• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 11 Nomor 1 Maret 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 0216-8537

9 7 7 0 2 1 6 8 5 3 7 2 1

Volume 11

Nomor 1

Maret 2014

11

1

Hal. 1 -102

Maret 2014

Tabanan

(2)

semakin banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan organ tanaman dan meningkatkan jumlah anakan. Gardner et al. (1991) menyatakan laju fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya luas daun tanaman sehingga pertumbuhan tanaman menjadi semakin baik. Pemberian pupuk NPK terutama nitrogen, disamping meningkatkan pertumbuhan rumput juga dapat meningkatkan produksi bahan kering (Humphreys, 1981).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Interaksi antara pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang sapi belum nampak jelas/nyata pengaruhnya pada pertumbuhan dan produktivitas rumput Setaria splendida Stapf.

2. Pemberian pupuk NPK berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas rumput Setaria splendida Stapf. Hasil tertinggi diperlihatkan pada perlakuan pemupukan 400 kg ha-1.

3. Pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi rumput Setaria splendida Stapf. Hasil tertinggi diperlihatkan pada perlakuan pemupukan 30 t ha-1.

4. Pada penelitian ini belum diperoleh tingkat pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang sapi yang optimum terhadap pertumbuhan dan hasil produksi rumput Setaria splendida Stapf.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lapang terbuka dengan tingkat pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang sapi yang lebih tinggi untuk memperoleh tingkat pemberian pupuk yang optimum pada kedua jenis pupuk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2005. Faktor Pengelolaan Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) Di Tambak Tanah Sulfat Masam (Studi Kasus Dl Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan). Buletin dan Jurnal Penelitian

Indonesia 11(7): 1-7.

Buckman, H. O. dan Brady, N. C. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Gardner. F.P., Pearce. R.B., Mitchell. L.R. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (terjemahan) Jakarta : Universitas Indonesia (Press).

Gomez, K.A., Gomez, A. 1995. Prosedur

Statistik untuk Penelitian Pertanian.

Jakarta: Universitas Indonesia Press (terjemahan).

Harjadi, S.S., 1983. Pengantar Agronomi. Jakarta : PT Gramedia.

Humphreys, L.R., 1981. Tropical Pasture

Utilisation. Cambridge: Cambridge

University Press.

Jayadi, S. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kuhl, A. 1974. Phosporus. In Stewart, W.D.P. (Ed.). Algal Physiology and Biochemistry. Bot. Monog. Blackwell Scien. Publ. 610-654 pp.

Murbandono, L. 1999. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nicholls, R.E. 1993. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Dahara Prize. Semarang. 85-86

Oades, J. M. 1995. Agregasi dalam Tanah (Ed.) terjemahan. Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Round. F.E. 1977. The Biology of The Algae. Edward Arnold Publisher. London. Pp 147-161.

Rukmana, R. 2009. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.

Rustandi . 1982. Pengaruh Tingkat Pemupukan Kalium dan Tinggi Pemotongan

terhadap Produksi dan Mutu Hijauan Rumput Gajah. Skripsi, LPP. Unsrat Menado.

Suryandari, S. 1987. Pengaruh Tingkat Pemupukan Nitrogen dan Fosfat terhadap Beberapa Aspek Pertumbuhan

Setaria splendida Stapf dalam

Pertanaman Campuran dengan

Centrosema pubescens Benth. Karya

Ilmiah. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

KOMBINASI MEDIA (BAG LOG) DAN DOSIS PUPUK PHONSKA

PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM

(PLEUROTUS OSTREATUS)

PUTU WISARDJA

ANAK AGUNG GEDE PUTRA I NENGAH KARNATA

PS Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Tabanan

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Desa Luwus, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, merupakan penelitian faktorial dengan dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor perlakuan yang diuji meliputi kombinasi media (M) yang terdiri dari tiga kombinasi dan dosis pupuk NPK Phonska (D) yang terdiri dari empat tingkatan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama, diameter tudung bag log-1, jumlah tangkai tudung buah

jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1 dan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap

parameter berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1. Sedangkan pada parameter yang

lainnya berpengaruh tidak nyata (P>0,05).

