PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh :
EVA NOVIA ANDANI (101000228)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
EVA NOVIA ANDANI NIM. 101000228
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ABSTRAK
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa tahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang, sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.
Hasil penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat risiko kecelakaan kerja yang berisiko tinggi pada stasiun perebusan pada tingkat risiko high risk dengan score 10-16 yang artinya risiko kecelakaan dilakukan pemantauan intensif dan pengendalian. Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi.
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA didapatkan kesimpulan Penilaian risiko dengan tingkat risiko high adalah pada stasiun perebusan pada jenis pekerjaan buka pintu rebusan keluarkan lori buah yang telah masak.Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja pada lingkungan proyek perlu dibahas secara mendalam dan detail untuk mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi
ABSTRACT
Risks associated with the uncertainty of this happened because of lack or unavailability of enough information about what is going to happen. Something uncertain (uncertain) can result in beneficial or detrimental. Every hour, at least one case of occupational accidents in Indonesia. The figure puts Indonesia in the group of countries that have cases of occupational accidents in the world.
This research is a descriptive that aims to find gambaranpenilaian risk of workplace accidents in the palm oil processing (MCC) in PTP N IV Sosa garden. The population in this study were all workers palm processing section (MCC) in PTP N IV gardens Sosa 2015 as many as 100 people, the samples in this study were 50 people.
Results of this study shown in Table 4.1 can be seen that the average level of risk of workplace accidents in the fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.2 it can be seen that the level of risk at high risk of work accidents at boiling stations on the risk level of high risk with a score of 10-16, which means the risk of accidents conducted intensive monitoring and control. In Table 4.3 it can be seen that the average level of risk of workplace accidents in penebahan station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.4 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.5 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance.
Based on the analysis and discussion of the results of research on risk assessment of workplace accidents in the processing of palm oil in PTPN IV MCC SOSA risk assessment was concluded with a high degree of risk is at boiling on the type of work station open door remove lorries fruit stew that. Prevention before work on the project's environmental accidents need to be discussed in depth and detail to reduce workplace accidents that occur.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eva Novia Andani
Tempat/Tanggal Lahir : Laras/ 04 November 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Nama Ayah : Erwin Syahbuddin
Suku Bangsa Ayah : Indonesia
Nama Ibu : Tukini
Suku Bangsa Ibu : Indonesia
Pendidikan Formal
1. SD/Tamat tahun : SD Negeri 091674 Bahgunung Tahun 1997 – 2003
2. SMP/Tamat tahun : SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Tahun 2003 – 2006
3. SMA/Tamat tahun : SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Tahun 2006 – 2009
4. Lama Studi di FKM USU : Tahun 2010 – 2015
Riwayat Organisasi
1. Anggota PMI SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar
2. Anggota Pramuka SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar
3. Anggota Bela Diri SMA Negeri 1 Dolok Batu Nanggar
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENILAIAN
RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA
SAWIT (PKS) DI PTPN IV KEBUN SOSA TAHUN 2015”, Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki
dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak memeroleh bimbingan, dukungan,
bantuan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M. Kes, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
sekaligus Dosen Penguji atas keluangan waktu, bimbingan, dan pengarahan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
3. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku Dosen Pembimbing I atas keluangan
waktu dalam memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan untuk
kesempurnaan skripsi ini.Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. M.S selaku Dosen
Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada
penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.Ibu Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes
selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan saran
M.Kes selaku Dosen Penguji II skripsi yang telah banyak memberikan kritik dan
saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Umi Salmah,SKM,M.Kesselaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak
memberikan bimbingan akademik selama penulis menjalani perkuliahan.
5. Para Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen KKK yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.
6. Saudara senasib seperjuangan di FKM USU : Cut Tatiana Rosa, anggi mutiah
sakdiyah, Ayu Febrini, Hesty Lestari, Try Desfy Rahayu dan teman-teman yang
lainnya yang telah banyak berbagi suka dan duka selama masa perkuliahan.
7. Teman – teman stambuk 2010 yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu atas
proses pembelajaran di FKM USU selama ini.
Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua orang
tua yang saya sayangi, ayah Erwin Syahbuddin dan ibu Tukini atas segala kasih sayang,
doa, pengorbanan, kesabaran, motivasi yang diberikan dengan segenap cinta yang tulus
hingga detik ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Doan M.H Panjaitan yang
telah membantu mengingatkan dan mendoakan dalam kelancaran skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Indonesia. Amin.
Medan, 02 Mei 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
ABSTRAK... iii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR ISTILAH... viii
RIWAYAT HIDUP... viii
BAB 1 PENDAHULUAN………..……… 1
1.1. Latar Belakang……….. 1
1.2. Rumusan Masalah………... 9
1.3. Tujuan Penelitian……….. 9
1.3.1. Tujuan Umum………... 9
1.3.2. Tujuan Khusus……….. 9
1.4. Manfaat Penelitian……… 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ……… 11
2.1. Manajemen Risiko……….. 11
2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko……… 11
2.1.2. Manfaat Manajemen Risiko………. 13
2.2. Kecelakaan Kerja ...………... 13
2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja………... 13
2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja ...………. 15
2.2.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja………. 16
2.2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja……… 17
2.2.5. Dampak Kecelakaan Kerja ... 19
2.2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja ... 20
2.3. Proses Manajemen Risiko………. 22
2.4. Penilaian Risiko ...……… 25
2.5. Kerangka Konsep………. 27
BAB 3 METODE PENELITIAN……….. 28
3.1. Jenis Penelitian………. 28
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 28
3.3. Populasi dan sampel……… 28
3.4. Definisi Operasional………. …….. 29
3.5. Teknik Pengumpulan Data…... 30
3.6. Aspek Pengukuran………. 30
3.7. Analisa Data………. 32
BAB 4 HASIL PENELITIAN………... 33
4.1. Gambaran Perusahaan……….. 33
4.1.3. Dampak Keberadaan PKS………... 35
4.1.4. Dampak Lingkungan ... 36
4.1.5. Sarana Kesejahteraan Sosial Karyawan ... 37
4.1.6. Letak Geografis ... 38
4.1.7. Struktur Organisasi Perusahaan ... 39
4.1.8. Jam Kerja ... 41
4.2. Proses Produksi ...………... 42
4.2.1. Standard Mutu Produk ... 42
4.2.2. Bahan Yang Digunakan ... 42
4.3. Uraian Proses Produksi ...…………... 44
4.3.1. Stasiun Penerimaan Buah ...………... 44
4.3.2. Stasiun Perebusan ...………….... 45
4.3.3. Stasiun Penebahan ...…... 46
4.3.4. Stasiun Pengempaan ……… 47
4.3.5. Stasiun Pemurnian Minyak ... 48
4.4. APD Yang Digunakan ... 51
4.5. Penilaian Risiko ... 51
4.5.1. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Penerimaan Buah……… 51
4.5.2. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Perebusan ... 52
4.5.3. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Penebahan ... 52
4.5.4. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Pengempaan ... 53
4.5.5. Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja Pada Stasiun Pemurnian Minyak ... 54
BAB 5 PEMBAHASAN………. 55
5.1. Proses Kerja Pengolahan Kelapa Sawit……….. 55
5.1.1. Stasiun Penerimaan Buah ...………... 55
5.1.2. Stasiun Perebusan………... 57
5.1.3. Stasiun Penebahan…………... 60
5.1.4. Stasiun Pengempaan………... 62
5.1.5. Stasiun Pemurnian Minyak... 63
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……….. 64
6.1. Kesimpulan………... 64
6.2. Saran………. 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja PTPN IV Kebun Sosa... 8
Tabel 3.1 Keparahan... 31
Tabel 3.2 Kemungkinan... 31
Tabel 3.3 Tingkat Risiko... 34
Tabel 4.1 Penilaian Risiko Pada Stasiun Penerimaan Buah... 51
Tabel 4.2 Penilaian Risiko Pada Stasiun Perebusan... 52
Tabel 4.3 Penilaian Risiko Pada Stasiun Penebahan... 52
Tabel 4.4 Penilaian Risiko Pada Stasiun Pengempaan... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PTP Nusantara IV PKS SOSA... 40
Gambar 4.2 Timbangan TBS... 45
Gambar 4.3 Perebusan... 46
Gambar 4.4 Penebahan... 47
Gambar 4.5 Pengempaan... 48
DAFTAR ISTILAH
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
APD : Alat Pelindung Diri
PKS : Pabrik Kelapa Sawit
CPO : Crude Palm Oil
ABSTRAK
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran penilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa tahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang, sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.
Hasil penelitian ini terlihat pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat risiko kecelakaan kerja yang berisiko tinggi pada stasiun perebusan pada tingkat risiko high risk dengan score 10-16 yang artinya risiko kecelakaan dilakukan pemantauan intensif dan pengendalian. Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi. Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerjapada stasiun penerimaan buah pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang artinya risiko kecelakaan masih dapat dikendalikan sampai batas toleransi.
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan hasil penelitian mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV PKS SOSA didapatkan kesimpulan Penilaian risiko dengan tingkat risiko high adalah pada stasiun perebusan pada jenis pekerjaan buka pintu rebusan keluarkan lori buah yang telah masak.Penanganan dan pencegahan sebelum kecelakaan kerja pada lingkungan proyek perlu dibahas secara mendalam dan detail untuk mengurangi kecelakaan kerja yang terjadi
ABSTRACT
Risks associated with the uncertainty of this happened because of lack or unavailability of enough information about what is going to happen. Something uncertain (uncertain) can result in beneficial or detrimental. Every hour, at least one case of occupational accidents in Indonesia. The figure puts Indonesia in the group of countries that have cases of occupational accidents in the world.
This research is a descriptive that aims to find gambaranpenilaian risk of workplace accidents in the palm oil processing (MCC) in PTP N IV Sosa garden. The population in this study were all workers palm processing section (MCC) in PTP N IV gardens Sosa 2015 as many as 100 people, the samples in this study were 50 people.
Results of this study shown in Table 4.1 can be seen that the average level of risk of workplace accidents in the fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.2 it can be seen that the level of risk at high risk of work accidents at boiling stations on the risk level of high risk with a score of 10-16, which means the risk of accidents conducted intensive monitoring and control. In Table 4.3 it can be seen that the average level of risk of workplace accidents in penebahan station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.4 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance. In Table 4.5 it can be seen that the average level of accident risk kerjapada fruit reception station at moderate risk level of risk with a score of 5-9, which means the risk of accidents can still be controlled up to the limit of tolerance.
Based on the analysis and discussion of the results of research on risk assessment of workplace accidents in the processing of palm oil in PTPN IV MCC SOSA risk assessment was concluded with a high degree of risk is at boiling on the type of work station open door remove lorries fruit stew that. Prevention before work on the project's environmental accidents need to be discussed in depth and detail to reduce workplace accidents that occur.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk
berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era
industrialisasi. Proses industrialisasi maju ditandai anatara lain dengan mekanisme
elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan
mesin, pesawat-pesawat instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya semakin
meningkat. Kemajuan ini tentunya membawa dampak positif bagi kehidupan
manusia, selain itu juga menambah jumlah dan ragam sumber bahaya apabila
dalam pelaksanaannya tidak menggunakan sistem yang terkontrol, antara lain
akan terjadi lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat dan proses,dan sifat
kerja yang berbahaya serta peningkatan jumlah maupun keseriusan kecelakaan
kerja.penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan (Depnaker dan
Transmigrasi RI,2003)
Undang-Undang Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang
adalah Undang Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970.
Undang-undang ini merupakan Undang-undang-Undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar
atau ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja di segala macam
tempat kerja yang berada di wilayah kekuasaan hukum NKRI. Dasar hukum UU
No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14 tahun 1969.
Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan
berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit ( UU No 1 Tahun 1970)
Terjadinya kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja merupakan
dampak dari paparan risiko yang akan selalu ada di setiap tempat dan proses kerja,
bahkan di setiap tempat kegiatan manusia. Banyak sekali jenis risiko dan setiap
risiko memiliki dampak yang berlainan (Syaaf, 2008).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja mengandung nilai perlindungan tenaga
kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Di tingkat global, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja juga mendapat perhatian dari ILO (International
Labour Organization) melalui berbagai pedoman dan konvensi mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja. Sebagai anggota ILO, Indonesia telah
meratifikasi dan mengikuti berbagai standard dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja termasuk Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) (Menakertrans, 2011).
Setiap jamnya, sedikitnya terjadi satu kasus kecelakaan kerja di Indonesia.
Angka tersebut menempatkan Indonesia pada kelompok negara-negara yang
memiliki kasus kecelakaan kerja tertinggi di dunia. Data Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi menyebutkan pada tahun 2006, sedikitnya terjadi 92.200
kasus kecelakaan kerja di Indonesia, atau hanya turun 4.000 kasus dari tahun
2005. Meskidemikian, data tersebut belum termasuk kasus kecelakaan kerja yang
tidak dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan yang tidakmengikuti program
Jamsostek.
Di Indonesia berdasarkan laporan PT. Jamsostek, kecelakaan kerja
70.069 kasus (hingga september 2006). Meskipun terjadi penurunan, data itu
menunjukan kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi.Setiap tahun
ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa,
kerusakan materi dan gangguan produksi.
Data di PT Jamsostek menyebutkan kejadian kecelakaan cenderung
meningkat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, menyusul makin
bertambahnya jumlah peserta yang terdaftar. Tahun 2011 tercatat sebanyak
99.491 kasus kecelakaan kerja atau rata-rata 414 kasus per hari, dengan
pembayaran jaminan mencapai Rp 504 miliar.Tahun 2012 meningkat menjadi
103.000 kasus atau naik sebesar 3,41%. Jumlah pekerja yang mengalami
kecelakaan kerja relatif masih tinggi pada tiap tahunnya. PT Jamsostek yang
sekarang ditransformasi menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan mendata selama tahun 2013 jumlah pesertanya yang mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang dengan perincian sekitar 69,59% terjadi
di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Terjadi di luar perusahaan sebanyak
10,26 % dan sekitar 20,15% merupakan kecelakaan lalu lintas. Sementara data
BPJS Ketenagakerjaan mencatat terjadinya 8.900 kasus kecelakaan kerja dalam
rentang waktu Januari - April 2014(BPJS, 2015).
Kerugian materi akibat kecelakaan seperti kerusakan sarana produksi,
biaya pengobatan dan kompensasi ini terjadi karena masih kurangnya kesadaran
dan pemahaman kalangan pengusaha di Indonesia akan pentingnya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai salah satu unsur untuk meningkatkan daya
saing.K3 tidak akan berjalan seperti apa adanya tanpa ada intervensi dari
sejak awal tahun 1980-an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya
manajemen organisasi untuk menempatkan K3 setara dengan unsur lain dalam
organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai
manajemen K3 (health and safety management). Semua sistem manajemen K3
betujuan untuk mengelola risiko K3 di perusahaan agar kejadian yang tidak
diinginkan atau menimbulkan kerugian dapat dicegah (Ramli, 2010).
Dunia usaha saat ini disibukkan dengan adanya sejumlah persyaratan
dalam perdagangan global, yang tentu akan menambah beban bagi industri.
Persyaratan tersebut adalah kewajiban melaksanakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun
2003 pasal 87memuat hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan kerja yang
menjelaskan bahwa setiap perusahaan wajib membentuk suatu menajemen
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan menajemen perusahaan yang
pelaksanaannya kemudian diatur oleh peraturan pemerintah. Persyaratan ini
sebenarnya suatu kewajiban karena seharusnya sudah diperhitungkan sebagai
investasi perusahaan (Ramli,2010).
Suma‟mur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu
kecelakaan yang berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Hubungan
kerja disini berarti kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup 2
permasalahan pokok, yakni kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan dan
kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Risiko” dan
merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai
macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko
terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita
menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.
Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami
dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan
memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen risiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen risiko dalam bisnis pada masa kini.
Mengapa risiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu
karena risiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di
mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung
dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar
(misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk
dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa
kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan
kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas
dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Risiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan
cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan
mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh oktavianus (2011)
tentang identifikasi bahaya,penilaian dan pengendalian risiko di unit destilasi
atmosferis pengolahan minyak pusdiklat migas cepu menunjukkan bahwa tingkat
bahaya tinggi adalah tersandung,terciprat, dan kebocoran minyak.
Kebun Sosa adalah salah satu unit usaha dariPTPN IV (Persero) yang
berada di kabupaten padang lawas dan berkantor pusat di jalan Letjend Suprapto
Medan. Kebun ini bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit yang menghasilkan CPO (Crude Palm OIL) dan PK (Palm Kernel). Untuk
mengelolakelapa sawit menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm
Lernel), kebun ini telah memiliki pabrik kelapa sawit yang memiliki 5tahap
pengolahan, yaitu : Stasiun Penerimaan TBS, Stasiun Penimbangan Buah, Stasiun
Rebusan,Stasiun penebah,dan Stasiun Pemurnian Minyak.
Proses pengolahan kelapa sawit di PTPN IV Sosa dimulai dari stasiun
penerimaan bahan buah / TBS yang berasal dari kebun dan pembelian. Pada
stasiun ini TBS melalui tahapan proses yaitu tahap penimbangan buah dan tahap
kepabrik ditimbang terlebih dahulu di stasiun jembatan timbang (bridge weighing)
untuk memperoleh berat sewaktu berisi (bruto) dan sesudah dibongkar (tarra).
Jembatan timbang menggunakan mekanikal hybrid dengan kapasitas 50 ton.
Dilengkapi dengan sistem komputasi, jembatan timbangan ditera oleh Badan
Meterologi 1 kali setahun. TBS (tandan buah segar) yang sudah ditimbang
dimasukkan ke loading ramp.Kemudian di stasiun rebusan TBS yang berada
dalam lory rebusan diangkut dari stasiun penerimaan buah dengan bantuan
transfer carrier yang bergerak pada jaringan rel. Lory rebusan ini selain sebagai
alat angkut juga sebagai wadah untuk merebus buah. Stasiun penebah
memisahkan brondolan dari tandannya buah matang dari sterilizer diatur masuk
sebagai umpan ke dalam thresher yang kecepatannya diatur oleh variabel speed.
Kemudian pengempaan dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan jalan
melumat dan yang terakhir stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir
untuk pengolahan minyak sawit mentah (CPO).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan
Desember 2014, diketahui data kecelakaan kerja di PTP N IV Kebun Sosa dari
tahun 2013 sampai Januari 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja PTP N 4 Kebun Sosa
No Proses Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
1 Stasiun Penerimaan TBS 2 1 1
2 Stasiun Rebusan 1
3 Stasiun Penebah 1
4 Stasiun Pengempaan 1
5 Stasiun Pemurnian
minyak
1
Jumlah 5 3 1
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa jumlah kecelakaan kerja hampir
sering terjadi. Dapat dilihat kejadian kecelakaan yang paling sering terjadi pada
proses di stasiun penerimaan buah sebanyak 4 pekerja yang mengalami
kecelakaan, dan pada stasiun lainnya juga terjadi kecelakaan setiap tahunnya.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti resiko kecelakaan kerja yang
terjadi pada pekerja pabrik kelapa sawit PTPN IV kebun Sosa tahun 2014.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang diteliti adalah risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit
(PKS) di PTP N IV kebun Sosa.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk menilai risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa
sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa
sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosa yaitu:
a. Stasiun Penerimaan TBS
b. Stasiun Rebusan
c. Stasiun Penebah
d. Stasiun Pengempaan
e. Stasiun Pemurnian Minyak
2. Untuk mengetahui tingkat risiko kecelakaan kerja di bagian proses
a. Stasiun Penerimaan TBS
b. Stasiun Penimbangan
c. Stasiun Rebusan
d. Stasiun Penebah
e. Stasiun Pengempaan
f. Stasiun Pemurnian Minyak
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan untuk pekerja di bagian pengolahan kelapa sawit di PTP
N IV Kebun Sosa.
2. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain yang ingin meneliti tentang
penilaian risiko kejadian kecelakaan kerja pada bagian pengolahan.
3. Sebagai tambahan wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga hasil
penelitian ini dapat dijalankan dalam praktik yang sesungguhnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Risiko
2.1.1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik. Manajemen risiko K3
berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja yang dapat
menimbulkan kerugian bagi peusahaan (Ramli, 2010).
Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan
meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian
dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong
mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan
terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya
kerugian maupun „accident’.
Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko
adalah “the culture, process, and structures that are directed towards the effective
management of potential opportunities and adserve effects”. Menurut standar
AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko ( Ramli, 2010)
Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko
didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari
sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau
proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan
Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009),
Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif
untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.
Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen
risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian
pada sebuah organisasi.
Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan
sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap
suatu kerugian.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari
pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko
Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga
sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis
dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
pengendalian serta komunikasi risiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek,
produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika
diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisai harus menetapkan prosedur
Assessment), dan menentukan pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat
HIRARC.
2.1.2. Manfaat manajemen risiko
a. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan yang mengandung bahaya
b. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan
c. Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya
d. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi
setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan
e. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman,
2010).
2.2. Kecelakaan Kerja
2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,
harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud
dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda (Suma‟mur, 2009).
Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang
tidakdapat diduga”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan
ataudiduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan.
Olehkarena itu, kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan
sertaperlengkapan produksi sesuai dengan standar kewajiban oleh UU ini
(Bennet,Silalahi N.B 1984).
Menurut Silalahi (1991) kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai
setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Foressman (1973) mendefinisikan bahwa kecelakaan kerja adalah
terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent)
secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau
fungsi faali.
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa
kecelakaan terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Maka dalam hal ini, terdapat dua permasalahan penting, yaitu :
a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan, atau
b. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan
Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja
sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan
2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja
Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah
yang besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian. Menurut statistik
85% penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya (unsafe act) dan 15%
disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition). Secara garis besar
sebab-sebab kecelakaan adalah :
Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan
fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman,
penerangan yang kurang baik, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai
yang berminyak, dan lain-lain.
Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau
kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti cerobah, tidak memakai
alat pelindung diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan,
gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya pengetahuan dalam
proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.
Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab kecelakaan kerja. Ada faktor
yang merupakan unsur tersendiri dan beberapa diantaranya adalah faktor yang
menjadi unsur penyebab bersama-sama.
2.2.3. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia
kerja, terjadinya kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan
diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa teori mengenai penyebab
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu
: lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 2004).
2. Teori Domino terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah
ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam
mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
3. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan. Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,
yang intinya sebagai berikut:
a. Manajemen kurang kontrol
b. Sumber penyebab utama
c. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
d. Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar)
e. Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda)
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari
mmperbaiki manajemen tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Kemudian,
suatukecelakaan dan merupakan gejala penyebab utama akibat kesalahan
manajemen (Soekidjo, 2010).
2.2.4. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) Tahun 1989,
kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan,
yakni:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik
b. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air
c. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya
d. Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zat-zat
kimia, dan sebagainya
e. Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah
f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :
a. Patah tulang
b. Dislokasi ( keseleo )
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan
g. Geger dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi
k. Lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
2.2.5. Dampak Kecelakaan Kerja
Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja :
Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan
penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan
perawatan sebelumnya.
2. Cacat permanen total
Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak
mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan
atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti: kedua mata, satu
mata adan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh
yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.
3. Cacat permanen sebagian
Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa
dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.
4. Tidak mampu bekerja sementara
Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan
maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada
hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja
produktif.
2.2.6. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :
1. Perundang-undangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi,
perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja
peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higiene umum atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri, bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu
atau penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk
tambang-tambang pengangkatan dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis
dan patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan
keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa
sebab-sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
10.Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11.Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
2.3. Proses Manajemen Risiko
Mengelola risiko harus dilakukan secara komprehensif melalui pendekatan
manajemen risiko sebagaimana terlihat dalam Risk Management Standard
AS/NZS 4360, yang meliputi:
a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya
b. Identifikasi risiko,
c. Analisis risiko,
d. Evaluasi risiko,
e. Pengendalian risiko,
f. Pemantauan dan telaah ulang,
g. Koordinasi dan komunikasi.
a. Menentukan Konteks
Dalam menentukan konteks dilakukan dengan cara melihat visi misi
perusahaan, ruang lingkup bisnis perusahaan mulai dari proses kerja awal sampai
akhir. Hal ini dilakukan karena konteks risiko disetiap perusahaan berbeda-beda
sesuai dengan kegiatan bisnis yang dilakukan. Kemudian langkah selanjutnya
adalah menetapkan kriteria risiko yang berlaku untuk perusahaan berdasarkan
aspek nilai kerugian yang dapat ditanggulangi oleh perusahaan. Kriteria risiko
b. Identifikasi Risiko
Identifikasi bahaya adalah salah satu tahapan dari manajemen risiko k3
yang bertujuan untuk mengetahui semua potensi bahaya yang ada pada suatu
kegiatan kerja/ proses kerja tertentu. Identifikasi bahaya memberikan berbagai
manfaat antara lain :
a.Mengurangi peluang kecelakaan karena dengan melakukan identifikasi dapat
diketahui faktor penyebab terjadinya keceakaan,
b.Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya
yang ada dari setiap aktivitas perusahaan, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan karyawan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan
safety saat bekerja,
c.Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan
penanganan yang tepat, selain itu perusahaan dapat memprioritaskan tindakan
pengendalian berdasarkan potensi bahaya tertinggi.
d.Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam
perusahaan.
Cara melakukan identifikasi bahaya adalah :
1. Tentukan pekerjaan yang akan diidentifikasi
2. Urutkan langkah kerja mulai dari tahapan awal sampai pada tahap akhir
pekerjaan.
3. Kemudian tentukan jenis bahaya apa saja yang terkandung pada setiap
tahapan tersebut, dilihat dari bahaya fisik, kimia, mekanik, biologi, ergonomic,
4. Setelah potensi bahaya diketahui, maka tentukan dampak/kerugian yang dapat
ditimbulkan dari potensi bahaya tersebut. Dapat menggunakan metode What-If.
5. Kemudian catat dalam tabel, semua keterangan yang didapat.
Salah satu metoda yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya
adalah dengan membuat Job Safety Analysis/Job Hazard Analysis. Selain JSA,
ada beberapa teknik yang dapat dipakai seperti (Fault Tree Analysis) FTA, (Event
Tree Analysis) ETA, (Failure Mode and Effect Analysis) FMEA, (Hazards and
Operability Study) Hazop, (Preliminary Hazards Analysis) PHA, dll.
c. Analisis Risiko
Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko
melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk
menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat
ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilahan risiko yang
memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat
diabaikan.
d. Evaluasi Risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah
itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas
manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk
ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan
e. Pengendalian Risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada
dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan
lain-lain.
f. Pemantauan dan telaah ulang
Pemantauan dan telaah ulang terhadap hasil sistem manajemen risiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g. Koordinasi dan komunikasi
Koordinasi dan komunikasi dengan pengambil keputusan internal dan
eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
2.4. Penilaian Risiko
Setelah semua tahapan kerja diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
melakukan penilaian risiko untuk menentukan besarnya tingkatan risiko yang ada.
Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu
bahaya yang terindentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar risiko
tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang
teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.
Dalam menilai suatu risiko berbagai standart dapat kita gunakan sebagai
acuan, salah satu diantaranya adalah standart AS/NZS 4360 yang membuat matrik
atau peringkat risiko sebagai berikut :
1. E : Extreme Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan
pengendalian )
2. H : High Risk ( kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan
pengendalian )
4. L : Low Risk ( risiko masih dapat ditoleransi oleh perusahaan ).
Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh
perusahaan sesuai dengan kondisi masing-masing. Hal ini dikarenakan setiap
perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang
sangat beragam (Ramli, 2010).
Analisa ini dilakukan berdasarkan konteks yang telah ditentukan oleh
perusahaan, seperti nilai tingkat kemungkinan, nilai tingkat keparahan, dan nilai
tingkat risiko . Cara melakukan analisa adalah :
1. Lakukan analisa dari setiap langkah kerja yang telah diidentifikasi pada
tahapan identifikasi bahaya.
2. Mengukur tingkat kemungkinan terjadinya incident dari setiap tahapan
kegiatan yang dilakukan berdasarkan acuan konteks yang telah ditentukan pada
tabel 1.
3. Mengukur tingkat keparahan yang dapat ditimbulkan dari setiap potensi
bahaya pada setiap tahapan kerja yang telah diidentifikasi. Ukuran tingkat
keparahan ditentukan berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel 2.
4. Setelah tingkatan kemungkinan dan keparahan diketahui, lakukan perhitungan
menggunakan rumus berikut untuk mengetahui nilai risikonya :
Tabel 2.1 Matriks Risiko
6. Tentukan tingkatan risiko pada setiap tahapan kerjanya berdasarkan nilai
risiko yang telah didapat dari perhitungan. Ukuran tingkat risiko dinilai
berdasarkan acuan konteks yang telah dibuat pada tabel matriks risiko.
2.5.KERANGKA KONSEP
PENILAIAN RISIKO 1. Stasiun penerimaan TBS 2. Stasiun Perebusan 3. Stasiun Penebahan
4. Stasiun Pengempaan
5. Stasiun Pemurnian Minyak
Tingkat Risiko
1. Extreme Risk
2. High Risk
3. Moderat Risk
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptifyang bertujuan untuk mengetahui
gambaranpenilaian risiko kecelakaan kerja pada bagian pengolahan kelapa sawit
(PKS) di PTP N IV kebun Sosa.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di bagian pengolahan kelapa sawit mulai
bulan Desember 2014.
3.3. Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja dibagian pengolahan
kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosatahun 2014 yaitu sebanyak 100 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diambil dari sebagian pekerja di bagian
pengolahan kelapa sawit :
1. Stasiun penerimaan buah : 13 pekerja
2. Stasiun perebusan buah : 15 pekerja
3. Stasiun penebah : 4 pekerja
4. Stasiun pengempaan : 8 pekerja
5. Stasiun pemurnian minyak : 10 pekerja
Menggunakan rumus penentuan besar sampel (Saryono, 2008) :
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan (0,1)
Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
�= 100 100 0,12 + 1
= 100
1,0 + 1
=100
2,0
= 50
Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 50 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan dijadikan sampel
digunakan teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara
acak.
3.4. Definisi Operasional
1. Stasiun penerimaan buah yaitu proses penimbangan Tandan Buah Segar
2. Stasiun Perebusan yaitu dimana proses perebusan buah yang dimasukkan
kedalam perebusan untuk mempermudah brondolan lepas dari tandan
3. Stasiun Penebahan/Hoisting Crane adalah proses buah yang dimasukkan
didalam lori kemudian lori diangkat dan dituangkan isi lori hooper.
4. Stasiunpengempaanadalahdimanaprosespengambilanminyakdilakukanden
5. Stasiun Pemurnian Minyak adalah proses akhir yangsecara keseluruhan
untuk memisahkan lumpur, kotoran dan air sehingga di dapatkan standart
mutu minyak yang baik
6. Penilaian risiko yaitu proses menentukan risiko kecelakaan yang ditinjau
dari kemungkinan kejadian dan keparahan yang ditimbulkan dalam
proses pengolahan kelapa sawit.
7. Kemungkinan kejadian yaitu suatu kejadian yang mungkin terjadi seperti
kejadian yang hampir pasti terjadi, sering terjadi, dapat terjadi dan
kadang-kadang terjadi di proses pengolahan kelapa sawit.
8. Keparahan yaitu seberapa parah kecelakaan/sakit yang terjadi seperti
kecelakaan bencana, kecelakaan berat, kecelakaan sedang, kecelakaan
kecil, kecelakaan tidak signifikan di pengolahan kelapa sawit.
