

bergerak di bidang pembiayaan,

investasi, dan simpanan sesuai pola

bagi hasil (syariah). KJKS BMT

Mandiri Sejahtera merupakan lembaga

keuangan syariah yang

menggabungkan dua bidang keuangan

yaitu bidang Baitul Mal dan bidang

Tamwil.Yang beralamat Jl. Raya Pasar

Kliwon Karangcangkring- Dukun –

Gresik.

PSAK No. 101 : Pernyataan standar akuntansi

keuangan yang diterapkan dalam

penyajian laporan keuangan entitas

syariah. 24 Unsur laporan keuangan

(27)

entitas syariah adalah Laporan Posisi

Keuangan (neraca), Laporan Laba Rugi

(Laporan Kinerja), Laporan Arus Kas,

Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan

Sumber dan Penggunaan Dana Zakat,

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana

Kebajikan, Laporan Perubahan Dana

Investasi Terikat, Laporan Rekonsiliasi

Pendapatan dan Bagi Hasil.25

H. Metode Penelitian

1. Data yang Dikumpulkan

Data merupakan kumpulan dari sumber-sumber yang diperoleh atau

semua informasi yang tidak terorganisis.26Data yang peneliti kumpulkan

ini adalah laporan keuangan KJKS BMT Mandiri Sejahtera seperti neraca,

laporan sisa hasil usaha dan laporan dana ZIS.

2. Sumber Data

Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian

iniadalah data yang kongkrit serta ada kaitannya dengan masalah

meliputi data primer dan sekunder yaitu:

25Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah., 49-50

(28)

a. Sumber Data Primer

Sumber primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli yang

memberikan informasi atau data yang berkaitan dengan penyajian

laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan KJKS BMT Mandiri

Sejahtera. Dimana dapat diperoleh dari hasil wawancara dengan staff

bagian keuangan dan manajer BMT untuk mendapatkan beberapa

informasi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari

sumber yang sudah ada.27 Data sekunder ini penulis dapatkan dari

studi pustaka, buku-buku, jurnal, berbagai literatur dan media internet

tentang apa saja yang berhubungan dengan penyajian laporan sumber

dan penggunaan dana kebajikan.

3. Teknik pengumpulan data

Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian kepustakaan

Penulis mengumpulkan data-data dari berbagai literatur

kepustakaan seperti buku akuntansi, lembaga keuangan entitas

27

(29)

syariah dan buku produk perbankan yang berkaitan dengan

pinjaman qard al hasan.

b. Penelitian lapangan

Untuk mendapatkan data-data dan informasi, penulis

langsung terjun ke objek penelitian yaitu pada lembaga yang

diteliti, dengan menggunakan pengumpulan data sebagai berikut:

1. Interview yaitu merupakan teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti

ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondennya sedikit/kecil.28

2. Dokumentasi yaitu merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk

tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen

yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa,

dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya

seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

(30)

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 29

peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari BMT berupa

penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

4. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dikelola

menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian ini, dalam

deskripsinya juga mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak

pada analisis hubungan antara variabel. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh

terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan

antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.30 Dalam hal ini

penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan

masalah saja.

b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam

penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah

direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.31 Penulis

melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan

29 Ibid,240.

30 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D …, 243.

(31)

menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis

dalam menganalisa data.

c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh

dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran

fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari

rumusan masalah.32

5. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka untuk menyusun dan menganalisis

data-data tersebut menggunakan metode deskriptif analisis. Metode

deskriptif analisis adalah prosedur pemecahan yang diselidiki dengan

menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek atau obyek (seseorang

atau pada suatu lembaga) saat sekarang dengan berdasarkan fakta yang

tampak sebagaimana adanya.

Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah

metode kualitatif, dimana memerlukan data-data untuk menggambarkan

suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga benar salahnya,

sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif

disebut juga penelitian ilmiah karena semua data yang diambil

merupakan fenomenaapa adanya. Hasil penelitian deskriptif sering

digunakan untuk lanjut dengan penelitian analitis.

(32)

Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir

induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang

bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga

pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.

Pola pikir tersebut digunakan untuk menelaah gambaran secara obyektif

bagaimana fakta yang terjadi di lapangan terhadap penyajian laporan

sumber dan penggunaan dana kebajikan yang dilakukan oleh BMT.

I. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini dikembangkan kedalam lima bab. Untuk mempermudah

pembahasan setiap bab, maka dibuat intisari dari tiap bab. Pemisahan dari

kelima bab tersebut dirangkum dalam sistematika pembahasan sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, memuat Latar Belakang Masalah, Identifikasi

dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian,

Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelititan, dan

Sitematika Pembahasan.

BAB II Kerangka teori, merupakan landasan teori mengenai

pengertian pinjaman qard dan qard al hasan, landasan syariah qard al hasan,

aplikasi dalam perbankan, sumber dana qard al hasan, rukun dan syarat qard

(33)

dana qard al hasan berdasarkan PSAK No. 59, penyajian laporan sumber dan

penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK 101, laporan keuangan.

BAB III Data penelitian, memuat deskripsi data yang berkenaan

dengan variabel yang diteliti secara objektif dalam arti tidak dicampur

dengan opini peneliti, serta deskripsi BMT Mandiri Sejahtera, yaitu memuat

secara rinci profil BMT, visi dan misi BMT, struktur organisasi BMT,

produk dan jasa BMT, laporan keuangan BMT.

BAB IV Analisa dan pembahasan, memuat uraian secara rinci

mengenai penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di BMT

dan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan

PSAK No. 101.

BAB V Penutup, dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari

(34)

27

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Dana Kebajikan (Qard dan Qard al hasan)

Dana Kebajikan adalah dana yang di dapat dari dana sumbangan baik

dari internal maupun eksternal. Dana yang berasal dari internal berupa

pengmebalian dana kebajikan produktif, denda dan pendapatan non-halal

sedangkan dana yang bersal dari eksternal berupa infaq, shadaqah, hasil

pengelolaan wakaf. Dana kebajikan disalurkan dalam bentuk akad qard dan

qard al hasan dimana kedua akad ini disalurkan dngan tujuan social.

Qard secara bahasa, berarti al-qoth’u yang berarti pemotongan. Harta

yang diberikan kepada orang yang berhutang disebut qard, karena merupakan

‚potongan‛ dari harta orang yang memberikan utang.1

Menurut istilah dalam kitab Tanwir al-Qulub dijelaskan bahwa qard

adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa

mengharapkan imbalan. Untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama

dan dapat ditagih atau diminta kembali kapan saja penghutang menghendaki.

Akad qard ini dibolehkan dengan tujuan meringankan (menolong) beban

orang lain.2

1 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH, 2010), hal. 273-274

2

(35)

Qard adalah transaksi pinjaman dari bank (muqri>d) kepada pihak

tertentu (muqtari>d) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama

sesuai pinjaman. Muqrid dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada

muqtari>d. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran atau

sekaligus.3 Qard merupakan pinjaman kebajikan tanpa imbalan, biasanya

untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat

diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran dan jumlahnya).4

Qard adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan

pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya

setelah jangka waktu tertentu.5

Qard berdasarkan PSAK No. 59 adalah penyediaan dana atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan, yang

mewajibkan peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu.

Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan, namun tidak

diperkenankan dipersyaratkan dalam perjanjian.6

3Veithzal Rival, Arviyan Arifin, Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global …….., 216

4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah ………, 46

5 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (IAI), Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (papsi 2003) (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia), 63

(36)

Sedangkan pengertian qard al hasan adalah suatu pinjaman lunak

yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, di mana peminjam tidak

berkewajiban untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman dan

biaya administrasi.7

Qard al hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan

pinjaman untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu

dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang

disepakati.8

Qard al hasan adalah transaksi pinjaman dari bank (muqrid) kepada

pihak tertentu (muqtarid) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan

dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.9 Dalam literatur fiqih klasik, qard

dikategorikan dalam akad tat{awwu’ atau akad saling membantu dan bukan

transaksi komersial.10

Dari beberapa pengertian qard diatas, dapat disimpulkan bahwa qard

adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan dimana

pinjaman qardh merupakan bentuk pinjaman berdasarkan ta’awun

(pertolongan). Membantu tanpa meminta keuntungan dan dikembalikan

sesuai dengan jumlah pokok yang dipinjam berdasarkan waktu yang telah

7 Warkum Sumitro, Asas-Asan Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMUI & Takaful) di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 39

8 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa segi Hukum (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 111

9 Ibid, 217

(37)

disepakati bersama. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan,

namun tidak diperkenankan dipersyaratkan dalam perjanjian. Hal ini

dipertegas dengan adanya aturan mengenai qard yaitu pasal 612 dalam

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) bahwa nasabah qard wajib

mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah

disepakati bersama dan pasal 615 juga dijelaskan bahwa nasabah dapat

memberikan imbalan atau sumbangan sukarela kepada pemberi pinjaman

selama tidak diperjanjikan dalam transaksi.11

B. Landasan Syariah

Transaksi qard diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadith

riwayat Ibnu Majjah dan Ijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWT

mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi ‚agama Allah‛.