Interaksi antara media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dan pupuk Ponska 0 g (M2D0) memberikan berat segar jamur bag log-1

tertinggi yaitu sebesar 132,58 g meningkat sebesar 19,61 % dibandingkan dengan berat segar jamur bag log-1 terendah pada media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung

terigu 0,1 kgdan pupuk Phonska 60 g (M3D3) yaitu sebesar 110,84 g.

Perlakuan kombinasi media (M) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama dan diameter tudung bag log-1 serta berpengaruh nyata (P<0,05)

terhadap parameter berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1, sedangkan pada parameter

yang lainnya berpengaruh tidak nyata (P>0,05). Berat segar jamur bag log-1 tertinggi dicapai oleh

media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1) yaitu sebesar 125,32 g

meningkat sebesar 8,42 % dibandingkan dengan berat segar jamur bag log-1 terendah pada media

serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3) yaitu sebesar

115,59 g.

Perlakuan dosis pupuk Phonska (D) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter diameter tangkai tudung bag log-1, sedangkan pada parameter yang lainnya berpengaruh tidak nyata

(P>0,05). Berat segar jamur bag log-1 tertinggi dicapai oleh pupuk Phonska 20 g (D

1) yaitu sebesar

122,18 g meningkat sebesar 3,18 % dibandingkan dengan berat segar jamur bag log-1 terendah pada

pupuk Phonska 40 g (D2) yaitu sebesar 118,41 g.

Kata kunci : kombinasi media, dosis pupuk Phonska, jamur tiram (Pleurotus ostreatus)

PENDAHULUAN

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur kayu yang secara alami tumbuh pada batang-batang pohon yang telah mengalami pelapukan, umumnya mudah dijumpai di daerah hutan. Namun sesuai dengan perkembangan jamur tiram mulai dilirik untuk dibudidayakan secara besar-besaran yaitu tidak mengandalkan batang pohon yang dinilai tidak efisien melainkan menggunakan hasil rekayasa

teknologi modern yang disebut dengan bag log dengan memanfaatkan media tanam dari serbuk kayu (gergajian), jerami dan alang-alang (Anon., 2007). Dinyatakannya juga bahwa jamur tiram adalah jenis jamur kayu yang memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi seperti protein, lemak, fosfor, besi, thiamin dan riboflavin. Jamur tiram juga mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol.

(3)

Kasiat jamur tiram bagi kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit diabetes mellitus dan penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, mencegah penyakit tumor dan kanker, kelenjar gondok, influenza serta memperlancar buang air besar.

Jamur tiram relatif mudah dibudidayakan, tidak memerlukan lahan yang luas baik dalam skala rumah tangga maupun skala usaha. Masa produksinya lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan kontinyu. Budidaya jamur tiram, dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun usaha ekonomis skala kecil, menengah, dan besar (industri). Tempat pemeliharaan (kubung/rumah jamur) dapat memanfaatkan bangunan yang tidak terpakai seperti, bekas gudang, kandang ataupun bangunan lain dengan melakukan modifikasi ataupun dengan membuat bangunan baru dari bahan-bahan yang sederhana yang tersedia disekitar kita seperti kayu maupun bambu.

Jamur tiram tumbuh baik pada dataran yang letaknya antara 400 – 800 m dari permukaan laut (dpl), dan untuk di daerah dataran rendah biasanya pertumbuhan jamur tiram kurang optimal. Budidaya jamur tiram memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai yaitu pada suhu 18 oC – 30 oC dan kelembaban udara maksimal berkisar 80 – 90 % (Elang dan Yadi, 2010). Dalam budidaya jamur tiram sebaiknya memperhatikan faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas jamur.

Usaha pengembangan jamur tiram di Bali mendapat tanggapan positif dikalangan petani dan besarnya minat petani untuk mengembangkannya. Minat yang besar dikalangan petani untuk dapat mengusahakan jamur tiram perlu ditunjang dengan pengetahuan teknologi pembudidayaannya. Salah satunya yaitu dengan memperhatikan jenis kombinasi media dan dosis pupuk Phonska yang digunakan.

Kombinasi media jamur diharapkan mampu untuk meningkatkan kecepatan tumbuh miselium dan dapat menghasilkan jamur yang berkualitas. Pada dasarnya untuk setiap petani/pengusaha jamur, jenis kombinasi media yang digunakan dalam budidaya jamur tiram berlainan yang diperoleh dari hasil uji coba para petani/pengusaha jamur masing-masing

diyakini mempunyai kelebihan baik dari kecepatan tumbuh dan produktivitasnya. Bahan baku dari media tumbuh atau media tanam jamur adalah serbuk kayu. Penggunaan serbuk kayu saja belum cukup perlu tambahan formula lain seperti bekatul, kapur, pupuk NPK, tepung jagung (Soenanto, 1999).

Media dengan bahan campuran serbuk kayu dan biji – bijian dianggap lebih baik karena kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan jamur lebih lengkap dibandingkan dengan yang berbahan serbuk kayu saja (Parjimo dan Andoko, 2007). Tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein yang berfungsi untuk pertumbuhan miselium dimana miselium akan tampak putih sempurna dan memanjang dengan cepat. Penggunaan tepung jagung dalam prosentase yang berlebihan akan berisiko tinggi terhadap kontaminasi jika proses seterilisassi kurang panas (Anon., 2010).

Penambahan pupuk sangat dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram. Jamur tiram membutuhkan tambahan nutrisi berupa unsur N, P dan K yang terdapat pada pupuk Phonska untuk memacu pertumbuhan miselium jamur tiram sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap produksi jamur tiram. Pupuk diberikan dalam jumlah yang cukup yaitu tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Penggunaan pupuk berlebihan akan menyebabkan terkontaminasinya media dan terhambatnya pertumbuhan jamur begitu pula sebaliknya pertumbuhan akan terhambat juga (Anon., 2010).

Pemakaian kombinasi media yang tepat dengan pemberian pupuk dalam jumlah yang tepat diharapkan dapat memberikan faktor tumbuh terhadap jamur tiram sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu diteliti kombinasi media (bag log) dan dosis pupuk Phonska pada budidaya jamur tiram untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil jamur tiram.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang dicoba terdiri dari dua faktor yang disusun secara faktorial, yaitu : kombinasi media (M) dan dosis pupuk Phonska (D). Perlakuan kombinasi media (M) terdiri dari tiga kombinasi yaitu : M1 = media serbuk kayu

20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg; M2 = media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg; M3 = media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg. Perlakuan dosis pupuk Phonska (D) terdiri dari empat tingkat yaitu : D0 = 0 g; D1 = 20 g; D2 = 40 g; D3 = 60 g. Jadi dengan demikian terdapat 12 perlakuan kombinasi dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 36 bag log. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Induk Hortikultura Luwus yang terletak di desa Luwus, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan. Secara geografis terletak pada ketinggian + 500 m (dpl), dengan topografi termasuk tanah datar dan sedikit berbukit. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014..

Pelaksanaan penelitian terdiri dari

beberapa kegiatan yaitu : Pengayakan serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian untuk mengurangi keragaman bahan median sehingga tingkat pertumbuhan miselium lebih merata.

Perendaman dilakukan terhadap serbuk gergaji perlu dilakukan untuk menghilangkan getah atau minyak dan untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah diuraikan oleh jamur. Setelah perendaman selesai selanjutnya dilakukan penirisan agar air yang berlebihan dalam serbuk kayu tersebut cepat menetes.

