• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORUM ARKEOLOGI SERI PENERBITAN. ISSN : /E/KPT/2018 Volume 33, Nomor 2, Oktober 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORUM ARKEOLOGI SERI PENERBITAN. ISSN : /E/KPT/2018 Volume 33, Nomor 2, Oktober 2020"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SERI PENERBITAN

FORUM

ARKEOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BALAI ARKEOLOGI BALI

2020

ISSN : 0854-3232

30/E/KPT/2018

Volume 33, Nomor 2, Oktober 2020

(2)

ii

ISSN : 0854-3232

30/E/KPT/2018

SERI PENERBITAN

FORUM ARKEOLOGI

Volume 33, Nomor 2, Oktober 2020

Jurnal Forum Arkeologi terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober. Terbit pertama

kali pada bulan Januari 1988. Memuat pemikiran ilmiah, hasil penelitian atau tinjauan/ ulasan tentang

kearkeologian.

Penanggungjawab

:

Dr. I Made Geria, M.Si (Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)

Pengarah : Drs. I Gusti Made Suarbhawa (Kepala Balai Arkeologi Bali)

Ketua Dewan Redaksi :

Ati Rati Hidayah, S.S, M.A (Arkeologi Prasejarah - BALAR)

Anggota Dewan Redaksi

: I Wayan Sumerata, S.S. (Arkeologi Sejarah - BALAR)

I Nyoman Rema, S.S., M.Fil.H (Arkeologi Sejarah - BALAR)

Ni Putu Eka Juliawati, S.S., M.Si (Manajemen Arkeologi - BALAR)

I Putu Yuda Haribuana, S.T (Arkeologi Lingkungan - BALAR)

Luh Suwita Utami, S.S (Arkeologi Sejarah - BALAR)

Hedwi Prihatmoko, S.Hum (Arkeologi Sejarah - BALAR)

Gendro Keling, S.S., M.A (Arkeologi Sejarah - BALAR)

Ida Ayu Gede Megasuari Indria, S.S (Manajemen Arkeologi - BALAR)

Nyoman Arisanti, SE, M.Si (Manajemen Arkeologi - BALAR)

Mitra Bestari

: Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardhana, M.A (Sejarah - UNUD)

Prof. Dr. Dwi Purwoko (Agama dan Tradisi - LIPI)

Dr. I Nyoman Dana, M.Si. (Antropologi - UNUD)

Dr. I Made Sutaba, APU (Arkeologi Prasejarah - UNHI)

Drs. M. Bashori Imron, M.Si. (Ilmu Komunikasi dan Media - LIPI)

Prof. Ris. Dr. Harry Truman Simanjuntak (Prasejarah - Center for

Prehistory and Austronesian Studies)

Prof. Dr. I Wayan Ardika M.A (Arkeologi Prasejarah - UNUD)

Prof. Dr. Agus Aris Munandar (Arkeologi Klasik - UI)

Dr. Titi Surti Nastiti (Arkeologi Sejarah - Pusat Penelitian

Arkeologi Nasional)

Drs. Bambang Budi Utomo (Arkeologi Maritim - Pusat Penelitian

Arkeologi Nasional)

Drs. Tjahjono Prasodjo M.A (Epigrafi - UGM)

Sekretariat

Anak Agung Ngurah Bayu Dharma Putra

Alamat Redaksi

Balai Arkeologi Bali

Jl. Raya Sesetan no. 80 Denpasar

Telp. (0361) 224703, Fax. (0361) 228661

Email: forumarkeologi@kemdikbud.go.id

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmatNya Forum

Arkeologi Volume 33 Nomor 2 Tahun 2020 dapat kami terbitkan. Forum Arkeologi pada edisi kali

ini merupakan edisi pertama setelah Forum Arkeologi terindeks DOAJ sehingga diharapkan dapat

menyampaikan hasil penelitian secara lebih luas lagi daripada sebelumnya. Pengelolaan jurnal yang

lebih professional dan kualitas yang lebih baik akan selalu kami tingkatkan dan kedepan, penggunaan

bahasa internasional menjadi lebih seiring dengan indeksasi jurnal yang diharapkan juga terus

meningkat. Pada edisi kali ini jurnal Forum Arkeologi menerbitkan enam artikel dengan topik yang

beragam. Keragaman tema artikel nampak dalam edisi kali ini dan cukup menarik karena membahas

beberapa hal yang terkait dengan kekinian, seperti analisis fitolit, pembahasan mengenai feng shui,

tradisi berlanjut di Lombok, tempat pembelajaran dari Masa Bali Kuno, makam kuno hingga temuan

keramik di situs arkeologi.

Enam artikel yang dimuat dalam edisi ini ditulis oleh para peneliti dan juga akademisi. Artikel

pertama ditulis oleh fresh graduate Aldhi Wahyu Pratama yang mengulas mengenai analisis fitolit

dengan judul “Perkembangan Analisis Fitolit dan Penerapannya Dalam Arkeologi di Indonesia”.

Meskipun nampaknya ulasan mengenai tahapan dalam metode analisis lebih mendalam, namun

artikel ini sangat bermanfaat, terutama bagi para peneliti yang akan menggunakan metode ini.

Artikel kedua ditulis oleh gabungan dari tim yang terdiri dari beberapa peneliti yaitu Churmatin

Nasoichah, Andri Restiyadi, Repelita Wahyu Oetomo, Nenggih Susilowati, Ery Soedewo (Balai

Arkeologi Medan), Khairunnisa dan Ivonne Visse Karina Purba (Museum Negeri Provinsi Sumatera

Utara) dengan judul “Konteks Penguburan Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap”.

Artikel ini mengulas mengenai hasil temuan penelitian dengan metode ekskavasi di kompleks

makam kuno yang dipadukan dengan hasil wawancara. Konteks penguburan yang dibahas dalam

artikel ini disimpulkan merupakan konteks penguburan dari masa sebelum Islam, dan selaras dengan

kepercayaan sebelum perkembangan Islam di wilayah tersebut.

Artikel ketiga ditulis oleh Kadek Dedy Prawira Jaya, Heri Purwanto dan Coleta Palupi Titasari

yang merupakan kolaborasi dari Universitas Udayana dan Universitas Hindu Negeri dengan judul

“Gunung Kawi Temple Tampaksiring: Religious Education Site During Ancient Bali”. Artikel ini

membahas mengenai tinggalan arkeologi yang sudah tidak asing lagi yaitu Candi Gunung Kawi,

namun dari sisi yang cukup berbeda, dengan memberikan ulasan mengenai fungsi candi tersebut

sebagai tempat belajar pada masa Bali Kuno. Artikel ini juga merupakan artikel pertama yang ditulis

dalam Bahasa Inggris.

Artikel keempat, ditulis oleh Eka Asih Putrina Taim dari Puslitarkenas, berjudul “Sebaran

Keramik Asing Pada Masa Sriwijaya (Abad Ke-7-13 Masehi) Di Pesisir Timur Sumatera Selatan:

Bukti Kronologi Dan Hubungan Internasional” membahas mengenai karakteristik temuan keramik

di situs arkeologi di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan berusaha mengkaitkannya dengan jalur

pelayaran dan perdagangan pada masa Sriwijaya.

Artikel kelima ditulis oleh Gendro Keling (Balai Arkeologi Bali) dan Mimi Savitri (Universitas

Gadjah Mada) dengan judul “Mencari Naga Di Pulau Dewata: Kajian Feng Shui Pada Beberapa

Kelenteng Abad XIX”. Artikel ini cukup menarik dengan mempergunakan judul dengan bahasa yang

lebih popular, membahas mengenai penerapan feng shui pada kelenteng di Pulau Bali. Artikel ini

menyuguhkan banyak pembahasan mengenai sejarah feng shui dan juga makna dibaliknya, selain

juga membahas beberapa penerapannya di kelenteng yang berada di Bali. Menurut penulis, kelenteng

(4)

iv

di Bali tidak sepenuhnya menerapkan feng shui secara utuh, namun telah beradaptasi dengan budaya

lokal.

Artikel terakhir, ditulis oleh I Made Purna dari BPNB Bali, dengan judul “Merajut Pluralisme

Di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat” Artikel ini membahas

mengenai living tradition di Pura Taman Lingsar yang telah didirikan sejak masa Kerajaan Karangasem.

Ulasan dalam artikel ini membahas mengenai material culture berupa beberapa bagian pura yang

dipergunakan oleh masyarakat yang berbeda keyakinan, serta tradisi yang masih berjalan hingga kini.

Seperti judulnya, artikel ini berusaha memaparkan adanya hal yang melatarbelakangi hubungan yang

harmonis di Pura Taman Lingsar, dan upaya untuk saling menjaga keharmonisan tersebut.

Kami berharap artikel yang diterbitkan di edisi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Kami menyadari sebagai pengelola jurnal masih banyak kekurangan dan kami mohon saran dan kritik

yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas. Terimakasih kami sampaikan pada seluruh tim

redaksi, Mitra Bestari, Mitra Bestari Lepas yaitu Prof. Ris, Nanik Harkatiningsih dan seluruh pihak

yang telah memberikan bantuan dan dukungan pada terbitan ini.

Denpasar, Oktober 2020

Dewan Redaksi

(5)

ISSN : 0854-3232

30/E/KPT/2018

Volume 33, Nomor 2, Oktober 2020

SERI PENERBITAN

FORUM

ARKEOLOGI

DAFTAR ISI

Perkembangan Analisis Fitolit dan Penerapannya Dalam Arkeologi di Indonesia ... 77-88

The Development of Phytolith Analysis and it’s Application to Archaeology in Indonesia

Aldhi Wahyu Pratama

Konteks Penguburan Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap ... 89-100

Burial Context of the Ancient Tomb Complex of Sutan Nasinok Harahap

Churmatin Nasoichah; Andri Restiyadi; Repelita Wahyu Oetomo;

Nenggih Susilowati; Ery Soedewo; Khairunnisa; Ivonne Visse Karina Purba

Gunung Kawi Temple Tampaksiring:

Religious Education Site During Ancient Bali ... 101-120

Candi Gunung Kawi Tampaksiring:

Tempat Pendidikan Agama pada Masa Bali Kuno

(6)

vi

Sebaran Keramik Asing Pada Masa Sriwijaya (Abad Ke-7-13 Masehi)

di Pesisir Timur Sumatera Bagian Selatan:

Bukti Kronologi dan Hubungan Internasional ...

121-130

The Distribution of Foreign Ceramics in Srivijayan Era (7th – 13th Century AD)

in the East Coast of Southern Sumatera: Evidence of Chronology and International Relations

Eka Asih Putrina Taim

Mencari Naga di Pulau Dewata:

Kajian Feng Shui Pada Beberapa Kelenteng Abad XIX ... 131-150

Looking for Dragons in Dewata Island:

Feng Shui Study on XIX Century Chinese Kelentengs

Gendro Keling dan Mimi Savitri

Merajut Pluralisme di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar

Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat ... 151-168

Pluralism Knitting in Lingsar Village, Lingsar Sub-district,

Lombok Barat, West Nusa Tenggara

(7)

FORUM ARKEOLOGI

Volume 33, Nomor 2, Oktober 2020 ISSN: 0854-3232

DC: 930.1

Churmatin Nasoichah; Andri Restiyadi; Repelita Wahyu Oetomo; Nenggih Susilowati; Ery Soedewo; Khairunnisa; Ivonne Visse Karina Purba

Konteks Penguburan Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 2, Oktober 2020, Hal. 89-100

Bentuk penguburan di Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap berupa gundukan tanah yang pada bagian tepiannya dibatasi oleh batu-batu pipih. Permasalahannya adalah bagaimanakah konteks penguburan serta karakteristik makam di Kompleks Makam Kuno Sutan Nasinok Harahap? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konteks penguburan dan mengenali karakteristik kompleks makam tersebut. Penelitian ini menggunakan model penalaran induktif. Dilihat dari karakteristiknya, belum terlihat karakteristik makamnya, hanya orientasi makam yang menunjukkan belum adanya pengaruh Islam. Terkait konteks penguburannya, makam berada di lokasi yang jauh dari sungai, tinggi (dolok) dan berada dalam zona banua partoru sedangkan Lobu Gunung Tua Batang Onang berada di banua tonga yang berdekatan dengan zona banua parginjang (dekat dengan sungai).

Kata kunci: konteks penguburan, karakteristik makam, makam kuno, Sutan Nasinok Harahap, lobu.

DC: 930.1

Aldhi Wahyu Pratama

Perkembangan Analisis Fitolit dan Penerapannya Dalam Arkeologi di Indonesia

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 2, Oktober 2020, Hal. 77-88

Metode analisis dalam arkeologi dewasa ini semakin berkembang, termasuk pendekatan arkeobotani dengan menggunakan analisis fitolit. Selain data mikrobotani lain seperti polen dan starch, fitolit memiliki keuntungan tersendiri yang mampu bertahan di dalam tanah dengan kondisi yang cukup ekstrim. Namun, di Indonesia sendiri analisis fitolit dalam arkeologi relatif sedikit digunakan dalam upaya rekonstruksi lingkungan masa lalu. Sementara itu fitolit telah digunakan dalam penelitian ilmu lain seperti paleoklimatologi, paleoekologi, paleoetnobotani. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan fitolit sebagai data arkeologi dan implementasinya dalam arkeologi di Indonesia. Data penelitian ini berfokus pada ulasan beberapa penelitian di dunia termasuk di Indonesia yang telah menggunakan data fitolit sebagai data arkeologi. Berdasarkan hasil penelitian arkeologi dengan menggunakan data fitolit dalam tulisan ini dapat memberikan gambaran lingkungan masa lalu, pemanfaatan tumbuhan, dan juga pola diet manusia. Selain itu prospek penelitian dengan menggunakan analisis fitolit di Indonesia masih terbuka lebar yang juga dijelaskan dalam tulisan ini.

Kata kunci: arkeobotani, analisis fitolit, lingkungan masa lalu.

(8)

viii

DC: 930.1

Kadek Dedy Prawirajaya R; Heri Purwanto; Coleta Palupi Titasari;

Candi Gunung Kawi Tampaksiring: Tempat Pendidikan Agama pada Masa Bali Kuno

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 2, Oktober 2020, Hal. 101-120

Kajian terhadap bangunan suci yang berfungsi sebagai tempat pendidikan agama masa lalu yang sering disebut dengan mandala kadewaguruan jarang disentuh oleh peneliti. Candi Gunung Kawi Tampaksiring sebagai salah satu bangunan suci keagamaan masa lalu telah memberikan petunjuk bahwa kemungkinan tempat ini difungsikan juga sebagai ruang belajar – mengajar. Untuk itu studi ini ingin menelusuri bukti – bukti yang memperkuat dugaan tersebut dan ingin menjelaskan kehidupan masyarakat pendukungnya. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung ke lapangan (observasi) dan studi pustaka. Analisis data yaitu mengunakan analisis kualitatif, kontekstual, dan komparatif. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa Candi Gunung Kawi Tampaksiring merupakan sebuah bangunan suci yang berstatus sebagai mandala kadewaguruan. Hal ini buktikan dengan beberapa variabel yakni tempat yang luas, ditemukan berbagai tinggalan arkeologi keagamaan, ditemukan gerabah, dan diberitakan dalam prasasti. Kehidupan yang dilakukan oleh kaum ṛṣi dan pertapa menunjukkan aktivitas yang kompleks yakni memenuhi kebutuhan sosial yang berkenaan dengan kegiatan estafet pendidikan agama, memenuhi kebutuhan religius yang senantiasa mengadakan berbagai upacara keagamaan, dan memenuhi kebutuhan hidup yang berkaitan dengan makanan dan minuman.

Kata kunci: gunung kawi, kaum ṛṣi, mandala kadewagruan.

DC: 930.1

Eka Asih Putrina Taim

Sebaran Keramik Asing Pada Masa Sriwijaya (Abad Ke-7-13 Masehi) Di Pesisir Timur Sumatera Bagian Selatan: Bukti Kronologi Dan Hubungan Internasional

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 2, Oktober 2020, Hal. 121-130

Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara. Perdagangan merupakan salah satu unsur utama yang membuatnya terkenal. Keramik salah satu artefak yang paling banyak ditemukan diberbagai situs masa Sriwijaya di Sumatera bagian selatan. Fragmen keramik tersebut ditemukan diberbagai karakteristik situs, dari permukiman hingga keagamaan, dan merupakan salah satu indikasi kuat aktivitas masa lalu. Temuan keramik juga dapat mengetahui dimana diproduksi dan kronologi relatifnya. Manfaat lebih lanjut dari temuan keramik asing, dapat melacak aktivitas masa lalu hingga hubungan perdagangan internasional bahkan politis. Artikel ini akan membahas mengenai temuan keramik di wilayah Sumatera Selatan dan hal-hal yang melatarbelakangi keberadaanya di masa lalu terutama di masa Sriwijaya. Metode yang digunakan metode kualitatif dengan menganalisa bentuk, asal dan kronologi keramik serta hubungan keberadaannya pada tiap situs. Tujuan artikel ini memberikan gambaran tentang persebaran keramik kuno terutama dari Cina yang berada di Situs-situs arkeologi masa Sriwijaya di Sumatera Selatan pada abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi (masa Sriwijaya). Hasil penelitian berupa gambaran mengenai sebaran jenis temuan keramik Cina yang ditemukan di Situs-situs masa Sriwijaya berdasarkan bentuk dan kronologi sehingga dapat diketahui fungsi dan peranannya.

Kata kunci: keramik kuno, Sumatera Bagian Selatan, masa sriwijaya.

(9)

DC: 930.1

Gendro Keling dan Mimi Savitri

Mencari Naga Di Pulau Dewata: Kajian Feng Shui Pada Beberapa Kelenteng Abad XIX

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 2, Oktober 2020, Hal. 131-150

Feng shui adalah konsep harmonisasi alam dan lingkungan

yang merupakan landasan spiritual masyarakat Tionghoa dalam mendirikan sebuah bangunan, termasuk sarana ibadah (kelenteng). Konsep feng shui juga diterapkan pada kelenteng-kelenteng di Bali yang dibangun sekitar abad ke-19 Masehi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan feng shui yang tercermin dalam aspek-aspeknya dan mengklasifikasikan jenis kelenteng yang ada di Bali. Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi lapangan dan wawancara. Data-data yang diperoleh di lapangan ini kemudian dikumpulkan, serta dilakukan pengolahan dan analisis lebih lanjut. Hasil penelitian yang didapat dari lapangan yaitu adanya penerapan feng shui pada beberapa aspek, baik penerapan secara penuh maupun parsial dan adaptasi terhadap aspek feng shui tersebut. Berdasarkan jenis klasifikasinya, di Bali terdapat 3 (tiga) jenis kelenteng yaitu Kelenteng Tao, Kelenteng Umum dan Kelenteng Masyarakat.

Kata kunci: feng shui, kelenteng, Bali, klasifikasi, arsitektur.

DC: 930.1

I Made Purna

Merajut Pluralisme Di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 2, Oktober 2020, Hal. 131-150

Desa Lingsar di Pulau Lombok memiliki keunikan utama yaitu terdapat dua tempat ibadah, pura dan kemaliq serta perang topat yang dihormati bersama antara umat Hindu dari suku bangsa Bali dan Islam Wetu Telu dari suku bangsa Sasak. Selain itu desa ini juga memiliki tradisi yang menyatukan antara umat Hindu dengan Islam Wetu

Telu, yaitu berupa tradisi slamatan dan pemakaman

bersama. Rujukan utama yang dipakai dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan menjalankan tradisi tersebut oleh kedua suku bangsa dan dua umat tersebut, adalah dengan mewujudnyatakan sikap pluralis sebagai langkah saling menghormati dan toleran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keberadaan simbol-simbol agama Hindu dan Islam Wetu Telu sebagai media pemujaan, dan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pluralisme di Pura Taman Lingsar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data primer didapat dengan cara observasi dan wawancara dengan aparat desa, tokoh agama, budayawan, dari umat Hindu dan Islam Wetu

Telu. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari

sumber-sumber pustaka. Hasil penelitian menginformasikan bahwa kehidupan masyarakat di Desa Lingsar harmonis, dengan saling menghargai dan menghormati satu sama lain, dari hasil persepsi terhadap simbol-simbol agama Hindu dan Islam Wetu Telu. Simbol-simbol tersebut baik berupa fisik maupun non fisik merupakan bagian dari sistem simbol yang membangun hubungan yang sinergis, membangun tatanan sosial religius antara umat Hindu dengan umat Islam Wetu Telu di Lombok.

Kata kunci: pluralisme, toleransi, harmonis, hindu, islam

(10)

x

FORUM ARKEOLOGI

Volume 33, Number 2, October 2020 ISSN: 0854-3232

These abstracts can be copied without permission and fee

DC: 930.1

Aldhi Wahyu Pratama

The Development of Phytolith Analysis and it’s Application to Archaeology in Indonesia

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 1, Oktober 2020, Hal. 77-88

Nowadays, the method of analysis in archaeology is growing, including the archaeobotany approach by using phytolith analysis. Apart from other microbotany data such as pollen and starch, phytolith has the advantage of being able to survive in the soil under fairly extreme conditions. Phytolite analysis is still rarely used in Indonesia for reconstructing the past environment. Meanwhile, it has been used in other scientific researches such as paleoclimatology, paleoecology, paleoethnobotany. The purpose of this research is to explain phytolith as archaeological data and its implementation in archeology in Indonesia. This research data focuses on reviews of several studies which have used phytolith data as archaeological data in the world, including in Indonesia. Based on the results of archaeological research using phytolith data in this paper, it can provide an overview of the past environment, plant use, and human dietary patterns. Research prospects using phytolith analysis in Indonesia are still wide open which is also described in this paper.

Keywords: archaeobotany, phytolith analysis, past environment.

DC: 930.1

Churmatin Nasoichah; Andri Restiyadi; Repelita Wahyu Oetomo; Nenggih Susilowati; Ery Soedewo; Khairunnisa; Ivonne Visse Karina Purba

Burial Context of the Ancient Tomb Complex of Sutan Nasinok Harahap

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 1, Oktober 2020, Hal. 89-100

The form of burial in the ancient tomb complex of Sutan Nasinok Harahap is in the form of a mound of land bordered by flat stones. The problem is what the burial context and the characteristics of the tomb in the Sutan Nasinok Harahap Ancient Tomb Complex? The purpose of this study is to determine the context of burial and recognize the complex characteristics of the tomb. This study uses an inductive reasoning model. Judging from the characteristics, the characteristics of the tomb have not yet been seen, only the orientation of the tomb indicates the absence of Islamic influence. Related to the burial context, the tomb is located far from the river, on a high place (dolok) and is in the banua partoru zone while Lobu Gunung Tua Batang Onang is in banua tonga which is adjacent to the banua parginjang zone (close to the river).

Keywords: burial context, characteristics of graves, ancient graves, sutan nasinok harahap, lobu

(11)

DC: 930.1

Kadek Dedy Prawirajaya R; Heri Purwanto; Coleta Palupi

Titasari;

Gunung Kawi Temple Tampaksiring: Religious Education Site During Ancient Bali

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 1, Oktober 2020, Hal. 101-120

The study of sacred buildings that served as religious education sites in the past or often called as the rarely carried out by researchers. Gunung Kawi Temple Tampaksiring as one of the sacred religious buildings in the past has given hints of the possibility of this place used as learning and teaching space. For this reason, this study aims to find out the evidences that reinforce the assumption and to explain the life of the supporting community. Data was collected through observations and literature reviews. The data was analyzed by using qualitative, contextual and comparative analysis. The results of this study show that Gunung Kawi Temple is a sacred building with a Mandala Kadewaguruan status. It is proven by evidences such as, i.e. its wide place, variety of religious remains findings, ceramics findings, and inscription reports. The life of the rṣi dan hermits showed complex activities: meeting social needs related to learning and teaching,fulfilling religious needs by conducting various ceremonies as well as fulfilling the needs life related to foods and drinks.

Keywords: gunung kawi, ṛṣi, mandala kadewaguruan.

DC: 930.1

Eka Asih Putrina Taim

The Distribution of Foreign Ceramics in Srivijayan Era (7th – 13th Century AD) in the East Coast of Southern Sumatera: Evidence of Chronology and International Relations

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 1, Oktober 2020, Hal. 121-130

Srivijaya is the largest maritime kingdom in Southeast Asia, trade is one of the main elements that makes it famous. The traces of his greatness are spread not only in South Sumatra but also in neighboring countries. Ceramics are one of the most archaeological remains found in various archaeological sites during the Srivijaya period in southern Sumatra. These fragments can be found in various characteristics of the site, from settlements to religions, and are a strong indication of past activity. Ceramic findings can lead us to explore not only the shape and decoration but also the origin of the object produced and the relative chronology of each of these ceramics. Further benefits of the findings of foreign ceramics, can be traced from past activities to international trade relations and even political. This article will discuss the findings of foreign ceramics in the South Sumatra region and the background of its existence in the past, especially in the Sriwijaya era. Qualitative method is a method used to discuss these problems, namely by analyzing the shape, origin and chronology of ceramics, and the relationship of their existence at each site. Aim of this article give an idea of the distribution of ancient ceramics especially from Cina which were in the archaeological sites of the Srivijaya period in South Sumatra in the 7th to 13th centuries AD (Sriwijaya era). The result of the research is an illustration of the distribution of types of Chinese ceramic findings found in Sriwijaya period sites based on shape and chronology so that their function and role can be determined.

Keywords: ancient ceramic, South Sumatera, srivijaya era

(12)

xii

DC: 930.1

Gendro Keling dan Mimi Savitri

Looking for Dragons in Dewata Island: Feng Shui Study on XIX Century Chinese Kelentengs

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 1, Oktober 2020, Hal. 131-150

Feng shui is the concept of harmonizing nature and the environment which is the spiritual foundation of Chinese society for a building, including religious place (kelentengs). The concept of feng shui is also applied to kelentengs in Bali which were built around 19th century.

This research aims to identify application of feng shui which reflected in its aspects and classify the types of kelentengs in Bali. The method of data collection by literature study, field observations and interviews. The data obtained then carried out for further processing and analysis. Research result shows that feng shui, fully and partially implemented in several aspects and there are also adaptations toward those aspects. Based on the type of classification, in Bali there are 3 (three) types of kelentengs called Taoist Kelentengs, General Kelentengs and Community Kelentengs.

Keywords: feng shui, kelentengs, Bali, classification, architecture.

DC: 930.1 I Made Purna

Knitting Pluralism in Lingsar Village, Lingsar Sub-dis-trict, West Lombok, West Nusa Tenggara

Forum Arkeologi

Vol. 33, No. 1, Oktober 2020, Hal. 151-168

Lingsar village on the island of Lombok is unique. It has two places of worship, a temple and kemaliq, and also perang topat which is respected by the Balinese ethnic of Hindu and Wetu Telu Islam Sasak tribe. This village also has a tradition that unites Hindu and Islam Wetu Telu, in the form of slamatan and a joint funeral. The main reference used in carrying out daily life and tradition by the two ethnic groups, and the two devotees, is to materialize state the pluralist attitude as a pace of mutual respect and tolerance. The purpose of this research is to describe the existence of Hindu and Islam Wetu Telu symbols as a worship media, and to find out society’s perceptions to pluralism in Taman Lingsar temple. This research uses a qualitative method. Primary data were obtained by observation and interviews with village officials, religious leaders, humanists, from the Hindu and Muslim Wetu Telu. Secondary data were collected from library sources. The result informs that the life of people in Lingsar Village is harmonious, with mutual respect, from the perceptions of Hindu and Islam Wetu Telu symbols. These symbols, both physical and non-physical, are part of a symbol system that builds synergistic relationships, a religious social order between Hindu and Islam Wetu Telu in Lombok.

Keywords: pluralism, tolerance, harmony, hindu, islam wetu telu.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Allah Yang Kudus, atas berkat dan kasih sayang-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul "Pengembangan Aplikasi Deteksi Tepi Citra

sarn rn de deng ngan anju ju la la bi biay aya, a, at atau au ap apab abil il la laba bako kont ntri ribu busi si ha hany ny da dapa pa di digu guna naka ka un untu tu aj aj er er ut

Lengan ditahan dengan $ain gendongan se"ama  minggu dan sesudah itu dian8ur$an me"a$u$an pergera$an

benda uji D tidak diberi perlakuan dalam hal ini direndam dalam oli dan briket batubara. 2) Kayu sengon merupakan kayu dengan kelas kuat dan awet IV- V, yaitu kayu

Foto dan dokumentasi penghargaan Kota Balikpapan Tahun 2013 - 2014 V Pemohon datang langsung Permintaan sudah terpenuhi NO. Tanggal

3 Interpretasi Dalam lukisan “Mencari Kutu Rambut”, dapat diluhat bagaimana Hendra Gunawan mengungkapkan apa yang dilihat seniman dalam kehidupan yakni, kebiasaan

Demikian juga pada Pekerjaan Peningkatan Jalan IKK Ranoyapo cs, dari pengamatan awal peneliti memiliki faktor penyebab overhead dalam masa pelaksanaan pekerjaan

Bambu duri (B.blumeana) merupakan jenis bambu yang memiliki diameter yang besar dengan.. Sebaiknya jarak rumpun disesuaikan dengan jenis bambu sehingga semakin besar buluh