• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Peraturan dan Persyaratan Lain di bidang K

1. Sumber Daya Manusia a.SDM yang Berkompeten

Sumber daya manusia yang dimaksud adalah petugas yang mempunyai kompetensi dan kemampuan serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan dari

0 10 20 30 2014 2015 2016 Ju m lah k as u s k ec el ak aan k er ja Tahun

Grafik Kasus Kecelakaan Kerja di PKS Kebun Rambutan PTPN III Tebing Tinggi Periode 2014-2016

2014

2015

sertifikat atau catatan pelatihan, job description atau wewenangnya atau dari track record pengalamannya yang telah ditetapkan seperti yang terdapat pada lampiran III , sehingga sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan adalah sumber daya manusia yang mampu mengidentifikasikan bahaya potensial dan menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja, meskipun dari penelitian yang dilakukan masih terdapat beberapa petugas yang belum memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak manajemen PKS Kebun Rambutan yang menjabat sebagai sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum) tentang apakah perusahaan/ PKS Kebun Rambutan memiliki SDM yang memiliki kompetensi yang ditandai dengan sertifikat, didapatkan informasi sebagai berikut:

“ ya kami PKS Kebun Rambutan tentu sudah memiliki SDM yang

berkompeten yang ditandai dengan sertifikat pelatihan, dan PKS Kebun Rambutan juga sudah memberikan pelatihan kepada tenaga kerja, baik itu sifatnya pelatihan internal/eksternal”. (informan II)

Selanjutnya peneliti kembali mengajukan pertanyaan berikutnya “tadi bapak menyebutkan soal pelatihan internal/eksternal, seperti apa pak pelatihan tersebut, dan pelatihan-pelatihan apa saja yang sudah dilakukan di PKS Kebun Rambutan ini pak?(Peneliti)

“Baik yah, kalau pelatihan internal itu maksudnya pelatihan kita yang buat, karena kita kan juga sudah punya Ahli K3 Umum, nah contoh pelatihan internal yang sudah kita lakukam, pelatihan tentang SMK3, P2K3, P3K, dan masih ada beberapa lainnya, nah kalau untuk eksternalnya, itu contohnya pelatihan yang diberikan dan diadakan oleh KANDIR PTPN III, contohnya itu pelatihan untuk operator pesawat uap, untuk operator turbin, housting crane, bisa dilihat, dan kita ada dokumennya, dan juga ada pelatihan oleh lembaga lain seperti Ahli K3 Umum.”(Informan II)

“Kemudian pak, apakah pelatihan tersebut diberikan kepada seluruh tenaga kerja secara merata pak? (Peneliti)

“Kalau untuk itu, memang belum, pelatihan memang masih lebih banyak diikuti oleh karyawanan pimpinan saja, karena hal ini menyangkut safety budget atau anggaran yang dimiliki perusahaan.” (Informan II)

“Lalu pak, bagaimana dengan tenaga kerja yang belum mendapatkan pelatihan, karena mengingat sebenarnya merekalah yang paling membutuhkan dan kontak langsung dengan pekerjaan yang ada? (Peneliti)

“Kalau mengenai hal itu, itu adalah tanggungjawab karyawan pimpinan yang sudah mendapatkan pelatihan untuk kemudian menyampaikannya pada unitnya masing-masing.” (Informan II) “Kemudian pak, ada berapa banyak pak karyawan yang sudah mendapatkan pelatihan K3 ini pak?

“Untuk jumlahnya saya tidak ingat, tapi kita ada dokumennya berapa yang sudah ikut, ada rekapitulasinya atau pusdiklat namanya dan adek bisa lihat pada bagian personalia.” (informan II)

“Kemudian pak, untuk pelatihan yang sudah diberikan bagaimana melihat efektifitas keberhasilan pelatihan tersebut, sehingga pelatihan yang diberikan tidak sia-sia pak? (Peneliti)

“Kalau untuk itu, kita ada pengawas merekalah yang melakukan

pengawasan dan evaluasi dari setiap kegiatan yang dilakukan minimal 3 bulan setelah pelatihan, nanti adek bisa berkoordinasi dengan mereka.” (Informan II)

Berdasarkan informasi diatas menunjukkan bahwa PKS Kebun Rambutan telah memberikan pelatihan sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia yang dipersyaratkan dalam SMK3, Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. Pelatihan K3 ini menjadi

penting karena bertujuan agar tenaga kerja dapat memahami dan berperilaku pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, mengidentifkasi potensi bahaya di tempat kerja, melakukan pencegahan kecelakaan kerja, mengelola bahan-bahan beracun berbahaya dan penanggulangannya, menggunakan alat pelindung diri.

Pelatihan merupakan hal yang penting dengan pelatihan yang dilakukan diharapkan seluruh pihak akhirnya menjadi tahu, mau, dan mampu didalam menerapkan K3 dalam kesehariannya sehingga budaya K3 dapat terlaksana ditempat kerja, selain itu juga perusahaan harus dapat memastikan mempunyai mekanisme evaluasi untuk pemastian effektifitas keikutsertaan seorang pegawai dalam sebuah pelatihan dengan mengunakan form evaluasi tertentu, agar diketahui efektifitas keikutsertaanya pada sebuah pelatihan, baik evaluasi oleh atasannya langsung maupun oleh Bagian Pelatihan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam penerapannya PKS Kebun Rambutan belum membuat kebutuhan pelatihan untuk tenaga kerja secara terjadwal, perencanaan pelatihan (training) hanya dibuat untuk pelatihan internal seperti dalam bentuk pelatihan penangganan bahan berbahaya dan beracun (B3) dalam bentuk program kerja pelatihan untuk setiap satu tahun. Seharusnya perusahaan dapat membuat pelatihan ekternal dengan membuat perencanaannya dan mengajukan ke kantor direksi PTPN III.

Penetapan program pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja seharunya dapat dipastikan sudah didasarkan atas analisa kebutuhan pelatihan yang disiapkan oleh masing-masing bagian didalam setiap unit dengan

mengunakan dasar perencanaan dari bagian SDM, dalam bentuk competency based training needs analysis (CBTNA). Hasil ini dijadikan acuan dalam pembuatan program pelatihan tahunan.

Pada tahun 2016 perusahaan sudah memiliki program tersendiri yang meliputi pelatihan terhadap pemenuhan untuk kompetensi seperti :

a. Peltihan penerapan SMK3 b. Pelatihan P2K3

c. Pelatihan P3K d. Pelatihan BKB

e. Pelatihan atau simulasi keadaan darurat dan kebakaran

Rekapitulasi pelatihan yang disebutkan oleh informan dapat dilihat pada Lampiran IV (pelaksanaan rencana K3).

Terkait dengan permintaan pelatihan diluar jadwal yang sudah ditentukan, perusahaan juga sudah membuat mekanisme pengisian form pelaksanaan program pelatihan. Namun dalam implementasinya, pelaksanaan ini hanya dilakukan untuk karyawan pimpinan padahal seharusnya pelatihan tidak hanya diberikan kepada karyawan pimpinan saja tapi juga kepada tenaga kerja.

Evaluasi terhadap pelatihan dilakukan oleh pengawas untuk mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan dan sudah dilaksanakan oleh atasan terhadap karyawan yang sudah mengikuti pelatihan minimal 3 bulan setelah pelaksanaan. Hasil evaluasi dirangkum dalam form Evaluasi Pasca Diklat yang dapat dilihat pada Lampiran IV (Pelaksanaan Rencana K3).

Pelatihan yang tidak dilakukan pada kantor pusat perusahaan, perusahaan bisa memberikan pengajuan dengan disetujui Manajer kemudian SDM distrik dapat melaksanakan pelatihan intern, dengan kata lain perusahaan diberi wewenang untuk mengadakan langsung pelatihan dalam bentuk inhouse dan pelatihan yang berada diluar induk perusahaan.

