• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID Oreochromis sp DENGAN PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER KARTIKA ERAWATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID Oreochromis sp DENGAN PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER KARTIKA ERAWATI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID

Oreochromis

sp DENGAN

PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER

KARTIKA ERAWATI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

PERIKANAN BUDIDAYA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID Oreochromis sp. DENGAN PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2012

KARTIKA ERAWATI C14070038

(3)

ABSTRAK

KARTIKA ERAWATI. Pendederan Ikan Nila Hibrid Oreochromis sp. dengan Padat Penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter. Dibimbing oleh IIS DIATIN dan DADANG SHAFRUDDIN

Ikan nila hibrid merupakan hasil persilangan antara induk jantan dari ikan nila gesit, dengan induk betina dari nila nirwana. Hampir semua benih dari ikan nila hibrid ini berkelamin jantan, memiliki pertumbuhan lebih baik, lebih toleran terhadap lingkungan yang buruk, sehingga memungkinkan ikan ini dipelihara dengan kepadatan yang lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan menentukan padat penebaran benih yang menghasilkan produktivitas optimum. Benih yang digunakan berukuran 4,47±0,29 cm dan bobot rata-rata 1,51±0,28 g, dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter. Pakan yang diberikan berupa pelet komersil sebanyak dua kali sehari. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan membersihkan hapa sebanyak satu minggu sekali dan pengaliran air. Data yang dikumpulkan selama penelitian dan diolah adalah pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot harian, kelangsungan hidup, koefisien keragaman panjang, efisiensi pakan, kualitas air dan efisiensi ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan padat penebaran optimal secara teknis maupun ekonomis adalah perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter, dengan laju pertumbuhan bobot harian 5,53±0,06%, pertumbuhan panjang mutlak 3,02±0,06%, koefisien keragaman panjang 5,74±0,24%, efisiensi pakan 79,40±3,86%, derajat kelangsungan hidup 71,60±2,24% (p<0.05). Kisaran nilai kualitas air selama penelitian sebagian besar masih dalam rentang kisaran optimal. Keuntungan Rp 173.578.314, R/C rasio 1,95, BEP harga Rp 29.476.469,16, BEP ekor 62.733,07 ekor, PP 0,03 tahun, dan biaya produksi per ekor Rp 128.

(4)

ABSTRACT

KARTIKA ERAWATI. Tilapia (Oreochromis sp.) hybrid nursery with density 2, 4 and 6 fish/litre. Supervised by IIS DIATIN and DADANG SHAFRUDDIN

Hybrid tilapia is derived from crosses between gesit tilapia (male) and nirwana tilapia (female). Nearly all the fry of this hybrid tilapia are males, that have higher growth than the local tilapia, more tolerant of a bad enviromental condition, so this fishes allowing to maintained with a higher density.This aims of the research was to determine optimum density that result is high productivity. Seed that used it’s about 4.47±0.29 cm and weighted about 1.51±0.28 g/fish, with density 2, 4 and 6 fish/litre. Feed that used for the fish were commercial pellets about twice a day. Water quality management carried out on the research cleaning the hapa once a week and water drainage. The data that collected and processed were the length and weight growth, survival rate, length variability coefficient, feed efficiency, water quality and economic efficiency. The result of this research showed that optimum stocking density in technically and economically is treatment with stocking density 6 tail/litre. With daily growth weight 5.53±0.06%, absolute growth rate 3.02±0.06%, coefficient of variance 5.74±0.24%, feed efficiency 79.40±3.86%, survival rate 71.60±2.24% (p<0.05). Water quality during research majority in optimum range. Revenue IDR 173,578,314, R/C ratio 1.95, BEP price IDR 29,476,469.16, BEP fish 62,733.07 fish, PP 0.03 year and cost per fish IDR 128.

(5)

PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID

Oreochromis

sp DENGAN

PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER

KARTIKA ERAWATI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

PERIKANAN BUDIDAYA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul : Pendederan Ikan Nila hibrid Oreochromis sp. dengan Padat Penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter

Nama Mahasiwa : Kartika Erawati Nomor Pokok : C14070038 Departemen : Budidaya Perairan

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Iis Diatin MM Ir. Dadang Shafruddin, M.Si. NIP. 196309081990022001 NIP. 19551015 198003 1 004

Diketahui,

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Odang Carman, M.Sc NIP. 19591222198601 1 001

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya, maka skripsi yang berjudul ” Pendederan Nila Hibrid Oreochromis sp. dengan Padat Penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : Ibu Iis Diatin MM selaku Pembimbing I dan Bapak Ir. Dadang Shafruddin, M.Si, selaku Pembimbing II, serta Dr. Odang Carman M,Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan motivasi, dan mendidik selama penulis menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Orang tuaku tercinta Jajat Sukarjat dan Rosi Lineti, kedua saudaraku Angga Septian dan Muhammad Rifqi Ilham atas semua kasih sayang, do’a, semangat dan dukungan baik moril maupun materi yang diberikan kepada penulis. Rosa Rumiati, Roni Gunawan, Robi Gumilang, Nuroni Kandiana, Pak Ateng, Mang Ence, Bi Lilis, dan Ibu Nunung atas bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis. Mang Wahyu, Mang Adja, Pak Marijanta, Mba Yuli, Mas Asep, Mas Dama dan Kang Abe atas bantuan yang diberikan. Sistekers 44 dan BDP 44 khususnya Astri Handayani, Yunika Ayu Lestari, Novi Ariyanti, Retno Cahya Mukti, Feri Kurniawati, Yesy Sartika, Nurfadhilah, Muntamah, Rahma Vida A, M. Dimas Fandi K, Arie Kurnianto, Aulia Nugroho dan Bachtiar Umar. Mirna Febriyani, Wiwik Hildayanti, Mba Mery, Meliyana Rosmadewi, Linda Sugiarti, Tatied, Midel Lita, Supriyadi, M. Fadhil dan Fahmi Fahrizal yang selalu menemani, memberikan bantuan dan semangat kepada penulis

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan

ini. Amin. Bogor, Februari 2012

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang tanggal 1 Oktober 1989 dari ayah Jajat Sukarjat dan ibu Rosi Lineti. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SMAN 2 Cimalaka dan lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor dan memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah magang di PT. Suri Tani Pemuka Unit Carita, Pandeglang, Banten. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Pendederan Ikan Nila Hibrid Oreochromis sp.Dengan Padat Penebaran 2, 4 dan 6 Ekor/Liter”.

(9)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

II. BAHAN DAN METODE ... 3

2.1 Waktu dan Tempat ... 3

2.2 Alat dan Bahan ... 3

2.2.1 Wadah ... 3 2.2.2 Ikan Uji ... 3 2.2.3 Pakan... 4 2.3 Metode Penelitian... 4 2.3.1 Rancangan Percobaan ... 4 2.3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 5 2.3.2.1 Persiapan Wadah ... 5 2.3.2.2 Penebaran Benih ... 5 2.3.2.3 Pemberian Pakan ... 6

2.3.2.4 Pengelolaan Kualitas Air ... 6

2.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 6

2.4.1 Sampling ... 6

2.4.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ... 7

2.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 7

2.4.4 Koefisien Keragaman Panjang ... 7

2.4.5 Derajat Kelangsungan Hidup ... 8

2.4.6 Efisiensi Pakan ... 8

2.4.7 Efisiensi Ekonomi ... 8

2.4.8 Analisis Data ... 9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

3.1 Hasil ... 10

3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ... 10

3.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 11

3.1.3 Koefisien Keragaman Panjang ... 12

3.1.4 Derajat Kelangsungan Hidup ... 13

3.1.5 Efisiensi Pakan ... 14

3.1.6 Kualitas Air ... 15

3.1.7 Efisiensi Ekonomi ... 15

3.2 Pembahasan ... 17

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

4.1 Kesimpulan ... 23

(10)

ii DAFTAR PUSTAKA ... 24 LAMPIRAN ... 26

(11)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Bobot rata-rata (g) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang

dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 10 2. Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata (cm) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 11 3. Koefisien keragaman panjang mutlak rata-rata (%) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 12 4. Kelangsungan hidup rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp.

yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 13 5. Efisiensi pakan rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 14 6. Nilai parameter kualitas air pemeliharaan benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. selama 28 hari. ... 15 7. Analisis usaha pendederan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp.

