• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMASALAHAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSI ANAK USIA DINI DI TKN 01 KOTO PARIK GADANG DIATEH (KPGD) KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERMASALAHAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSI ANAK USIA DINI DI TKN 01 KOTO PARIK GADANG DIATEH (KPGD) KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERMASALAHAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSI ANAK

USIA DINI DI TKN 01 KOTO PARIK GADANG DIATEH (KPGD)

KABUPATEN SOLOK SELATAN

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (Strata I)

FITRI HARIANI

11060070

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2015

(2)

PERMASALAHAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN EMOSI ANAK

USIA DINI DI TKN 01 KOTO PARIK GADANG DIATEH (KPGD)

KABUPATEN SOLOK SELATAN

By:

Fitri Hariani

The Student Guidance and Counseling, STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

This research have a background that existance of development social problems and early ages children, social development like progress, aggression, fight, tease, competition, cooperation, ponerful, egoist, sympathy, whereas development of emotional such progress of antonomy. The purpose of this research is reveal the problems of social development and early ages children emotion.The design of this research is descriptive quantitatiu. The population is all students of TKN 01 Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan that total 55 student. Total sampling is technique of taking the sample. The sum of sampel is 55 parents. Instrument of this research is quistionaire, whil to data analyns used percentage technique. The result of this research (1) development social problems of early ages children in TKN 01 Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan resided in TKN 01 (KPGD) Kabupaten Solok Selatan resided in more than enough. (2) development emotional of early ages children in TKN 01 Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan it seen from emtional than resided in more than enough. Based on the result of this research recommended for parents should be attention to children progress, so development of early ages children will be roun mell.

Keyword:

Social Development, Emotional Of Early Age Children.

PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan anak usia dinisaat sekarang ini menunjukkan bahwa pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD), hal ini tentu harus disikapi dengan bijak, mengigat besarnya harapan orang tua murid akan pendidikan anaknya. Pendidikan bagi anak usia dini bermunculan di mana-mana dan mulai disadari oleh banyak pihak. Salah satu kegiatan yang memiliki peranan penting dalam kegiatan pendidikan anak usia dini adalah kegiatan penilaian perkembangan. Kegiatan penilaian perkembangan anak merupakan usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan pembelajaran anak usia dini dapat mencapai perkembangan sosial dan emosi.

Menurut Yusuf (2000:122) perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma. Selanjutnya, Nurhisan dan Agustin (2011:36) menjelaskan bahwa “Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial”. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan sehari-hari.

Wiyani (2002:123) mengemukakan “Emosi diartikan sebagai gejala psikofisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap dan perilaku dalam bentuk ekspresi tertentu”. Pada dasarnya, anak sebagai generasi yang unggul, sekali lagi, tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi sungguh memerlukan lingkungan (suasana) yang subur yang sengaja diciptakan untuk hal itu sehingga memungkinkan potensi mereka dapat tumbuh dengan optimal.

(3)

Selanjutnya Musbikin (2010:252) mengemukakan “Dengan cerita, orang tua ataupun para guru juga bisa mengasah kecerdasan emosional anak, Saat mendengarkan cerita, anak menangkap gambaran emosi misalnya: sedih, marah atau gembira, jika diterapkan pada usia dibawah dua tahun, anak akan mengenal beragam emosi”.

Sejalan dengan itu Wahyudin dan Agustin (2011:45) menjelaskan “Kemampuan bersosialisasi adalah suatu kemampuan lain yang harus dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain”. Tetapi tidak semua anak mampu bersosialisasi. Beberapa masalah sosial yang sering dialami anak adalah anak ingin menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau menunggu giliran apabila sedang bermain bersama, agresif dengan cara menyerang anak lain.

Wahyudi dan Agustin (2011:46) mengemukakan “Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya”. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke emosi yang lain. Rangsangan yang sering membangkitkan emosi anak adalah keinginan yang tidak terpenuhi, dengan cara mengungkapkan ekspresi yang tidak terkendali. Beberapa masalah yang dalam perkembangan emosi anak yang nampak di lapangan adalah rasa takut anak apabila ditinggalkan oleh orang tuanya, iri hati terhadap teman, dan anak suka cemburu kepada temannya. Selanjutnya Aisyah (2008:2.) menyatakan “Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik karena proses perkembangannya (tumbuh dan berkembang) terjadi bersamaan golden age (masa emas)”.

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan pada tanggal 20 Februari 2015 terlihat bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung masih ada peserta didik yang yang agresif terhadap teman-temannya serta anak sering merasa takut apabila ditinggal oleh orangtuanya. Selanjutnya Penulis lakukan wawancara pada tanggal 20 Februari 2015 dengan guru TKN 01 KPGD Kabupaten Solok Selatan mengatakan: anak penakut, penangis, pencemburu, iri hati, ingin tahu yang tinggi, hipersensitif dan agresifitas. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru TK

ditemukan beberapa masalah-masalah perkembangan sosial dan emosi pada anak usia dini yaitunya: anak sering takut tampil kedepan serta sering menangis ketika ditinggal oleh orang tuanya di dalam kelas, sering cemburu kepada teman-temannya, dan anak juga sering iri hati, ingin tahu yang tinggi serta hipersensitif dan agresifitas.

Identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1. Adanya anak merasa takut ketika ditinggalkan oleh orang tuannya.

2. Adanya anak marah yang berlebihan. 3. Adanya anak iri hati kepada

teman-temannya.

4. Adanya anak ingin menang sendiri di dalam kelas.

5. Adanya anak tidak mau menunggu giliran apabila guru membagikan buku. 6. Adanya apabila sedang bermain

bersama anak sering agresif terhadap teman-temannya.

Batasan masalah penelitian ini adalah: 1. Permasalahn perkembangan sosial anak usia dini di TKN 01 KPGD Kabupaten Solok Selatan.

2. Permasalahn perkembangan emosi anak usia dini di TKN 01 KPGD Kabupaten Solok Selatan.

Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini di TKN 01 KPGD Kabupaten Solok Selatan”?

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Permasalahn perkembangan sosial anak usia dini di TKN 01 KPGD Kabupaten Solok Selatan.

2. Permasalahn perkembangan emosi anak usia dini di TKN 01 KPGD Kabupaten Solok Selatan.

Diawali pendapat Susanto (Yusuf, 2011:15) perkembangan adalah “Perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”.

(4)

Menurut Hildayani (2005:13) mengemukakan bahwa “Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai pada saat konsepsi (pembuahan) dan berlanjut disepanjang rentang kehidupan”. Menurut Hurlock (1978:250) menjelaskan bahwa perkembangan sosial adalah “Perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial”.

METODE PENELITIAN

1.

Penelitian ini telah dilakukan pada tahun 2015. Adapun tempat melaksanakan penelitian adalah

di

TKN 01 koto parik gadang diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Iskandar (2009: 17) mengemukakan Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau andaian, dalam hal ini dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan adalah untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang hendak digunakan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik TKN 01 Koto parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhnya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Riduwan (2010: 85) “Data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama”. Selanjutnya, Bungin (2005: 72) mengemukakan “Variabel interval adalah variabel yang dibangun dari pengukuran sehingga dalam pengukuran tersebut diasumsikan terhadap satuan pengukuran yang sama”.

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah primer dan data sekunder. Data primer yaitu primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden oleh peneliti. Data sekunder adalah data lengkap

yang diperoleh dari orang yang mengetahui tentang masalah penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket. Angket tersebut disusun oleh peneliti untuk mengungkapkan bagaiman permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Permasalahan Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia Dini di TKN 01 Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan

penelitian tentang permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini diketahui bahwa 55 orang tua peserta didik terdapat 43 orang tua peserta didik (78,18%) berada pada kategori cukup banyak dalam pemasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini. Hal tersebut dapat dilihat dari setiap sub variabel yang menunjukkan dilihat dari aspek permasalahan perkembangan sosial terdapat 36 orang tua peserta didik (65.45%)) dari 55 orang tua peserta didik berada pada kriteria cukup banyak dan dilihat dari permasalahan perkembangan emosi terdapat 40 orang tua peserta didik (72,72%) dari 55 orang tua peserta didik berada pada kriteria cukup banyak dalam permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini.

Berdasarkan hasil penelitian tentang permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini secara gambaran umum dapat disimpulkan bahwa permasalahan perkembangan anak usia dini cukupbanyak oleh karena itu orang tua peserta didik harus rajin memberikan contoh yang baik kepada anak serta megamati kegiatan anak sehngga perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.

a. Permasalahan Perkembangan Sosial Anak Usia Dini.

Dilihat dari hasil penelitian terhadap orang tua peserta didik dari permasalahan perkembangan sosial dari segi ketidak patuhan dengan uraian sebanyak 38.18% dengan kriteria cukup banyak dari segi

(5)

temper tantrum sebanyak 49.09% dengan kriteria cukup banyak dari segi perilaku agresif dengan uraian sebanyak 58.18% dengan kriteria cukup banyak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan perkembangan sosial anak usia dini dilihat dari berbagai indikator adalah cukup banyak. Menurut Wahyudin dan Agustin (2011:45) mengemukakan “Kemampuan bersosialisasi adalah suatu kemampuan lain yang harus dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain.

Nurhisan dan Agustin (2011:36) menjelaskan “Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerjasama.

Menurut

Hurlock

(1978:258)

“Perkembangan sosial mengikuti suatu

pola, yaitu suatu urutan perilaku sosial

yang teratur, dan pola ini sama pada

semua anak didalam suatu kelompok

budaya. Juga ada pola sikap anak tentang

minat terhadap aktivitas sosial dan

pilihan teman. Hal ini memungkinkan

adanya jadwal waktu sosialisasi”. Secara

normal semua anak menempuh beberapa

tahap sosialisasi pada umur yang kurang

lebih sama.

Selanjutnya pada jenis perkembangan yang lain, anak yang pandai mengalami percepatan, sedangkan yang tidak cerdas mengalami pelambatan. Kurangnya kesempatan untuk melakukan hubungan sosial dan untuk belajar bergaul secara baik dengan orang lain juga memperlambat perkembangan yang normal.

Menurut Wiyani (2014:29) Karakteristik perkembangan sosial anak usia dini dapat diartikan dengan ciri khas berbagai perubahan terkait dengan kemampuan anak usia 0-6 tahun dalam menjalin relasi dengan

dirinya sendiri maupun dengan orang lain untuk mendapatkan keiginannya.

Pada usia 0-3 bulan anak menjalin hubungan dengan orang lain dengan tangisannya, ekspresi wajah, dan gerak badannya, tidak dengan perkataannya. Itulah sebabnya orang tua harus aktif belajar tentang arti tangisan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh anak. Anak pun demikian, dia akan belajar arti dari ibu dan bapaknya mulai dari nada suaranya, cara menyentuh, dan sikapnya.

Pada usia 4-6 bulan, kemampuan menjalin hubungan pada bayi akan berkembang seiring dengan kebutuhannya untuk bertemu orang lain dengan lebih sering. Pada usia ini, bayi akan lebih menyadari keberadaan orang lain termasuk orang lain di sekitarnya. Bayi juga akan mengunakan senyuman, mata, dan suara untuk menarik perhatian dan perkembangan dengan orang lain. Bayi pada usia ini sangat bersemagat jika bertemu dengan orang lain yang membuatnya nyaman. Jika diusia 4-6 bulan, anak terlihat diam saja jika ada orang yang asing didekatnya, maka pada usia 7-9 bulan ia mulai menunjukkan perubahan.

Wiyani (2014:33) mengemukakan Pada usia 19-24 bulan, bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk membantah apa yang sudah ditetapkan. Ia mengiginkan agar kemampuannya dituruti dan disetujui. Pada sisi yang lain, kepercayaan dirinya juga berkembang lebih pesat, walau ia masih sering menangis jika tidak berhasil melakukan suatu kegiatan.

Kemudian pada usia 2-3 tahun, anak mulai menjalin hubungan pertemanan. Dalam hubungan pertemanan tersebut, anak ingin disukai oleh teman-temannya. Anak ingin bisa bermain dengan sebanyak mungkin teman. Anak mulai memahami bahwa fungsi pertemanan adalah untuk berbagi, memberi dukungan, bergantian, dan berbagi keterampilan sosial lainnya. Hubungan pertemanan anak mulai meningkat di usia 3-4 tahun. Peningkatan tersebut terjadi seiring dengan perkembangan aspek moralitas pada anak. Anak mulai mengenali mana yang benar dan mana yang tidak benar. Perkembangan aspek moralitas tersebut juga menjadikan anak dapat bermain bersama dengan teman-temannya.

(6)

Pola pertemanan dan hubungan anak sudah lebih stabil pada usia 4-5 tahun. Hal itu disebabkan anak sudah memahami adanya aturan, bahkan tidak hanya ketika bermain di lingkungan sekolah, tetapi juga dalam perilakunya di rumah. Dengan adanya kemampuan perkembangan sosial pada anak usia 4-5 tahun, pada usia 5-6 tahun terjadi peningkatan kemampuan perkembangan sosial pada anak usia 5-6 tahun. Faktor penambahan usia menjadi penyebabnya, dengan pertambahan usia tersebut anak menjadi lebih banyak bermain dan bercakap-cakap dengan anak lainnya, khususnya dengan teman-temannya.

Susanto (2011:41) menjelaskan bentuk-bentuk tingkah laku sosial sebagai berikut: 1. Pembangkangan (negativism), terjadi pada

anak mulai usia 18 bulan sampai tiga tahun, yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Dalam hal ini, sebaiknya orang tua mau memahami tentang proses perkembangan anak, yaitu bahwa secara naluriah anak itu mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi dependent (ketergantungan) keposisi independent (bersikap mandiri). 2. Agresi , yaitu perilaku yang menyerang

balik secara fisik maupun kata-kata. Agresi ini merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya)

3. Berselisih atau Bertengkar, terjadi apabila seorang anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain, seperti diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut barang atau mainannya.

4. Menggoda, yaitu merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan). Sehingga menimbulkan reaksi marah pada orang yang diserangnya.

5. Persaingan, yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorang atau distimulasi oleh orang lain.

6. Kerjasama, yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok.

7. Tingkah laku berkuasa, yaitu sejenis tingkah laku yang menguasai situasi sosial, mendominasi, atau bersikap bossiness.

8. Mementingkan diri sendiri, yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya.

9. Simpati, yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerjasama dengannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan perkembangan sosial anak usia dini sangat penting karena dalam perkembangan ini anak akan menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, moral, dan tradisi meleburkan diri menjadi suatu kesatuan, saling berkomunikasi dan bekerjasama, maka dari dari itu guru dan orang tua sangat berperan dalam membantu perkembangan anak supaya perkembangan anak dapat berjalan dengan baik.

b. Permasalahan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.

Dilihat dari hasil penelitian terhadap orang tua peserta didik dari permasalahan perkembangan emosi dari segi penakut dengan uraian sebanyak 60.00% dengan kriteria cukup banyak dari segi pencemas sebanyak 49.09% dengan kriteria cukup banyak dari segi pemalu dengan uraian sebanyak 70.91% dengan kriteria cukup banyak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permasalahan perkembangan emosi anak usia dini dilihat dari berbagai indikator adalah cukup banyak.

Menrut Lazarus (Masher, 2011:16 ) menyatakan bahwa emosi adalah satu keadaan yang komplek pada diri organisme, yang meliputi perubahan secara badaniah dalam bernafas, detak jantung, perubahan kelenjar dan kondisi mental.

Aisyah, dkk (2008:9.23 ) mengemukakan ciri khas emosi pada anak adalah sebagai berikut:

1. Emosi yang kuat

Anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang serius.

(7)

Anak-anak yang sering kali memperlihatkan emosi mereka meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi.

3. Emosi bersifat sementara

Emosi pada anak bersifat tidak tahan lama, seperti peralihan yang cepat pada anak kecil dari tertawa, kemudian menangis atau dari marah ke tersenyum atau dari cemburu ke sayang.

4. Reaksi emosi mencerminkan individualitas

Perilaku yang menyertai berbagai emosi semakin diindividukan karena pengaruh faktor belajar dan lingkungan.

5. Emosi berubah kekuatannya

Dengan bertambahnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat kuat akan berkurang kekuatannya, sedangkan emosi yang tadinya lemah akan berubah menjadi kuat.

6. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku.

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan, ciri khas emosi pada anak yaitunya: emosi yang kuat, emosi sering kali tampak, emosi bersifat sementara, reaksi emosi mencerminkan individualitas, emosi berubah kekuatannya.

Desmita (Mashar, 2011:25) menjelaskan “Pola perkembangan emosi anak dimulai sejak anak berada dalam kandungan (prenatal)”. Dan setelah lahir perkembangan emosi disertai dengan:

a. Perkembangan temperamen

Temperamen merupakan salah satu dimensi psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional serta merespon. Secara sederhana temperamen dapat diartikan sebagai perbedaan kualitas dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku individual yang terlihat sejak lahir, yang relatif stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman.

b. Perkembangan kedekatan (attachment) Herbert (Masher, 2011:25) attachment diartikan sebagai ikatan antara dua individu atau lebih, sifatnya adalah hubungan psikologis yang diskriminatif

dan spesifik, serta mengikat seseorang dengan orang lain dalam rentang waktu dan ruang tertentu. Rasa kedekatan ini terbagi menjadi dua yaitu: kedekatan yang aman dan ketertarikan yang tidak aman.

c. Perkembagan rasa percaya (trust) Pada perkembangan anak megalami rasa percaya dan rasa tidak percaya. Rasa percaya akan cenderung memunculkan rasa aman dan percaya diri pada anak. Begitupun rasa tidak percaya akan berakibat pada rasa tidak aman dan ketidakpercayaan diri.

d. Perkembangan otonomi

Desmita (Mashar 2011:26) merujuk perkembangan otonomi sebagai kebebasan individu manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang dapat memerintah, menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Otonomi perkembangan sesuai dengan perkembangan kemampuan mental dan motorik anak.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia dini biasanya ditandai dengan sifat menyerang, menghindar, mendekat, menangis, ekspresi wajah dengan demikian guru dan orang tua sangatlah perperan penting dalam membantu perkembangan emosi anak sehingga perkembangan emosi anak dapat berjalan dengat baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dni di TKN 01 Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan sebagai berikut:

1. Permasalahan perkembangan sosial anak usia dni di TKN 01 Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan dilihat dari aspek perkembangan sosial berada pada kategori cukup banyak.

2. Permasalahan perkembangan emosi anak usia dni di TKN 01 Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan dilihat dari aspek perkembangan emosi berada pada kategori cukup banyak.

(8)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran untuk:

1. Guru TK, setelah mengetahui permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini, guru TK dapat membantu perkembangan sosial dan emosi anak usia dini dengan baik. 2. Orang tua, setelah mengetahui

permasalahan perkembangan sosial dan emosi anak usia dini, agar meningkatkan pola asuh dengan membina, mengarahkan, membimbing dan memimpin anak supaya tercapai perkembangan sosial dan emosi dilalui leh anak.

3. Pengelola program studi bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat, agar dapat lebih meningkatkan potensi dan kemampuan calaon guru bimbingan dan konseling untuk kedepannya.

4. Peneliti selanjutnya, agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai pedoman dan acuan serta dapat melanjutkan penelitian ini dengan melihat variabel yang berbeda.

(9)

KEPUSTAKAAN

Aisyah, Siti dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta :universitas terbuka.

Bungin, M. Burhan. 2005. Metode penelitian kuantitatif: Komunikasi Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu Sosial Lainnya (Edisi Kedua). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Hildayani, dkk. 2005. Ppsikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press. Nurihsan dan Mubiar Agustin. 2011.

Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja: Tinjauan Psikologi, Pendidikan, dan Bimbingan. Bandung: Refika Aditama.

Riduwan. 2010. Beajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabata.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Wahyudin, Unyu dan Agustin, Mubir. 2011. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama. Wiyani, Novan Ardy. 2002. Psikologi

Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian: Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Pres.

Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Bandung: Remaja R

osdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

tabaci yang menyerang tanaman kedelai di Brasil dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut: nimfa dan imago adalah penghisap cairan pada floem menyebabkan jaringan daun

Novel Aku Masenja bercerita tentang pengabdian dan perjuangan seorang guru muda bernama Rona Masenja. Masenja memang tergolong baru bergelut dalam dunia

Form persediaan ini berisi daftar persediaan yang ada pada perusahaan serta dapat berfungsi menambah atau mengganti persediaan barang. Gambar 4.29

Pada saat ini banyak sekali orang-orang yang memulai usaha dengan cara berwirausaha atau membuka lapangan kerja sendiri dengan berbagai macam bidang yang dapat

Setelah mengetahui definisi dan batasan toleransi di atas ada hal yang perlu diingat bahwa toleransi tidak dapat diartikan bahwa seseorang yang telah mempunyai keyakinan

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya, sehingga penulis berhasil menyusun Tugas Akhir dengan Judul

[r]

Kegiatan literasi baca tulis yang dilaksanakan secara konsisten dapat digunakan sebagai pembentuk kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas V di SD Brawijaya Smart School,