• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR | Suharningsih | Paedagogia 152 461 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPTIMALISASI KINERJA GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR | Suharningsih | Paedagogia 152 461 1 PB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Prodi Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

OPTIMALISASI KINERJA GURU DALAM PROSES

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Suharningsih*

Prodi Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya

Abstract:

Kata kunci:

Teachers' competence in conducting teaching learning process is not only determined by their competence but also by headmaster's competence in organizing all available human resources. This research focuses on optimizing achievement on teaching learning process which puts emphasis on teacher's achievement in conducting teaching learning process and headmaster's efforts in optimizing teacher's competence in teaching learning process. Qualitative approach with multi-website research design was applied in this research. The result of the research shows that (1) teacher's competence in conducting teaching learning process was begun by making lesson plan and ended by implementing it in teaching learning process; (2) teacher's accomplishment in con-ducting teaching learning process constitutes teacher's success in creating enjoyable teaching learning situation and a conducive school environment.

optimalisasi, kinerja guru, kepala sekolah, supervisi, proses pembelajaran

PENDAHULUAN

Era globalisasi telah menempatkan manusia pada titik sentral dari seluruh kehi-dupannya. Oleh sebab itu, hendaknya pem-bangunan berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia. Artinya, pemba-ngunan diarahkan pada peningkatan kuali-tas sumber daya manusia. Peningkatan ku-alitas itu melalui pendidikan sebagai ins-trumen untuk mengembangkan potensi dan kompetensi dalam rangka pengembangan sumber daya manusia tersebut.

Penyelenggaraan pendidikan nasi-onal merupakan realisasi dari amanat Pem-bukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 31 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan ayat (2) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan

Undang-un-dang. Pernyataan ini menunjukkan komit-men pemerintah dalam meyelenggarakan pendidikan nasional bagi seluruh bangsa Indonesia. Komitmen pemerintah tersebut tertuang dalam pasal 13 ayat (1) Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa di dalam sistem tersebut terdapat jalur pen-didikan, yaitu pendidikan formal, nonfor-mal, dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya dalam pelaksanaan pem-belajaran. Hal ini berarti bahwa untuk pe-nyelenggaraan pendidikan yang berkuali-tas bukan semata-mata tanggung jawab pe-merintah, melainkan tanggung jawab ber-sama pemerintah dan masyarakat. Secara formal sebagai dasar untuk menentukan penyelenggaraan pendidikan yang berku-alitas melalui Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa jaminan

(2)

alitas pendidikan dilaksanakan melalui standar isi, standar proses, standar kompe-tensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Standar ini berlaku untuk semua jenjang pendi-dikan, termasuk jenjang pendidikan dasar khususnya sekolah dasar.

Pada bagian kedua tentang Pendi-dikan Dasar dijelaskan bahwa sebagai salah satu jenjang pendidikan, keberadaan seko-lah dasar merupakan landasan dari semua jenjang persekolahan dan pendidikan selan-jutnya. Collier, dkk., (1971) mengemuka-kan bahwa sekolah dasar sebagai salah satu bentuk pendidikan dasar merupakan satuan pendidikan yang paling keberada-annya, setiap orang mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan pada sekolah da-sar atau yang sederajat, secara formal sese-orang tidak mungkin dapat mengikuti pen-didikan pada jenjang berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di sekolah dasar mempengaruhi pendidikan pada jen-jang berikutnya. Diungkapkan oleh Stoops & Johnson (1967) bahwa pendidikan di sekolah dasar merupakan dasar dari semua pendidikan. Keberhasilan seseorang meng-ikuti pendidikan di sekolah dasar menen-tukan keberhasilannya dalam mengikuti pendidikan selanjutnya. Dengan memper-hatikan betapa penting dan besar peranan sekolah dasar, maka perlu dipersiapkan de-ngan sebaik-baiknya baik secara institusi-onal maupun fungsiinstitusi-onal, terutama yang ber-kaitan dengan kesiapan guru. Pasal 39 ayat (2) Undang-undang No. 20 tahun 2003 ten-tang Sistem Pendidikan Nasional menyata-kan bahwa guru merupamenyata-kan tenaga profesi-onal yang mempunyai misi terwujudnya pe-nyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip profesionalitas untuk memenuhi kebutuhan bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu.

