1
BERDASARKAN PSAK No. 101
SKRIPSI
OLEH
ALIF KHOLIFAH
NIM. C34211137
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
v
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi pada BMT Mandiri Sejahtera yang beralamat di Jl. Raya Pasar Kliwon Karangcangkring sebagai pusat dari 15 kantor cabang yang ada, dengan judul “Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik Berdasarkan PSAK No. 101”. BMT Mandiri Sejahtera adalah salah satu dari sekian banyaknya lembaga keuangan non bank yang ada. BMT mempunyai kewajiban untuk membuat laporan keuangan. Untuk membuat laporan keuangan dibutuhkan suatu alat yang digunakan sebagai acuan yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK yang harus digunakan acuan untuk BMT adalah PSAK N0. 101 (penyajian laporan keuangan entitas syariah) dimana PSAK ini sebagai pengganti dari PSAK No. 59 (akuntansi perbankan syariah), PSAK No. 59 hanya mampu bertahan dalam waktu 5 tahun saja. Akan tetapi sampai saat ini BMT masih mengacu pada PSAK No. 59 dalam pelaporan keuangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera dan untuk mengetahui bagaimana penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.
Data penelitian dihimpun melalui wawancara secara langsung dengan pihak KJKS BMT Mandiri Sejahtera yang didukung dengan data dokumentatif serta literature pendukung yang relevan terhadap permasalahan yang penulis angkat.Selanjutnya, penelitian ini dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang selama ini dilakukan BMT yang mengacu pada PSAK No. 59 ternyata masih belum sesuai dengan PSAK No. 59. Ketidaksesuaian tersebut terjadi dalam hal pencatatan dan penyajian. Dimana dalam hal pencatatan terdapat beberapa istilah akun yang belum sesuai dengan PSAK No. 59 dan untuk penyajiannya BMT masih belum sesuai dengan PSAK No. 59 karena dalam penyajiannya dijadikan satu dengan pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat. Dan sampai saat ini BMT masih belum mengacu pada PSAK No. 101.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 13
C. Rumusan Masalah ... 14
D. Kajian Pustaka ... 14
E. Tujuan Penelitian ... 16
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17
G. Definisi Operasional ... 18
H. Metode Penelitian ... 20
I. Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II KERANGKA TEORI ... 27
A. Pengertian Dana kebajikan (qard dan qard al hasan) ... 27
B. Landasan Syariah ... 30
x
D. Sumber Dana Qard al Hasan ... 38
E. Rukun Qard al Hasan ... 39
F. Syarat Qard al Hasan ... 40
G. Manfaat Qard al Hasan ... 42
H. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard al Hasan Berdasarkan PSAK No. 59 ... 44
I. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan PSAK No. 101 ... 49
J. Laporan Keuangan... 54
BAB III DISKRIPSI BMT MANDIRI SEJAHTERA ... 62
A. Profil BMT Mandiri Sejahtera... 62
B. Visi dan Misi BMT Mandiri Sejahtera ... 67
C. Struktur Organisasi BMT Mandiri Sejahtera ... 68
D. Produk Pembiayaan dan Jasa BMT Mandiri Sejahtera ... 68
E. Laporan Keuangan BMT Mandiri Sejahtera ... 74
BAB IV ANALISIS LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK No. 101 ... 79
A. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan di BMT Mandiri Sejahtera ... 79
B. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan PSAK No. 101 ... 88
BAB V PENUTUP ... 94
A. Kesimpulan ... 94
B. Saran ... 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersamaan dengan fenomena semakin bergairahnya masyarakat untuk
kembali ke ajaran agama, banyak bermunculan lembaga keuangan yang
berusaha menerapkan prinsip syariat Islam. Perkembangan industri keuangan
syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Keunggulan ini
ditandai dengan semakin bertambah dan lengkapnya lembaga keuangan
syariah, seperti perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah.
Tujuan didirikannya lembaga keuangan syariah adalah untuk
mengembangkan prinsip-prinsip syariah dalam transaksi keuangan dan
perbankan. Adapun yang dimaksud prinsip syariah adalah prinsip hukum
Islam dalam kegiatan perbankan dan keuangan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
di bidang syariah yang dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan,
keseimbangan dan keuniversalan.1
Berkembangnya lembaga keuangan syariah pada lembaga keuangan
bank seperti perbankan syariah mencapai 47,56 % pada tahun 2010, jumlah
ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 33,37 %. Tidak
hanya lembaga keuangan bank saja yang tumbuh, di lembaga keuangan non
bank seperti Baitul Mal wat Tamwil (BMT) pun mengalami kemajuan pesat.
Pengembangan BMT sendiri merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil dan menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja
yang dibentuk oleh Yayasan Inkubasi Usaha Kecil dan menengah (YINBUK).
YINBUK sendiri dibentuk oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
yaitu Alm. Kyai H. Hasan Basri, Ketua Umum Cendekiawan Muslim
se-Indonesia (ICMI) yaitu Prof. DR. Ir. B.J. Habibie dan Direktur Utama Bank
Muamalat Indonesia (BMI) yaitu Zainal Bahar Noor dengan akta notaris
Leila Yudoparipurno, SH. Nomor 5 tanggal 13 maret 19952 yang dilatar
belakangi oleh tuntunan yang cukup kuat dari masyarakat yang mengingkan
adanya perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial budaya masyarakat
untuk lebih kondusif bagi pengembangan usaha mikro dan kecil yang
berbasis kepada masyarakat banyak dan terciptanya sistem budaya usaha
yang beretika.
BMT adalah salah satu bentuk lembaga keuangan yang dibutuhkan
pada pelayanan dan pengembangan ekonomi masyarakat lemah dan miskin
yang sering tidak terjamah oleh lembaga keuangan lain. Baitul Mal adalah
lembaga keuangan berorientasi sosial keagamaan yang kegiatannya
menampung serta menyalurkan harta masyarakat berupa zakat, infaq dan
shadaqah (ZIS) berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan al-Qur’an dan
Sunnah Rasul-Nya. Adapun Baitul Tamwil adalah lembaga yang kegiatan
utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan (simpanan)
maupun deposito, dan menyalurkan dana tersebut kembali kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan terhadap pengembangan usaha-usaha
produktif, berdasarkan prinsip syariah melalui mekanisme yang lazim dalam
dunia perbankan.3 Saat ini BMT diarahkan untuk berbadan hukum koperasi
mengingat BMT dapat berkembang dari kelompok swadaya masyarakat.4
Dengan bentuk koperasi, BMT dapat berkembang ke berbagai sektor usaha
seperti keuangan dan sektor riil. Dalam sektor keuangan operasional BMT
hampir sama dengan perbankan syariah.
BMT yang berbadan hukum sebagai koperasi Jasa Keuangan Syariah,
jadi peraturan terkait laporan keuangan mengacu pada peraturan menteri
koperasi dan UMKM nomor 35.2 tahun 2007 tentang Standar Operasional
Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan Unit Jasa
Keuangan Syariah (UJKS), dimana KJKS dan UJKS melalui koperasi yang
bersangkutan wajib menyampaikan laporan keuangan berkala kepada pejabat
yang berwenang memberikan pengesahan akta dan perubahan anggaran
dasar koperasi yang bersangkutan.5 Disini BMT wajib melaporkan usahanya
3Ibid, 67
4 A Djayulu dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 187
ke Departemen Koperasi (Depkop), dengan kewajiban memberikan pelaporan
keuangan hasil audit tahunan secara rutin. Dimana KJKS dan UJKS yang
menjalankan kegiatan maal wajib membuat laporan penerimaan dan
distribusi dana Zakat, Infaq, Shadaqah, serta wakaf (ZISWAF) dan untuk
Perlakuan akuntansi yang menyangkut pengakuan, pengukuran, penyajian
dan pengungkapan seluruh perkiraan dilakukan berdasarkan prinsip
Akuntansi Syariah yang berlaku umum.
Saat ini, belum ditemukan standar laporan keuangan khusus BMT
selain adaptasi Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 101-106
yang sudah diberlakukan pada 1 Januari 2008 dan telah disahkan pada 27
Juni 2007. PSAK tersebut adalah PSAK No. 101 (penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan entitas syariah), PSAK No. 102
(murabahah), PSAK No. 103 (salam), PSAK No. 104 (istishna’), PSAK No.
105 (mudharabah), dan PSAK No. 106 (musyarakah). Tidak hanya wajib
menerima pelaporan keuangan, Depkop juga berkewajiban menganalisis
tingkat kesehatan dan kelayakan usaha BMT.6
Dalam pelaporan yang telah dibuat oleh BMT wajib disampaikan
kepada publik melalui media cetak maupun elektronik. Informasi ini
merupakan hak publik sebagai cara pengendalian eksternal atas kinerja BMT.
Dengan demikian masyarakat akan memiliki informasi yang cukup dalam
menilai dan memilih BMT yang berprestasi sebagai perantara keuangan
mereka.
Kinerja lembaga keuangan syariah dapat dikenali melalui penyajian
laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan produk akhir dari
serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data traksaksi bisnis.
Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas syariah yang bermanfaat
bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.7
Mengenai penyajian laporan keuangan entitas syariah maka tidak
akan lepas dengan akuntansi syariah, agar dapat menghasilkan laporan
keuangan yang mudah dipahami oleh semua pihak dan dapat membantu suatu
perusahaan dalam menganalisis keuangannya.
Pencarian bentuk akuntansi yang sejalan dengan nilai-nilai syariah
telah dilakukan oleh beberapa ilmuan dan peneliti, walaupun hasilnya belum
dapat dikatakan memuaskan tetapi paling tidak suatu pencarian tersebut
telah mendapatkan hasil berupa rumusan-rumusan normatif tentang
bagaimana seharusnya sebuah laporan keuangan akuntansi syariah disajikan.
Ciri yang melekat dari akuntansi syariah adalah nilai pertanggungjawaban,
keadilan dan kebenaran selalu melekat dalam sistem akuntansi syariah.
Ketiga nilai tersebut tentu saja telah menjadi prinsip dasar yang universal
dalam operasional akuntansi syariah.8 Hal ini tentu menjadi sangat menarik
bila dihubungkan dengan fenomena laporan keuangan saat ini yang semakin
kehilangan kepercayaan penggunanya, tentu saja prinsip-prinsip akuntansi
syariah diharapkan mampu menjadi solusi menjaga akuntabilitas laporan
keuangan. Bahwa dalam Islam menekankan pentingnya pencatatan suatu
transaksi secara benar,dapat dilihat dalam Surat al-Baqarah (2) : 282, Allah
Swt. berfirman:
Artinya: ‚ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklahseorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.9(al-Baqarah (2) : 282)
Dari dalil di atas tampak jelas bahwa Islam sangat memperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan (akuntansi). Beberapa pelajaran
yang dapat diambil dari dalil tersebut antara lain: Islam menekankan
pentingnya pencatatan suatu transaksi secara benar, setiap transaksi harus
8 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 11
9Departemen Agama Republik Indonesia, ‚Al-Qur’an dan Terjemahannya‛
didukung dengan bukti, tujuan adanya pecatatan (akuntansi) tersebut adalah
agar tercipta suatu keadilan terhadap pihak-pihak yang terlibat.10
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam telah
ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanan utamanya
adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan keadilan antara
kedua pihak yang memiliki hubungan muamalah, dalam bahasa akuntansi
lebih dikenal dengan accountability.
Laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal, penyajian jujur,
kelengkapan dan dapat dibandingkan.
Ada beberapa unsur laporan keuangan entitas syariah yang berbeda
dengan laporan keuangan konvensional. Unsur-unsur yang ada dalam laporan
keuangan entitas syariah antara lain, neraca, laporan laba rugi, laporan arus
kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan
dana kebajikan.11 Sedangkan unsur-unsur yang ada dalam laporan keuangan
konvensional adalah neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas. Sehingga nampak perbedaan dalam unsur laporan keuangan
entitas syariah adanya misi sosial dalam laporan keuangan etitas syariah
10Hertanto Widodo, dkk, Panduan Praktis Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), 60
yaitu laporan sumber dan penggunaan dana zakat dan laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan
meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap
lembaga keuangan syariah.
Pada lembaga keuangan syariah, pelaporan qard al hasan disajikan
tersendiri pada laporan keuangan tambahan yaitu dalam laporan sumber dan
penggunaan dana qard al hasan karena dana tersebut bukan asset perusahaan.
Oleh sebab itu, seharusnya dicatatat dengan akun dana kebajikan dan dibuat
buku besar pembantu atas dana kebajikan berdasarkan jenis dana kebajikan
yang diterima atau yang dikeluarkan.12
Dalam penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan ini
terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dana
kebajikan. Penggunaan dana kebajikan disalurkan untuk tujuan sosial dengan
akad qard dan qard al hasan. Qard adalah transaksi pinjaman dari bank
(muqrid) kepada pihak tertentu (muqtarid) yang wajib dikembalikan dengan
jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqrid dapat meminta jaminan atas
pinjaman kepada muqtarid. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara
angsuran atau sekaligus. 13 Sedangkan qard al hasan adalah transaksi
pinjaman dari bank (muqrid) kepada pihak tertentu (muqtarid) untuk tujuan
12 Sri Nurhayati,Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta: Salemba Empat, 2009), 249
sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai
pinjaman.14Dalam literatur fiqih klasik, qard dikategorikan dalam akad
tathawwu’i atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial.15
Peminjam atas prakarsa sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai
ucapan terima kasih.16 Hukum Islam memperbolehkan pemberi pinjaman
untuk meminta kepada peminjam untuk membayar biaya operasi di luar
pinjaman pokok, tetapi agar biaya ini tidak menjadi bunga terselubung,
tambahan ini tidak boleh dibuat proporsional terhadap jumlah pinjaman.17\
Dalam memberikan pinjaman dana kebajikan dalam akad qard al
hasan, bank syariah tidak mengalami kerugian atas pinjaman qard al hasan,
meskipun tidak ada hasil atas pemberian pinjaman ini, karena sumber dana
qard sebagian besar bukan berasal dari harta bank syariah, akan tetapi dari
sumber-sumber lain.18 Sumber dana qard al hasan dapat berasal dari eksternal
atau internal. Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima
entitas bisnis dari pihak lain (misalnya dari sumbangan,infak, shadaqah, dan
sebagainya).19 Sumber dana qard yang disediakan para pemilik entitas bisnis
diantaranya hasil pendapatan non-halal, denda dan sebagainya. Pendapatan
non-halal yang diterima dari entitas lain, dengan pertimbangan pemanfaatan
14 Ibid, 217
15Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 131 16 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Gafindo Persada, 2008), 46
17 Ibid, 47
dana-dana ini adalah kaidah akhaffu adh-dhararain (mengambil mudharat
yang lebih kecil) bila dibandingkan dengan dana tersebut apabila ada dan
dimanfaatkan oleh lembaga-lembaga keuangan non-muslim20 Oleh karenanya,
dana tersebut lebih baik diambil dan dimanfaatkan untuk penanggulangan
bencana alam atau membantu dhu’afa.
Qard al hasan sangat menunjang peningkatan perekonomian dalam
menyelesaikan masalah ekonomi yaitu masalah kemiskinan yang terjadi pada
saat ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa qard al hasan sangat besar perannya
untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Disebutkan di atas bahwa BMT mempunyai tugas khusus untuk
tujuan sosial, yaitu menyalurkan dan mengelola dana kebajikan (qard dan
qard al hasan) yang terdapat di BMT. Qard dan qard al hasan adalah akad
pinjaman dana dengan kewajiban mengembalikan pokok pinjaman secara
sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Perbedaannya adalah
untuk dana qard bersumber dari modal atau laba bank, sedangkan qard al
hasan dananya bersumber dari infaq dan shadaqah. Agar dana kebajikan
dapat disalurkan dan dikelola dengan baik maka dibutuhkan kesesuaian
dengan PSAK No. 101. Dimana dalam penyajian laporan keuangan harus
menyajikan secara wajar Posisi Keuangan, Kinerja Keuangan, Arus Kas,
Perubahan Ekuitas, Perubahan Dana Investasi Terikat, Pendapatan Bagi
Hasil, Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan, disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.21 Dengan diterbitkannya PSAK tersebut seharusnya dijadikan
acuan dalam praktik penyajian laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan bagi lembaga keuangan islam baik bank maupun non bank.
BMT Mandiri Sejahtera adalah salah satu dari sekian banyak BMT
yang ada. Dimana BMT mempunyai kewajiban untuk membuat laporan
keuangan sesuai aturan yang dibuat oleh Depkop, yaitu dalam pelaporan
keuangan harus mengadaptasi pada PSAK No. 101 tentang laporan keuangan
entitas syariah. Perbedaan utama PSAK No. 59 dengan PSAK No. 101-106
adalah pada PSAK No. 59 hanya terdapat 1 standar sedangkan di PSAK No.
101-106 terdapat 6 standar, PSAK No. 59 hanya untuk entitas bank syariah
sedangkan PSAK No. 101-106 untuk entitas syariah dan konvensional.
Sampai saat ini BMT Mandiri Sejahtera masih mengadaptasi pada PSAK No.
59 dalam pencatatan laporan keuangannya. Adapun dalam pencatatannya
BMT masih belum sesuai dengan aturan yang terdapat pada PSAK No. 59,
dimana pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan penyajian laporan
sumber dan penggunaan dana zakat dan dana kebajikan dijadikan satu.
Seharusnya pelaporan ini dibedakan menurut jenis dana yang memiliki
karakteristik yang berbeda, yaitu dana zakat dan dana kebajikan. Hal ini
disebabkan, dari segi syariat, zakat merupakan dana yang penggunaannya
terbatas pada sasaran yang telah diatur dalam Al-Quran, sedangkan dana
kebajikan tidak terbatas.22
PSAK No. 59 hanya diterapkan untuk kantor cabang syariah Bank
Konvensional. Jadi PSAK No. 59 tentang akuntansi perbankan syariah hanya
untuk Bank Syariah, sedangkan Lembaga Keuangan Syariah Non Bank yang
didirikan seperti Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Lembaga Pembiayaan
Syariah dan sebagainya, tidak mengikut dan tunduk pada peryataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 59 (PSAK No. 59).23 PSAK No. 101 memiliki
tujuan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statements) untuk entitas syariah,
yang selanjutnya disebut ‚laporan keuangan‛, agar dapat dibandingkan baik
dengan laporan keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan
laporan keuangan entitas syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.
Berdasarkan hal tersebut menarik untuk mengetahui bagaiamana
penyajian laporan keuangan BMT berdarkan PSAK No. 101. Peneliti akan
mengkhususkan pada laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang
dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul ‚PENYAJIAN LAPORAN
SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA KEBAJIKAN KJKS BMT
MANDIRI SEJAHTERA GRESIK BERDASARKAN PSAK No. 101‛.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Perkembangan lembaga keuangan syariah
2. Kewajiban melaporkan laporan keuangan kepada Depkop
3. Upaya BMT dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga bisnis juga
lembaga sosial.
4. Penyajian laporan keuangan berdasarkan ketentuan PSAK No. 59
5. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT
Mandiri Sejahtera Gresik
6. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan
PSAK No. 101
Agar dalam pembahasan penelitian ini sesuai dengan sasaran yang
diinginkan, maka peneliti memberi batasan masalah. Adapun batasan
masalah dalam penelitian adalah:
1. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di KJKS BMT
Mandiri Sejahtera Gresik
2. Penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di
KJKS BMT Mandiri Sejahtera Gresik?
2. Bagaimana analisis penyajian laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan berdasarkan PSAK No. 101?
D. Kajian Penelitian Terdahulu
Tinjauan tentang studi terdahulu yang relevan dengan tema yang akan
penulis teliti adalah sebagai berikut:
Muftiyatus Afifah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta 2008, dengan judul Analisis Penyajian Laporan
Keuangan BMT Surya Amanah, dalam penelitian tersebut membahas
bagaimana BMT menerapkan kedua PSAK tersebut yaitu PSAK No. 27 dan
PSAK No 59. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa laporan keuangan BMT
yang mengacu pada PSAK No. 27 adalah neraca, laporan perhitungan sisa
hasil usaha dan laporan arus kas. Sedangkan laporan keuangan BMT yang
mengacu pada PSAK No. 59 adalah laporan penggunaan dana ZIS, laporan
ini yang menunjukkan lembaga keuangan tersebut berprinsip syariah.
