• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian - Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi tahun 2017"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bermaksud untuk memahami penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan implikasinya dengan kejadian kecelakaan kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang dimaksud dalam hal ini adalah penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, peninjauan dan peningkatan kinerja K3.

Pelaksanaan penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. (Creswell, 2010).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Jl. Prof.H. M. Yamin No.1 Desa Paya Bagas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan dari lokasi ini adalah:

1. PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi merupakan perusahaan yang telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) 2. Selama penerapan SMK3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi ini

(2)

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian diperusahaan tersebut.

3.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2017 – Maret 2017.

3.4. Informan

Pada penelitian kualitatif, banyaknya jumlah sampel bukan menjadi prioritas utama, untuk menjamin tingginya akurasi, validitas dan keberhasilan dalam penelitian (Afrizal, 2016).

(3)

Karakteristik dari masing-masing informan dalam penelitian ini dapat dilihat Pada tabel berikut : Tabel 3.1 Karakteristik Informan

No Urutan

Informan

Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir

Jabatan

1 Informan 1 Laki-laki S1-Teknik Maskep Perusahaan (Wakil Ketua) 2 Informan 2 Laki-laki S1-Pertanian Sekretaris P2K3/Ahli K3

Umum

3 Informan 3 Laki-laki S1-Ekonomi Wakil Sekretaris/Ahli K3 Umum 4 Informan 4 Laki-laki S1-Teknik Bidang Evaluasi

5 Informan 5 Laki-laki S1-Teknik Bidang Evaluasi

6 Informan 6 Laki-laki S1-Teknik Bidang

Pelatihan/Penyuluh 7 Informan 7 Laki-laki S1-Ekonomi Bidang Investigasi

Kecelakaan Kerja/ Krani SMK3

8 Informan 8 Perempuan D3-Bidan Bidang Kesehatan

9 Informan 9 Laki-laki SMA Perwakilan Tenaga Kerja

(4)

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam (Indeepth Interview) kepada pihak manajemen perusahaan dalam hal ini Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dengan menggunakan panduan wawancara yang disiapkan oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Data skunder diperoleh dari pihak manajemen PKS Kebun Rambutan PTPN-III yaitu P2K3, berupa data profil perusahaan, jumlah tenaga kerja, struktur pengorganisasian P2K3 dan hasil produksi perusahaan.

3.6. Definisi Operasional

1. Penetapan Kebijakan K3 adalah keputusan atau tata aturan, pernyataan tertulis pengusaha atau pengurus yang meliputi visi dan misi perusahaan, tujuan dan sasaran serta komitmen dan tekad dalam pelaksanaan K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi.

(5)

3. Pelaksanaan rencana K3 adalah Implementasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana K3 dengan didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten, penyediaan sarana prasarana di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi.

4. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 adalah sistem pemeriksaan, pengujian yang dilakukan untuk mengontrol dan menilai penerapan SMK3 meliputi inspeksi dan audit internal SMK3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi

5. Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 adalah : melakukan pengamatan atau tinjuan kembali dari pelaksanaan K3 untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN-III Tebing Tinggi

6. Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur dan menimbulkan kerugian fisik dan kerugian materi.

3.7. Metode Analisa Data

Metode Analisa Data dalam penelitian ini difokuskan dalam proses penelitian dilapangan. Menurut Milles dan Hubberman dalam Sugiyono (2012) langkah-langkah dalam menganalisis data penelitian kualitatif, dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut ini :

1. Reduksi Data

(6)

dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data serta mencari data tambahan jika dibutuhkan.

2. Menyajikan Data

Penyajian data disajikan dalm bentuk narasi yang menyajikan uraian singkat hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi dapat terorganisir dan mudah dipahami.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

(7)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Rambutan PTPN-III 4.1.1.Sejarah Singkat

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Kebun Rambutan dibangun pada Tahun 1983 dengan kapasitas olah 30 ton/jam, dimana sumber bahan baku tandan buah segar (TBS) berasal dari kebun seinduk yang terdiri dari (Kebun Rambutan, Kebun Tanah Raja, Kebun Sei Putih, Kebun Sarang Giting, Kebun Silau Dunia, Kebun Gunung Monako, Kebun Gunung Pamela, Kebun Gunung Para). PKS Kebun Rambutan juga merupakan salah satu Pabrik dari 12 PKS yang dimiliki PT.Perkebunan Nusantara III , yang terletak di Desa Paya Bagas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 80 km ke arah Tenggara kota Medan. Secara keseluruhan Pabrik ini terdiri atas :

a. Bangunan Pabrik. b. Instalasi.

c. Pembangkit Tenaga Listrik. d. Bangunan Bengkel.

e. Gudang. f. Kantor.

(8)

PKS Kebun Rambutan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang bergerak dibidang usaha perkebunan (plantation) dan pengolahan hasil perkebunan, sebagai berikut :

1. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PKS Kebun Rambutan menghasilkan dua produk yaitu Minyak Sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit atau Kernel Palm Oil (KPO) . Untuk hasil sampingan pengolahan (ampas) digunakan sebagai bahan bakar boiler dalam memproduksi uap. Untuk penjualan produk tersebut dilakukan oleh bagian pemasaran pada kantor pusat (Head Office), pihak pabrik hanya melakukan proses pengolahan saja.

2. Uraian Proses Pengolahan Hasil Perkebunan

Secara ringkas proses pengolahan kelapa sawit di PKS Kebun Rambutan terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Pengolahan minyak kelapa sawit dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berasal dari daging buah, sedangkan inti sawit untuk memperoleh inti dari biji (Nut).

b. Pengolahan inti Sawit

Proses pengolahan inti sawit terdiri dari beberapa tahap proses, yaitu : 1. Pemisahan Sabuk dari Biji

(9)

Bungkil yang sudah terurai ke Separating Columb, oleh fan diisap dan masuk ke Conveyor bahan bakar ketel uap melalui Fibre Cyclone, sedangkan biji jatuh dan

masuk ke Polishing Drum, proses pemisahan sabut disebut Depericarper. 2. Pemisahan Inti dan Cangkang

Selama biji berada di dalam Nut Silo diberi panas untuk menurunkan kadar air biji dengan tujuan agar inti lepas dari cangkangnya. Setelah biji keluar dari Nut Silo, dipecahkan melalui mesin pemecah biji (Nut Craker), misalnya Sludge Grading Nut Craker, Ripple Mill dan sejenisnya. Pecahan biji (Cracker Mixer) diteruskan ke pneumatic system menggunakan conveyor dan elevator. Pneumatic system berfungsi untuk memisahkan inti (Kernel) dari Craker Mixer. Alat pemisah inti ini ada juga yang menggunakan Hydrocyclone.

3. Pengeringan Inti Sawit

Inti sawit yang sudah terpisah, oleh conveyor dan elevator dibawa dan dimasukkan ke dalam Kernel Silo, cangkang dan kotoran lainnya diisap oleh fan dan masuk ke konveyor bahan bakar ketel uap melalui Shell Cyclone dan Shell Transport Fan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, sedangkan janjangan yang dibuang dengan truck dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman Kelapa Sawit (Sumber : Data PKS Kebun Rambutan, 2017)

4.1.2.Visi dan Misi Perusahaan

(10)

1. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.

2. Misi Perusahaan

Adapun misi perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan. b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memperlakukan Karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “timbal-hasil” terbaik bagi para investor.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

f. Memotivasi Karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam Pengembangan Komunitas, danMelaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan (Sumber : Data Perusahaan/PKS Kebun Rambutan, 2017).

4.1.3. Kebijakan Sistem Manajemen Perusahaan

Untuk menjadi perusahaan agri-bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola bisnis terbaik, maka direksi beserta seluruh karyawan secara konsisten menerapkan Sistem Manajemen PT. Nusantara III (SM-PN3) yang meliputi 1. Pemenuhan dan peningkatan kepuasan serta harapan pelanggan adalah suatu

(11)

sistem manajemen mutu, lingkungan, dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta mengimplementasikan paradigma baru, tata nilai serta strategi perusahaan. 2. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui peningkatan efisiensi, efektifitas dan

sadar untuk tetap taat azas.

3. Pengembangan dan implementasi manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi dan kinerja.

4. Pencegahan pencemaran lingkungan dan pemeliharaan estetika. 5. Penggunaan Sumber Daya Alam (SDA) secara efektif dan efisien.

6. Pemenuhan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja pada lokasi kerja yang berpotensi bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

7. Pemenuhan Peraturan dan Perundangan dan persyaratan lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

8. Penyempurnaan program transformasi bisnis dan Sistem Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (SMM, SML, dan SMK3) secara berkelanjutan.

(Sumber : Data Perusahaan/PKS Kebun Rambutan, 2017). 4.1.4. Tujuan Sistem Manajemen Perusahaan

Adapun tujuan dari Sistem Manajemen PT. Perkebunan Nusantara III (SM-PN3) adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan Sumber Daya Alam (SDA) secara efektif dan efisien.

(12)

4. Memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lingkungan, dan keselamatan dan kesehatan kerja.

PKS Kebun Rambutan telah menerapkan beberapa peraturan perundang-undangan salah satu diantaranya adalah PP No. 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). (Sumber : Data Perusahaan/ PKS Kebun Rambutan, 2017).

4.2.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif untuk mencegah terjadinya Kecelakaan Kerja (KK) dan penyakit Akibat Kerja (PAK). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai 5 prinsip yaitu :

1. Penetapan kebijakan K3. 2. Perencanaan K3.

3. Pelaksanaan rencana K3.

(13)

Kelima prinsip tersebut terbagi kedalam 12 elemen 44 Sub elemen dan 166 kriteria, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut:

No ELEMEN SUB ELEMEN KRITERIA

1 Pembangunan dan Pemeliharaan Komitmen

4 26

2 Strategi Pendokumentasian 4 14

3 Peninjauan ulang dan Perancangan

(Sumber : PP No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3).

Berikut adalah pembagian 12 elemen yang termasuk kedalam 5 prinsip dalam SMK3 sesuai dengan PP No.50 Tahun 2012, yang ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut:

PRINSIP ELEMEN

1 dan 2 Elemen 1,2,3,4

3 Elemen 5,6,8,9,10,12

4 Elemen 7, 11

(14)

4.3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi.

PT Perkebunan Nusantara III (Persero) PKS Kebun Rambutan telah menerapkan SMK3 dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). PKS Kebun Rambutan secara umum telah menerapkan SMK3 disetiap bagian di perusahaan baik di kantor maupun di semua areal kerja yang bearada dibawah kendali perusahaan. Perusahaan didalam menerapkan sistem manajemen memiliki konsistensi dan komitmen untuk pemenuhannya dengan telah memiliki sistem dokumentasi yang memudahkan pengguna/pelaksana sistem manajemen, yang mencakup persyaratan dokumen berupa manual sampai dengan formulir, yang juga mencakup rekaman pelaksanaan SMK3. PKS Kebun Rambutan dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) atas rekomendasi PT.Sucofindo memperoleh “SERTIFIKAT DAN BENDERA EMAS”.

PKS Kebun rambutan juga telah mendapatkan piagam penghargaan “ZERO

ACCIDENT AWARD” di tahun 2013 dan tahun 2016. Didalam menerapkan SMK3

(15)

4.3.1. Penetapan Kebijakan K3

kebijakan K3 adalah perwujudan dari komitmen manajemen puncak yang sangat penting didalam SMK3 dan menjadi landasan utama yang diharapkan mampu menggerakkan semua personil yang ada dalam suatu organisasi sehingga program-program K3 dapat terlaksana dengan baik dan implikasinya terhadap kejadian kecelakaan kerja dapat dicegah ataupun diminimalisir, dalam penetapan kebijakan K3 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan K3, bagaimana komitmen dan mekanisme penetapan kebijakan tersebut, bagaimana perusahaan mengkomunikasikan kebijakan tersebut kepada seluruh tenaga kerja, dan siapa yang bertanggungjawab dalam penetapan kebijakan tersebut.

1. Visi, Misi, Tujuan dan sasaran K3

Visi, misi, tujuan dan sasaran K3 merupakan salah satu perwujudan dari penetapan kebijakan K3 yang harus ada didalam suatu perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan, disyahkan dan ditandatangani oleh pemimpin dari suatu perusahaan dan merupakan landasan utama didalam mendirikan suatu perusahaan yang mencerminkan imej dan menunjukkan identitas perusahaan tersebut.

(16)

“Ya ada, PKS Kebun Rambutan tentu sudah mempunyai visi, misi, tujuan, dan sasaran K3, kalau mengenai kebijakan tersebut kita lengkap semua, dokumennya juga ada dek”. (Informan I)

“Ada, kita punya yang namanya visi dan misi dan itu sifatnya corporate, artinya setiap atau seluruh pabrik yang dibawah naungan PTPN-III misalnya, tentu sudah memiliki visi, misi yang sama dan berlaku untuk semua pabrik yang termasuk kedalam PTPN-III, kalau tujuan dan sasaran K3 juga kita punya, karena memang hal ini penting dalam suatu perusahaan, selain itu PKS Kebun Rambutan juga punya yang namanya kebijakan khusus”. (Informan II )

Berdasarkan uraian informasi yang disampaikan oleh informan kedua terkait dengan kebijakan khusus yang dimiliki oleh perusahaan, peneliti selanjutnya menanyakan lebih dalam kebijakan khusus seperti apa yang dimaksud, dan apakah kebijakan khusus itu harus ada bagi setiap perusahaan yang menerapkan SMK3, berikut adalah hasil wawancara mendalam yang diperoleh dari informan kedua.

“Kebijakan khusus itu, merupakan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk jenis pekerjaan yang berisiko dan memeiliki potensi bahaya yang cukup tinggi atau memang sudah pernah terjadi kecelakaan kerja sebelumnya, untuk PKS Kebun Rambutan sendiri kita ada yang namanya kebijakan khusus bagi tenaga kerja pemanen kelapa sawit yang berada dibawah jalur listrik, pekerjaan ini risikonya sangat besar dan memang pernah terjadi kecelakaan kerja yang cukup serius. Kebijakan khusus tidak wajib ada disetiap perusahaan, tergantung kepada kebutuhan masing-masing

perusahaan.” (Informan II).

(17)

“Terkait dengan kebijakan ataupun komitmen K3, perusahaan sudah sangat-sangat memperhatikannya, hal itu dapat dilihat dari visi, misi, tujuan, sasaran K3, dokumennya juga kita ada bu, bisa ibu lihat di dinding seperti itu, karena memang untuk visi, misi, tujuan dan sasaran K3 itu harus diketahui oleh seluruh tenaga kerja bahkan orang yang berkunjung ke PKS. Artinya itu juga merupakan identitas perusahaan dan lewat visi misi ini lah dapat menjelaskan sebenarnya perusahaan ini bergerak dibidang apa, dan apa yang menjadi tujuan dan sasarannya “. (Informan III)

“Kita lengkap semua kalau untuk visi, misi, tujuan, sasaran K3 kita semua ada dan semua hal itu selalu ditinjau ulang untuk melihat kesesuaian dengan hal-hal atau kejadian yang terjadi dilapangan,kalau ada yang kurang kita tinjau lagi nah seperti ini dia, visi, misi yang dimiliki perusahaan, kalau tujuan dan sasaran K3 kita juga sudah punya, jelas dia poin-poinnya apa saja “. (Informan IV)

“Ada dan lengkap semua dek. Perusahaan Sudah punya visi, misi,

tujuan, sasaran bahkan kebijakan khusus juga sudah punya karena memang perusahaan punya komitmen dan itu bisa dilihat dibeberapa areal kerja yang ada di PKS Kebun Rambutan ini “. (informan V)

Informasi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki komitmen dan tekad yang kuat dalam hal pemenuhan K3 ditempat kerja, berikut adalah visi, misi, tujuan, dan sasaran K3 serta kebijakan khusus seperti yang disebutkan oleh informan dari hasil wawancara, dan selanjutnya peneliti melakukan observasi ataupun penelusuran untuk menemukan bukti otentik dari setiap dokumen yang disebutkan oleh informan, sebagai berikut:

A. Visi Perusahaan

(18)

B. Misi Perusahaan

Adapun misi perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan. 2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

3. Memperlakukan Karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “timbal-hasil” terbaik bagi para investor.

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

6. Memotivasi Karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam Pengembangan Komunitas, danMelaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan (Sumber : Data Perusahaan/PKS Kebun Rambutan 2017).

C. Tujuan dan Sasaran K3

Adapun tujuan dan sasaran K3 pada PKS Kebun Rambutan adalah sebagai berikut:

Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PKS Kebun Rambutan. 1. Menggunakan Sumber Daya Alam (SDA) secara efektif dan efisien.

2. Mencegah Pencemaran udara, tanah dan air serta meningkatkan nilai estetika. 3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PKS Kebun Rambutan.

(19)

2. Mengendalikan limbah padat, cair, limbah B3 dan menghindari terjadinya tumpahan, ceceran serta mengendalikan tata letak penyimpanana barang/bahan ditempat penyimpanan sementara sampai dengan 2017.

3. Mengendalikan sampah rumah tangga, sampah domestik di perkantoran dan dirumah karyawan s/d Desember 2017.

4. Menurunkan angka kecelakaan kerja 30% dari tahun 2016 s/d Desember 2017. 5. Tercapainya Zerro Accident (nihil kecelakaan) seperty fatality dan cacat permanen

s/d Desember 2017.

6. Mematuhi peraturan perundangan lingkungan dan K3 s/d Desember 2017 antara lain:

- Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. - Undang-undang No.13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan.

- Undang-undang No. 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah dan B3. - Undang-undang No.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.

- PP RI No. 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga.

- PP RI No. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3.

Tujuan dan sasaran K3 yang ada di PKS Kebun Rambutan tersebut berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti memang terbukti telah di tempelkan dalam frame foto dan diletakkan didinding, berikut adalah foto dokumentasi dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.

(20)

Gambar 4.1. Tujuan dan Sasaran K3 (sumber : Hasil Observasi Peneliti) D.Kebijakan Khusus

(21)

Berikut adalah kebijakan khusus bagi tenaga kerja pemanen kelapa sawit yang ditemukan oleh peneliti dari dokumen PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.2. Kebijakan Khusus Bagi Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

(22)

2. Komitmen Perusahaan dalam Penetapan Kebijakan K3

Penetapan kebijakan K3 yang diwujudkan dalam bentuk visi, misi, tujuan, dan sasaran K3 tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya komitmen pihak perusahaan, dalam hal ini pihak manajemen yaitu pihak P2K3. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang bagaimana komitmen perusahaan dalam hal penetapan kebijakan K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Perusahaan sudah sangat-sangat berkomitmen dalam hal penetapan

Kebijakan K3 ditempat kerja dan sudah sangat-sangat memperhatikannya, hal itu dapat dilihat dari visi, misi, tujuan,sasaran K3, kebijakan-kebijakan K3 baik itu sifatnya kebijakan khusus tentang pekerjaan yang berisiko, komitmen yang lain juga ditunjukkan oleh perusahaan dalam hal pemenuhan kebutuhan K3 nya sendiri, yaah, memfasilitasi kebutuhan karyawan dan juga terkait dengan kebutuhan fasilitas kesehatan, sampai ke bathiniyah, bathiniyah itu anak karyawan, hmm sampai situ juga sudah difikirkan perusahaan, itulah indikasinya bahwa perusahaan memiliki komitmen dan kebijakan K3 yang cukup kuat, nah komitmen dan kebijakan itu sudah ditetapkan dan ditandatangani oleh pimpinan perusahaan”. (Informan I)

“PKS Kebun Rambutan ini perusahaan besar, dan sudah berdiri sejak lama yaitu sejak tahun 1983, dan bisa beroperasi sampai sekarang, itu karena perusahaan memang memiliki kebijakan dan komitmen yang cukup kuat dalam hal pemenuhan K3 ditempat kerja, komitmen dan kebijakan K3 (aturan tertulis) tersebut bisa dilihat dan diminta kepada bagian personalia, atau dapat dilihat diberbagai area tempat kerja di PKS Kebun Rambutan contohnya seperti ini, selain itu kita juga memiliki Ahli K3 Umum dan orang2 yang punya kemampuan dan kompetensi”. (Informan II)

(23)

didinding dapat dilihat juga dari penghargaan-penghargaan yang kita punya, penghargaan dari Kementrian Tenaga kerja misalnya tentang penerapan SMK3, penghargaan Zerro Accident dan masih banyak lagi yang lain, tentukan penghargaan ini dapat diperoleh tidak terlepas dari komitmen dan kebijakan perusahaan yang sedikit banyaknya sudah terealisasi terhadap K3 itu sendiri.” (Informan III)

“PKS Kebun Rambutan sepanjang yang saya tau, selalu berusaha memenuhi peraturan perundang-undangan seperti penerapan K3 ditempat kerja itu tidak asal-asalan dibuat, tapi ada acuannya ada peraturannya seperti UU No.1 Tahun 1970 dan kalau untuk SMK3 PP NO.50 tahun 2012, nah dari sini sudah terlihat bagaimana kami (PKS Kebun Rambutan) memiliki komitmen yang kuat terhadap penetapan Kebijakan K3 berlandaskan undang-undang, kita juga punya yang namanya evaluasi peraturan perundangan.ada dokumennya semua lengakap”. (Informan IV)

“Menurut saya perusahaan khususnya pimpinan sudah menunjukkan komitmennya dalam penetapan kebijakan K3 yah, karena semua kebijakan itu dipantau dan di evaluasi terus perkembangannya, dalam rapat, istilahnya rapat tinjauan manajamen dek. Nah inikan sebenarnya menunjukkan bahwa perusahaan memang memperhatikan kebijakan K3 yang ada sesuai atau tidak dilapangan, sampai segitunyalah perhatian perusahaan terhadap komitmen dan kebijakan K3”. (Informan V)

(24)

Gambar 4.3. Komitmen dan Kebijakan K3 PKS Kebun Rambutan (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Komitmen perusahaan dalam penetapan kebijakan K3 sudah terlaksana dengan baik, indikasinya bahwa perusahaan sudah memiliki komitmen dalam hal penetapan kebijakan K3 dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :

A.SDM yang Kompeten

(25)

mengambil tindakan dan melaporkan mengenai k3, berikut adalah Ahli K3 yang dimiliki oleh PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.3. Sertifikat Ahli K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN III (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

PKS Kebun Rambutan didalam menunjuk penanggungjawab K3 juga telah menyesuaikan dengan peraturan perundangan sebagai berikut :

1. Sekretaris P2K3/Ahli K3–Permenaker No.Per.04/MEN/187 2. Auditor Internal SMK3 - Permenaker No. Per.18/MEN/XI/2008 3. Operator Ketel Uap – Permenaker No. Per.01/MEN/1988

4. Operator Pesawat Angkat Angkut -Permenaker No.Per.09/MEN/VII/ 2010 5. Petugas P3K- Permenakertrans No.Per.15/MEN/VII/2008

6. Petugas kebakaran-Permenaker No.Per.186/MEN/1999 B. Penghargaan yang dimiliki Oleh Perusahaan

(26)

diperoleh oleh pihak perusahaan sebagaimana informasi yang disebutkan oleh informan ketika diwawancara, berikut adalah dokumentasi penghargaan yang diperoleh oleh peneliti berdasarkan hasil observasi yang dilakukan.

Gambar 4.4 Penghargaan PKS Kebun Rambutan (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

3.Aturan Tertulis dan Tidak Tertulis

Perusahan dalam menetapkan kebijakan K3 juga telah memiliki aturan tertulis didalam mengurangi terjadinya kasus kecelakaan kerja. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang aturan tertulis ataupun tidak tertulis dalam mencegah terjadinya kasus kecelakaan kerja.

“ ya perusahaan memiliki aturan tertulis untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja ada aturan tentang sistem pengamanan, tanggungjawab keselamatan”.(Informan I)

(27)

Ada, dan itu juga kita tempelkan di dinding untuk aturan tertulis, kalau aturan tidak tertulis sih biasanya paling disosilisasikan saja, seperti pemakaian APD disosilisasikan”. (Informan III)

Ada dek, itu bisa adek minta ke bagian personalia kita sudah punya dan memang telah dibuat untuk aturan tertulis tersebut”.

(Informan IV)

Ada dan sudah lengkap dibeberapa areal kerja seingat saya ada ditempelkan didinding yah, karena kan memang penting itu supaya pekerja selamat dalam bekerja”. (Informan V)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan diatas menunjukkan perusahaan sudah memiliki aturan tertulis, dan berikut adalah aturan tertulis yang dimiliki oleh perusahaan berdasarkan hasil observasi peneliti.

Gambar 4.5 Aturan tertulis PKS Kebun Rambutan (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

4.Proses Penetapan Kebijakan K3

(28)

hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang mekanisme proses penetapan kebijakan K3.

“Mekanisme proses penetapan kebijakan K3 dan prosedur atau istilahnya instruksi kerja itu tidak dapat dipublish secara detail, tapi dalam penetapan kebijakan K3 biasanya dilakukan melalui rapat tinjauan manajemen atau rapat bulanan P2K3”, (Informan I)

“Proses penetapan kebijakan K3 dilakukan dengan mekanisme rapat,

dan untuk perumusan isi kebijakan K3 juga selalau ditinjau melalui rapat tinjauan manajemen dan ada notulensinya”. (Informan II)

“Melalui rapat yang dihadiri oleh seluruh pihak manajemen, ada manajer dan sekretaris perusahaan, ahli K3 dan perwakilan dari tiap-tiap unti tenaga kerja”. (Informan III)

“Biasanya kita melakukan rapat, dan itu harus dihadiri oleh perwakilan dari setiap unit, nanti masing-masing pimpinan unit memberikan masukan, intinya semacam diskusi bersamalah”. (Informasi IV)

“Rapat biasanya dek, dan dari rapat itu setiap ketua yah, nanti disampaikan ke anak buah atau pekerjalah bahasanya apa isi kebijakan itu, jadi biar semua orang tau, meratalah informasinya, jangan sampe ada yang gak tau”. (Informasi V).

(29)

diberikan oleh informan, berdasarkan data/dokumen yang bearada di PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.6.Rapat terkait perumusan isi kebijakan K3 yang dihadiri oleh Pihak Manajemen dan perwakilan pekerja dari setiap unit.

(Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

(30)

5.Perusahaan Mengkomunikasikan Kebijakan K3

Perumusan isi kebijakan yang meliputi visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan K3 baik yang bersifat khusus selanjutnya disebarluaskan dan dikomunikasikan kepada seluruh orang yang berada ditempat kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai wakil ketua, sekretaris P2K3, wakil sekretaris P2K3, bidang evaluasi, perwakilan tenaga kerja (serikat pekerja) tentang bagaimana perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 tersebut kepada seuruh tenaga kerja, tamu/ pengunjung, kontraktor, pelanggan, pemasok.

“Informasi terkait perumusan isi kebijakan disebarluaskan melalui penempelan poster, pembacaan saat briefing pagi”. (Informan I) “Informasi disebarluaskan kepada tenaga kerja dapat melalui papan pengumuman di pintu masuk, bisa juga melalui pelatihan pengenalan (induction training)”. (Informan II)

“melalui briefing biasanya atau apel pagi yang setiap hari rutin kita laksanakan”. (Informan III)

Informasinya bisa disebarluaskan melalui lisan ataupun tulisan yah, kalau lisan ya seperti apel pagi sebelum bekerja, tulisan dari kebijakan-kebijakan yang ditempel didinding dan bisa dilihat dibeberapa area lokasi PKS”. (Informan IV)

Oh, biasanya itu disebarluaskan melalui papan pengumuman dan informasinya juga disampaikan kepada siapa saja yang ada di PKS Kebun Rambutan, baik itu kepada tamu dan mahasiswa-mahasiswa PKL atau penelitian juga diberi tahu”. (Informan V)

(31)

langkah-langkah yang disebutkan diatas, melalui briefing pagi yang rutin dilakukan setiap harinya kepada tenaga kerja, dan juga menyampaikan informasi tersebut kepada seluruh orang yang berada ditenaga kerja tidak hanya bagi tenaga kerja tapi juga kepada tamu/ pengunjung.

Gambar 4.8 briefing pagi yang dilakukan setiap harinya. (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Penetapan kebijakan K3 dan perumusan kebijakan K3 juga ditinjau ulang dalam rapat tinjauan manajemen dan PKS Kebun Rambutan juga telah melaksanakan hal ini, berikut adalah rapat tinjauan manajemen

(32)

Dalam prinsip penetapan kebijakan K3 terdapat 1 elemen, 3 sub elemen, 23 kriteria dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. PKS Kebun Rambutan telah memenuhi seluruh kriteria (23 kriteria) dalam prinsip penetapan kebijakan K3 di PKS Kebun Rambutan. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan kebijakan K3 di PKS Kebun Rambutan telah terlaksana dengan optimal.

4.3.2. Perencanaan K3

Perencanaan K3 merupakan hal yang sangat penting sebab pada perencanaan dilakukan tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko lalu kemudian menyusun program-program K3 dan melaksanakan program tersebut serta memantau, mengevaluasi dan meninjau peningkatan kinerja dari suatu program yang telah disusun pada saat perencanaan, perencanaan yang tidak matang tentu akan berimplikasi terhadap kejadian kecelakaan kerja, oleh karena itu didalam menyusun perencanaan harus dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten dan mendapatkan dukungan dari semua pihak, serta didalam melakukan perencanaan tentu menggunakan teknik identifikasi, sehingga perencanaan yang disusun dapat tepat sasaran dan mampu mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

(33)

indikator dalam perencanaan tersebut mampu mengurangi terjadinya kecelakaan kerja.

1.Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Perencanaan K3 merupakan hal yang sangat penting, dan merupakan dasar ataupun landasan pertama didalam melakukan tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Setiap perusahaan harus memiliki perencanaan yang baik, karena perencanaan yang baik dan optimal tentu akan berimplikasi pada kasus kecelakaan kerja yang dapat dicegah ataupun diminimalisir.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3, krani SMK3 tentang apakah perusahaan sudah memiliki perencanaan K3 didapatkan informasi sebagai berikut:

“ Perusahaan tentu mempunyai Perencanaan K3, dan sudah lengkap

bisa diminta untuk dilihat kepada bagian personalia.” ( Informan II) “Ada, kita sudah punya perencanaan K3, karena hal itu sangat penting, perencanaan itulah dasar suatu perusahaan didalam menetapkan program apa yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.” (Informan III)

“Ada, dan najah bisa lihat di dokumen yang kita punya, perencanaan yang kita punya itu sudah lengkap mulai dari identifikasi potensi bahaya dari setiap pekerjaan yang ada, penilaian risiko pekerjaan tersebut sampai pada tahap pengendalian risiko.” (Informan VII)

(34)

2.Proses Penyusunan Rencana K3

Proses penyusunan rencana K3 merupakan hal yang sangat penting, kesalahan dalam penyusunan rencana K3 tentu akan berdampak pada implementasi program K3 yang tidak terlaksana dengan optimal sehinggga kecelakaan kerja masih akan terjadi meski sudah dilakukan perencanaan K3. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang bagaimana proses penyusunan rencana K3 berdasarkan tinjauan awal, identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian ,didapatkan informasi sebagai berikut:

“PTPN III khususnya Kebun Rambutan sudah sangat menerapkan SMK3 diawali identifikasi, ISBPR (identifikasi sumber bahaya dan pengendalian risiko), nah dari ISBPR ini dari situlah bisa kita nilai mana yang sangat ekstrim, mana yang medium, mana yang low, jadi itu sesuai dengana pengalaman masa lalu dan potensi yang ada jadi kalau sesuai hasil identifikasi yang sudah kita kerjakan, kita lihat identifikasi bahaya nya apa, contoh salah satu Afdeling VIII, di afdeling VIII itu ada banyak kegiatan contoh masalah pemupukan di TU, bahaya apa yang bisa terjadi disana, disana bisa terjadi bahaya waktu membongkar itu terkilir, waktu memupuk terhirup, waktu berjalan tersandung jadi ini semua harus kita identifikasi, lalu programnya apa? Sosialisasi bekerja dengan aman, lalu kegiatan yang dibutuhkan apa yaitu pemenuhan APD dan memberikan pelatihan manajemen harus turun langsung dalam memberikan sosialisasi, sedangkan jika potensi bahaya bersifat Low atau Medium hanya dilakukan sosialisasi tanpa pelatihan.” (Informan II)

(35)

“Proses penyusunan rencana di PKS Kebun Rambutan itu istilahnya ISBPR, nah ini dia dokumennya, inilah yang namanya penyusunan rencana K3, ISBPR itu dilakukan untuk setiap jenis pekerjaan yang ada di PKS Kebun Rambutan, seperti ini contohnya bagian Pengolahan punya ISBPR khusus pengolahan, bagian laboratorium juga sama punya ISBPR sendiri, dan sudah lengkap semua disini kita buat. (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh diatas, menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan didalam menyusun rencana K3 mengacu pada PP No. 50 Tahun 2012 dengan menggunakan teknik identifikasi “Hazard identification Risk

Assesment and Risk Control” (HIRARC), proses pertama dilakukan dengan

identifikasi potensi bahaya, proses kedua dengan melakukan penilaian risiko dan proses terakhir adalah dengan melakukan pengendalian risiko, kemudian peneliti melakukan penelusuran untuk menemukan bukti yang otentik dari setiap pernyataan yang disampaikan oleh informan, terkait dengan teknik identifikasi yang dilakukan di PKS Kebun Rambutan, dapat dilihat pada Lampiran III (Perencanaan K3).

(36)

risiko merupakan hal yang sangat penting. Kesalahan pemahaman arti bahaya sering menimbulkan analisa yang kurang tepat dalam melaksanakan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko karena sumber bahaya yang sebenarnya justru tidak diperhatikan.

2. Nilai risiko yang ditetapkan terhadap hasil review tahun sebelumnya (tahun 2015) yang sudah dilakukan pengendalian, masih sama tidak terjadi perubahan penurunan dari nilai risiko sebelum dilakukan pengendalian, selain itu terdapat nilai risiko yang meningkat setelah dilakukan pengendalian selama 1 (satu) tahun seperti nilai resiko dari terjepit lori & terjepit pintu rebusan pada kegiatan pengoperasian rebusan yang pada tahun 2015 bernilai L (low) pada tahun 2016 setelah dilakukan pengendalian bernilai M (medium), dimana seharusnya setelah dilakukan review terhadap nilai risiko yang sudah dikendalikan pada tahun sebelumnya dapat menjadi turun.

3. Nilai risiko yang ada belum didasarkan satu potensi bahaya per aktifitas yang dilakukan, terhadap beberapa potensi bahaya yang ada hanya ditetapkan satu nilai risiko contoh pada potensi bahaya kebisingan & berdebu dari aktifitas pengoperasian kernel silo, terhadap 2 (dua) potensi bahaya tersebut hanya ditetapkan nilai risiko M (Medium), yang seharusnya terhadap 2 (dua) potensi bahaya tadi ditetapkan pula 2 (dua) nilai risiko.

(37)

bahan kimia harus disesuaikan dengan masing-masing kandungan bahan kimianya. Dan untuk 2 jenis bahan kimia yang berbahaya tidak disimpan secara berdekatan karena berpotensi menyebabkan terjadinya peledakan yang disebabkan dari sifat bahan kimia yang bersifat eksplusif/flammabel.

5. ISBPR yang telah disusun belum dilengkapi dengan tindak lanjut yang akan dilakukan dan belum ditetapkan pula terkait informasi program kerja K3 yang akan dilakukan.

Menanggapi hal tersebut diatas berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan kepada sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan Krani SMK3.

”Yah, memang didalam menyusun suatu perencanaan tidak dapat

dipungkiri kesalahan-kesalahan kecil memang bisa saja terjadi, dan itu sebenarnya tidak disengaja, tapi yang terpenting adalah bagaimana kesalahan tersebut kemudian diperbaiki dan ditindak lanjuti, selain itu juga kan nanti sebenarnya ada yang namanya evaluasi kemudian pemantauan yang dilakukan pada setiap item dimulai dari evaluasi kebijakan, evaluasi perencanaan sampai kepada tahap pelaksanaan, nah itu nanti ada dibahas didalam Rapat Tinjauan Manajemen atau RTM namanya.” (Informan II)

“Perencanaan yang telah disusun kadang-kadang juga harus dilihat dan disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan, memang benar secara teori harus didasarkan pada tahap hirarki pengendalian, namun terkadang melihat seringnya kasus kecelakaan kerja yang terjadi dan penyebabnya adalah tidak memakai APD maka tanpa disengaja terkadang fokus kita langsung kepenyebab sehingga pengendalian langsung ke APD.” (Informan III)

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan berikutnya:

(38)

“yah, ini juga merupakan hal yang menjadi perhatian kita yah, perbedaan memaknai konsep bahaya tentu juga akan berdampak pada penysunan program,makanya setiap kali menyusun perencanaan itu melibatkan setiap pihak lalu kemudian dikonsultasikan dan didiskusikan bersama, kalaupun terdapat perbedaan dalam memaknai konsep bahaya, itu proseslah, karena kan tidak semua orang punya latar belakang K3 kayak adek, dan dilihat kedepannya bagaimana, dan kita pantau terus kok.” (Informan III)

Selanjutnya peneliti menanyakan hal yang sama terkait beberapa hal yang ditemukan oleh peneliti atas beberapa ketidaksesuaian didalam perencanaan K3 kepada krani SMK3, berikut adalah hasil wawancara yang diperoleh:

“Kesalahan dalam penyusunan rencana K3 atau hal-hal yang belum sesuai memang harus segera ditindak lanjuti, dan biasanya ketidaksesuaian itu ditemukan pada saat evaluasi ya itulah, pentingnya evaluasi dari setiap kegiatan artinya ketika terdapat kesalahan langsung diperbaiki dan ditindak lanjut.” (Informan VII)

(39)

Dalam prinsip perencanaan K3 terdapat 3 elemen, 8 sub elemen, 29 kriteria, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 4 temuan minor sehingga dari 29 kriteria, yang terpenuhi adalah sebanyak 25 krieria.

3.Perencanaan K3 disesuaikan dengan Peraturan Perundang-Undangan

Penyusunan rencana K3 harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan dalam hal ini pihak PKS Kebun Rambutan juga telah menyesuaikan perencanaan K3 tersebut dengan peraturan perundangan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang apakah proses penyusunan rencana K3 disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, diperoleh informasi sebagai berikut:

“Ya, memang harus disesuaikan karena kita menerapkan SMK3 mengacu pada PP No. 50 tahun 2012, sehingga teknik identifikasi yang dilakukan adalah HIRARC.” (Informan II)

“tentu disesuaikan dengan peraturan perundangan kita mengacu pada PP No.50 tentang bagaimana penyusunan rencana K3 tersebut.”(Informan III)

Ya, ini buktinya dapat dilihat, bahwa penyusunan perencanaan yang dilakukan harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, dan PKS Kebun Rambutan mengacu pada PP No. 50, seperti ini dia.” (Informan VII)

(40)

pernyataan yang disampaikan oleh informan. Berikut adalah dokumen peraturan perundang-undangan yang dimiliki oleh PKS Kebun Rambutan yang menjadi acuan didalam penyusunan rencan K3 atau identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko (ISBPR).

