1 Jurnal Teknik Arsitektur Mercu Buana
Januari 2015
Studi Evaluasi Jalur Evakuasi Terhadap Keselamatan
Karyawan Pada Wisma Barito Pasific
Nur Octaviani Purnama Sari
dan Joni Hardi
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Email : nuroctaviani.ps@gmail.com
ABSTRACT : Buildings should have security requirements, especially against fire and other disasters.
This study aims to determine the condition of the track meets the security aspect worth functions under the provisions of Decree no.10 / kpts / 2000 and SNI 03-1746-1989. The object of this case study observations conducted at Wisma Barito Pacific. Method of data collection was done by means of direct observation refers to the standard, subsequently conducted a questionnaire for employees to know the perception of the occupants of the building and conduct interviews with the managers of the building. evacuation route contained in the Barito Pacific guesthouse is divided into two zones, namely horizontal and vertical zones including corridors / exit access, emergency exits, signage, where assemble / assembly and emergency stairs
Keywords: evacuation path, decent functionality, vertical zone, horizontal zone
ABSTRAK : Bangunan gedung seharusnya memiliki persyaratan keamanan khususnya terhadap
bahaya kebakaran dan bencana lainnya. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalur tersebut memenuhi aspek keamanan layak fungsi berdasarkan ketentuan kepmen no.10/kpts/2000 dan SNI-03-1746-1989. Objek pengamatan studi kasus ini dilakukan di Wisma Barito Pacific. Metode pengambilan data dilakukan dengan cara observasi atau pengamatan langsung yang mengacu pada standart, selanjutnya melakukan kuesioner kepada karyawan untuk mengetahui persepsi dari penghuni bangunan dan melakukan wawancara terhadap pengelola gedung. jalur evakuasi yang terdapat pada wisma barito pacific terbagi dua yaitu zona horizontal dan zona vertical diantaranya koridor/akses exit, pintu darurat, signage, tempat berhimpun/berkumpul dan tangga darurat.
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran di gedung tinggi sering berakibat fatal akibat sulitnya upaya pemadaman dari luar gedung dan dalam gedung. Pemadaman dalam gedung sangat berpengaruh pada desain layout ruang karena merupakan sirkulasi untuk evakuasi pada saat terjadi kebakaran.Beberapa kejadian kebakaran pada bangunan tinggi baik bangunan komersil) mestinya menjadi pelajaran penting dalam penyiapan Fire Safety Management.“Dalam merancang bangunan tinggi, disamping aspek arsitektural seorang arsitek perlu mempertimbangkan berbagai aspek lainnya, seperti structural, mekanikal, elektrikal dan biaya bangunan” (Juwana;2005, p.2).
Bangunan gedung sebagai sebuah aset/properti yang dimanfaatkan untuk tempat beraktifitas dan melakukan segala kegiatan, seharusnya memiliki syarat keamanan, khususnya terhadap bahaya kebakaran, dan harus dapat menjamin keamanan penghuni selama berada di dalamnya agar dapat melakukan kegiatan dan meningkatkan produktivitas serta kualitas hidupnya. Untuk mengamankan sebuahbangunan gedung dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran, perlu upaya melaksanakan ketentuan dan persyaratan teknis dalam mengatur dan mengendalikan bangunan gedung, termasuk dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan,pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan gedung, termasuk pemeriksaan kelayakan fungsi dan keandalan bangunan terhadap bahaya kebakaran.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah jalur evakuasi di Wisma Barito Pasific layak bagi karyawannya?
1.3 Tujuan
Mengevaluasi jalur evakuasi pada Wisma Barito Pasific unntuk mengetahui apakah kondisi jalur evakuasi pada kantor tersebut memenuhi aspek keamanan layak fungsi.