(12)

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Hapa tempat pemeliharaan ikan nila hibrid Oreochromis sp. ... 3 2. Ikan nila hibrid Oreochromis sp. ... 4 3. Histogram laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 10 4. Histogram pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 11 5. Histogram koefisien keragaman panjang (%) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 12 6. Histogram derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. ... 13 7. Histogram efisiensi pakan (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp.

yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari ... 14

(13)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tata letak wadah pemeliharaan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp.

yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter ... 27 2. Cara perhitungan dalam menentukan volume air dalam hapa pada

pendederan ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter. ... 28 3. Analisis statistik parameter laju pertumbuhan bobot harian

(%/hari) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari ... 29 4. Analisis statistik parameter pertumbuhan panjang mutlak (cm)

benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat

penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari ... 30 5. Analisis statistik parameter koefisien keragaman panjang (%)

benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat

penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari ... 31 6. Analisis statistik parameter derajat kelangsungan hidup (%)

benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat

penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari ... 32 7. Analisis statistik parameter efisiensi pakan (%) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6

ekor/liter selama 28 hari ... 33 8. Cara penentuan kapasitas jumlah hapa dalam 1 kolam pendederan

nila hibrid Oreochromis sp. ... 34 9. Penjadwalan budidaya nila hibrid Oreochromis sp. selama 8 siklus

dalam 1 tahun. ... 35 10. Komponen biaya investasi usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter per tahun. ... 36 11. Komponen biaya pakan usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter per tahun. ... 36 12. Komponen biaya benih usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter per tahun. ... 37

(14)

vi 13. Komponen biaya tetap usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter per tahun. ... 37 14. Komponen biaya variabel usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2 ekor/liter per tahun. ... 38 15. Komponen biaya variabel usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 4 ekor/liter per tahun. ... 38 16. Komponen biaya variabel usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 6 ekor/liter per tahun. ... 39 17. Komponen penerimaan usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter per tahun. ... 39 18. Cara perhitungan analisa usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6

ekor/liter. ... 40 19. Data sampling kualitas air usaha pendederan benih nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6

(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila hibrid merupakan salah satu strain dari ikan nila hitam yang merupakan hasil persilangan antara induk jantan dari ikan nila gesit, dengan induk betina dari nila nirwana. Hampir semua benih ikan nila hibrid berkelamin jantan, karena menurut hasil penelitian bersama Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, Institut Pertanian Bogor, Departemen Kelautan dan Perikanan serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, jika ikan nila gesit dikawinkan dengan betina dari strain apapun mampu memproduksi benih hibrid dengan persentase jantan mencapai 98% (BPPT 2009). Secara biologis, pertumbuhan nila jantan lebih cepat dibandingkan dengan nila betina (sexual dimorphism) (Aryanto 2010). Dengan demikian, untuk meningkatkan efisiensi usaha budidaya produksi ikan nila dapat diarahkan pada nila berkelamin jantan (monosex male) yang dapat tumbuh lebih cepat. Menurut Wahyu (2010), ikan nila gesit selain memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari nila yang ada sebelumnya juga memiliki sifat yang lebih toleran terhadap lingkungan yang buruk.

Padat penebaran ikan merupakan jumlah ikan yang ditebar dalam wadah budidaya per satuan luas atau volume. Menurut Yuliati et al. (2003) padat tebar optimal untuk ikan nila gift di dalam jaring untuk benih dengan ukuran 5-6 cm adalah 100 ekor/m2 atau 0,1 ekor/liter. Ikan nila gift ini mampu mencapai bobot 8,68 g dalam waktu empat minggu. Hasil penelitian Adriani (1988) menunjukkan ikan nila merah dengan ukuran 4-5 cm yang dipelihara dengan kepadatan 1,3 ekor/liter dalam waktu 28 hari dapat mencapai bobot 4-5 g. Padat penebaran yang dipakai pada penelitian sebelumnya masih jauh dibawah Standar Nasional Indonesia. Menurut Standar Nasional Indonesia No 6141:2009 tentang produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar, dinyatakan bahwa padat tebar ikan nila pada saat ukuran 3-5 cm atau pada pendederan ke-2 di dalam hapa adalah 1.500 ekor/m2 atau 2 ekor/liter.

Adanya beberapa sifat unggul pada keturunan ikan nila gesit ini, memungkinkan ikan ini dipelihara dengan kepadatan yang lebih tinggi daripada

(16)

2 ketentuan Standar Nasional Indonesia dengan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan ikan nila gift yang diteliti oleh Yuliati et al. (2003) dan ikan nila merah yang diteliti oleh Adriani (1988). Sebagai upaya mendapatkan produktivitas yang optimal maka perlu diketahui hubungan kepadatan dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila hibrid.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendederan benih ikan nila hibrid (Oreochromis sp.) yang dipelihara di dalam hapa dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter terhadap pertumbuhan dan efisiensi ekonominya.

(17)

3

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Kolam Budidaya Ikan Ciburial, Sumedang selama kurang lebih dua bulan, yaitu sejak April - Juni 2011.

2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Wadah

Luas kolam yang digunakan untuk penelitian ini berukuran 21 m x 14 m. Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan nila hibrid adalah sembilan buah hapa yang terbuat dari jaring berbahan PE yang berukuran 1,2 m x 0,6 m x 0,6 m dengan ketinggian air 0,4 m. Wadah tersebut dilengkapi penutup untuk menghindari ikan melompat keluar yang disusun secara acak (Steel and Torrie 1993, Lampiran 1). Volume air setiap wadah adalah 288 liter (Lampiran 2).

Gambar 1. Hapa tempat pemeliharaan ikan nila hibrid Oreochromis sp.

2.2.2 Ikan Uji

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. dengan panjang rata-rata 4,47±0,29 cm dan bobot rata-rata 1,51±0,28 gram. Benih ikan berasal dari BBPBAT (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar) Sukabumi dan pembudidaya nila hibrid di Tanjungkerta,

(18)

4 Sumedang. Sebelum percobaan ikan diaklimatisasikan terlebih dahulu dengan lingkungan dan pakan selama 2 minggu.

Gambar 2. Ikan nila hibrid Oreochromis sp. 2.2.3 Pakan

Pakan yang digunakan berupa pelet komersil dengan ukuran diameter 2 mm dan kadar protein 25% (hasil uji proksimat yang tertera dalam kemasan pakan yaitu protein min 25%, lemak min 3%, serat 5-8%, kadar air max 12%).

2.3 Metode Penelitian 2.3.1 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Perlakuan terdiri dari :

A = Perlakuan dengan padat tebar 2 ekor/L. B = Perlakuan dengan padat tebar 4 ekor/L. C = Perlakuan dengan padat tebar 6 ekor/L.

Untuk mengetahui apakah perlakuan berpengaruh atau tidak terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang, koefisien keragaman, dan efisiensi pakan, dapat dinyatakan dalam model uji (Hanafiah 1991) :

H0 : σx = 0

Padat tebar tidak memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang, koefisien keragaman, dan efisiensi pakan.

(19)

5 H1 : σx ≠ 0

Padat tebar memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang, koefisien keragaman, dan efisiensi pakan,

Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti rumus Steel dan Torrie (1993) yaitu :

Yij = μ + σi + εij

Keterangan :

Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah dari pengamatan

σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j 2.3.2 Pelaksanaan Penelitian

2.3.2.1 Persiapan Wadah

Tahap persiapan wadah meliputi pengeringan kolam, pengapuran, pemupukan, pengisian air, pencucian hapa, pengeringan hapa dan pemasangan hapa dalam kolam. Sumber air berasal dari mata air yang jaraknya kira-kira 100 m dari kolam pemeliharaan. Sebelum diisi oleh ikan hapa direndam terlebih dahulu di kolam selama 1 minggu.