Gambar 4.10 Gambar peraturan perundangan yang menjadi acuan dalam penyusunan renana K3

(Sumber : Data/dokumen PKS Kebun Rambutan)

4.SDM dalam Penyusunan Rencana K3

(41)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang SDM yang terlibat dalam proses penyusunan rencana K3, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Dalam penyusunan rencana K3 SDM yang terlibat adalah pihak manajemen baik itu manajer perusahaan, ahli K3, P2K3, dan perwakilan dari setiap unit kerja.” (Informan II)

“Pihak manajemen dan P2K3 serta beberapa orang perwakilan dari tenaga kerja dan SDM ada juga yang sudah mendapatkan pelatihan dan bersertifikasi Ahli K3.” (Informan III)

Seluruh pihak manajemen atau P2K3nya, dan juga dihadiri oleh manajer perusahaan artinya SDM dalam penyusunan rencana K3 harus juga disesuaikan dengan peraturan perundangan.” (Informan VII)

Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan berikutnya kepada informan II, III, VII:

“Untuk P2K3 yang sudah dibentuk oleh perusahaan apakah berlandaskan pada peraruran perundang-undangan pak?(Peneliti) “ya, dan itu diatur dalam PERMENAKER NO.4 tahun 1987 untuk P2K3nya.”(Informan II)

Memang disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan, ada dia khusus peraturan tentang P2K3.” (Informan III)

“ya tentu jah, untuk P2K3 itu sendiri kan sudah jelas peraturan

perundangannya PERMENAKER No. 4 Tahun 1987,siapa ketua, sekeretarisnya juga kan harus ahli K3, tim-timnya dan P2K3 yang sudah dibentuk juga harus diketahui oleh dinas tenaga kerja setempat, kalau kita DISNAKER tebing tinggi, dan kita juga sudah menyesuaikan, ini dia contohnya struktur organisasi P2K3 dan jobdescnya.” (Informan VII)

(42)

“P2K3 itu kan organisasi yang dibentuk untuk mengurusi semua hal yang berkaitan dengan K3, jadi kegiatannya itu mulai dari penyusunan rencana K3, pelaksanaan rencana K3,evalusasi, pemantauan, dan P2K3 itu harus melaporkan kegiatan setiap

bulannya, namanya laporan bulanan P2K3.”(Informan VII)

Dilaporkan ke siapa pak?

“Dilaporkan ke dinas tenaga kerja, sebagai pengawas K3 untuk eksternal dan itu kita laksanakan sebagaimana yang terdapat dalam

peraturan PERMENAKER No.4 jah.” (Informan VII)

Berdasarkan data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa pimpinan dari setiap unit kerja dalam PKS Kebun Rambutan yang tergabung didalam struktur P2K3 memiliki tanggungjawab atas kinerja K3 pada unit kerjanya, hal ini ditunjukkan melalui keterlibatan pimpinan unit tersebut dalam penilaian kinerja K3 unit, keterlibatan dalam inspeksi K3, keterlibatan dalam rapat K3 dan memantau pencapaian kinerja unit di bidang K3. Perusahaan atau pihak manajemen bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin terlaksananya perencanaan dalam SMK3.

PKS Kebun Rambutan dalam menyusun rencana-rencana K3 juga mendapatkan saran-saran yang diberikan dari ahli yang berasal dari dalam dapat berupa: laporan auditor internal K3, laporan inspeksi ahli K3, dan laporan studi banding/bench marking. Dari luar dapat berupa: laporan kinerja K3 dari Consultant independen, nota pemeriksaan dari pegawai pengawas Disnaker setempat, dan hal ini juga sudah dilakukan oleh PKS Kebun Rambutan.

(43)

dengan Pemenaker No.Per.04/ MEN/1987, selanjutnya peneliti melakukan penelusuran dokumen yang dimiliki oleh PKS Kebun Rambutan, sehingga diperoleh dokumen P2K3 sesuai Permenaker No. 4/Men/1987, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Ketua P2K3 adalah pimpinan puncak atau pengurus

Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak perusahaan, sesuai dengan Pemenaker No.Per.04/ MEN/1987 pasal 3 ayat (1), dan telah diterapkan di PKS Kebun Rambutan.

2.Sekretaris P2K3 adalah ahli K3 sesuai dengan peraturan

Sekretaris P2K3 adalah Ahli K3 sesuai dengan Permanaker No.Per.04/MEN/1987 pasal 3 ayat (2) dan lihat pada surat penunjukan ahli K3 dan sertifikat pelatihan (ahli K3 umum).

3. P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko.

(44)

4. Susunan pengurus P2K3 di dokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja.

Susunan pengurus P2K3 Dapat dilihat dari mekanisme pemberitahuan/ pengumuman berkaitan dengan informasi K3. P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur dan hasilnya disebarluaskan di tempat kerja. (Sumber: Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Pertemuan P2K3 minimal dilakukan 1 kali dalam sebulan atau sesuai ketentuan dalam prosedur mengenai P2K3. PKS Kebun Rambutan juga telah melaksanakan rapat bulanan P2K3 yang dilakukan setaip bulan, hal ini dapat dilihat dari notulen ataupun laporan rapat bulanan P2K3, sebagai berikut:

Gambar 4.11. Laporan Bulanan P2K3 (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan) 5. P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur sesuai dengan peraturan

(45)

disediakan sesuai dengan peraturan (distribusi pelaporan & rekaman hasil action plan) dan PKS Kebun Rambutan juga telah melaksanakannya.

6. Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih wakil-wakil tenaga kerja yang Ditunjuk sebagai penanggung jawab atas K3 di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan pelatihan yang sesuai dengan bidangnya.

PKS Kebun Rambutan juga telah membentuk kelompok kerja dalam struktur organisasi P2K3, yang disesuaikan dengan kondisi di dalam perusahaan terkait dengan efektifitas penerapan SMK3 itu sendiri, adapun kelompok-kelompok kerja didalam struktur organisasi P2K3 terdiri dari tim identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko, tim investigasi kecelakaan kerja, tim identifikasi aspek dan dampak lingkungan dan tim tanggap darurat di setiap unit kerja/departemen.

Setiap tim yang telah dibentuk memiliki tugas dan tanggungjawabnya masing-masing, dan setiap pengurus didalam tim adalah orang yang diharapkan memiliki kemampuan dan berkompeten dibidangnya, oleh karena itu PKS Kebun Rambutan juga telah memberikan pelatihan kepada setiap tim dalam struktur organisasi P2K3 baik itu berupa sosialisasi ataupun simulasi terkait dengan kegiatan kelompok masing-masing, pembagian masing-masing kelompok kerja dapat dilihat pada Lampiran III (perencanaan K3).

(46)

orang-orang yang memiliki kompetensi, dapat dilihat dari trainingnya (sertifikat pelatihan baik internal/eksternal) dan pengalamanan kerjanya dan dilihat dari hasil kerjanya yaitu dokumen risk mangement yang ada sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan melalui prosedur atau acuan terkait, namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tidak semua tim identifikasi bahaya mendapatkan pelatihan terkait tanggungjawabnya, pelatihan masih diberikan kepada bagian pimpinan saja misalnya ketua tim tanggap darurat dan beberapa orang saja, hal ini disebabkan dengan anggaran yang dimiliki oleh perusahaan.

(47)

Berikut adalah dokumentasi kegiatan simulasi yang sudah dilakukan oleh PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.12. Simulasi Kebakaran (Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Gambar 4.13 Simulasi Bencana Alam (Sumber : Dokumen PKS Kebun Rambutan)

(48)

ataupun korban jiwa. PKS Kebun Rambutan juga memberikan simulasi bagi petugas kesehatan dalam menghadapi keadaan darurat, dengan tujuan seorang petugas kesehatan harus mampu memberikan pertolongan pertama pada tenaga kerja yang mengalami celaka pada saat keadaan darurat.

