PERLINDUNGAN
KONSUMEN
BY
TEORI-TEORI HUBUNGAN
PELAKU USAHA DENGAN
KONSUMEN
Caveat Emptor
Pelaku usaha dan konsumen adalah dua
pihak yang sangat seimbang sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi pihak
konsumen ( let the buyer beware /pembeli harus berhati-hati)
The Privity of Contract
The Due Care Theory
Pelaku usaha harus berhati-hati
dalam memasarkan produk,
baik barang maupun jasa
( beban pembuktian berada
pada pihak pelaku usaha )
Prinsip kontrak bukan
merupakan syarat
KONSEP UMUM PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Pelaku
usaha
sangat
membutuhkan
dan
bergantung pada dukungan
konsumen
sebagai
pelanggan
Konsumen
sangat
tergantung
dari
hasil
produksi pelaku usaha
Dalam
berhubungan,
Pelaku usaha menyerahkan barang/ jasa
kepada konsumen, dan konsumen membayar harga. Konsumen
menanggung atas resikonya sendiri
setelah kewajiban pokok masing-masing pihak telah terpenuhi secara timbal
balik.
Konsumen tidak mendapat perlindungan
Konsumen
yang
bukan
konsumen akhir ( pelaku
usaha lanjutan ) dapat
melindungi
hak-haknya
dengan membuat kontrak
Konsumen
akhir
tidak
Hak Konsumen : Hak atas informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang / jasa ( ps 4, butir c UU No. 8 Thn 1999 tentang Perlindungan Konsumen )
Barang : Setiap benda baik berwujud maupun
tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bregerak, dapat dihabiskan maupun tidak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen.
Jasa : setiap layanan yang berbentuk pekerjaan
PRINSIP-PRINSIP UMUM
PERLINDUNGAN KONSUMEN
( PS 2 UU NO. 8 / 1999 )
1.
Prinsip manfaat
2.Prinsip keadilan
(memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban secara adil)
3. Keseimbangan
4
.
Keamanan
dan
keselamatan
konsumen
Adanya jaminan keamanan dan
keselamatan
konsumen
dalam
menggunakan,
memakai
dan
memanfaatkan barang / jasa dari
pelaku usaha
5. Kepastian hukum
Agar
diperoleh
keadilan
dalam
penyelenggaraan
perlindungan
PRINSIP-PRINSIP
TANGGUNG JAWAB
PELAKU USAHA
1. Tanggung jawab berdasarkan unsur
kesalahan
Pelaku usaha baru dapat diminta pertanggungjawaban jiak ada unsur kesalahan yang dilakukannya
Permasalahan prinsip ini :
Sulit bagi hakim utk menentukan
batasan sampai dimana kesalahan yang dibuat oleh pelaku usaha tersebut
merugikan konsumen
Adanya ketidaktegasan terhadap
pengertian subjek pelaku usaha
( siapakah subjek pelaku usaha, pegawai atau majikan?)
2. Prinsip Praduga untuk selalu
Pelaku usaha dianggap
bertanggung jawab
sampai ia dapat
membuktikan ia tidak
bersalah
Pasal 22 UUPK
menegaskan bahwa
3. Prinsip praduga untuk tidak selalu
bertanggung jawab
kerugian yang dialami konsumen tidak
selalu disebabkan oleh pelaku usaha,
4. Prinsip Tanggung jawab mutlak (
strict
liability
)
Pelaku usaha dapat dihukum atas
dasar adanya prilakunya yang
5. Prinsip tanggung jawab dengan
pembatasan
Pelaku usaha membuat klausula
baku untuk membatasi /
mengalihkan tanggung jawabnya.
Ps 18 UUPK, tidak membolehkan
pelaku usah untuk membuat
klausula baku dalam hal
BENTUK-BENTUK
TANGGUNG JAWAB
PELAKU USAHA
1.
Contractual liability
Tanggung jawab dari pelaku usaha
berdasarkan kontrak, atas kerugian
konsumen
2. Product liability
Tanggung jawab pelaku usaha atas
kerugian konsumen akibat
3. Professional liability
Tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada pertanggungjawaban
proffesionalnya. ( strict liability dan contracttual liability )
4. Criminal libaility
Tanggung jawab pelaku usaha didasarkan pada pertanggung jawaban pidana.
KLAUSULA BAKU
Setiap aturan atau ketentuan dan
syarat-syarat yang telah dipesiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
dituangkan dalam suatu dokumen atau perjanjian yang mengikat dan wajib
dipenuhi oleh konsumen.
Pembuatan klausula baku dibolehkan
PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA
PERDAGANGAN JASA
TELEKOMUNIKASI
Penyelenggara telekomunikasi tidak dilarang menggunakan klausula baku dengan persyaratan tidak melanggar ketentuan pasal 18 UUPK
Dalam hal pemutusan hub telekomunikasi, penyelenggara telekomunikasi diwajibkan memberikan kompensasi kepada
pelanggan. Klausula kompensasi ini