Bahan-bahan tambahan yang sudah ditimbang sesuai dengan perlakuan dicampur dengan serbuk gergaji. Pencampuran harus dilakukan secara merata dengan kadar air 50 – 65 % dan pH netral antara 6 – 7. Setelah dilakukan pencampuran pembungkusan dengan menggunakan plastik polypropylene (PP) kerena plastik ini relatif tahan panas, kemudian dipadatkan dan dilubangi. Selanjutnya bagian ujung plastik yang terbuka, tepat diatas batas media tanam dipasang cincin, diisi/disumbat dengan kapas dan ditutup dengan penutup cincin.

Setelah pembungkusan sudah selesai kemudian dilakukan disterilisasi yang bertujuan untuk menonaktifkan mikroba, bakteri, atau jasad hidup yang mungkin terbawa bersama bahan baku maupun jamur – jamur liar karena akan dapat menghambat pertumbuhan jamur utama. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80 oC – 90 oC selama 6 – 8 jam. Media yang telah disterilisasi didinginkan selama 12 jam sebelum dilakukan inokulasi. Pendinginan dilakukan sampai suhunya mencapai 25 oC- 35 oC. Untuk

mempercepat proses pendinginan dapat digunakan kipas angin atau AC.

Inokulasi segera dilakukan setelah bag log sudah dingin dan dilakukan di ruangan steril. Alat inokulasi disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70 % dan lampu spritus (lampu Bunsen). Inokulasi dilakukan dengan membuka satu persatu penutup bag log atau seluruhnya, kemudian dibuka botol atau bungkus biakan F3, selanjutnya dituangkan ditengah – tengah lubang tanam bag log. Setiap botol biakan F3 biasanya dapat ditanam 20 – 30 bag log. Tutup kembali bag log dengan penutupnya, usahakan penutupan tidak terlalu rapat agar masih ada sedikit oksigen yang masuk agar miselium jamur bisa tumbuh dengan sempurna.

Inkubasi atau proses penumbuhan miselium dilakukan dengan cara menyimpan bag log diruang inkubasi bersuhu 25 – 30 oC, kelembaban 65 – 70 % dengan ruang gelap. Apabila suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi, pertumbuhan miselium akan terhambat maka ruangan tempat inkubasi tersebut harus diatur. Lamanya waktu inkubasi ± 40 hari sampai media bag log dipenuhi miselium berwarna putih merata. Selanjutnya bag log dimasukkan kedalam rumah kubung. Bag log ditata rebah diatas rak dengan posisi satu baris tutupnya menghadap ke jalan dan baris berikutnya menghadap sebaliknya.

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga kelembaban dan suhu yaitu dengan melakukan penyiraman 2 – 3 kali sehari dengan hand sprayer, sehingga air siramnya dapat berupa kabut dan merata keseluruh bag log. Tubuh buah jamur dapat tumbuh optimal pada suhu 18 – 20 oC dengan kelembaban udara 80-85%. Kemudian dilakukan penyobekan atau penorehan pada plastik bagian atas ± 1 cm. Penorehan dapat satu atau dua tempat dengan menggunakan pisau scalpel atau cutter steril yang bertujuan untuk memberikan O2 bagi pertumbuhan tubuh buah

Panen dilakukan dengan menggunakan tangan yaitu memotong jamur beserta akarnya karena akar yang tertinggal didalam media akan membusuk dan mengganggu pertumbuhan calon jamur lainnya. Panen dilakukan pada umur 4 hari sejak pembentukan calon tubuh buah. Masa panen mencapai 3 bulan dengan interval pemanenan antara 1 – 2 minggu bag log-1.

Pengamatan dilakukan 4 hari setelah pembentukan atau munculnya calon tubuh buah

(4)

Kasiat jamur tiram bagi kesehatan adalah menghentikan pendarahan dan mempercepat pengeringan luka pada permukaan tubuh, mencegah penyakit diabetes mellitus dan penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol darah, menambah vitalitas dan daya tahan tubuh, mencegah penyakit tumor dan kanker, kelenjar gondok, influenza serta memperlancar buang air besar.

Jamur tiram relatif mudah dibudidayakan, tidak memerlukan lahan yang luas baik dalam skala rumah tangga maupun skala usaha. Masa produksinya lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan kontinyu. Budidaya jamur tiram, dapat dikelola sebagai usaha sampingan ataupun usaha ekonomis skala kecil, menengah, dan besar (industri). Tempat pemeliharaan (kubung/rumah jamur) dapat memanfaatkan bangunan yang tidak terpakai seperti, bekas gudang, kandang ataupun bangunan lain dengan melakukan modifikasi ataupun dengan membuat bangunan baru dari bahan-bahan yang sederhana yang tersedia disekitar kita seperti kayu maupun bambu.

Jamur tiram tumbuh baik pada dataran yang letaknya antara 400 – 800 m dari permukaan laut (dpl), dan untuk di daerah dataran rendah biasanya pertumbuhan jamur tiram kurang optimal. Budidaya jamur tiram memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai yaitu pada suhu 18 oC – 30 oC dan kelembaban udara maksimal berkisar 80 – 90 % (Elang dan Yadi, 2010). Dalam budidaya jamur tiram sebaiknya memperhatikan faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas jamur.

Usaha pengembangan jamur tiram di Bali mendapat tanggapan positif dikalangan petani dan besarnya minat petani untuk mengembangkannya. Minat yang besar dikalangan petani untuk dapat mengusahakan jamur tiram perlu ditunjang dengan pengetahuan teknologi pembudidayaannya. Salah satunya yaitu dengan memperhatikan jenis kombinasi media dan dosis pupuk Phonska yang digunakan.

Kombinasi media jamur diharapkan mampu untuk meningkatkan kecepatan tumbuh miselium dan dapat menghasilkan jamur yang berkualitas. Pada dasarnya untuk setiap petani/pengusaha jamur, jenis kombinasi media yang digunakan dalam budidaya jamur tiram berlainan yang diperoleh dari hasil uji coba para petani/pengusaha jamur masing-masing

diyakini mempunyai kelebihan baik dari kecepatan tumbuh dan produktivitasnya. Bahan baku dari media tumbuh atau media tanam jamur adalah serbuk kayu. Penggunaan serbuk kayu saja belum cukup perlu tambahan formula lain seperti bekatul, kapur, pupuk NPK, tepung jagung (Soenanto, 1999).

Media dengan bahan campuran serbuk kayu dan biji – bijian dianggap lebih baik karena kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan jamur lebih lengkap dibandingkan dengan yang berbahan serbuk kayu saja (Parjimo dan Andoko, 2007). Tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein yang berfungsi untuk pertumbuhan miselium dimana miselium akan tampak putih sempurna dan memanjang dengan cepat. Penggunaan tepung jagung dalam prosentase yang berlebihan akan berisiko tinggi terhadap kontaminasi jika proses seterilisassi kurang panas (Anon., 2010).

Penambahan pupuk sangat dibutuhkan dalam budidaya jamur tiram. Jamur tiram membutuhkan tambahan nutrisi berupa unsur N, P dan K yang terdapat pada pupuk Phonska untuk memacu pertumbuhan miselium jamur tiram sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap produksi jamur tiram. Pupuk diberikan dalam jumlah yang cukup yaitu tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Penggunaan pupuk berlebihan akan menyebabkan terkontaminasinya media dan terhambatnya pertumbuhan jamur begitu pula sebaliknya pertumbuhan akan terhambat juga (Anon., 2010).

Pemakaian kombinasi media yang tepat dengan pemberian pupuk dalam jumlah yang tepat diharapkan dapat memberikan faktor tumbuh terhadap jamur tiram sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu diteliti kombinasi media (bag log) dan dosis pupuk Phonska pada budidaya jamur tiram untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil jamur tiram.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang dicoba terdiri dari dua faktor yang disusun secara faktorial, yaitu : kombinasi media (M) dan dosis pupuk Phonska (D). Perlakuan kombinasi media (M) terdiri dari tiga kombinasi yaitu : M1 = media serbuk kayu

20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg; M2 = media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg; M3 = media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg. Perlakuan dosis pupuk Phonska (D) terdiri dari empat tingkat yaitu : D0 = 0 g; D1 = 20 g; D2 = 40 g; D3 = 60 g. Jadi dengan demikian terdapat 12 perlakuan kombinasi dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 36 bag log. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Benih Induk Hortikultura Luwus yang terletak di desa Luwus, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan. Secara geografis terletak pada ketinggian + 500 m (dpl), dengan topografi termasuk tanah datar dan sedikit berbukit. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2014..

Pelaksanaan penelitian terdiri dari

beberapa kegiatan yaitu : Pengayakan serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian untuk mengurangi keragaman bahan median sehingga tingkat pertumbuhan miselium lebih merata.

Perendaman dilakukan terhadap serbuk gergaji perlu dilakukan untuk menghilangkan getah atau minyak dan untuk melunakkan serbuk kayu agar mudah diuraikan oleh jamur. Setelah perendaman selesai selanjutnya dilakukan penirisan agar air yang berlebihan dalam serbuk kayu tersebut cepat menetes.

Bahan-bahan tambahan yang sudah ditimbang sesuai dengan perlakuan dicampur dengan serbuk gergaji. Pencampuran harus dilakukan secara merata dengan kadar air 50 – 65 % dan pH netral antara 6 – 7. Setelah dilakukan pencampuran pembungkusan dengan menggunakan plastik polypropylene (PP) kerena plastik ini relatif tahan panas, kemudian dipadatkan dan dilubangi. Selanjutnya bagian ujung plastik yang terbuka, tepat diatas batas media tanam dipasang cincin, diisi/disumbat dengan kapas dan ditutup dengan penutup cincin.

Setelah pembungkusan sudah selesai kemudian dilakukan disterilisasi yang bertujuan untuk menonaktifkan mikroba, bakteri, atau jasad hidup yang mungkin terbawa bersama bahan baku maupun jamur – jamur liar karena akan dapat menghambat pertumbuhan jamur utama. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80 oC – 90 oC selama 6 – 8 jam. Media yang telah disterilisasi didinginkan selama 12 jam sebelum dilakukan inokulasi. Pendinginan dilakukan sampai suhunya mencapai 25 oC- 35 oC. Untuk

mempercepat proses pendinginan dapat digunakan kipas angin atau AC.

Inokulasi segera dilakukan setelah bag log sudah dingin dan dilakukan di ruangan steril. Alat inokulasi disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70 % dan lampu spritus (lampu Bunsen). Inokulasi dilakukan dengan membuka satu persatu penutup bag log atau seluruhnya, kemudian dibuka botol atau bungkus biakan F3, selanjutnya dituangkan ditengah – tengah lubang tanam bag log. Setiap botol biakan F3 biasanya dapat ditanam 20 – 30 bag log. Tutup kembali bag log dengan penutupnya, usahakan penutupan tidak terlalu rapat agar masih ada sedikit oksigen yang masuk agar miselium jamur bisa tumbuh dengan sempurna.

Inkubasi atau proses penumbuhan miselium dilakukan dengan cara menyimpan bag log diruang inkubasi bersuhu 25 – 30 oC, kelembaban 65 – 70 % dengan ruang gelap. Apabila suhu terlalu rendah atau terlalu tinggi, pertumbuhan miselium akan terhambat maka ruangan tempat inkubasi tersebut harus diatur. Lamanya waktu inkubasi ± 40 hari sampai media bag log dipenuhi miselium berwarna putih merata. Selanjutnya bag log dimasukkan kedalam rumah kubung. Bag log ditata rebah diatas rak dengan posisi satu baris tutupnya menghadap ke jalan dan baris berikutnya menghadap sebaliknya.