2.3.2.2 Penebaran Benih

Pada saat benih akan ditebar ke kolam untuk aklimatisasi terhadap lingkungan dan pakan, benih direndam terlebih dahulu dalam larutan PK sebanyak 1 gram/100 liter air selama ± 5 menit. Benih ini berukuran 3-4 cm. Diaklimatisasi dengan lingkungan dan pakan selama satu minggu. Setelah proses aklimatisasi selesai benih ditebar dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter. Sesuai dengan rancangan percobaan, jumlah benih yang ditebar pada saat pemeliharaan adalah 576 ekor/hapa untuk perlakuan 2 ekor/liter, 1.152 ekor/hapa untuk perlakuan 4 ekor/liter, dan sebanyak 1.728 ekor/hapa untuk perlakuan 6 ekor/liter lalu dipelihara selama 28 hari.

(20)

6 2.3.2.3 Pemberian Pakan

Selama masa pemeliharaan, benih diberi pakan berupa pelet apung berdiamter 2 mm, dengan tingkat pemberian pakan (feeding rate) per hari 5% dari bobot biomassa ikan (BSN 2009). Frekuensi pemberian pakan dua kali sehari pada pukul 09.00 dan 15.00 WIB. Penyesuaian pemberian pakan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan menimbang bobot biomasa ikan uji. Pakan diberikan dengan cara direndam terlebih dahulu dengan air.

2.3.2.4 Pengelolaan Kualitas Air

Setiap minggu dilakukan pembersihan kotoran pada hapa, inlet dan outlet. Untuk mengetahui parameter kualitas air dilakukan pengukuran parameter kualitas air . Suhu air diamati setiap hari pada pukul 07.00, 12.00, dan 15.00 WIB. 2.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah ikan, panjang total, jumlah pakan yang dihitung setiap satu minggu sekali serta kualitas air Suhu air diamati setiap hari pada pukul 07.00, 12.00, dan 15.00 WIB. Oksigen terlarut dan pH diamati pada awal, tengah dan akhir masa pemeliharaan, sedangkan alkalinitas dan amoniak saat awal, dan akhir pemeliharaan, pengamatan dilakukan selama 4 minggu. Data tersebut digunakan untuk menentukan parameter kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang, koefisien keragaman dan efisiensi pakan.

2.4.1 Sampling

Selama pemeliharaan dilakukan sebanyak 5 kali sampling setiap satu minggu sekali. Jumlah ikan yang disampling sebanyak 85 ekor untuk kepadatan 2 ekor/liter, 92 ekor untuk kepadatan 4 ekor/liter, dan 94 ekor untuk kepadatan 6 ekor/liter. Jumlah ikan yang disampling tersebut didapat dari rumus penarikan contoh dengan metode sampling acak (Umar, 1999) :

s =

N/

(1+

N

.e

2

)

(21)

7 N = Jumlah populasi

e = Tingkat kesalahan yang diinginkan (10%) 2.4.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan harian (α) dihitung menggunakan rumus dari Huisman (1987) : α = 1 100% 0           t w wt

Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian (%)

wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram)

wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)

t = Lama pemeliharaan (hari)

2.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus dari Effendi (1979) :

Keterangan : Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)

L0 = Panjang rata-rata awal (cm)

2.4.4 Koefisien Keragaman Panjang

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang dinyatakan dalam koefisien keragaman. Koefisien keragaman menggunakan rumus dari menurut Steel dan Torrie (1991) :

Keterangan : KK = Koefisien keragaman S = Simpangan baku Y = Rata-rata contoh % 100         Y S KK 0

L

L

Pm

t

(22)

8 2.4.5 Derajat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup (survival rate, SR) dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996) yaitu:

Keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)

No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

2.4.6 Efisiensi Pakan

Pada penelitian ini perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus dari Zonneveld et al. (1991) :

Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan akhir (gram)

Wo = Biomassa ikan awal (gram)

Wd = Biomassa ikan mati (gram)

F = Jumlah pakan yang diberikan (gram) 2.4.7 Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi dihitung melalui lima parameter, yaitu:

1) Keuntungan (profit), dihitung dengan rumus menurut Martin er al. (1991) : Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya Produksi

2) R/C, dihitung dengan rumus :

R/C = Penerimaan/ Total Biaya

3) Break Event Point (BEP), dihitung dengan rumus Martin et al. (1991): BEP (Rp) = Biaya tetap/ (1- biaya variabel/penerimaan)

BEP (ekor) = Biaya tetap/ (harga jual-(biaya variabel/penerimaan) 4) Payback Period (PP), dihitung dengan rumus menurut Martin et al. (1991): PP = (Jumlah investasi/ keuntungan) x 1 tahun

%

100

0

F

w

w

w

EP

t d

%

100

0

N

N

SR

t

(23)

9 5) Biaya Produksi per ekor, dihitung dengan rumus menurt Martin et al. (1991): Biaya per ekor = Total Biaya Produksi/JumlahProduksi

2.4.8 Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan program SPSS 16.0, yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%. Analisis ini digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan koefisien keragaman panjang. Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Analisis ekonomi dihitung secara deskriptif.

(24)

10

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan nila hibrid pada setiap padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter masing-masing sebesar 9,62 g, 7,47 g dan 6,88 g (Tabel 1). Perbedaan bobot tersebut terjadi karena adanya perbedaan laju pertumbuhan.

Tabel 1 Bobot rata-rata (g) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. Hari ke-

Padat Tebar

2 ekor/l 4 ekor/l 6 ekor/l 0 1,51 ± 0,28 1,51 ± 0,30 1,52 ± 0.31 7 2,76 ± 0,92 2,36 ± 0,76 2,26 ± 0,85 14 3,70 ± 1,25 3,56 ± 1,15 3,35 ± 0,95 21 7,02 ± 1,04 6,07 ± 1,33 5,34 ± 1,04 28 9,62 ± 1,48 7,47 ± 1,61 6,88 ± 1,39

Laju pertumbuhan bobot harian menurun dengan makin meningkatnya padat penebaran. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot harian (p<0,05). Setelah uji lanjut Tukey, nilai laju pertumbuhan bobot harian pada setiap padat penebaran berbeda nyata satu sama lain (Gambar 3, Lampiran 3). Laju pertumbuhan bobot tertinggi dicapai oleh perlakuan 2 ekor/l dengan nilai 6,85% dan perlakuan 6 ekor/liter mempunyai laju pertumbuhan terendah dengan nilai 5,53%.

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 3. Histogram laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan nila

hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

a b c 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 La ju P ert u m b u h an B o b o t H ari an (% ) Padat Tebar 6.85 5.89 5.53

(25)

11 3.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata benih ikan nila hibrid setiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 2. Pertumbuhan panjang mutlak dari semua perlakuan meningkat setiap minggunya. Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila hibrid pada akhir pemeliharaan berkisar antara 3,02 cm hingga 3,98 cm. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila hibrid tertinggi yaitu pada perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter 3,98 cm. Sedangkan pertumbuhan panjang mutlak terendah yaitu pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter 3,02 cm.

Tabel 2 Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata (cm) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

Hari ke- Padat Tebar

2 ekor/l 4 ekor/l 6 ekor/l 7 0,92 ± 0,03 0,71 ± 0,01 0,61 ± 0,03 14 1,53 ± 0,02 1,48 ± 0,03 1,38 ± 0,04 21 2,88 ± 0,54 2,72 ± 0,02 2,41 ± 0,03 28 3,98 ± 0,01 3,19 ± 0,09 3,02 ± 0,06

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran antar perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak (p<0.05). Setelah uji lanjut Tukey, masing-masing perlakuan padat penebaran berbeda nyata satu dengan yang lainnya (Gambar 4, Lampiran 4).

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 4. Histogram pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

a b c 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 P e r tu m b u h an P an jan g M u tl ak (c m ) Padat Tebar 3.98 3.19 3.02

(26)

12 3.1.3 Koefisien Keragaman Panjang

Nilai koefisien keragaman panjang benih ikan nila hibrid pada akhir masa pemeliharaan berkisar antara 4,79 – 6,70% pada Tabel 3.