2. LOKASI STUDI
Bangunan dalam penelitian ini adalah Kantor Wisma Barito Pacific yang berlokasi di Jl. Letjen S.Parman. Zona sirkulasi terbagi 2 yaitu zona vertical dan zona horizontal. Zona vertikal yaitu tangga darurat dan pada zona horizontal yaitu koridor, akses exit, Pintu Kebakaran, signage/petunjuk arah dan tempat berhimpun/berkumpul.
Alasan pemilihan lokasi :
Wisma Barito Pasific merupakan bangunan yang lama didirikan pada tahun 1980an dan kualitas kelayakan bangunan tersebut akan disesuaikan oleh standart keputusan menteri tahun 2000.
Terletak dilokasi yang strategis dan merupakan bangunan tinggi. Tingkat populasi dari bangunan tersebut tinggi.
3 Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, tingkat rawan
kebakaran untuk daerah Jakarta barat termasuk tinggi (>5 kejadian).
Gambar 1 Bar chart kejadian kebakaran pertahun Sumber : Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD)
Gambar 2 Bar chart korban meninggal pertahun Sumber : Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD
3. METODE
Terdapat dua metode dalam penelitian ini, yaitu metode pengumpulan data dan metode analisa data. Berikut ini adalah penjabaran dari metode penelitian tersebut:
3.1 Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam kasus penelitian ini peneliti turut melakukan observasi langsung ke dalam objek yang akan diteliti. Observasi/pengamatan yang akan dilakukan untuk memperoleh data tentang jalur evakuasi, diantaranya koridor/akses exit, pintu kebakaran, signage, tempat berhimpun atau berkumpul dan tangga kebakaran. Observasi yang dilakukan megacu pada standart yaitu kepmen no.10/KPTS/2000 dan SNI-03-1746-1989.
4 2. Wawancara
Metode wawancara tersebut diajukan kepada pengelola kantor dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kelayakan jalur evakuasi dikantor tersebut. Metode ini untuk memperjelas data dalam pelaksaan observasi jika mengalami kejanggalan dalam penelitian. Metode wawancara yang digunakan yaitu secara terstruktur, peneliti menyiapkan pertanyaan terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara.
3. Kuesioner
Pada penelitian digunakan kuesioner yang berfungsi sebagai instrument untuk mengumpulkan data primer mengenai persepsi responden dalam penelitian mengenai studi kelayakan jalur evakuai di wisma barito pasific terhadap keselamatan karyawan.
Dalam kuesioner di cantumkan umur dan jenis kelamin agar hasilnya dapat ditagorikan.
Dengan menggunakan skala likert, untuk keperluan analisis secara kuantitatif maka jawaban itu diberi skor, misalnya:
Skor 5, untuk SL = Sangat layak Skor 4, untuk L = Layak Skor 3, untuk R = Ragu-ragu Skor 2, untuk KL = Kurang layak
Skor 1, untuk SKL = Sangat kurang layak
s
jumlahkela
imum
nilai
al
NilaiMaxim
Interval
min
3.2 Metode Analisis Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dapat diketahui dengan membandingkan antara r hitung dengan signifikasi 0,05 atau 5%. Apabila r hitung < 0,05 = valid dan r hitung >0,05 = tidak valid.
2. Uji Reabilitas
Suatu variable dikatakan reliable, apabila Hasil a > 0,60 maka hasilnya adalah reliable dan Hasil a < 0,60 maka hasilnya adalah tidak reliable.
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Analisa dan pembahasan yang dilakukan adalah dengan observasi untuk menentukan permasalahan yang ada di jalur evakuasi karena mempengaruhi kepada factor keselamatan karyawan. Setelah observasi, peneliti menyebarkan kuesioner untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kelayakan jalur evakuasi di wisma barito pacific. Berikut adalah pembahasan dari hasil observasi dan kuesioner :
5
4.1 Akses exit
Tabel 1 Data Observasi Akses Exit dengan Perbandingan Standart
No. Standart * Lapangan keterangan
1 Terdapat sarana jalan keluar akses penyelamatan berupa koridor memenuhi * 2
Lebar minimum jalan kelauar 1,8-2,2 m dengan jarak bebas minimum 1,2 m
Lebar koridor 1,6 m untuk koridor service dan untuk koridor utama 2,5 m.
memenuhi *
3 Jumlah jalan keluar terdapat lebih dari 1 dan letaknya berjauhan
Terdapat 2 akses yang letaknya
berjauhan memenuhi *
4
Sarana evakuasi harus mudah terlihat dan di capai oleh penghuni bangunan pada saat terjadi kebakaran
Sarama mudah dicapai dan mudah
terlihat memenuhi *
5 Tidak ada penghalang diakses jalan
keluar Tidak ada penghalang Memenuhi*
6 Jarak ke tangga darurat maksimal
30 m Jarak ke tangga darurat sekitar 15 m Memenuhi*
Sumber: hasil data observasi dan *) Kepmen No.10/KPTS/2000
4.2 Pintu Kebakaran
Tabel 2 Data obsservasi pintu kebakaran dengan perbandingan standart
No. Standart * ** Lapangan keterangan
1
Terdapat minimal 2 buah pintu Tangga darurat
Tersedia 2 buah pintu disetiap
lantainya memenuhi *
2
Ukuran pintu Lebar min 80 cm, Tinggi 210 cm
Pintu darurat lebar 80 cm, tinggi 210 cm
memenuhi *
3 Jarak max pintu 25 m Jarak antar pintu sekitar 15 m memenuhi **
4
Pintu pada lantai dasar terhubung Keluar bangunan
Pintu darurat ada yang terhubung langsung keluar
bangunan dan ada yang tidak memenuhi * 5. Menutup secara otomatis Menutup secara otomatis Memnuhi *
Sumber : Hasil data observasi di Wisma Barito Pasific, *) SNI 03-1746-1989 dan **) Kepmen No.10/KPTS/2000
4.3 Petunjuk Arah/Signage
Tabel 3 Data Observasi Signage dengan perbandingan standart
No. Standart * Lapangan keterangan
1
Terdapat signage menuju arah keluar
signage arah keluar dan petunjuk
EXIT memenuhi *
2 Rambu dipasang di tempat yang mudah terlihat atau didekat pintu
petunjuk arah keluar yang di letakkan di koridor dan didepan pintu
memenuhi * dibagian koridor tidak terdapat
6
keluar tangga darurat signage exit
3
Rambu mudah terlihat dan berwarna kontras dan diberi penerangan dari sumber daya listrik darurat
Rambu tangga darurat berwarna latar belakang hijau sehingga mudah terlihat dan ditambah dengan penerangan.
memenuhi *
Sumber : Hasil data observasi di Wisma Barito Pasificdan *) Kepmen No.10/KPTS/2000
4.4 Tempat Berhimpun/ Berkumpul
Tabel 4 Data observasi tempat berhimpun dengan perbandingan standart
No. Standart * ** Lapangan keterangan
1
Tersedia tempat berhimpun setelah evakuasi dan memiliki space perorang 35x35 cm2
Tersedia tempat berhimpun berupa lahan kosong di belakang kantor.
memenuhi *
2 Tersedia petunjuk arah untuk titik berhimpun.
Terdapat signage untuk titik berkumpul (master point)
memenuhi **
Sumber : Hasil data observasi di PT.Griya Idola *) PU 26/PRT/M/2008 **) Kepmen No.10/KPTS/2000
4.5 Tangga Kebakaran
Tabel 5 Data observasi tangga kebakaran dengan perbandingan standart
No. Tinjauan Standart * Lapangan Keterangan
1 Fisik Dimensi lebar min 120 cm 110 cm Tidak memenuhi lebar pijakan (G) 22,5 cm 30 cm Memenuhi persyaratan Tinggi Pijakan (R) 17,5 cm 18,5 cm Bahan Anak tangga Beton 210 cm Memenuhi persyaratan Lantai Tidak licin keramik 10/20
Railing Besi
carbon steel 2 ⅟2"
Dinding Tebal min
15 cm dan tahan api 15 cm dinding beton memenuhi persyaratan 2 letak
mudah dicapai dengan jarak 30 m.
jarak antar tangga sekitar 15 m
memenuhi persyaratan 3 Fungsi
hanya untuk evakuasi disaat keadaan darurat
hanya untuk evakuasi
memenuhi persyaratan
7
4.6 Penerangan Darurat
Tabel 6 Data Observasi penerangan darurat dengan standart
No. Standart * Lapangan keterangan
1 Tersedia sumber listrik dari genset.
sarana penerangan darurat yaitu genset yang berada di
basement.
memenuhi *
2
Lampu darurat berwarna berwarna kuning atau orange dengan kekuatan 10 lux.
lampu darurat dengan kekuatan 10 lux, akan tetapi berwarna putih.
memenuhi *
Sumber : Hasil data observasi di Wisma Barito Pasific dan *) Kepmen No.10/KPTS/2000
4.7 Hasil Observasi dan Kuesioner
Tabel 7 Tabel hasil observasi
No. Elemen Skor
1
Koridor/akses exit Statistics
lebar koridor 3 Y1
tinggi koridor 4 N Valid 12
jarak tempuh terjauh 3 Missing 0
2
Pintu kebakaran Mean 3.08
lebar pintu 3 Median 3.00
tinggi pintu 3 Mode 3
3 signage 2 Std. Deviation .669
4
tangga kebakaran Range 2
dimensi 2 Minimum 2
bahan 3 Maximum 4
ketinggian ruang 3 Sum 37
railing tangga 4 Percentiles 25 3.00
letak lampu darurat 3 50 3.00
5 lokasi tempat berkumpul 4 75 3.75
Jumlah 37
Diperoleh kategori skor : 3,25 – 4,00 = Sangat Layak 2,50 - <3,25 = Layak
erval
jumlah
nilai
nilai
e
Ratingscal
int
min
max
4
1
4
75
,
0
8 1,75 - <2,50 = Tidak layak
<1,75 = Sangat Tidak Layak
Maka dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa Wisma Barito Pasific memiliki jalur evakuasi terhadap keselamatan karyawan yang layak.
Tabel 8 Hasil Kuesioner Wisma Barito Pasific
Statistics
Butir 1
Butir 2 Butir 3 Butir 4 Butir 5 Butir 6 Butir 7 Butir 8 Butir 9 Butir 10 Butir 11 Butir 12 Kelayak an Jalur Evakuas i N Valid 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mean 4.19 4.19 3.75 3.90 3.77 3.79 3.44 4.08 3.69 4.13 4.10 3.25 3,85 Median 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 3.00 4.00 4.00 4.00 4.00 3.00 Mode 5 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 Std. Deviation .908 .742 .926 .846 .807 1.091 1.074 .837 1.020 .742 .799 1.027 Range 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 Minimum 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 Maximum 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sum 218 218 195 203 196 197 179 212 192 215 213 169
Maka dari hasil kuesioner tersebut dapat disimpulkan bahwa penghuni bangunan Wisma Barito Pasific memiliki persepsi bahwa jalur evakuasi tersebut masih layak.
erval
jumlah
nilai
nilai
e
Ratingscal
int
min
max
5
1
5
80
,
0
85
,
3
5
4
x
Persepsi
08
,
3
Diperoleh kategori skor : 3,25 – 4,00 = Sangat Layak 2,50 - <3,25 = Layak
1,75 - <2,50 = Tidak layak
9
5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Jalur Evakuasi /koridor
Berdasarkan hasil observasi yang ada dilapangan dengan mengacu pada standar ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.10/KPTS/2000), maka dapat disimpulkan jalur evakuasi telah memenuhi standart diantaranya pada aspek dimensi lebar dan tinggi koridor, jarak ke tangga darurat 15 m, tempat dua jalan keluar.
Berdasarkan persepsi dari karyawan wisma barito paific menyatakan bahwa jalur evakuasi atau koridor aman untuk dilalui saat evakuasi bencana.
Pintu darurat
Berdasarkan hasil observasi dilapangan dengan mengacu ketentuan kepmen no.10/KPTS/2000 dan SNI 03-1746-1989 menyatakan bahwa pintu darurat sudah memenuhi standart diantaranya pada aspek dimensi pintu, pintu menutup secara otomatis, bahan yang digunakan pada pintu darurat, jarak maximal pintu darurat 15 m, kondisi pintu pada lantai dasar langsung terhubung keluar bangunan, terdapat system proteksi aktif diantaranya shaft smoke exhaust, pengeras suara.
Berdasarkan persepsi dari karyawan menyatakan bahwa kondisi pintu darurat aman digunakan saat terjadi evakuasi bencana.
Petunjuk Arah Keluar (Signage)
Berdasarkan hasil observasi dengan mengacu pada ketentuan kepmen no.10/KPTS/2000 menyatakan petunjuk arah memenuhi standart berdasarkan aspek : signage mudah terlihat dan berwarna kontras, dipasang didekat pintu keluar, terdapat signage menuju arah keluar. Akan tetapi peletakan signage pada area koridor masih kurang karena peletakan signage exit hanya terdapat pada bagian pintu darurat.
Berdasarkan hasil persepsi karyawan menyatakan netral untuk pernyataan signage tersebut. Tempat berhimpun / berkumpul Tersedianya tempat berhimpun / berkumpul saat evakuasi bencana dan memiliki luas yang sesuai standart. Berdasarkan hasil persepsi karyawan menyatakan bahwa titik berkumpul aman untuk evakuasi bencana.
Tangga darurat
Berdasarkan standart yang ada yaitu kepmen no.10/KPTS/2000 dimensi lebar tangga darurat adalah 120 cm, sedangkan pada studi kasus ini tangga darurat hanya mencapai 110 cm.. apabila dilihat memang memiliki perbedaan yang tipis dengan standart yang ditentukan namun dalam hal
10 ini berkurangnya ruang sirkulasi bagi penghuni bangunan saat melakukan evakuasi bencana dan hal ini dapat meningkatkan resiko bagi pengguna.
Berdasarkan hasil persepsi karyawan menyatakan bahwa kondisi tangga darurat cenderung menjawab netral.
5.2 Rekomendasi
Beradarkan hasil kesimpulan tersebut, maka saran yang disampaikan adalah : Pada bagian koridor ruang diberikan petunjuk arah “exit atau jalur evakuasi”
Pihak pegelola gedung perlu bertindak tegas karena mempengaruhi oleh factor keselamatan karyawan di wisma barito pacific.
Perlu adanya pinjauan kembali dari pihak IPB (Izin penggunaan bangunan) terhadap jalur evakuasi di kantor tersebut khususnya pada bagian tangga darurat, karena factor keselamatan karyawan kurang diperhatikan. Hal ini tertera pada regulasi keselamatan penghuni gedung UU no.28 tahun 2002 pasal 16 ayat 1 yaitu persyaratan bangunan gedung meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan penanggulangan bencana kebakaran (2014), Jakarta. Diunduh 17 januari 2015
Juwana, J.S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Erlangga, Jakarta diunduh 3 juli 2014
Kepmen PU no. 10/KPTS/2000.Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Diunduh 15 oktober 2014
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008. Persyaratan teknis system proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan. Diunduh 18 November 2014.
PERDA Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.No.8 Thn 2008.pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. Diunduh 15 Juli 2014
SNI 03-1746-1989, Tata Cara Pemasangan Alat Bantu Evakuasi Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung. Diunduh 3 juli 2014