Soraya Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011, dengan judul Analisis Kesesuaian Perlakuan
di jakarta selatan), dalam penelitian tersebut membahas mengenai bagiamana
perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada 4 BMT di Jakarta selatan
selanjutnya disesuaikan dengan PSAK No. 105, dan hasil dari penelitian
tersebut adalah bahwa perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada
keempat BMT belum sesuai dengan PSAK No. 105. Ketidaksesuaian
tersebut terjadi dalam hal pengakuan dan pencatatan transaksi pemberian
dana kepada nasabah dan penundaan pembayaran angsuran.
Hendri Hermawan A. N, dengan judul Sumber dan Penggunaan Dana
qard dan qard al hasan pada Bank BRI Syariah cabang Yogyakarta, dalam
jurnal ini peneliti membahas tentang dari mana sumber dana, bagaimana
proses distribusi dan bagaiman penggunaan dana qard dan qard al hasan di
Bank BRI Syariah cabang Yogyakarta. hasil dari penelitian tersebut adalah
sumber dana qarḍh al hasan pada Bank BRI Syariah Yogyakarta hanya
berasal dari denda nasabah dan pendapatan non halal dan jumlah dana qard
al hasan pada Bank BRI Syariah Yogyakarta yang berhasil terkumpul dari
tahun 2004 hingga saat ini ialah sebesar Rp. 10.730.899.-, jadi penghimpunan
dana qarḍul hasan per tahunnya ialah Rp. 2.682.725. Pendistribusian
danaqarḍul hasan hanya dialokasikan kepada warga dhu’afa yang berdomisili
di sekitar Kantor Cabang Bank BRI Syari’ah Yogyakarta. Penggunaan
penggunaan dana qarḍul hasan 12.5 % untuk biaya sekolah (anak) dan 87.5 %
untuk modal usaha.
Salehodin, Robiatul Auliyah dan Rahmat Zuhdi, Fakultas Ekonomi
Universitas Trunojoyo Madura, dengan judul Ahsan-kah Pendapatan
Non-Halal Pada qard al hasan, dalam penelitian tersebut membahas tentang
tinjauan syariah terhadap pendapatan non-halal sebagai sumber dan
penggunaan pada dana qard al hasan dengan pendekatan konstruksi sosial.
Hasil penelitian tersebutadalah bahwa lembaga keuangan syariah masih
menggunakan pendapatan non-halal sebagai sumber dan penggunaan dalam
dana qard al hasan, baik pada sumber ataupun terhadap penggunaan dana
qard al hasan yaitu digunakan untuk hibah kepada Negara untuk membayar
bunga akibat pinjaman yang dilakukan.
Dari keempat penelitian tersebut yang membedakan dengan
penelitian ini adalah obyek yang diteliti dimana peneliti, meneliti bagaimana
penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK
No. 101.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharakan penulis dalam penulisan skripsi ini
1. Untuk menjelaskan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan di KJKS BMT Mandiri Sejahtera .
2. Untuk menganalisis penyajian laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan berdasarkan PSAK No. 101.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan bagi BMT dalam penyajian laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan.
2. Secara Praktis
a. Bagi BMT
Sebagai pertimbangan bagi BMT agar dalam pelaksaan proses
penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan sesuai
dengan PSAK No. 101.
b. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang proses pencatatan
penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
c. Bagi akademisi
Menambah pengetahuan tentang bagaimana setiap transaksi
penggunaan dana kebajikan dijalankan sesuai perlakuan PSAK No.
101.
G. Definisi Operasional
Definisi Operasional merupakan mengenai permasalahan yang akan
dibahas dalam skripsi baik teori yang bersifat umum maupun teori yang
bersifat khusus yang terkait dengan topik kajian.
Penyajian : Merupakan salah satu kegiatan dalam
pembuatan laporan keuangan yang
terdiri dari laporan posisi keuangan
(neraca), laporan laba dan rugi, laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas,
laporan perubahan investasi
terikat,laporan sumber dan penggunaan
dana zakat, dan laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan,
catatan-catatan laporan keuangan.
Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana Kebajikan
: Merupakan laporan kegiatan BMT
pengumpulan dan penyaluran dana
kebajikan. Nilai akhir yang disajikan
adalah sejumlah saldo akhir kas yang
siap untuk disalurkan.
KJKS BMT Mandiri Sejahtera : Koperasi yang kegiatan usahanya
bergerak di bidang pembiayaan,
investasi, dan simpanan sesuai pola
bagi hasil (syariah). KJKS BMT
Mandiri Sejahtera merupakan lembaga
keuangan syariah yang
menggabungkan dua bidang keuangan
yaitu bidang Baitul Mal dan bidang
Tamwil.Yang beralamat Jl. Raya Pasar
Kliwon Karangcangkring- Dukun –
Gresik.
PSAK No. 101 : Pernyataan standar akuntansi
keuangan yang diterapkan dalam
penyajian laporan keuangan entitas
syariah. 24 Unsur laporan keuangan
entitas syariah adalah Laporan Posisi
Keuangan (neraca), Laporan Laba Rugi
(Laporan Kinerja), Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Sumber dan Penggunaan Dana Zakat,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Kebajikan, Laporan Perubahan Dana
Investasi Terikat, Laporan Rekonsiliasi
Pendapatan dan Bagi Hasil.25
H. Metode Penelitian
1. Data yang Dikumpulkan
Data merupakan kumpulan dari sumber-sumber yang diperoleh atau
semua informasi yang tidak terorganisis.26Data yang peneliti kumpulkan
ini adalah laporan keuangan KJKS BMT Mandiri Sejahtera seperti neraca,
laporan sisa hasil usaha dan laporan dana ZIS.
2. Sumber Data
Sumber data yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian
iniadalah data yang kongkrit serta ada kaitannya dengan masalah
meliputi data primer dan sekunder yaitu:
25Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah…., 49-50
a. Sumber Data Primer
Sumber primer adalah data yang diperoleh dari sumber asli yang
memberikan informasi atau data yang berkaitan dengan penyajian
laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan KJKS BMT Mandiri
Sejahtera. Dimana dapat diperoleh dari hasil wawancara dengan staff
bagian keuangan dan manajer BMT untuk mendapatkan beberapa
informasi.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti dari
sumber yang sudah ada.27 Data sekunder ini penulis dapatkan dari
studi pustaka, buku-buku, jurnal, berbagai literatur dan media internet
tentang apa saja yang berhubungan dengan penyajian laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan.
3. Teknik pengumpulan data
Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan
Penulis mengumpulkan data-data dari berbagai literatur
kepustakaan seperti buku akuntansi, lembaga keuangan entitas
27
syariah dan buku produk perbankan yang berkaitan dengan
pinjaman qard al hasan.
b. Penelitian lapangan
Untuk mendapatkan data-data dan informasi, penulis
langsung terjun ke objek penelitian yaitu pada lembaga yang
diteliti, dengan menggunakan pengumpulan data sebagai berikut:
1. Interview yaitu merupakan teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/kecil.28
2. Dokumentasi yaitu merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk
tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life
histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen
yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa,
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya
seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 29
peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari BMT berupa
penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.
4. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dikelola
menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian ini, dalam
deskripsinya juga mengandung uraian-uraian, tetapi fokusnya terletak
pada analisis hubungan antara variabel. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik-teknik pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan
antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.30 Dalam hal ini
penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan
masalah saja.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.31 Penulis
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
29 Ibid,240.
30 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D …, 243.
menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis
dalam menganalisa data.
c. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh
dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran
fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari
rumusan masalah.32
5. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka untuk menyusun dan menganalisis
data-data tersebut menggunakan metode deskriptif analisis. Metode
deskriptif analisis adalah prosedur pemecahan yang diselidiki dengan
menggambarkan dan melukiskan keadaan subyek atau obyek (seseorang
atau pada suatu lembaga) saat sekarang dengan berdasarkan fakta yang
tampak sebagaimana adanya.
Peneliti menggunakan teknik ini karena yang digunakan adalah
metode kualitatif, dimana memerlukan data-data untuk menggambarkan
suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga benar salahnya,
sudah sesuai dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif
disebut juga penelitian ilmiah karena semua data yang diambil
merupakan fenomenaapa adanya. Hasil penelitian deskriptif sering
digunakan untuk lanjut dengan penelitian analitis.
Selanjutnya, data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir
induktif yang berarti pola pikir yang berpijak pada fakta-fakta yang
bersifat khusus kemudian diteliti, dianalisis dan disimpulkan sehingga
pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat berlaku secara umum.
Pola pikir tersebut digunakan untuk menelaah gambaran secara obyektif
bagaimana fakta yang terjadi di lapangan terhadap penyajian laporan
sumber dan penggunaan dana kebajikan yang dilakukan oleh BMT.
I. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini dikembangkan kedalam lima bab. Untuk mempermudah
pembahasan setiap bab, maka dibuat intisari dari tiap bab. Pemisahan dari
kelima bab tersebut dirangkum dalam sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan, memuat Latar Belakang Masalah, Identifikasi
dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan Penelitian,
Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelititan, dan
Sitematika Pembahasan.
BAB II Kerangka teori, merupakan landasan teori mengenai
pengertian pinjaman qard dan qard al hasan, landasan syariah qard al hasan,
aplikasi dalam perbankan, sumber dana qard al hasan, rukun dan syarat qard
dana qard al hasan berdasarkan PSAK No. 59, penyajian laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan berdasarkan PSAK 101, laporan keuangan.
BAB III Data penelitian, memuat deskripsi data yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti secara objektif dalam arti tidak dicampur
dengan opini peneliti, serta deskripsi BMT Mandiri Sejahtera, yaitu memuat
secara rinci profil BMT, visi dan misi BMT, struktur organisasi BMT,
produk dan jasa BMT, laporan keuangan BMT.
BAB IV Analisa dan pembahasan, memuat uraian secara rinci
mengenai penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan di BMT
dan penyajian laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan berdasarkan
PSAK No. 101.
BAB V Penutup, dalam bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari
27
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Dana Kebajikan (Qard dan Qard al hasan)
Dana Kebajikan adalah dana yang di dapat dari dana sumbangan baik
dari internal maupun eksternal. Dana yang berasal dari internal berupa
pengmebalian dana kebajikan produktif, denda dan pendapatan non-halal
sedangkan dana yang bersal dari eksternal berupa infaq, shadaqah, hasil
pengelolaan wakaf. Dana kebajikan disalurkan dalam bentuk akad qard dan
qard al hasan dimana kedua akad ini disalurkan dngan tujuan social.
Qard secara bahasa, berarti al-qoth’u yang berarti pemotongan. Harta
yang diberikan kepada orang yang berhutang disebut qard, karena merupakan
‚potongan‛ dari harta orang yang memberikan utang.1
Menurut istilah dalam kitab Tanwir al-Qulub dijelaskan bahwa qard
adalah memberikan (menghutangkan) harta kepada orang lain tanpa
mengharapkan imbalan. Untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama
dan dapat ditagih atau diminta kembali kapan saja penghutang menghendaki.
Akad qard ini dibolehkan dengan tujuan meringankan (menolong) beban
orang lain.2
1 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH, 2010), hal. 273-274
2
Qard adalah transaksi pinjaman dari bank (muqri>d) kepada pihak
tertentu (muqtari>d) yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama
sesuai pinjaman. Muqrid dapat meminta jaminan atas pinjaman kepada
muqtari>d. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran atau
sekaligus.3 Qard merupakan pinjaman kebajikan tanpa imbalan, biasanya
untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat
diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran dan jumlahnya).4
Qard adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan
pihak yang meminjamkan yang mewajibkan peminjam melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu.5
Qard berdasarkan PSAK No. 59 adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara peminjam dan pihak yang meminjamkan, yang
mewajibkan peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu.
Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan, namun tidak
diperkenankan dipersyaratkan dalam perjanjian.6
3Veithzal Rival, Arviyan Arifin, Islamic Banking Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi dalam Menghadapi Berbagai Persoalan Perbankan & Ekonomi Global …….., 216
4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah ………, 46
5 Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (IAI), Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (papsi 2003) (Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia), 63
Sedangkan pengertian qard al hasan adalah suatu pinjaman lunak
yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, di mana peminjam tidak
berkewajiban untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman dan
biaya administrasi.7
Qard al hasan adalah pinjaman tanpa imbalan yang memungkinkan
pinjaman untuk menggunakan dana tersebut selama jangka waktu tertentu
dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir periode yang
disepakati.8
Qard al hasan adalah transaksi pinjaman dari bank (muqrid) kepada
pihak tertentu (muqtarid) untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan
dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.9 Dalam literatur fiqih klasik, qard
dikategorikan dalam akad tat{awwu’ atau akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial.10
Dari beberapa pengertian qard diatas, dapat disimpulkan bahwa qard
adalah pemberian pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan dimana
pinjaman qardh merupakan bentuk pinjaman berdasarkan ta’awun
(pertolongan). Membantu tanpa meminta keuntungan dan dikembalikan
sesuai dengan jumlah pokok yang dipinjam berdasarkan waktu yang telah
7 Warkum Sumitro, Asas-Asan Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMUI & Takaful) di Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 39
8 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah – Tinjauan dan Beberapa segi Hukum (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), 111
9 Ibid, 217
disepakati bersama. Pihak yang meminjamkan dapat menerima imbalan,
namun tidak diperkenankan dipersyaratkan dalam perjanjian. Hal ini
dipertegas dengan adanya aturan mengenai qard yaitu pasal 612 dalam
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) bahwa nasabah qard wajib
mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah
disepakati bersama dan pasal 615 juga dijelaskan bahwa nasabah dapat
memberikan imbalan atau sumbangan sukarela kepada pemberi pinjaman
selama tidak diperjanjikan dalam transaksi.11
B. Landasan Syariah
Transaksi qard diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan hadith
riwayat Ibnu Majjah dan Ijma ulama. Sungguhpun demikian, Allah SWT
mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi ‚agama Allah‛.