Tabel 3 Koefisien keragaman panjang mutlak rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman panjang (p<0.05, Gambar 5). Setelah uji lanjut Tukey, nilai koefisien keragaman dari masing-masing perlakuan padat penebaran berbeda nyata satu dengan yang lainnya (Lampiran 5).

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 5. Histogram koefisien keragaman panjang (%) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

Perlakuan Ulangan KK (%) KK rata-rata (%)

2 ekor/l 1 4,86 4,79 ± 0,06 2 4,76 3 4,75 4 ekor/l 1 7,07 6,70 ± 0,36 2 6,67 3 6,35 6 ekor/l 1 5,53 5,74 ± 0,24 2 5,69 3 6,00

(27)

13 3.1.4 Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup benih ikan nila hibrid yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda yaitu 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari mengalami penurunan mulai dari minggu pertama masa pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup tertinggi yaitu pada perlakuan padat penebaran 2 ekor/L dengan nilai 87,31%, sedangkan derajat kelangsungan hidup terendah yaitu pada perlakuan padat penebaran 6 ekor/L dengan nilai 71,6%.

Tabel 4 Kelangsungan hidup rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup benih nila hibrid (p<0.05, Lampiran 6). Setelah uji lanjut Tukey, nilai derajat kelangsungan hidup perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/l berbeda nyata dengan padat tebar 4, dan 6 ekor/liter, sedangkan pada perlakuan dengan padat penebaran 4 ekor/l tidak berbeda nyata terhadap padat penebaran 6 ekor/liter (Gambar 6).

Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 6. Histogram derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan nila hibrid

Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

Hari ke- Padat Tebar

2 ekor/l 4 ekor/l 6 ekor/l 0 100 ± 0,00 100 ± 0,00 100 ± 0,00 7 97,57 ± 0,63 95,72 ± 0,79 94,69 ± 0,12 14 95,02 ± 1,57 91,07 ± 1,97 86,82 ± 1,68 21 91,86 ± 1,04 81,89 ± 1,79 76,98 ± 2,63 28 87,31 ± 0,67 75,63 ± 2,05 71,60 ± 2,24 a b b 0 20 40 60 80 100 D e ra ja t Kel an gs u n ga n H id u p (% ) Padat Tebar 87.31 75.63 71.60

(28)

14 a a b 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ef is ie n si P ak an (% ) Padat Tebar 82.28 81.10 79.40

2 ekor/l 4 ekor/l 6 ekor/l 3.1.5 Efisiensi Pakan

Efisiensi pemberian pakan benih ikan nila hibrid pada setiap perlakuan disajikan pada Gambar 7. Efisiensi pemberian pakan menurun dengan meningkatnya padat penebaran. Pada akhir pemeliharaan efisiensi pakan berkisar antara 86,05% - 98,05%.

Tabel 5 Efisiensi pakan rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan (p<0.05, Lampiran 7). Setelah uji lanjut Tukey, padat tebar 2 ekor/liter tidak berbeda nyata dengan padat tebar 4 ekor/liter namun, berbeda nyata dengan padat tebar 6 ekor/liter.

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 7. Histogram efisiensi pakan (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp.

yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari.

Hari ke

-Padat Tebar

2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 7 87,69 ± 0,59 73,24 ± 1,33 74,15 ± 5,17 14 72,02 ± 0,91 90,95 ± 0,74 84,85 ± 5,20 21 93,85 ± 0,98 86,12 ± 1,44 79,26 ± 3,29 28 75,57 ± 0,15 74,07 ± 3,39 87,19 ± 1,93 EP rata-rata 82,28 ± 10,22 81,10 ± 8.82 79,40± 3,86

(29)

15 3.1.6 Kualitas Air

Hasil pengukuran parameter kualitas air (DO, suhu, ammonia, pH, dan alkalinitas) selama penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai parameter kualitas air pemeliharaan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. selama 28 hari.

Suhu air diamati setiap hari pada pukul 07.00, 12.00, dan 15.00 WIB. Oksigen terlarut arau DO diamati pada awal, tengah dan akhir masa pemeliharaan, sedangkan alkalinitas dan ammonia diukur pada akhir pemeliharaan. Dari Tabel 6 dapat dilihat, suhu air kolam selama pemeliharaan berkisar 24-29 0C, kandungan oksigen yang terlarut berkisar antara 3,47-10 ppm, nilai pH berkisar antara 8-12,24, dan alkalinitas berkisar antara 136-144 mg/L. 3.1.7 Efisiensi Ekonomi

Nilai efisiensi ekonomi pendederan benih ikan nila hibrid dengan perlakuan padat penebaran 2 ekor/liter (A), perlakuan 4 ekor/liter (B), dan 6 ekor/liter (C) selama 28 hari dihitung dalam jangka waktu 1 tahun .Analisis usaha pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 7. Asumsi yang digunakan dalam analisis usaha adalah sebagai berikut :

1. Harga faktor produksi dianggap tetap, selama siklus produksi.

2. Hasil perhitungan kapasitas jumlah hapa dalam 1 kolam, maka jumlah hapa yang dianalisis dalam pendederan ikan nila hibrid dengan padat penebaran 2, 4 Parameter Waktu Pengamatan

(pukul) Nilai Kualitas Air

Kisaran Optimal Nilai Sumber Suhu 07.00 24-25 25-30 Chakraborty and Samir, 2010 12.00 27-28 15.00 27-29 DO 06.00 3,47-3,73 ppm > 5 ppm Chakraborty and Samir, 2010 11.00 5-6 ppm 15.00 9-10 ppm pH 06.00 8-8,24 6,5-8,5 Chakraborty and Samir, 2010 11.00 10-10.24 15.00 12-12.24 Alkalinitas 10.00 136-144 mg/L CaCO3 50-200 mg/l CaCO3 Effendie, 2003 Amonia 10.00 0.008-0.021 mg/L <0.02 mg/l

(30)

16 dan 6 ekor/liter adalah 144 unit hapa (Lampiran 8). Hapa yang digunakan berukuran 1,2 m x 0,6 m x 0,6 m. Volume air hapa tersebut adalah 288 liter. 3. Siklus pertama produksi memerlukan waktu 56 hari. Dengan 14 hari

persiapan, 14 hari aklimatisasi, dan 28 hari pemeliharaan (Wahyu 2010). Siklus kedua dan selanjutnya terdiri dari 42 hari, dengan 14 hari aklimatisasi dan 28 hari pemeliharaan (Lampiran 9).

4. Satu tahun dilakukan 8 siklus produksi.

5. Jumlah ikan yang ditebar pada perlakuan A adalah 576 ekor/hapa, jumlah ikan pada perlakuan B adalah 1.152 ekor/hapa, dan jumlah ikan pada perlakuan C adalah 1.728 ekor/hapa.

6. Kelangsungan hidup dari benih ikan nila dengan perlakuan A, B, dan C secara berturut-turut 87,31%, 75,63%, dan 71,60%.

7. Penyusutan investasi dihitung dengan cara menggunakan metode garis lurus dapat dilihat pada Lampiran 10.

8. Efisiensi pakan pada perlakuan A, B, dan C berturut-turut 82,28%, 81,10% dan 79,40%.

9. Jumlah tenaga kerja pengelola pada usaha pendederan ini adalah 1 orang. Biaya tenaga kerja pengelola diberikan sesuai Upah Minimum Regional tahun 2012 di Kabupaten Sumedang Rp 1.007.500/bln (Anonim 2012).

10. Harga benih ikan nila ukuran 2-3 cm Rp 50/ekor 11. Harga jual benih ikan nila ukuran 7-9 cm Rp 250/ekor

12. Upah tenaga kerja pada saat panen dihitung berdasarkan jumlah kantong ikan yang dipanen Rp 5.000/kantong.

13. Upah tenaga kerja pada saat masa persiapan adalah Rp 50.000/hari.

14. Setiap 3 kg ikan dikemas dalam satu kantong plastik, biaya kantong plastik Rp 500 dan oksigen sebesar Rp 1.000

Tabel 7 menunjukkan analisis usaha pendederan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter per tahun, yang meliputi biaya investasi, biaya tetap,biaya variabel, penerimaan, keuntungan, R/C ratio, BEP, PP, dan biaya produksi per ekor.

