• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERJIHAD DI JALAN ALLAH (II)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BERJIHAD DI JALAN ALLAH (II)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BERJIHAD DI JALAN ALLAH (II)

Ayat keempat, yaitu ayat 15 surat al-Hujurat (49), adalah ayat madaniyyah. (Al-Qasimiy, 1978, XV: 105).

Ayat tersebut masih ada hubungan (munasabah)nya dengan ayat sebelumnya; Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa orang-orang Arab Badwi berkata kepada Rasulullah: Kami telah beriman, kemudian Rasulullah saw bersabda: Kamu belum beriman, maka

katakanlah: Kami telah tunduk (masuk Islam), sebab iman ini belum masuk ke dalam hatimu. Dari sini dapat diambil pengertian bahwa iman tidaklah cukup hanya diucapkan saja, melainkan iman itu harus diyakini dalam hati, dibuktikan dengan amal salih, dan menjauhkan diri dari segala macam larangan Allah SWT. Sebab setiap haq (kebenaran) harus ada hakikatnya, dan setiap pengakuan harus ada buktinya. Kemudian pada ayat ini (15), Allah menjelaskan bahwa orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tanpa keraguan dalam dirinya sedikit pun tentang

wahdaniyyah (ke Esaan)Nya dan nubuwwah (kenabian) Nabi-Nya, dan selalu taat terhadap perintah Allah, dan taat kepada perintah Rasul-Nya, dan mengerjakan segala kewajiban yang ditetapkan Allah SWT tanpa keraguan sedikitpun, serta berjihad di jalan Allah, baik dengan menyerahkan sebagian hartanya atau jiwanya maupun tenaganya untuk membela agama Allah dan kaum Muslimin dan menghancurkan musuh-musuh Allah, sebab menyerahkan harta, tenaga dan jiwa di jalan Allah, merupakan bukti nyata bagi keimanan dan keyakinan seseorang.

Maka apabila seseorang menyatakan beriman, tetapi tidak dibuktikan dengan amal salih dan berjihad di jalan Allah adalah belum beriman dengan sebenar-benarnya.

Setelah Rasulullah saw berhasil membangun suatu negara yang kokoh dan teratur di Madinah, dan telah memiliki pasukan pembela negara yang kuat, barulah memerintahkan berjihad dengan senjata, sebagaimana diungkapkan pada surat al-Taubah (9): 41, yang diturunkan sesudah hijrah Nabi saw ke Madinah. Menurut Rasyid Rida surat at-Taubah seluruhnya diturunkan sesudah perang Tabuk. (Rasyid Rida, X: 459).

Adapun hubungan ayat ini dengan ayat sebelumnya, ialah bahwa pada ayat sebelumnya, Allah menegur kaum mukminin yang tidak mau berangkat berjihad, padahal Rasulullah telah memerintahkan kepada mereka untuk berangkat semua berperang membela agama Allah, menurut kemampuannya. Kemudian pada ayat ini (at-Taubah (9): 41), Allah memerintahkan kepada seluruh kaum mukminin untuk berangkat berperang dengan harta dan jiwanya, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, sebab ancaman dari kaum kafir, baik dari ahli Kitab maupun orang-orang musyrikin semakin kuat. Dimaksudkan dengan khifaafan wa siqaalan ialah: baik sehat ataupun sakit, baik gemuk maupun kurus, baik muda ataupun tua, baik lincah ataupun pemalas, baik kaya ataupun miskin, semuanya wajib berangkat, kecuali mereka yang sangat lemah karena tua atau sakit berat, sebagaimana diungkapkan pada firman-Nya:

Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit dan orang-orang-orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikit pun untuk menyalahkan orang-oran yang berbuat baik. Dan Allah Maha

(2)

Sekalipun pada ayat tersebut dikecualikan orang yang sangat tua, namun sebagian di antara para sahabat, tetap ikut berperang sekalipun sudah sangat tua, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hayyan sebagai berikut:

Kami berangkat bersama Safwan bin ‘Amr, seorang gubernur Daerah Himsa, ketika itu saya melihat seorang tua yang bulu alisnya telah menutup matanya, berasal dari

Damaskus, dia naik kendaraan ikut berperang, kemudian aku mendekatinya dan berkata: Hai paman sebenarnya Allah mengizinkan kamu untuk tidak ikut berperang. Lalu

berkatalah orang tua itu sambil mengangkat kedua alisnya: Hai anakku, Allah telah mewajibkan berangkat berjihad baik yang muda ataupun yang tua, ketahuilah bahwa orang yang dicintai Allah akan mendapat ujian. Allah akan menguji siapa saja yang bersyukur, sabar dan selalu ingat kepada-Nya, dan tidak menyembah selain Allah SWT.

(Al-Qasimiy, 1978, X: 220).

Pada masa permulaan Islam orang-orang mukmin memang sangat gigih dalam membela agama Allah. Maka mereka dengan ikhlas berjihad sesuai dengan kemampuannya, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan; dengan harta dan dirinya, atau hartanya saja atau dirinya saja.

Berjihad di jalan Allah, dalam al-Qur’an tidaklah selalu diungkapkan dengan kata al-jihad, melainkan juga diungkapkan dengan kata lain yang artinya sama yaitu al-qital

(perang), sebagaimana disebutkan pada ayat keenam, yaitu ayat 190-192 surat al- Baqarah. Dalam al-Qur’an, kata al-qital yang berarti perang, diulang sebanyak 80 kali, yang tersebar di beberapa surat/ayat.

Peperangan karena adanya pertentangan antara haq dan batil, satu kelompok mempertahankan kebatilan dan kelompok lainnya memberantasnya.