Gambar 4.14 Simulasi Keadaan Darurat bagi Petugas Kesehatan (Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

PKS Kebun Rambutan juga memberikan simulasi menghadapi massa hal ini juga merupakan hal yang sangat penting agar setiap pihak yang berada ditempat kerja memiliki kemampuan ketika berhadapan dengan massa yang berasal dari masyrakat yang berada disekitar areal tempat kerja.

(49)

Susunan kelompok-kelompok kerja P2K3 yang telah terbentuk di diidokumentasikan dan di informasikan kepada tenaga kerja. Hal ini penting agar seluruh orang ditempat kerja mengetahui siapa saja pengurus P2K3 dan apa saja tanggungjawabnya sehingga ketika terjadi masalah tentang keselamatan dan kesehatan kerja, tenaga kerja tau harus melapor kepada siapa, Informasi dan komunikasi merupakan hal yang sangat penting untuk disebarluaskan sehingga kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja dapat dicegah atau diminimalisir.

Berikut adalah struktur organisasi P2K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi yang didapatkan peneliti dari data/dokumen PKS Kebun Rambutan.

(50)

5.Indikator Pencapaian Perencanaan K3

Indikator pencapaian perencanaanK3 adalah kinerja K3 disuatu perusahaan dapat dilihat dari angka kecelakaan kerja (FR/SR), jumlah klaim kecelakaan, prestasi/penghargaan K3, berdasarkan data-data tersebut dapat dilihat bagaimana kinerja perusahaan, jika frekuensi terjadinya kecelakaan kerja relatif tinggi maka perusahaan harus meningkatkan kinerjanya di tahun berikutnya, kinerja yang efektif dari suatu perusahaan dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya kasus kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang apa yang menjadi indikator pencapaian perencanaan K3, didapatkan informasi sebagai berikut:

“Indikator yang menjadi penentu apakah perusahaan sudah mencapai

perencanaan K3 yang optimal adalah dengan kinerja K3, kalau kecelakaan kerja mengalami penurunan hal ini menunjukkan bahwa kinerja K3 sudah optimal didalm menurunkan angka kecelakaan kerja sehingga inilah yang menjadi indikator pencapaian perencanaan K3.” (Informan II)

“Kalau menurut saya yang menjadi indikator dalam pencapaian

rencana K3 adalah persamaan persepsi terkait dengan konsep bahaya, itu dulu yang harus disamakan, sehingga kalau itu sudah sepakat maka untuk menetukan program selanjutnya dapat lebih optimal.” (Informan III)

“Indikatornya adalah jika kecelakaan kerja dapat dicegah atau

(51)

Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan bahwa 2 informan memberikan pernyataan bahwa indikator pencapaian perencanaan K3 adalah kinerja K3 yang ditunjukkan melalui angka kecelakaan kerja (FR/SR), jumlah klaim kecelakaan, prestasi/penghargaan K3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PKS Kebun Rambutan, selama 3 tahun terakhir pada tahun 2014 terdapat 20 kasus kecelakaan kerja, tahun 2015 terdapat 14 kasus kecelakaan kerja, dan tahun 2016 terdapat 23 kasus kecelakaan kerja dan 2 kasus kecelakaan kerja tipe berat yang mengakibatkan tenaga kerja mengalami cacat permanen. jika mengacu pada pernyaan informan tersebut maka perencanaan K3 di PKS Kebun Rambutan belum sepenuhnya terlaksana dengan optimal. Selain hal itu yang menjadi indikator dalam pencapaian penerapan SMK3 sebagaimana yang disebutkan oleh informan III menyatakan bahwa

“konsep bahaya” merupakan hal juga krusial didalam pencapaian rencana K3.

6.Indikator Pencapaian Perencanaan K3 dalam Mencegah Kecelakaan Kerja Indikator dalam pencapaian rencana K3 yang telah disebutkan oleh informan yang meliputi kinerja K3, Konsep bahaya tentu akan memiliki pengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum), wakil sekretaris P2K3 dan krani SMK3 tentang bagaimana indikator pencapaian perencanaan K3 tersebut dapat mengurangi kecelakaan kerja, didapatkan informasi sebagai berikut:

“kalau frekuensi terjadinya kecelakaan kerja relatif tinggi maka

(52)

meminimalisir terjadinya kasus kecelakaan kerja begitu juga sebaliknya.” (Informan II)

“Konsep bahaya itu penting, kalau semua sudah sepakat dan setuju

akan konsep bahaya pasti lebih gampang buat kita melakukan identifikasi bahaya, karna sudah tahu bahaya pastinya ini, maka barulah dengan mudah dilakukan identifikasi bahaya, dan pengendalian yang paling sesuai.” (Informan III)

“Kalau kinerja perusahaan dari semua aspek sudah optimal dan baik outputnya adalah kecelakaan kerja dapat diminimalisir, tapi kalau kinerjanya belum optimal maka punya potensi untuk terjadi kecelakaan kerja.” (Informan VII)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa ada dua hal yang menjadi indikator pencapaian perencanaan K3, yaitu kinerja K3 dan konsep bahaya yang berbeda. Dalam prinsip perencanaan K3 juga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah sebagai berikut: A.Pembuatan Dan Pendokumentasian Rencana K3

Perencanaan K3 mempunyai prosedur terdokumentasi untuk identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Dalam menyusun rencana K3 harus dilakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari suatu pekerjaan. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko merupakan hal yang sangat mendasar untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

(53)

perundangan yang berlaku serta informasi yang diberikan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.

B. Program K3

PKS Kebun Rambutan sudah menetapkan program kerja SMK3 secara komprehensif yang disesuaikan dengan risiko terhadap potensi bahaya yang sudah teridentifikasi didalam form ISBPPR, terhadap program kerja yang ada sudah mengkorelasikan kepada fungsi penanggung jawab dari pelaksanaan program kerja tersebut baik yang berada distruktur organisasi perusahaan maupun struktur P2K3 yang ada. Selain program yang terkorelasikan dengan pengendalian risiko yang ada PKS juga sudah menetapkan program kerja terkait untuk pencapaian semua sasaran yang sudah ditetapkan, program kerja tersebut adalah program kerja PRBTN pertahun. Adapun program kerja K3 pada tahun 2017 adalah:

a.Rapat bulanan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang meliputi :

1. Penysunan program kerja penerapan SMK3. 2. Penetapan tujuan dan sasaran K3.

3. Identifikasi kebutuhan pelatihan. 4. Check list pemeriksaan APAR. 5. Sosialisasi komunikasi K3 6. Pendokumentasian

(54)

b.Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Sosialisasi/komunikasi/pertemuan bulanan.

2. Pelatihan-pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 3. Dasar-dasar K3 dan peraturan perundangan.

4. Pelatihan Ahli K3 bagi sekretaris P2K3. 5. Simulasi tanggap darurat.

6. Pelatihan/sertifikat bagi operator.

(Sumber: Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan) C.Komunikasi dan konsultasi

(55)

Pelaksanaan konsultasi dilakukan dengan menggunakan prosedur yang sama dengan pelaksanaan komunikasi yaitu komunikasi, partisipasi dan konsultasi. Sekertaris P2K3 diharuskan membuat jadwal konsultasi dan memimpin pelaksanaan konsultasi tersebut. Terkait dengan kegiatan konsultasi di lingkup perusahaan, dilaksanakan dengan media rapat yang hasilnya didokumentasikan dalam form Komunikasi K3. Komunikasi internal dapat dilakukan melalui jalur manajerial, surat menyurat, kotak saran, rambu dan peringatan bahaya. Komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan cara surat menyurat. Perusahaan melibatkan tenaga kerja dalam kegiatan komunikasi. Implementasinya terdapat beberapa rekaman komunikasi, konsultasi seperti notulensi rapat P2K3 bulanan, dan rekaman komunikasi kebijakan K3 yang berisi komunikasi mengenai penggunaan APD, penggunaan alat kerja, tujuan dan sasaran K3 serta komitmen dan kebijakan K3.