(31)

17 Tabel 7 Analisis usaha pendederan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp.

dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter per tahun.

Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa dengan biaya investasi yang sama perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter memiliki nilai R/C ratio yang tertinggi 1,95. Selain itu, perlakuan dengan padat tebar 6 ekor/liter memiliki nilai BEP ekor, BEP harga dan biaya produksi/ekor terendah jika dibandingkan dengan padat tebar 2 dan 4 ekor/liter. Perlakuan dengan padat tebar 6 ekor memiliki nilai PP yang lebih singkat 3 kali lipat jika dibandingkan dengan perlakuan padat tebar 2 dan lebih singkat satu kali lipat dari perlakuan padat tebar 4 ekor/liter yaitu selama 0,03 tahun atau 11 hari. Perhitungan R/C ratio, BEP (Rp), BEP ekor, PP, dan biaya produksi/ekor dapat dilihat pada Lampiran 18.

3.2 Pembahasan

Dalam budidaya ikan terutama pada tahap pendederan, jumlah ikan atau biomassa ikan saat panen sangat penting. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil panen yaitu dengan melakukan peningkatan padat tebar. Dari sisi produksi, padat tebar ikan yang dipelihara dalam hapa berkaitan dengan volume air atau luas permukaan per ekor. Peningkatan kepadatan tebar mengakibatkan terjadinya peningkatan stres, yang mengarah pada kebutuhan energi yang lebih tinggi, hal ini menyebabkan terjadinya penurunan tingkat pertumbuhan dan pemanfaatan makanan. Sebaliknya pada tingkat kepadatan rendah ikan tidak dapat membentuk gerombolan dan tidak merasa nyaman. Sehingga, mengidentifikasi tingkat kepadatan tebar optimum untuk sebuah spesies adalah faktor penting

Uraian Padat Tebar

2 ekor/l 4 ekor/l 6 ekor/l Investasi (Rp) 4.414.500 4.414.500 4.414.500 Biaya tetap (Rp) 15.653.850 15.653.850 15.653.850 Biaya variabel (Rp) 74.896.060 117.753.660 167.095.260 Biaya total (Rp) 90.549.910 133.407.510 182.749.110 Penerimaan (Rp) 144.836.813 250.922.189 356.327.424 Keuntungan (Rp) 54.286.903 117.514.679 173.578.314 R/C ratio 1,60 1,88 1,95 BEP (Rp) 32416776,31 29495694,95 29476469,16 BEP ekor 62745,18 62733,16 62733,07 PP (tahun) 0,08 0,04 0,03 Biaya produksi/ekor(Rp) 156 133 128

(32)

18 dalam mendesain sebuah sistem budidaya yang efisien (Leatherland dan Cho, 1985), dan untuk praktek pembudidayaan yang optimal. Menurut Hepher dan Pruginin (1981), selama kebutuhan makanan dan lingkungan terpenuhi peningkatan kepadatan tidak mempengaruhi pertumbuhan individu. Namun, pada penelitian ini peningkatan kepadatan ikan dari 2 ekor/liter hingga 6 ekor/liter diikuti dengan penurunan pertumbuhan bobot maupun panjang, yaitu menurunkan laju pertumbuhan bobot harian dari 6,85% hingga 5,53% dan menurunkan pertumbuhan panjang mutlak dari 3,98 cm hingga 3,02 cm. Hal yang sama didapatkan Adriani (1988) peningkatan padat penebaran ikan nila merah dengan ukuran 4-5 cm dengan padat penebaran dari 0,75 hingga 1,3 ekor/liter menurunkan laju pertumbuhan bobot harian dari 3,14% hingga 2,71% dan pertumbuhan panjang mutlak dari 4,33 cm hingga 3,74 cm. Menurut Likongwe et al. (1996) laju pertumbuhan bobot harian pada benih ikan nila dengan bobot rata-rata benih 4,6 g yang dipelihara pada suhu 24 0C dan salinitas 0 ppt adalah 2,64%, sedangkan pada suhu 28 0C laju pertumbuhan bobot hariannya adalah 2,68%. Menurut Yuliati (2003) pemeliharaan ikan nila gift dengan ukuran 5-6 cm di dalam jaring selama delapan minggu menurunkan laju pertumbuhan bobot dari 4,6% hingga 2,87%. Semakin tinggi padat penebaran maka laju pertumbuhan semakin menurun. Seperti yang diungkapkan oleh Holm et al. 1990; Haylor 1991; Bjørnsson 1994; Huang and Chiu 1997; Irwin et al. 1999; Ma et al. 2006 dalam Aksungur et al (2007) dalam beberapa spesies ikan budidaya, pertumbuhan berhubungan terbalik dengan tingkat kepadatan dan ini dikaitkan dengan interkasi sosial. Interaksi sosial tersebut yaitu persaingan makanan dan tempat yang dapat mempengaruhi ikan secara negatif. Hasil analisis ragam untuk laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak menunjukkan bahwa peningkatan padat penebaran memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan bobot harian dan panjang mutlak (p<0.05, Gambar 3 dan 4). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa benih ikan nila hibrid memiliki laju pertumbuhan bobot harian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan benih ikan nila strain lain.

Perbedaan laju pertumbuhan yang terjadi karena penurunan laju pertumbuhan seiring dengan ditingkatkannya kepadatan yang mengakibatkan

(33)

19 adanya keragaman panjang. Koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar variasi ukuran ikan selama pemeliharaan. Nilai koefisien keragaman panjang ikan nila hibrid yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 4,79 % hingga 6,70% (Gambar 5). Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap nilai koefisien keragaman panjang (p<0.05). Dalam penelitian ini, kepadatan 4 ekor/l yang memiliki tingkat keragaman panjang tertinggi 6,70%. Pada umumnya tingkat keragaman tertinggi yaitu perlakuan dengan padat penebaran tertinggi. Padat penebaran tertingi dalam penelitian ini yaitu 6 ekor/liter. Adanya perbedaan hasil diduga disebabkan adanya dominasi dari ikan yang berukuran lebih besar, terhadap ikan yang berukuran lebih kecil. Dominasi ini terjadi terutama dalam memperebutkan pakan. Ikan yang lebih besar biasanya lebih agresif terhadap pakan, sehingga menurunkan nilai efisiensi pemberian pakan. Terganggunya kesehatan ikan akibat interaksi antar ikan seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya lama kelamaan dapat menyebabkan kematian. Terjadinya kematian berpengaruh terhadap derajat kelangsungan hidup ikan. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap derajat kelangsungan hidup ikan nila hibrid yang dipelihara (p<0.05, Gambar 6). Derajat kelangsungan hidup terendah yaitu 71,60%. Menurut Aksungur et al (2007) semakin tinggi kepadatan nilai derajat kelangsungan hidup semakin menurun. Derajat kelangsungan hidup pada penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Likongwe et al (1966) yaitu 73,0% - 82,20% pada suhu 24-28 0 C dan salinitas 0 ppt. Namun lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Yuliati et al. (2003) yang memiliki nilai kelangsungan hidup terendah yaitu pada kepadatan 0,2 ekor/liter sebesar 94,83% selama empat minggu masa pemeliharaan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kepadatan yang digunakan oleh Yuliati et al. (2003) jika dibandingkan dengan tingkat padat penebaran pada penelitian ini.