Mataheru (1988) menekankan bah-wa salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan mutu pendidikan ada-lah kinerja guru. Kinerja guru merupakan salah satu faktor yang menentukan

keber-urgen

hasilan sekolah. Hal ini dikarenakan ke-efektifan sekolah lebih banyak ditentukan oleh kinerja guru. Kinerja merupakan unsur perilaku yang ditampilkan oleh seseorang sehubungan dengan pekerjaannya (Harris, dkk., 1979; Steers & Porter, 1983). Selan-jutnya, Depdikbud (1994) menyatakan bah-wa kinerja sebagai kombinasi atau paduan antara motivasi yang ada pada diri sese-orang dan kemampuannya melaksanakan suatu pekerjaan. Dari uraian tersebut, ki-nerja guru dapat diartikan sebagai perilaku seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Keberhasilan guru melaksanakan proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh kemampuan guru sa-ja, tetapi peran kepala sekolah dalam mem-bantu terwujudnya kegiatan pembelajaran yang efektif juga sangat diperlukan.

Kepala sekolah merupakan penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menen-tukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Danim (2002) mengatakan bahwa kepala sekolah merupakan faktor kunci dari efektif tidaknya suatu sekolah karena kepala seko-lah memainkan peranan yang sangat pen-ting pada keseluruhan spektrum pengelola-an sekolah. Kepala sekolah merupakpengelola-an kun-ci utama penyelenggaraan pendidikan di se-kolah. Oleh karena itu, kinerja guru yang merupakan salah satu faktor penentu keber-hasilan sekolah diperlukan suatu manaje-men kinerja guru yang tepat oleh kepala sekolah. Menurut Ruky (2006), manajemen kinerja merupakan usaha, kegiatan, atau program optimalisasi kinerja guru yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh kepala sekolah.

(3)

de-ngan tugas pokok dan fungsinya. Lebih lan-jut Mantja (2005) mengungkapkan bahwa kepala sekolah dapat melakukan pembinaan terhadap para guru untuk meningkatkan ke-mampuannnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Secara lebih luas Stoops & John-son (1967) mengungkapkan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin pengajaran ha-rus mengadakan pembinaan bagi guru-guru secara kontinyu sehingga mereka melaksa-nakan tugas dengan baik agar mampu mem-bimbing para siswanya. Kepemimpinan ke-pala sekolah yang efektif adalah kepemim-pinan yang mampu memberdayakan para guru untuk melaksanakan proses pembel-ajaran dengan baik, lancar, dan produktif (Mulyasa, 2005). Berdasarkan uraian terse-but maka dapat diperoleh gambaran tentang optimalisasi kinerja guru dalam melaksana-kan proses pembelajaran, yaitu sebagai upa-ya upa-yang dilakukan kepala sekolah mengop-timalkan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Beberapa penelitian mutu pendidik-an dasar menunjuk mutu atau kualitas kelu-arannya, dengan menyandarkan pada nilai ujian akhir, sebagai kriteria kualitasnya (Frymier, dkk., 1984; Hoy & Ferguson, 1985; Sergiovanni, 1987 dalam Bafadal, 2007). Sebagaimana juga diungkapkan oleh Subakir & Sapari (2001) bahwa mutu pen-didikan dasar dapat dilihat dari angka kelu-lusan. Dengan merujuk pada uraian terse-but, maka dapat diketahui bahwa angka ke-lulusan atau nilai ujian akhir keluaran suatu lembaga pendidikan menunjukkan mutu atau kualitas dari lembaga pendidikan terse-but.

Berdasarkan studi pendahuluan pa-da tiga sekolah pa-dasar di kota Malang yang dipilih sebagai situs penelitian, karena: (1) keberhasilannya melakukan perubahan dari sekolah yang sebelumnya tidak pernah di-perhitungkan karena mutunya rendah, sete-lah digunakan sebagai tempat ujicoba Rin-tisan Pendidikan Anak Seutuhnya (RPAS) yang memfokuskan pada proses pembel-ajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran DDCT menjadi sekolah yang bermutu tinggi; (2) keberhasilan sekolah

menerapkan MBS; (3) keberhasilan siswa yang ditunjukkan dengan angka kelulusan yang tinggi mencapai jumlah 100 % dalam empat tahun terakhir sejak tahun 2004/2005 sampai dengan 2007/2008.

