• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Letak Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah

Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Propinsi Jawa Barat dan terletak pada 1070 31’ – 1070 54’ Bujur Timur dan 60 11’ – 60 34’ Lintang Selatan. Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Subang adalah sebelah utara adalah Laut Jawa, sebelah selatan adalah Kabupaten Bandung, sebelah timur adalah Kabupaten Indramayu dan Kapubaten Sumedang, dan sebelah barat Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang.

Luas wilayah Kabupaten Subang adalah sebesar 205.176,95 ha (5,39% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat) dengan ketinggian 0 – 1.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan PP No 48 Tahun 1999 wilayah administratif Kabupaten Subang terbagi atas 30 kecamatan dengan jumlah desa 243 dan 8 kelurahan. Hanya 4 kecamatan dari 30 kecamatan yang ada merupakan kecamatan di wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon, dan Kecamatan Pusakanegara, sedangkan kecamatan lainnya berada di daerah pegunungan atau daratan tinggi (Lampiran 1).

Secara umum daerah Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.048 mm dan rata-rata hari hujannya sebanyak 87 hari. Disamping itu, rata-rata curah hujan umumnya terjadi pada awal tahun yaitu bulan Januari hingga April dengan jumlah 365 mm dan 426 mm. Iklim yang demikian sangat mendukung kondisi lahan yang subur dan banyaknya sungai-sungai yang pada gilirannya mempengaruhi secara signifikan besaran luas penggunaan lahan Kabupaten Subang yang sebagian besar digunakan untuk melakukan kegiatan di sektor pertanian.

Wilayah Kabupaten Subang memiliki wilayah pesisir dan laut yang terletak di sepanjang pantai utara yang meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan pesisir: 1. Kecamatan Blanakan

Luas wilayah Kecamatan Blanakan adalah 85,81 km2 yang terdiri atas 9 desa. Diantaranya 7 desa berada di wilayah pesisir yaitu Desa Cilamaya Hilir, Rawameneng, Jayamukti, Blanakan, Langensari, Muara Ciasem dan Tanjung Tiga.

(2)

2. Kecamatan Pamanukan

Luas wilayah Kecamatan Pamanukan adalah 80,89 km2 yang terdiri atas 14 desa. Diantaranya hanya 1 desa yang berada di wilayah pesisir yaitu Desa Sukamaju.

3. Kecamatan Legonkulon

Luas wilayah Kecamatan Legonkulon adalah 98,47 km2 yang terdiri atas 10 desa. Pada wilayah kecamatan ini terdapat 5 desa yang berada di wilayah pesisir. Desa-desa di wilayah pesisir tersebut adalah Desa Anggasari, Tegalurung, Mayangan, Legon Wetan, dan Pengarengan.

4. Kecamatan Pusakanegara

Luas wilayah Kecamatan Pusakanegara adalah 68,40 km2 yang terdiri atas 11 desa. Diantaranya hanya terdapat 1 desa yang berada di wilayah pesisir yaitu Desa Patimban.

Diantara keempat kecamatan tersebut, Kecamatan Blanakan merupakan daerah yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Secara geografis Desa Blanakan terletak pada 1070 30’ – 1070 53’ Bujur Timur dan 60 10’ – 60 22’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 980.463 ha.

Secara administrasi batas wilayah Desa Blanakan diantaranya sebelah utara adalah Laut Jawa dan Kecamatan Blanakan, sebelah selatan adalah Desa Ciasem Baru dan Kecamatan Ciasem, sebelah timur adalah Desa Langensari dan Kecamatan Blanakan, dan sebelah barat adalah Desa Jayamukti dan Kecamatan Blanakan.

Secara umum Blanakan beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 2.300 mm dan rata-rata jumlah bulan hujan adalah 4 bulan, dengan suhu rata-rata harian sebesar 290C. Sebagai daerah pesisir, bentang wilayah untuk Desa Blanakan digolongkan ke dalam zona 3 (tiga) dengan ketinggian 2,5 m. Letak Blanakan yang berada pada posisi strategis memberikan keuntungan terhadap kehidupan ekonomi di Desa Blanakan. Lengkapnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti produksi dan pemasaran. Keuntungan tersebut tentunya memberikan pengaruh positif terhadap sektor perikanan khususnya sub sektor perikanan tangkap. Salah satu contoh keuntungan dari letak

(3)

strategis Desa Blanakan untuk perikanan tangkap adalah memudahkan dalam memasarkan hasil tangkapan, baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas kota bahkan luar propinsi.