1. Alquran

Seperti dalam firman Allah yang telah digambarkan secara umum

mengenai pinjam meminjam, yang terdapat dalam surat:

a. QS. al-Maidah: 2:

Artinya: ‚Dan tolong menolong kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa

dan janganlah kamu tolong menolong untuk berbuat dosa dan

(38)

pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya‛.12( QS. al-Maidah: 2)

Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa pada

ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk saling tolong

menolong dalam hal kebaikan. Karena manusia adalah makhluk sosial

yang selalu membutuhkan satu sama lain, banyak pekerjaan yang tidak

bisa dipikir seorang diri, dengan konsep tolong menolong semua

pekerjaan akan lancar. Allah SWT memerintahkan untuk hidup saling

tolong menolong dan membina kebajikan yaitu segala ragam maksud

yang baik dan berfaedah, yang didasarkan kepada penegakan taqwa, yaitu

mempererat hubungan dengan Allah dan mencegah tolong menolong atas

perbuatan dosa serta yang dapat menimbulkan permusuhan yang

menyakiti sesama manusia.

Artinya: ‚Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah

tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau

semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.‛ 13 (QS. al-Baqarah: 280)

Dalam surat al-Baqarah ayat 280 menjelaskan apabila orang yang

berutang belum bisa untuk membayar, maka pemberi hutang member

12Departemen Agama Republik Indonesia, ‚Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2002), 142

(39)

waktu sampai orang yang berhutang dapat membayar. Akan tetapi jika

orang yang berhutang masih tetap dalam keadaan kesulitan dan tidak bisa

membayar menyedekahkan hutang tersebut lebih baik.

c. QS. al-Hadid: 11:

Artinya: ‚Barang siapa meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman untuknya, dan dia

akan memperoleh pahala yang banyak.‛ 14 (QS. al-Hadid: 11)

Dalam surat ini memberikan imbalan kepada siapa saja yang mau

meminjamkan harta nya di jalan Allah yakni dengan melipatgandakan

balasan untunya, dan memberikan pahala yang banyak.

d. QS. al-Baqarah: 245:

Artinya: ‚Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman

yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.‛15 (QS. Al-baqarah: 245)

Dalam surat ini Allah menjanjikan pahala dan dilapangkan

rizkinya bagi siapa saja yang meminjamkan hartanya di jalan Allah.

(40)

Artinya: ‚tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.‛16(QS. al-Muzamil: 20)

Dalam surat muzamil ayat 20 adalah kita diserukan untuk

meminjamkan kepada Allah, artinya untuk membelanjakan harta dijalan

Allah. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga diseur untuk

meminjamkan kepada sesame manusia, sebagai bagian dari kehidupan

bermasyarakat. (civil society).

2. Al-Hadits

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa : Nabi SAW, berkata :

‚tidaklah seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya)

dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqah.‛ (HR. Ibnu

Majah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).17

Dari Anas bin Malik berkata, berkata Rasulullah SAW, : ‚Aku

melihat pada waktu malam di-Isra’-kan, pada pintu surga tertulis :

shadaqah dibalas 10 kali lipat dan qard 18 kali. Aku bertanya : ‚wahai

Jibril mengapa qard lebih utama dari shadaqah?’ Ia menjawab : ‘karena

peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak

akan meminjam kecuali karena keperluan’.‛ (HR. Ibnu Majah dan

Baihaqi).18

16Ibid, 848

17 Muhammad Nashirudin AL-Albani, Sahih At-Tarhib juzul Awwal (Riyadh: Maktabah

Al-Ma’arif Lin Nasyri Wat Tauzi, 2000), 538

18

(41)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw, telah bersabda

barang siapa yang telah melepaskan saudaranya yang muslim satu dari

kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah swt akan lepaskan dari padanya

satu kesusahan di yawmil qiyamah. Barang siapa telah membantu

saudaranya yang sulit/lemah di dunia, maka Allah swt akan

membantunya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah swt senantiasa

membantu seorang hamba, selama hamba tersebut membantu saudaranya‛

(HR. Muslim).19

3. Ijma’

Para ulama telah menyepakati bahwa qard boleh dilakukan. Qard

diperbolehkan karena qard mempunyai sifat mandub (dianjurkan) bagi

orang yang menghutangi dan mubah bagi orang yang berhutang.

