• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE. Tempat dan Waktu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE. Tempat dan Waktu"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

4

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 dan berakhir bulan Juni 2011. Penelitian bertempat di Laboratorium Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor.

Alat dan Bahan

Penelitian dilakukan terhadap hewan model yaitu babi lokal Indonesia (Sus

domestica) sebanyak 9 ekor dengan rata-rata bobot badan kelompok AP ±16,8 kg;

AIS ±21,5 kg; AIP ±28,5 kg, berjenis kelamin jantan, dan berumur 3-6 bulan. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung tentang efek autotransfusi pada hewan babi sebagai model untuk manusia.

Penelitian dilakukan menggunakan alat unit mesin Sinar-X stasioner (General X-ray Beam), kaset film yang dilengkapi dengan intensifying screen dan film Röntgen ukuran 24 x 30 produksi Fujifilm, apron, hanger, lampu iluminator, alat cell saver (Haemonetics Cell Saver® 5, THE Blood Management Company), seperangkat alat bedah mayor, seperangkat alat anestesi inhalasi, obat bius ketamin 10% (Ilium ketamil®-100, Troy), xylazin 10% (Ilium xylazil®-100, Troy), dan zoletil 5% (zoletil®, Virbac), ETT (Endo Tracheal Tube), alat suction (Asahiilca®), benang jahit bahan silk dan catgut ukuran 3/0, jarum segitiga dan bulat, alat infus (Infusion Pump OT-701, JMS), kateter kupu-kupu (IV-catheter), termometer, stetoskop, spoit, kapas/tampon, plester, alat cukur, alkohol 70%, dan obat cacing oxfendazole 5 mg/kg (Verm-O®, Sanbe).

Metode Penelitian Tahap persiapan

Babi dikelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu kontrol (kelompok AP) dengan transfusi menggunakan darah simpan, kelompok dengan perlakuan autotransfusi intraoperatif sederhana (kelompok AIS) dan autotransfusi dengan pencucian (kelompok AIP). Masing–masing kelompok terdiri dari tiga ekor babi. Hewan ditempatkan dalam kandang kelompok berukuran 4x3 meter. Pakan berupa pelet diberikan setiap pagi dan sore setelah dilakukan pemeriksaan fisik.

Babi kelompok AP dengan darah yang akan diautotransfusikan diekstravasasi 14 hari sebelumnya. Darah disimpan dalam kantung darah CPDA (Citrate, Phosphate, Dextrose, dan Adenin), kemudian dimasukkan dalam lemari es. Kelompok AP menggunakan dosis obat bius induksi dengan KX-maksimal, yaitu ketamin 15 mg/kg, dan xylazyn 2 mg/kg. Babi kelompok AIS diberi perlakuan autotransfusi dengan menggunakan darah hasil penyaringan secara manual. Kelompok AIS menggunakan dosis obat bius induksi dengan ZKX, yaitu ketamin 1 mg/25 kg, dan xylazyn 1 mg/25 kg, dan zoletil 1 mg/25 kg. Babi

(2)

5 H - 14 H + 2 H H Post Thoracotomy (kelompok AP,AIS,AIP) H0 H-14 H+7 H+2

Teranestesi sempurna Awal recovery Post transfusi

H+2’

Pengambilan darah simpan 30% total darah (kelompok AP)

Pendarahan 30% (kelompok AP,AIS,AIP) Panen (kelompok AP,AIS,AIP) Thoracotomy (kelompok AP,AIS,AIP) Adaptasi, pemeliharan, pemberian obat

cacing (kelompok AP,AIS,AIP)

kelompok AIP diberi perlakuan autotransfusi dengan menggunakan darah hasil pencucian alat cell saver. Kelompok AIP menggunakan dosis obat bius induksi dengan KX-minimal, yaitu ketamin 10 mg/kg, dan xylazyn 1 mg/kg. Autotransfusi dilakukan setelah terjadi pendarahan 30% dengan melakukan splenektomi. Darah tersebut merupakan 30% volume darah babi (61-68 ml/kg).

Tahap Pelaksanaan

Sebelum perlakuan babi terlebih dahulu dibius. Sesaat setelah babi terbius dilakukan pengambilan gambar radiografi dengan menggunakan dua standar pandang yakni ventro dorsal dan latero lateral. Nilai kVp yang digunakan antara 66-74 kVp, tergantung ketebalan jaringan yang akan ditembus oleh sinar-X. Nilai mAs yang digunakan adalah 2,5 mAs.

Waktu yang ditempuh dalam penelitian selama satu bulan. Pada H-14, kelompok babi AP diambil darah sebanyak 30% total darah untuk disimpan, namun tidak pada kelompok AIS dan AIP karena akan diambil langsung pada saat splenektomi. Kemudian pada hari H0, masing-masing kelompok dilakukan splenektomi hingga mengalami pendarahan 30% lalu diautotransfusi. Dua hari berikutnya dilakukan torakotomi dan pada hari ketujuh setelah operasi adalah panen. Torakotomi dilakukan untuk pengambilan jaringan paru yang akan dimanfaatkan dalam analisis efek samping autotransfusi. Setiap kelompok perlakuan (kelompok AP, AIS, dan AIP) dilakukan tiga kali ulangan.

Pengambilan gambar radiografi dilakukan empat kali dalam satu kali rangkaian perlakuan. Pengambilan pertama dilakukan saat babi terbius sempurna sebelum autotransfusi (H0). Babi terbius sempurna dengan ciri-ciri babi tertidur dan belum diberi perlakuan apapun. Pengambilan kedua dilakukan sesaat sebelum operasi torakotomi yaitu dua hari setelah babi mengalami pendarahan 30% dan telah dilakukan splenektomi (H+2). Pengambilan gambar kedua dilakukan untuk mengamati dampak awal dari autotransfusi. Pengambilan gambar radiografi ketiga dilakukan setelah operasi torakotomi (H+2‟) dan tujuh hari setelah autotransfusi dilakukan pengambilan gambar keempat (H+7).

Gambar 1 Alur penelitian dan perlakuan bedah terhadap babi AP, AIS, dan AIP

Teknik Interpretasi Radiografi

Evaluasi radiografi dan interpretasi radiografi dilakukan pada foto Röntgen yang terkumpul dengan bantuan lampu iluminator. Interpretasi yang dilakukan

(3)

6

berupa penilaian lapang paru secara radiografi. Penilaian lapang paru secara radiografi untuk melihat perubahan pada radiogram paru yang meliputi perubahan pola vaskular berupa dilatasi pada vena pulmonal, pola interstitial berupa

peribronchial pattern, pola alveolar berupa cotton like density dan edema

pulmonum (O'Sullivan dan O'Grady 2004).

Kejadian dilatasi vena pulmonalis akan terlihat secara radiografi yaitu ukuran vena akan tampak lebih besar dari pada arteri yang ditunjukkan anak panah berwarna kuning. Vena pulmonalis pada lobus paru kranial lebih besar 75% dari lebar 1/3 proksimal tulang rusuk ke 4 yang ditunjukkan pada Gambar 2 (O'Sullivan dan O'Grady 2004).

Gambar 2 Skema sisi lateral sistem pembuluh darah paru. Anak panah berwarna kuning merupakan letak dilatasi vena pulmonalis (A) dan T4 adalah vertebral thorachalis ke 4 (B) (modifikasi dari O'Sullivan dan O'Grady 2004)

Kejadian peribronchial pattern secara radiografi maka akan terlihat adanya penebalan pada dinding bronkiolus yang lebih radioopak. Pada penampang melintang peribronchial pattern terlihat berbentuk „donat‟ dengan garis lebih radioopak dan bagian tengah yang radiolusen pada Gambar 3. Pada potongan longitudinal maka akan terlihat dua garis paralel yang radioopak seperti jalan kereta api pada Gambar 3 dan Gambar 4 (O'Sullivan dan O'Grady 2004).

Gambar 3 Skema kejadian peribronchial pattern. Penampang melintang (A) dan posisi lateral (B). Peribronchial pattern ditujukkan oleh kepala panah hitam (modifikasi dari O'Sullivan dan O'Grady 2004)

B A

B A

(4)

7

Gambar 4 Skema bentuk tampilan peribronchial pattern yang terlihat pada gambar radiografi, bentuk donat dan jalan kereta (O'Sullivan dan O'Grady 2004)

Cotton like density disebabkan karena lanjutan dari kejadian edema alveolar

(air bronchogram) yaitu cairan yang berasal dari kapiler terakumulasi dalam ruang interstisial perivascular dan peribronchial sehingga secara radiografi akan terlihat seperti kapas (Gambar 5).

Gambar 5 Radiografi kejadian cotton like density pada posisi lateral yang di tandai dengan lingkaran elips berwarna hitam (modifikasi dari O'Sullivan dan O'Grady 2004)

Secara radiografi edema pulmonum ditunjukkan oleh adanya garis radioopak berdekatan dengan daerah radiolusen pada lobus paru yang mengalami edema. Paru yang terisi dengan cairan (edema pulmonum) akan tampak lobus paru berwarna lebih radioopak (Gambar 6).

(5)

8

Gambar 6 Skema bentuk tampilan edema pulmonum. Lobus paru menjadi lebih radioopak (tanda panah berwarna merah). Gambaran radiografi seperti ini diistilahkan sebagai „lobar signs‟ (modifikasi dari O'Sullivan dan O'Grady 2004)

Interpretasi gambar radiografi dilakukan dengan menggunakan bantuan lampu iluminator. Hasil foto Röntgen yang terkumpul selanjutnya dilakukan dokumentasi dengan mengambil foto hasil foto Röntgen menggunakan camera

single lens reflect (SLR) tipe Canon® dan juga menggunakan program Photoshop

CS4 Portable ®.

Analisis Data

Hasil penelitian yang didapat berupa data kualitatif menggunakan metode skoring. Tanda “ - “ menyatakan tidak adanya temuan klinis pada gambaran radiografi. Nilai “1/3” menyatakan adanya temuan klinis pada satu individu dari tiga individu dalam masing – masing kelompok, nilai “2/3” pada dua individu dan nilai “3/3” apabila temuan klinis ditemukan pada semua individu kelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil analisis gambaran radiografi menunjukkan adanya pengaruh dari tindakan autotransfusi terhadap gambaran radiografi pada daerah toraks. Pada radiogram, perubahan patologis yang ditemukan meliputi perubahan patologis pola vaskular berupa dilatasi vena pulmonalis, pola interstitial berupa

peribronchial pattern, pola alveolar berupa cotton like density dan edema

Gambar

Gambar 2  Skema sisi lateral sistem pembuluh darah paru. Anak panah berwarna  kuning  merupakan  letak  dilatasi  vena  pulmonalis  (A)  dan  T4  adalah  vertebral thorachalis ke 4 (B) (modifikasi dari O'Sullivan dan O'Grady  2004)
Gambar 4  Skema  bentuk  tampilan  peribronchial  pattern  yang  terlihat  pada  gambar  radiografi,  bentuk  donat  dan  jalan  kereta  (O'Sullivan  dan  O'Grady 2004)
Gambar 6  Skema bentuk  tampilan  edema pulmonum.  Lobus  paru menjadi  lebih  radioopak (tanda panah berwarna merah)

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari kondisi topografinya Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Ngotok bagian hulu berada di Kabupaten Jombang dan sebagian kecil dihilir berada di

Untuk mengatasi gangguan yang diakibatkan impedansi dari kumparan suara yang tidak murni resistif dapat juga dilakukan dengan penggunaan tapis dengan nilai cutoff cukup

Bineatama Kayone Lestari Kota Tasikmalaya pada pekerja laki-laki shift malam di bagian produksi BareCore Tahun 2016 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada

Penyeleksian Data (Decision), pada aktifitas ini jika user telah mengisi semua Tab Field yang ada di aplikasi tersebut, maka bisa langsung menekan button atau tombol

PKS Kebun Rambutan juga memiliki kebijakan K3 khusus, yang dibuat sesuai dengan kondisi tingkat risiko pekerjaan atau terkait dengan lintas departemen (tidak wajib

215 Men/usun teks inteaksi 215 Men/usun teks inteaksi tansaksional lisan dan tansaksional lisan dan tulis pendek dan tulis pendek dan sedehana /ang sedehana /ang

Sholehan Guru Madya SMP 02 Islam 45 Ambulu Jember Kab.. Jember

NHLNXWVHUWDDQ GDODP RUJDQLVDVL VRVLDO 7LQJNDW SDUWLVLSDVL SHWDQL KXWDQ GDODP 3+%0 0XQJJRUR GDQ $OLDGL SHUHQFDQDDQ NHJLDWDQ SURJUDP 3+%0 SHQDQDPDQ WDQDPDQ NHUDV GDQ WDQDPDQ