• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Nelayan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pemberdayaan Nelayan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Pemberdayaan Nelayan

Dr. Budy Wiryawan

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

IPB University

Adjunct Professor @ Murdoch University, Perth, Australia

MK Analisis Hukum Perikanan Tangkap

Kuliah 11 TPL 753 : 5/5/2021

(2)

Agenda Kuliah

001 Urgensi Perikanan Nelayan

002 Aspek Hukum Pemberdayaan Nelayan

003 Pemberdayaan Perikanan Skala Kecil FAO

004 Pemberdayayan Nelayan melalui RBFM

005 Pemberdayaan MDPI

006 Pembelajaran Riset di Sumbar

007 Penutup

(3)

001 Urgensi Pemberdayaan Nelayan

(4)

Latar Belakang

Penyedia Pangan bagi jutaan orang di dunia (Béné et al., 2016; Thilsted et

al., 2016).

Di Asia Tenggara, menyediakan lebih bahan pangan dari perikanan industry

(Teh and Pauly, 2018).

Definisi untuk membedakan dengan Skala Mengengah dan Besar.

Mempekerjakan lebih dari 10 juta orang

Banyak berasosiasi dengan ekosistem pesisir, sebagai daerah penangkapan

ikan.

Di Indonesia belum diatur dalam kerangka Pengelolaan Perikanan di WPP

(tidak memerlukan ijin penangkapan dan bebas pungutan)

(5)
(6)

REPUBLIK INDONESIA

Tipe Kapal

Jumlah Pekerjaan

6

Nelayan & Perikanan Skala Kecil di Indonesia

Motor tempel

Tanpa motor

Mesin < 10GT

Mesin > 10GT

Sumber: KP dalam Angka 2016, KKP 2017

25,19%

43,44%

27,67%

3,70%

Skala kecil

Skala industri

1.

Nelayan Penuh

: 1.319.627 jiwa

2.

Nelayan Sambilan Utama

: 919.582 jiwa

3.

Nelayan Sambilan Tambahan

: 404.693 jiwa

Small Scale Fisheries Contribute to the Majority of the National Fishing Fleet, Providing 95% of Employment and Very Important

aspect in the context of Local Food Security.

Jumlah kapal

perikanan (2015):

568.329 unit

Jumlah nelayan (2016):

2.643.902 jiwa

(7)

Sumberdaya Perikanan Pantai

• Avertebrata

• Ikan Demersal

• Ikan pelagis-pantai

WCS, 2019

amazine.co

Uptmuncar, 2019

(8)
(9)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan

Nelayan, Pembudi Daya Ikan dan Petambak Garam

Nelayan Kecil

Nelayan Tradisional

Nelayan Buruh

Nelayan Pemilik

Nelayan yang

melakukan

penangkapan ikan

untuk memenuhi

kebutuhan hidup

sehari-hari, baik yang

tidak menggunakan

kapal penangkap ikan

maupun yang

menggunakan kapal

penangkap ikan

berukuran paling

besar 10 (GT)

Nelayan yang

melakukan

penangkapan ikan di

perairan yang

merupakan hak

perikanan tradisional

yang telah

dimanfaatkan secara

turun-temurun sesuai

dengan budaya dan

kearifan lokal

Nelayan yang

menyediakan

tenaganya yang

turut serta dalam

usaha penangkapan

ikan

Nelayan yang memiliki

kapal penangkap ikan

yang digunakan dalam

usaha penangkapan

ikan dan secara aktif

melakukan

penangkapan Ikan

Nelayan

adalah Setiap Orang yang mata pencahariannya

melakukan Penangkapan Ikan.

(10)

Identifikasi Isu pemberdayaan Nelayan oleh KKP

ISU/MASALAH :

•RENDAHNYA AKSES NELAYAN

TERHADAP SUMBER

PENDANAAN, PASAR, IPTEK

DAN

KELEMBAGAAN

•PERLINDUNGAN USAHA

NELAYAN

•KESEJAHTERAAN NELAYAN

PERLU DITINGKATKAN

•LINGKUNGAN DAN SANITASI

YANG BURUK KAMPUNG

NELAYAN

•BELUM OPTIMAL PERAN

NELAYAN MENDUKUNG

PERIKANAN BERKELANJUTAN

PELUANG/

TANTANGAN:

• TERBUKANYA AKSES

PENDANAAN

LEMBAGA KEUANGAN

(PERBANKAN DAN

NON BANK)

• PROGRAM CSR

• PERKEMBANGAN

IPTEK

• DUKUNGAN

EKSTERNAL

ARAH KEBIJAKAN:

•PEMBERDAYAAN NELAYAN

•PERLINDUNGAN NELAYAN

•PENINGKATAN KAPASITAS SDM

NELAYAN

•PENINGKATAN KUALITAS

LINGKUNGAN RUMAH TANGGA

NELAYAN

PROGRAM/

KEGIATAN :

•FASILITASI AKSES NELAYAN

TERHADAP SUMBER

PENDANAAN, PASAR, IPTEK

DAN KELEMBAGAAN

•BANTUAN PREMI ASURANSI

NELAYAN DAN FASILITASI

ASURANSI NELAYAN

MANDIRI

•PENGEMBANGAN DAN

DIVERSIFIKASI USAHA

NELAYAN

•FASILITASI PELATIHAN

MANAJERIAL DAN USAHA

•PENGUATAN

KELEMBAGAAN USAHA

NELAYAN MELALUI

KELOMPOK/KOPERASI/

KORPORASI

•PENGEMBANGAN

KAMPUNG NELAYAN MAJU

YANG TERINTEGRASI

(11)

DATA NELAYAN

Laut Perairan

Umum Total (A)

2.265.859 378.043 2.643.902 1 Aceh 73.122 2.962 76.084 2 Sumatera Utara 219.527 15.638 235.165 3 Sumatera Barat 40.359 13.386 53.745 4 Riau 42.793 19.953 62.746 5 Kepulauan Riau 85.618 - 85.618 6 Jambi 14.744 11.610 26.354 7 Sumatera Selatan 18.650 52.459 71.109 8 Kepulauan Bangka Belitung 46.834 - 46.834 9 Bengkulu 21.097 4.569 25.666 10 Lampung 33.929 11.506 45.435 11 Banten 52.178 609 52.787 12 DKI Jakarta 2.863 - 2.863 13 Jawa Barat 74.949 16.917 91.866 14 Jawa Tengah 171.064 40.169 211.233 15 DI Yogyakarta 1.513 2.378 3.891 16 Jawa Timur 224.007 17.249 241.256 17 Bali 47.324 2.905 50.229 18 Nusa Tenggara Barat 64.953 2.693 67.646 19 Nusa Tenggara Timur 75.850 - 75.850 20 Kalimantan Barat 40.046 13.516 53.562 21 Kalimantan Tengah 19.659 37.281 56.940 22 Kalimantan Selatan 19.118 31.316 50.434 23 Kalimantan Timur 33.345 34.544 67.889 24 Kalimantan Utara 7.810 1.916 9.726 25 Sulawesi Utara 129.231 4.041 133.272 26 Gorontalo 19.548 2.395 21.943 27 Sulawesi Tengah 69.476 1.804 71.280 28 Sulawesi Selatan 154.701 8.180 162.881 29 Sulawesi Barat 58.463 - 58.463 30 Sulawesi Tenggara 90.674 2.770 93.444 31 Maluku 117.395 - 117.395 32 Maluku Utara 20.286 - 20.286 33 Papua 93.708 23.944 117.652 34 Papua Barat 81.025 1.333 82.358 Nelayan Provinsi No

Statistik 2016:

2.643.902 orang

Kategori Pendataan Nelayan:

Nelayan Penuh

Nelayan Sambilan Utama

Nelayan Sambilan Tambahan

Data KUSUKA Valid

977.427 nelayan

(PER 4 Mei 2020)

Dapat diakses melalui :

https://satudata.kkp.go.id/dashboard_kusuka

SATU DATA

KKP

(12)
(13)

DASAR HUKUM

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN NELAYAN

1.

UU RI No. 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan dan

Petambak Garam.

2.

PP RI Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pemberdayaan

Nelayan Kecil dan Pembudidaya-Ikan Kecil.

3.

Kepmen KP Nomor KEP.14/MEN/2012 tentang Pedoman

Umum Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan

Pelaku Utama Perikanan.

4.

PERDIRJEN PT NOMOR 06/PER-DJPT/2019 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENUMBUHAN DAN

PENGEMBANGAN KELOMPOK USAHA BERSAMA DITJEN

PERIKANAN TANGKAP.

5.

Permen Koperasi dan UKM Nomor 9 Tahun 2018

(14)

PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN NELAYAN

Kelembagaan adalah lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk

Nelayan, Pembudi Daya Ikan, atau Petambak Garam atau berdasarkan budaya dan

kearifan lokal

meningkatkan kemampuan dan kapasitas Nelayan; menguatkan kelembagaan dalam

mengelola sumber daya Ikan dan sumber daya kelautan serta dalam menjalankan

usaha yang mandiri, produktif, maju, modern, dan berkelanjutan; dan

mengembangkan prinsip kelestarian lingkungan;

menumbuhkembangkan sistem dan kelembagaan pembiayaan yang melayani

kepentingan usaha;

Tujuan Pemberdayaan Nelayan :

Kelembagaan nelayan dapat berbentuk Kelompok Nelayan

KELOMPOK USAHA

BERSAMA (KUB)

dan selanjutnya dapat membentuk

GABUNGAN, ASOSIASI,

KOPERASI, ATAU BADAN USAHA

yang dimiliki oleh Nelayan

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan

pembinaan untuk pengembangan dan pembentukan kelembagaan nelayan.

(15)

003 Panduan FAO Pemberdayaan Perikanan

Skala Kecil

(16)
(17)
(18)

Alat Pengelolaan Perikanan

• Manajemen sumber daya, terutama

tentang mengelola orang

• Seringkali melibatkan&mencegah orang

menggunakan metode penangkapan ikan

yang merusak dan merusak lingkungan

• Undang-undang dan peraturan untuk

dimplementasikan ke peraturan Masyarakat

• Harvest Strategi diperlukan, baru sedikit

(19)

Membatasi jumlah Alat/Upaya

Penangkapan Ikan

• Pelarangan metoda penangkapan tertentu : Racun / bom/

penangkapan pada malam hari, dsb.

• Alat tertentu diperbolehkan digunakan secara keseluruhan

atau di sebagian kawasan.

• Kapal ukuran tertentu dibatasi untuk kawasan tertentu (spt.di

Pasifik)

• Masyarakat/Adat tertentu diperbolehkan untuk emenagkap

(20)

Pembatasan pada spesies

• Ukuran minimum

– membiarkan ikan sampai matang

gonad

• Ukuran Maksimum Maximum size

– Betina besar memproduksi telur secara

exponensial

(21)

Batas Ukuran; Larang Eksport

Rotasi Pemanenan Spesies

• Trochus ‘tahun genap’, Tripang ‘tahun ganjil’

• Kepiting kelapa, kima, lobster

(22)

Praktek Traditional, budaya dan

kepercayaan

• Sasi dan Awig-Awig, Mane’e dsb.

• Panglima laot

A mixture of management measures may be

needed to achieve goals of Resource

(23)

Science based : Data, koleksi, proses,

mengukur progress

• Studi biologi (siklus hidup, diversitas)

• Kajian dalam air (kepadatan/biomas)

• Catch dan informasi pendaratan (produksi, CPUE)

• Studi Demografik (ukuran/umur/kematangan)

• Penentuan musim pemijahan/lokasi (SPAG) dan pengetahuan

lokal

• Tagging, genetic, untuk penemtuan konektifitas dan migrasi

(connectivity/home range)

• By Catch dan Trash kaitan dengan EAFM

• Kajian social ekonomi dan menterjemahkan dalam praktek

Pengelolaan.

(24)

004 Pemberdayaan Nelayan melalui RBFM/TURF

24

RBFM = Right Based Fisheries Management

TURF = Territorial Use Right Fisheries

(25)
(26)

Area-Based RBFM (Fisheries Management Rights)

Finding 1: Fisheries Management Rights (Literature

Reviews)

Similar to principles of petuanan laut

known in Maluku for centuries

Once introduced by Law No. 27/2007 on

Coastal and Small Islands Management,

but annulled by Constitutional Court

Successfully applied in Oceania, Japan,

South America

(27)

Area-Based RBFM (Fisheries Management Rights)

Fisheries Management Rights (Expert Panel

Discussions)

• Key attributes: security, exclusive,

limited transferable, and revocable

• NOT a property right, but a

privilege

• Provide incentives to right holder

to steward their resources

(28)
(29)

Finding : 2. Kasus Stock status of grouper and

snapper NTB &NTT

• Grouper and snapper in Saleh Bay and Timor Sea have been highly exploited:

size of capture below maturity size

,

very low SPR (0.03-0.14)

, except for

Epinephelus areolatus (0.58) and

very high F/M

.

• Smaller size of E. areaolatus were

less represented in the sample

resulting in

positive bias

of the model (estimating much higher SPR).

• LB-SPR is a

suitable

model for application to assess status of data-poor fisheries

in Indonesia

(30)

Indonesian fisheries nowadays

Finding: 3 Fisheries Management Rights

On the right track: combatted IUU Fishing,

designated Fisheries Management Areas

(FMAs), established Fisheries Management

Councils (FMCs), produced fisheries harvest

strategy (tuna), etc.

Still however, root-caused of overfishing

(motivation for race to fish) is in place

© Quartz

(31)
(32)
(33)

Kelompok

Nelayan

KLA/DPL

Limpahan Ikan Keluar

Limpahan Ikan Keluar

Komunitas Nelayan

Nelayan

“LUAR”

PAAP

Tanda Batas

Tanda Batas

Pengawasan

Nelayan

“LUAR”

Kebijakan

Pasar

Keuangan

Data Perikanan

(34)

NORMA BARU

PAAP untuk Perikanan Skala Kecil

Kabupaten/Kota

Pesisir

16/17

Desa/Kelurahan

(2010);

Saat ini PAAP di 216 desa

925

Juta Hektar

0-2 mil;

proposed 39rb ha

1,1

Pulau

651

(35)
(36)
(37)

Good and Safe Fish

• Traceable, and

From the sea to the plate

• Fresh, and

• Free from contamination, and

• Nutritious, and

• Certified (FT,MSC)

WE HAVE TO INCREASE THEIR ROLE TO

PRODUCE GOOD AND SAFE FISH

(38)
(39)
(40)

Kebijakan : Fisheries Co-Management Committee (FCMC) Tuna

Location

Date

Participans Male &

Female

Result & Action Plan

Maluku

09-May-19

56

M=47

F=9

• Pengesahan Panduan FCMC Maluku

• Penyusunan SK FCMC Maluku

• Percepatan pengurusan BPKP oleh Gugus Pulau

• Permohonan Kartu KUSUKA

• Pengenalan sertifikasi Perikanan (MSC)

• Pengajuan rekomendasi pemasangan rumpon

Maluku

Utara

25-Apr-19

62

M=51

F=11

• Melanjutkan sampling data

• Mengisi fisher log/logbook

• Laporan program ke DKP

• Pengesahan Panduan FCMC Maluku

• Pengajuan kartu KUSUKA

• Identifikasi LSM lokal untuk terlibat

• Pembaharuan SK FCMC Malut menjadi SK Gubernur

• Perluasan pengumpulan data/program di Halsel

• Sosialisasi pengganti SPB & format khusus pengganti

SPB di desa non-pelabuhan

Regonal

FCMC

16-Jan-19

108

M= 80

F=28

Tedapat 11 rekomendasi diantaranya:

• Menyepakati perubahan nama dari DMC menjadi FCMC

• Penguatan SSF bebas IUUF dan akses bantuan

pemerintah melalui kelompok/koperasi

SK Governor already

established No.

376/KPTS/MU/2019 

(41)

Controlling

(42)

MONITORING

(43)

Morotai

Island

Bacan Island

Bisa Island

(44)

Time-Lapse Camera

– Monitoring

(45)

Traceability

System

-TRACETALES

(46)
(47)

iFISH

Pelagic Data

System

O K O K

Pendaftaran Kapal

O K

(Sangihe & Manado)

Fly Wire

Camera

Bitung

Pendataan

Ikan

Trafiz

TraceTale

s

(48)

Product Certification

US-Fair Trade Certification 2014

Final in MSC 2019

(49)
(50)

Table of Premium Fund

Fair Trade 2014 - 2019

Pulau/Site

Rp Premium

Total/site

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Buru

19,588,306

472,030,333

318,635,274 1,020,841,368

625,801,488

584,473,203

3,041,369,972

Maluku Tengah

27,690,560

54,263,100

344,053,744

565,072,247

465,321,231

342,783,680

1,799,184,563

Toli-Toli

48,793,712

163,999,472

47,911,079

80,235,385

340,939,648

Obi-Bacan

147,326,442

190,129,672

337,456,114

Sanana

117,381,673 1,244,265,410

1,361,647,082

Ternate-Tobelo

39,309,725

225,386,374

264,696,099

Total / tahun

47,278,866

526,293,433

711,482,730 1,749,913,087

1,443,051,637 2,667,273,725

7,145,293,478

(51)
(52)
(53)

Program DKP pada tahun 2005-2009

(54)

Temuan Riset 1

• Sebagian besar RTM nelayan adalah buruh (53%).

• Buruh memiliki sumberdaya buatan, manusia dan keuangan yang

lemah dibandingkan pemilik.

• Tidak ada perbedaan sumberdaya sosial, alam, kelembagaan antara

buruh dan pemilik.

• Dukungan kelembagaan sangat lemah untuk semua sektor.

• SDA terancam. 83% RT berpendapat hasil tangkap menurun secara

signifikan dibandingkan 20 tahun lalu.

• 31 Faktor Pemberdayaan yang ditemukan perlu dimasukkan dalam

rancangan program.

(55)

3. Evaluasi kegiatan peningkatan mata

pencaharian

Pertanyaan penelitian:

• Kegiatan apa yang telah

dilakukan untuk meningkatkan

mata pencaharian nelayan?

• Apakah kegiatan tersebut sesuai

dengan kebutuhan masyarakat

nelayan?

(56)

Evaluasi Kegiatan

Metode:

1. Mengumpulkan data sekunder

terkait kegiatan DKP dan GPEMP

bersama dengan wawancara

pegawai.

2. Kegiatan dianalisa menurut SLA –

‘intended benefit’.

3. Tujuan kegiatan dibandingkan

dengan kebutuhan nelayan.

4. Studi kasus di 3 kelompok

(57)

Temuan Riset di Sumbar

• Semua proyek ini bermanfaat untuk

pemilik sampan.

• Buruh tidak dibantu oleh mesin longtail,

alat tangkap dan fishbox karena mereka

tidak memiliki sampan.

• Mata Pencaharian Alternatif di luar sektor

perikanan bermanfaat tetapi jumlah ini

hanya sedikit dari total kegiatan.

• Penekanan SDM/social capital tidak cukup.

• Kurangnya pembentukan kelompok yang

berkelanjutan.

• Kurangnya penyuluhan dan dukungan

lembaga secara jangka panjang.

(58)
(59)

Rekomendasi

Riset ke depan

• Penelitian biologi mendasar (tentang parameter sejarah kehidupan)

perikanan Indonesia, khususnya perikanan yang ditargetkan secara

komersial.

• Riset mekanisme yang tepat untuk menerapkan FMR dalam konteks tata

kelola perikanan Indonesia saat ini

(60)

Rekomendasi untuk Kebijakan dan Pengelolaan

Advokasi untuk adopsi definisi baru perikanan skala kecil dan prinsip-prinsip FMR ke

dalam UU Perikanan Indonesia yang direvisi;

Kembangkan dan terapkan segera strategi panen dan aturan kontrol panen untuk

perikanan di lokasi tertentu di Indonesia dengan mengelola upaya penangkapan ikan dan

melindungi potensi reproduksinya;

Advokasi untuk pengumpulan hasil tangkapan dan upaya di tingkat spesies dan

pencantumannya dalam statistik perikanan Indonesia;

Mengadopsi Limited Data Fisheries sebagai model penilaian stok untuk aplikasi yang

lebih luas untuk spesies terkait perikanan

Mengadopsi indikator biologis spesies ikan (Spawning Potential) untuk

(61)

Penelitian ini membuktikan bahwa program peningkatan mata

pencaharian kurang efektif karena:

• Tidak tepat sasaran (yang paling miskin (buruh) jarang tersentuh

oleh program).

• Tidak mencakup keterbatasan sumberdaya manusia, sosial, alam

dan keuangan.

• Pendampingan secara jangka panjang jarang dilakukan dan

kurangnya penyuluhan.

(62)

Pengeloaan Perikanan Skala Kecil di Wilayah

Pesisir adalah Tentang Mengelola Orang, oleh

karenanya Masyarakat harus diikutkan, selain

harus berbasis ilmiah.

‘Protect the Fishing Future’

Gambar

Table of Premium Fund  Fair Trade 2014 - 2019 Pulau/Site Rp Premium Total/site  2014 2015 2016 2017 2018 2019 Buru  19,588,306  472,030,333  318,635,274  1,020,841,368  625,801,488  584,473,203  3,041,369,972  Maluku Tengah  27,690,560  54,263,100  344,053

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Pembiasaan shalat Jumat di SD Muhammadiyah 3 Surakarta. 2) Pembiasaan shalat Jum’at sebagai upaya pembentukan

Penggunaan Two Group-by pada proses support counting pada data berskala menengah ke atas tidak dianjurkan karena untuk minimum support dengan nilai yang kecil akan

pengarahan. Seperti perangkat Desa Mojodelik selaku mediasi antara masyarakat dan pihak migas selalu memberikan arahan agar uang ganti rugi pembebasan lahan untuk

mengalami kemunduran dari segi emosional (21). Hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa 23 orang yang menderita DM Tipe 2 mengalami stres merasa mempunyai

(4) Dalam hal Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang berasal dari perseorangan secara bersama- sama tidak dapat

tersebut seringkali disebut dengan kekerasan domestik. Kekerasan domestik sebetulnya tidak hanya menjangkau para pihak dalam hubungan perkawinan antara suami dengan istri saja,

Untuk mengetahui hubungan antara keadaan sosial ekonomi ibu dengan kecemasan yang dialami ibu menjelang persalinan dilakukan Uji Chi Square yang disajikan pada

Faktor intrinsik adalah faktor-faktor dari dalam yang berhubungan dengan kepuasan, antara lain keberhasilan mencapai sesuatu dalam karir, pengakuan yang diperoleh dari