(56)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan bukti dan kesesuaian dari setiap pernyataan yang disampaikan oleh informan berupa notulensi rapat terkait komunikasi dan konsultasi K3 sebagai berikut:

Gambar 4.16 Notulensi dan Absensi Rapat terkait Komunikasi Kebijakan K3 (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

D. Manual SMK3

(57)

Dokumen dalam bentuk manual khusus/SOP/WI contohnya seperti manual untuk pengelolaan bahan kimia, limbah, penanganan bahan peledak. Manual SMK3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan sesuai kebutuhan. Manual disimpan pada lokasi yang mudah diakses oleh personil perusahaan. PKS Kebun Rambutan memiliki peraturan tertulis, terkait manual SMK3 yang meliputi (instruksi kerja dan prosedur kerja) tidak semua data tersebut dapat dipublikasikan. Dalam manual SMK3 juga terdapat prosedur pengendalian dokumen, prosedur pengendalian dokumen digunakan oleh perusahaan untuk mengatur semua dokumen-dokumen yang digunakan dalam SMK3, didalam prosedur tersebut sudah diatur mengenai mekanisme hirarki pengesahan sebuah dokumen, distribusi, penarikan dokumen, pembuatan identifikasi dokumen (penomoran dokumen) dan perubahan dokumen. PKS Kebun Rambutan juga sudah menetapkan pembuatan daftar induk dokumen yang informatif dan simple sesuai dengan daftar induk dokumen bagian teknologi/informasi. Semua dokumen dirangkum dalam daftar induk yang komprehensif, dimana sudah mencantumkan identitas dokumen seperti nomor, nama dan nomor revisi dokumen.

Dokumentasi sangat pentig dalam setiap sistem manajemen, sistem dokumentasi yang baik memeberikan manfaat antara lain:

1. Memudahkan dalam mencari dokumen jika diperlukan.

(58)

Banyak aspek K3 yang perlu di dokumentasikan seperti prosedur yang dijalankan dalam pengembangan SMK3. Berbeda dengan sistem manajemen lainnya, dalam bidang K3, banyak dokumen yang bersifat long life misalnya data atau kasus-kasus kecelakaan kerja. Dokumen ini perlu disimpan dengan baik, karena diperlukan di masa depan untuk membuat analisa kecelakaan atau menyusun program pencegahan kecelakaan. Suatu saat dokumen mengenai peristiwa kecelakaan atau inspeksi suatu peralatan akan diperlukan ketika melakukan penyelidikan kecelakaan atau modifikasi peralatan dan sistem. Oleh karena itu perlu sistem dokumentasi yang baik, dimana semua dokumen penting terpelihara dan tersimpan dengan baik sehingga mudah diperoleh untuk digunakan kembali.

Sistem dokumentasi K3 menggunakan hirarki sebagai berikut. Dokumen level pertama adalah manual SMK3 yang merupakan payung dari seluruh elemen manajemen. Dokumen berikutnya adalah prosedur-prosedur yang berkaitan dengan sistem manajemen K3, misalnya prosedur dokumentasi, keadaan darurat, atau pelatihan.

PKS Kebun Rambutan juga telah mengatur untuk versi dokumen yang sudah tidak sesuai lagi dan masih ada di area kerja akan diklasifikasikan sebagai dokumen usang. Apabila masih dibutuhkan maka dokumen tersebut akan disimpan dan akan

diberi penandaan “KADALUARSA” dengan masa simpan yang mengacu pada

(59)

E. Peraturan dan Persyaratan Lain di bidang K3

Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk mengidentifikasi, memperoleh, memelihara dan memahami peraturan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan yang relevan dibidang K3 untuk seluruh tenaga kerja di perusahaan untuk memudahkan bagi setiap tenaga kerja guna menerapkan dalam pekerjaannya.

Penanggungjawab untuk memelihara dan Mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain untuk sampai kepada setiap tenaga kerja yang memerlukannya, dilakukan oleh personil yang ditunjuk dan dalam hal ini PKS Kebun Rambutan telah menujuk P2K3 didalam memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru kepada seluruh tenaga kerja. Persyaratan pada peraturan, standar, pedoman teknis, dan persayaratan lain yang relevan dibidang K3 dimasukkan pada prosedur-prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.

(60)

Gambar 4.16 Peraturan Perundang-undangan PKS Kebun Rambutan (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

F. Informasi K3

Informasi yang dibutuhan mengenai kegiatan K3 disebarluaskan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok. Bentuknya dapat berupa tulisan, lisan, tanda papan pengumuman, foto-foto, poster, label, verbal dalam rapat, briefing/apel, dan email. PKS Kebun Rambutan juga sudah menerapkan hal-hal tersebut sebagai upaya untuk memberitahukan informasi K3 kepada setiap orang ditempat kerja.

(61)

Gambar 4.17. Pemberitahuan informasi K3 pada tamu yang berkunjung (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Informasi K3 tidak hanya dalam bentuk lisan seperti sosialisasi ataupun briefing, informasi K3 juga dapat diberikan melalui tulisan berupa tanda papan pengumuman, poster ataupun foto-foto terkait potensi bahaya yang ditimbulkan dari suatu jenis pekerjaan ataupun bahaya dari lingkungan kerja itu sendiri. Berikut adalah informasi K3 dalam bentuk tulisan yang terdapat di PKS Kebun Rambutan.

(62)

Gambar 4.18. Informasi K3 di Areal PKS Kebun Rambutan (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

Dalam prinsip perencanaan K3 terdapat 3 elemen, 8 sub elemen, 29 kriteria, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat 4 temuan minor sehingga dari 29 kriteria, yang terpenuhi adalah sebanyak 25 krieria

4.3.3. Pelaksanaan Rencana K3

Perusahaan dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, Sumber daya manusia tersebut harus memenuhi beberapa hal sebagai berikut:

a. SDM memiliki kompetensi kerja yang dibuktikan dengan sertifikat pelatihan internal/eksternal.

b. SDM memiliki kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang.

(63)

ataupun dari pihak tenaga kerja, akibatnya tidak jarang kasus kecelakaan kerja masih sering terjadi setiap tahunnya meskipun perusahaan sudah memiliki komitmen, membuat kebijakan, menetapkan tujuan dan melakukan perencanaan dengan baik. Demikian halnya dengan kasus kecelakaan kerja yang masih terjadi di PKS Kebun Rambutan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2014-2016) dimana trend kasus kecelakaan kerja di PKS Kebun Rambutan salah satunya disebabkan karena pelaksanaan K3 yang belum optimal seperti tidak bekerja sesuai SOP, tidak menggunakan APD, serta pengawasan dari pihak manajemen yang belum optimal.

Berikut adalah trend kasus kecelakaan kerja yang terjadi dalam kurun waktu tiga tahun terakhir di PKS Kebun Rambutan.

Gambar 4.19 Grafik Kasus Kecelakaan Kerja. (Sumber : Hasil Observasi Peneliti)

1. Sumber Daya Manusia a.SDM yang Berkompeten

Sumber daya manusia yang dimaksud adalah petugas yang mempunyai kompetensi dan kemampuan serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dari

0

Grafik Kasus Kecelakaan Kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi Periode 2014-2016

2014

2015

Gambar

Gambar 4.1. Tujuan dan Sasaran K3
Gambar 4.3. Komitmen dan Kebijakan K3 PKS Kebun Rambutan
Gambar 4.3.  Sertifikat Ahli K3 di PKS Kebun Rambutan PTPN III  (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)
Gambar 4.4 Penghargaan PKS Kebun Rambutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA

Pelaksanaan program JSA pada bagian pengolahan Kelapa Sawit Rambutan PTPN-3 untuk beberapa stasiun sudah terlaksana sesuai pedoman identifikasi bahaya yang telah

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA