• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI SANITASI TANGAN FOOD HANDLER PADA WARUNG MAKANAN DI DALAM KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA BOGOR NUR HIDAYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI SANITASI TANGAN FOOD HANDLER PADA WARUNG MAKANAN DI DALAM KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA BOGOR NUR HIDAYAT"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI SANITASI TANGAN FOOD HANDLER PADA

WARUNG MAKANAN DI DALAM KAMPUS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA BOGOR

NUR HIDAYAT

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kondisi Sanitasi

Tangan Food Handler pada Warung Makanan di Dalam Kampus Institut

Pertanian Bogor Dramaga, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Nur Hidayat

NIM B04090083

(4)

ABSTRAK

NUR HIDAYAT. 2012. Kondisi Sanitasi Tangan Food Handler pada Warung

Makanan di Dalam Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga Bogor.

Dibimbing oleh DENNY WIDAYA LUKMAN.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sanitasi tangan food

handler dan mengetahui faktor risikonya. Sebanyak 35 warung makanan terlibat

dalam penelitian yang diambil secara acak. Salah satu food handler dari setiap

warung diambil acak untuk menjadi responden. Data dikumpulkan menggunakan

kuesioner dan untuk mengetahui jumlah mikroorganisme menggunakan metode

RODAC. Hasil menunjukan hampir seluruh food handler memiliki umur muda

dan dewasa (82.9%), lebih dari setengah responden telah mengikuti sekolah

sampai Sekolah Menengah Atas (65.7%), pengelaman kerja baru (57.1%),

mengikuti penyuluhan (57.1%), dan telah mendapatkan pengawasan (57.1%).

Umumnya, food handlers memiliki pengetahuan yang baik, sikap yang cukup, dan

praktik yang baik mengenai higiene pangan. Terdapat hubungan yang signifikan

(p<0.05) antara pengetahuan, sikap, dan praktis, dan hubungan antara

pengetahuan dan praktis adalah yang tertinggi (r=0.752). Hanya sedikit food

handler (14.3%) yang termasuk dalam kategori dapat diterima dari jumlah

mikroorganisme permukaan tangan. Hal ini mengindikasikan bahwa praktik

higiene personal di warung makanan masih rendah. Oleh karena itu, warung

makanan di dalam kampus sangat penting bagi kesehatan konsumen, otoritas

kampus seharusnya ikut serta untuk meningkatkan praktik higiene pangan di

warung makanan.

Kata kunci : food handler, kios makanan, praktik, pengetahuan, dan sikap.

ABSTRACT

NUR HIDAYAT. 2012 Condition of Hands Sanitation of Food Handlers in Food

Kiosks Inside of Bogor Agricultural University Campus in Dramaga Bogor.

Supervised by DENNY WIDAYA LUKMAN.

This study was aimed to know condition of hands sanitation of food handler

and to identify risk factors. Total of 35 food kiosks was involved in this study

which was selected randomly. One of food handlers in each kiosks was randomly

selected to be a respondent. The data were collected using questionnaires and

counting of microorganism number using RODAC method. The result showed

that most of food handlers were in the age of young and adults (82.9%), more than

half of respondents had attended school until senior high school (65.7%), new

trade experience (51.4%), attended trainings (57.1%), and been subjected to

inspections (57.1%). Generally, the food handlers had good knowledge, moderate

attitude, and good practices. There was a significant correlation (p<0.05) among

knowledge, attitude, and practices, and the correlation between knowledge and

practices was the highest (r=0.752). Only few of food handlers (14.3%) were

categorized in acceptable criteria of total plate counts of hand surfaces. It

(5)

indicated that the personal hygiene practices in the kiosks was still low. Since the

food kiosks inside of campus are very important for the consumers health, the

campus authority should take into account of improvement of food hygiene

practices in the food kiosks.

(6)
(7)

KONDISI SANITASI TANGAN FOOD HANDLER WARUNG

MAKANAN DI DALAM KAMPUS

INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA BOGOR

NUR HIDAYAT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Kondisi Sanitasi Tangan Food handler pada Warung Makanan

di Dalam Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga Bogor

Nama

: Nur Hidayat

NIM

: B04090083

Disetujui oleh

Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi

Pembimbing

Diketahui

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

Wakil Dekan

(10)

-

-Judu} Skripsi : Kondisi Sanitasi Tangan Food handler pada Warung Makanan di Dalam Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga Bogor Nama : Nur Hidayat

NIM : B04090083

Disetujui oleh

Dr med vet drh Denny Widaya Lukman, MSi Pembimbing

MS PhD APVet

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kondisi Sanitasi Tangan Food handler pada

Warung Makanan di Dalam Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga”

berhasil diselesaikan. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi

ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.med.vet. drh. Denny

Widaya Lukman, MSi selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan,

pengarahan, dorongan, kritik, saran serta dukungan yang telah diberikan selama

penelitian dan penulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr drh Bambang Purwantara, MSc, PhD selaku, dosen pembimbing

akademik atas nasihat dan dukungan yang berarti kepada penulis. Ungkapan

terima kasih penulis kepada Prof Dr drh Mirnawati Sudarwanto, Dr drh Trioso

Purnawarman, MSi, Dr medvet drh Hadri Latif, MSi, drh Herwin Pisestyani, MSi,

drh Ardilasunu Wicaksono, MSi, Risman Ismail, MSi, Pak Hendra, dan Pak

Rahmat atas dorongan, masukan, dan bantuan selama pengumpulan data.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Mama tercinta

Bapak Basuki dan Ibu Dian Rifia (Alm.) dan adik Nur Soba yang telah

memberikan kasih sayangnya, dukungan moril maupun materil serta doa yang

selalu menyertai penulis. Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada teman

seperjuangan selama penelitian (Didi dan Ilmi). Ucapan terima kasih disampaikan

juga kepada teman-teman seangkatan Geochelone 46, teman-teman Wisma KPK

(kak Fidel, kak Wawan, kak Dean, kak Sepri, kak Ecky, kak Inda, kak Ganjar,

Arif, dan Viqih), teman-teman BEM FKH, IMAKAHI, Himpro Ornithologi dan

Unggas yang sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan di Institut

Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kesalahan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

sebagai evaluasi bagi penulis. Terlepas dari kekurangan yang ada, penulis

berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2013

Nur Hidayat

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

ix

PENDAHULUAN

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

Keamanan Pangan

2

Mikroorganisme pada Tangan

2

Pengetahuan, Sikap dan Praktik

2

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

3

Alat dan Bahan

3

Metode

3

Penentuan Besaran dan Penarikan Sampel

3

Kuesioner

4

Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Metode RODAC

5

Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Food Handler

6

Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

7

Tingkat Higiene

10

Faktor Risiko Higiene di Kios

11

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

11

Tingkat Sanitasi Telapak Tangan

12

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

(13)

DAFTAR TABEL

1

Interpretasi jumlah mikroorganisme dengan menggunakan RODAC

(PU 2010)

5

2

Karakteristik food handler pada kios makanan di dalam Kampus

IPB (n=35)

6

3

Sebaran berdasarkan tingkat pengetahuan food handler pada kios

makanan di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35)

7

4

Sebaran jawaban benar pengetahuan food handler pada kios makanan di

dalam Kampus IPB Dramaga Bogor

7

5

Sebaran berdasarkan tingkat sikap food handler di dalam Kampus IPB

Dramaga Bogor (n=35)

8

6

Sebaran jawaban sikap yang dijawab oleh food handler di dalam

Kampus IPB Dramaga Bogor

8

7

Sebaran food handler di kios makanan di dalam Kampus IPB

Dramaga berdasarkan tingkat praktik

9

8

Sebaran jawaban praktik tentang higiene pangan oleh food handler di

dalam Kampus IPB Dramaga

10

9

Tingkat higiene pangan food handler di kios makanan di dalam Kampus

IPB Dramaga Bogor (n=35)

11

10

Nilai Odds Ratio yang mempengaruhi tingkat higiene di kios makanan

di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor

12

11

Hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik food handler di kios

makanan dalam Kampus IPB Dramaga

12

12

Kategori jumlah mikroorganisme pada permukaan tangan food handler

di kios makanan di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor

13

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wabah penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) sering diakibatkan oleh praktik higiene personal yang buruk pada food handler (penjamah makanan). Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki standar higiene, praktik, pelatihan, dan pendidikan pada food handler, serta kepedulian konsumen telah banyak dilakukan, namun foodborne disease masih menjadi masalah di beberapa negara (Tan et al. 2013). Faktor risiko penyebab foodborne diseases meliputi makanan yang berasal dari bahan mentah yang tidak aman, pemasakan yang kurang memadai, penanganan dan suhu yang tidak tepat, peralatan tercemar, dan higiene personal yang buruk (USDHHS-FDA-CFSAN 2000). Higiene personal yang kurang baik pada food handler sering dilaporkan sebagai salah satu praktik yang berkontribusi dalam foodborne disease (Cogan et al. 2002).

Pakaian, perhiasan, rambut, bicara, batuk, dan bersin dapat berkontribusi dalam foodborne disease (Hayes dan Forsythe 1998). Pada jasa boga, tangan pekerja dapat berperan dalam penyebaran foodborne disease akibat praktik higiene personal yang buruk dan kontaminasi silang melalui tangan (Aycicek et al. 2004).

Penyediaan makanan di warung makanan di dalam kampus bagi mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan konsumen lain perlu mendapat perhatian dari aspek keamanan pangan, karena makanan yang tidak aman dapat mempengaruhi kesehatan konsumen. Praktik higiene personal di warung makanan tersebut menjadi titik kritis dalam keamanan pangan. Oleh sebab itu, studi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran sanitasi tangan di kantin di dalam Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Bogor, yang digambarkan dari jumlah mikroorganisme (total plate count) permukaan tangan food handler serta pengetahuan, sikap, dan praktik food handler yang dinilai menggunakan kuesioner.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sanitasi tangan food handler pada warung makanan di dalam Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga Bogor dan mengetahui faktor risikonya.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi sanitasi tangan food handler untuk meningkatkan kebersihan diri dan keamanan pangan pada warung makanan di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor.

(15)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Keamanan Pangan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Jasaboga, higiene sanitasi pangan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan (Depkesnas 2003). Sanitasi pengolahan makanan adalah salah satu cara pencegahan penyakit dengan cara membebaskan makanan dari segala macam bahaya yang dapat mengganggu kesehatan, mulai sebelum makanan diolah hingga makanan siap untuk dikonsumsi (Uripi dan Santoso 1995).

Menurut Widayati dan Yuliarsih (2002), sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu faktor fisik, kimia, dan mikrobilogis. Terdapat 5 kunci keamanan pangan (FAO/WHO 2004) yaitu (1) menjaga kebersihan, (2) memisahkan makanan mentah dan makanan matang, (3) memasak makanan dengan benar, (4) menjaga pangan pada suhu aman, dan (5) menggunakan air dan bahan baku yang aman.

Mikroorganisme pada Tangan

Mikroorganisme pada tangan dapat terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok mikroorganisme yang normal pada tangan dan kelompok mikroorganisme yang hanya sementara atau transitory di tangan (Lues dan Tonder 2007). Menurut Jenie (1989), 43-97% pegawai yang bekerja pada berbagai industri pengolahan pangan merupakan pembawa Staphylococcus aureus, coliform, dan Enterococcus pada tangannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yildrim et al. (2008), mikroorganisme yang ditemukan pada tangan manusia adalah bakteri gram positif seperti S. aureus dan Enterococcus spp., serta bakteri gram negatif seperti E. coli.

Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Pengetahuan merupakan hasil dari proses penginderaan terhadap suatu objek (Setyaningsih 2008). Pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman (Sukmadinata 2003) sumber informasi, pengalaman, serta keikutsertaan dalam penyuluhan (Notoatmodjo 2003). Sikap adalah gambaran reaksi yang tidak dapat dilihat secara langsung dan hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak (Setyaningsih 2008). Selain itu, menurut Sciffman dan Kanuk (1997), sikap adalah penilaian dari seseorang terhadap suatu objek. Pengetahuan pekerja akan higiene dan sanitasi makanan mempengaruhi sikap pekerja dalam mengolah makanan. Praktik merupakan hasil kelanjutan dari sikap.tetapi sikap belum tentu terwujud dalam bentuk praktek (Notoatmodjo 2000). Menurut Notoatmodjo (2003), terdapat faktor yang membedakan praktik suatu individu seperti faktor

(16)

3 internal (kecerdasan dan emosional) serta faktor eksternal (lingkungan fisik, sosial budaya, dan ekonomi).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada warung makanan permanen dan semi permanen di dalam Kampus IPB Dramaga, yang berada di dalam fakultas, dan asrama putra dan putri tingkat persiapan bersama. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai bulan Juni 2012. Pengujian mikrobiologis dilakukan di Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), Departeman Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Dramaga, Bogor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan adalah plate count agar (PCA Acumedia 7157A), hand sanitizer, dan alkohol 70%. Alat yang digunakan antara lain coolbox, cawan petri (diameter 6 cm), inkubator, dan colony counter.

Metode

Penelitian ini merupakan kajian lapang study cross sectional. Warung yang dipilih yaitu warung makanan yang berada di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor yang menetap dan tidak bergerak. Data yang dijaring meliputi karakteristik food handler, serta knowledge, attitude, and practice (KAP) food handler yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan observasi. Wawancara dilakukan langsung pada food handler yang terpilih secara acak di warung yang terpilih di dalam kampus. Selain menggunakan kuesioner, dilakukan pengujian jumlah mikroorganisme (total plate count) dengan metode the replicate organism direct agar contact (RODAC) dari sampel telapak tangan food handler. Pengambilan sampel RODAC dari telapak tangan dilakukan pada saat food handler beraktivitas normal di warung (sampel diambil pada hari kerja jam 13.00-15.00).

Penentuan Besaran dan Penarikan Sampel

Penentuan besaran sampel diawali dengan mendata seluruh jumlah warung makanan tetap atau tidak bergerak yang berada di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor dan dicatat sebagai nilai populasi (N). Ukuran sampel dihitung menggunakan software WinEpiscope 2.0 dengan tingkat kepercayaan 95%, prevalensi dugaan 50%, dan tingkat kesalahan 10%. Besaran sampel yang didapat menggunakan aplikasi tersebut sebanyak 35 sampel dari 169 warung penjual

(17)

4

makanan (warung) yang berada di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Sampel warung ditentukan secara acak, kemudian dari setiap warung yang terpilih tersebut dipilih satu orang food handler secara acak sebagai responden dan diambil sampel RODAC dari permukaan tangannya.

Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik food handler, tingkat pengetahuan food handler, sikap food handler, dan praktik higiene yang dilakukan oleh food handler. Kuesioner diuji cobakan sebelum mengambil data di lapang.

Pengukuran Pengetahuan. Pengukuran pengetahuan food handler

menggunakan sebanyak 15 pertanyaan tentang materi higiene pangan dan diharapkan responden dapat memberikan pilihan jawaban dalam bentuk “benar”, “salah”, atau “tidak tahu” (Hart et al. 2007). Jawaban yang benar diberi nilai 1, sedangkan jawaban yang salah atau jawaban “tidak tahu” diberi nilai 0 (Palaian 2006). Indeks dari tingkat pengetahuan food handler mengenai higiene pangan berdasarkan jawaban yang benar adalah:

 Pengetahuan baik, jika nilai >80%.  Pengetahuan cukup, jika nilai 61-80%.  Pengetahuan buruk, jika nilai <61%.

Pengukuran Sikap. Sikap adalah gambaran reaksi yang tidak dapat dilihat

secara langsung dan hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak (Setyaningsih 2008). Sikap pedagang terhadap higiene pangan diukur dengan menggunakan 15 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif menggunakan Skala Likert. Pemberian skor jawaban untuk pernyataan positif sebagai berikut: “sangat setuju” mendapat skor 5, “setuju” mendapat skor 4, “tidak tahu” mendapat skor 3, “tidak setuju” mendapat skor 2, dan “sangat tidak setuju” mendapat skor sedangkan untuk pernyataan negatif berlaku kebalikannya. Indeks dari tingkat sikap food handler mengenai higiene pangan sebagai berikut:

 Sikap baik, jika nilai >80%.  Sikap cukup, jika nilai 61-80%.  Sikap buruk, jika nilai <61%.

Pengukuran Praktik. Pengukuran praktik pedagang terhadap higiene

pangan diukur dengan menggunakan 15 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif yang menggunakan Skala Likert. Pemberian skor jawaban untuk pernyataan positif sebagai berikut: “tidak pernah” mendapat skor 1, “jarang” mendapat skor 2, “kadang-kadang” mendapat skor 3, “sering” mendapat skor 4, dan “selalu” mendapat skor 5, sedangkan untuk pernyataan negatif berlaku skor kebalikannya. Indeks dari tingkat praktik food handler mengenai higiene pangan sebagai berikut:

 Praktik baik, jika nilai >80%.  Praktik cukup, jika nilai 61-80%.  Praktik buruk, jika nilai <61%.

Pengukuran Tingkat Higiene Warung. Pengukuran tingkat higiene

(18)

5 praktik dan observasi. Menurut Susana dan Hartono (2003) penilaian dari tingkat higiene adalah sebagai berikut:

 higiene baik, jika nilai >70%.  higiene buruk, jika nilai ≤70%.