4.2 Penduduk

Secara demografis Desa Blanakan merupakan desa yang cukup heterogen. Hal tersebut dapat diketahui dengan struktur kependudukannya yang cukup beragam. Penduduk Desa Blanakan menurut pendataan tahun 2009 berjumlah 11.399 orang, dimana penduduk laki-laki berjumlah 5.862 orang dan penduduk perempuan berjumlah 5.537 orang. Jumlah penduduk Desa Blanakan mengalami kenaikan sebanyak 91 jiwa, dengan kata lain laju pertumbuhan Desa Blanakan dari tahun 2008 - 2009 sebesar 0,80%. Etnis penduduk di Desa Blanakan didominasi oleh penduduk Jawa sebesar 74,7%, etnis Sunda sebesar 25% dan sisanya merupakan pendatang dari luar Pulau Jawa yaitu etnis Padang sebesar 0,2% dan etnis Madura sebesar 0,1%.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Blanakan tergolong sangat rendah, hal ini tentunya berkaitan erat dengan kemampuan alih teknologi baru dan daya analisis dari masyarakat setempat. Data mengenai jumlah penduduk desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Belum sekolah 625 5 Tidak pernah sekolah 1.500 13 Sekolah SD (tidak tamat) 3.319 29,2

SD/Sederajat 2.244 20 SLTP/Sederajat 1.725 15,1 SLTA/Sederajat 1.895 17 D-1 37 0,3 D-2 22 0.2 D-3 17 0,1 S-1 15 0,1 Jumlah 11.399 100

(4)

Menurut pendataan penduduk tahun 2009, mayoritas penduduk hanya sampai sekolah dasar atau sederajat, bahkan persentase penduduk yang tidak tamat sekolah cukup tinggi yaitu 29,2% dari jumlah penduduk. Penduduk yang tamat sekolah dasar/sederajat sebanyak 2.244 orang atau 20% dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang mencapai tingkat perguruan tinggi hanya sebesar 0,7% dari jumlah penduduk.

Penduduk Desa Blanakan berjumlah 11.399 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.433 pada tahun 2009. Berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga, sebagian besar penduduk Desa Blanakan tergolong keluarga prasejahtera. Data mengenai penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel2 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan pada tahun 2009

Tingkat Kesejahteraan Jumlah (orang) Persentase (%) Keluarga prasejahtera 1.321 38,5 Keluarga sejahtera 1 822 23,9 Keluarga sejahtera 2 769 22,4 Keluarga sejahtera 3 440 12,8 Keluarga sejahtera 3 plus 81 2,4 Jumlah total kepala keluarga 3.433 100 Sumber: Desa Blanakan, 2009 (diolah kembali)

Berdasarkan pendataan jumlah penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan didapatkan persentase keluarga prasejahtera yang ada di Desa Blanakan sebesar 38,5% dari 3.433 kepala keluarga, sedangkan persentase keluarga sejahtera 3 plus yang ada di Desa Blanakan sebesar sebesar 1.321 atau 2,4% dari 3.433 kepala keluarga.

4.3 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Desa Blanakan

4.3.1 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan

Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan dari tahun 2002-2008 cukup fluktuatif. Periode 2004-2005 produksi mengalami penurunan, namun dalam kurun waktu 2003-2004 nilai produksi mengalami kenaikan sekitar 3 milyar rupiah dari nilai produksi tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan akan produk perikanan dan tingginya harga jual ikan. Data mengenai perkembangan produksi dan nilai produksi dapat dilihat Tabel 3.

(5)

Tabel 3 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun 2002-2008

Tahun Volume Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) % Volume Produksi % Nilai Produksi 2002 5.559.672 25.650.308.500 18,98 16,85 2003 5.035.876 24.543.868.500 17,19 16,12 2004 5.294.010 27.467.237.000 18,07 18,04 2005 3.917.940 21.273.731.000 13,37 13,98 2006 2.994.787 17.349.948.000 10,22 11,40 2007 3.124.200 17.282.733.000 10,66 11,35 2008 3.370.470 18.648.828.000 11,50 12,25 Sumber : KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik, 2008 (diolah kembali)

Pada tahun 2004-2005 volume produksi kembali mengalami penurunan sebesar 1.376.070 kg/tahun. Meskipun tidak sebanyak tahun 2004-2005 volume produksi pada tahun 2005-2006 juga mengalami penurunan (sebesar 923.153 kg/tahun). Volume produksi tertinggi didapat pada tahun 2002 yakni, sebesar 5.994.267 kg dengan nilai produksi Rp 25.650.308.500. Tahun 2006 merupakan tahun dengan volume produksi terkecil yakni sebesar 2.994.787 kg dengan nilai produksi sebesar Rp 17.349.948.000. Berdasarkan pendataan KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik pada setahun terakhir 2008, produksi hasil tangkapan mencapai sebesar 3.370.470 kg dengan nilai produksi Rp 18.648.828.000.

Gambar 1 Perkembangan produksi ikan di TPI Blanakan. 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 V o lume Pr oduksi (ton) Tahun

(6)

4.3.2 Unit penangkapan ikan 4.3.2.1 Nelayan

Nelayan merupakan salah satu bagian penting dari unit penangkapan ikan. Dalam aktivitas penangkapan mereka terjun langsung untuk melakukan penangkapan ikan. Nelayan yang berdomisili di Desa Blanakan dapat dikategorikan sebagai nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Berdasarkan kepemilikan unit penangkapan ikan, nelayan di Desa Blanakan terbagi lagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan yang berada di PPI Blanakan terdiri dari nelayan pribumi dan nelayan pendatang. Pada umumnya nelayan pendatang di PPI Blanakan umumnya berasal dari Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal. Jumlah nelayan yang terdapat di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah nelayan di Kabupaten Subang pada tahun 2006 No Kecamatan Kelompok Tani (orang)

Air Tawar Tambak Nelayan 1 Cikaum 35 - - 2 Pagaden 233 - - 3 Cipunagara 14 - - 4 Compreng 10 - - 5 Binong 20 - - 6 Ciasem 20 - - 7 Pamanukan 75 39 - 8 Pusakanagara - 100 58 9 Legonkulon 198 301 134 10 Blanakan 20 184 352 Jumlah 625 624 538 Sumber: Dinas Perikanan (2007)

Jumlah nelayan kelompok tani yang berada di Kecamatan Blanakan adalah sebesar 20 orang untuk nelayan air tawar, 184 orang untuk nelayan tambak dan 352 orang untuk nelayan perikanan tangkap laut. Kecamatan Blanakan memiliki jumlah nelayan perikanan tangkap yang paling banyak di Kabupaten Subang, dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Subang. Atas dasar itu, maka PPI Blanakan merupakan sektor basis perikanan yang cukup maju di tingkat Kabupaten Subang.

(7)

4.3.2.2 Kapal

Hampir semua kapal yang berbasis di Desa Blanakan merupakan kapal kayu. Berdasarkan ukuran, kapal tersebut dapat dikelompokkan menjadi kapal dengan ukuran < 10 GT, 10-20 GT dan kapal dengan ukuran antara 20-30 GT. Besar kecilnya ukuran kapal tentunya akan berpengaruh terhadap penentuan daerah penangkapan ikan (DPI). Kapal dengan grosstonase yang besar, kemungkinan akan memiliki daya jelajah yang lebih luas dibandingkan dengan kapal yang ukurannya lebih kecil.