Dengan memperhatikan fenomena di atas maka pada satu sisi perlu mengung-kap lebih lanjut bagaimana optimalisasi ki-nerja guru dalam proses pembelajaran pada ketiga sekolah dasar tersebut dilakukan, se-dangkan pada sisi yang lain pengungkapan ini sangat diperlukan karena bermanfaat ba-gi setiap sekolah yang inba-gin meningkatkan mutunya. Hal ini disebabkan adanya sinya-lemen bahwa masih banyak sekolah-seko-lah yang kurang bermutu. Oleh karena itu sebagaimana diuraikan di atas mendorong dilaksanakannya penelitian ini.

Berdasarkan hasil temuan tersebut maka penelitian difokuskan pada optimali-sasi kinerja guru dalam proses pembelajar-an pada sekolah dasar di kota Malpembelajar-ang. Se-lanjutnya, fokus ini dapat dijabarkan secara rinci menjadi dua bagian yaitu kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran disitus penelitian dan upaya kepala sekolah mengoptimalkan kinerja guru dalam melak-sanakan proses pembelajaran. Berdasarkan fokus penelitian tersebut maka tujuan pene-litian untuk mendeskripsikan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di situs penelitian dan upaya kepala sekolah mengoptimalkan kinerja guru dalam melak-sanakan proses pembelajaran di situs pene-litian.

Berdasarkan fokus penelitian, opti-malisasi kinerja guru dalam proses pem-belajaran dirinci menjadi dua yaitu kinerja guru dalam melaksanakan proses pembel-ajaran dan upaya kepala sekolah mengopti-malkan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Agar dapat terungkap secara keseluruhan diperlukan pengamatan yang mendalam dengan latar alamiah. Un-tuk itu, digunakan paradigma pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multisi-tus. Dengan menggabungkan metode

(4)

duksi analitik yang dimodifikasi dan meto-de komparatif konstan meto-dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Langkah awal dilakukan beberapa kali pengumpulan data pada latar pertama, dan hasilnya dianalisis sehingga tersusun temuan sementara. Selanjutnya, dilakukan beberapa kali pengumpulan data lagi pada latar kedua. Hasilnya dianalisis dan diban-dingkan dengan temuan sementara hasil pe-ngumpulan data sebelumnya (pertama), se-hingga tersusun temuan sementara namun lebih luas. Kemudian dilakukan beberapa kali pengumpulan data lagi pada latar keti-ga. Hasilnya dianalisis dan dibandingkan dengan temuan-temuan sementara hasil pengumpulan data sebelumnya sehingga di-gunakan untuk memperluas temuan semen-tara yang dihasilkan dari pengumpulan data pada latar pertama dan kedua. Dengan de-mikian diperoleh temuan akhir yang lebih luas. Pada akhirnya membuat kesimpulan.

Dalam penelitian ini peneliti bertin-dak sebagai instrumen kunci (

) yang berfungsi menetapkan fokus pe-nelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, meni-lai kualitas data, melakukan analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpul-an dari hasil temukesimpul-an di lapkesimpul-angkesimpul-an. Oleh kare-na itu, kehadiran peneliti di lapangan mut-lak diperlukan.

Sumber data dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu: in-forman penelitian, suasana yang diamati, dan dokumenter. Penetapan informan da-lam penelitian ini bukan didasarkan pada pemikiran bahwa para informan harus me-wakili populasinya, melainkan informan itu harus dapat memberikan informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian. Informasi yang dikemukakan informan sa-ngat terbatas artinya apapun yang dikatakan informan, betapapun banyak informasi, te-tap tidak akan mampu menggambarkan se-gala macam situasi. Oleh karena itu untuk mengatasi kekurangan tersebut di dalam pe-nelitian ini juga dilakukan pengamatan, se-hingga suasana yang diamati sebagai sum-ber data. Selanjutnya untuk memahami kon-key instru-ment

disi sekolah dan dalam kaitan upaya menja-wab masalah penelitian, peneliti melakukan studi dokumen, sehingga dokumen sebagai sumber data.

Teknik pengumpulan data menggu-nakan wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Dalam setiap wawancara mendalam tidak diguna-kan instrumen wawancara yang terstandar. Namun, sebelum dilakukan wawancara ter-lebih dahulu disusun garis-garis besar perta-nyaan yang akan ditanyakan kepada infor-man. Selanjutnya, sementara proses wa-wancara berlangsung, kadang-kadang dise-lipkan pertanyaan-pertanyaan pendalaman ( ) dengan tujuan untuk menggali le-bih dalam lagi tentang hal-hal yang diwa-wancarakan. Informan yang pertama-tama diwawancarai sebagai informan kunci (

) adalah setiap kepala sekolah pa-da sekolah pa-dasar yang ditetapkan sebagai situs penelitian ini. Penunjukkan informan-informan dalam penelitian ini

mengguna-kan teknik bola salju ( ).

Artinya, berdasarkan informasi dan reko-mendasi dari informan sebelumnya untuk menunjukkan orang lain yang dapat dijadi-kan informan berikutnya. Untuk mengatasi kekurangan teknik pengumpulan data de-ngan wawancara mendalam maka diguna-kan teknik observasi partisipan dengan langkah-langkah sebagai berikut, peneliti memasuki, mengamati dan sekaligus ber-partisipasi dalam latar atau suasana tertentu. Tujuannya untuk mengamati peristiwa-pe-ristiwa yang terjadi secara alamiah sehingga diperoleh informasi-informasi yang mendu-kung atau menolak informasi-informasi yang ditemukan melalui teknik wawancara. Dalam penelitian ini, observasi partisipan dilakukan secara terbuka, dalam pengertian diketahui oleh subjek yang terlibat didalam suasana yang sedang diobservasi namun ti-dak mengganggu aktivitas subjek peneliti-an. Teknik studi dokumentasi dalam peneli-tian ini digunakan untuk melengkapi data dari hasil wawancara mendalam dan obser-vasi partisipan.

Data yang terkumpul melalui berba-gai teknik tersebut selanjutnya diperiksa.

probing

key informan

(5)

Selesai diperiksa, data yang terkumpul di-analisis melalui di-analisis dalam situs dan analisis lintas situs.

Pengecekan kredibilitas data dila-kukan dengan menggunakan teknik tri-angulasi, pengecekan anggota (

), dan diskusi teman sejawat. Audit-abilitasnya dilakukan dengan meminta be-berapa orang auditor terutama pembimbing untuk mengauditnya.

Dalam penelitian ini selain dilaku-kan penelitian lintas situs juga dilakudilaku-kan analisis substantif teoretik untuk menemu-kan makna atau hakikat yang mendasari te-muan-temuan atau pernyataan-pernyataan yang ditemukan, dengan mengacu pada te-ori atau pendapat yang telah ada atau ber-kembang. Lebih lanjut, makna yang dite-mukan itu diformulasikan dalam bentuk tema. Dalam hal ini dikemukakan dua tema, yaitu: (1) kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan (2) upaya kepala sekolah mengoptimalkan kinerja guru da-lam melaksanakan proses pembelajaran.

Pertama, kinerja guru dalam melak-sanakan proses pembelajaran meliputi (a) Kegiatan penyusunan rencana pembelajar-an. Usaha penyusunan rencana pembel-ajaran dilakukan dengan cara memahami kurikulum, mengumpulkan informasi dan referensi, mengidentifikasi sumber belajar, dan mempersiapkan langkah-langkah kegi-atan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah-langkah kegiatan dengan segala kebutuhan pembel-ajaran yang akan dilaksanakan dalam jang-ka waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, dila-kukan pengkajian kurikulum sebagai acuan penyusunan rencana pembelajaran. Se-dangkan kurikulum yang berlaku sekarang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendi-dikan (KTSP). Penyusunan rencana pem-belajaran mengacu pada KTSP. Dalam upa-ya penyusunan rencana pembelajaran upa-yang dijadikan perhatian utama para guru seko-member check

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

peng-aturan tempat duduk secara berkelompok. Guru menghargai siswa sebagai orang yang berpotensi dan menumbuhkembangkan potensi siswa. Guru membantu semua siswa dengan sikap terbuka dan penuh kesabaran dengan menghargai pendapat siswa, meng-hargai karya siswa dengan menjadikan pajangan kelas, memberi kesempatan untuk berkembang kepada siswa yang memiliki kelebihan, memberi motivasi dan bantuan kepada siswa yang kurang, bersedia mende-ngar curahan hati siswa. Kegiatan yang dila-kukan dalam rangka mengakhiri pelaksa-naan pembelajaran adalah ulangan harian, Ulangan tengah semester (UTS), Ulangan Akhir Semester (UAS), dengan tujuan un-tuk mengetahui kemajuan hasil belajar sis-wa, memberikan umpan-balik untuk perba-ikan proses pembelajaran, dan menentukan program perbaikan pembelajaran (

) dan pengayaan; (c) Melaksana-kan proses pembelajaran dipengaruhi se-mangat kerja dan lingkungan sekolah. Para guru memiliki semangat kerja yang tinggi tampak dari kegairahan dan kesungguhan-nya dalam melaksanakan proses pembel-ajaran. Semangat kerja dalam melaksana-kan proses pembelajaran oleh para guru dipersepsikan kepala sekolah sebagai tang-gung jawab terhadap tugas dan kehadiran. Bentuk tanggung jawab guru terhadap pe-laksanaan tugas tampak pada penyelesaian tugas tepat waktu dan selalu berusaha untuk mencari informasi baru. Bentuk kedisiplin-an guru dalam melakskedisiplin-anakkedisiplin-an tugas tampak pada kehadirannya sebelum siswa datang dan pulang, tidak pernah absen kecuali karena sakit dan halangan lainnya. Ling-kungan sekolah di mana guru melaksanakan proses pembelajaran dipersepsikan sebagai kondisi fisik sekolah, kondisi sosio-emosi-onal. Kondisi fisik sekolah yang menye-nangkan tampak dari kondisi sekolah yang memadai, layak dipakai, bersih, dan tertata. Kondisi sosio-emosional yang menyenang-kan tampak dari terjalinnya hubungan yang harmonis dan kekeluargaan di antara sesa-ma, mengembangkan sikap saling meng-hargai, menghormati, sopan santun, dan tata krama dalam pergaulan.

remedial teaching

(7)

para guru untuk memanfaatkan waktu yang telah ditentukan secara efektif; membim-bing para guru dalam melaksanakan ke-giatan perbaikan pengajaran (

) dan pengayaan; dan menghadir-kan nara sumber; (c) Menciptamenghadir-kan iklim sekolah yang kondusif sebagai upaya kepa-la sekokepa-lah mengoptimalkan kinerja guru yang dipengaruhi oleh semangat kerja per-sonel dan lingkungan sekolah. Untuk men-ciptakan iklim sekolah yang kondusif, kepa-la sekokepa-lah mekepa-lakukannya dengan mencip-takan kondisi fisik dan kondisi sosio-emo-sional yang menyenangkan. Hal ini dimak-sudkan agar guru dalam melaksanakan pro-ses pembelajaran bersemangat. Untuk men-ciptakan kondisi fisik sekolah yang menye-nangkan kepala sekolah melakukannya de-ngan merenovasi dan perawatan gedung serta lingkungan yang bersih dan tertata. Untuk menciptakan kondisi sosio-emosi-onal yang menyenangkan, kepala sekolah melakukannya dengan bersikap demokratis dan terbuka, menjaga keakraban serta men-jaga hubung-an baik. Sikap demokratis ke-pala sekolah ditunjukkan dengan pemberian kesempatan kepada semua guru untuk me-ningkatkan profesinya dan menjadikan para guru sebagai pengurus dalam upaya pe-ngembangan sekolah. Sikap terbuka kepala sekolah ditunjukkan dengan kesediaan ke-pala sekolah untuk mendengar keluhan para guru dan membantu menemukan solusinya. Untuk menjaga keakraban, kepala sekolah melakukannya dengan mengembangkan sikap saling percaya dan saling mengun-jungi di antara sesama teman serta meng-adakan rekreasi bersama. Untuk menjaga hubungan yang baik diantara sesama teman, kepala sekolah melakukannya dengan menghargai prestasi sekecil apapun yang dicapai guru.

Berdasarkan hasil penelitian ten-tang kinerja guru dalam melaksanakan pro-ses pembelajaran di atas ada yang sama, juga ada yang berbeda dengan pendapat para ahli. Menurut Oliva (1992), keterka-itan antara kurikulum dan pembelajaran merupakan satu kesatuan, di mana kuriku-lum berbicara pada tataran konsep rancang-remedial teaching

an, desain; sedangkan pembelajaran berbi-cara pada tataran implementasi, proses, dan aplikasi. Hal ini berarti bahwa pembelajaran merupakan implementasi daripada kuriku-lum. Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan pembelajaran terlebih dahulu mengkaji ku-rikulum sebagai konsep rancangan, desain yang akan diimplementasikan dalam pem-belajaran. Temuan penelitian ini, para guru dalam melakukan penyusunan rencana pembelajaran mengacu pada KTSP. Penyu-sunan rencana pembelajaran, mengem-bangkan silabus dan RPP; sedangkan sila-bus dan rencana pelaksanaan pembelajaran tidak lain adalah kurikulum pada tataran ke-las yang disusun oleh guru. Selanjutnya, si-labus yang dikembangkan menjadi RPP di-implementasikan dalam pelaksanaan pem-belajaran. Dengan demikian, ada kesamaan pendapat Oliva (1992) dengan hasil peneli-tian ini.

Ada dua hal yang mempengaruhi ki-nerja, yakni faktor individu dan faktor ling-kungan individu tersebut. Seseorang bisa menunjukkan kinerja yang baik dan tetap mampu mempertahankannya melalui tiga proses, yakni: stimulus, respons, dan konse-kuensi. Proses ini terjadi baik pada faktor individu itu sendiri maupun pada faktor lingkungan individu tersebut. Namun te-muan penelitian ini, faktor yang mempe-ngaruhi kinerja guru tidak melalui ketiga proses tersebut. Akan tetapi langsung, yaitu faktor semangat kerja yang dipersepsikan dengan tanggung jawab guru terhadap tugas dan kehadiran, dan faktor lingkungan seko-lah yang dipersepsikan dengan kondisi fisik sekolah, kondisi sosio-emosional. Dengan demikian terdapat perbedaan dengan temu-an penelititemu-an ini.

(8)

pendi-dikan. Upaya-upaya tersebut meliputi pem-binaan, supervisi, dan iklim sekolah yang kondusif. Selanjutnya, pembinaan dan su-pervisi sebagai upaya yang dilakukan kepa-la sekokepa-lah secara kepa-langsung dimaksudkan untuk pencapaian tujuan-tujuan pembel-ajaran yang dilakukan guru dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran. Iklim kerja yang kondusif sebagai upaya kepala sekolah yang mendukung pencapaian tuju-an pembelajartuju-an ytuju-ang dilakuktuju-an guru da-lam rangka melaksanakan proses pembel-ajaran.

Di Indonesia, dalam hal ini Depdik-bud (1989/1990) mengatakan bahwa kegi-atan supervisi maupun pembinaan profe-sional merupakan nama kegiatan layanan yang digunakan secara bergantian dalam praktik pendidikan di sekolah-sekolah di In-donesia. Salah satu rasional yang dikemu-kakan tentang kegiatan supervisi pendidik-an bergpendidik-anti nama menjadi pembinapendidik-an profe-sional guru atau pembinaan guru adalah pe-nekanan supervisi dianggap lebih bercorak layanan profesional guru atau pembinaan guru. Pembinaan guru adalah rangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru, ter-utama wujud bantuan pelayanan profesi-onal, yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik, pengawas, dan pembina lainnya un-tuk meningkatkan proses dan hasil belajar-mengajar (Depdikbud, 1990/1991; Depdik-bud, 1994). Supervisi adalah layanan yang dilakukan terhadap guru dalam bentuk per-baikan dan peningkatan pengajaran guru, pembelajaran siswa, dan perbaikan kuri-kulum.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diinterpretasikan bahwa di Indonesia, da-lam hal ini Depdikbud masih menyamakan pembinaan guru dengan supervisi dan ma-sih belum menunjukkan dimensi bantuan layanan kepada guru dalam memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil belajar-mengajar. Apabila pembina langsung di se-kolah, dalam hal ini kepala sekolah kurang kompeten terhadap perannya maka me-mungkinkan upaya-upaya yang dilakukan dalam memberikan bantuan kepada guru terutama pelayanan profesional tidak tepat

sasaran, akhirnya mempengaruhi upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini se-suai dengan ungkapan Mantja (2005) bah-wa penyebab rendahnya mutu pendidikan, ditinjau dari faktor manajemen pendidikan, yaitu: (a) faktor instrumental sistem dikan, (b) faktor sistem manajemen pendi-dikan, termasuk di dalamnya pembinaan profesional guru, dan (c) faktor substansi manajemen pendidikan.

(9)

Berdasarkan temuan-temuan pene-litian dengan merujuk Peraturan Pemerin-tah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab II Pasal 2 ayat (1) tentang lingkup, fungsi dan tujuan, maka: (1) Guru dalam menyusun rencana pembelajaran berpedo-man pada kurikulum yang mencakup kom-petensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini berarti kinerja guru dalam menyusun rencana pembelajaran telah memenuhi stan-dar isi; (2) Dalam menyusun rencana pem-belajaran yang dilakukan oleh guru adalah mengembangkan silabus dan RPP. Dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai imple-mentasi rencana pembelajaran, guru mam-pu menciptakan suasana belajar yang me-nyenangkan, sehingga siswa termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran; (3) Jumlah lulusan dalam empat tahun terakhir, mulai tahun pelajaran 2004-2005 sampai dengan 2007-2008 men-capai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa lulusan telah dapat memenuhi standar kom-petensi lulusan; (4) Berdasarkan temuan data tentang guru, 82,4% telah memiliki ija-zah S1 dan 5,8% berijasah S2, sisanya ber-ijazah diploma II. Jadi, berdasarkan data te-naga kependidikan telah memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) Te-muan penelitian tentang fasilitas sekolah baik fisik (ruang belajar, ruang perpusta-kaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, laboratorium, musala) maupun fasilitas pe-nunjang pembelajaran (komputer, tata usa-ha, , laboratorium bahasa, alat-alat olahraga) dimiliki oleh seluruh sekolah dengan keadaan yang baik dan layak pakai sehingga sarana dan prasarana sekolah telah memenuhi standar yang ditentukan; (6) Hasil temuan penelitian menunjukkan bah-wa di tiga sekolah tempat penelitian telah dapat menjalin kerja sama dengan orangtua murid dan instansi lainnya yang terkait serta prestasi sekolah dalam mengikuti lomba gugus juara I tingkat nasional. Jadi, ketiga sekolah tempat penelitian telah memenuhi standar pengelolaan; (7) Ketiga sekolah tempat penelitian teah mampu mengem-bangkan standar pembiayaan. Hal ini

ter-VCD player

bukti dari kemampuan mengembangkan bi-aya motivasi seperti pengadaan sarana dan prasarana, mengirim guru mengikuti pela-tihan, biaya operasional misalnya memberi insentif pada guru ekstrakurikuler, guru ho-norer, tata usaha, pembantu penjaga seko-lah, membiayai pelajaran tambahan bagi siswa rawan tidak lulus dan pembayaran layanan jasa seperti listrik, air, telepon dan lain-lainnya; (8) Untuk mengetahui hasil belajar dilakukan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester. Untuk kelas VI melaksanakan UNAS. Hal ini menunjukkan bahwa sistem penilaian di sekolah penelitian telah memenuhi standar penilaian pendidikan.

(10)

maupun di gugus dengan memfungsikan pertemuan KKG; (c) kemampuan kepala kolah dalam melaksanakan supervisi se-hingga bisa melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembelajaran dengan kegiatan kunjungan kelas dan dis-kusi kelompok; dan (d) keberhasilan kepala sekolah menciptakan iklim sekolah yang kondusif dengan menciptakan kondisi fisik sekolah dan kondisi sosio emosional yang menyenangkan sehingga guru dalam me-laksanakan proses pembelajaran berse-mangat.

Berdasarkan keseluruhan temuan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. Per-tama, kinerja guru sekolah dasar dalam me-laksanakan proses pembelajaran diawali de-ngan penyusunan rencana pembelajaran dan diakhiri dengan pelaksanaan pembel-ajaran sebagai implementasi rencana pem-belajaran. Kedua, kesuksesan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran meru-pakan keberhasilan guru dalam mencipta-kan suasana pembelajaran yang menye-nangkan, sehingga semua siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Ketiga, kesuksesan guru dalam melaksana-kan proses pembelajaran berkat: (a) ke-mampuan dan semangat guru yang tinggi; (b) pembinaan yang diberikan kepala seko-lah secara rutin baik di sekoseko-lah dengan me-manfaatkan pertemuan sekolah maupun di gugus dengan memfungsikan pertemuan KKG; (c) kemampuan kepala sekolah da-lam melaksanakan supervisi sehingga dapat melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembelajaran dengan kegiatan kunjungan kelas dan diskusi kelompok; dan (d) keberhasilan kepala sekolah mencipta-kan iklim sekolah yang kondusif dengan menciptakan kondisi fisik sekolah dan kon-disi sosio-emosional yang menyenangkan sehingga guru dalam melaksanakan proses pembelajaran bersemangat.

Berdasarkan temuan-temuan di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut: Pertama, bagi pengembangan ilmu dan

KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

guru-guru yang ber-potensi untuk meneri-ma tanggungjawab yang lebih besar dan untuk memastikan bahwa potensinya dapat berkembang; (c) memberikan pembinaan dan motivasi kepada kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan dan keteram-pilannya memilih dan menentukan kegiatan dalam mengoptimalkan kinerja guru melak-sanakan proses pembelajaran; dan (d)

seca-ra periodik selalu mengidentifikasi kebu-tuhan pengembangan pendidikan di seko-lah-sekolah dalam wilayahnya. Kelima, ba-gi pemerhati pendidikan yang inba-gin me-ningkatkan mutu sekolah disarankan agar temuan penelitian ini dapat dijadikan con-toh. Terakhir, disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Pidato Pengukuhan Guru Besar

Teaching in the Modern Elementary School

Inovasi Pendidikan, dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tena-ga Kependidikan.

Pedoman Administrasi di Sekolah Dasar.

Pedoman Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar.

Manajemen Sekolah Dasar, Pegangan Utama Bagi Pendidik dan Pengajar (Kepala SD, Calon Guru SD, dan Pejabat Pengelola SD)

Personnel Adminis-tration in Education

Kum-pulan Karya Tulis Terpublikasi

Pidato Ilmiah

Manajemen Berbasis Sekolah

Supervision for Todays Schools (2nd ed)

SDM Berkualitas Mengubah Visi Menjadi Realitas

Bafadal, I. (2007). “Pendidikan Dasar, Kontribusi, Artikulasi, Regulasi, Aktualisasi,

Reorientasi, dan Akselerasi”, dalam dalam Bidang

Manajemen Pendidikan Dasar pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Negeri Malang.

Collier, C.C.; Houston, W.R.; Schmatz, R.R.; & Walsh, W.J. (1971). . New York: The Macmillan Company.

Danim, S. (2002).

Bandung: Pustaka Setia.

Depdikbud. (1989/1990). Jakarta: Proyek

Pem-binaan Sekolah Dasar, Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendi-dikan Dasar dan Menengah, Departemen PendiPendi-dikan dan Kebudayaan.

Depdikbud. (1990/1991). Jakarta :

Proyek Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Manengah, Departemen Pendidikan dan Kebu-dayaan.

Depdikbud. (1994).

. Jakarta: CV Inti Buku Utama.

Harris, B.M. Litleto, V.C. (JR), Mcntyre, K.E. & Long, D.F. (1979). . Boston: Allyn and Bacon Inc.

Mantja, W. (2005a). “Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran”, dalam . Malang: Penerbit Wineka Media.

Mataheru, F. (1988). “Membangun Motivasi Kerja Guru Menuju Produktivitas Sekolah Sebagai Organisasi: Suatu Pendekatan Pengembangan Sumber Daya Manusia”,

dalam Wisuda IKIP PGRI Malang: IKIP PGRI Malang.

Mulyasa, E. (2005). . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Oliva, P.F. (1992). . New York: Longman Inc.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Dirjen DIKTI.

Ruky, A.S. (2006). . Jakarta: PT

(12)

Steers, R.M. & Porter, L.W. (1983). . New York: Mc Graw Hill Book Company.

Stoops, E. & Johnson, R.E. (1967). . New York: Mc

Graw-Hill Book Company.

Subakir, S. & Sapari, Achmad. (2001). . Kerjasama

Pemerin-tah RI & UNICEF – UNESCO, SIC Cabang Jawa Timur. Motivation and Work Behavior

Elementary Schools Administration

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam lingkungan Perusahaan Jasa X Surabaya khususnya mengenai komitmen pada kualitas masih belum tercapai dengan optimal

Penelitian ini menggunakan kelas percobaan tanpa kelas pembanding yang sebelum perlakuan diberikan tes awal ( pretest ) untuk memperoleh data motivasi peserta

Masih ingatkan kamu dengan gerakan kuat dan lemah tangan pada gerakan tari yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.. Cobalah mempraktikkan gerakan tersebut sambil

b. Seleksi proposal untuk LPNK dan konsorsium riset untuk memastikan bahwa usulan sesuai prosedur pengusulan dan merupakan bagian dari road-map pencapaian flagship. Seleksi

[r]

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

Mengingat pelayanan SIM yang masih sangat dibutuhkan masyarakat/ Ditlantas Polda DIY yang bekerja sama dengan Satlantas Polres Bantul akan melaksanakan pelayanan

4m2/instruktur.. Perancangan SMK Pertanian & Perkebunan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan programatik. Metode deskriptif kualitatif yang dilakukan