1. Alquran
Seperti dalam firman Allah yang telah digambarkan secara umum
mengenai pinjam meminjam, yang terdapat dalam surat:
a. QS. al-Maidah: 2:
Artinya: ‚Dan tolong menolong kamu dalam berbuat kebaikan dan taqwa
dan janganlah kamu tolong menolong untuk berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya‛.12( QS. al-Maidah: 2)
Menurut Hamka dalam Tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa pada
ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk saling tolong
menolong dalam hal kebaikan. Karena manusia adalah makhluk sosial
yang selalu membutuhkan satu sama lain, banyak pekerjaan yang tidak
bisa dipikir seorang diri, dengan konsep tolong menolong semua
pekerjaan akan lancar. Allah SWT memerintahkan untuk hidup saling
tolong menolong dan membina kebajikan yaitu segala ragam maksud
yang baik dan berfaedah, yang didasarkan kepada penegakan taqwa, yaitu
mempererat hubungan dengan Allah dan mencegah tolong menolong atas
perbuatan dosa serta yang dapat menimbulkan permusuhan yang
menyakiti sesama manusia.
Artinya: ‚Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah
tangguh sampai ia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.‛ 13 (QS. al-Baqarah: 280)
Dalam surat al-Baqarah ayat 280 menjelaskan apabila orang yang
berutang belum bisa untuk membayar, maka pemberi hutang member
12Departemen Agama Republik Indonesia, ‚Al-Qur’an dan Terjemahannya‛ (Surabaya: Duta Ilmu Surabaya, 2002), 142
waktu sampai orang yang berhutang dapat membayar. Akan tetapi jika
orang yang berhutang masih tetap dalam keadaan kesulitan dan tidak bisa
membayar menyedekahkan hutang tersebut lebih baik.
c. QS. al-Hadid: 11:
Artinya: ‚Barang siapa meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat gandakan (balasan) pinjaman untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak.‛ 14 (QS. al-Hadid: 11)
Dalam surat ini memberikan imbalan kepada siapa saja yang mau
meminjamkan harta nya di jalan Allah yakni dengan melipatgandakan
balasan untunya, dan memberikan pahala yang banyak.
d. QS. al-Baqarah: 245:
Artinya: ‚Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.‛15 (QS. Al-baqarah: 245)
Dalam surat ini Allah menjanjikan pahala dan dilapangkan
rizkinya bagi siapa saja yang meminjamkan hartanya di jalan Allah.
Artinya: ‚tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.‛16(QS. al-Muzamil: 20)
Dalam surat muzamil ayat 20 adalah kita diserukan untuk
meminjamkan kepada Allah, artinya untuk membelanjakan harta dijalan
Allah. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah, kita juga diseur untuk
meminjamkan kepada sesame manusia, sebagai bagian dari kehidupan
bermasyarakat. (civil society).
2. Al-Hadits
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa : Nabi SAW, berkata :
‚tidaklah seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya)
dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) shadaqah.‛ (HR. Ibnu
Majah, Ibnu Hibban, dan Baihaqi).17
Dari Anas bin Malik berkata, berkata Rasulullah SAW, : ‚Aku
melihat pada waktu malam di-Isra’-kan, pada pintu surga tertulis :
shadaqah dibalas 10 kali lipat dan qard 18 kali. Aku bertanya : ‚wahai
Jibril mengapa qard lebih utama dari shadaqah?’ Ia menjawab : ‘karena
peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak
akan meminjam kecuali karena keperluan’.‛ (HR. Ibnu Majah dan
Baihaqi).18
16Ibid, 848
17 Muhammad Nashirudin AL-Albani, Sahih At-Tarhib juzul Awwal (Riyadh: Maktabah
Al-Ma’arif Lin Nasyri Wat Tauzi, 2000), 538
18
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw, telah bersabda
barang siapa yang telah melepaskan saudaranya yang muslim satu dari
kesusahan-kesusahan dunia, maka Allah swt akan lepaskan dari padanya
satu kesusahan di yawmil qiyamah. Barang siapa telah membantu
saudaranya yang sulit/lemah di dunia, maka Allah swt akan
membantunya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah swt senantiasa
membantu seorang hamba, selama hamba tersebut membantu saudaranya‛
(HR. Muslim).19
3. Ijma’
Para ulama telah menyepakati bahwa qard boleh dilakukan. Qard
diperbolehkan karena qard mempunyai sifat mandub (dianjurkan) bagi
orang yang menghutangi dan mubah bagi orang yang berhutang.
Kesepakatan ini didasarkan pada sifat manusia yang tidak bisa hidup
tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorangpun yang
memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu
pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam
adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
Tujuan dan hikmah dibolehkannya pinjaman tersebut adalah memberi
kemudahan bagi umat manusia dalam kehidupan di dunia ini, karena
diantara umat manusia tersebut ada yang bercukupan dan ada yang
kekurangan, dengan demikian orang yang kekurangan tersebut dapat
memanfaatkan hutang dari pihak yang bercukupan.20
Berdasarkan beberapa dalil yang tertera di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwasanya pinjaman itu dapat dibedakan menjadi dua
kategori, yaitu pinjaman seorang hamba kepada Tuhannya dan pinjaman
seorang muslim terhadap saudaranya atau sesama. Pinjaman seorang
hamba terhadap Tuhannya dapat diwujudkan dalam bentuk infaq,
sadaqoh, santunan anak yatim, dll. Sedangkan pinjaman seorang muslim
terhadap saudara atau sesamanya dapat tercermin pada transaksi yang
biasa kita temui sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, dimana
seseorang meminjam suatu barang atau uang kepada temannya untuk
memenuhi kebutuhannya yang nantinya harus dikembalikan ketika ia
sudah mampu untuk mengembalikannya.
Selain dasar hukum dari Alquran dan sunnah Rasulullah qard juga
diatur dalam ketentuan fatwa DSNMUI No. 19/DSN_MUI/IV/2001 yang
menyebutkan bahwa:21
Pertama: ketentuan umum qard
a. Qard adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtarid)
yang memerlukan.
20Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh (Bogor: Kencana, 2003), 223-224
b. Nasabah qard wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati bersama.
c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang
perlu.
e. Nasabah qard dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan
sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah
memastikan ketidak mampuannya LKS dapat:
1) Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
2) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
Kedua: sanksi
a. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena
ketidakmampuannya. LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
b. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir
1 dapat berupa penjualan barang jaminan.
c. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi
Ketiga: sumber
Dana qard dapat bersumber dari:
a. Bagian modal LKS
b. Keuntungan LKS yang disisihkan
c. Lembaga lain atau individu mempercayakan penyaluran infaqnya
kepada LKS.
Keempat:
a. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui badan arbitrase syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
b. Fatwa ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.22
C. Aplikasi Dalam Perbankan
Aplikasi qard biasanya diterapkan sebagai hal berikut:
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas
dan bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa
yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya
sejumlah uang yang dipinjam itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia
tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk
deposito.
3. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau
membantu sector sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal
suatu produk khusus yaitu qard al hasan.23
D. Sumber Dana Qard al Hasan
Transaksi qard turunannya qard al hasan merupakan satu-satunya
akad yang merupakan bagian dari transaksi ta’awun atau tolong menolong
dan bukan untuk komersial. Menurut PSAK No. 101 sumber dana qard al
hasan adalah infak, sedekah, hasil pengelolaan wakaf, pengembalian dana
kebajikan produktif, denda dan pendapatan non halan.24
Dari penjelasan di atas bahwasanya sumber yang digunakan dalam
pinjaman qard al hasan yaitu dari dana sosial yang diterima bank syariah dari
pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah dan sebagainya) serta
23Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2011), 133
dana yang disediakan oleh para pemilik bank syariah seperti hasil pendapatan
non halal, denda dan sebagainya.
BMT Mandiri Sejahtera memiliki tugas khusus yaitu menerima dan
menyalurkan dana zakat, infaq, dan shadaqah baik untuk kalangan internal
maupun eksternal BMT. Dana sosial yang terkumpul kemudian disalurkan
untuk membantu misi sosial.
E. Rukun Qard al Hasan
Rukun adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pelaksanaan/amal
ibadah dalam waktu pelaksanaan amal/ibadah tersebut. Seperti halnya jual
beli, rukun qardh juga diperselisihkan oleh para fuqaha. Menurut Hanafiah,
rukun qard adalah ijab dan qabul. Sedangkan menurut jumhur fuqaha, rukun
qard adalah ‘aqid (muqrid dan muqtarid), ma’qud ‘alaih (uang atau barang),
dan Sighat (ijab dan qabul). Adapun rukun yang harus qard al hasan penuhi
adalah sebagai berikut:
1. Muqrid (pemberi pinjaman)
2. Muqtarid (peminjam)
3. Ma’qud ‘alaih (uang atau barang yang dipinjamkan)
4. Sighat (ijab qabul/ serah terima)25
F. Syarat-syarat Qard al Hasan
1. Muqrid (pemberi pinjaman)
a) Ahliyat Tabarru’ (layak bersosial). Maksudnya muqrid harus
mempunyai hak atau kecakapan dalam menggunakan hartanya secara
mutalak menurut pandangan syariat.
b) Ikhtiyar (tanpa paksaan), muqrid dalam memberikan pinjaman harus
berdasarkan kehendaknya sendiri tidak ada tekanan dari pihak
ketiga.26
2. Muqtarid (peminjam)
Pihak yang berhutang harus merupakan orang yang ahliyah
mu’amalah. Maksudnya, sudah baligh, berakal waras, dan tidak mahjur
(bukan orang yang oleh syariat tidak diperkenankan mengatur sendiri
hartanya karena faktor-faktor tertentu). Oleh karena itu, jika anak kecil
atau orang gila berhutang, maka akad hutang tersebut tidak sah, Karena
tidak memenuhi syarat.27
3. Ma’qud ‘alaih (uang atau barang yang dipinjamkan)
Menurut jumhur ulama yang terdiri atas Malikiyah, Syafi’iyah,
dan Hanabilah, yang menjadi objek dalam qard sama dengan objek akad
26M. Dumari Nor dkk, Ekonomi Syariah Versi Salaf (Pasuruan: Pustaka Sidogiri, 2012), 105
salam, baik berupa barang-barang yang ditakar (makilat) dan ditimbang
(mauzunat), maupun qimiyat (barang-barang yang tidak ada
persamaannya di pasaran), seperti hewan, barang-barang dagangan, dan
barang yang dihitung. Atau dengan perkataan lain, setiap barang yang
dijadikan objek jual beli, boleh juga dijadikan objek akad qard. Hanafiah
mengemukakan bahwa ma’qud ‘alaih hukumnya sah dalam mal mitsli.28
Harta mistli sering disebut juga barang semisal. Barang semisal adalah
barang yang memiliki padanan yang tersebar di pasar tanpa ada
perbedaan yang berarti dalam penggunaannya. Namun, barang-barang
qimiyat seperti hewan, tidak boleh dijadikan objek qard karena sulit
mengembalikan dengan barang yang sama.
4. Sighat (ijab qabul/ serah terima)
Lafadz akad adalah ijab qabul. Ijab qabul merupakan gabungan
dari dua kata, ijab dan qabul. Ijab adalah permulaan penjelasan yang
keluar dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya
dalam mengadakan akad, sedangkan qabul adalah perkataan yang keluar
dari pihak yang berkata pula, yang diucapkan setelah adanya ijab.29Ijab
bisa dengan menggunakan lafal qard (utang atau pinjam) dan salaf
(utang), atau dengan lafal yang mengandung arti kepemilikan. Contohnya:
‚Saya milikkan kepadamu barang ini, dengan ketentuan anda harus
28 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ……, 20
mengembalikan kepada saya penggantinya.‛ Penggunaan kata milik
disini bukan berarti diberikan cuma-cuma, melainkan pemberian utang
yang harus dibayar. Penggunaan lafaz salaf untuk qard didasarkan pada
hadist Abu Rafi’:
Dari Abu Rafi’ ia berkata: ‚Nabi berhutang seekor unta perawan,
kemudian datanglah untuk hasil zakat. Lalu Nabi memerintahkan kepada
saya untuk membayar kepada laki-laki pemberi utang dengan unta yang
sama (perawan). Saya berkata: ‘Saya tidak menemukan disalam untu
-unta hasil zakat itu kecuali unta yang berumur enam masuk tujuh tahun.’
Nabi kemudian bersabda: ‘Berikan saja unta tersebut, karena sebaik-baik
manusia itu adalah orang yang paling baik dalam membayar utang.‛ (HR.
Jama’ah kecuali Bukhari).
G. Manfaat Qard al-Hasan
1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapatkan talangan jangka pendek,
2. Qard al hasan juga merupakan salah satu cirri pembeda antara bank
syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial,
3. Adanya misi sosial-kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.30
Secara umum qard al hasan dapat digambarkan dalam skema berikut:
Gambar 2.1
Skema qard al hasan
Sumber: Sri Nur Hayati. Akuntansi Syariah di Indonesia.31
Keterangan:
(1) Pemberi pinjaman menyepakati akad qard al hasan dengan peminjam
(2) Peminjam menerima dan menjalankan usaha dengan dana pinjaman
(3) Jika memperoleh laba maka akan diperoleh peminjam
(4) Dana pinjaman akan dikembalikan kepada pemberi pinjaman
30Nurul Huda Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis (Jakarta: Kencana, 2010), 64-65
31Sri Nur Hayati, Akuntansi Syariah di Indonesia ……., 248 Pemberi pinjaman
bisnis
Hasil usaha laba (2)
(1)
(4)
(2) peminjam
(2)
H. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qard al Hasan Berdasarkan
PSAK No. 59
1. Karakteristik32
Pinjaman qard adalah penyediaan dana kepada peminjam dimana
pihak yang meminjamkan mewajibkan peminjam melunasi hutangnya
setelah jangka tertentu. Pihak yang meminjamkan dapat menerima
imbalan dengan syart imbalan tersebut tidak diperkenankan di dalam
perjanjian.
