• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA BONTOJATI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR MUH SAFRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA BONTOJATI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR MUH SAFRI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA

BONTOJATI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR

KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

MUH SAFRI 1059600578 10

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA

BONTOJATI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR

KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

MUH SAFRI 105960057810

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjanah Pertanian Strata Satu(S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

Nama Mahasiswa : Muh Safri Nomor Induk Mahasiswa : 1059600578 10

Konsentrasi : Penyuluh dan Komunikasi Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Abubakar Idhan, MP Asriyanti Syarif, SP. M.Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi

Agribisnis

(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK DI DESA BONTOJATI KECAMATAN PASIMASUNGGU TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, November 2014 MUH SAFRI

105960057810

(6)

ABSTRAK

MUH SAFRI. 105960057810. Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar. Dibimbing oleh ABUBAKAR IDHAN dan ASRIYANTI SYARIF.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui penerapan usahatani padi organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar. Penelitian ini berlangsung dua bulan yakni bulan Agustus-September 2014. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriftif.

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang ada di Desa Bontojati yang mengusahakan usahatani padi organik. Sampel yang digunakan yaitu 22 orang petani (20%) dari 112 orang petani. Teknik sampel secara acak sederhana (simple random sampling) metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara langsung dengan petani, dengan menggunakan kuisioner.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan usahatani padi organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar sudah berjalan, walaupun pengelolaan dan penerapan padi organik berada pada kategori sedang. Disebabkan karena masih menggunakan pupuk kimia sebesar 50%.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ballabulo tanggal 7 April 1990, dari Ayah Malahama dan Ibu Dg Tabeang. Penulis merupakan anak terakhir dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Ujung, tamat tahun 2003 kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Pasimasunggu Timur, tamat pada tahun 2006, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Pasimasunggu Timur, tamat pada tahun 2009 dan pada tahun 2010, penulis lulus seleksi masuk Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim Assalamualaikum wr.wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjanah serta menjadi aplikasi pengetahuan dan ilmu penulis selama berada di bangku kuliah pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Ir. Abubakar Idhan, M.P, selaku Pembimbing I dan Ibu Asriyanti Syarif, SP. M.Si, selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Irwan Mado, MP, selaku penguji pertama dan Ibu Reni Fatmasari, SP., M.Si, selaku penguji dua.

3. Bapak Ir. Saleh Molla, MM selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

4. Bapak Amruddin. S.Pt, M.Si, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Segenap dosen pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Teristimewah kedua orang tua saya Alh. Ayahanda Malahama dan Ibunda Denta Beang serta segenap keluarga yang telah mendidik, mendoakan, senantiasa memberikan nasehat, semangat dan bantuan baik moril maupun material.

7. Buat sahabat-sahabat yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini Ikzar, Saenal, Ikbal, Mudak, Salman, Burhan, Carlos, Firman, dan teman-teman seperjuangan jurusan Agribisnis angkatan 2010, serta teman-teman-teman-teman pondok bambu penulis banyak mengucapkan terimah kasih.

8. Buat semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak sempat disebutkan satu-persatu terima kasih atas bantuannya.

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat. Penulis pun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga Allah SWT memberi lindungan bagi kita semua.

Makassar, November 2014

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSATAKA 2.1. Pengelolaan Padi Organik ... 4

(11)

2.3. Implementasi Pertanian Organik ... 9

2.4. Produksi ... 10

2.5. Kerangka Pikir ... 11

III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 14

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 14

3.4. Analisis Data ... 15

3.5. Defenisi Operasional ... 16

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi ... 17

4.1.1. Letak Geografis dan Administratif ... 17

4.1.2. Keadaan Iklim dan Topografi ... 17

4.1.3. Penggunaan Lahan ... 18

4.2. Keadaan Penduduk ... 19

4.2.1. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 19

4.2.2. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 20

4.2.3. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 20

4.2.4. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 21

4.3. Sarana dan Prasarana ... 21

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Umur Responden ... 23

(12)

5.3. Tingkat Pendidikan ... 25

5.4. Pengalaman Berusahatani ... 26

5.5. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 27

5.6. Usaha Padi Organik ... 29

5.7. Pengelolaan Padi Organik ... 30

5.8. Penerapan Padi Organik ... 31

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

6.1. Kesimpulan ... 34

6.2. Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

Teks

1. Pola Penggunaan Lahan ... 18

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 19

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 20

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 21

5. Sarana dan Prasarana ... 22

6. Jumlah Petani Responden Menurut Kelompok Umur ... 23

7. Jumlah Petani Responden Menurut Luas Lahan ... 24

8. Jumlah Petani Menurut Tingkat Pendidikan ... 25

9. Jumlah Petani Menurut Pengalaman Berusahatani ... 26

10. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga ... 28

11. Pengelolaan Padi Organik ... 29

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

Teks

1. Wawancara Responden ... 54 2. Padi Sebelum Panen ... 54 3. Padi Setelah Panen ... 55

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

Teks

1. Kuisioner Penelitian ... 35

2. Identitas Petani Responden ... 40

3. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengelolaan Padi Organik ... 41

4. Rekapitulasi Hasil Analisis Penerapan Padi Organik ... 42

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian memiliki dua kebijaksanaan pokok yaitu : (1). Mengembangkan ketahanan pangan yang berdasar pada kemampuan produksi, sesuai daya dukung sumber daya alam yang dimiliki, kesesuaian komoditas serta kelembagaan dan budaya lokal, (2). Mengembangkan agribisnis yang berorientasi global dengan mengembangkan keunggulan kompetitif sumber daya alam dan sumber daya manusia daerah yang bersangkutan (Panggabean, 2000).

Prioritas pembangunan pertanian dewasa ini adalah mengembalikan swasembada pangan, peningkatan ekspor non migas dan menambah perolehan devisa, yang sekaligus memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan strategi seperti ini pertanian diharapkan memberi kontribusi signifikan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada masa pemulihan pasca krisis multi dimensi yang melanda bangsa Indonesia saat ini, maka produk-produk pertanian diperhadapkan oleh berbagai gejolak ekonomi. Salah satu gejolak ekonomi yang berhubungan dengan perilaku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah gejolak harga (Ritonga, dkk., 2000).

Di Sulawesi Selatan, sentra produksi padi tersebar di beberapa kabupaten yaitu Bantaeng, Sinjai, Bone, Sidrap, Soppeng, Selayar, Takalar dan Wajo. Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang dapat tumbuh disembarang tempat dan tidak terlalu banyak menuntuk persyaratan lingkungan yang ideal.

(17)

2

Namun demikian untuk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanaman ini memerlukan syarat-syarat yang harus di penuhi, syarat itu antara lain meliputi sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah, sifat fisik tanah yaitu sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan padi seperti tekstur, struktur keadaan, dan komposisi serta air, sedangkan sifat kimia tanah menggambarkan kekayaan tanah akan unsur-unsur hara yang dibutuhkan dan dapat diserap oleh tanaman yang dibudidayakan (Basri, 2001).

Kebutuhan padi akan terus berkembang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan industri. Kebutuhan pasar yang besar belum dapat diimbangi oleh peningkatan produksi, meskipun sumber daya alam, ketersediaan lahan, sumber daya manusia, teknologi dan kondisi agroklimat cukup mendukung. Pada umumnya produktivitas padi yang dihasilkan oleh petani masih rendah, karena pengetahuan dan keterampilan teknis budidaya yang dimiliki masih kurang mendukung. Pembinaan pengelolaan usahatani perlu ditingkatkan usahatani padi ke depan diharapakan semakin produktif.

Padi organik adalah padi yang dibudidayakan tanpa penggunaan bahan-bahan anorganik, seperti penggunaan pupuk dan pestisida kimia sintesis. Untuk memenuhi pendapatan petani maka muncul padi organik, yakni padi yang disahkan oleh suatu badan independen untuk ditanam dan diolah menurut standar organik yang ditetapkan (Ryan, 2007).

Upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas padi telah ditempuh dengan beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan daya dukung lahan dan pengembangan benih padi unggul misalnya non hibrida atau varietas

(18)

3

lapang. Namun sampai saat ini produktivitas usahatani padi di Desa Bontojati masih rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu melakukan suatu penelitian tentang bagaimana Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : “Bagaimana penerapan usahatani padi organik” di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar?

1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui penerapan usahatani padi organik” di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar ?

Kegunaan penelitian ini diharapkan sebagai :

1. Bahan informasi bagi pihak pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan dalam sistem penerapan usahatani padi organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar pada masa yang akan datang.

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Padi Organik

Cara bertanam padi organik pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional, perbedaannya hanyalah pemilihan varietas dan penggunaan pupuk dasar.

Pertanian organik biasanya diawali dengan pemilihan bibit atau benih tanaman non-hibrida, selain untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, bibit non-hibrida sendiri secara teknis memang memungkinkan untuk ditanam secara organik. Ini dikarenakan bibit non-hibrida dapat hidup dan berproduksi optimal pada kondisi yang alami. Sementara bibit atau benih hibrida biasanya dikondisikan untuk dibudidayakan secara non-organik, seperti harus menggunakan pupuk kimia atau pemberantasannya hanya dengan pestisida kimia (Andoko, 2009).

Adapun pengelolaan budidaya padi organik menurut Andoko:

1. Pemilihan Varietas, varietas padi yang cocok ditanam secara organik yaitu unggul. Agar berproduksi optimal, jenis padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk kimia, memang dampak pertanian modern yang hanya menggunakan varietas unggulan atau hibrida adalah merosotnya keanekaragaman hayati varietas, untunglah dari berbagai survei diperoleh bahwa masih ada beberapa tempat di Indonesia yang sawah pertaniannya ditanami varietas unggulan, oleh karena itu untuk keperluan penanaman padi organik tidak terlalu sulit mendapatkan benihnya.

(20)

5

2. Persemaian, langka awalnya adalah melakukan seleksi benih, bermutu merupakan syarat untuk mendapat hasil panen yang maksimal, umumnya benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, kering, sehat, bebas dari penyakit dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak di kehendaki. Berdasarkan persemaian dibuat dengan ukuran panjang bedengan 500-600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang, lebar bedengan 100-150 cm dan tinggi bedengan 20-30 cm, selanjutnya tanah dihaluskan dengan cara pencangkulan ulang menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan selanjutnya diinjak-injak sampai halus, bersamaan dengan penghalusan ini, lahan sawah dapat ditambahkan dengan pupuk kandang (kotoran sapi/) sebanyak 40 kg.

3. Pengolahan Lahan, pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman, pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap yaitu pembersihan, pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Penggaruan berguna meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah menjadi butiran tanah yang lunak dan halus.

4. Penanaman , umur bibit berpengaruh terhadap produktifitas, umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18-25 hari (tergantung jenis padinya), bibit berdaun 5-7 helai, batang bagian bawah besar dan kuat, pertumbuhan bibit seragam (pada jenis padi yang sama) dan bibit tidak terserang hama dan penyakit dapat segerah di pindahkan ke lahan yang telah disiapkan jarak tanam yang paling banyak di gunakan di Indonesia adalah 25 cm x 25 cm dan 30 cm x 30 cm.

(21)

6

5. Pemeliharaan, pemeliharaan tanaman padi terdiri dari penyulaman dan penyiangan, pengairan, serta pemupukan, yang harus diperhatikan dalam penyulaman (penggantian bibit yang rusak) yaitu bibit yang digunakan harus jenis yang sama. Penyulaman tidak boleh melampaui 10 hari setelah tanam, dan selain tanaman pokok (tanaman pengganggu) supaya dihilangkan. Pengairan di sawah dapat dibedakan atas pengairan secara periodik, pemupukan tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan hara yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhan/produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani berupa pupuk alam (organik) dan pupuk buatan (anorganik). Pupuk organik yang digunakan sebagai pupuk dasar berupa pupuk kandang atau kompos sebanyak 5 ton/ha, terkadang untuk memperoleh pupuk kandang sebanyak 5 ton agak sulit, sebagai gantinya dapat digunakan pupuk yang telah di fermentasi atau bokashi yang penggunaannya lebih hemat jika dibandingkan dengan pupuk kandang atau kompos, cukup 1,5-2 ton/ha. Setelah itu dilakukan pemupukan susulan tahap pertama dilakukan saat tanaman berumur 15 hari sebanyak satu ton/ha, pemupukan susulan untuk tahap kedua pada saat tanaman berumur 25-60 hari (Andoko, 2009).

6. Pengendalian Hama dan Penyakit, pada budidaya padi organik pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan melakukan varietas yang tahan dan dapat pula dilakukan dengan secara terpadu antara teknik budidaya, biologis, fisik, (perangkat/umpan), dan kimia (pestisida organik).

(22)

7

7. Panen, sekitar 10 hari sebelum panen sawah harus dikeringkan agar masaknya padi berlangsung serentak selain itu keringnya sawah akan lebih memudahkan pemaneman. Pemaneman padi harus dilakukan pada saat yang tepat, panen yang terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah, yaitu banyak butiran hijau atau butiran berkapur, bila ini yang terjadi nantinya akan memperoleh beras yang mudah hancur saat digiling. Panen padi dapat dihitung berdasarkan umur tanaman, kadar air gabah, atau hari setelah berbunga (hsb), tanda-tandanya adalah 95% mulai tampak kuning dan kadar air gabah berkisar antara 21-26% (Agus dan Suparyono, 1993).

8. Pasca Panen, setelah dipanen gabah harus segerah dirontokkan dari malainya, tempat perontokan dapat langsung di lahan atau di halaman rumah, perontokan ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia atau mesin, bila menggunakan mesin perontokan dilakukan dengan menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar, sementara perontokan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara batang padi di pukul-pukul ke kayu hingga gabah berjatuhan, untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat perontokan maka tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman atau terpal supaya seluruh gabah dapat tertampung. Agar tahan lama disimpan dan dapat digiling menjadi beras maka gabah harus dikeringkan, pengeringan gabah umumnya dilakukan dibawah sinar matahari, pengeringan bertujuan menurunkan kadar air sampai suatu tingkat tertentu ( Agus dan Suparyono, 1993).

(23)

8

2.2 Teknologi Budidaya Padi Organik

Padi organik merupakan padi yang dibudidayakan secara organik, oleh karena tanpa bahan kimia, padi organik tersebut pun terbebas dari residu pupuk kimia dan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi manusia (Andoko, 2009).

Menurut Santosa (2005) secara umum budidaya padi organik mempunyai kelebihan sebagai berikut :

1. Hemat air (tidak digenangi), kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara konvensional.

2. Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah.

3. Membantu petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli dilahannya sendiri, tidak tergantung pada pupuk dan pestisida kimia buatan pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka.

Meskipun produksi padi organik sama dengan non-organik, secara ekonomi beras organik harganya lebih tinggi. Apalagi ditunjang dengan semakin banyaknya orang yang peduli akan kebutuhan pangan yang terbebas dari pestisida kimiawi.

Varietas padi, tidak semua cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium serta hanya dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak sehingga hal ini menimbulkan ketergantungan petani terhadap pemanfaatan pupuk dan pestisida kimia.

(24)

9

Varietas yang cocok ditanam secara organik hanyalah jenis antara lain adalah pandan angin, dan lestari. Agar produksi optimal jenis padi tidak menuntut penggunaan pupuk kimia (Andoko, 2009).

Kelebihan beras pandan wangi antara lain warna beras lebih putih dan tidak berdebu, rasa nasi lebih hambar, warna nasi lebih putih dan wangi, dan beras cukup satu kali cuci sudah bersih. Sedangkan kelebihan padi/beras lestari antara lain bulir padi lebih banyak, rumpun padi lebih tebal, warna nasi lebih putih dan kenyal, ukuran nasi lebih besar dan mudah diserap.

2.3 Penerapan Pertanian Organik

Di Indonesia pertanian organik baru dikenal awal tahun 1990-an padahal sebenarnya pertanian organik di Indonesia bukan lagi hal baru. Sudah sejak lama para leluhur kita bercocok tanam secara alami tanpa menggunakan pupuk buatan pabrik dan pestisida kimia. Sistem pertanian yang berbasis bahan hing input energi (bahan fosil) seperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak sifat-sifat tanah dan akhirnya menurunkan produktifitas tanah untuk waktu yang akan datang. Di sisi lain konsep pertanian organik menitiberatkan pada keterpaduan dalam menjamin daur hara yang optimum (Johannsen et al, 2005).

Pertanian yang insentif merusak kesuburan tanah dan tidak berkesinambungan sebaliknya praktek pertanian organik dapat menghasilkan pangan secara berkesinambungan sehingga membantu masyarakat untuk menghasilkan bahan pangan murah dan juga mengandung hanya sedikit bahan pencemar. Sehingga mengurangi resiko keracunan makanan. Di samping itu sistem pertanian organik lebih mengutamakan pencegahan dari pada

(25)

10

pemberantasan hama dan penyakit, sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida yang dapat merusak lingkungan, biaya produksi lebih murah, tidak merusak kesuburan tanah dan kesinambungan ketersediaan bahan organik, serta tidak merugikan makhluk hidup lain. Sistem pertanian juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah dengan peningkatan P tersedia, N total, K tersedia, kandungan karbon, asm humat, asam zulfat dan menjaga kestabilan pH tanah (Utami dan Handayani, 2003).

2.4 Produksi

Hutabarat dan Heseini (2006) menyatakan bahwa produksi adalah proses menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan barang-barang, jasa atau kedua-duanya. Produsen dapat menggunakan salah satu atau ketiga faktor produksi (tenaga kerja, modal dan bahan baku) dengan kombinasi berbeda guna menghasilkan satu atau banyak produk.

Produksi adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat bekerjanya berbagai faktor produksi sekaligus dalam hal ini tanah, tenaga kerja dan modal, di samping manajemen berfungsi sebagai koordinasi dari ketiga faktor produksi tersebut Hutabarat dan Heseini (2006). Sedangkan Herudjito (2000) mengatakan bahwa dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinue dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen dan faktor sosial ekonomi produsen.

Optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Di dalam

(26)

11

terminologi ilmu ekonomi maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu : (1) Efisiensi teknis, (2) Efesiensi alokasi (efesiensi harga), dan (3) Efesiensi ekonomi.

Menurut Kurniawan (2008) bahwa secara umum pencapaian sistem produksi dan sistem usahatani berkelanjutan ditentukan oleh empat faktor penentu utama yaitu: (1) Kebijaksanaan pemerintah, (2) Dukungan eksternal (Kredit, subsidi, Pemasaran, penyuluhan dan pelayanan lainnya), (3) Partisipasi petani yang ditentukan oleh tujuan sumberdaya, kemampuan dan pengetahuan (4) Ketersediaan teknologi maju (budidaya, pengolahan dan penyimpanan).

2.5 Kerangka Pikir

Padi organik telah mendapat perhatian untuk dibudidayakan kembali setelah bertahun-tahun petani tergantung pada bibit hibrida dan pestisida kimiawi yang merupakan imbas dari revolusi hijau, sadar akan dampak buruk yang ditimbulkan dari revolusi hijau petani pun akhirnya berusaha mengembalikan sistem bercocok tanam padi organik yang lebih rama lingkungan. Padi organik merupakan suatu inovasi di bidang pertanian yang layak dikembangkan karena memiliki keunggulan dari segi rasa, dan aspek kesehatan. Dari segi rasa beras organik lebih embuk dan tidak cepat basi yakni 24 jam jika dibandingkan dengan beras lain yang mampu bertahan selama 12 jam, meskipun harganya sedikit lebih mahal, akan tetapi ditinjau dari aspek kesehatan beras organik tidak mengandung toxin atau unsur yang bersifat racun dan dapat membahayakan kesehatan manusia.

(27)

12

Inovasi padi organik merupakan informasi penting yang memperkenalkan jenis padi yang bersifat ramah lingkungan, dan tidak memanfaatkan pupuk dan pestisida kimia yang dapat merusak struktur tanah serta memiliki dampak negatif dari aspek kesehatan. Informasi ini diperkenalkan kepada masyarakat tani melalui media dan penyuluhan yang bertujuan untuk mengajak dan mengubah pola pikir para petani untuk tidak bergantung pada pemanfaatan pupuk dan pestida kimia yang harganya relatif mahal. Semakin seringnya petani mengikuti penyuluhan maka semakin muda pula mereka menerima inovasi yang diberikan oleh penyuluh sehingga petani akan dapat menerapkan pada usahatani mereka.

(28)

13

Adapun skema kerangka berfikir dapat dilihat dalam bentuk berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penerapan Usahatani Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar.

Penerapan Pengelolaan

Usahatani Padi Organik

(29)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan Lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa desa ini merupakan salah satu daerah penghasil padi organik di Kabupaten Kepulauan Selayar. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan dari bulan Agustus sampai September 2014.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi objek penelitian ini yaitu petani dan padi organik yang terdapat di Desa Bontojati. Populasi yang menjadi objek pada penelitian ini yaitu 112 yang terdapat di Desa Bontojati. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 22 orang petani organik dengan persentase (20%). Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama pada setiap subjek dari populasi untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini teknik pengambilan data dilakukan dalam pengambilan data primer dan sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan petani responden dengan menggunakan kuisioner. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti

(30)

15

Kantor Desa Bontojati, Dinas Perindustrian dan Pertambangan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.4 Analisis Data

Didalam menganalisis data yang ada sehingga mampu menjawab rumusan masalah adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Untuk mengetahui penerapan usahatani padi organik dengan menggunakan teknik scoring yaitu dengan memberikan skor pada setiap item pertanyaan. Item pertanyaan atau kuisioner terdiri dari tiga alternatif pilihan yaitu kategori tinggi (skor 3), kategori sedang (skor 2) dan kategori rendah (skor 1). Skor tersebut kemudian dijumlahkan untuk menyatakan kriteria tinggi, sedang dan rendah. Untuk menentukan kisaran dari setiap skor, digunakan pada interval setiap kegiatan dengan rumus scoring (Sugiono. 2005) : Dimana : Skor Maksimun = 3 Skor Minimun = 1 Jumlah Kelas = 3 1 + 0,66 = 1,66 1, 67 + 0,66 = 2,33 2,34 + 0,66 = 3,00

(31)

16 Jadi Kategori : Rendah = 0 – 1,66 Sedang = 1,67 – 2,33 Tinggi = 2,34 – 3,00 3.5 Defenisi Operasional

Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang defenisi penelitian ini, berikut digambarkan definisi operasional :

1. Padi organik adalah padi yang dibudidayakan secara organik tanpa bahan kimia.

2. Penerapan usahatani padi organik adalah suatu tindakan atau pelaksanaan usahatani padi yang menggunakan bahan organik sebagai sumber hara bagi tanaman, pemberantasan hama dan penyakit tanpa menggunakan kimia sintesis.

3. Pengelolaan padi organik adalah kegiatan untuk mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman secara alami.

4. Petani padi organik adalah petani yang membudidayakan tanaman padi, dengan cara mengurangi atau bahkan, tidak menggunakan sumber unsur hara dari kimia sintesis.

5. Usahatani padi organik adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman yang dibudidayakan secara oragnik tanpa menggunakan bahan kimia.

(32)

17

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Lokasi

4.1.1 Letak Geografis dan Administratif

Kecamatan Pasimasunggu Timur merupakan salah satu wilayah dari 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar. Secara geografis Pasimasunggu Timur terletak ± 65 Mil Laut, dibagian Selatan Ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar.

Desa Bontojati merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan, Desa ini berjarak ± 30 km dari Ibukota Kecamatan dan 62 mil laut dari Ibukota Kabupaten. Luas wilayah Desa Bontojati ± 30 km² yang terdiri atas 3 Lingkungan yaitu Lingkungan Ballabulo Timur, Lingkungan Ballabulo Tengah dan Lingkungan Ballabulo Barat. Secara Geografis Desa Bontojati mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores;

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lembang Baji’; - Sebelah Barat berbatasan dengan Bontoharu;

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bontobulaeng;

4.1.2 Keadaan Iklim dan Topografi

Wilayah Desa Bontojati mempunyai curah hujan rata-rata 1000 mm/tahun. Berdasarkan sistem klasifikasi Schmidt Ferguzon termasuk tipe iklim B dengan

(33)

18

Kategori 7 bulan basah 4 bulan kering, sedangkan suhu udara rata-rata 32°c. Desa Bontojati bertopografi daratan rendah dengan ketinggian 30 m dari permukaan laut ( DPL ).

4.1.3 Penggunaan Lahan

Lahan yang terdapat di Desa Bontojati umumnya digunakan sebagai sawah tadah hujan, tegalan dan kebun campuran. Pola penggunaan lahan di Desa Bontojati dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pola Penggunaan Lahan di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014

No Pola Penggunaan Lahan Luas Lahan ( Ha ) Persentase (%) 1 2 3 4 5

Sawah Tadah Hujan Bangunan dan Pemukiman Tegalan Kebun Campuran Lain-Lain 523,40 39,40 52,58 78,62 10,00 74,34 5,59 7,47 11,17 1,42 Jumlah 704,00 100,00

Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014

Tabel 1 menunjukkan bahwa pola penggunaan lahan di Desa Bontojati adalah sawah tadah hujan 523,40 Ha (74,34%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah disektor pertanian. Kebun campuran sebesar 78,62 Ha (11,17%) dan tegalan 52,58 Ha (7,47%), bangunan dan pemukiman yaitu 39,49 Ha (5,59%) meliputi perkantoran, gedung sekolah, rumah ibadah, perkebunan dan sebagainya.

(34)

19

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Umur penduduk sangat dipengaruhi aktivitas seseorang dalam mengelolah bidang usahanya. Penduduk yang usianya lebih muda relatif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dan termotivasi meningkatkan aktivitasnya dibandingkan dengan penduduk yang usianya lebih tua. Mengenai jumlah penduduk Desa Bontojati dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014 No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 2 3 0-14 15-54 ≥ 55 124 819 386 9,33 61,62 29,04 Jumlah 1329 100,00

Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014

Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 124 jiwa (9,33%). Kelompok ini merupakan kelompok umur yang belum produktif yang umumnya masih berstatus sebagai pelajar atau usia prasekolah. Kelompok umur 15-54 tahun sebanyak 819 jiwa (61,62) dimana kelompok ini tergolong umur yang produktif yang bekerja pada berbagai bidang. Kelompok 55 tahun keatas sebanyak 386 jiwa (29,04%) yang merupakan kelompok umur yang tidak produktif.

(35)

20

4.2.2 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin memberikan klasifikasi tertentu dalam jenis pekerjaan. Peranannya akan dapat menentukan bagi perkembangan wilayah baik skala regional maupun skala nasional. Mengenai jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014

No Jenis Kelamin Jumlah

(Jiwa) Persentase (%) 1 2 Laki-Laki Perempuan 620 709 46,66 53,34 Jumlah 1329 100,00

Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Bontojati brdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 620 jiwa (46,66%), dan perempuan sebanyak 709 jiwa (53,34%). Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir seimbang walaupun jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki dengan selisih sebanyak 6,68% yang tergolong dari tingkatan usia yakni, anak-anak,dewasa dan orang tua.

4.2.3 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menjadi salah satu tolak ukur majunya suatu wilayah atau masyarakat. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pola pikir dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam kegiatannya, terutama dalam pengelolaan usahataninya. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki, dan sebaliknya semakin rendah tingkat

(36)

21

pendidikan maka akan lambat pula untuk menerima suatu informasi. Mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Bontojati dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Bontojati, Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014 No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 TK SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat D2 S1 S2 Lain-Lain 35 205 170 177 7 10 1 724 2,63 15,43 12,79 13,31 0,53 0,75 0,08 54,48 Jumlah 1329 100,00

Sumber : Data Sekunder setelah diolah 2014.

Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki oleh Desa Bontojati terbesar adalah sekolah dasar dengan jumlah 205 orang (15,43%), sedangkan tingkat pendidikan terakhir atau tinggi yang dimiliki oleh masyarakat berada pada tingkat S2 dengan jumlah 1 orang (0,08%.)

4.2.4 Penyebaran Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

4.3 Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena berhubungan berbagai segi kehidupan jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentunya akan

(37)

22

memperlancar kegiatan masyarakat., khususnya kegiatan peningkatan kerja dan mutu pertanian di daerah tersebut. Sarana dan prasarana pada Tabel 5.

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar, 2014.

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Satuan 1 2 3 4 5 Bidang Sosial : - Kantor Desa - Mesjid/Musallah - TPA Bidang Ekonomi : - Traktor - Penggilingan padi Bidang perhubungan :

- Jalan Desa Aspal - Jalan Desa Tanah - Jembatan Bidang Pendidikan : - TK - SD Bidang Kesehatan : - Pustu - Posyandu 1 buah 2 buah 2 buah 30 buah 4 buah 2 km 1 km 4 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah

Sumber : Data Kantor Desa Bontojati 2014.

Tabel 5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa Bontojati cukup memadai dalam melakukan berbagai kegiatan sosial, ekonomi perhubungan, pendidikan dan kesehatan.

(38)

23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Umur Responden

Umur merupakan salah salah faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan petani dalam berusahatani. Umur mempengaruhi fisik dan pola pikir petani. Pada umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang umurnya relatif tua. Seseorang yang muda relatif lebih cepat menerima hal-hal yang baru, berani mengambil resiko, dan lebih dinamis. Sedangkan yang relatif tua mempunyai kapasitas pengelolaan yang matang dan memiliki banyak pengalaman dalam mengolah usahataninya, sehingga ia sangat hati-hati dalam bertindak dan mengambil keputusan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh umur responden berkisar antara 33 tahun sampai 59 tahun. Umur responden disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Petani Responden Menurut Kelompok Umur di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014. No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 2 3 33-41 42-50 51-59 10 7 5 45,46 31,82 22,72 Jumlah 22 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa dari 22 orang responden terdapat 10 orang (45,46%) yang umur 33-41 tahun, 7 orang (31,82%) yang umur 42-50 tahun dan 5 orang (22,72%) yang berumur 51-59 tahun. Hal ini menggambarkan responden yang umur tua dan muda hampir sebanding. Umur muda identik

(39)

24

dengan umur produkif dan umur yang relatif lebih tua identik dengan umur yang kurang atau tidak produktif.

5.2 Luas Lahan

Luas lahan merupakan kepemilikan lahan oleh petani yang digunakan untuk uasahatani padi yang biasanya dinyatakan dalam satuan are. Luas lahan usahatani mempengaruhi hasil produksi, karena luas lahan garapan petani lebih memungkinan untuk memaksimalkan tingkat produksi sekaligus dapat meningkatkan kualitas usahataninya. Identitas petani responden berdasrkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Petani Responden Menurut Luas Lahan di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014. No Luas Lahan Jumlah Responden

(Orang) Persentase (%) 1 2 0,4-1,2 1,3-2,1 15 7 68,18 31,82 Jumlah 22 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar luas lahan petani responden dengan jumlah responden masih sempit 0,4-1,2 sebanyak 15 orang responden dengan persentase (68,18%). Sementara petani yang berlahan 1,3-2,1 sebanyak 7 orang responden dengan persentase (31,82%). Hal ini menunjukkan bahwa petani responden memiliki lahan yang sempit cenderung lebih mudah menerapkan padi organik dibandingkan dengan petani responden yang memiliki lahan yang luas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, beberapa petani responden yang memiliki lahan luas tidak semata-mata menerapkan padi organik

(40)

25

pada seluruh areal persawahan mereka. Awalnya petani responden melakukan percobaan yakni hanya mengaplikasikan pada sebagian kecil lahan mereka, untuk mengukur resiko kegagalan jika menerapkan inovasi baru tersebut, kemudian setelah percobaan tersebut dianggap berhasil, maka proses yang dilakukan dengan menambah luas areal penanaman hingga mencapai luas areal keseluruhan. Sedangkan petani yang memiliki lahan sempit dapat dengan mudah menerapkan teknologi baru dikarenakan resiko kegagalan dan kerugian yang dialami tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan petani responden yang memiliki lahan luas.

5.3 Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal responden merupakan jenjang sekolah yang ditempuh oleh responden yang diperhitungkan dari sistem pendidikan sekolah yang telah berhasil ditamatkan oleh responden.

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tahun sukses atau lamanya pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk berfikir dan bertindak secara rasional, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya lebih relatif dan kritis.

(41)

26

Tabel 8. Jumlah Petani Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.

No Lama Pendidikan (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 2 3 SD SLTP SLTA 12 4 6 54,55 18,18 27,27 Jumlah 22 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Tabel 8 menunjukkan bahwa petani responden yang merasakan pendidikan hanya sampai tingkatan SD berjumlah 12 orang dengan persentase (54,55%), pada tingkatan SLTP berjumlah 4 orang dengan persentase (18,18%) dan tingkatan SLTA berjumlah 6 orang dengan persentase (27,27%). Tingkatan pendidikan sangat mempengaruhi proses dan keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan. Hal ini menggambarkan bahwa, semakin tinggi tingkat pendidikan petani pola pikir juga semakin luas dan tentunya akan lebih cepat dalam menerima apa yang disampaikan. Sebaliknya masyarakat yang memiliki tingkat pendididkan yang rendah akan sulit untuk memahami apa yang disampaikan sehingga hal ini akan mempersulitkan pembangunan (Van De Ban, 2006).

5.4 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani yang dimaksud adalah mulai diperhitungkan sejak seorang petani mulai terlibat dalam kegiatan usahatani. Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan bekerja dan berfikir petani dalam mengelolah usahataninya. Pengalaman usahatani responden dapat dilihat jelas dalam Tabel 9.

(42)

27

Tabel 9. Jumlah Petani Menurut Pengalaman Berusahatani di Desa Bontojati, Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014. No Pengalaman berusahatani (tahun) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 2 3 12-21 22-31 32-41 14 7 1 63,64 31,82 4,54 Jumlah 22 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Terlihat pada Tabel 9 bahwa pengalaman berusahatani responden yang berada pada 12-21 yakni sebanyak 14 orang petani responden dengan persentase (63,64%), yang memiliki pengalaman berusahatani 22-31 yakni sebanyak 7 orang responden dengan persentase (31,82%) dan yang memiliki pengalaman 32-41 sebanyak 1 orang responden dengan persentase (4,54%). Hal ini menggambarkan bahwa petani responden memiliki pengalaman yang cukup untuk menentukan dan mengembangkan usahatani selanjutnya. Lama berusahatani sangat erat kaitannya dengan umur petani. Petani yang umurnya lebih tua dan memiliki pengalaman berusahatani yang lebih banyak cenderung lebih berhati-hati dalam menyerap teknologi baru yang ditawarkan dari luar, sebaliknya petani yang berumur lebih mudah dengan pengalaman berusahatani yang sedikit cenderung lebih terbuka dalam menerima hal baru yang ditawarkan karena kurangnya pengalaman yang dimiliki dalam mengelolah usahatani serta resiko kegagalan yang akan didapatkannya dilapangan. Hal ini, yang menyatakan bahwa petani yang telah lama bergulat dalam dunia usahataninya dapat meningkatkan kemampuan petani serta memberikan modal yang besar dalam menentukan usahataninya agar lebih maju (Utami, 2003).

(43)

28

5.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah semua orang yang tinggal suatu rumah dengan biaya dan kebutuhan hidup lainnya ditanggung kepada keluarga. Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia pertanian yang dimiliki oleh petani, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Jumlah anggota keluarga dapat menambah sumber tenaga kerja dalam mengerjakan peroses produksi namun disatu sisi jumlah yang terlalu banyak dapat menyebabkan biaya beban hidup juga bertambah terutama anggota keluarga yang tidak aktif bekerja. Jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Petani Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014. No Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 2 3 2-3 4-5 6-7 11 9 2 50,00 40,91 9,09 Jumlah 22 100,00

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Pada Tabel 10 terlihat bahwa petani responden di Desa Bontojati memiliki jumlah tanggungan keluarga yakni 2-3 orang sebanyak 11 petani responden (50%), sedangkan 4-5 orang sebanyak 9 petani responden (40,91%) dan 6-7 orang sebanyak 2 petani responden (9,09%). Hal ini menekankan bahwa keluarga yang harus dibiayai hidupnya oleh petani responden pada umumnya tidak begitu banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan pun terbilang relatif sedikit.

(44)

29

6.2 Pengelolaan Padi Organik

Sistem pertanian organik merupakan inovasi baru yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian. Sebelumnya sistem pertanian dengan “intensifikasi pertanian”, konsep dimana petani meningkatkan produksi dengan menggunakan pupuk anorganik, dan pestisida. Oleh karena itu implementasi sistem pertanian organik pada tanaman padi di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar. Pengelolaan padi oranik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengelolaan Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.

No Uraian Nilai Kategori

1 2 3 4 5 6

Penggunaan pupuk kimia sebagai starter pada awal pertumbuhan tanaman.

Peran pemerintah dalam penyediaan bibit yang cocok dibudidayakan secara organik. Peran kelompok tani dalam penyediaan bibit padi organik.

Keaktifan menerima informasi tentang padi organik

Kontak antara penyuluh dengan kelompok tani dalam pengelolaan usahatani padi organik Motivasi dalam pengelolaan usahatani padi organik 1,82 2,27 1,73 2,5 2,23 2,18 Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Jumlah 12,73 Rata-rata 2,12 Sedang

Sumber : Data Primer Setelah diolah 2014

Pada Tabel 11, menunjukkan bahwa petani masih menggunakan pupuk kimia pada awal pertumbuhan tanaman tanaman walaupun porsinya 50% dan 50%

(45)

30

pupuk organik. Persen 50% ini berlangsung pada awal penerapan pertanian organik, memasuki tahun kedua penerapan pertanian organik persinya bergeser 30% pupuk kimia dan 70% pupuk organik. Hal ini dapat dipahami karena mereka sebelumnya telah terbiasa menggunakan pupuk kimia selama bertahun-tahun dengan proses intensifikasi pertanian.

Pemerintah melalui penyuluh pertanian memberikan himbauan kepada petani untuk melaksanakan pertanian organik melalui penyuluhan dan penyediaan bibit yang cocok dibudidayakan secara organik. Walaupun pun staternya belum merata kepada seluruh petani. Kelompok tani juga berperan cukup aktif membantu anggota kelompok tani dalam pengelolaan padi organik.

Keaktifan menerima informasi tentang padi organik berada pada kategori tinggi dengan nilai 2,5. Hal ini tidak lepas dari peranan penyuluh pertanian yang senantiasa memberikan informasi pengetahuan tentang padi organik, dukungan informasi juga diperoleh dari keluarga, teman yang berada dalam satu kelompok tani senantiasa memberikan informasi pengetahuan mengenai usahatani padi organik.

Petani melakukan kontak dengan anggota kelompok tani dan penyuluh, berada pada kategori sedang dengan nilai 2,23, guna mendukung pengelolaan padi organik. Kelompok tani dan penyuluh cukup intensif mengadakan pertemuan guna memperluas informasi tentang padi organik.

Motivasi petani dalam pengelolaan usahatani padi organik berada pada kategori sedang dengan nilai 2,18. Petani setelah mendapat informasi dalam

(46)

31

penyuluh partanian dan kelompok tani, cukup termotivasi untuk melakukan pengelolaan usahatani padi organik.

6.3 Penerapan Padi Organik

Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Penerapan padi organik dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penerapan Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.

No Uraian Nilai Kategori

1 2 3 4 5 6

Tingkat kesulitan penerapan padi organik

Pemahaman teknologi budidaya padi organik

Keuntungan membudidayakan padi organik

Penggunaan pupuk kandang Penggunaan pupuk bokasi Kelanjutan sistem pertanian organik 2,27 1,82 2,41 1,82 2,18 2,55 Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Jumlah 13,05 Rata-rata 2,17 Sedang

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Tabel 12, menunjukkan bahwa penerapan padi organik cukup mengalami kesulitan disebabkan karena petani telah terbiasa menggunakan pupuk kimia dan menggunakan pestisida sehingga petani untuk merubah kebiasaan dengan sistem organik membutuhkan waktu yang cukup lama merubah pemikiran dan tradisi

(47)

32

cara pertanian an organik. Menurut petani, mereka merasa praktis menggunakan pupuk kimia dibandingkan menggunakan pupuk organik. Selain itu ada beberapa distributor yang menggunakan pupuk kimia dan pestisida yang menawarkan pupuk an-norganik kepada petani.

Pemahaman teknologi budidaya padi organik berada pada kategori sedang disebabkan karena penyuluh cukup intensif memberikan masukan tentang teknologi budidaya padi organik baik melalui pemberian informasi dan demonstrasi. Menurut petani, penyuluh memberikan penyuluhan tentang hal ini, dilakukan 2 kali dalam sebulan. Selain itu petani memahami teknologi budidaya padi organik dengan bantuan anggota kelompok tani.

Pemahaman teknologi budidaya padi organik yang mereka dapatkan berupa penggunaan pupuk organik, penggunaan musuh alami untuk mengatasi hama, dan penggunaan benih yang cocok dibudidayakan secara organik.

Petani mendapatkan keunggulan dengan menanam secara organik. Menurut mereka setelah usahatani dengan sistem ini baru berlangsung selama 1-2 tahun. Namun mereka merasakan, menguntungkan karena kualitas padi yang dihasilkan, walaupun produksinya tidak sebesar dengan menggunakan sistem pertanian an-organik. Selain itu kesuburan tanah terjaga, tanah menjadi gembur/subur, memiliki unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Penerapan sistem pertanian organik pada usahatani padi organik menggunakan pupuk kandang dan pupuk bokashi. Dari hasil wawancara dengan petani penggunaan pupuk kandang dan pupuk bokshi berada pada kategori sedang. Petani lebih banyak menggunakan pupuk bokashi dari pada pupuk

(48)

33

kandang. Karena bokashi komposisinya lengkap dari limbah tanaman dan kotoran hewan, jika membandingkan dengan pupuk kandang yang hanya dari kotoran hewan.

Kelanjutan sistem pertanian organik pada usahatani padi organik berada pada kategori tinggi dengan nilai 2,55. Menurut petani responden bahwa mereka akan mempertahankan system pertanian organik karena memiliki keunggulan berupa kualitas tanaman padi, kesuburan tanah. Walaupun ad sejumlah petani yang menjawab tidak karena tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang padi organik masih kurang.

(49)

34

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan yang mengkaji tentang penerapan usahatani padi organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar, maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan padi organik dan penerapan padi organik berada pada kategori sedang. Disebabkan karena masih menggunakan pupuk kimia sebesar 50%.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah peningkatan intasitas pertemuan penyuluh dan kelompok tani dan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam pengelolaan dan penerapan usahatani padi organik.

(50)

35

DAFTAR PUSTAKA

Agus dan Suparyono, 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Andoko, 2009. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya. Hasanuddin, Makassar.

Basri, 2001. Dasar-dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo, Jakarta. Hutabarat dan Heseini, 2006. Produksi. Penebar Swadaya. Jakarta. Herudjito, 2000. Faktor-faktor Produksi. Tenggarong Seberang

Johannsen et al, 2005. Organik Farming. A Contribution to suistanable poverty allepation in Developing countries German NGO Forum Enviropment dan Developmen.

Kurniawan, 2008. Prinsip-prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarat

Panggabean, 2000. Pengembangan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya

Manusia. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Ritonga, dkk, 2000. Ekonomi Umum, Asas-asas, Teori dan Kebijaksanaan. Penerbit Erlangga, Yokyakarta.

Ryan, 2007. Melirik Usahatani Padi Organik. PT. Pribumi Mekar. Bandung Santosa, 2005. Rice Organik Farming Is Programme For Strengtenning Food

Security In Sustainable Rural Developmen. Bisnis.com, Jumat,

10/12/2004.

Sugiono, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung, CV. Alfabeta.

Sumarno, 2007. Berusahatani Padi Dengan Sistem Anorganik. Bandung Utami dan Handayani, 2003. Sistem Pertanian. Bina Aksara. Jakarta

Van De Ban, 2006. Penyuluhan Pertanian. Cetakan ke-8 penerbiy kanisius, Yogyakarta. Disampaikan Pada Seminar Internasional Kamboja RO.

(51)
(52)

35

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian.

KUESIONER PENELITIAN

(Pertanyaan Tertutup)

I. IDENTITAS PETANI RESPONDEN (PADI ORGANIK)

1. Nama : ………..

2. Umur : ………...Tahun

3. Pendidikan : ………..

4. Pengalaman berusahatani : ………...Tahun 5. Jumlah Tanggungan Keluarga : ………...

6. Luas Lahan : ………Ha

II. PENGELOLAAN USAHATANI PADI ORGANIK

1. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) masih menggunakan pupuk kimia sebagai starter pada awal pertumbuhan tanaman?

a. Ya (3) b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)

Alasan : ... ...

(53)

36

2. Apakah pemerintah membantu dalam penyediaan bibit yang cocok dibudidayakan secara organik?

a. Ya (3) b. Cukup (2) c. Tidak (1)

Alasan : ... ... 3. Apakah kelompok tani berperan dalam penyediaan bibit padi organik?

a. Ya (3) b. Cukup (2) c. Tidak (1)

Alasan : ... ... 4. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) aktif dalam mencari informasi mengenai

pengelolaan usahatani padi organik? a. Aktif (3)

b. Cukup Aktif (2) c. Tidak Aktif (1)

Alasan : ... ...

(54)

37

5. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) sering melakukan kontak dengan anggota kelompok tani dan penyuluh dalam pengelolaan usahatani padi organik? a. Sering (3)

b. Cukup Sering (2) c. Jarang (1)

Alasan : ... ... 6. Apakah Bapak/Ibu, saudara (i) termotivasi dalam pengelolaan usahatani

padi organik? a. Ya Termotivasi b. Cukup Termotivasi c. Tidak Termotivasi Alasan : ... ...

III. PENERAPAN USAHATANI PADI ORGANIK

1. Apakah Bapak/Ibu Saudara (i) dalam menerapkan usahatani padi organik mengalami kesulitan? a. Tidak (3) b. Cukup Kesulitan (2) c. Ya (1) Alasan : ... ...

(55)

38

2. Apakah anda sudah memahami teknologi budidaya padi organik?

a. Ya (3)

b. Sebahagian (2) c. Tidak (1)

Alasan : ... ... 3. Apakah anda merasa menguntungkan jika menanam padi secara organik?

a. Ya (3)

b. Cukup Menguntungkan (2)

c. Tidak (1)

Alasan : ... ... 4. Apakah bapak selama ini menggunakan pupuk kandang?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)

Alasan : ... ... 5. Apakah bapak selama ini menggunanakan bokasi?

a. Ya (3)

b. Kadang-kadang (2) c. Tidak (1)

(56)

39

6. Apakah bapak akan mempertahankan sistem pertanian organik untuk selamanya? a. Ya (3) b. Belum tau (2) c. Tidak (1) Alasan : ... ...

(57)

40

Lampiran 2. Identitas Petani Responden di Desa Bontojati, Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.

No Nama Responden Umur (Tahun) Pendidikan Pengalaman Usahatani Luas Lahan Jumlah Tanggungan Keluarga 1 Rusdi 39 SLTP 16 1 4 2 Abdul Muin 53 SD 29 1 3 3 Agus 47 SD 20 0,9 3 4 Bahtiar 47 SLTA 10 0,4 2 5 Arwin 35 SD 16 1,5 2 6 Andi Bahri 50 SD 22 0,75 4 7 Andi Nakir 47 SD 22 0,6 4

8 Muh Arasa 56 SLTA 26 0,5 4

9 Baso Salasa 57 SLTP 31 2 2

10 Milham 39 SLTP 15 2 4

11 Haemuddin 59 SD 41 1 4

12 Sappara 34 SD 12 2 3

13 Andi Asing 44 SLTA 22 2,1 6

14 Muh Darwis 47 SLTA 27 2 7

15 Andi Utta 35 SD 18 0,7 3

16 Muh Jufri 47 SLTP 20 0,8 5

17 Mappatunru 39 SLTA 15 1 4

18 Haeruddin 37 SD 14 0,5 3

19 Rahman 33 SD 12 0,8 2

20 Asis Argi 34 SLTA 12 1 5

21 Saenal 35 SD 16 2 3

(58)

41

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengelolaan Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.

No Nama Responden Pegelolaan Padi Organik

1 2 3 4 5 6 1 Rusdi 3 1 3 3 1 3 2 Abdul Muin 3 1 1 3 3 3 3 Agus 1 3 1 3 3 3 4 Bahtiar 1 3 3 3 1 1 5 Arwin 3 1 1 3 2 3 6 Andi Bahri 1 3 3 3 3 3 7 Andi Nakir 3 3 1 3 3 1 8 Muh Arasa 1 3 3 3 3 1 9 Baso Salasa 3 1 1 1 1 3 10 Milham 1 3 1 1 1 3 11 Haemuddin 3 1 3 1 3 3 12 Sappara 1 3 1 3 2 3 13 Andi Asing 3 1 1 2 3 1 14 Muh Darwis 1 3 1 2 2 3 15 Andi Utta 1 3 3 2 2 1 16 Muh. Jufri 3 1 1 3 1 1 17 Mappatunru 1 3 1 3 2 3 18 Haeruddin 1 3 3 2 3 1 19 Rahman 1 3 3 3 3 1 20 Asis Argi 1 3 1 3 2 3 21 Saenal 1 3 1 2 2 3 22 Dea Pangantang 3 1 1 3 3 1 Jumlah 40 50 38 55 49 48 Rata-rata 1,82 2,27 1,73 2,5 2,23 2,18 Keterangan : 1,00 – 1,66 = rendah 1,67 – 2,33 = sedang 2,34 – 3,00 = tinggi

(59)

42

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Analisis Penerapan Padi Organik di Desa Bontojati Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014.

No Nama

Responden

Penerapan Padi Organik

1 2 3 4 5 6 1 Rusdi 2 1 1 1 1 3 2 Abdul Muin 3 2 3 3 3 3 3 Agus 2 1 3 1 3 3 4 Bahtiar 3 1 3 1 3 3 5 Arwin 3 3 2 1 3 1 6 Andi Bahri 2 3 3 3 1 3 7 Andi Nakir 3 3 2 3 1 3 8 Muh Arasa 2 1 1 1 3 3 9 Baso Salasa 3 2 3 3 3 1 10 Milham 2 1 3 1 1 3 11 Haemuddin 2 2 1 1 1 3 12 Sappara 3 2 2 3 3 3 13 Andi Asing 3 1 3 1 3 1 14 Muh Darwis 2 2 3 1 1 1 15 Andi Utta 3 1 3 1 3 3 16 Muh. Jufri 2 2 3 3 1 3 17 Mappatunru 1 3 3 1 3 3 18 Haeruddin 3 1 3 3 3 3 19 Rahman 2 1 1 1 3 1 20 Asis Argi 1 2 2 3 1 3 21 Saenal 2 2 2 3 3 3 22 Dea Pangantang 1 3 3 1 1 3 Jumlah 50 40 53 40 48 56 Rata-rata 2,27 1,82 2,41 1,82 2,18 2,55 Keterangan : 1,00 – 1,66 = rendah 1,67 – 2,33 = sedang 2,34 – 3,00 = tinggi

(60)

43

Lampiran 5. Pengambilan Dokumentasi Pada Responden dengan Wawancara

Gambar 1. Wawancara Responden

(61)

44

Gambar

Gambar  1.  Kerangka  Pemikiran  Penerapan  Usahatani  Padi  Organik  di  Desa  Bontojati  Kecamatan  Pasimasunggu  Timur  Kabupaten  Kepulauan  Selayar
Tabel  1.  Pola  Penggunaan  Lahan  di  Desa  Bontojati  Kecamatan  Pasimasunggu  Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014
Tabel  2.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Kelompok  Umur  di  Desa  Bontojati  Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014  No  Kelompok Umur  (Tahun)  Jumlah (Jiwa)  Persentase (%)  1  2  3                 0-14  15-54                ≥ 55
Tabel  3.  Jumlah  Penduduk  Berdasarkan  Jenis  Kelamin  di  Desa  Bontojati  Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis PCA memperlihatkan pola yang hampir sama dengan jarak genetik yaitu pengelompokan sampel dari Baluran yang cenderung terpisahkan dengan populasi

Mencontoh kebiasaan tersebut dengan menyatakan dan menanyakan tentang tindakan/kejadian yang dilakukan/terjadi secara rutin atau merupakan kebenaran umum, dalam bahasa Inggris,

Usaha meningkatkan potensi dan minat petani terhadap pengembangan jambu mete di Desa Bontobulaeng Kecamatan Pasimasunggu Timur Kabupaten Kepulauan Selayar

Penggunaan sistem informasi peraturan perundang- undangan harus memberikan nilai lebih bagi seorang perancang karena sarana tersebut dapat mempermudah dalam pencarian data

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Penerimaan Sistem

Pada bab ini juga, pengkaji telah menerangkan permasalahan secara andaian serta persoalan yang ingin diketahui oleh pengkaji iaitu mengenai promosi dan strategi promosi yang

SDD dan dokumen Perencanaan Khusus Kapasitas dan Ketersediaan sebagaimana dimaksud pada angka 2.6.5 akan dijadikan masukan dalam penyusunan SLA untuk menentukan

Upaya pengawasan juga dilakukan oleh Ombudsman terhadap penyelenggaraan pelayanan publik yang merupakan bentuk pengawasan eksternal yang bersifat represif, karena