• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PSIKOLOGI KOMUNIKASI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

PSIKOLOGI

KOMUNIKASI

Ruang Lingkup Psikologi

Komunikasi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ilmu Komunikasi Hubungan

Masyarakat

01

MK85006 Ety Sujanti, M.Ikom

Abstract

Kompetensi

Modul ini akan menjelaskan dan membahas pengertian komunikasi dilihat dari perspektif ilmu komunikasi dan psikologi. Juga membahas karakteristik manusia komunikan dan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku manusia dan manfaat penggunaan psikologi komunikasi sebagai upaya dalam mewujudkan komunikasi yang efektif.

Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan memiliki pengeta mampu memahami dan menjelaskan :

 Pengertian dan manfaat psikologi komunikasi  Karakteristik manusia komunikan  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku komunikasi.

(2)

RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

KOMUNIKASI

I. Definisi dan Manfaat Psikologi Komunikasi

Bermacam-macam definisi komunikasi, bergantung pada perspektifnya. Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin

“communicatus” atau communicatio atau communicare yang berarti “berbagi” atau “menjadi

milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada

suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.

Menurut Webster New Collegiate Dictionary, komunikasi adalah “suatu proses

pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.

Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para

ahli sebagai berikut :

1. Carl Hovland, Janis & Kelley

Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak)

2. Bernard Berelson & Gary A.Steiner

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.

3. Harold Lasswell

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”(who says what in which channel to whom and with what effect).

4. Barnlund

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.

(3)

5. Weaver

Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.

6. Gode

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Dari berbagai definsi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalam melihat komunikasi. Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner.

Definisi Hovland, Janis dan Kelly, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau membentuk perilaku.

Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.

Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu :

- siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber) - mengatakan apa ( isi informasi yang disampaikan)

- kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima) - melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)

- dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)

Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan 5 unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu Pertama; sumber (source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator, pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan, atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber tersebut. Pesan mempunyai 3 komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan pesan, dan bentuk atau

(4)

organisasi pesan. Ketiga; saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara. Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka) atau lewat media (cetak dan elektronik). Keempat; penerima (receiver) sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener), penafsir (interpreter), yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima. Kelima; efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah pengatahuan, perubahan sikap, atau bahkan peruahan perilaku.

Kelima unsur tersebut di atas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru. Unsur-unsur yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan komunikasi (noise), dan konteks atau situasi komunikasi.

Selanjutnya definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularan pemilikan, yaitu dari yang semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.

Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego.

A. Definisi Komunikasi dari Perspektif Psikologi

Dari perspektif psikologi, Hovland, Janis dan Kelly (psikolog) yang mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli

(usually verbal) to modify the behaviour of other individuals (the audience)”(1953:12). Dalam

konteks ini psikologi mencoba menganalisis komunikasi antar individu; bagaimana pesan yang disampaikan menjadi stimulus yang menimbulkan respons bagi individu yang lain, bagaimana lambang-lambang dapat bermakna dan bisa mengubah perilaku orang lain. Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviourisme sebagai “usaha menimbulkan respons melalui lambang-lambang verbal.” Raymond S. Ross (1974:b7) mendefinisikan komunikasi sebagai “proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga

(5)

membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber”. Selanjutnya Kamus Psikologi, Dictionary

of Behavioral Science menyebutkan 6 definisi komunikasi sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti dalam system syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.

2. Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme.

3. Komunikasi adalah pesan yang disampaikan

4. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi system yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.

5. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah pribadi pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah yang lain.

6. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psiko- terapi.

Dari definisi tentang komunikasi dari perspektif psikologi tersebut di atas, terlihat bahwa makna komunikasi sangat luas, meliputi penyampaian energi, gelombang suara, tanda di antara tempat, dan system atau organisme. Istilah komunikasi dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi.

Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, peristiwa penerimaan dan pengoalhan informasi, pada proses saling pengaruh di antara berbagai system dalam diri organisme dan di antara organisme. Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikator, psikologi memeriksa karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal dan eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya, apa sebab satu sumber komuniksi berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak.

Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu; bagaimana pesan dari satu individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain. Psikologi bahkan meneliti lambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komunikator, psikologi

(6)

melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa faktor-faktor personal dan situasional yang memengaruhinya, dan menjelaskan berbagai corak komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.

Perkembangan terbaru dari dunia psikologi komunikasi adalah komunikasi terapeutik. melalui metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu rupa sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan social yang bermanfaat. Komunikasi teerapeutik memandang gangguan jiwa besumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya. Singkatnya, meluruskan jiwa orang dengan meluruskan caranya berkomunikasi.

Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau mempengaruhi. Komunikasi untuk tujuan yang ketiga ini lazim disebut komunikasi persuasif, yang berkaitan erat dengan psikologi. Persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologi.

Ketika komunikasi dikenal sebagai proses memengaruhi orang lain, disiplin-disiplin yang lain menambah perhatian yang sama besarnya. Menurut George A. Miller, komunikasi telah menjadi salah satu kesibukan utama pada masa sekarang ini. Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia, sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia harus melihat pada komunikasi. Komunikasi telah dikaji dari berbagai segi, sosiologi, antropologi, ekonomi, psikologi, linguistik, biologi, filsafat, politik, teknik, dan sebagainya. Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas lainnya, maka psikologi melihat pada perilaku individu komunikan. Yang agak permanen mempelajari komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi sosial, interaksi sosial harus melalui kontak dan komunikasi. Oleh karena itu, setiap buku sosiologi harus menyinggung komunikasi. Dalam dunia yang serba modern sekarang ini, komunikasi bukan saja mendasari interaksi sosial. Teknologi komunikasi telah berkembang sedemikian rupa sehingga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa komunikasi.

(7)

B. Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi

Komunikasi begitu pentingnya dalam kehidupan manusia sehingga setiap orang yang ingin berinteraksi dengan manusia pasti ingin mempelajari komunikasi secara menyeluruh. Oleh karena itu dibutuhkan telaah ilmu yang akan dapat memberikan manfaat sehingga bisa memanfaatkan komunikasi yang efektif dan efisien. Komunikasi telah banyak dipelajari dari berbagai disiplin ilmu: antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, neurofisiologi, filsafat dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai ”usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.”

Menurut Fisher, ada 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu :

1. Penerimaan stimuli secara indrawi; Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan kepada organ-organ penginderaan kita yang berupa data. Stimuli bisa berbentuk orang, pesan, suara, warna, dan sebagainya; pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.

2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons; Stimuli itu kemudian diolah dalam jiwa kita, yaitu dalam ‘kotak hitam” yang tidak pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan tentang proses yang terjadi pada “kotak hitam” dari respons yang tampak. Misalnya kita mengetahui bahwa bila ia tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.

3. Prediksi respons; Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang akan datang. Kita harus mengetahui sejarah respons sebelum meramalkan respons individu masa sekarang. 4. Peneguhan respons; Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada

respons organisme yang asli). Ahli lain menyebutnya feedback atau umpan balik.

Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respons yang terjadi pada masa yang akan datang. George A. Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semua “Psychology is the science that attempts

to describe, predict, control mental and behaviorial events (Miller, 1974:4). Dengan

demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah

(8)

– apa yang disebut Fisher – “internal mediation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.

Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Karena itu, psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi. Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah :

1. Proses belajar yang meliputi aspek koginitif dan aspek afektif

2. Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komuniksi)

3. Mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, identifikasi, permainan peran, proyeksi, agresi, dan sebagainya.

C. Penggunaan Psikologi Komunikasi

Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif menimbulkan 5 hal, yaitu :

1. Pengertian: Penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksudkan oleh komunikator.

2.Kesenangan: Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan hangat, akrab dan menyenangkan.

3. Memengaruhi sikap: komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefinisikan sebagai “proses memengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak atas kehendaknya sendiri.