Gambar 4.20 Pelatihan tentang Keadaan Darurat (Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Gambar 4.20 Pelatihan tentang SMK3 (Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

Sertifikat pelatihan atau lisensi karyawan yang sudah mendapatkan pelatihan juga dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 4.21 Sertifikat Pelatihan dan Lisensi K3 Karyawan (Sumber : Dokumentasi PKS Kebun Rambutan)

b.Surat Izin Kerja/ Surat Izin Operasi

Sumber daya manusia juga harus memiliki surat izin kerja atau surat izin operasi, hal ini dimaksudkan bahwa untuk beberapa jenis pekerjaan dengan tingkat risiko bahaya yang tinggi, maka harus dilakukan oleh tenaga kerja yang sudah mendapatkan pelatihan dan mendapatkan izin dari pihak perusahaan, mengingat tentu tidak semua tenaga kerja memiliki keterampilan atau kemampuan mengahadapi beberpa jenis pekerjaan dengan risiko tinggi.

PKS Kebun Rambutan juga sudah menerapkan surat izin kerja (SIK) dan surat izin operasi (SIO) pada tenaga kerjanya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil sekretaris P2K3 (Ahli K3 Umum) tentang apakah perusahaan sudah menetapkan SIO dan SIK pada tenaga kerjanya, didapatkan informasi sebagai berikut :

“Ada, kita punya namanya SIO dan SIK untuk beberapa jenis pekerjaan dan pada tenaga kerja tertentu.” (Informan II)

“Maaf pak sebelumnya, kalau saya boleh tau, jenis pekerjaan apa

saja pak yang harus memiliki SIK/SIO? (Peneliti)

“Pekerjaan pada PLTBS, stasiun loading ramp,kernel, stasiun sterelisasi, thressing seperti itu tapi untuk berapa jumlah karyawannya saya lupa, tapi semuanya sudah terdokumentasi”. (Informan II)

“Untuk datanya apakah bisa dilihat pak?“(Peneliti)

“Boleh, datanya bisa dilihat dan diminta pada bagian personalia yah.” (Informan II)

Berdasarkan informasi diatas PKS Kebun Rambutan sudah mempunyai dan menerapkan SIK/SIO di tempat kerja, PKS Kebun Rambutan juga menetapkan ijin kerja (work permit) pada jenis-jenis pekerjaan yang berisiko. izin kerja pada pekerjaan yang berisiko bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan karena ketidakmampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan yang berisiko tinggi, sehingga ijin kerja hanya diberikan pada tenaga kerja tertentu. Bila ada pengembangan dan atau perubahan terhadap prosedur kerja/ instruksi kerja maka harus mengacu kepada ketentuan peraturan perundangan, standar atau

ketentuan lainnya yang terkait. Biasanya pada prosedur kerja/instruksi kerja dapat ditemukan pada kolom referensi, dimana dalam referensi tersebut dicantumkan section standar/peraturan yang dijadikan acuan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, untuk pekerjaan pengelasan pada cerobong sterilizer, terhadap 2 (dua) pekerjaan dengan potensi tinggi yang dikerjakan oleh pihak eksternal hanya diterbitkan 1 (satu) ijin kerja khusus yaitu ijin kerja khusus untuk pengelasannya, sedangkan ijin kerja terkait ketinggiannya belum ditetapkan sehingga informasi terkait peralatan bantu kerja seperti tangga atau perancah tidak diinformasikan serta terhadap semua informasi APD yang digunakan belum terinformasikan kekhususan APD terhadap aktifitas pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti menemukan adanya bukti berupa data/dokumen SIK/SIO yang dimiliki oleh PKS Kebun Rambutan, sebagai berikut:

Gambar 4.22. SIK karyawan PKS Kebun Rambutan (Sumber : Data/Dokumen PKS Kebun Rambutan)

Dokumen terkait