9. Tingkat Risiko merupakan hasil matriks dari kemungkinan kejadian dan
keparahannya seperti risiko low,moderate,high, dan extreme high di
PTPN IV PKS SOSA.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari :
1. Data primer diperolehdengan melakukan observasi langsung dibagian
pengolahan kelapa sawit (PKS) di PTP N IV kebun Sosadengan
menggunakan lembar ceklist penilain risiko sebagai panduan penulis untuk
melakukan observasi langsung di pengolahan kelapa sawit Sosa.
2. Data sekunder diperoleh dari PTP N IV Kebun Sosa yaitu data pekerja di
3.6.Aspek Pengukuran
Untuk memberikan makna terhadap potensi bahaya yang teridentifikasi,
akan diberikan nilai dengan menggunakan tabel matrik risiko kecelakaan kerja
untuk mengkategorikan tingkat risikonya (Ramli, 2010)
Rumus:
Keparahan Kemungkinan Tingkat Risiko 1 : Tidak signifikan 1 : Sangat Jarang 1-4 : Rendah 2 : Kecil 2 : kadang-kadang 5-9 : Sedang 3 : Sedang 3 : Dapat Terjadi 10-16 : Tinggi
4 : Berat 4 : Sering >25 : Sangat Tinggi 5 : Bencana 5 : Pasti Terjadi
a. KEPARAHAN :
Merupakan suatu nilai yang ditetapkan untuk menentukan suatu tingkatan
dampak/akibat berdasarkan keparahan yang disebabkan oleh kecelakaan kerja.
Level-1 (Tidak signifikan) Tidak ada cedera, kerugian biaya rendah, kerusakan peralatan ringan.
Level-2 (Kecil) Cedera ringan (hanya membutuhkan P3K),
peralatan rusak ringan.
Level-3 (Sedang) Menyebabkan cidera yang memerlukan
perawatan medis ke rumah sakit, peralatan rusak sedang.
Level-4 (Berat) Menyebabkan cidera yang menyebabkan
cacatnya angota tubuh permanen, peralatan rusak berat.
Level-5 (Fatal/bencana) Menyebabkan kematian 1 orang atau lebih,
[image:45.595.111.508.459.678.2]kerusakan berat pada mesin sehingga mengganggu proses produksi.
Tabel 3.1 Keparahan
b. KEMUNGKINAN :
Level-1 (Sangat Jarang) Hampir tidak pernah terjadi
Level-2 (Jarang/kadang-kadang) Frekuensi kejadian jarang terjadi waktu tahunan
Level-3 (Mungkin terjadi) Frekuensi kejadian sedang dalam waktu
bulanan
Level-4 (Sering) Hampir 100 % terjadi kejadian tersebut.
[image:46.595.104.499.113.251.2]Level-5 (Pasti terjadi) 100 % kejadian pasti terjadi.
Tabel 3.2 Kemungkinan
c. Tingkat Risiko :
Merupakan hasil perkalian dari kemungkinan dan keparahan sehingga
dapat ditetapkan sebagai tingkat bahaya dari suatu pekerjaan yang dilakukan.
Tingkat Risiko Score Keterangan
Low 1-4 Masih dapat ditoleransi
Moderate 5-9 Dikendalikan sampai batas toleransi
High 10-16 Pemantauan intensif & Pengendalian
Extreme High >25 Pemantauan intensif & Pengendalian
Tabel 3.3 Tingkat Risiko
3.7. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis univariat, yaitu
analisis yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran penilaian risiko kecelakaan
[image:46.595.109.496.340.447.2]BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Perusahaan
PTP. Nusantara IV (Persero) sebagai salah satu BUMN yang bergerak
dibidang Agrobisnis, mengemban tugas Tri Dharma Perkebunan dengan Visi
membangun PTPN-IV (Persero) menjadi Agribisnis Perkebunan yang tangguh
dan Misi menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya
saing produk secara terus menerus menghasilkan laba berkesinambungan dengan
mengelola usaha secara profesional serta memberikan perhatian dan peran kepada
masyarakat lingkungan.
PTP. Nusantara IV (Persero) Medan sebagai pelopor utama pembukaan
areal kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan
Hutan yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal
berubah menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan
Plasma.
PTP N IV Sosa yang berlokasi di kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten
Padang Lawas provinsi Sumatera Utara mempunyai Iklim kering, selama ratusan
tahun digarap oleh penduduk dengan sistem ladang berpindah, disamping itu
merupakan penggembalaan ternak secara tradisional, hal tersebut menyebabkan
ekosistem tidak dapat dipertahankan mengakibatkan kelestarian Sumber Daya
Alam semakin merosot sehingga Padang Lawas berubah menjadi Savana.
Keadaan tersebut membuat lokasi Padang Lawas terpilih sebagai objek
Pembangunan Pabrik Minyak Sawit dimulai pada tanggal 11 Agustus 1988
yang bekerjasama dengan PT.United Tractor sebagai pelaksana pekerjaannya.
Bangunan Pabrik ini dirancang dengan kapasitas 60 ton TBS / jam , namun
pembangunannya dilaksanakan secara bertahap yaitu :
a. Pembangunan tahap I dengan kapasitas 15 ton TBS / Jam yang
pelaksanaannya mulai tanggal 11 Agustus 1988 sampai 05 Desember
1988 .
Pembangunan tahap I ini dimaksudkan untuk mempercepat
pengoperasiannya menggantikan Pabrik Mini .
b. Pembangunan tahap II , sebagai kelanjutan dan penyempurnaan
kapasitas menjadi 30 ton TBS / jam dilaksanakan mulai tanggal 05
Desember 1988 sampai tanggal 03 Juli 1990 .
c. Tahap selanjutnya adalah perluasan kapasitas ( line II ) dari 30 ton TBS
/ jam menjadi 50 ton TBS / jam yang pembangunannya secara paket
bertahap mulai dari stasion Loading Ramp tanggal 20 April 1993 dan
terakhir stasion Ketel Uap selesai tanggal 20 Maret 1995 .
4.1.1. Areal PKS Sosa
Areal yang menjadi pengolahan dan tanggung jawab PKS Sosa adalah
seluas 24,53 Ha yang terdiri dari :
a. Lokasi Pabrik : 5.02 Ha
b. Lokasi Perumahan : 12,06 Ha
c. Lapangan olah raga, taman dll : 7,45 Ha
4.1.2.Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja yang dikaryakan di PKS Sosa saat ini berjumlah 234 orang
yang dipimpin oleh 1 orang Manajer Unit dibantu 6 orang Karyawan Pimpinan ,
232 orang Gol, IB s/d IID dan 2 orang Gol, IA. Sedangkan jumlah jiwa yang
menjadi tanggungan perusahaan seluruhnya adalah 914 jiwa yang terdiri dari
pekerja, isteri dan anak dalam tanggungan.Komposisi SDM yang ada menurut
jenjang pendidikannya adalah mayoritas tamatan SLTA / Sederajat sebanyak 157
orang, sedangkan jenjang pendidikan lainnya adalah : S1 / D3 sebanyak 4 orang ,
SLTP / Sederajat 49 orang dan SD sebanyak 24 orang .Untuk meningkatkan
kualitas SDM yang ada , baik peningkatan pengetahuan maupun keterampilan ,
sebagian karyawan PKS Sosa diprogramkan secara bertahap mengikuti
pendidikan / kursus keterampilan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada
sesuai job/ bidang tugas masing – masing.
4.1.3.Dampak Keberadaan PKS
Pembangunan PKS di Sosa secara nyata memberikan dampak yang sangat
positif bagi pertumbuhan social ekonomi bagi daerah Sosa dan sekitarnya. Hal ini
terbukti dengan tersedianya lapangan kerja formal maupun non formal, disamping
itu dampak yang paling nyata dirasakan masyarakat adalah perubahan pola pikir
ekonomis yang dulunya masyarakat berperilaku eknomis sebagai petani dan
peternak tradisional dan sangat luas lahan-lahan menjadi terlantar dan tidak
sesuai. Namun dengan pengembangan kelapa sawit yang di pelopori oleh PTPN
IV (d/h PTP VII) dan terutama dengan dibangunnya pabrik pengolahan kelapa
saat ini sebagian besar telah membentang menjadi hamparan kelapa sawit yang
diusahai baik petani-petani kecil maupun perusahaan swasta pemilik modal besar.
4.1.4.Dampak Lingkungan
Dangan keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit ini tentunya mau atau
tidak mau akan memberikan dampak yang kurang baik bagi eko system
lingkungan sekitarnya apabila limbah yang dihasilkan tidak dapat dikelola dengan
baik. PTPN IV sebagai BUMN punya kewajiban baik secara moral maupun secara
langsung dengan komitmrn yang tinggi untuk turut brtanggung jawab terhadap
kelestarian lingkungan hidup seperti yang telah digariskan pemerintah dan hal ini
merupakan salah satu misi perusahaan. Langkah nyata yang dilaksanakan untuk
kelestarian lingkungan hidup ini adlah meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan di
percayakan kepada konsultan perusahaan yang secara bertahap telah
melaksanakan kegiatan untuk kelestarian lingkungan hidup guna
memenuhi ketentuan dan norma-norma yang telah ditentukan
pemerintah.
b. Membangun unit pengolahan limbah bersamaan dengan dibangunnya
pabrik mini tahun 1988 senilai Rp. 354.000.000, dan pada tahun 1995
diadakan pebaikan dan penyempurnaan unit pengolahan limbah PKS
Sosa sejalan dengan perkembangan volume produksi yang dihasilkan
unit PKS Sosa agar limbah yang dihasilkan pabrik benar-benar dapat
tertampung seluruhnya pada kolam limbah/unit pengolahan limbah. Nilai
assets yang ada pada kolam limbah terahir berjumlah Rp.1.130.820.168
4.1.5. Sarana Kesejahteraan Sosial Karyawan
Bagi karyawan yang menjaditanggungan, perusahaan memberikan sarana
dan prasarana untuk menunjang kesejahteraan social antara lain :
a. Perawatan kesehatan, disediakan poliklinik pusat kesehatan dandibantu
tenaga dokter honor (dibawah manajemen kebun Sosa).
b. Perumahan dinas diberikan kepada semua karyawan staf, karyawan
bulanan dan karyawan harian tetap untuk di tempati oleh karyawan dan
keluarga selama berdinas di perusahaan. Jumlah perumahan yang
disediakan di PKS.Sosa adalah :
Bangunan rumah staf 10 pintu
Bangunan rumah type G.I 11 pintu
Bangunan rumah type G.II 212 pintu
Jumlah 233 pintu
Sistem gaji yang digunakan PTP Nusantara IV PKS Sosa adalah sistem
gaji yang dibayarkan dua kali sebulan. Pada gaji pertama disebut panjar gaji atau
gajian kecil sejumlah 30 % dari gaji pokok yang sebenarnya. Gajian kecil ini
diba