• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Audit Eksternal SMK

4. Tindakan Koreks

Tindakan koreksi dimaksudkan untuk mengambil langkah menghilangkan faktor dasar penyebab ketidaksesuaian, insiden atau kecelakaan yang ditemukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Untuk mengembangkan prosedur mengenai tindakan koreksi ini ada berapa hal yang perlu menjadi pertimbangan: 1. Identifikasi dan pelaksanaan tindakan koreksi dan perbaikannya baik untuk jangka

pendek maupun jangka panjang.

2. Evaluasi mengenai dampak atau efek yang timbul dari ketidaksesuaian terhadap hasil identifikasi, penilaian dan dan pengendalian risiko yang ada.

3. Rekaman dari seluruh perubahan yang diperlukan dari tindakan koreksi yang dilakukan dan terhadap laporan analisa risiko dan bahaya.

4. Penerapan upaya pengendalian risiko, termasuk jika diperlukan adanya perubahan atau modifikasi untuk memastikan bahwa langkah koreksi telah dijalankan dan efektif.

5.Tindakan Pencegahan

Tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah hal serupa tidak terulang kembali. Langkah pencegahan harus bersifat umum dan mendasar, baik yang bersifat teknis maupun manajemen seperti perbaikan dalam sistem pelatihan, organisasi, prosedur kerja, dokumentasi, komunikasi dan lainnya. Hasil tindakan pencegahan ini

dievaluasi dan dipantau untuk melihat efektivitasnya. Dalam mengembangkan langkah koreksi dan pencegahan ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:

1. Langkah koreksi dan pencegahan harus mempertimbangkan faktor risiko untuk menghindarkan adanya bahaya baru yang timbul akibat langkah koreksi yang dilakukan.

2. Langkah koreksi atau pencegahan hendaknya proporsional dengan ketidaksesuaian yang ada, tidak berlebihan atau menimbulkan kesulitan baru, baik dari segi operasional maupun biaya.

3. Setiap langkah koreksi dan pencegahan, harus diikuti dengan perbaikan dalam prosedur atau sistem manajemen yang ada. Olehkarena itu perlu dilakukan kajian dan evaluasi, apakah untuk tindakan koreksi tersebut diperlukan prosedur baru atau cukup melakukan perubahan dari prosedur yang sudah ada.

6.Audit Internal

Audit Internal dilakukan untuk menilai apakah pelaksanaan K3 telah berhasil dengan baik atau tidak, tujuan audit internal K3 antara lain:

1. Untuk memastikan apakah sistem manajemen K3 yang dijalankan telah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan persyaratan dan standard SMK3. 2. Untuk mengetahui apakah SMK3 tersebut telah berjalan dengan baik sebagaimana

3. Memastikan apakah SMK3 yang dijalankan telah efektif untuk menjawab semua isu K3 yang ada dalam perusahaan guna menghindarkan SMK3 yang salah arah, virtual, atau random.

Audit internal dilakukan secara berkala dengan persyaratan sebagai berikut: 1. Tim audit harus bersifat inependen. Pengertian independen tidak harus berasal dari

luar organisasi, tetapi dapat diambil dari lingkungan tempat kerja dengan syarat tidak terikat atau memiliki kepentingan dengan unit/bagian atau departemen yang akan di audit.

2. Tim audit harus memiliki kompetensi melakukan audit K3. Hal ini snagat penting untuk mendapatkan hasil audit yang baik dan bermanfaat. Karena itu tim audit sebaiknya diberi pelatihan mengenai audit SMK3 yang menyangkut pemahaman mendasar mengenai SMK3 dan tata cara melakaukan audit yang baik.

Tim audit internal sebaiknya terdiri dari berbagai disiplin atau fungsi dalam suatu organisasi yang terdiri atas ketua, sekretaris, anggota tetap dan anggota tidak tetap. Ketua tim bertugas untuk mengkoordinir seluruh aktivitas internal audit mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan lapangan dan pelaporan. Sekretars tim bertugas membantu ketua tim daam mengkoordinir audit, termasuk mencatat dan memproses hasil audit secara lengkap, menyiapkan kebutuhan tim audit, mengatur pertemuan dan menyiapkan laporan audit.

Anggota tetap bertugas menyusun persiapan audit bersifat teknis seperti daftar periksa audit, peryaratan teknis dan program pemeriksaan. Anggota tetap terdiri dari berbagai unsur sesuai dengan keperluan misalnya dari fungsi teknik, operasi,

produksi, pemeliharaan, keselamatan kerja dan medis. Anggota tidaak tetap bertugas memberi informasi tambahan dan diundang bila ada hal-hal yang penting berkaitan dengan kahlian masing-masing.

Secara umum tugas dan tanggungjawab tim audit adalah sebagai berikut: 1. Menetukan sasaran, cakupan, kekerapan, dan metode audit serta menyusun

rencana kerjaa dan daftar pelaksanaan audit. Rencana kerja ini harus lengkap dan mencakup daerah yang ditinjau, saat peninjauan, penyebaran laporan, rencana tindak lanjut, dan rencana tanggal pelaporan.

2. Mengembangkan daftar periksa serta standar penilaian yang digunakan, untuk itu tim audit harus memepelajari tentang unit yang akan di audit, seperti proses produksi, material, jenis kegiatan, pekerja, peralatan teknis.

3. Melakukan pemeriksaan secara objektif ke tempat kerja, mengevaluasi pelaksanaan prosedur dan manajemen K3, melakukan wawancara dengan pekerja untuk pembuktian (verifikasi).

4. Menyusun laporan audit serta saran perbaikan.

Secara umum kegiatan audit yang dilakukan harus memperhatikan beberapa tahap agar audit yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik., adapun tahap audit yang baik adalah sebagai berikut:

1. Persiapan dimuali dengan menetapkan lokasi yang akan diaudit, ruang lingkup, jadwal serta pemberitahuan kepada pejabat atau pengawas yang akan diaudit sehingga mereka dapat melakukan persiapan sebelumnya.

2. Memeriksa perlengkapan audit yang diperlukan seperti komputer, printer, alat tulis.

3. Presentasi pembukaan dilakukan untuk memperkenalkan tim audit, maksud, tujuan audit K3 yang akan dilakukan, dasar dan pedoman audit. Dalam kesempatan ini pihak yang diaudit juga dapat menjelaskan kondisi fasilitasnya serat hasil audit yang pernah dilakukan sebelumnya.

4. Koordinasi tim audit, anggota tim audit melakukan koordinasi internal dengan seluruh anggota tim audit, membuat daftar periksa, rencana wawancara dan pihak- pihak atau pekerja yang akan diwawancarai (Ramli,2010).

Tingkat keberhasilan pencapaian SMK3 di perusahaan menurut Tarwaka (2014) dapat diukur dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59% termasuk tingkat penilaian penerapan kurang.

2. Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84% termasuk tingkat penilaian penerapan baik.

3. Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% termasuk tingkat penilaian penerapan memuaskan.

Tarwaka (2014), penilaian terhadap tingkat pencapaian penerapan SMK3, juga dilakukan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan kriteria yang menurut sifatnya dibagi 3 (tiga) kategori, yaitu:

2. Kategori mayor, yaitu tidak memenuhinya ketentuan perundang-undangan, tidak melaksanakan salah satu prinsip SMK3 dan terdapat temuan minor untuk suatu kriteria audit di berbagai lokasi.

3. Kategori minor, yaitu ketidakkonsistenan dalam pemenuhan persyaratan peraturan perundang-undangan, standar, pedoman dan acuan lainnya.

Melalui audit SMK3 akan dapat diketahui sampai sejauh mana program K3 telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan K3 yang telah ditetapkan di dalam suatu perusahaan. Dalam pelaksanaannya audit dilakukan oleh auditor, sebagai Profesional Judgement. Untuk memelihara kompetensinya dan melakukan penyamanan persepsi tentang penilaian obyek yang diaudit, auditor menggunakan suatu standar untuk melakukan pengukuran melalui suatu proses sertifikasi terhadap kompetensinya (Syamsudin, 2004).

Windiana (2010), dari hasil penelitiannya terkait dengan hasil pengkajian SMK3 di bagian produksi PT. Goodyear Indonesia, Tbk. yang menggunakan dokumen global health and safety document menunjukkan bahwa skor audit (dalam persen) pada setiap faktor adalah kepemimpinan (leadership) 100%, ergonomi (ergonomics) 100%, perilaku (behaviors) 100%, inspeksi fisik (physical inspection) 88,9%, kontrol energi berbahaya (control of hazardous energy) 100%, dan kesehatan industri (indiustrial Health) 95%. Hasil skor audit pada penelitian ini menunjukkan peningkatan dari hasil audit perusahaan pada periode sebelumnyayang dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2010, yaitu kepemimpinan (leadership) 84.6%, ergonomi (ergonomics) 76.9%, perilaku (behaviors) 88%, inspeksi fisik (physical inspection)

74.1%, kontrol energi berbahaya (control of hazardous energy) 85.7%, dan kesehatan industri (indiustrial Health) 95%.

5.1.5.Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3

Peninjauan dan peningkatan kinerja K3 dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan hal yang wajib untuk diterapkan dan dilakukan secara berkala oleh manajemen puncak. Tinjauan manajemen ini merupakan bagian penting dalam mata rantai SMK3 untuk memastikan bahwa penerapan SMK3 telah berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan, sehingga jika terjadi peyimpangan dapat segera dilakukan penyempurnaan.