Perhitungan Jumlah Mikroorganisme dengan Metode RODAC

Metode RODAC dilakukan menurut Lukman dan Soejoedono (2009). Cawan petri yang digunakan berdiameter 5-6 cm yang diisi penuh (15.5-16.5 ml) dengan media plate count agar. Cara pengambilan diawali dengan membuka tutup cawan berisikan media plate count agar. Lalu cawan ditempelkan pada tangan dan ditekan selama 4-10 detik. Cawan ditutup kembali dan dimasukkan ke coolbox serta dibawa ke laboratorium. Sampel kemudian diinkubasi pada suhu 35 oC selama 24 jam dan koloni yang tumbuh dihitung

Interpretasi Hasil RODAC. Jumlah koloni yang didapat diinterpretasikan berdasarkan interpretasi Purdue University (PU 2010). Interpretasi dibagi menjadi 5 kategori, yaitu Sangat Baik (0-5 koloni), Baik (6-15 koloni), Batas diterima (16-30 koloni), Buruk (31-50 koloni), dan Tidak dapat diterima (>50 koloni). Kategori ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Interpretasi jumlah mikroorganisme dengan menggunakan RODAC (PU 2010) Kategori n cfu/cawan Sangat baik 0-5 Baik 6-15 Batas diterima 16-30 Buruk 31-50

Tidak dapat diterima >50

n= jumlah mikroorganisme pada permukaan telapak tangan

Analisis Data

Data kuesioner dianalisis secara deskriptif dan statistik menggunakan uji Gamma dan Analisis regresi logistik. Uji Gamma digunakan untuk melihat adanya hubungan atau korelasi antara peubah-peubah dalam penelitian dan untuk mengetahui asosiasi antara peubah-peubah yang bersifat ordinal (Agresti dan Finlay 2009). Analisi regresi logistik digunakan untuk menentukan odds ratio (OR). Data dianalisis menggunakan Microsoft Office Excel 2007 dan menggunakan SPSS 16 (Giuseppe et al. 2008).

(19)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Food Handler

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki umur di bawah 41 tahun (82.9%), tingkat pendidikan rendah (65.7%), lama bekerja kurang dari 10 tahun (88.6%), mengikuti penyuluhan (57.1%), telah mendapat pengawasan (57.1%) dari instansi terkait, dan menjadikan usaha warung makanan sebagai usaha pokok (62.9%). Karakteristik ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Pendidikan menurut Grossman (1999) merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi (Faizin dan Winarsih 1999). Pendidikan tinggi seseorang akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut (Sukmadinata 2003).

Tabel 2 Karakteristik food handler pada warung makanan di dalam Kampus IPB (n=35) No Karakteristik Pekerja n % 1 Sebaran Umur Muda (<31 tahun) 14 40.0 Dewasa (31–41 tahun) 15 42.9 Tua (>41 tahun) 6 17.1 2 Tingkat Pendidikan

Rendah (Tidak lulus SD – Tidak lulus SMA) 23 65.7

Tinggi (SMA-Perguruan tinggi) 12 34.3

3 Lama Bekerja Baru (<6 tahun) 18 51.4 Sedang (6–10 tahun) 13 37.2 Lama (> 10 tahun) 4 11.4 4 Penyuluhan Ya 20 57.1 Tidak 15 42.9 5 Pegawasan Ada 20 57.1 Tidak Ada 15 42.9 6 Tujuan Usaha Pekerjaan Pokok 22 62.9 Pekerjaan Sampingan 13 37.1 n= jumlah responden

(20)

7 Lama bekerja atau pengalaman bekerja tidak hanya mempengaruhi tingkat pengetahuan tetapi juga akan meningkatkan keahlian seseorang dalam bidang yang ditekuni. Pengaruh pengalaman terhadap pengetahuan sangatlah penting. Semakin banyak pengalaman seseorang maka semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang bidang tersebut (Batubara 2009).

Pelatihan atau penyuluhan adalah proses sistematik yang mengubah perilaku seseorang dalam mencapai suatu tujuan (Ivancovich 2001 yang dikutip Nasaruddin 2008). Selain itu menurut Greer (2001) yang dikutip Nasaruddin (2008) pelatihan dapat menjadi solusi berbagai masalah seperti kualitas yang di bawah standar. Pelatihan mengarahkan seseorang untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari suatu pekerjaan (Nasaruddin 2008).

Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki pengetahuan dalam kategori baik (65.7%) (Tabel 3). Sebaran jawaban benar pengetahuan tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 3 Sebaran berdasarkan tingkat pengetahuan food handler pada warung makanan di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35)

Pengetahuan Jumlah n % Baik Cukup Buruk 23 9 3 65.7 25.7 8.6 Total 35 100

Tabel 4 Sebaran jawaban benar pengetahuan food handler pada warung makanan di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35)

No Pertanyaan n %

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan /minuman merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

33 94.3 2. Luka yang terbuka tidak harus ditutup dengan plester atau semacamnya. 27 77.1 3. Batuk, bersin, meludah, ataupun merokok selama bekerja dapat menyebabkan

makanan tidak dapat terkontaminasi.

21 60.0 4. Menjaga kebersihan pribadi (mengenakan pakaian bersih, mandi, dll) selama

bekerja merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

35 100.0 5. Mencuci peralatan makan (piring, gelas, sendok, dll) harus menggunakan sabun

dan air bersih yang mengalir. 34 97.1

6. Keberadaan lalat atau tikus dapat menyebarkan kuman penyakit pada makanan. 34 97.1 7. Kebersihan tempat bekerja tidaklah penting untuk diperhatikan. 33 94.3 8. Lap yang digunakan untuk membersihkan meja diperbolehkan juga untuk

mengelap piring dan peralatan makan lainnya. 35 100.0 9. Mencuci tangan sesudah buang air (BAK/BAB) tidak perlu untuk selalu

dilakukan.

30 85.7 10. Tempat/bak pencucian piring/peralatan makan tidak perlu dibersihkan kecuali

kalau sudah terlihat kotor sekali.

(21)

8

Tabel 4 Sebaran jawaban benar pengetahuan food handler pada warung makanan di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35) (lanjutan)

No Pertanyaan N %

11. Peralatan makan (piring, gelas, dll) yang sudah dicuci tidak harus langsung untuk

dikeringkan menggunakan lap yang bersih. 23 65.7 12. Bahan mentah dan makanan yang sudah matang sangat perlu untuk dipisahkan. 32 91.4 13. Mencuci peralatan memasak (katel, panci, dll) secara rutin dengan sabun dan air

bersih adalah tindakan penting.

34 97.1 14. Hanya menggunakan tangan kosong tanpa menggunakan alat untuk mengambil

makanan matang diperbolehkan.

31 88.6 15. Menggunakan sarung tangan dan penutup kepala selama bekerja tidak perlu untuk

dilakukan.

15 42.9

Sikap

Dari hasil penelitian ini, secara umum responden memiliki sikap dengan kategori cukup (48.6%) (Tabel 5). Sebaran jawaban yang diberikan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil penelitian menunjukkan, secara umum responden memiliki sikap yang cukup atau cenderung netral. Tingkat sikap yang cukup menunjukan, responden tidak yakin untuk melakukan praktik higiene pangan secara baik dan benar. Oleh karena itu, sikap yang dimiliki oleh responden harus ditingkatkan agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Tabel 5 Sebaran berdasarkan tingkat sikap food handler di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35) Sikap Jumlah n % Baik Cukup Buruk 13 17 5 37.1 48.6 14.3 Total 35 100

Tabel 6 Sebaran jawaban sikap yang dijawab oleh food handler di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35)

No Pernyataan SS S TT TS STS

1 Pernyataan positif Saya percaya dengan selalu menjaga kebersihan pribadi (mandi, mengenakan pakaian bersih, membersihkan kuku, dll) dapat mengurangi jumlah kuman penyakit pada makanan.

22 13 0 0 0

2 Saya yakin mencuci peralatan makan (piring, gelas, sendok, dll) dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun sangat penting dilakukan untuk mengurangi jumlah kuman penyakit.

26 8 1 0 0

3 Saya percaya dengan melakukan pengendalian terhadap keberadaan lalat dan tikus akan mengurangi risiko kejadian penyakit.

16 15 3 1 0 4 Saya percaya bila tempat bekerja bersih maka akan

mengurangi risiko makanan tercemar oleh kuman penyakit.

(22)

9 Tabel 6 Sebaran jawaban sikap yang dijawab oleh food handler di dalam Kampus

IPB Dramaga Bogor (n=35) (lanjutan)

No Pernyataan SS S TT TS STS

5 Saya percaya dengan mencuci bak / tempat pencucian piring / peralatan makan dapat mengurangi jumlah kuman penyakit.

11 14 4 4 2 6 Saya percaya dengan menggunakan sarung tangan dan

penutup kepala dapat mengurangi jumlah kontaminasi pada makanan.

10 14 4 6 1

1

Pernyataan negatif

Saya percaya bahwa tindakan mencuci tangan sebelum dan sesudah mengolah makanan / minuman tidak dapat mengurangi jumlah kuman penyakit.

3 10 0 13 9 2 Saya percaya tidak apa-apa membiarkan luka terbuka

tidak ditutup dengan plester atau semacamnya. 0 8 2 11 14 3 Saya percaya batuk, bersin, meludah atau merokok

tidak akan mengotori makanan. 1 4 2 13 15 4 Saya percaya menggunakan lap yang digunakan untuk

membersihkan meja diperbolehkan untuk mengelap peralatan makan (piring, gelas, dll) karena tidak dapat membawa kuman penyakit.

1 0 5 13 16

5 Saya percaya dengan mencuci tangan sesudah buang air (BAK/ BAB) tidak akan mengurangi jumlah kuman penyakit.

2 4 4 14 11 6 Saya pikir peralatan makan (piring, gelas, dll) yang

sudah dicuci tidak harus langsung dikeringkan dengan menggunakan lap yang bersih.

2 10 2 16 5 7 Saya percaya menyimpan masakan yang sudah matang

dengan bahan mentah diperbolehkan selama tidak membuat kotor makanan.

1 4 3 19 8 8 Menurut pendapat saya tidak perlu mencuci peralatan

memasak (katel, panci, dll) dengan air bersih yang mengalir dan sabun selama peralatan tersebut kelihatan masih bersih.

0 3 2 14 16

9 Saya pikir mengambil makanan matang hanya dengan tangan kosong tanpa menggunakan alat diperbolehkan selama tangan tersebut dianggap masih bersih

0 9 0 17 9 Keterangan : SS: Sangat setuju S: Setuju TT: Tidak tahu TS : Tidak setuju STS: Sangat tidak setuju

Praktik

Hasil penelitian menunjukkan, secara umum (65.7%) praktik yang dilakukan oleh food handler dalam kategori baik (Tabel 7). Sebaran jawaban praktik tentang higiene pangan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 7 Sebaran food handler di warung makanan di dalam kampus IPB Dramaga berdasarkan tingkat praktik.

Sikap Jumlah (n=35) n % Baik Cukup Buruk 23 12 0 65.7 34.3 0 Total 35 100

(23)

10

Tabel 8 Sebaran jawaban praktik tentang higiene pangan oleh food handler di dalam Kampus IPB Dramaga (n=35)

No Pernyataan TP J K SR SL

1

Pernyataan Positif

Apakah anda mencuci tangan sebelum dan sesudah

mengolah makanan/minuman. 0 0 2 9 24 2 Apakah anda memakai plester atau semacamnya bila

sedang terluka. 3 3 9 2 18

3 Apakah anda menjaga kebersihan pribadi (mandi, membersihkan kuku, mengenakan pakaian bersih, dll).

0 0 0 2 33

4 Apakah anda mencuci peralatan makan (piring, gelas, sendok, dll) dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

0 1 1 5 28

5 Apakah anda melakukan pengendalian terhadap keberadaan lalat atau tikus.

4 2 3 10 16

6 Apakah anda membersihkan tempat bekerja. 0 0 0 8 27 7 Apakah anda mencuci tangan sesudah buang air

(BAK/BAB). 0 0 3 4 28

8 Apakah anda mencuci bak/tempat pencucian piring / peralatan makan.

1 0 2 7 25

9 Apakah anda mengelap peralatan makan (piring, gelas, dll) yang sudah dicuci dengan lap yang bersih.

0 0 0 6 29

10 Apakah anda memisahkan bahan mentah dengan

masakan yang sudah matang. 0 0 1 6 28

11 Apakah anda mencuci peralatan memasak (katel, panci, dll) dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

0 0 1 5 29

12 Apakah anda mengenakan sarung tangan dan penutup kepala selama bekerja.

25 0 6 1 3

1

Pernyataan negatif

Apakah anda batuk, bersin, meludah, atau merokok selama bekerja.

20 8 5 2 0 2 Apakah anda mengelap piring dan peralatan makan

lainnya dengan menggunakan lap yang sama dengan yang digunakan untuk mengelap meja.

0 0 1 2 32

3 Apakah anda mengambil makanan matang hanya dengan menggunakan tangan.

3 5 5 0 22

Keterangan: TP : Tidak Pernah J : Jarang K : Kadang-Kadang SR : Sering SL : Selalu

Tingkat Higiene

Penilaian tingkat higiene yang dilakukan terdiri dari dua bagian penilaian. Penilaian diambil dari skor praktik dan diambil dari skor hasil observasi. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 28 responden (80.0%) termasuk dalam tingkat higiene yang baik dan sisanya 7 responden (20.0%) termasuk tingkat higiene yang buruk. Data ini dapat dilihat pada Tabel 9.

(24)

11 Tabel 9 Tingkat higiene pangan food handler di warung makanan di dalam

Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35)

Tingkat Higiene Luar kampus

n %

Baik 28 80.0%

Buruk 7 20.0%

Faktor Risiko Higiene di Warung

Hasil analisis regresi logistik terhadap peubah pada karakteristik food handler, pengetahuan, dan sikap dikaitkan dengan tingkat higiene warung menunjukan bahwa tidak ada peubah yang mempengaruhi tingkat higiene warung secara nyata atau menjadi faktor risiko (p>0.05). Nilai dari odds ratio dapat dilihat pada Tabel 10.

Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara pengetahuan dan sikap (r=0.533), yang berarti semakin baik pengetahuan responden maka akan semakin baik sikap responden terhadap higiene pangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang. Selanjutnya terdapat hubungan yang nyata (p<0.05) antara pengetahuan dan praktik (r=0.752), yang berarti semakin baik pengetahuan yang dimiliki oleh food handler semakin baik pula praktik higiene pangan yang dilakukan oleh food handler. Hubungan yang nyata (p<0.05) juga terlihat antara sikap dan praktik (r=0.630) yang artinya semakin baik sikap yang dimiliki oleh food handler maka akan semakin baik praktik higiene pangan yang dilakukannya. Hal ini berarti praktik food handler dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap yang dimilikinya. Data mengenai hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai higiene pangan dapat dilihat pada Tabel 11.

Menurut Abdul-Mutalib et al. (2012), pengetahuan yang baik terhadap higiene pangan dan sanitasi pengolahan makanan menyebabkan sikap yang baik pula. Studi yang dilakukan oleh Ansari-Lari et al. (2010) yang dikutip Abdul-Mutalib et al. (2012), juga menunjukan terdapat korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan dan sikap. Praktik food handler terhadap higiene pangan dan sanitasi pengolahan makanan juga di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap food handler. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Abdul-Mutalib et al. (2012), yang menunjukan pengetahuan dan sikap yang baik akan menyebabkan praktik yang baik.

(25)

12

Tabel 10 Nilai odds ratio yang mempengaruhi tingkat higiene di warung makanan di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor

Peubah Odds Ratio Selang Kepercayaan 95% Nilai p

Umur dewasa vs umur tua 2.917 0.019-6.850 0.088 Umur muda vs umur tua 3.601 0.025-30.907 0.058 Pekerjaan pokok vs pekerjaan Sampingan 1.958 0.476-42.500 0.162 Tidak pernah vs pernah penyuluhan 2.917 0.036-1.362 0.088 Ada pengawasan vs tidak ada pengawasan 2.917 0.036-1.362 0.088 Pengetahuan buruk vs pengetahuan baik 2.685 0.000- 0.101 Pengetahuan cukup vs pengetahuan baik 0.037 0.000- 0.847 Sikap cukup vs sikap baik 1.193 0.010-1.696 0.275 Sikap buruk vs sikap baik 0.114 0.041-2.005 0.735

Hasil signifikan jika nilai p<0.05

Tabel 11 Hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik food handler di warung makanan dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor

Peubah

Pengetahuan Sikap Praktik

Koefisien

korelasi Nilai p Koefisien korelasi Nilai p Koefisien korelasi Nilai p

Pengetahuan 0.533* 0.000* 0.752* 0.000*

Sikap 0.533* 0.000* 0.630* 0.000*

Praktik 0.752* 0.000* 0.630* 0.000*

*berbeda nyata (p<0.05)

Tingkat Sanitasi Telapak Tangan

Dari hasil penelitian, tangan food handler menunjukan tingkat sanitasi telapak tangan food handler di dalam Kampus IPB Dramaga buruk yang ditunjukan dengan jumlah mikroorganisme (total plate count). Mayoritas (85.7%) responden memiliki total mikroorganisme pada telapak tangan food handler melebihi kategori borderline acceptable (>31 cfu). Data mengenai jumlah mikroorganisme (TPC) pada telapak tangan dapat dilihat pada Tabel 12.

Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan praktik yang dilakukan oleh food handler, tetapi mayoritas (85.7%) food handler yang memiliki jumlah mikroorganisme pada permukaan tangannya melebihi Batas diterima (>31 cfu). Menurut Montvile et al. (2001) yang dikutip Soares et al. (2012) mencuci tangan yang benar serta menggunakan sarung tangan dapat mengurangi risiko kontaminasi. Selain itu, banyaknya responden yang memiliki jumlah mikroorganisme lebih dari kategori Batas diterima (>31 cfu) dipengaruhi oleh sanitasi air di dalam Kampus IPB. Menurut Nurjanah (2006) air yang digunakan di dalam pengolah makanan di lingkar Kampus IPB mengandung total mikroorganisme yang relatif tinggi yaitu 102-105 cfu/ml.

(26)

13 Tabel 12 Kategori jumlah mikroorganisme pada permukaan tangan food

handler di warung makanan di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor

Kategori n %

Sangat Baik (0-5 koloni) 2 5.7

Baik (6-15 koloni) 0 0

Batas diterima (16-30 koloni) 3 8.6

Buruk (31-50 koloni) 3 8.6

Tidak dapat diterima (>50 koloni) 27 77.1

Total 35 100

n= jumlah mikroorganisme pada permukaan telapak tangan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sebagian besar food handler memiliki pengetahuan dalam kategori baik (65.7%), sikap dengan kategori cukup (48.6%), dan praktik dalam kategori baik (65.7%). Selain itu, terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan dan sikap (r=0.533), pengetahuan dan praktik (r=0.752), serta sikap dan praktik (r=0.630). Kenyataannya tingkat sanitasi telapak tangan food handler di dalam Kampus IPB Dramaga buruk (77.1%). Hal ini dapat menjadi ancaman terhadap kesehatan konsumen.

Saran

Pengetahuan perlu ditingkat untuk mendapatkan sikap dan praktik food handler yang baik sehingga dapat menciptakan pangan yang aman untuk dikonsumsi. Pengawasan sangat diperlukan dari instansi terkait. Otoritas kampus seharusnya ikut serta dalam meningkatkan praktik higiene di warung makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul-Mutalib NA, Abdul-Rashid MF, Mustafa S, Amin-Nordin S, Hamat RA, Osman M. 2012. Knowledge, attitude and practices regarding food hygiene and sanitation of foodhandlers in Kuala Pilah, Malaysia. Food Control. 27: 289-293.

Agresti A, Finlay B. 2009. Statistical Methods for the Social Science. New Jersey (US): Pearson E.

Aycicek H, Aydoğan H, Küçükkaraaslan A, Baysallar M, Başustaoğlu AC. 2004. Assessment of the bacterial contamination on hands of hospital food handlers. Food Control. 15 (4): 253-259.

Batubara K. 2009. Pengaruh pengalaman dan pengetahuan aparat pengawas internal pemerintah terhadap pendeteksian penyimpangan dengan intuisi sebagai variable intervening di Inspektorat Kabupaten Deli Serdang [Tesis]. Medan (ID): USU.

(27)

14

Cogan TA, Slader J, Bloomfield SF, Humphrey TJ. 2002. Achieving hygiene in the domestic kitchen: the effectiveness of commonly used cleaning procedures. J Appl Microbiol. 92: 885–892.

[DEPKESNAS] Departemen Kesehatan Nasional. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasaboga. Jakarta (ID): Depkesnas.

Faizin A, Winarsih. 2008. Hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja perawat dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang Kabupaten Boyolali [artikel]. Berita Ilmu Keperawatan. 3: 137-142.

[FAO/WHO].Food Agriculture Organization/World Health Organization. 2004. The five keys for safe food: WHO’s community food Safety activities. Second Global Forum of Food Safety Regulators, Bangkok 12-14 October 2004. Rome (IT): FAO.

Giuseppe GD, Abbate R, Albano L, Marinelli P, Angelillo IF. 2008. A survey of knowledge, attitudes, and practices towards avian influenza in an adult population in Italy. BMC Infect Dis. 8: 36.

Grossmann M. 1999. The Human Capital Model of The Demand for Health. Cambridge (BG): National Bureau of Economic Research.

Hart MB, Cathy MS, Meumann M, Veltri AT. 2007. Hand injury prevention training: assessing, knowledge, attitude, and behaviour. J SH&E Research. 3: 1-23.

Hayes PR, Forsythe SJ, Spangler E. 1998. Food Hygiene, Microbiology and HACCP. Gaithersburg (US): An Aspen Publication.

Jenie BSL. 1989. Sanitasi dalam Industri Makanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor (ID): IPB.

Lues JFR, Tonder IV. 2007. The occurrence of bakteria on hands and aprons of food handlers in the delicatessen sections of a retail group. Food Control. 18: 326-332.

Lukman DW, Soejoedono RR. 2009. Uji Sanitasi dengan Metode RODAC. Di dalam: Lukman DW, Purnawarman T, editor. Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Hewan. Bogor (ID): IPB.

Nasaruddin F. 2008. Pengaruh pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja terhadap kualitas penyajian informasi akuntasi pada PT Bank Negara Indonesia TBk (studi pada Kantor cabang BNI di Propinsi Sulawesi Selatan). Ichsan Gorontalo. 3(1): 1411-1420.