Kapal dengan ukuran < 10 GT biasanya menggunakan alat tangkap jaring bondet, jaring tegur, jaring udang dan jaring rampus. Alat tangkap jaring cumi, pancing dan jaring nilon biasanya menggunakan kapal dengan ukuran 10-20 GT, sedangkan kapal kayu dengan gross tonase antara 20-30 digunakan sebagai armada penangkapan ikan yang memiliki dimensi kerja lebih besar seperti cantrang, payang dan purse seine yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008 Armada Penangkapan ikan

Jenis perahu/kapal Jumlah 1. Perahu papan sedang 25 2. Motor tempel 680 3. Kapal motor 10-20 GT 21

Total 726 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008)

4.3.2.3 Alat penangkapan ikan

Alat tangkap yang berada di PPI Blanakan terdiri dari 7 jenis alat tangkap dioperasikan oleh nelayan antara lain purse seine, cantrang, jaring kantong/udang, jaring bondet, jaring tegur, pancing dan jaring sotong. Selain ketujuh alat tangkap tersebut terdapat pula jaring arad, akan tetapi sejak munculnya larangan pemerintah terhadap penggunaan jaring arad berdasarkan Kepres 31 Tahun 1980, maka alat tangkap tersebut sudah tidak didata lagi oleh pihak KUD Mina Fajar Sidik maupun pihak Departemen Kelautan dan Perikanan.

Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa alat tangkap yang paling dominan di PPI Blanakan adalah jaring kantong/udang, jaring arad tidak termasuk kedalam jaring kantong/udang yang ada di PPI Blanakan karena

(8)

pendataan jaring arad tidak dilakukan secara legal. Sedangkan alat tangkap dengan jumlah paling sedikit di PPI Blanakan adalah jaring tegur dan jaring sotong. Jumlah alat tangkap yang ada di PPI Blanakan mengalami penurunan pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga bahan bakar solar pada tahun 2005, sehingga alat tangkap baru meningkat kembali pada tahun 2008. Pendataan jumlah alat tangkap di Kabupaten Subang dapat pada Tabel 7.

Tabel 6 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan pada tahun 2004-2008

No Jenis Alat Tangkap Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 1 Jaring Purse Seine 48 37 30 30 32 2 Jaring Cantrang 62 48 39 39 42 3 Jaring Kantong / Udang 145 112 91 90 97 4 Jaring Bondet 15 12 10 10 11 5 Jaring Tegur 12 9 7 7 8 6 Pancing 49 38 31 30 32 7 Jaring Sotong 11 9 7 7 8 Jumlah 342 265 215 213 230 Sumber : KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik (2008)

Tabel 7 Jumlah alat tangkap dan trip penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008

Jenis Alat Tangkap Unit alat tangkap

Trip Penangkapan/tahun (trip) Jumlah Payang 3.636 105 Dogol/cantrang 702 50 Pukat pantai 16.808 120 Jaring insang hanyut 585 30 Jaring insang klitik 36.210 180 Jaring insang tetap 31.082 160

Pancing 24.974 130

Perangkap lainnya/tegur 6.550 30 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008)

4.3.3 Daerah penangkapan ikan

Salah satu faktor penentu keberhasilan penangkapan ikan adalah penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground), untuk selanjutnya disebut dengan DPI.

(9)

DPI menunjukkan keberadaan populasi ikan di suatu tempat dalam melakukan operasi penangkapan. Nelayan hendaknya mencari daerah dengan populasi ikan melimpah dan ukuran ikan layak tangkap.

Penentuan DPI suatu alat tangkap berbeda dengan alat tangkap lain, hal ini berkaitan erat dengan keberadaan ikan yang menjadi sasaran penangkapan dan cara beroperasi alat penangkapan ikan. Semakin besar ukuran unit penangkapan ikan akan memiliki daya jelajah/daerah penangkapan yang lebih jauh dan luas dibandingkan dengan kapal yang berukuran kecil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang berbasis di Desa Blanakan, diperoleh informasi bahwa daerah penangkapan masing-masing alat tangkap ikan dominan yang berbasis di Desa Blanakan mempunyai perbedaan jangkauan DPI. Unit penangkapan ikan yang memiliki dimensi kecil (seperti jaring udang) yang menggunakan perahu dengan dimensi panjang 9 m, lebar 2,7 m dan dalam 0,9 m, beroperasi di perairan yang tidak jauh dari pantai seperti perairan Karawang, Blanakan, Singabuntu dan Pamanukan. Sedangkan unit penangkapan ikan berdimensi besar (seperti cantrang) yang mempunyai perahu dengan dimensi panjang 14 m, lebar 4,8 m dan dalam 1,7 m beroperasi di Laut Jawa, bahkan bisa menjangkau Perairan Sumatera dan Kalimantan.