Efisiensi pakan pada akhir penelitian berkisar antara 79,40-82,28%. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa peningkatan padat penebaran 2 ekor/liter dengan 4 ekor/liter tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap efisiensi pakan (p>0.05), namun berbeda dengan padat penebaran 6

(34)

20 ekor/liter. Efisiensi pakan cenderung menurun dengan semakin meningkatnya padat penebaran. Hal ini diduga, ikan pada kepadatan yang lebih rendah mampu memanfaatkan pakan yang tersedia dengan lebih baik, karena tidak perlu bersaing dengan ikan yang lain untuk memperebutkan pakan. Menurut Adriani (1988) ikan pada kepadatan tinggi akan menggunakan energi yang lebih banyak daripada ikan yang dipelihara pada kepadatan rendah, yaitu untuk bersaing dalam mendapatkan makanan, ruang dan mengimbangi kondisi lingkungan. Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, derajat kelangsungan hidup dan efisiensi pakan lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 4 dan 6 ekor/liter serta memiliki koefisien keragaman panjang terendah dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 4 dan 6 ekor/liter.

Kondisi kualitas air selama pemeliharaan yaitu suhu 24-30 0C, oksigen yaitu 3-10 ppm, nilai pH 8-12, alkalinitas berkisar antara 136-144 mg/l dan ammonia 0,008-0,021 mg/L. Menurut Chakraborty (2010) suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu 25-30 0C, kadar oksigen terlarut optimal dalam air > 5 ppm, dan pH optimal berkisar antara 6,5-8,5. Menurut Effendie (2003) alkalinitas optimal untuk ikan nila 50-200 mg/L CaCO3 setara dan amonia

< 0,02 mg/L. Tingginya nilai oksigen terlarut pada sore hari karena pada waktu tersebut merupakan puncak dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Persamaan reaksi kimia dari proses fotosintesis adalah sebagai berikut (Goddard 1996) :

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

Karbon dioksida Air Glukosa Oksigen

Tingginya nilai oksigen didukung oleh tingginya nilai pH air pada sore hari selama pemeliharaan yaitu mencapai 12. Kadar amonia yang rendah diakibatkan karena adanya pergantian air terus-menerus, sehingga buangan metabolik tidak berpengaruh pada penurunan pertumbuhan ikan nila hibrid.

Hasil perhitungan analisis usaha 144 unit hapa pada kegiatan pendederan ikan nila hibrid yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter (Tabel 7), dapat dilihat bahwa pada padat penebaran 6 ekor/liter memiliki

(35)

21 keuntungan tertinggi karena memproduksi ikan nila hibrid dengan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan padat penebaran 2 dan 4 ekor/liter. Padat penebaran 6 ekor per liter memiliki R/C rasio tertinggi mencapai 1,95. Hal ini, disebabkan oleh jumlah ikan yang diproduksi tinggi sehingga penerimaan yang diperoleh padat penebaran 6 ekor/liter lebih tinggi dibandingkan dengan padat penebaran 2 dan 4 ekor/liter. Menurut Soekartawi (1995) R/C rasio merupakan analisis yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Selain itu, perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter memiliki nilai BEP ekor dan harga paling rendah, artinya perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter dapat memperoleh keuntungan lebih cepat dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 2 dan 4 ekor/liter. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah penerimaan yang didapatkan dan tingginya jumlah ikan yang diproduksi. Nilai BEP ekor pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter adalah 62.733,07 ekor, artinya agar usaha pendederan benih ikan nila hibrid ini mencapai titik impas maka harus memproduksi benih ikan nila hibrid sebanyak 62.733,07 ekor. Nilai BEP harga pada perlakuan dengan padat tebar 6 ekor/liter adalah Rp 29.476.469,16, artinya agar usaha pendederan benih ikan nila hibrid ini mencapai titik impas maka harus memperoleh penerimaan Rp 29.476.469,16. Padat penebaran 6 ekor/liter juga memiliki PP paling singkat karena memperoleh keuntungan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan 2 dan 4 ekor/liter. Biaya produksi/ekor pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rendahnya biaya produksi per ekor dikarenakan jumlah produksi yang dihasilkan pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2 dan 4 ekor/liter. Dilihat dari semua aspek efisiensi ekonomi, maka perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien yang secara ekonomi.

Pendederan ikan nila hibrid dengan padat penebaran 6 ekor/liter lebih efisien untuk tujuan produksi, meskipun secara teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter lebih baik dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter. Perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter memiliki laju pertumbuhan bobot harian yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter, namun pada tahap pendederan besarnya bobot tidak

(36)

22 diperhitungkan. Pada tahap pendederan faktor yang diperhitungkan adalah jumlah ikan, karena pada tahap ini ikan dijual per ekor bukan per bobot ikan. Pertumbuhan panjang perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter lebih rendah dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter, namun harga jual dipasar untuk ikan nila hibrid ukuran yang dicapai perlakuan dengan padat penebaran 2 dan 6 ekor/liter adalah sama yaitu Rp 250/ekor. Derajat kelangsungan hidup perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter, namun karena tingginya jumlah ikan yang diproduksi pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter maka jumlah ikan akhir pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter. Tujuan produksi bisa tercapai dengan melakukan pengontrolan parameter kualitas air yang lebih baik lagi. Salah satunya dengan cara meningkatkan frekuensi debit air yang masuk dan ke luar, agar kandungan oksigen dalam air tetap tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan ikan. Selain itu, untuk membuang limbah metabolik yang berupa sisa pakan yang tidak termakan maupun feses ikan dari wadah budidaya. Hal tersebut sesuai dengan Effendi (2003) aliran air yang relatif deras kaya akan oksigen, penting untuk menyuplai oksigen dalam respirasi ikan dan membuang limbah metabolisme, terutama amonia.

(37)

23

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peningkatan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang mutlak, pertumbuhan bobot harian, koefisien keragaman panjang dan derajat kelangsungan hidup. Padat penebaran optimal secara teknis maupun ekonomis pada pendederan ikan nila hibrid Oreochromis sp dengan panjang rata-rata 4.47 cm dan bobot rata-rata 1.51 gram adalah perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter, Dengan laju pertumbuhan bobot harian 5,53±0,06%, pertumbuhan panjang mutlak 3,02±0,06%, koefisien keragaman panjang 5,74±0,24%, efisiensi pakan 79,40±3,86%, derajat kelangsungan hidup 71,60±2,24%, keuntungan Rp 173.578.314, R/C ratio 1,95, BEP harga Rp 29.476.469,16, BEP ekor 62.733,07 ekor, PP 0,03 tahun, dan biaya produksi per ekor Rp 128.

4.2 Saran

Disarankan untuk pendederan ikan nila hibrid Oreochromis sp. dengan panjang rata-rata 4,47 cm dan bobot rata-rata 1,51 gram menggunakan padat penebaran 6 ekor/liter. Selain itu juga, disarankan penelitian lebih lanjut tentang pendederan ikan nila hibrid berukuran panjang rata 4,47 cm dan bobot rata-rata 1,51 gram dengan kepadatan yang lebih tinggi.

(38)

24

DAFTAR PUSTAKA

Adriani R. 1988. Pertumbuhan Benih Nila Merah Oreochromis sp. pada Berbagai Tingkat Padat Penebaran. [Skripsi]. Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Aksungur N, Muharrem A, Bilal A, Ilyas K. 2007. Effect Stocking Density on Growth Performance, Suevival and Food Conversion Ratio of Turbot (Psetta maxima) in the Net Cage Southeastern of thr Black Sea. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Science, 7:147-152.

Anonim. 2012. Upah Minimum Regional Kabupaten Sumedang. http://hrcentro.com. [5 Februari 2012].

Aryanto D. 2010. Diferensiasi Kelamin dan Performansi Tiga Genotipe Ikan Nila yang Diberi Bahan Aromatase Inhibitor Hingga Tahap Pembesaran. [Skripsi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

[BPPT] Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi. 2009. Press Tour ke Pusat Pengembangan Ikan Nila Gesit Kerjasama BPPT, IPB dan DKP. http://dkp.go.id. [16 Januari 2010].

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia 6141. 2009. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) Kelas Benih Sebar. Jakarta.

Chakraborty SB, Samir B. 2010. Effect of Stocking Density on Monosex Nile Tilapia Growth During Pond Culture in India. Word Academy of Science, Engineering and Technology No. 68.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Peraiaran. Jakarta: Kanisius.

Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri.

Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. New York: Chapman and Hall.