4. Hubungan sosial yang baik: manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan “kebutuhan akan cinta”atau belongingness. William Schutz memerinci kebutuhan dalam tiga hal: kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion); pengendalian dan kekuasaan (control); cinta serta rasa kasih saying (affection). Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif. Bila orang gagal dalam menumbuhkan

(9)

hubungan interpersonal, maka ia menjadi agresif, senang berkhayal,dan sakit fisik dan mental, dan ingin melarikan diri dari lingkungannya.

5. Tindakan: persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Menimbulkan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ia bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Keberhasilan atau efektivitas komunikasi selain ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas, juga ditentukan oleh faktor-faktor sumber/komunikator, pesan, saluran komunikasi, dan orang/khalayak yang menerima pesan tersebut. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil dulu menanamkan pengertian, membentuk dan meneguhkan sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik. Konsep tersebut menunjukkan bahwa psikologi komunikasi sangat berperan dalam perubahan perilaku manusia, terutama saat manusia berkomunikasi dengan manusia lain, baik yang sifatnya interpersonal, kelompok, maupun massa. Dengan orang memahami dan mengerti psikologi komunikasi, saat kamunikasi berlangsung antara komunikator dan komunikan, orang mampu melihat dan menganalisis gerak dan tingkah kedua komponen tersebut, yang berbicara dan yang mendengar.

Dengan menganalisis pandangan ini, maka peran ilmu psikologi komunikasi

dalam perkembangan masyarakat dan pengetahuan cukup besar. Dalam perkembangannya, psikologi komunikasi tidak terlepas dari ilmu psikologi dan komunikasi itu sendiri, karena keterkaitan keduanya sangatlah besar.

II. Karakteristik Manusia Komunikan

A. Konsepsi Psikologi tentang Manusia

Banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatarbelakangi konsepsi-konsepsi psikologi tentang manusia. Teori-teori persuasi sudah lama menggunakan konsepsi psikoanalisis yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens). Teori pengolahan informasi jelas dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (Homo Sapiens).

(10)

Teori “jarum hipodermik” (yang menerangkan mengenai efek media massa) dilandasi konsepsi behaviourisme yang memandang manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh lingkungan (Homo Mechanicus). Teori-teori komunikasi interpersonal banyak dipengaruhi konsepsi psikologi humanistis yang menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo Ludens).

Walupun psikologi telah banyak melahirkan teori-teori tentang manusia, tetapi empat pendekatan yang dicontohkan diatas adalah yang paling dominan: psikoanalisis,

behaviourisme, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis. Setiap pendekatan ini

memandang manusia dengan cara berlainan. Tabel 1 Empat Teori Psikologi Sumber: McDavid&Harari (1974:31)

Teori Konsepsi

tentang Manusia

Tokoh-tokohnya Kontribusi pada psikologi

Sosial

Psikoanalisis Homo Volens (Manusia berkeinginan)

Freud, Jung, adler, Abraham, Horney, Bion

Perkembangan kepribadian Sosialisasi Identifikasi

Agresi Kebudayaan & perilaku

Kognitif Homo sapiens (Manusia Berpikir)

Lewin, Heider, Festinger, Piaget, Kohlberg

Sikap bahasa dan berpikir Dinamika Kelompok Propaganda Behaviourisme Homo Mechanicus (Manusia Mesin) Hull, Miller&Dollard, Rotter, Sklinner, Bandura Persepsi Interpersonal Konsep diri Eksperimen Sosialisasi Kontrol sosial Ganjaran&hukuman Humanisme Homo Ludens

(Manusia Bermain)

Rogers,

Combs&Snygg, Maslow, May Satir, Perls

Konsep diri

Transaksi interpersonal Masyarakat & Individu

(11)

A) Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis

Orang yang pertama kali berusaha merumuskan psikologi manusia dengan memperhatikan struktur jiwa manusia adalah Sigmund Freud.

Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebutnya Id, Ego, dan Superego.