4.3.4 Musim penangkapan ikan

Musim penangkapan ikan secara garis besar dapat digolongkan menjadi musim puncak, musim biasa atau peralihan dan musim paceklik. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang berbasis di Desa Blanakan masing-masing unit penangkapan memiliki jumlah waktu dan musim ikan tersendiri. Musim ikan paling lama dimiliki unit penangkapan cantrang, yaitu selama lima bulan per tahun (Februari, Maret, April, Mei, Juni), sedangkan musim ikan paling pendek dimiliki unit penangkapan jaring udang dengan lama musim ikan hanya dua bulan per tahun (Juli, Agustus).

4.3.5 Sarana dan prasarana penangkapan

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang ada di Kabupaten Subang saat ini ada tujuh buah dan terdapat di tiga kecamatan yaitu Blanakan, Legonkulon, dan

(10)

Pusaka Nagara. Kecamatan Blanakan memiliki tiga PPI yaitu PPI Blanakan di Desa Blanakan, PPI Cilamaya Girang di Desa Cilamaya Girang dan PPI Muara Ciasem di Desa Muara Ciasem. Kecamatan Legonkulon memiliki dua PPI yaitu PPI Mayangan di Desa Mayangan dan PPI Pangarengan di Desa Pangarengan. Sedangkan Kecamatan Pusaka Nagara memiliki dua PPI yaitu PPI Teruntung di Desa Patimban dan PPI Genteng di Desa Patimban.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan merupakan salah satu PPI yang memiliki fasilitas terlengkap dibandingkan PPI lainnya di Kecamatan Blanakan bahkan di Kabupaten Subang. Secara umum fasilitas pelabuhan di PPI Blanakan dapat digolongkan menjadi:

a. Fasilitas pokok, terdiri dari dermaga, kolam pelabuhan, jalan, dan jembatan.

b. Fasilitas fungsional, terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), pabrik es, bengkel, galangan kapal, tempat pemasaran, Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dan lainnya.

c. Fasilitas penunjang, terdiri dari MCK, kantin, tempat ibadah (mesjid), rumah nelayan, kantor pengelola pelabuhan (KUD), tempat parkir, kantor Pol Air dan kantor syahbandar.

Fasilitas-fasilitas di PPI tersebut dikategorikan dalam kondisi baik kecuali bengkel yang pengoperasiannya kurang baik dan pertokoan yang pengelolaannya kurang baik sehingga tidak lagi ramai seperti tahun-tahun sebelumnya. Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Blanakan yang terdiri fasilitas perairan (kolam pelabuhan), fasilitas tambat (dermaga), dan fasilitas penghubung (jalan dan jembatan). Dermaga di PPI Blanakan dilengkapi alat bantu untuk kapal-kapal yang berlabuh. Alat bantu tersebut terdiri dari fender dan bollard (Gambar 2).

Bollard berfungsi untuk menambatkan kapal di dermaga atau perangkat untuk

mengikatkan tali di kapal. Sedangkan fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga sehingga kapal yang bertambat maupun yang berlabuh tidak membentur dermaga.

(11)

Gambar 2 Fender dan bollard yang digunakan di PPI Blanakan.

Sebagai salah satu fasilitas fungsional yang ada di PPI Blanakan, TPI Blanakan merupakan salah satu kelembagaan formal yang langsung berinteraksi dengan nelayan. TPI tersebut dalam pengelolaannya diserahkan kepada KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik. KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik yang secara resmi didirikan pada tanggal 23 mei 1966, pada awalnya bernama Koperasi Perikanan Laut Miyasa Laksana. Pada tahun 1994, koperasi tersebut berganti nama menjadi Koperasi Mandiri Inti Mina Fajar Sidik sebagai bentuk penghargaan kepada ketua pengurus koperasi pertama yaitu H Fajar Sidik.

Aktivitas usaha KUD Inti Mina Fajar Sidik sekarang ini tidak hanya bertumpu pada aktivitas perikanan laut. Saat ini, KUD Inti Mina Fajar Sidik mempunyai empat unit usaha penunjang yaitu: unit pabrik es, unit usaha simpan pinjam, penyediaan perumahan 150 unit type 36/120 diatas area lahan 53.500 m2 penyediaan bahan dan alat perikanan, pertokoan dan pujasera serta unit usaha

Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN).

Selain aktivitas ekonomi, KUD ini pun melakukan aktivitas sosial. Sebagai wujud kepedulian terhadap pendiri, KUD menyediakan tanah untuk Sekolah Dasar (SD). Dalam hal kemiskinan, KUD juga mengorganisasi dan membina aktivitas keagamaan. Sementara dalam hal kebudayaan, KUD memelihara dan menyelenggarakan tradisi budaya setempat yaitu acara tahunan syukuran laut/ruwatan laut. Untuk kegiatan sosial, KUD memberi santunan kepada para jompo dan anak yatim serta khitanan massal, pembinaan kelompok nelayan dan kelompok wanita nelayan, pemberian beasiswa bagi putra-putri nelayan berprestasi (bekerja sama dengan BP Migas Indonesia), dan lain-lain.

(12)

Gambar 3 Gedung Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI Blanakan, Kabupaten Subang.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Inti Mina Fajar Sidik sebagai pengelola TPI Blanakan memiliki peranan sebagai juru tawar, juru karcis, kasir, keamanan, dan lain-lain. Atas jasa tersebut KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik mendapatkan pemasukan dari potongan atau retribusi pelelangan ikan. KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik mendapatkan potongan atau retribusi sebesar 8% dari setiap nelayan yang melelangkan ikan. Adapun rincian potongan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Persentase potongan pelelangan bagi kapal yang melelangkan ikan di TPI Blanakan

No Peruntukan Persentase (%)

a. Potongan lelang berdasarkan PERDA Propinsi Jawa Barat No.10/11 Tahun 1998 Jawa Barat No. 8/9 Tahun 2000 (5%)

1 Retribusi 1,60

2 Biaya operasional TPI 1,65 3 Tabungan nelayan 0,35 4 Dana paceklik 0,25 5 Dana sosial 0,25 6 Dana keamanan 0,10 7 Dana pembinaan/pengawas 0,35 8 Dana pembangunan daerah kerja perikanan 0,30 9 Dana puskud KUD 0,15

Jumlah 5 b. Potongan lelang berdasarkan RAT 2004 (3%)

10 Dana kesejahteraan pengurus/karyawan 1,60 11 Dana bantuan pembangunan desa 0,40 12 Tabungan nelayan 0,50 13 Dana lain-lain 0,50

Jumlah 3

Jumlah total potongan lelang 8

(13)

Jumlah potongan lelang yang harus dikeluarkan oleh kapal yang mendaratkan ikan di TPI Blanakan tersebut merupakan akumulasi dari dua jenis potongan lelang. Berdasarkan peraturan daerah (PERDA) Nomor 5 tahun 2005 besarnya potongan ongkos lelang adalah sebesar 5% dari raman kotor yang berasal dari nelayan sebesar 2% dan dari bakul/pembeli sebesar 3%. Potongan ongkos lelang dari nelayan berdasarkan RAT 2008 adalah sebesar 3% dari raman kotor. Simpanan sukarela anggota sebesar 2% dari raman kotor.

Persentase potongan terbesar (Tabel 7) diperuntukkan untuk biaya operasional TPI sebesar 1,65% dan dana kesejahteraan pengurus/karyawan KUD sebesar 1,60% dan retribusi sebesar 1,60%. Sisanya tersalurkan untuk dana paceklik, dana sosial, dan dana keamanan dan lain sebagainya.

Gambar 4 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Blanakan.

Unit usaha lainnya yang memiliki peran penting di PPI Blanakan adalah unit pabrik es dan SPDN. Unit usaha pabrik es yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nelayan akan es, pada tahun 2009 memiliki kapasitas produksi 1600 balok es/hari dengan nilai Rp 6.336.000.000. Dalam pengelolaannya unit usaha pabrik es ini diserahkan kepada pihak swasta yaitu PT. Tirta Ratna.

(14)

Gambar 5 Pabrik es di PPI Blanakan.

Pabrik es dibangun diatas areal seluas 5,3 hektar. Unit I didirikan pada tahun 1981, sedangkan Unit II didirikan pada tanggal 28 Mei 1996. Unit I berkapasitas produksi 20 ton per hari dan Unit II berkapasitas produksi 70 ton per hari.

Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dibangun pada tanggal 23 Februari

2003. Keberadaan unit usaha SPDN memberikan kemudahan tersendiri bagi nelayan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan bakar minyak khususnya solar. Pada tahun 2009 penjualan solar untuk kebutuhan nelayan mencapai jumlah 2.880.000 liter dengan nilai Rp.12.960.000.000.

(15)

Pada kenyataannya, tidak semua nelayan mendapatkan bahan bakar yang berasal dari SPDN. Sebagian nelayan mendapatkan bahan bakar solar dari pihak swasta yang memiliki harga lebih mahal dibandingkan dengan harga solar di SPDN. Kejadian seperti itu dikarenakan nelayan memiliki utang pada pihak swasta penjual solar dan pasokan solar di SPDN yang terbatas.

4.3.6 Pengolahan dan pemasaran produksi perikanan

Pelaku distribusi dan pemasaran produksi perikanan laut di TPI Blanakan adalah konsumen, grosir dan pengecer (Subang, Bandung, Karawang, Purwakarta, Bekasi, Tangerang, Jakarta dan Lampung). Selain untuk pasar domestik dan nasional, pemasaran produk ikan laut di PPI Blanakan telah merambah ke luar negeri.

Hasil tangkapan yang berasal dari nelayan masuk ke TPI melalui aktivitas pelelangan. TPI sebagai lembaga pemasaran formal melakukan pelelangan setiap hari. Ikan sampai ke tangan konsumen melalui bakul, baik itu bakul untuk tujuan eksportir, bakul lokal dan bakul olahan. Produk perikanan yang dipasarkan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu ikan segar dan ikan olahan. Produk ikan olahan yang ada di daerah Blanakan terdiri dari fillet, pengasinan, pemindangan, dan fermentasi.

Gambar

Tabel 2  Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan  pada tahun 2009
Tabel 3  Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun 2002- 2002-2008
Tabel 5  Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008  Armada Penangkapan ikan
Tabel 6  Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan pada tahun 2004- 2004-2008
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pada paparan radiasi ionisasi dengan dosis yang lebih besar, maka energi foton dari radiasi ionisasi (efek langsung) dan radikal bebas yang terbentuk (efek tidak langsung)

* Isilah dengan tanda () pada kolom jawaban “Baik” Atau “Rusak” sesuai kondisi jenis sarana dalam ruang organisasi

Tipe kekuasaan ini didasarkan pada satu hubungan ‘kesukaan’ atau liking, dalam arti ketika seseorang mengide ntifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau

Berasal dari bebatuan yang proses pelapukannya mengalami pengikisan oleh air sehingga bahan lapisan itu mengendap karena kandungan airnya banyak maka tanah dilapisan tengah ini

a) Pemenang lomba ditentukan berdasarkan nilai tertinggi yang diberikan oleh Ketua Juri. b) Lomba dilaksanakan dengan menerapkan 1 (satu) kali tampil untuk setiap peserta

Sedangkan variabel lainnya yaitu kekayaan pemerintah daerah yang diukur berdasarkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD), tipe pemerintah daerah yang berupa Kabupaten atau Kota,

Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata bahasa daerah

1) Menganalisis pengaruh pembiayaan mikro syariah, karakteristik profil responden (jenis kelamin, usia, pendidikan), karakteristik usaha responden (jenis usaha, lama