Bank syariah disamping memberikan pinjaman qard, juga dapat
menyalurkan pinjaman dalam bentuk qard al hasan adalah pinjaman tanpa
imbalan dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada waktu yang
disepakati. Jika peminjam mengalami kerugian bukan karena
kelalaiannya maka kerugian tersebut dapat mengurangi jumlah pinjaman.
Pelaporan qard al hasan disajikan tersendiri dalam laporan keuangan
sumber dan penggunaan dana qard al hasan karena dana tersebut bukan
asset bank yang bersangkutan.
Sumber dana qard al hasan berasal dari eksternal dan internal.
Sumber dana eksternal meliputi dana qard yang diterima bank syariah
dari pihak lain (misalnya dari sumbangan, infaq, shadaqah, dan
sebagainya), dana yang disediakan oleh para pemilik bank syariah dan
hasil pendapatan non halal. Sumber dana internal meliputi hasil tagihan
pinjaman qard al hasan.
2. Pengakuan dan pengukuran pinjaman qard33
Pinjaman qard diakui sebesar jumlah dana yang dipinjamkan pada
saat terjadinya. Apabila dalam pengembalian terdapat kelebihan maka
kelebihan penerimaan dari peminjam atas qard itu diakui sebagai
pendapatan pada saat terjadinya.
Jika bank bertindak sebagai peminjam qard, kelebihan pelunasan
kepada pemberi pinjaman qard diakui sebagai beban.
3. Laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan 34
Bank syariah menyajikan laporan sumber dan penggunaan dana
qard al hasan sebagai komponen utama laporan keuangan, yang
menunjukkan:
Unsur dasar laporan sumber dan penggunaan dana qard al hasan
meliputi sumber, penggunaan dana qard al hasan selama jangka waktu
tertentu, dan saldo dana qard al hasan pada tanggal tertentu.
Sumber dana qard al hasan berasal dari bank atau dari luar bank.
Sumber dana qard al hasan dari luar bank berasal dari infaq dan shadaqah
dari pemilik, nasabah, atau pihak lainnya.
Penggunaan dana qard al hasan meliputi pemberian pinjaman qard
al hasan meliputi pemberian pinjamn qard al hasan selama jangka waktu
tertentu dan pengembalian dana temporer yang disediakan pihak lain.
Saldo dana qard al hasan adalah dana qard al hasan yang belum
disalurkan pada tanggal tertentu.
4. Pengungkapan35
Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan
penggunaan dana qard al hasan dalam mencatat atas laporan keuangan
mencakup, tetapi tidak terbatas, pada:
(a) periode yang dicakup laporan sumber dan penggunaan dana qard al
hasan
(b) rincian saldo qard al hasan pada awal dan akhir periode berdasarkan
sumbernya
(c) jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima selama Sumber dana qard pada awal tahun
Sumber dana qard pada akhir tahun
Rp. xxx
Sumber: Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003)36
a. Ilustrasi jurnal qard al hasan 37
1. Pada saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal:
Db. Tabungan Dana qard al hasan- Kas xxx
Kr. Tabungan Dana qard al hasan -infaq, shadaqah xxx
36Tim Penyusun Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI 2003) ….., 230
2. Untuk penerimaan dana yang berasal dari pendapatan non halal:
Db. Tabungan Dana qard al hasan -Kas xxx
Kr. Tabungan Dana qard al hasan -Pendapatan non halal xxx
3. Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda:
Db. Tabungan Dana qard al hasan -Kas xxx
Kr. Tabungan Dana qard al hasan -Denda xxx
4. Penyaluran dana qard al hasan:
Db. Tabungan dana qard al hasan- qard al hasan xxx
Kr. Tabungan dana qard al hasan – Kas xxx
5. Pada saat menerima biaya administrasi:
Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx
Kr. Tabungan dana qard al hasan -Pendapatan operasional lainnya
xxx
6. Pada saat menerima imbalan:
Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx
Kr. Tabungan dana qard al hasan -Pendapatan operasional lainnya
xxx
7. Pengembalian dana qard al hasan:
Db. Tabungan dana qard al hasan -Kas xxx
Kr. Tabungan dana qard al hasan- qard al hasan xxx
Eksistensi akuntansi syariah di Indonesia diawali oleh PSAK No. 59
yang merupakan produk pertama Dewan Standar Akuntasi Keuangan (DSAK)
– Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berlaku hanya dalam tempo lima tahun.
PSAK No. 59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah hanya di sektor
perbankan syariah, ini sangat ironis karena ketika itu sudah mulai menjamur
entitas syariah selain perbankan syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian
syariah, koprasi syariah. Maka seiring tuntutan akan kebutuhan akuntansi
untuk entitas syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sejauh ini telah
menerbitkan 6 standar yang terkait dengan standar akuntansi syariah, yaitu
PSAK No. 101-106 yang sudah diberlakukan pada 1 Januari 2008 dan telah
disahkan pada 27 Juni 2007. PSAK 101-106. PSAK No. 101 (penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan entitas syariah), PSAK No. 102
(murabahah), PSAK No. 103 (salam), PSAK No. 104 (istishna’), PSAK No.
105 (mudharabah), dan PSAK No. 106 (musyarakah). Inilah yang sekarang
dijadikan dasar akuntansi keuangan syariah terhadap traksaksi-traksaksi yang
dipratekkan di perbankan syariah maupun lembaga keuangan syariah non
bank seperti baitul mal wa tamwil (BMT).
M. Penyajian Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan Berdasarkan
PSAK No. 10138
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements) untuk entitas syariah, yang selanjutnya disebut
‚laporan keuangan‛, agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan
entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas
syariah lain. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
dan peristiwa tertentu diatur dalam PSAK terkait.
Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan dalam penyajian laporan
keuangan entitas syariah untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan
sesuai dengan PSAK. Entitas syariah yang dimaksud di PSAK ini adalah
entitas yang melaksanakan transaksi syariah sebagai kegiatan usaha
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang dinyatakan dalam anggaran
dasarnya.
Pernyataan ini bukan merupakan pengaturan penyajian laporan
keuangan sesuai permintaan khusus (statutory) seperti pemerintah, lembaga
pengawas independen, bank sentral, dan sebagainya.
komponen laporan keuangan entitas syariah yang lengkap : neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan
sumber dana penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan, dan catatan atas laporan keuangan.
Lembaga keuangan harus menyajikan komponen laporan keuangan