Kesepakatan ini didasarkan pada sifat manusia yang tidak bisa hidup

tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorangpun yang

memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu

pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam

adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.

Tujuan dan hikmah dibolehkannya pinjaman tersebut adalah memberi

kemudahan bagi umat manusia dalam kehidupan di dunia ini, karena

diantara umat manusia tersebut ada yang bercukupan dan ada yang

(42)

kekurangan, dengan demikian orang yang kekurangan tersebut dapat

memanfaatkan hutang dari pihak yang bercukupan.20

Berdasarkan beberapa dalil yang tertera di atas, dapat diambil

kesimpulan bahwasanya pinjaman itu dapat dibedakan menjadi dua

kategori, yaitu pinjaman seorang hamba kepada Tuhannya dan pinjaman

seorang muslim terhadap saudaranya atau sesama. Pinjaman seorang

hamba terhadap Tuhannya dapat diwujudkan dalam bentuk infaq,

sadaqoh, santunan anak yatim, dll. Sedangkan pinjaman seorang muslim

terhadap saudara atau sesamanya dapat tercermin pada transaksi yang

biasa kita temui sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, dimana

seseorang meminjam suatu barang atau uang kepada temannya untuk

memenuhi kebutuhannya yang nantinya harus dikembalikan ketika ia

sudah mampu untuk mengembalikannya.

Selain dasar hukum dari Alquran dan sunnah Rasulullah qard juga

diatur dalam ketentuan fatwa DSNMUI No. 19/DSN_MUI/IV/2001 yang

menyebutkan bahwa:21

Pertama: ketentuan umum qard

a. Qard adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtarid)

yang memerlukan.

20Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh (Bogor: Kencana, 2003), 223-224

(43)

b. Nasabah qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada

waktu yang telah disepakati bersama.

c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang

perlu.

e. Nasabah qard dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan

sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah

memastikan ketidak mampuannya LKS dapat:

1) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau

2) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Kedua: sanksi

a. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan

sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena

ketidakmampuannya. LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.

b. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir

1 dapat berupa penjualan barang jaminan.

c. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi

(44)

Ketiga: sumber

Dana qard dapat bersumber dari:

a. Bagian modal LKS

b. Keuntungan LKS yang disisihkan

c. Lembaga lain atau individu mempercayakan penyaluran infaqnya

kepada LKS.

Keempat:

a. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.

b. Fatwa ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dengan ketentuan jika

dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan

disempurnakan sebagaimana mestinya.22

C. Aplikasi Dalam Perbankan

Aplikasi qard biasanya diterapkan sebagai hal berikut:

1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas

dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa

(45)

yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya

sejumlah uang yang dipinjam itu.

2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia

tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk

deposito.

3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau

membantu sector sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal

suatu produk khusus yaitu qard al hasan.23

D. Sumber Dana Qard al Hasan

Transaksi qard turunannya qard al hasan merupakan satu-satunya

akad yang merupakan bagian dari transaksi ta’awun atau tolong menolong

dan bukan untuk komersial. Menurut PSAK No. 101 sumber dana qard al

hasan adalah infak, sedekah, hasil pengelolaan wakaf, pengembalian dana

kebajikan produktif, denda dan pendapatan non halan.24

Dari penjelasan di atas bahwasanya sumber yang digunakan dalam

pinjaman qard al hasan yaitu dari dana sosial yang diterima bank syariah dari

pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah dan sebagainya) serta

23Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), 133

(46)

dana yang disediakan oleh para pemilik bank syariah seperti hasil pendapatan

non halal, denda dan sebagainya.

BMT Mandiri Sejahtera memiliki tugas khusus yaitu menerima dan

menyalurkan dana zakat, infaq, dan shadaqah baik untuk kalangan internal

maupun eksternal BMT. Dana sosial yang terkumpul kemudian disalurkan

untuk membantu misi sosial.