1. Id

Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia, atau disebut juga pusat instink ( hawa nafsu).

Ada dua instink dominan, yaitu :

a) libido; yaitu instink reproduktif untuk tujuan-tujuan konstruktif.

Instink ini disebut juga instink kehidupan/eros, misalnya dorongan seksual, segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta diri/narcisme.

b) Thanatos; yaitu instink destruktif dan agresif.

Instink ini disebut juga instink kematian.

Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermotral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani manusia. Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan keinginannya.

2. Ego

Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Ego-lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas. Misalnya, Ketika Id mendesak supaya Anda membalas ejekan dengan ejekan lagi, Ego segera memperingatkan Anda bahwa lawan Anda adalah “Bos” yang dapat memecat Anda. Kalau Anda mengikuti desakan Id, maka Anda akan konyol. Setelah itu Anda baru ingat, bahwa bahaya jika sampai berani melawan Bos/pimpinan dalam budaya Indonesia.

(12)

3. Superego

Superego adalah polisi kepribadian yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural masyarakatnya. Superego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan ke alam bawah sadar. Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia, sedangkan ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan superego. Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti dihukum superego dengan perasan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau frustrasi, ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen social (superego), atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akal, dan nilai).

B. Konsepsi manusia dalam Behaviouralisme

Behavioralisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behavioralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan, Belakangan, teori kaum behavioralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali instink, adalah hasil belajar. Behavioralisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; kaum behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus”). Behaviorisme sangat banyak menentukan perkembangan psikologi, teutama dalam hal ekspeerimen-eksperimen. Kajian-kajian psikologi seringkali hanya mencerminkan pendekatan ini.

Pemikiran behaviorisme sebenarnya sudah dikenal sejak Aristoteles yang berpendapat bahwa, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa sma seperti meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Kemudian John Locke meminjam konsep ini, yang dikenal sebagai kaum empirisme. Menurut mereka, pada waktu lahir, manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah jalan satu-satunya ke arah penguasaan pengetahuan. Secara psikologis, ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi. Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku manusia, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.

(13)

Salah satu kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, salah satu paham filsafat etika memandang manusia sebagai mahluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencri kesenangan dan menghindari penderitaan. Utilitarianisme mencoba mengkaji seluruh perilaku manusia pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka akan kita temukan behaviorisme. Kaum behaviorisme berpendapat bahwa organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan.

Pelaziman klasik akan menjelaskan bahwa setiap kali anak membaca, orang tuanya mengambil bukunya degnan paksa, maka anak akan benci pada buku. Bila kedatangan Anda selalu bersamaan dengan datangnya malapetaka, maka kehadiran Anda akan membuat orang berdebar-debar.

Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Seorang ahli, Bandura, menambahkan konsep belajar sosial. Ia mengemukakan permasalahan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Dia mengatakan bahwa, banyak perilaku manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman atau peneguhan. Misalnya, mengapa anak yang berusia dua tahun dapat berbicara dalam bahasa ibunya.

Kaum behavioris tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau objek yang mempunyai makna. Menurut Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Kemampuan meniru respon orang lain, misalnya meniru bunyi yang sering didengar, merupakan penyebab utama belajar. Ganjaran dan hukuman bukan faktor yang utama dalam belajar, tetapi merupakan faktor penting dalam melakukan suatu tindakan. Misalnya bila anak selalu diganjar/dihargai karena melakukan sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan sering melakukannya. Tetapi jika ia dihukum, maka ia akan menahan diri untuk melakukan sesuatu, meskipun ia mampu untuk melakukannya. Jadi, melakukan sesuatu perilaku ditentukan oleh peneguhan, sedangkan kemampuan potensial untuk berbuat ditentukan oleh peniruan.