Notoatmodjo S. 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Rineke Cipta.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Nurjanah S. 2006. Kajian sumber cemaran mikrobiologis pangan pada beberapa rumah makan di lingkar Kampus IPB Dramaga, Bogor. JIPI. 11(3): 18-24. Palaian S. 2006. Knowledge, attitude, and practices outcomes: evaluating the

impact of conseling in hospitalized diabetic patient in India. J Pharmacol. 7: 383-396.

[PU] Purdue University. 2010. Microbiological Monitoring [Internet]. [diunduh 2012 Agu 31]. Tersedia pada http://www.purdue.edu/research/vpr/ rschadmin/rschoversight/animals/dos/RODAC.pdf.

(28)

15 Schiffman LG, Kanuk. 1997. Consumer Behaviour 6th

Ed. New Jersey (US): Prentice Hall.

Setyaningsih S. 2008. Pengaruh interaksi pengetahuan dan sikap terhadap praktek Ibu dalam pencegahan anemia gizi besi Balita di Kota Pekalongan tahun 2008 [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponogoro.

Soares LS, Almeida RCC, Cerqueira ES, Carvalho JS, Nunes IL. 2012. Knowledge, attitudes and practices in food safety and the presence of coagulase-positive staphylococci on hands of food handlers in the schools of Camaçari, Brazil. Food Control. 27: 206-213.

Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung (ID): Rosdakarya.

Susana B, Hartono B. 2003. Pemantauan kualitas makanan ketoprak dan gado-gado di lingkungan Kampus UI Depok, melalui pemeriksaan bakteriologi [artikel]. Makara Seri Kesehatan. 7(1): 21-29.

Tan SL, Cheng PL, Soon HK, Ghazali H, Mahyudin NA. 2013. A qualitative study on personal hygiene knowledge and practices among food handlers at selected primary schools in Klang valley area, Selangor, Malaysia. Food Res Int. 20(1): 71-76.

Uripi V, Santoso H. 1995. Pengelolaan makanan di Rumah Sakit. Jakarta (ID): [Depdikbud].

[USDHHS-FDA-CFSAN] U.S. Department of Health and Human Services, Food and Drug Administration, Centers for Food Safety and Applied Nutrition. 2000. Report of the FDA retail food program database of foodborne illness risk factors [Internet]. [diunduh 2012 Des 24]. Terdapat pada http://vm.cfsan.fda.gov/wacrobat/retrsk.pdf.

Widayati R, Yuliarsih. 2002. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. Jakarta (ID): PT. Grasindo.

Yildirim I, Ceyhan M, Cengiz AB, Bagdat A, Barin C, Kutluk T dan Gur D. 2008. A prospective comparative study of the relationship between different types of ring and microbial l hand colonization among pediatric intensive care unit nurses. Int J Nurs Stud: 1572-1578.

(29)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta Selatan pada tanggal 4 Desember 1991 dari ayah, Basuki dan ibu, Dian Fitria (Almh.). Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara dengan adik perempuan bernama Nur Soba.

Pendidikan Formal penulis dimulai dari SDN Tegal Parang 06 pagi dan lulus pada tahun 2003, yang kemudian dilanjutkan ke SMPN 104 Jakarta dan lulus pada tahun 2006. Penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMAN 79 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan ke IPB pada tahun yang sama melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) serta memilih mayor Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti organisasi intra serta ekstra kampus seperti Badan Eksekutif Mahasiswa FKH, Himpunan Profesi Ornitologi dan Unggas, DKM An-Nahl, Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia Cabang Bogor serta menjadi perangkat Majelis Wali Amanat Unsur Mahasiswa (MWA UM). Selain itu penulis juga aktif dalam kepanitian Intra serta ekstra kampus. Penulis pernah menjabat sebagai kepala divisi internal kubah Himpro ornitologi dan Unggas pada tahun 2010, kepala divisi Usaha dan Bisnis IMAKAHI pada tahun 2010 serta kepala divisi Komunikasi dan Informasi IMAKAHI pada tahun 2011.

Gambar

Tabel 1  Interpretasi jumlah mikroorganisme dengan menggunakan RODAC (PU  2010)  Kategori n  cfu/cawan  Sangat baik  0-5  Baik 6-15  Batas diterima  16-30  Buruk 31-50  Tidak dapat diterima  &gt;50
Tabel 2  Karakteristik food handler pada warung makanan di dalam Kampus IPB  (n=35)  No Karakteristik  Pekerja  n  %  1 Sebaran  Umur  Muda (&lt;31 tahun)  14  40.0   Dewasa  (31–41  tahun)  15  42.9  Tua (&gt;41 tahun)  6  17.1  2 Tingkat  Pendidikan
Tabel 4  Sebaran  jawaban  benar  pengetahuan  food handler pada warung  makanan di dalam Kampus IPB Dramaga Bogor (n=35)
Tabel 7  Sebaran  food handler di warung makanan di dalam  kampus IPB  Dramaga berdasarkan tingkat praktik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigation dengan strategi reading quiz berpengaruh terhadap prestasi belajar

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijelaskan di atas, masih terdapat reseach gap pada penelitian yang mengindikasikan bahwa perlu melakukan penelitian lebih lanjut, maka

Oleh karena itulah dari analogi Sauvy tersebut, kita bisa melihat bahwa konstruksi miskin dan masih berkembang melekat pada kondisi negara dunia ketiga dalam

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Adam (2013) dengan judul Hubungan Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, Terhadap

Sulfur dioksida (SO2) bersifat iritan kuat pada kulit dan lendir, pada konsentrasi 6-12 ppm mudah diserap oleh selaput lendir saluran pernafasan bagian atas, dan pada kadar rendah

Gambar 8 menunjukkan laju infiltrasi rata-rata 4 tutupan lahan di DAS Siak Provinsi Riau, infiltrasi pada interval 15 menit pertama menunjukkan nilai yang

Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-gerakan yang bersifat konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda atau juga pada olahraga yang

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra Jl. Pada saat ini pencatatan data yang ada pada Toko Mon Delice Boulangerie ini