E. Rukun Qard al Hasan

Rukun adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pelaksanaan/amal

ibadah dalam waktu pelaksanaan amal/ibadah tersebut. Seperti halnya jual

beli, rukun qardh juga diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut Hanafiah,

rukun qard adalah ijab dan qabul. Sedangkan menurut jumhur fuqaha, rukun

qard adalah ‘aqid (muqrid dan muqtarid), ma’qud ‘alaih (uang atau barang),

dan Sighat (ijab dan qabul). Adapun rukun yang harus qard al hasan penuhi

adalah sebagai berikut:

1. Muqrid (pemberi pinjaman)

2. Muqtarid (peminjam)

3. Ma’qud ‘alaih (uang atau barang yang dipinjamkan)

4. Sighat (ijab qabul/ serah terima)25

(47)

F. Syarat-syarat Qard al Hasan

1. Muqrid (pemberi pinjaman)

a) Ahliyat Tabarru’ (layak bersosial). Maksudnya muqrid harus

mempunyai hak atau kecakapan dalam menggunakan hartanya secara

mutalak menurut pandangan syariat.

b) Ikhtiyar (tanpa paksaan), muqrid dalam memberikan pinjaman harus

berdasarkan kehendaknya sendiri tidak ada tekanan dari pihak

ketiga.26

2. Muqtarid (peminjam)

Pihak yang berhutang harus merupakan orang yang ahliyah

mu’amalah. Maksudnya, sudah baligh, berakal waras, dan tidak mahjur

(bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan mengatur sendiri

hartanya karena faktor-faktor tertentu). Oleh karena itu, jika anak kecil

atau orang gila berhutang, maka akad hutang tersebut tidak sah, Karena

tidak memenuhi syarat.27

3. Ma’qud ‘alaih (uang atau barang yang dipinjamkan)

Menurut jumhur ulama yang terdiri atas Malikiyah, Syafi’iyah,

dan Hanabilah, yang menjadi objek dalam qard sama dengan objek akad

26M. Dumari Nor dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2012), 105

(48)

salam, baik berupa barang-barang yang ditakar (makilat) dan ditimbang

(mauzunat), maupun qimiyat (barang-barang yang tidak ada

persamaannya di pasaran), seperti hewan, barang-barang dagangan, dan

barang yang dihitung. Atau dengan perkataan lain, setiap barang yang

dijadikan objek jual beli, boleh juga dijadikan objek akad qard. Hanafiah

mengemukakan bahwa ma’qud ‘alaih hukumnya sah dalam mal mitsli.28

Harta mistli sering disebut juga barang semisal. Barang semisal adalah

barang yang memiliki padanan yang tersebar di pasar tanpa ada

perbedaan yang berarti dalam penggunaannya. Namun, barang-barang

qimiyat seperti hewan, tidak boleh dijadikan objek qard karena sulit

mengembalikan dengan barang yang sama.

4. Sighat (ijab qabul/ serah terima)

Lafadz akad adalah ijab qabul. Ijab qabul merupakan gabungan

dari dua kata, ijab dan qabul. Ijab adalah permulaan penjelasan yang

keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya

dalam mengadakan akad, sedangkan qabul adalah perkataan yang keluar

dari pihak yang berkata pula, yang diucapkan setelah adanya ijab.29Ijab

bisa dengan menggunakan lafal qard (utang atau pinjam) dan salaf

(utang), atau dengan lafal yang mengandung arti kepemilikan. Contohnya:

‚Saya milikkan kepadamu barang ini, dengan ketentuan anda harus

28 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ……, 20

(49)

mengembalikan kepada saya penggantinya.‛ Penggunaan kata milik

disini bukan berarti diberikan cuma-cuma, melainkan pemberian utang

yang harus dibayar. Penggunaan lafaz salaf untuk qard didasarkan pada

hadist Abu Rafi’:

Dari Abu Rafi’ ia berkata: ‚Nabi berhutang seekor unta perawan,

kemudian datanglah untuk hasil zakat. Lalu Nabi memerintahkan kepada

saya untuk membayar kepada laki-laki pemberi utang dengan unta yang

sama (perawan). Saya berkata: ‘Saya tidak menemukan disalam untu

-unta hasil zakat itu kecuali unta yang berumur enam masuk tujuh tahun.’

Nabi kemudian bersabda: ‘Berikan saja unta tersebut, karena sebaik-baik

manusia itu adalah orang yang paling baik dalam membayar utang.‛ (HR.

Jama’ah kecuali Bukhari).

G. Manfaat Qard al-Hasan

1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk

mendapatkan talangan jangka pendek,

2. Qard al hasan juga merupakan salah satu cirri pembeda antara bank

syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial,

(50)

3. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan

meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.30

Secara umum qard al hasan dapat digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 2.1

Skema qard al hasan

Sumber: Sri Nur Hayati. Akuntansi Syariah di Indonesia.31

Keterangan:

(1) Pemberi pinjaman menyepakati akad qard al hasan dengan peminjam

(2) Peminjam menerima dan menjalankan usaha dengan dana pinjaman

(3) Jika memperoleh laba maka akan diperoleh peminjam

(4) Dana pinjaman akan dikembalikan kepada pemberi pinjaman

30Nurul Huda Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis (Jakarta: Kencana, 2010), 64-65

31Sri Nur Hayati, Akuntansi Syariah di Indonesia ……., 248 Pemberi pinjaman

bisnis

Hasil usaha laba (2)

(1)

(4)

(2) peminjam

(2)

(51)

H. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard al Hasan Berdasarkan

PSAK No. 59

1. Karakteristik32

Pinjaman qard adalah penyediaan dana kepada peminjam dimana

pihak yang meminjamkan mewajibkan peminjam melunasi hutangnya

setelah jangka tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima

imbalan dengan syart imbalan tersebut tidak diperkenankan di dalam

perjanjian.

Bank syariah disamping memberikan pinjaman qard, juga dapat

menyalurkan pinjaman dalam bentuk qard al hasan adalah pinjaman tanpa

imbalan dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada waktu yang

disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena

kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman.

Pelaporan qard al hasan disajikan tersendiri dalam laporan keuangan

sumber dan penggunaan dana qard al hasan karena dana tersebut bukan

asset bank yang bersangkutan.

Sumber dana qard al hasan berasal dari eksternal dan internal.

Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima bank syariah

dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah, dan

sebagainya), dana yang disediakan oleh para pemilik bank syariah dan

(52)

hasil pendapatan non halal. Sumber dana internal meliputi hasil tagihan

pinjaman qard al hasan.

2. Pengakuan dan pengukuran pinjaman qard33

Pinjaman qard diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada

saat terjadinya. Apabila dalam pengembalian terdapat kelebihan maka

kelebihan penerimaan dari peminjam atas qard itu diakui sebagai

pendapatan pada saat terjadinya.

Jika bank bertindak sebagai peminjam qard, kelebihan pelunasan

kepada pemberi pinjaman qard diakui sebagai beban.

3. Laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan 34

Bank syariah menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana

qard al hasan sebagai komponen utama laporan keuangan, yang

menunjukkan:

(53)

Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan

meliputi sumber, penggunaan dana qard al hasan selama jangka waktu

tertentu, dan saldo dana qard al hasan pada tanggal tertentu.

Sumber dana qard al hasan berasal dari bank atau dari luar bank.

Sumber dana qard al hasan dari luar bank berasal dari infaq dan shadaqah

dari pemilik, nasabah, atau pihak lainnya.

Penggunaan dana qard al hasan meliputi pemberian pinjaman qard

al hasan meliputi pemberian pinjamn qard al hasan selama jangka waktu

tertentu dan pengembalian dana temporer yang disediakan pihak lain.

Saldo dana qard al hasan adalah dana qard al hasan yang belum

disalurkan pada tanggal tertentu.

4. Pengungkapan35

Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan

penggunaan dana qard al hasan dalam mencatat atas laporan keuangan

mencakup, tetapi tidak terbatas, pada:

(a) periode yang dicakup laporan sumber dan penggunaan dana qard al

hasan

(b) rincian saldo qard al hasan pada awal dan akhir periode berdasarkan

sumbernya

(54)

(c) jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima selama Sumber dana qard pada awal tahun

Sumber dana qard pada akhir tahun

Rp. xxx

Sumber: Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003)36

a. Ilustrasi jurnal qard al hasan 37

1. Pada saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal:

Db. Tabungan Dana qard al hasan- Kas xxx

Kr. Tabungan Dana qard al hasan -infaq, shadaqah xxx

36Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003) ….., 230

(55)