Hanafiah KA. 1994. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. New York.: John Willey and Sons.

Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Department of Aquaculture. Wageningen University. Netherland. p 100.

(39)

25 Leatherland JF, Cho CY. 1985. Effect of Rearing Density on Thyroid and Interrenal Gland Activity and Plasma and Hepatic Metabolite Levels in Rainbow Trout, Salmo gairdneri Richardson. Journal of Fish Biology, 27: 583-592.

Likongwe J S, Timothy D S, Jay R, Staufer J R, Robert F C. 1996. Combined effects of Water Temperature and Salinity on Growth and Feed Utilization of Juvenile Nile tilapia Oreochromis niloticus (Linneaus). Aquaculture, 146: 37-46.

Martin J D, Petty J W, Keown A J, Scott D F.1991. Basic Financial Management 5th Edition. New Jersey USA: Prentice Hall Inc.

Soekartawi A. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia.

Steel and Torrie. 1993. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Umar. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wahyu. 2010. Buku Pintar Budi Daya dan Bisnis Ikan Nila. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Yuliati P, Tutik K, Rusmaedi, Siti S. 2003. Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan dan Dederan Ikan Nila GIFT (Oreochromis niloticus) di Kolam. Jurnal Iktiologi Indonesia, vol 3.

Zonneveld NEA, Huisman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Jakarta: Gramedia.

(40)

26

(41)

27 Lampiran 1. Tata letak wadah pemeliharaan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan

6 ekor/liter 14 m Jalan Inspeksi C2 C1 B3 C3 A1 A3 A2 B2 B3 HAPA 1,2 m x 0,6 m x 0,4 m Outlet Inlet 21 m 27

(42)

28 Lampiran 2. Cara perhitungan dalam menentukan volume air dalam hapa pada

pendederan ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter.

Volume air = panjang hapa x lebar hapa x tinggi air = 1,2 m x 0,6 m x 0,4 m

= 0,288 m3 = 288 liter 1 liter air = 1 dm3

(43)

29 Lampiran 3. Analisis statistik parameter laju pertumbuhan bobot harian

(%/hari) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari

Uji Keragaman Homogenitas

ANOVA laju pertumbuhan bobot harian benih ikan nila hibrid Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig (p). Perlakuan 2,782 2 1,391 297,409 ,000 Galat ,028 6 ,005 Total 2,810 8 p< 0,05

Uji lanjut Tukey untuk menetukan perbedaan laju pertumbuhan bobot harian antar perlakuan

* Menunjukkan beda nyata 0.05

Padat Penebaran Ulangan

Hari ke- 0 7 14 21 28 2 ekor/liter 1 0,00 8,67 6,56 7,53 6,79 2 0,00 9,48 6,87 7,75 6,96 3 0,00 8,95 6,48 7,54 6,80 Rataan 0,00 9,03 6,64 7,61 6,85 STDEV 0,00 0,41 0,21 0,12 0,10 4 ekor/liter 1 0,00 6,94 6,35 6,91 5,87 2 0,00 6,62 6,31 6,77 5,92 3 0,00 6,36 6,35 6,91 5,88 Rataan 0,00 6,64 6,34 6,86 5,89 STDEV 0,00 0,29 0,02 0,08 0,03 6 ekor/liter 1 0,00 5,90 5,57 6,04 5,53 2 0,00 5,26 5,96 6,21 5,47 3 0,00 6,23 5,84 6,21 5,60 Rataan 0,00 5,80 5,79 6,15 5,53 STDEV 0,00 0,49 0,20 0,10 0,07

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.669 2 6 .148 (I) Perlakuan (J) Perlakuan Beda Nilai Tengah (I-J) Simpangan Baku

Sig. Selang Kepercayaan 95% Batas awah Batas Atas

2ekor/liter 4ekor/liter ,96000(*) ,05584 ,000 ,7887 1,1313 6ekor/liter 1,31667(*) ,05584 ,000 1,1453 1,4880 4ekor/liter 2ekor/liter -,96000(*) ,05584 ,000 -1,1313 -,7887 6ekor/liter ,35667(*) ,05584 ,002 ,1853 ,5280 6ekor/liter 2ekor/liter -1,31667(*) ,05584 ,000 -1,4880 -1,1453 4ekor/liter -,35667(*) ,05584 ,002 -,5280 -,1853

(44)

30

Lampiran 4. Analisis statistik parameter pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan

padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari

Uji Keragaman Homogenitas (setelah ditransformasi SQRT (y +0.5))

ANOVA pertumbuhan panjang mutlak setelah ditransformasi SQRT (y +0.5))

p<0,05

Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan pertumbuhan bobot harian antar perlakuan

* Menunjukkan beda nyata 0.05

Padat Tebar Ulangan Hari ke-

0 7 14 21 28 2 ekor/l 1 0,00 0,90 1,51 3,19 3,97 2 0,00 0,96 1,54 2,26 3,98 3 0,00 0,91 1,53 3,20 3,99 Rataan 0,00 0,92 1,53 2,88 3,98 STDEV 0,00 0,03 0,02 0,54 0,01 4 ekor/l 1 0,00 0,71 1,45 2,71 3,13 2 0,00 0,71 1,51 2,71 3,29 3 0,00 0,72 1,48 2,74 3,15 Rataan 0,00 0,71 1,48 2,72 3,19 STDEV 0,00 0,01 0,03 0,02 0,09 6 ekor/l 1 0,00 0,61 1,34 2,38 2,97 2 0,00 0,58 1,41 2,41 3,00 3 0,00 0,63 1,39 2,43 3,08 Rataan 0,00 0,61 1,38 2,41 3,02 STDEV 0,00 0,03 0,04 0,03 0,06

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.600 2 6 .094 Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig (p). Perlakuan ,099 2 ,050 185,792 ,000 Galat ,002 6 ,000 Total ,101 8 (I) Perlakuan (J) Perlakuan Beda Nilai Tengah (I-J) Simpangan Baku

Sig. Selang Kepercayaan 95% Batas Bawah Batas Atas 2ekor/liter 4ekor/liter ,19333* ,01333 ,000 ,1524 ,2342 6ekor/liter ,24333* ,01333 ,000 ,2024 ,2842 4ekor/liter 2ekor/liter ,19333* ,01333 ,000 ,2342 ,1524 6ekor/liter ,05000* ,01333 ,022 ,0091 ,0909 6ekor/liter 2ekor/liter -,24333* ,01333 ,000 -,2842 -,2024 4ekor/liter -,05000* ,01333 ,022 -,0909 -,0091

(45)

31 Lampiran 5. Analisis statistik parameter koefisien keragaman panjang (%)

benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari

Uji Keragaman Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.89145669 2 6 0.230701

ANOVA koefisien keragaman benih ikan nila hibrid Suumber

Keragaman

Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig (p). Perlakuan 5,453088889 2 2,726544444 42,84026 0,00028 Galat 0,381866667 6 0,063644444 Total 5,834955556 8 p< 0,05

Uji lanjut Tukey untuk menetukan perbedaan koefisien keragaman panjang antar perlakuan

* Menunjukkan beda nyata 0.05

Padat Penebaran Ulangan Koefisien Keragaman

2 ekor/l 1 4,86 2 4,76 3 4,75 Rataan 4,79 STDEV 0,06 4 ekor/l 1 7,07 2 6,67 3 6,35 Rataan 6,70 STDEV 0,36 6 ekor/l 1 5,53 2 5,69 3 6,00 Rataan 5,74 STDEV 0,24 (I) Perlakuan (J) Perlakuan Beda nilai Tengah (I-J) Simpangan Baku Sig. Selang Kepercayaan 95%

Batas Atas Batas Bawah

2ekor/l 4ekor/l -1,9067(*) 0,2060 0,0002 -2,5387 -1,2746 6ekor/l -0,95(*) 0,2060 0,0087 -1,5820 -0,3180 4ekor/l 2ekor/l 1,9067(*) 0,2060 0,0002 1,2746 2,5387 6ekor/l 0,9567(*) 0,2060 0,0084 0,3246 1,5887 6ekor/l 2ekor/l 0,95(*) 0,2060 0,0087 0,3180 1,5820 4ekor/l -0,9567(*) 0,2060 0,0084 -1,5887 -0,3246

(46)

32

Lampiran 6. Analisis statistik parameter derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari

Uji Keragaman Homogenitas

ANOVA Derajat kelangsungan hidup benih ikan nila hibrid

p< 0,05

Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan derajat kelangsungan hidup antar perlakuan

Padat Penebaran Ulangan Hari ke-

0 7 14 21 28 2 ekor/l 1 100 97,74 96,18 93,05 89,24 2 100 98,09 95,66 91,40 86,24 3 100 96,87 93,23 91,14 86,45 Rataan 100 97,57 95,02 91,86 87,31 STDEV 0,00 0,63 1,57 1,04 1,67 4 ekor/l 1 100 96,44 92,71 83,94 77,95 2 100 95,83 91,60 80,64 74,04 3 100 94,88 88,89 81,08 74,91 Rataan 100 95,72 91,07 81,89 75,63 STDEV 0,00 0,79 1,97 1,79 2,05 6 ekor/l 1 100 94,73 88,54 78,53 73,15 2 100 94,79 85,18 73,95 69,03 3 100 94,56 86,75 78,47 72,63 Rataan 100 94,69 86,82 76,98 71,60 STDEV 0,00 0,12 1,68 2,63 2,24

Levene Statistic df1 df2 Sig. .266 2 6 .775 Sumber Keragaman Jumlah Kuadrat Derajat Bebas Kuadrat Tengah F Sig (p). Perlakuan 399,285 2 199,642 49,690 ,000 Galat 24,107 6 4,018 Total 423,391 8 (I) Perlakuan (J) Perlakuan Beda Nilai Tengah (I-J) Simpangan Baku Sig. Selang Kepercayaan 95%

Batas Bawah Batas Atas

2ekor/liter 4ekor/liter 11,676* 1,63661 ,001 6,6551 16,698 6ekor/liter 15,706* 1,63661 ,000 10,6851 20,728 4ekor/liter 2ekor/liter -11,677* 1,63661 ,001 -16,698 -6,6551 6ekor/liter 4,03000 1,63661 ,107 -,9916 9,0516 6ekor/liter 2ekor/liter -15,701* 1,63661 ,000 -20,728 -10,685 4ekor/liter -4,03000 1,63661 ,107 -9,0516 ,9916

(47)

33 Lampiran 7. Analisis statistik parameter efisiensi pakan (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari

Uji Keragaman Homogenitas

ANOVA efisiensi benih ikan nila hibrid Sumber

Kergaman Jumlah kuadrat Derajat bebas Kuadrat Tengah F Sig (p). Perlakuan 12,628 2 6,314 6,534 ,031 Galat 5,798 6 ,966 Total 18,426 8 p<0,05

Uji lanjut Tukey untuk menentukan perbedaan efisiensi pakan antar perlakuan

* Menunjukkan beda nyata 0.05 Padat Penebaran

(ekor/l)

Ulangan Hari ke-

0 7 14 21 28 2 1 0,00 87,43 73,04 94,27 75,63 2 0,00 87,28 71,32 94,54 75,67 3 0,00 88,36 71,68 92,73 75,40 Rataan 0,00 87,69 72,01 93,85 75,57 STDEV 0,00 0,59 0,91 0,98 0,15 4 1 0,00 72,51 89,63 87,17 70,62 2 0,00 74,77 91,09 84,48 77,39 3 0,00 72,43 92,13 86,71 74,21 Rataan 0,00 73,24 91,61 86,12 74,07 STDEV 0,00 1,33 0,74 1,44 3,39 6 1 0,00 72,28 87,06 83,06 78,77 2 0,00 70,17 88,59 77,49 75,13 3 0,00 80,00 78,91 77,23 78,04 Rataan 0,00 74,15 84,85 79,26 77,31 STDEV 0,00 5,17 5,20 3,29 1,93

Levene statistic df 1 df2 Sig.

3.788 2 6 .086 (I) Perlakuan (J) Perlakuan Beda nilai Tengah (I-J) Simpangan Baku

Sig. Selang Kepercayaan 95%

Batas Bawah Batas Atas

2ekor/liter 4ekor/liter 1,19000 ,80263 ,363 -1,2727 3,6527 6ekor/liter 2,88667* ,80263 ,027 ,4240 5,3494 4ekor/liter 2ekor/liter -1,19000 ,80263 ,363 -3,6527 1,2727 6ekor/liter 1,69667 ,80263 ,167 -,7660 4,1594 6ekor/liter 2ekor/liter -2,88667* ,80263 ,027 -5,3494 -,4240 4ekor/liter -,69667 ,80263 ,167 -4,1594 ,7660

(48)

34 Lampiran 8. Cara penentuan kapasitas jumlah hapa dalam 1 kolam pendederan

nila hibrid Oreochromis sp.

14 m

65 cm 50 cm 65 cm

Keterangan : Penentuan menentukan jumlah hapa yang dipasang dilihat dari

Luas kolam = 14 m x 21 m

Ukuran hapa = 1,2 m x 0,6 m x 0,6 m

Jarak antar hapa = 50 cm Jarak pematang-hapa panjang = 30 cm

Jarak pematang-hapa lebar = 30 cm

Lebar jalan inspeksi = 60 cm

3 0 cm 50 cm 50 cm 50 cm 50 cm 50 cm 50 cm 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm 60 cm 21 m

(49)

35 Lampiran 9. Penjadwalan budidaya nila hibrid Oreochromis sp. selama 8 siklus dalam 1 tahun.

Siklus April 2011 Minggu ke- Mei 2011 Minggu ke- Juni 2011 Minggu ke- Juli 2011 Minggu ke- Agustus 2011 Minggu ke- September 2011 Minggu ke- 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 Siklus September 2011 Minggu ke- Oktober 2011 Minggu ke- November 2011 Minggu ke- Desember 2011 Minggu ke- Januari 2011 Minggu ke- Februari 2011 Minggu ke- Maret 2011 Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan : = Tahap Persiapan = Masa Pemeliharaan

Gambar

Gambar 1. Hapa tempat pemeliharaan ikan nila hibrid Oreochromis sp .
Gambar 2. Ikan nila hibrid Oreochromis sp.
Tabel  1    Bobot  rata-rata  (g)  benih  ikan  nila  hibrid  Oreochromis  sp.  yang  dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari
Gambar 4.  Histogram  pertumbuhan  panjang  mutlak  (cm)  benih  ikan  nila  hibrid  Oreochromis  sp
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Present Value of Annuity Factor adalah faktor pengali untuk menghitung nilai sekarang (P) dari tingkat pembayaran yang sama (jumlah dari setiap pembayaran disebut

Masyarakat diawali dengan diskusi dengan Kepala Desa dan Direktur Badan Usaha Milik Desa Jatirejo, Lendah, Kulon Progo yang membahas pentingnya dilakukan pemetaan potensi

Dalam usaha dakwah yang berterusan terhadap masyarakat Orang Asli di Pahang, sudah pasti terdapat cabaran dan dugaan yang perlu ditempuhi oleh setiap dai dalam siri-siri dakwah

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara motivasi belajar dan efikasi diri dengan model mental siswa dalam

Dalam mengenal setiap alat dan media pengajaran pendidikan jasmani bagi anak luar biasa maka harus dikenali tentang kegunaaa dari alat dan media tersebut, untuk anak

Pada pengembangan produk ini, pengujian dilakukan pada subjek uji coba yaitu ahli evaluasi pembelajaran dan guru berupa uji coba lapangan. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui

Antara semua awal dan akhir, seperti halnya bagian dimana pawang kembali ke anjing yang sedang duduk, berdiri, atau tiarap, waktu jeda (lebih kurang 3 detik)

Nomor 22 Tah un 1999 tentang Pemeri ntaha n di Daerah, maka di bi dang perhubun gan termasuk pen guji an Kendaraan Bermotor dalam Daerah Kota Banjarbaru merupakan