Sumbangan Bandura tidak menyebabkan behaviorisme dapat menjelaskan semuanya. Behaviorisme tidak bisa menjawab ketika melihat perilaku manusia yang tidak bisa dipengaruhi oleh ganjaran, hukuman, atau peniruan. Contohnya, orang-orang yagn menjelajah Kutub Utara yang dingin; pemuda Jepang yang menempuh Samudra Pasifik di

(14)

atas rakit, atau anak-anak muda Agama Syiah yang meledakkan dirinya dengan bom atau dinamit di Irak, semuanya adalah perilaku yang bermuatan “self-motivated”.

Memang behaviorisme tidak bisa menjelaskan tentang motivasi. Motivasi memang terjadi dalam diri individu, sedangkan kaum behaviorisme hanya melihat pada peristiwa-peristiwa yang “kasat mata” dalam arti yang dapat diamati atau bersifat eksternal. Perasaan dan pikiran tidak menarik perhatian kaum behaviorisme. Beberapa ratus tahun kemudian baru-lah psikologi kembali memasuki proses kejiwaan internal. Paradigma baru ini kemudian terkenal sebagai psikologi kognitif.

Konsep behavioralisme dipengaruhi oleh :

1. Paham empirisme (John Locke, 1632-1704); pemikirannya adalah

bahwa pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”, warnanya diperoleh dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temparamen ditentukan oleh pengalaman indrawi (sensory experience).

2. Paham hedonisme, yang memandang manusia sebagai mahluk yang bergerak

untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri, mencari kesenangan dan mengurangi penderitaan.

3. Paham utilitarianisme, yang memandang seluruh perilaku manusia tunduk pada

prinsip ganjaran dan hukuman.

C. Konsepsi manusia menurut Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif didasari oleh rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes, dan Plato. Kaum rasionalis mempertanyakan apakah betul penginderaan kita, melalui pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat. Misalnya mata kita kita melihat bahwa kedua rel kereta api yang sejajar bertemu di ujung sana.

Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa, jiwa-lah/mind yang menjadi alat utama ilmu pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif, mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi, dan memberikan makna. Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang memengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang memengaruhi manusia sebagai ruang hayat.

(15)

Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.

Secara singkat, perkembangan psikologi kognitif dapat dilihat dari psikologi social, antara lain dikembangkan oleh Heider dan Festinger. Festinger terkenal dengan teori disonansi kognitifnya. Disonansi artinya ketidakcocokan antara dua kognisi/pengetahuan.Dalam keadaan disonan orang berusaha mengurangi disonansi dengan berbagai cara. Disonansi membuat orang resah. Kognisi/pengetahuan bahwa “Saya tahu saya senang merokok” disonan dengan “saya tahu rokok merusak kesehatan”. Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu, maka saya akan :

1. mengubah perilaku, berhenti merokok, atau memutuskan “saya merokok sedikit saja” 2. mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dengan mengatakan bahwa hanya

perokok berat yang berbahaya.

3. memperkuat salah satu kognisi yang disonan, misalnya dengan “”Ah, kawan-kawan saya juga banyak yang merokok”

4. mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak penting, misalnya “Tidak jadi soal merokok merusak kesehatan, Toh saya ingin hidup cepat dan mati muda”

Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang memengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang memengaruhi manusia sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.

Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari informasi yang mengurangi disonansi, dan menghindari informasi yang menambah disonansi. Bila kita terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita, maka kita akan menolak informasi itu, meragukan sumbernya, mencari informasi yang konsonan, atau mengubah sikap sama sekali.

Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji, psikologi kognitif telah memasukkan kembali “jiwa” manusia yang pada menurut paham behaviorisme tidak diakui keberadaannya. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan sekedar mahluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang menjadi harapannya.

Kritik terhadap teori psikologi kognitif datang dari pemahaman bahwa manusia adalah pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeseer dari orang yang suka mencari

(16)

justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang seabgai produk strategi pengolah informasi yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpnan, dan pemanggilan informasi.

D. Manusia menurut perspektif Psikologi Humanistik

Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behavioralisme. Dalam pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai. Psikologi humanistic mengambil banyak dari psikoanalisis Neo-Freudian seperti Adler, dan Jung, serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisme.

Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain. Menurut Alfred Schultz, tokoh fenomenologi, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh factor social dalam proses intersubjektivitas.

Intersubjektivitas diungkapkan pada eksistensialisme dalam tema dialog, pertemuan, hubungan diri dengan orang lain. Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Hidup kita baru bermakna hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif secara sosial. Jadi intisari dari psikologi humanisme adalah bahwa pada keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.

Pandangan Psikologi Humanisme itu adalah :

1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia (Sang Aku, Ku, atau Diriku / I. Me, atau Myself ) menjadi pusat.

Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan brubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal

2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.

3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Dengan perkataan lain, ia bereaksi pada “realitas’ seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.

(17)

4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri, berupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.

5. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.

III. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Manusia

A. Faktor-faktor Personal yang Memengaruhi Perilaku Manusia

Secara garis besar ada dua faktor personal yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.

1. Faktor Biologis

Manusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan. Misalnya, ia lapar kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian. Manusia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun juga begitu. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, dan bersatu dengan faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis menusia menentukan perilakunya, dapat dilacak sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orang tuanya. Sedemikian besarnya pengaruh warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, dan moral bersumber dari struktur biologinya. Aliran dinamakan sosiobiologi. Menurut Wilson, perilaku sosial manusia dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini disebut

”epigenetic rules”, yang mengatur perilaku manusia seperti kecenderungan

menghindari ”incest”, kemampuan memahami ekspresi wajah, samapai kepada persaingan politik. Meskipun pemikiran bahwa sosiobiologis sebagai determinisme biologis dalam kehidupan sosial, kenyataannya menunjukkan bahwa struktur biologis manusia seperti genetika, sistem syaraf, dan sistem hormonal, sangat mempengaruhi perilaku manusia. Struktur biologis manusia seperti genetika, system syaraf dan system hormonal sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Struktur genetis misalnya akan berpengaruh terhadap kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi. Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan pengolahan informasi dalam jiwa manusia. System hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga mempengaruhi proses psikologis.

(18)

Beberapa contoh perilaku manusia yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi adalah sebagai berikut :

- bercumbu - memberi makan - merawat anak

- dan beberapa perilaku agresif - kebutuhan makan dan minum - istirahat

- kebutuhan seksual

- kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan bahaya.

Perlu dipahami bahwa manusia bukan semata-mata mahluk biologis, sebab kalau begitu ia tidak berbeda dengan kambing atau monyet.

2. Faktor-faktor Sosiopsikologis

Karena manusia mahluk social, dari proses social ia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya.

Ada tiga komponen yang berkaitan dengan faktor sosiopsikologis ini, yaitu :

a. komponen kognitif; aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui oleh manusia.

b. komponen afektif; yang merupakan aspek emosional, dan berkaitan dengan factor sosiopsikologis.

c. komponen konatif; adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.

Yang termasuk komponen afektif adalah : - Motif Sosiogenis

- Sikap - Emosi

(19)

Motif Sosiogenis

Motif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Yang termasuk motif sosiogenis adalah sebagai berikut :

W.I. Thomas dan Florian Znaniecki :

1. keinginan memperoleh pengalaman baru 2. keinginan untuk mendapat respons 3. keinginan akan pengakuan

4. keinginan akan rasa aman

David McClelland:

a. kebutuhan berprestasi

b. kebutuhan akan kasih sayang c. kebutuhan berkuasa

Abraham Maslow :

1. kebutuhan fisiologis 2.kebutuhan akan rasa aman

3.kebutuhan akan keterikatan dan cinta 4.kebutuhan akan penghargaan

5.kebutuhan untuk pemenuhan diri Melvin H. Marx :

1. Kebutuhan Organisme : - motif ingin tahu

- motif kompetensi - motif rpestasi 2. Motif-motif sosial - motif ksih sayang - motif kekuasaan - motif kebebasan

(20)

Penjelasan motif-motif tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1) Motif ingin tahu

Setiap orang berusaha memahami dan memproleh arti dari dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru dan mengarahkan tindakan yang sesuai. Karena kecenderungan untuk memahami dan memberi arti pada apa yang dialami, bila informasi yang diperoleh bersifat terbatas, maka orang akan mencari jawaban sendiri. Orang akan menarik kesimpulan sendiri tanpa menunggu informasi itu lengkap terlebih dahulu. Misalnya bila hujan tiba-tiba turun dengan lebat siang ini, maka orang akan menafsirkannya karena tadi pagi Pak Ali yang dermawan meninggal dunia. 2) Motif kompetensi

Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Perasaan mampu ini sangat bergantung pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional. Motif kompetensi ini berhubungan erat dengan kebutuhan akan rasa aman, misalnya kita ingin memproleh jaminan masa depan, jaminan bahwa anak kita bisa sekaolah dengan baik. Bila orang sudh memenuhi kebutuhan biologinya, yakin akan masa depannya lebih baik, maka ia dianggap sudah memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri (kompetensi).

3) Motif cinta

Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari perkembangan kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam kelompoknya sebgai anggota secara sukarela. Berbagai penalitan membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik; orang akan menjadi agresif; kesepian; pendiam, dan akan bunuh diri.

4) Motif harga diri dan kebutuhan akan identitas

Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kekmampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin kehadiran kita di manapun kita berada diperhitungkan oleh orang-orang di sekitar kita. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis seperti gelisah, impulsif, mudah terpengaruh, dan sebagainya.

5) Kebutuhan akan nilai dan makna hidup

Dalam kehidupannya, manusia memerluakan nilai-nilai yang berguna untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupanya. Bila manusia tidak mempunyai nilai, atau bahkan kehilangan nilai, maka manusia tidak tahu tujuan hidupnya dan ia tidak mempunyai kepastian dalam bertindak.

(21)

6) Kebutuhan akan pemenuhan diri

Manusia bukan saja ingin mempertahankan kehidupan, akan tetapi ia juga butuh peningkatan kualitas kehidupan. Kebutuhan akan pemenuhan diri ini dilakukan melalui berbagai bentuk sebagai berikut :

a) menggunakan dan mengembangkan segenap potensi kita dengan cara kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, lukis, dan lain-lain.

b) memperkaya kualitas kehidupan dengan memperluas rentangan

dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan piknik, jalan-jalan ke tempat wisata.

c) Membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-orang lain di sekitar kita.

d) Berusaha ”memanusiakan” diri, dalam arti menjadi pribadi/person yang didambakan orang.

Sikap

Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling banyak didefinsikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar. Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberikan respon.

Beberapa kesimpulan tentang sikap:

a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa benda, orang, tempat, gagasan, atau situasi, atau kelompok. Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau “pada” objek sikap. b. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.

Sikap bukan merupakan rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.

c. Sikap relatif lebih menetap

d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

e. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa dari lahir, tetapi merupakan hasil belajar, oleh akrena itu sikap bisa berubah atau diperteguh.

(22)

Emosi

Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala kesadaran, perilaku, dan proses fisiologis. Misalnya, bila orang yang kita cintai mencemooh kita, kita akan bereaksi secara emosional, kemudian jantung akan berdetak cepat dan napas terengah-engah, kemudian kita akan balas mencemooh atau memukulnya. Emosi tidak selalu jelek. Emosi merupakan bumbu dalam kehidupan; tanpa emosi hidup manusia kering dan gersang.

Ada 4 fungsi emosi sebagai berikut :

1) Emosi adalah pembangkit energi/energizer.

Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasakan, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi kita; misalnya marah menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari, cinta menggerakkan kita untuk berdekatan dan bermesraan. 2) Emosi adalah pembawa informasi/messenger

Bagaimana keadaan diri kita dapat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita marah, kita mengetahui bahwa kita diserang oleh orang lain; sedih berarti kita kehilangan sesuatu atau seseorang, jika kita bahagia berarti kita memperoleh sesuatu yang kita senangi.

3) Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, akan tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara universal. Dalam retorika diketahui bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosinya dalam pidato dipandang lebih hidup dan menarik, dan dinamis serta lebih meyakinkan.

4) Emosi juga merupakan sumber informasi mengenai keberhasilan kita. Kita mendambakan kesehatan, dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat wal afiat. Kita menginginkan keindahan, dan mengetahui bahwa kita memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetika dalam diri kita.

Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjama-jam atau beberapa hari. Mood

(23)

mempengaruhi persepsi kita atau penafisran kita pada stimuli yang merangsang alat indera kita. Bila mood atau suasana emosional ini menjadi kronis dan menjadi bagian dari struktur kepribadian orang, kita menyebutnya temperamen, misalnya pemarah, penyedih, dan ceria. Komponen Kognitif

Yang termasuk komponen kognitif adalah : 1) Kepercayaan

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar, atau salah, atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman,atau intuisi.

Komponen Konatif

Yang termasuk komponen konatif adalah : 1) kebiasaan

2) kemauan

B. Faktor-faktor Situasional yang Memengaruhi Perilaku Manusia

Menurut Edward G. Sampson (1976:13-14): 1) Faktor Ekologis : - Faktor Geografis

- Faktor Iklim dan Meteorologis 2) Faktor Desain dan Arsitektural

3) Faktor Temporal

4) Analisis Suasana Perilaku 5) Faktor Teknologis

6) Faktor-faktor Sosial: - Struktur Organisasi - Sistem Peranan - Struktur Kelompok - Karakteristik Populasi

7) Lingkungan Psikososial: - Iklim Organisasi dan Kelompok

- Ethos dan Iklim institusional dan kultural 8) Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku: - Orang Lain

(24)

Daftar Pustaka

1. Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001 2. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2012 3. Sosiologi Komunikasi, Sutaryo, Arti Bumi Intaran, Jakarta, 2005

4. Interpersonal Communication Everyday Encounters, Julia T. Wood, Wadswprth Group, USA, 2002

5. Social Psychology, James W. Vander Zanden, Random House Inc., USA, 1984 6. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Dennis McQuail, Erlangga, Jakarta, 1987

Gambar

Tabel 1  Empat Teori Psikologi  Sumber: McDavid&Harari (1974:31)

Referensi

Dokumen terkait

 MESKIPUN ADA RATUSAN JENIS EMOSI, NAMUN ADA 4 EMOSI DASAR DI TITIK PUSATNYA (TAKUT, MARAH, SEDIH, & SENANG), DGN BERBAGAI VARIASI /.. NUANSANYA YG MENGEMBANG KELUAR DARI

Faktor internal penyebab terjadinya emosi marah, misalnya perasaan frus- trasi, perasaan terancam, dan persepsi seseorang terhadap perilaku dan ucapan orang lain..Bila

Emosi diartikan sebagai suatu rekasi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku, seperti gembira, sedih, berani, takut, marah, dan haruA. Emosi adalah

Penyebab emosi marah pada individu lebih banyak di pengaruhi oleh perasaan yang ter- sakiti atau terluka, ditinjau dari jenis kelamin, penyebab munculnya emosi marah tidak ber-

PTSD seperti kesulitan mengendalikan emosi/perasaan (mudah marah, mudah tersinggung, sedih yang berlarut larut), kesulitan untuk berkonsentrasi atau

Fungsi personal adalah ungkapan emosi penutur kepada mitra tutur melalui bahasa atau tuturannya. Emosi tersebut misalnya rasa senang, rasa marah, rasa sedih, rasa kecewa

Senang, sedih, marah merupakan salah satu bentuk emosi yang dapat ditampakan pada wajah manusia. Pengenalan emosi pada wajah manusia biasanya dapat dilihat dari bentuk

Guru mengajak murid untuk menuliskan jurnal tentang emosi yang mereka rasakan Sedih, marah, Senang, malas, lapar, ngantuk “Ananda semua, untuk lebih memahami emosi kalian , Ibu mau