2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari pendapatan non halal:

Db. Tabungan Dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan Dana qard al hasan -Pendapatan non halal xxx

3. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda:

Db. Tabungan Dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan Dana qard al hasan -Denda xxx

4. Penyaluran dana qard al hasan:

Db. Tabungan dana qard al hasan- qard al hasan xxx

Kr. Tabungan dana qard al hasan – Kas xxx

5. Pada saat menerima biaya administrasi:

Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan dana qard al hasan -Pendapatan operasional lainnya

xxx

6. Pada saat menerima imbalan:

Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan dana qard al hasan -Pendapatan operasional lainnya

xxx

7. Pengembalian dana qard al hasan:

Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx

Kr. Tabungan dana qard al hasan- qard al hasan xxx

Eksistensi akuntansi syariah di Indonesia diawali oleh PSAK No. 59

(56)

yang merupakan produk pertama Dewan Standar Akuntasi Keuangan (DSAK)

– Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berlaku hanya dalam tempo lima tahun.

PSAK No. 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor

perbankan syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur

entitas syariah selain perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian

syariah, koprasi syariah. Maka seiring tuntutan akan kebutuhan akuntansi

untuk entitas syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sejauh ini telah

menerbitkan 6 standar yang terkait dengan standar akuntansi syariah, yaitu

PSAK No. 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1 Januari 2008 dan telah

disahkan pada 27 Juni 2007. PSAK 101-106. PSAK No. 101 (penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan entitas syariah), PSAK No. 102

(murabahah), PSAK No. 103 (salam), PSAK No. 104 (istishna’), PSAK No.

105 (mudharabah), dan PSAK No. 106 (musyarakah). Inilah yang sekarang

dijadikan dasar akuntansi keuangan syariah terhadap traksaksi-traksaksi yang

dipratekkan di perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah non

bank seperti baitul mal wa tamwil (BMT).

M. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan

PSAK No. 10138

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose

(57)

financial statements) untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut

‚laporan keuangan‛, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan

entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas

syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi

dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.

Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan

keuangan entitas syariah untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan

sesuai dengan PSAK. Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah

entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai kegiatan usaha

berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran

dasarnya.

Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan

keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga

pengawas independen, bank sentral, dan sebagainya.

komponen laporan keuangan entitas syariah yang lengkap : neraca,

laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan

sumber dana penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana

kebajikan, dan catatan atas laporan keuangan.

Lembaga keuangan harus menyajikan komponen laporan keuangan

Gambar

 Gambar 2.1
  Gambar 3.1
Tabel 3.2 NERACA BMT 31 Des 2013
Tabel 3.3 Perhitungan Sisa Hasil Usaha BMT 31 Des 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan utama dari program pemberdayaan yang dilakukan oleh pihak BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Dukun Gresik pada para nasabah yang menggunakan

Implementasi Akuntansi Dana Kebajikan (Studi Kasus Pada Bank Syariah Mandiri, BPRS Asri Madani Nusantara di Jember); Rohematul Jannah, 090810301009; 2013; 83

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dari pengelolaan dana wakaf uang pada BMT Mandiri Sejahtera adalah penghimpunan dana wakaf dari salah satu calon anggota baru dan

Laporan keuangan BMT Ummat Mandiri sebagai data yang telah dikumpulkan akan diambil beberapa komponen yang diperlukan saja sesuai dengan penyajian laporan keuangan

Kedua, peran pembiayaan akad qardl dalam meningkatkan pendapatan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada anggota di BMT Mandiri Sejahtera Cabang Dukun Gresik menjelaskan

1) Komponen laporan sumber dan penggunaan dana zakat BMT Rahmat Syariah sudah sesuai dengan PSAK Syariah No.101 yang didalamnya disajikan informasi tentang :

Informan dalam penelitian ini ada tujuh yaitu dua pengelola BMT MUDA, satu pengurus KJKS BMT Amanah Ummah, satu staf kasi pembiayaan jasa keuangan dan satu staf pengendalian

h}iwa>lah di BMT Mandiri Sejahtera di desa Karangcangkring kecamatan Dukun kabupaten Gresik adalah sesuai ketentuan yang sudah ada di atas. 14 Khusnul Khotimah,