• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja pada Bagian Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di PTPN IV Kebun Sosa Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja pada Bagian Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di PTPN IV Kebun Sosa Tahun 2015"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

EVA NOVIA ANDANI (101000228)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

EVA NOVIA ANDANI NIM. 101000228

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

(4)
(5)

ABSTRAK

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa tahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang, sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.

Hasil penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat risiko kecelakaan kerja yang berisiko tinggi pada stasiun perebusan pada tingkat risiko high risk dengan score 10-16 yang artinya risiko kecelakaan dilakukan pemantauan intensif dan pengendalian. Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi.

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA didapatkan kesimpulan Penilaian risiko dengan tingkat risiko high adalah pada stasiun perebusan pada jenis pekerjaan buka pintu rebusan keluarkan lori buah yang telah masak.Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja pada lingkungan proyek perlu dibahas secara mendalam dan detail untuk mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi

(6)

ABSTRACT

Risks associated with the uncertainty of this happened because of lack or unavailability of enough information about what is going to happen. Something uncertain (uncertain) can result in beneficial or detrimental. Every hour, at least one case of occupational accidents in Indonesia. The figure puts Indonesia in the group of countries that have cases of occupational accidents in the world.

This research is a descriptive that aims to find gambaranpenilaian risk of workplace accidents in the palm oil processing (MCC) in PTP N IV Sosa garden. The population in this study were all workers palm processing section (MCC) in PTP N IV gardens Sosa 2015 as many as 100 people, the samples in this study were 50 people.

Results of this study shown in Table 4.1 can be seen that the average level of risk of workplace accidents in the fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.2 it can be seen that the level of risk at high risk of work accidents at boiling stations on the risk level of high risk with a score of 10-16, which means the risk of accidents conducted intensive monitoring and control. In Table 4.3 it can be seen that the average level of risk of workplace accidents in penebahan station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.4 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.5 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance.

Based on the analysis and discussion of the results of research on risk assessment of workplace accidents in the processing of palm oil in PTPN IV MCC SOSA risk assessment was concluded with a high degree of risk is at boiling on the type of work station open door remove lorries fruit stew that. Prevention before work on the project's environmental accidents need to be discussed in depth and detail to reduce workplace accidents that occur.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eva Novia Andani

Tempat/Tanggal Lahir : Laras/ 04 November 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Nama Ayah : Erwin Syahbuddin

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Tukini

Suku Bangsa Ibu : Indonesia

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 091674 Bahgunung Tahun 1997 – 2003

2. SMP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Tahun 2003 – 2006

3. SMA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Tahun 2006 – 2009

4. Lama Studi di FKM USU : Tahun 2010 – 2015

Riwayat Organisasi

1. Anggota PMI SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar

2. Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar

3. Anggota Bela Diri SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar

(8)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENILAIAN

RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA

SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki

dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memeroleh bimbingan, dukungan,

bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

sekaligus Dosen Penguji atas keluangan waktu, bimbingan, dan pengarahan untuk

kesempurnaan skripsi ini.

3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing I atas keluangan

waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan untuk

kesempurnaan skripsi ini.Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. M.S selaku Dosen

Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada

penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.Ibu Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes

selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran

(9)

M.Kes selaku Dosen Penguji II skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan

saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Umi Salmah,SKM,M.Kesselaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak

memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.

5. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.

6. Saudara senasib seperjuangan di FKM USU : Cut Tatiana Rosa, anggi mutiah

sakdiyah, Ayu Febrini, Hesty Lestari, Try Desfy Rahayu dan teman-teman yang

lainnya yang telah banyak berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.

7. Teman – teman stambuk 2010 yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu atas

proses pembelajaran di FKM USU selama ini.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua orang

tua yang saya sayangi, ayah Erwin Syahbuddin dan ibu Tukini atas segala kasih sayang,

doa, pengorbanan, kesabaran, motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang tulus

hingga detik ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Doan M.H Panjaitan yang

telah membantu mengingatkan dan mendoakan dalam kelancaran skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang

membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan

Masyarakat di Indonesia. Amin.

Medan, 02 Mei 2015

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR ISTILAH... viii

RIWAYAT HIDUP... viii

BAB 1 PENDAHULUAN………..……… 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Rumusan Masalah………... 9

1.3. Tujuan Penelitian……….. 9

1.3.1. Tujuan Umum………... 9

1.3.2. Tujuan Khusus……….. 9

1.4. Manfaat Penelitian……… 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 11

2.1. Manajemen Risiko……….. 11

2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko……… 11

2.1.2. Manfaat Manajemen Risiko………. 13

2.2. Kecelakaan Kerja ...………... 13

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja………... 13

2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja ...………. 15

2.2.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja………. 16

2.2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja……… 17

2.2.5. Dampak Kecelakaan Kerja ... 19

2.2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 20

2.3. Proses Manajemen Risiko………. 22

2.4. Penilaian Risiko ...……… 25

2.5. Kerangka Konsep………. 27

BAB 3 METODE PENELITIAN……….. 28

3.1. Jenis Penelitian………. 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 28

3.3. Populasi dan sampel……… 28

3.4. Definisi Operasional………. …….. 29

3.5. Teknik Pengumpulan Data…... 30

3.6. Aspek Pengukuran………. 30

3.7. Analisa Data………. 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN………... 33

4.1. Gambaran Perusahaan……….. 33

(11)

4.1.3. Dampak Keberadaan PKS………... 35

4.1.4. Dampak Lingkungan ... 36

4.1.5. Sarana Kesejahteraan Sosial Karyawan ... 37

4.1.6. Letak Geografis ... 38

4.1.7. Struktur Organisasi Perusahaan ... 39

4.1.8. Jam Kerja ... 41

4.2. Proses Produksi ...………... 42

4.2.1. Standard Mutu Produk ... 42

4.2.2. Bahan Yang Digunakan ... 42

4.3. Uraian Proses Produksi ...…………... 44

4.3.1. Stasiun Penerimaan Buah ...………... 44

4.3.2. Stasiun Perebusan ...………….... 45

4.3.3. Stasiun Penebahan ...…... 46

4.3.4. Stasiun Pengempaan ……… 47

4.3.5. Stasiun Pemurnian Minyak ... 48

4.4. APD Yang Digunakan ... 51

4.5. Penilaian Risiko ... 51

4.5.1. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Penerimaan Buah……… 51

4.5.2. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Perebusan ... 52

4.5.3. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Penebahan ... 52

4.5.4. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Pengempaan ... 53

4.5.5. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Pemurnian Minyak ... 54

BAB 5 PEMBAHASAN………. 55

5.1. Proses Kerja Pengolahan Kelapa Sawit……….. 55

5.1.1. Stasiun Penerimaan Buah ...………... 55

5.1.2. Stasiun Perebusan………... 57

5.1.3. Stasiun Penebahan…………... 60

5.1.4. Stasiun Pengempaan………... 62

5.1.5. Stasiun Pemurnian Minyak... 63

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 64

6.1. Kesimpulan………... 64

6.2. Saran………. 64

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja PTPN IV Kebun Sosa... 8

Tabel 3.1 Keparahan... 31

Tabel 3.2 Kemungkinan... 31

Tabel 3.3 Tingkat Risiko... 34

Tabel 4.1 Penilaian Risiko Pada Stasiun Penerimaan Buah... 51

Tabel 4.2 Penilaian Risiko Pada Stasiun Perebusan... 52

Tabel 4.3 Penilaian Risiko Pada Stasiun Penebahan... 52

Tabel 4.4 Penilaian Risiko Pada Stasiun Pengempaan... 53

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PTP Nusantara IV PKS SOSA... 40

Gambar 4.2 Timbangan TBS... 45

Gambar 4.3 Perebusan... 46

Gambar 4.4 Penebahan... 47

Gambar 4.5 Pengempaan... 48

(14)

DAFTAR ISTILAH

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

APD : Alat Pelindung Diri

PKS : Pabrik Kelapa Sawit

CPO : Crude Palm Oil

(15)

ABSTRAK

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa tahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang, sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.

Hasil penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat risiko kecelakaan kerja yang berisiko tinggi pada stasiun perebusan pada tingkat risiko high risk dengan score 10-16 yang artinya risiko kecelakaan dilakukan pemantauan intensif dan pengendalian. Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi.

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA didapatkan kesimpulan Penilaian risiko dengan tingkat risiko high adalah pada stasiun perebusan pada jenis pekerjaan buka pintu rebusan keluarkan lori buah yang telah masak.Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja pada lingkungan proyek perlu dibahas secara mendalam dan detail untuk mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi

(16)

ABSTRACT

Risks associated with the uncertainty of this happened because of lack or unavailability of enough information about what is going to happen. Something uncertain (uncertain) can result in beneficial or detrimental. Every hour, at least one case of occupational accidents in Indonesia. The figure puts Indonesia in the group of countries that have cases of occupational accidents in the world.

This research is a descriptive that aims to find gambaranpenilaian risk of workplace accidents in the palm oil processing (MCC) in PTP N IV Sosa garden. The population in this study were all workers palm processing section (MCC) in PTP N IV gardens Sosa 2015 as many as 100 people, the samples in this study were 50 people.

Results of this study shown in Table 4.1 can be seen that the average level of risk of workplace accidents in the fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.2 it can be seen that the level of risk at high risk of work accidents at boiling stations on the risk level of high risk with a score of 10-16, which means the risk of accidents conducted intensive monitoring and control. In Table 4.3 it can be seen that the average level of risk of workplace accidents in penebahan station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.4 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.5 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance.

Based on the analysis and discussion of the results of research on risk assessment of workplace accidents in the processing of palm oil in PTPN IV MCC SOSA risk assessment was concluded with a high degree of risk is at boiling on the type of work station open door remove lorries fruit stew that. Prevention before work on the project's environmental accidents need to be discussed in depth and detail to reduce workplace accidents that occur.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk

berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era

industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai anatara lain dengan mekanisme

elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan

mesin, pesawat-pesawat instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin

meningkat. Kemajuan ini tentunya membawa dampak positif bagi kehidupan

manusia, selain itu juga menambah jumlah dan ragam sumber bahaya apabila

dalam pelaksanaannya tidak menggunakan sistem yang terkontrol, antara lain

akan terjadi lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat dan proses,dan sifat

kerja yang berbahaya serta peningkatan jumlah maupun keseriusan kecelakaan

kerja.penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (Depnaker dan

Transmigrasi RI,2003)

Undang-Undang Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang

adalah Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970.

Undang-undang ini merupakan Undang-undang-Undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar

atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam

tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar hukum UU

No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969.

Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan

(18)

berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak

menimbulkan kecelakaan/ penyakit ( UU No 1 Tahun 1970)

Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan

dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja,

bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap

risiko memiliki dampak yang berlainan (Syaaf, 2008).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai perlindungan tenaga

kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Di tingkat global, perlindungan

keselamatan dan kesehatan kerja juga mendapat perhatian dari ILO (International

Labour Organization) melalui berbagai pedoman dan konvensi mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai anggota ILO, Indonesia telah

meratifikasi dan mengikuti berbagai standard dan persyaratan keselamatan dan

kesehatan kerja termasuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) (Menakertrans, 2011).

Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia.

Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang

memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia. Data Departemen Tenaga

Kerja dan Transmigrasi menyebutkan pada tahun 2006, sedikitnya terjadi 92.200

kasus kecelakaan kerja di Indonesia, atau hanya turun 4.000 kasus dari tahun

2005. Meskidemikian, data tersebut belum termasuk kasus kecelakaan kerja yang

tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidakmengikuti program

Jamsostek.

Di Indonesia berdasarkan laporan PT. Jamsostek, kecelakaan kerja

(19)

70.069 kasus (hingga september 2006). Meskipun terjadi penurunan, data itu

menunjukan kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi.Setiap tahun

ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa,

kerusakan materi dan gangguan produksi.

Data di PT Jamsostek menyebutkan kejadian kecelakaan cenderung

meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, menyusul makin

bertambahnya jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2011 tercatat sebanyak

99.491 kasus kecelakaan kerja atau rata-rata 414 kasus per hari, dengan

pembayaran jaminan mencapai Rp 504 miliar.Tahun 2012 meningkat menjadi

103.000 kasus atau naik sebesar 3,41%. Jumlah pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja relatif masih tinggi pada tiap tahunnya. PT Jamsostek yang

sekarang ditransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan mendata selama tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami

kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang dengan perincian sekitar 69,59% terjadi

di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Terjadi di luar perusahaan sebanyak

10,26 % dan sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas. Sementara data

BPJS Ketenagakerjaan mencatat terjadinya 8.900 kasus kecelakaan kerja dalam

rentang waktu Januari - April 2014(BPJS, 2015).

Kerugian materi akibat kecelakaan seperti kerusakan sarana produksi,

biaya pengobatan dan kompensasi ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran

dan pemahaman kalangan pengusaha di Indonesia akan pentingnya Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya

saing.K3 tidak akan berjalan seperti apa adanya tanpa ada intervensi dari

(20)

sejak awal tahun 1980-an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya

manajemen organisasi untuk menempatkan K3 setara dengan unsur lain dalam

organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai

manajemen K3 (health and safety management). Semua sistem manajemen K3

betujuan untuk mengelola risiko K3 di perusahaan agar kejadian yang tidak

diinginkan atau menimbulkan kerugian dapat dicegah (Ramli, 2010).

Dunia usaha saat ini disibukkan dengan adanya sejumlah persyaratan

dalam perdagangan global, yang tentu akan menambah beban bagi industri.

Persyaratan tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun

2003 pasal 87memuat hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan kerja yang

menjelaskan bahwa setiap perusahaan wajib membentuk suatu menajemen

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan menajemen perusahaan yang

pelaksanaannya kemudian diatur oleh peraturan pemerintah. Persyaratan ini

sebenarnya suatu kewajiban karena seharusnya sudah diperhitungkan sebagai

investasi perusahaan (Ramli,2010).

Suma‟mur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu

kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan

kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2

permasalahan pokok, yakni kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan dan

kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Risiko” dan

(21)

merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai

macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko

terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita

menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.

Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat

mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami

dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan

memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau

tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang

tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut

Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan

dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang

menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam

beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi trend utama baik dalam

perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret

menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini.

Mengapa risiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu

karena risiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di

mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung

dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar

(misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk

dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa

(22)

kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan

kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas

dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.

Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen

resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan

cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic

management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan

mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh oktavianus (2011)

tentang identifikasi bahaya,penilaian dan pengendalian risiko di unit destilasi

atmosferis pengolahan minyak pusdiklat migas cepu menunjukkan bahwa tingkat

bahaya tinggi adalah tersandung,terciprat, dan kebocoran minyak.

Kebun Sosa adalah salah satu unit usaha dariPTPN IV (Persero) yang

berada di kabupaten padang lawas dan berkantor pusat di jalan Letjend Suprapto

Medan. Kebun ini bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa

sawit yang menghasilkan CPO (Crude Palm OIL) dan PK (Palm Kernel). Untuk

mengelolakelapa sawit menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm

Lernel), kebun ini telah memiliki pabrik kelapa sawit yang memiliki 5tahap

pengolahan, yaitu : Stasiun Penerimaan TBS, Stasiun Penimbangan Buah, Stasiun

Rebusan,Stasiun penebah,dan Stasiun Pemurnian Minyak.

Proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV Sosa dimulai dari stasiun

penerimaan bahan buah / TBS yang berasal dari kebun dan pembelian. Pada

stasiun ini TBS melalui tahapan proses yaitu tahap penimbangan buah dan tahap

(23)

kepabrik ditimbang terlebih dahulu di stasiun jembatan timbang (bridge weighing)

untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra).

Jembatan timbang menggunakan mekanikal hybrid dengan kapasitas 50 ton.

Dilengkapi dengan sistem komputasi, jembatan timbangan ditera oleh Badan

Meterologi 1 kali setahun. TBS (tandan buah segar) yang sudah ditimbang

dimasukkan ke loading ramp.Kemudian di stasiun rebusan TBS yang berada

dalam lory rebusan diangkut dari stasiun penerimaan buah dengan bantuan

transfer carrier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini selain sebagai

alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Stasiun penebah

memisahkan brondolan dari tandannya buah matang dari sterilizer diatur masuk

sebagai umpan ke dalam thresher yang kecepatannya diatur oleh variabel speed.

Kemudian pengempaan dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan jalan

melumat dan yang terakhir stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir

untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan

Desember 2014, diketahui data kecelakaan kerja di PTP N IV Kebun Sosa dari

tahun 2013 sampai Januari 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PTP N 4 Kebun Sosa

No Proses Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

1 Stasiun Penerimaan TBS 2 1 1

2 Stasiun Rebusan 1

3 Stasiun Penebah 1

4 Stasiun Pengempaan 1

5 Stasiun Pemurnian

minyak

1

Jumlah 5 3 1

(24)

Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa jumlah kecelakaan kerja hampir

sering terjadi. Dapat dilihat kejadian kecelakaan yang paling sering terjadi pada

proses di stasiun penerimaan buah sebanyak 4 pekerja yang mengalami

kecelakaan, dan pada stasiun lainnya juga terjadi kecelakaan setiap tahunnya.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti resiko kecelakaan kerja yang

terjadi pada pekerja pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Sosa tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

yang diteliti adalah risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit

(PKS) di PTP N IV kebun Sosa.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menilai risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa

sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa

sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa yaitu:

a. Stasiun Penerimaan TBS

b. Stasiun Rebusan

c. Stasiun Penebah

d. Stasiun Pengempaan

e. Stasiun Pemurnian Minyak

2. Untuk mengetahui tingkat risiko kecelakaan kerja di bagian proses

(25)

a. Stasiun Penerimaan TBS

b. Stasiun Penimbangan

c. Stasiun Rebusan

d. Stasiun Penebah

e. Stasiun Pengempaan

f. Stasiun Pemurnian Minyak

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pekerja di bagian pengolahan kelapa sawit di PTP

N IV Kebun Sosa.

2. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang

penilaian risiko kejadian kecelakaan kerja pada bagian pengolahan.

3. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga hasil

penelitian ini dapat dijalankan dalam praktik yang sesungguhnya.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Risiko

2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk

mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,

terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3

berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat

menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2010).

Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan

meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian

dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong

mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan

terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya

kerugian maupun „accident’.

Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko

adalah “the culture, process, and structures that are directed towards the effective

management of potential opportunities and adserve effects”. Menurut standar

AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko ( Ramli, 2010)

Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko

didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari

sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau

proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan

(27)

Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009),

Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif

untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.

Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen

risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk

mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian

pada sebuah organisasi.

Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan

sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap

suatu kerugian.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari

pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko

Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya

perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga

sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis

dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,

pengendalian serta komunikasi risiko.

Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,

produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika

diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali

dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisai harus menetapkan prosedur

(28)

Assessment), dan menentukan pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat

HIRARC.

2.1.2. Manfaat manajemen risiko

a. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap

kegiatan yang mengandung bahaya

b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan

c. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai

kelangsungan dan keamanan investasinya

d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi

setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan

e. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman,

2010).

2.2. Kecelakaan Kerja

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,

harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses

kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998

tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud

dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak

diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak

diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian

(29)

tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban

manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009).

Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang

tidakdapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan

ataudiduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan.

Olehkarena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan

sertaperlengkapan produksi sesuai dengan standar kewajiban oleh UU ini

(Bennet,Silalahi N.B 1984).

Menurut Silalahi (1991) kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai

setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan

kecelakaan. Foressman (1973) mendefinisikan bahwa kecelakaan kerja adalah

terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent)

secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau

fungsi faali.

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan

hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa

kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan

pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu :

a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau

b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja

sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan

(30)

2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah

yang besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian. Menurut statistik

85% penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15%

disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition). Secara garis besar

sebab-sebab kecelakaan adalah :

Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan

fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman,

penerangan yang kurang baik, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai

yang berminyak, dan lain-lain.

Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau

kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah, tidak memakai

alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan,

gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya pengetahuan dalam

proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Ada faktor

yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah faktor yang

menjadi unsur penyebab bersama-sama.

2.2.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia

kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan

diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab

(31)

1. Teori Heinrich ( Teori Domino)

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian

kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu

: lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,

kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 2004).

2. Teori Domino terbaru

Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang

mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah

ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori

Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam

mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

3. Teori Frank E. Bird Petersen

Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan

modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,

yang intinya sebagai berikut:

a. Manajemen kurang kontrol

b. Sumber penyebab utama

c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)

d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)

e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)

Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari

mmperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian,

(32)

suatukecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan

manajemen (Soekidjo, 2010).

2.2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Tahun 1989,

kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan,

yakni:

1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

2. Klasifikasi menurut penyebab :

a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik

b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air

c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,

alat-alat listrik, dan sebagainya

d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat

kimia, dan sebagainya

e. Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah

(33)

f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas

3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :

a. Patah tulang

b. Dislokasi ( keseleo )

c. Regang otot (urat)

d. Memar dan luka dalam yang lain

e. Amputasi

f. Luka di permukaan

g. Geger dan remuk

h. Luka bakar

i. Keracunan-keracunan mendadak

j. Pengaruh radiasi

k. Lain-lain

4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :

a. Kepala

b. Leher

c. Badan

d. Anggota atas

e. Anggota bawah

f. Banyak tempat

g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

2.2.5. Dampak Kecelakaan Kerja

Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja :

(34)

Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan

penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan

perawatan sebelumnya.

2. Cacat permanen total

Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak

mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan

atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu

mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh

yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

3. Cacat permanen sebagian

Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa

dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

4. Tidak mampu bekerja sementara

Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan

maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada

hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja

produktif.

2.2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :

1. Perundang-undangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,

perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja

peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi

(35)

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau

tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat

keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek

keselamatan dan higiene umum atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan

yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat

perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu

atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk

tambang-tambang pengangkatan dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis

dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan

keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang

terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa

sebab-sebabnya.

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum

teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga

(36)

10.Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan

lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11.Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan

kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh

perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

2.3. Proses Manajemen Risiko

Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan

manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management Standard

AS/NZS 4360, yang meliputi:

a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya

b. Identifikasi risiko,

c. Analisis risiko,

d. Evaluasi risiko,

e. Pengendalian risiko,

f. Pemantauan dan telaah ulang,

g. Koordinasi dan komunikasi.

a. Menentukan Konteks

Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat visi misi

perusahaan, ruang lingkup bisnis perusahaan mulai dari proses kerja awal sampai

akhir. Hal ini dilakukan karena konteks risiko disetiap perusahaan berbeda-beda

sesuai dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Kemudian langkah selanjutnya

adalah menetapkan kriteria risiko yang berlaku untuk perusahaan berdasarkan

aspek nilai kerugian yang dapat ditanggulangi oleh perusahaan. Kriteria risiko

(37)

b. Identifikasi Risiko

Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari manajemen risiko k3

yang bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang ada pada suatu

kegiatan kerja/ proses kerja tertentu. Identifikasi bahaya memberikan berbagai

manfaat antara lain :

a.Mengurangi peluang kecelakaan karena dengan melakukan identifikasi dapat

diketahui faktor penyebab terjadinya keceakaan,

b.Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya

yang ada dari setiap aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan karyawan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan

safety saat bekerja,

c.Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan

penanganan yang tepat, selain itu perusahaan dapat memprioritaskan tindakan

pengendalian berdasarkan potensi bahaya tertinggi.

d.Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam

perusahaan.

Cara melakukan identifikasi bahaya adalah :

1. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi

2. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada tahap akhir

pekerjaan.

3. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada setiap

tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia, mekanik, biologi, ergonomic,

(38)

4. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan dampak/kerugian yang dapat

ditimbulkan dari potensi bahaya tersebut. Dapat menggunakan metode What-If.

5. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.

Salah satu metoda yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya

adalah dengan membuat Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis. Selain JSA,

ada beberapa teknik yang dapat dipakai seperti (Fault Tree Analysis) FTA, (Event

Tree Analysis) ETA, (Failure Mode and Effect Analysis) FMEA, (Hazards and

Operability Study) Hazop, (Preliminary Hazards Analysis) PHA, dll.

c. Analisis Risiko

Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko

melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk

menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan

terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat

ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang

memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat

diabaikan.

d. Evaluasi Risiko

Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah

itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas

manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk

ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan

(39)

e. Pengendalian Risiko

Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada

dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan

lain-lain.

f. Pemantauan dan telaah ulang

Pemantauan dan telaah ulang terhadap hasil sistem manajemen risiko yang

dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.

g. Koordinasi dan komunikasi

Koordinasi dan komunikasi dengan pengambil keputusan internal dan

eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.

2.4. Penilaian Risiko

Setelah semua tahapan kerja diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah

melakukan penilaian risiko untuk menentukan besarnya tingkatan risiko yang ada.

Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu

bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko

tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang

teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.

Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai

acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik

atau peringkat risiko sebagai berikut :

1. E : Extreme Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan

pengendalian )

2. H : High Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan

pengendalian )

(40)

4. L : Low Risk ( risiko masih dapat ditoleransi oleh perusahaan ).

Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh

perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap

perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang

sangat beragam (Ramli, 2010).

Analisa ini dilakukan berdasarkan konteks yang telah ditentukan oleh

perusahaan, seperti nilai tingkat kemungkinan, nilai tingkat keparahan, dan nilai

tingkat risiko . Cara melakukan analisa adalah :

1. Lakukan analisa dari setiap langkah kerja yang telah diidentifikasi pada

tahapan identifikasi bahaya.

2. Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya incident dari setiap tahapan

kegiatan yang dilakukan berdasarkan acuan konteks yang telah ditentukan pada

tabel 1.

3. Mengukur tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan dari setiap potensi

bahaya pada setiap tahapan kerja yang telah diidentifikasi. Ukuran tingkat

keparahan ditentukan berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel 2.

4. Setelah tingkatan kemungkinan dan keparahan diketahui, lakukan perhitungan

menggunakan rumus berikut untuk mengetahui nilai risikonya :

(41)
[image:41.595.115.525.110.292.2]

Tabel 2.1 Matriks Risiko

6. Tentukan tingkatan risiko pada setiap tahapan kerjanya berdasarkan nilai

risiko yang telah didapat dari perhitungan. Ukuran tingkat risiko dinilai

berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel matriks risiko.

2.5.KERANGKA KONSEP

PENILAIAN RISIKO 1. Stasiun penerimaan TBS 2. Stasiun Perebusan 3. Stasiun Penebahan

4. Stasiun Pengempaan

5. Stasiun Pemurnian Minyak

Tingkat Risiko

1. Extreme Risk

2. High Risk

3. Moderat Risk

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptifyang bertujuan untuk mengetahui

gambaranpenilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit

(PKS) di PTP N IV kebun Sosa.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di bagian pengolahan kelapa sawit mulai

bulan Desember 2014.

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan

kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosatahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian pekerja di bagian

pengolahan kelapa sawit :

1. Stasiun penerimaan buah : 13 pekerja

2. Stasiun perebusan buah : 15 pekerja

3. Stasiun penebah : 4 pekerja

4. Stasiun pengempaan : 8 pekerja

5. Stasiun pemurnian minyak : 10 pekerja

Menggunakan rumus penentuan besar sampel (Saryono, 2008) :

(43)

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)

Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

�= 100 100 0,12 + 1

= 100

1,0 + 1

=100

2,0

= 50

Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 50 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan dijadikan sampel

digunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara

acak.

3.4. Definisi Operasional

1. Stasiun penerimaan buah yaitu proses penimbangan Tandan Buah Segar

2. Stasiun Perebusan yaitu dimana proses perebusan buah yang dimasukkan

kedalam perebusan untuk mempermudah brondolan lepas dari tandan

3. Stasiun Penebahan/Hoisting Crane adalah proses buah yang dimasukkan

didalam lori kemudian lori diangkat dan dituangkan isi lori hooper.

4. Stasiunpengempaanadalahdimanaprosespengambilanminyakdilakukanden

(44)

5. Stasiun Pemurnian Minyak adalah proses akhir yangsecara keseluruhan

untuk memisahkan lumpur, kotoran dan air sehingga di dapatkan standart

mutu minyak yang baik

6. Penilaian risiko yaitu proses menentukan risiko kecelakaan yang ditinjau

dari kemungkinan kejadian dan keparahan yang ditimbulkan dalam

proses pengolahan kelapa sawit.

7. Kemungkinan kejadian yaitu suatu kejadian yang mungkin terjadi seperti

kejadian yang hampir pasti terjadi, sering terjadi, dapat terjadi dan

kadang-kadang terjadi di proses pengolahan kelapa sawit.

8. Keparahan yaitu seberapa parah kecelakaan/sakit yang terjadi seperti

kecelakaan bencana, kecelakaan berat, kecelakaan sedang, kecelakaan

kecil, kecelakaan tidak signifikan di pengolahan kelapa sawit.

9. Tingkat Risiko merupakan hasil matriks dari kemungkinan kejadian dan

keparahannya seperti risiko low,moderate,high, dan extreme high di

PTPN IV PKS SOSA.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari :

1. Data primer diperolehdengan melakukan observasi langsung dibagian

pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosadengan

menggunakan lembar ceklist penilain risiko sebagai panduan penulis untuk

melakukan observasi langsung di pengolahan kelapa sawit Sosa.

2. Data sekunder diperoleh dari PTP N IV Kebun Sosa yaitu data pekerja di

(45)

3.6.Aspek Pengukuran

Untuk memberikan makna terhadap potensi bahaya yang teridentifikasi,

akan diberikan nilai dengan menggunakan tabel matrik risiko kecelakaan kerja

untuk mengkategorikan tingkat risikonya (Ramli, 2010)

Rumus:

Keparahan Kemungkinan Tingkat Risiko 1 : Tidak signifikan 1 : Sangat Jarang 1-4 : Rendah 2 : Kecil 2 : kadang-kadang 5-9 : Sedang 3 : Sedang 3 : Dapat Terjadi 10-16 : Tinggi

4 : Berat 4 : Sering >25 : Sangat Tinggi 5 : Bencana 5 : Pasti Terjadi

a. KEPARAHAN :

Merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan suatu tingkatan

dampak/akibat berdasarkan keparahan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja.

Level-1 (Tidak signifikan) Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah, kerusakan peralatan ringan.

Level-2 (Kecil) Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K),

peralatan rusak ringan.

Level-3 (Sedang) Menyebabkan cidera yang memerlukan

perawatan medis ke rumah sakit, peralatan rusak sedang.

Level-4 (Berat) Menyebabkan cidera yang menyebabkan

cacatnya angota tubuh permanen, peralatan rusak berat.

Level-5 (Fatal/bencana) Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih,

[image:45.595.111.508.459.678.2]

kerusakan berat pada mesin sehingga mengganggu proses produksi.

Tabel 3.1 Keparahan

b. KEMUNGKINAN :

(46)

Level-1 (Sangat Jarang) Hampir tidak pernah terjadi

Level-2 (Jarang/kadang-kadang) Frekuensi kejadian jarang terjadi waktu tahunan

Level-3 (Mungkin terjadi) Frekuensi kejadian sedang dalam waktu

bulanan

Level-4 (Sering) Hampir 100 % terjadi kejadian tersebut.

[image:46.595.104.499.113.251.2]

Level-5 (Pasti terjadi) 100 % kejadian pasti terjadi.

Tabel 3.2 Kemungkinan

c. Tingkat Risiko :

Merupakan hasil perkalian dari kemungkinan dan keparahan sehingga

dapat ditetapkan sebagai tingkat bahaya dari suatu pekerjaan yang dilakukan.

Tingkat Risiko Score Keterangan

Low 1-4 Masih dapat ditoleransi

Moderate 5-9 Dikendalikan sampai batas toleransi

High 10-16 Pemantauan intensif & Pengendalian

Extreme High >25 Pemantauan intensif & Pengendalian

Tabel 3.3 Tingkat Risiko

3.7. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, yaitu

analisis yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran penilaian risiko kecelakaan

[image:46.595.109.496.340.447.2]
(47)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Perusahaan

PTP. Nusantara IV (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bergerak

dibidang Agrobisnis, mengemban tugas Tri Dharma Perkebunan dengan Visi

membangun PTPN-IV (Persero) menjadi Agribisnis Perkebunan yang tangguh

dan Misi menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya

saing produk secara terus menerus menghasilkan laba berkesinambungan dengan

mengelola usaha secara profesional serta memberikan perhatian dan peran kepada

masyarakat lingkungan.

PTP. Nusantara IV (Persero) Medan sebagai pelopor utama pembukaan

areal kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan

Hutan yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal

berubah menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan

Plasma.

PTP N IV Sosa yang berlokasi di kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten

Padang Lawas provinsi Sumatera Utara mempunyai Iklim kering, selama ratusan

tahun digarap oleh penduduk dengan sistem ladang berpindah, disamping itu

merupakan penggembalaan ternak secara tradisional, hal tersebut menyebabkan

ekosistem tidak dapat dipertahankan mengakibatkan kelestarian Sumber Daya

Alam semakin merosot sehingga Padang Lawas berubah menjadi Savana.

Keadaan tersebut membuat lokasi Padang Lawas terpilih sebagai objek

(48)

Pembangunan Pabrik Minyak Sawit dimulai pada tanggal 11 Agustus 1988

yang bekerjasama dengan PT.United Tractor sebagai pelaksana pekerjaannya.

Bangunan Pabrik ini dirancang dengan kapasitas 60 ton TBS / jam , namun

pembangunannya dilaksanakan secara bertahap yaitu :

a. Pembangunan tahap I dengan kapasitas 15 ton TBS / Jam yang

pelaksanaannya mulai tanggal 11 Agustus 1988 sampai 05 Desember

1988 .

Pembangunan tahap I ini dimaksudkan untuk mempercepat

pengoperasiannya menggantikan Pabrik Mini .

b. Pembangunan tahap II , sebagai kelanjutan dan penyempurnaan

kapasitas menjadi 30 ton TBS / jam dilaksanakan mulai tanggal 05

Desember 1988 sampai tanggal 03 Juli 1990 .

c. Tahap selanjutnya adalah perluasan kapasitas ( line II ) dari 30 ton TBS

/ jam menjadi 50 ton TBS / jam yang pembangunannya secara paket

bertahap mulai dari stasion Loading Ramp tanggal 20 April 1993 dan

terakhir stasion Ketel Uap selesai tanggal 20 Maret 1995 .

4.1.1. Areal PKS Sosa

Areal yang menjadi pengolahan dan tanggung jawab PKS Sosa adalah

seluas 24,53 Ha yang terdiri dari :

a. Lokasi Pabrik : 5.02 Ha

b. Lokasi Perumahan : 12,06 Ha

c. Lapangan olah raga, taman dll : 7,45 Ha

(49)

4.1.2.Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja yang dikaryakan di PKS Sosa saat ini berjumlah 234 orang

yang dipimpin oleh 1 orang Manajer Unit dibantu 6 orang Karyawan Pimpinan ,

232 orang Gol, IB s/d IID dan 2 orang Gol, IA. Sedangkan jumlah jiwa yang

menjadi tanggungan perusahaan seluruhnya adalah 914 jiwa yang terdiri dari

pekerja, isteri dan anak dalam tanggungan.Komposisi SDM yang ada menurut

jenjang pendidikannya adalah mayoritas tamatan SLTA / Sederajat sebanyak 157

orang, sedangkan jenjang pendidikan lainnya adalah : S1 / D3 sebanyak 4 orang ,

SLTP / Sederajat 49 orang dan SD sebanyak 24 orang .Untuk meningkatkan

kualitas SDM yang ada , baik peningkatan pengetahuan maupun keterampilan ,

sebagian karyawan PKS Sosa diprogramkan secara bertahap mengikuti

pendidikan / kursus keterampilan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada

sesuai job/ bidang tugas masing – masing.

4.1.3.Dampak Keberadaan PKS

Pembangunan PKS di Sosa secara nyata memberikan dampak yang sangat

positif bagi pertumbuhan social ekonomi bagi daerah Sosa dan sekitarnya. Hal ini

terbukti dengan tersedianya lapangan kerja formal maupun non formal, disamping

itu dampak yang paling nyata dirasakan masyarakat adalah perubahan pola pikir

ekonomis yang dulunya masyarakat berperilaku eknomis sebagai petani dan

peternak tradisional dan sangat luas lahan-lahan menjadi terlantar dan tidak

sesuai. Namun dengan pengembangan kelapa sawit yang di pelopori oleh PTPN

IV (d/h PTP VII) dan terutama dengan dibangunnya pabrik pengolahan kelapa

(50)

saat ini sebagian besar telah membentang menjadi hamparan kelapa sawit yang

diusahai baik petani-petani kecil maupun perusahaan swasta pemilik modal besar.

4.1.4.Dampak Lingkungan

Dangan keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit ini tentunya mau atau

tidak mau akan memberikan dampak yang kurang baik bagi eko system

lingkungan sekitarnya apabila limbah yang dihasilkan tidak dapat dikelola dengan

baik. PTPN IV sebagai BUMN punya kewajiban baik secara moral maupun secara

langsung dengan komitmrn yang tinggi untuk turut brtanggung jawab terhadap

kelestarian lingkungan hidup seperti yang telah digariskan pemerintah dan hal ini

merupakan salah satu misi perusahaan. Langkah nyata yang dilaksanakan untuk

kelestarian lingkungan hidup ini adlah meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan di

percayakan kepada konsultan perusahaan yang secara bertahap telah

melaksanakan kegiatan untuk kelestarian lingkungan hidup guna

memenuhi ketentuan dan norma-norma yang telah ditentukan

pemerintah.

b. Membangun unit pengolahan limbah bersamaan dengan dibangunnya

pabrik mini tahun 1988 senilai Rp. 354.000.000, dan pada tahun 1995

diadakan pebaikan dan penyempurnaan unit pengolahan limbah PKS

Sosa sejalan dengan perkembangan volume produksi yang dihasilkan

unit PKS Sosa agar limbah yang dihasilkan pabrik benar-benar dapat

tertampung seluruhnya pada kolam limbah/unit pengolahan limbah. Nilai

assets yang ada pada kolam limbah terahir berjumlah Rp.1.130.820.168

(51)

4.1.5. Sarana Kesejahteraan Sosial Karyawan

Bagi karyawan yang menjaditanggungan, perusahaan memberikan sarana

dan prasarana untuk menunjang kesejahteraan social antara lain :

a. Perawatan kesehatan, disediakan poliklinik pusat kesehatan dandibantu

tenaga dokter honor (dibawah manajemen kebun Sosa).

b. Perumahan dinas diberikan kepada semua karyawan staf, karyawan

bulanan dan karyawan harian tetap untuk di tempati oleh karyawan dan

keluarga selama berdinas di perusahaan. Jumlah perumahan yang

disediakan di PKS.Sosa adalah :

Bangunan rumah staf 10 pintu

Bangunan rumah type G.I 11 pintu

Bangunan rumah type G.II 212 pintu

Jumlah 233 pintu

Sistem gaji yang digunakan PTP Nusantara IV PKS Sosa adalah sistem

gaji yang dibayarkan dua kali sebulan. Pada gaji pertama disebut panjar gaji atau

gajian kecil sejumlah 30 % dari gaji pokok yang sebenarnya. Gajian kecil ini

diba

Gambar

Gambaran Perusahaan…………………………………….. 33
Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PTP N 4 Kebun Sosa
Tabel 2.1 Matriks Risiko
Tabel 3.1 Keparahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan analisa kadar protein dalam bungkil inti sawit dari PTPN IV Belawan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dengan metode Kjeldahl.. Teknik Perlakuan dilakukan

PTPN III PKS Kebun Rambutan – Tebing Tinggi merupakan pabrik yang mengolah minyak kelapa sawit ( CPO ) mulai dari tandan buah segar ( TBS ) hingga menjadi minyak kasar.Dan hasil

Analisis Konsumsi Energi Pada Proses Pengolahan Kelapa Sawit di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Ker- tajaya, PTP. XI, Banter) Selatan.. Dibawah

Pelaksanaan program JSA pada bagian pengolahan Kelapa Sawit Rambutan PTPN-3 untuk beberapa stasiun sudah terlaksana sesuai pedoman identifikasi bahaya yang telah

Pelaksanaan Program K3 di bagian pengolahan kelapa sawit PTPN IV Gunung Bayu terdiri dari pelaksanaan program keselamatan kerja yaitu program inspeksi dan

Proses pengolahan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair minyak.. kelapa sawit yang mengandung bahan organik yang tinggi, sehinggga

Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen

ii PENGARUH PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR TERHADAP PENDAPATAN KARYAWAN, BIAYA PRODUKSI, DAN BIAYA PEMELIHARAAN PKS Studi Kasus Komoditas Kelapa Sawit Unit Bah Jambi PTPN IV TESIS