Tinjauan manajemen dilakukan secara menyeluruh dan tidak bersifat detail untuk isu tertentu. Aspek yang dibahas dalam tinjauan manajemen antara lain:

1. Kesesuaian kebijakan K3 yang sedang berjalan.

2. Penyempurnaan objektif K3 untuk peningkatan berkelanjutan. 3. Kecukupan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. 4. Tingkat risiko dan efektivitas dari sistem pengendalian.

5. Kecukupan sumber daya yang disediakan.

6. Evaluasi kecelakaan dalam kurun waktu tertentu. 7. Evaluasi penerapan prosedur K3.

8. Hasil audit dari K3 baik internal maupun eksternal.

Masukan yang akan digunakan dan dibahas dalam tinjauan manajemen antara lain :

1. Hasil audit internal yang dilakukan dan evaluasi pemenuhan perundangan serta persyaratan lainnya yang berlaku bagi organisasi. Hasil audit ini akan memberikan gambaran sejauh mana pencapaian SMK3 didalam suatu organisasi. 2. Hasil partisipasi dan konsultasi yang dilakukan baik dari pekerja, pihak lain,

institusi dan pelanggan. Semua masukan tesrebut harus menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan SMK3.

3. Hasil komunikasidengan pihak eksternal seperti pemasok, pelanggan, asosiasi, pemerintah dan masyarakat sekitarnya, termasuk adanya sanggahan atau kritik dari pihak tersebut.

4. Kinerja organisasi pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari berbagai indikator. Jika kinerja sudah baik, manajemen tinggal melanjutkan dan mempertahankannya supaya lebih baik dimasa mendatang. Jika kinerja K3 tidak sesuai dengan harapan, manajemen perlu mengambil langkah-langkah perbaikan dalam SMK3.

Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya, untuk memastikan apakah semua hasilnya telah dilaksanakan oleh semua pihak terkait. Perubahan lingkungan yang memiliki dampak K3 dan berpengaruh terhadap bisnis di suatu perusahaan, seperti tuntutan pasar, konsumen, masyarakat, perundangan, dan strategi bisnis perusahaan. Saran-saran yang diperoleh untuk peningkatan kinerja K3 disuatu perusahaan.

Hasil tinjauan manajemen yang diperoleh dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan dan peningkatan kinerja K3 periode berikutnya. Langkah perbaikan ini

harus konsisten dengan hasil kinerja K3, potensi risiko, kebijakan K3, ketersediaan sumber daya manusia dan prioritas yang diinginkan. Tinjauan manajemen ini dikomunikasikan dan dikonsultasikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan SMK3. Diharapkan tinjauan manajemen ini akan menjadi refleksi kebelakang untuk melakukan perbaikan dimasa mendatang.

Imaculata (2013), dari hasil penelitiannya menunjukkan dalam peninjauan ulang PT. Cakra Buana Megah telah melakukan evaluasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja secara berkala. PT. Cakra Buana Megah secara berkesinambungan melakukan tinjauan ulang terhadap program SMK3 dan mendokumentaikannya ke dalam laporan perusahaan (Resik, rapi, rajin, rawat, ringkas) kepada semua tenaga kerja saat melakukan kerja ataupun saat memakai peralatan kerja sehingga dapat meminimalisir potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

Sembiring (2013), dari hasil penelitiannya di RS. Siloam menunjukkan Evaluasi: jumlah responden yang menjalankan dan memelihara evaluasi SMK3 di RS. Siloam sebesar 92 %. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan penerapan SMK3 untuk para pekerja dan untuk para pegawai/staff pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital sebesar 91.81 %, dan untuk tinjauan manajemen: jumlah responden yang melaksanakan dan memelihara tinjauan manajemen perusahaan ini sebesar 96.29%, peninjauan ulang kinerja SMK3 yang baik tentu akan berimplikasi terhadap berkurangnya kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja.

Perbedaan persepsi antara pihak manajemen dan tenaga kerja dalam penerapan SMK3 juga kerap terjadi demikian pula halnya dengan perbedaan persepsi antara pihak manajemen dan tenaga kerja terkait dengan peninjauan ulang kinerja K3. Selyanti (2013), dari hasil penelitiannya di PT. Semen bosowa maros menunjukkan peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 pada responden karyawan SHE menilai baik dengan persentase 94,9% dari keseluruhan variabel dapat disimpulkan penerapan SMK3 menunjukkan sebanyak responden tenaga kerja menilai kurang dengan persentase 63,6%, akan tetapi pada responden karyawan SHE menilai baik dengan persentase 100%.

BAB 6

Dokumen terkait