Sebenarnya pertentangan antara haq dan batil telah ada sejak awal kehidupan manusia, belum pernah reda dan tidak akan berhenti, bahkan tidak akan lenyap sebelum langit, bumi dan penghuninya kembali kepada Allah SWT. Maka permusuhan dan peperangan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak akan berhenti.

Telah menjadi fitrah bahwa setiap umat di bumi ini, mencita-citakan hidup bahagia, tenteram, mulia dan terhormat. Maka setiap umat berusaha memperkuat diri untuk menangkal segala serangan musuh dan meraih kemenangan.

Islam adalah dinullah (agama Allah) yang mengajak manusia kepada hidayah-Nya, bernaung di bawah bendera-Nya agar dapat menikmati kehidupan yang tenteram,

sejahtera, aman dan bahagia. Umat Islam adalah umat yang terpilih dan diberi tugas suci untuk menegakkan din Allah (agama Allah) dan memancarkan cahaya hidayah-Nya ke seluruh umat di muka bumi ini. Maka apabila ada yang menghalangi da’wah Islamiyyah, harus disingkirkan dan dibersihkan supaya hidayah Allah dapat menembus jiwa umat dan supaya kebenaran dapat ditegakkan, sehingga umat dapat memperoleh keamanan dan kebebasan dalam melaksanakan perintah Allah

(3)

sahabat khawatir akan terjadinya pengkhianatan kaum musyrikin terhadap perdamaian yang telah disepakati bersama, dengan menghadang kemballi dan menerangi Nabi saw dan para sahabat, sedang Nabi dan para sabahat tidak mau memerangi mereka di al-masjid al-haram dan pada bulan al-Haran, kemudian turunlah ayat tersebut. (As-Siyutiy, 1954: 28).

Dalam al-Qur’an, setiap disebutkan lafal al-qital atau al-jihad, sebagian besar diiringi dengan lafal fi sabilillah. Ini memberikan pengertian bahwa tujuan perang menurut Islam, bukanlah kekuasaan atau penjarahan harta, atau untuk menunjukkan keperkasaan dan kesombongan, melainkan untuk menegakkan keadilan, kesucian dan menjunjung tinggi kalimatullah.

As-Sabuniy dalam tafsrinya mengatakan bahwa para ulama telah sepakat bahwa pada masa sebelum hijrah, umat Islam belum diperintahkan untuk berperang, bahkan mereka diperintahkan untuk bersabar, atau memaafkan, bahkan memberikan balasan yang lebih baik, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

Maka maafkanlah mereka dan bebaskanlah mereka. (al-Maidah (5): 13).

Balaslah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. (Al-Mu’minun (23): 96).

Katakanlah kepada orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan hari-hari Allah karena Dia akan membalas suatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Jasiyah (45): 14).

Dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). (Ali ‘Imran (3): 20).

Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Al-Furqan (25): 63).

Dari ayat-ayat tersebut jelaslah bahwa pada masa sebelum hijrah, umat Islam belum diperintahkan berperang. (As-Sabuniy, 1972, I: 228).

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa ‘Abdur-Rahman bin ‘Auf dan sahabat-sahabatnya menghadap Rasulullah dan berkata: Hai Rasulallah, dahulu kami ketika masih bersama orang-orang musyrik selalu dihormati dan dimuliakan, tetapi setelah kami beriman, menjadi terhina. Maka bersabdalah Rasulullah swa: Saya diperintahkan untuk memberi maaf, maka janganlah kamu membangkitkan kebencian dan peperangan. Kemudian setelah hijrah ke Madinah, barulah beliau mendapat perintah untuk berperang. (Ibnu Jarir at-Tabariy. t.t. Tafsir at-Tabariy, VIII: 549).

Adapun hikmah larangan mengadakan peperangan pada masa sebelum hijrah antara lain ialah:

1. Jumlah kaum muslimin pada masa itu masih sangat sedikit, sehingga tidak mampu mengadakan perlawanan terhadap orang-orang musyrik yang jumlahnya amat besar. Jika terjadi pertempuran sengit antara orang-orang Islam dan orang-orang kafir pada waktu itu, kemungkinan besar kaum muslimin akan menjadi berantakan. Allah menghendaki agar kaum muslimin menjadi besar dan kuat, sehingga mampu

(4)

kaum muslimin diizinkan Allah SWT mengadakan perlawanan terhadap ancaman kaum musyrikin.

2. Untuk membina kaum muslimin agar memiliki kesabaran dalam memikul segala macam cobaan, sebab sebagian besar bangsa Arab tidak memiliki kesabaran. 3. Sebagian besar kaum muslimin ketika berada di daerah Makkah, hidup bersama

famili, yang masih memusuhi Islam. Maka untuk menghindari pertumpahan darah di satu rumah, kaum muslimin tidak diizinkan mengadakan perlawanan.

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada nyala api menjelang akhir, tinggi nyala api juga juga berbeda dengan nyala api pertengahan yang semula E0 yang paling tinggi berubah menjadi E20

Hughes states that speaking is fundamentally an interactive task; speaking happens under real time in processing constraints and is more fundamentally linked to the individual

Pengaruh kultivar dan ukuran umbi bibit bawang bombay introduksi terhadap pertumbuhan, pembungaan dan introduksi benih.. Massachusetts: Sinauer

[r]

Salah satu bukti bahwa perairan merupakan faktor produksi dapat dilihat dari tinggi rendahnya balas jasa baik yang berupa sewa atau bagi hasil yang sesuai dengan permintaan

Zat hara merupakan salah satu komponen penting dalam ekosistem perairan yang memiliki manfaat bagi organisme untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Penelitian ini bertujuan

Pajak merupakan sumber keuangan terbesar karena dipungut dari warga negara yang terdaftar sebagai wajib pajak serta semua warga negara yang merupakan wajib pajak

" performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing,