• Tidak ada hasil yang ditemukan

kekerasan dalam rumah tangga KDRT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kekerasan dalam rumah tangga KDRT"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Masalah kekerasan selalu menjadi topik yang hangat dari abad ke abad, karena kekerasan terjadi dimana pun dan kapan pun. Manusia yang seharusnya hidup dalam ketenangan dan kedamaian, kini telah terusik dengan tindakan kekerasan yang telah membudaya. Hidup berdampingan di dalam kekeluargaan, kasih, kebersamaan, persatuan, dan persaudaraan kini telah menjadi kabur bahkan hanya menjadi sebuah moto hidup yang sulit direalisasikan baik dalam kehidupan individual maupun sosial. Topik mengenai kekerasan memang bukan hal yang baru lagi bagi umat dan telah muncul sejak awal kehidupan manusia contohnya dalam cerita “Kain membunuh Habel”, Dina anak Lea yang dilahirkan bagi Yakub juga mengalami bentuk-bentuk kekerasan yaitu perkosaan dari Sikhem anak Hemor, orang Hewi (Kej. 34:1-2). Masih banyak bentuk kekerasan lain seperti; kekerasan secara ekonomi (memperkosa hak-hak orang miskin).

Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah di atas adalah 1. Apa yang dimaksud dengan perkawinan ? 2. Apa yang dimaksud dengan kekerasan ?

3. Apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga ? 4. Apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ?

(2)

7. Bagaimana penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga ? 8. Bagaimana contoh kasus yang terjadi di Indonesia ?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari rumusan masalah di atas yaitu

1. Menjelaskan yang dimaksud dengan perkawinan. 2. Menjelaskan yang dimaksud dengan kekerasan.

3. Menjelaskan yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga. 4. Menjelaskan apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga. 5. Menjelaskan faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga. 6. Menjelaskan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.

7. Menjelaskan penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga. 8. Menjelaskan contoh kasus yang terjadi di Indonesia.

D. MANFAAT PENULISAN

Sedangkan manfaat dari dari penulisan makalah ini adalah:

1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa untuk menambah pengetahuan mereka tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERKAWINAN

Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi dikalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tanaman dan hewan. Aturan tata-tertib perkawinan sudah ada sejak masyarakat sederhana yang dipertahankan anggota-anggota masyarakat dan para pemuka masyarakat adat dan atau para pemuka agama.

Pernikahan dalam pandangan Kristen bukanlah sekedar keinginan manusia. Tetapi pernikahan dalam pandangan Kristen adalah sebuah kehendak Tuhan. Dalam perjanjian Lama, Pernikahan merupakan lembaga pertama yang didirikan oleh Tuhan. Tuhanlah yang merancang pernikahan, Tuhanlah yang mempersatukan Adam dan Hawa sebagai satu keluarga. Mengutip pendapat John Stoot, “ Perkawinan bukanlah temuan manusia. Ajaran Krsiten tentang topik ini diawali dengan penegasan penuh kegembiraan bahwa perkawinan adalah gagasan Allah, bukan gagasan manusia… Perkawinan sudah ditetapkan Allah pada masa sebelum manusia jatuh kedalam dosa Hal yang sama dalam Perjanjian Baru, Yesus dan Paulus memandang pernikahan adalah sebuah lembaga yang sangat penting. Ketika

pernikahan di kota Kana Yesus melakukan muzijat pertama walaupun waktunya belum tiba toh akhirnya Yesus melakukan juga karena Yesus memandang pernikahan adalah sesuatu yang sangat penting. Mengutip Yohanes 2:4 “Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba., Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu. ”

Menurut Sayuti Thalib1, perkawinan itu dianggap suatu lembaga yang suci, upacara

perkawinan adalah upacara yang suci, yang kedua pihak dihubungkan menjadi pasangan suami-isteri atau saling minta menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama Allah.

Dengan adanya suatu perkawinan, maka seorang laki-laki yang menjadi suami memperoleh berbagai hak suami dalam keluarga itu. Begitupun seorang wanita yang

mengikatkan diri menjadi isteri dalam suatu perkawinan memperoleh berbagai hak isteri juga.

_________________

1 Sayuti Thalib. Hukum kekeluargaan Indonesia: berlaku bagi umat islam. Jakarta : Universitas Indonesia

(4)

1). Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sebagai sebuah institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan. Didalamnya hidup bersama pasangan suami-isteri secara sah karena pernikahan. Mereka hidup bersama sehidup-semati, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, selalu rukun dan damai dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin2.

Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.

 Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga.

 Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang

memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.

 Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.

B. DEFINISI KEKERASAN

Menurut KBBI, kekerasan berarti sifat atau hal yang keras, kekuatan dan paksaan. Paksaan berarti adanya suatu tekanan dan desakan yang keras. Kata-kata ini bersinonim dengan kata memperkosa yaitu menundukkan dengan kekerasan, menggagahi, memaksa dengan kekerasan dan melanggar dengan kekerasan. Dengan demikian kekerasan berarti membawa kekuatan paksaan dan tekanan. Istilah kekerasan menurut filsuf Thomas Hoblees (1588-1679) manusia dipandang sebagai makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasionil dan anarkis serta mekanistis yang saling iri, benci sehingga menjadi kasar, jahat, buas, pendek untuk berpikir. Menurutnya, kekerasan itu sebagai suatu yang sangat alamiah bagi manusia. Sedangkan Michael Crosby mendefinisikan kekerasan adalah setiap paksaan yang mengakibatkan luka.

C. KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi.

_________________

2 Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi: orang tua dan anak dalam keluarga. Jakarta : PT. Rineka Cipta

(5)

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Istilah KDRT sebagaimana ditentukan pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT)

tersebut seringkali disebut dengan kekerasan domestik. Kekerasan domestik sebetulnya tidak hanya menjangkau para pihak dalam hubungan perkawinan antara suami dengan istri saja, namun termasuk juga kekerasan yang terjadi pada pihak lain yang berada dalam lingkup rumah tangga. Pihak lain tersebut adalah 1) anak, termasuk anak angkat dan anak tiri; 2) orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan suami, istri dan anak karena hubungan darah, perkawinan (misalnya: mertua, menantu, ipar dan besan), persusuan, pengasuhan, dan perwalian yang menetap dalam rumah tangga serta 3) orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Siapapun sebetulnya berpotensi untuk menjadi pelaku maupun korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku maupun korban kekerasan dalam rumah tangga pun tidak mengenal status sosial, status ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, suku maupun agama.

D. BENTUK-BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam :

a). Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya.

b). Kekerasan psikologis / emosional

Kekerasan psikologis3 atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada seseorang.

_______________

(6)

Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak. c). Kekerasan seksual

Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri.

Kekerasan seksual berat, berupa:

1. Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa dikendalikan.

2. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat korban tidak menghendaki.

3. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan.

4. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran dan atau tujuan tertentu.

5. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi.

6. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka,atau cedera.

Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban. Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan seksual berat. d). Kekerasan ekonomi

(7)

Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:

· Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran. · Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.

· Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda korban.

Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.

E. FAKTOR PENYEBAB KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) Padahal saat ini, kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi isu global yang

mengundang perhatian berbagai kalangan. Kekerasan dalam rumah tangga yang selama ini banyak terjadi dapat dikatakan sebagai suatu fenomena gunung es. Artinya bahwa persoalan kekerasan dalam rumah tangga yang selama ini terekspose ke permukaan (publik) hanyalah puncaknya saja. Persoalan kekerasan dalam rumah tangga yang muncul dalam sebuah

keluarga lebih banyak dianggap sebagai sebuah permasalahan yang sifatnya pribadi dan harus diselesaikan dalam lingkup rumah tangga (bersifat tertutup dan cenderung sengaja ditutup-tutupi). Di masa sekarang ini tindak kekerasan dalam rumah tangga, baik kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran rumah tangga, semakin sering terjadi pada perempuan, terutama pada istri, anak perempuan (tidak hanya anak kandung tetapi termasuk juga anak angkat, anak tiri, atau keponakan) dan pembantu rumah tangga yang mayoritas adalah perempuan.

Strauss A. Murray mengidentifikasikan hal dominasi pria dalam konteks struktur masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (Marital Violence) sebagai berikut :

 Pembelaan atas kekuasaan laki-laki

Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumberdaya dibandingkan dengan wanita sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanitA.

(8)

Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan,

 Beban pengasuhan anak

Istri yang tidak bekerja menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika terjadi hal yan tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam rumah tangga.

 Wanita sebagai anak-anak

Konsep wanita sebagai hak milik menurut hukum, mengakibatkan keleluasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorag bapak melakukan kekerasan terhadap anak agar menjadi tertib

 Orientasi peradilan pidana pada laki-laki

Posisi wanita sebagai istri didalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni keluarga.

Namun demikian, terlepas dari apapun penyebabnya, dampak dari kekerasan dalam rumah tangga tentu sangat luas. Dampak yang dirasakan tidak hanya pada perempuan yang menjadi korban secara langsung, namun juga berdampak pada anak-anak.

Dampak Kekerasan pada Anak

1. Dampak pertama adalah ketegangan. Anak senantiasa hidup dalam bayang-bayang kekerasan yang dapat terjadi kapan saja dan ini menimbulkan efek antisipasi. Anak selalu mengantisipasi jauh sebelumnya bahwa kekerasan akan terjadi sehingga hari-harinya terisi oleh ketegangan.

2. Berikut adalah mengunci pintu perasaan. Ia berupaya melindungi dirinya agar tidak tegang dan takut dengan cara tidak mengizinkan dirinya merasakan apa pun. Singkat kata, ia membuat perasaannya mati supaya ia tidak lagi harus merasakan kekacauan dan ketegangan.

(9)

4. Dampak berikut adalah terhambatnya pertumbuhan anak. Untuk dapat bertumbuh dengan normal anak memerlukan suasana hidup yang tenteram. Ketakutan dan

ketegangan melumpuhkan anak dan menghambat pertumbuhan dirinya. Misalnya, dalam kepercayaan, ia sukar sekali memercayai siapa pun dan masalah ini akan memengaruhi relasinya kelak sebab ia akan mengalami kesulitan membangun sebuah relasi yang intim. 5. Terakhir adalah kekerasan dalam rumah tangga akan mendistorsi pola relasi. Pada

akhirnya anak rawan untuk mengembangkan pola relasi bermasalah seperti manipulatif, pemangsa, pemanfaat, dan peran korban.

Tipe Pelaku Kekerasan dalam rumah tangga

1. Orang yang menggunakan kekerasan untuk mengekspresikan kemarahan. Biasanya orang ini mengalami masa kecil yang sarat ketegangan dan kekerasan. Alhasil sewaktu ia marah, kemarahan muncul dalam kadar yang besar. Ditambah dengan pembelajaran cara pengungkapan yang keliru, ia rentan untuk melakukan tindak kekerasan kepada

pasangannya. Biasanya orang dengan tipe ini menyadari bahwa tindakannya salah namun ia sendiri tidak dapat mengendalikan dirinya tatkala marah.

2. Orang yang menggunakan kekerasan untuk mengumbar kekuasaan. Orang seperti ini cenderung memandang pasangannya sebagai obyek yang perlu dikuasai dan diajar. Ia cepat menafsir bantahan pasangan sebagai upaya untuk menghina atau melawannya— tindakan yang "mengharuskannya" untuk mengganjar pasangannya. Orang ini biasanya tidak merasa bersalah sebab ia menganggap tindakannya dapat dibenarkan sebab menurutnya, pasangan memang seharusnya menerima ganjaran itu.

3. Orang yang menggunakan kekerasan untuk menyeimbangkan posisi dalam

pernikahan. Pada umumnya orang ini merasa diri inferior terhadap pasangan dan cepat menuduh pasangan sengaja untuk merendahkannya. Itu sebabnya ia menggunakan kekerasan untuk merebut kembali kekuasaan dalam rumah tangganya, biasanya ia tidak merasa bersalah.

4. Orang yang menggunakan kekerasan sebagai jalan keluar terakhir untuk

menyelesaikan konflik. Pada umumnya orang ini tidak terbiasa menggunakan kekerasan namun dalam keadaan frustrasi, ia pun merasa terdesak sehingga secara spontan

(10)

Tipe Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga

1. Orang yang berjenis penantang. Orang ini hanya mengenal bahasa menaklukkan atau ditaklukkan oleh karena masa kecil yang juga sarat dengan kekerasan. Itu sebabnya sewaktu terjadi perselisihan, ia cepat bereaksi menantang seakan-akan perselisihan merupakan ajang adu kekuatan alias perkelahian. Tidak jarang, korban dengan tipe penantang adalah pihak pertama yang menggunakan kekerasan.

2. Orang yang bergantung. Orang ini tidak dapat hidup sendirian dan membutuhkan pasangan untuk "menghidupinya." Orang tipe bergantung membuat pasangan kehilangan respek sehingga dalam kemarahan ia mudah terjebak dalam penggunaan kekerasan. Kekerasan merupakan wujud keinginannya untuk melepaskan diri dari kebergantungan pasangan pada dirinnya sekaligus ekspresi dari ketidakhormatan kepada pasangan yang bergantung.

3. Orang yang berperan sebagai pelindung. Orang ini senantiasa berusaha keras menutupi masalah keluarganya demi menjaga nama baik. Orang bertipe ini cenderung menoleransi kekerasan alias membiarkannya sehingga masalah terus berulang. Orang ini selalu berusaha mengerti namun tindakan ini berakibat buruk pada pasangan yang menggunakan kekerasan. Ia makin leluasa menggunakan kekerasan karena tidak ada konsekuensi yang menantinya.

Reaksi terhadap Kekerasan

1. Pada umumnya korban merasa ketakutan yang besar. Pada akhirnya hidupnya menjadi lumpuh karena ia selalu dibayang-bayangi konsekuensi buruk yang menantinya.

2. Kebanyakan korban juga menyimpan marah dan benci kendati tidak selalu ia memerlihatkannya karena takut.

3. Banyak korban kekerasan yang merasa malu. Mungkin malu dilihat orang berhubung adanya bekas pemukulan tetapi kalaupun tidak ada bekasnya, ia merasa malu karena perbuatan kekerasan merupakan aib dalam keluarga. Julukan "dipukuli suami" tetap bukanlah julukan yang terhormat.

4. Terakhir adalah hilangnya respek pada pasangan. Dan, biasanya hilangnya respek diikuti oleh hilangnya kasih. Sayangnya namun cukup sering terjadi, korban pun pada akhirnya kehilangan respek pada diri sendiri dan cenderung melihat diri seperti sampah.

(11)

Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain:

a. Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran.

b. Harus tercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling menghargai setiap pendapat yang ada. c. Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri, agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga.

d. Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan.

e. Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat diatasi dengan baik.

Tanda-tanda potensi pelaku KDRT sebelum menikah:

• Cenderung kasar pada semua orang. Misal: pada teman, saat menyetir mobil, di tempat umum, dan keluarga sendiri. Ia mudah tersinggung dan marah, ketika marah bersikap kasar.

• Dalam keluarganya, kita melihat kebiasaan kekerasan, kurang peduli pada orang lain, mau menang sendiri, tidak mau berbagi. Ayah mungkin memberikan contoh kekerasan dan anak-anak menirunya.

• Ia mungkin egois dan selalu memikirkan kepentingannya sendiri, enggan berbagi.Orang lain yang harus menjaga perasaan dan lebih banyak menyesuaikan diri.

(12)

• Ia mudah curiga pada orang lain, mudah menyalahkan, banyak berpikiran buruk, khususnya perilaku pasangan.

• Ia posesif dan tidak memberikan ruang pribadi bagi kita.

• Ia cenderung meyakini pembagian peran gender yang kaku, menempatkan laki-laki sebagai penentu.

• Ia tidak menunjukkan penyesalah setelah berbuat salah atau menyakiti orang lain. Ia malah mempersalahkan orang lain atas kekasaran yang dilakukannya.

• Ia senang berjudi, minum dan mabuk, terlibat penggunaan obat-obatan bahkan hingga kecanduan.

G. PENANGGULANGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Dalam hidup ini, tidak jarang dialami yang sama sekali tidak diinginkan. Ada pepatah “untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak”, yang artinya kehidupan didepqan kita adalah rahasia Allah, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka. Menghadapi masalah KDRT, maka ada pepatah yang penting kita hayati “Sebelum ajal berpantang mati”. Maksudnya, kehidupan dan kematian ditentukan oleh Tuhan, maka jangan terlalu takut menghadapi masalah karena orang tidak akan mati seblum tiba ajalnya. Oleh karena itu, teruslah berusaha sampai titik darah penghabisan.

Jika KDRT terjadi, maka hadapi dan tangani:

1). Isteri dan suami lakukan dialog. Keduanya harus cari solusi atas masalah yang dihadapi untuk memecahkan masalah yang menjadi penyebab terjadinya KDRT. Jika anak-anak sudah mulai besar, ajak mereka supaya berbicara kepada bapak, kalau KDRT dilakukan bapak (suami).

2). Selesaikan masalah KDRT dengan kepala dingin. Cari waktu yang tepat untuk sampaikan bahwa KDRT bertentangan hukum negara, hukum agama, budaya dan adat-istiadat

masyarakat.

3). Laporkan kepada keluarga yang dianggap berpengaruh yang bisa memberi jalan keluar terhadap penyelesaian masalah KDRT supaya tidak terus terulang.

(13)

Ancaman Hukuman KDRT menurut UU No. 23 tahun 2004 : • Pasal 44 berbunyi:

1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

2) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah). 3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya

korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling banyak Rp45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).

4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak

Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Pasal 45:

1) . Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp9.000.000,00 (sembilan juta rupiah).

2). Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak

Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

Pasal 46:

(14)

Pasal 49:

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang:

b. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);

c. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2).

Jika yang menjadi korban KDRT adalah anak:

• Hal ini diatur dlm UU No. 23 tahun 2002 ttg Perlindungan Anak. Pasal 80 berbunyi: 1) Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau

penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). 2) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

3) Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Pasal 81:

1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang

yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

(15)

Lama tak muncul, aktor Egi John Foreisythe membawa kabar mengejutkan. Egi menjadi korban tindak penganiayaan oleh istrinya, Citta Permata pada 2011 lalu. Menurut ibunda Egi, Rina putranya pernah disiram oleh minyak panas oleh Citta. Tak berhenti di situ, aktor yang laris main di beberapa judul FTV itu juga pernah ditusuk gunting oleh istrinya itu. Semua hal itu terjadi saat Egi dan Citta tengah bertengkar. Namun apa sebenarnya duduk permasalahannya?

Rina coba membeberkan masalah penyebab pertengkaran rumah tangga putranya itu. Menurutnya, sang menantu saat itu selalu cemburu dengan lawan main Egi di sinetron dan FTV hingga pertengkaran pun tak terelakkan.“Emang dari dulu sering cemburu sama lawan mainnya Egi, ya sama Nia (Ramadhani), sama (Laudya Chintya) Bella, sama Thalita-lah dan nggak bisa nahan emosi. Lama-lama Egi juga nyerah lah ya,” beber Rina.

Selain itu, menurut Rina, sang menantu juga sangat suka dengan dunia malam seperti dugem. Egi dan Citta pun kerap bertengkar karena masalah tersebut.“Orangnya kan sering dugem. Justru Egi kan diajak-ajak begitu gara-gara dia. Lama-lama Egi juga nggak tahan,” tuntasnya. Kini Egi dan Citta sudah resmi bercerai. Namun masalah KDRT itu tetap dibawa ke ranah hukum. Bahkan kasus tersebut sudah beberapa kali disidangkan di Pengadilan Negeri Tangerang.

Analisis masalah:

Dari kasus diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa inti masalahnya yaitu perasaan cemburu seorang istri terhadap lawan main suaminya di FTV. Cemburu sebenarnya merupakan bukti atau tanda seseorang mencintai orang yang dicintainya, tapi jika cemburu itu sudah terlalu berlebihan bahkan akan mengganggu hubungan antara suami dan istri, dan hal itulah yang terjadi dalam kasus diatas.

Begitu kita terlibat dalam suatu hubungan cinta, kita akan mengeksklusifkan hubungan itu hanya antara si dia dan diri kita. Akibatnya bila ada pihak lain yang dirasakan akan mengganggu hubungan maka muncullah keterbangkitan emosi yang disebut cemburu. Semakin serius dan eksklusif hubungan itu, maka kecemburuan juga cenderung meningkat. Jadi intensitas kecemburuan seseorang yang baru pacaran sangat mungkin lebih rendah bila dibandingkan dengan seseorang yang sudah tunangan atau menikah. Sudah jamak banyak yang mengeluh bahwa dulu pada awal-awal pacaran kekasihnya tidak cemburuan, tapi justru setelah sekian tahun pacaran menjadi sangat pencemburu.

Sang istri percaya bahwa kelekatannya dengan sang suami adalah hak mutlaknya, (yang memberikan orang lain tidak memiliki hak untuk membubarkan kelekatan itu), akhirnya rasa cemburu dari sang istri menjadi kejam. Cemburu sang istri juga menjadi tidak realistis, sang istri yang terlalu cemburu terhadap lawan main suaminya di FTV lalu sang istri menafsirkannya sebagai ancaman terhadap hubungan.

(16)

dimana afeksi itu diberikan pada orang lain. Jadi, Anda cemburu pada pasangan Anda ketika dia berbicara pada orang lain, tidak lain karena Anda takut kehilangan afeksi darinya karena afeksinya bisa pindah ke orang yang diajak bicara. Cemburu juga bisa dialami kepada seseorang yang belum jadi pasangan. Apabila Anda diam-diam mencintai seseorang, Anda akan cemburu bila seseorang itu bertingkah mesra dengan orang lain.

Ada tipe kepribadian tertentu yang membuat seseorang menjadi lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe kepribadian egoistik, cenderung mementingkan diri sendiri, ambisius, dan berpandangan sempit umumnya lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe cinta passionate love juga memiliki kecemburuan yang tinggi. Mereka sangat mudah cemburu dan meledak-ledak sehingga sangat mempengaruhi pikiran dan perasaannya, serta perilakunya menjadi negatif. Demikian juga orang yang memiliki tipe kelekatan anxious/ambivalent umumnya sangat pencemburu.

Saran untuk masalah

Inti dari permasalahan diatas adalah perasaan cemburu yang berlebihan dari sang istri terhadap lawan main suaminya di FTV. Sehingga menimbulkan masalah yang menyebabkan rumah tangganya berantakan. Cemburu sebenarnya bisa di atasi dengan:

1. Bangun sikap saling percaya. Ini memang tidak semudah yang diucapkan. Tapi berpikirlah positif sambil berusaha. Berusaha dalam arti, Anda sebagai pasangannya juga bisa dipercaya. Anda bisa membuktikan pada pasangan Anda bahwa Anda bisa memegang teguh komitmen bersama. Dengan menunjukkan keseriusan Anda dalam menjalin hubungan, pasangan juga akan berusaha mengimbangi dan menghargai Anda.

2. Jadilah pengamat yang bijak. Rasa cemburu selalu datang beriringan dengan rasa curiga. Saat perasaan itu datang, jangan langsung menyerang pasangan Anda dengan segudang pertanyaan. Perhatikan terlebih dahulu gerak geriknya. Apakah ada perubahan sikap? Jika memang ada, berapa lama perubahan itu terjadi? simpan dulu sampai Anda memiliki beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan perubahannya dan cari waktu tang tepat untuk membahasnya. Sedang, jika perubahan itu hanya sementara dan pasangan Anda kembali ke sikap semula, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

3. Berkomunikasi. Pilih waktu yang lowong dan tenang untuk berkomunikasi. Di sinilah waktunya Anda untuk bertanya dan berkeluh kesah, tapi bukan marah. Komunikasikan dengan cara yang baik agar tidak terjadi pertengkaran. Anda yang paling tahu watak pasangan Anda, jadi Anda sudah harus tahu trik – trik bertanya yang membuatnya tidak marah dan tersinggung.

(17)

mencobanya. Pasangan Anda mungkin melakukan kesalahan tapi bukan berarti dia tidak sedang berusaha memperbaikinya. Semuanya tergantung dari kebikjasanaan Anda.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

KDRT merupakan permasalahan yang sering terjadi didalam rumah tangga. Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan secara dini. Pendidikan agama dan pengamalan ajaran agama di rumah tangga merupakan kunci sukses untuk mencegah terjadinya KDRT.

Fenomena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terus meningkat akhir-akhir ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya:

1. Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan masyarakat sendiri enggan melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya. Masyarakat ataupun pihak yang tekait dengan KDRT, baru benar-benar bertindak jika kasus KDRT sampai menyebabkan korban, baik fisik yang parah maupun kematian, itupun jika diliput oleh media massa;

2. Pihak terkait yang kurang mensosialisasikan tentang kekerasan dalam rumah tangga, sehingga data kasus tentang KDRT pun banyak dikesampingkan ataupun dianggap masalah yang sepele;

3. Banyak kasus KDRT yang tidak tertangani secara langsung dari pihak yang berwajib, bahkan kasus kasus KDRT yang kecil pun lebih banyak dipandang sebelah mata daripada kasus – kasus lainnya;

4. Faktor budaya. Masyarakat yang patriarkis ditandai dengan pembagian kekuasaan yang sangat jelas antara laki–laki dan perempuan dimana laki–laki mendominasi perempuan. Selain itu juga pandangan bahwa cara yang digunakan orang tua untuk memperlakukan anak–anaknya, atau cara suami memperlakukan istrinya, sepenuhnya urusan mereka sendiri yang mana tidak boleh dicampuri oleh pihak lain, termasuk aparat penegak hukum;

(18)

6. Lingkungan. Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban. Karena bisa saja korban beranggapan bahwa apa yang dialaminya bukanlah hal yang penting karena tidak direspon lingkungan. Hal ini akan melemahkan keyakinan dan keberanian korban untuk melaporkan kasusnya kepada pihak berwajib.

Mengatasi Kekerasan dari Pihak Korban

1. Korban perlu berupaya menghilangkan faktor pemicu yaitu, (a) situasi memanas yang tak terkendali, (b) merasa dipermalukan, dan (c) merasa terancam.

2. Korban pun harus mengundang keterlibatan pihak luar sebab jika tidak, si pelaku kekerasan akan makin menjadi-jadi. Sesungguhnya yang diinginkan si pelaku kekerasan adalah agar masalah tidak diketahui pihak luar, supaya ia tetap bebas berulah. Itu

sebabnya ia kerap mengancam korban untuk tutup mulut.

Mengatasi Kekerasan dari Pihak Pelaku

1. Pelaku harus belajar memfokuskan pada proses internal. Misalnya menanyakan, sesungguhnya apakah yang dibutuhkan atau diinginkannya. Pada dasarnya tindak kekerasan merupakan sebuah usaha untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya namun dengan cara yang salah dan berbahaya.

2. Pelaku juga perlu belajar untuk tidak terbelenggu oleh respons atau sikap orang lain terhadapnya. Ia terlalu mudah memberi reaksi sehingga gagal memikirkan dan

mencegahnya.

3. Pelaku mesti belajar untuk meminta—bukan menuntut—pasangan. Ini sulit dilakukannya sebab perbuatan ini menuntutnya untuk rendah hati. Namun untuk mencegah terulangnya kekerasan, ia harus belajar mengungkapkan isi hatinya secara verbal.

B. SARAN

Kemudian tinjauan Alkitabiah tentang KDRT mendaftarkan kewajiban-kewajiban setiap anggota keluarga:

 Apa kewajiban orang tua terhadap anak-anak mereka

a). Mengasihi dan memperdulikan mereka, khususnya kalau mereka masih kecil (Yes.

(19)

b) . Mendidik dan membimbing mereka didalam Firman Tuhan, prinsip keagamaan, dan

memberikan petunjuk-petunuk jalan Tuhan (Ef. 6:4, Ams. 22:6, 2Tim. 3:15) c). Mendoakan mereka (Mzm. 101:2,3)

d) . Mengajarkan belajar menghormati, menaati orang tua mereka (Luk. 2:51, Ef. 6:1&4)

e). Mendorong mereka (1Taw. 28:20, Ams. 19:18, 29:15,17)

f) . Menyediakan keperluan (1Tim. 5:8, 2Kor. 12:14)

g). Siap menyerahkan kalau memang mereka sudah siap dipisahkan dalam kehidupan

yang baru (Kej. 4:1,2; 1Kor. 7:36, 38)

 Apa kewajiban anak-anak terhadap orang tua mereka

a) Menghormati (Mal 1:6, Im 19:3)

b) Mendengarkan (Ams 31:28, 1Raj 2:19)

c) Rajin mendengar (Ams 4:1; 5:1)

d) Siap (Ef 6:1, Kol 3:20)

e) Lemah lembut dan sabar (Ibr 12:9, Ams 15:32)

f) Siap mengikuti (Kel 18:24; Hak 14:2)

g) Tahu berterima-kasih atas kebaikan terhadapnya (Rut 4:15, Kej 47:12, Ams 23:22)

 Apa kewajiban istri terhadap suami

a) Mengasihi mereka lebih dari siapapun orang di dunia (Tit 2:4)

b) Setia dan tepat (Ibr 13:4, 1Tim 3:11)

c) Menghormati dan takut menyinggung mereka (Ef 5:33)

d) Tunduk (Ef 5:22,24)

e) Peduli untuk menyenangkan mereka (1Kor 7:34)

f) Membantu menanggung beban (Kej 2:18, Ams 31;27)

g) Mendengarkan mereka (1Pet 3:1,2)

 Apa kewajiban suami terhadap istri

a) Mengasihi istri, sama seperti Yesus mengasihi jemaat (Ef 5:25)

b) Hidup bersama dengannya (Ef 5:31, 1Pet 3:7, Ams 5:18,19)

c) Harus lembut terhadap istri, menyiapkan dan menyediakan keperluannya (Ef 5:28,29)

d) Setia dan benar memelihara perjanjian (Hos 3:3)

e) Melindungi (1Sam 30:18, 1Pet 4:8)

f) Peduli untuk menyenangkan (1Kor 7:33)

(20)

Referensi

Dokumen terkait

(1). RTH: hanya penghijauan yang dinilai. TPS, meliputi ketersediaan/bentuk fisik dan kebersihan sekitar TPS. Jika ada pengangkutan langsung dari rumah ke TPA, TPS

Sistem Bursa Usaha Santri dan Alumni memilikitiga entitas luar yang berhubungan dengan sistem yaitu pengguna umum, anggota dan administrator.Rancangan kerja sistem

Intisari--- Bengkel bubut adalah salah satu unit usaha jasa yang bergerak dalam bidang otomotif dan berkembang dengan baik. Sebagian besar pengusaha bengkel bubut masih

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “ Meningkatkan Kemampuan naturalis anak melalui pemanfaatan lingkungan alam sekitar “. B.

One approach that has seen a steady rise in popularity in recent years is the introduction of service virtualization as a means for development teams to regain control over

Ini disebabkan membudidayakan ikan hias dapat memberikan nilai ekonomis walaupun hanya dilakukan dilahan sempit dengan jumlah air terbatas (Lesmana dan Damawan,

Adanya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 37 Tahun 2013 tentang tentang tentang Penetapan.. Status Perlindungan Terbatas Ikan Napoleon yang juga

Dari penelitian ini dapat disimpulkan: Pakan Gracilaria sp memberi kontribusi terhadap pertambahan panjang sedang kedalaman mempunyai pengaruh lebih erat ke pertambahan