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga kelembaban dan suhu yaitu dengan melakukan penyiraman 2 – 3 kali sehari dengan hand sprayer, sehingga air siramnya dapat berupa kabut dan merata keseluruh bag log. Tubuh buah jamur dapat tumbuh optimal pada suhu 18 – 20 oC dengan kelembaban udara 80-85%. Kemudian dilakukan penyobekan atau penorehan pada plastik bagian atas ± 1 cm. Penorehan dapat satu atau dua tempat dengan menggunakan pisau scalpel atau cutter steril yang bertujuan untuk memberikan O2 bagi pertumbuhan tubuh buah

Panen dilakukan dengan menggunakan tangan yaitu memotong jamur beserta akarnya karena akar yang tertinggal didalam media akan membusuk dan mengganggu pertumbuhan calon jamur lainnya. Panen dilakukan pada umur 4 hari sejak pembentukan calon tubuh buah. Masa panen mencapai 3 bulan dengan interval pemanenan antara 1 – 2 minggu bag log-1.

Pengamatan dilakukan 4 hari setelah pembentukan atau munculnya calon tubuh buah

(5)

(pin head) sampai umur bag log 3 bulan dengan interval pengamatan 1 minggu sekali. Pengamatan dalam penelitian ini meliputi: Saat miselium tumbuh penuh (hst), Berat bag log setelah miselium penuh (g), Saat munculnya badan buah pertama (hari setelah masuk kubung/hsmk), Panjang tangkai tudung bag log -1 (cm), Diameter tangkai tudung bag log-1 (cm), Diameter tudung bag log-1 (cm), Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (buah), Jumlah tudung buah jamur bag log-1 (buah), Berat segar jamur bag log-1 (g), Berat kering oven tubuh buah bag log-1 (g), Berat akhir bag log (g).

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan analisis varian. Apabila dalam uji F menunjukkan interaksi yang nyata terhadap variabel yang diamati, digunakan uji Duncan taraf 5 % untuk membandingkan nilai antar perlakuan kombinasi dan digunakan uji beda nilai terkecil (BNT) taraf 5 % untuk membandingkan perlakuan tunggal apabila uji F menunjukkan interaksi yang tidak nyata. (Gomes dan Gomes, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan kombinasi media dengan dosis pupuk Phonska berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama, diameter tudung bag log-1, jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung

buah jamur bag log-1 serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1 ( Tabel 1 ).

Saat munculnya badan buah pertama tercepat ditunjukkan oleh media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg dengan pupuk Phonska 0 g (M3D0) yaitu 6,98 hsmk, hal ini disebabkan unsur hara/nutrisi yang terkandung dalam media tersebut sudah cukup tersedia untuk pembentukan energi yang bersumber dari serbuk kayu sengon yang mengandung selulosa dan lignin yang ditambah lagi dengan penambahan tepung terigu yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.

Pembentukan badan buah dipengaruhi beberapa faktor antara lain nutrisi yang terkandung di dalam media tumbuh jamur yang terdiri dari unsur karbon dalam bentuk karbohidrat yang mana terpecah ke dalam bentuk serat kasar (selulosa), selain itu faktor lingkungan tumbuh juga berpengaruh terhadap munculnya badan buah yaitu pH, kelembaban udara, cahaya dan suhu (Widya, 2008). Munculnya badan buah jamur pertama menentukan saat panen pertama. Semakin cepat munculnya badan buah pertama, makin cepat pula badan buah jamur yang dapat dipanen. Saat munculnya badan buah pertama didukung oleh parameter diameter tudung bag log-1 yang memiliki hubungan/korelasi yang bersifat positif (r = 0,979**).

Tabel 1. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap saat munculnya badan buah pertama.

Saat munculnya badan buah pertama (hsmk) Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

9,42 d 7,35 f 6,98 f 9,46 d 7,33 f 10,96 ab 11,57 a 8,41 e 10,16 bcd 10,39 bc 9,75 cd 7,69 ef

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Diameter tudung bag log-1 tertinggi

diperoleh pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dengan

pupuk Phonska 40 g (M2D2) yaitu sebesar 7,55 cm hal ini disebabkan pada saat munculnya badan buah jamur (pinhead) berhasil tumbuh menjadi badan buah maka nutrisi yang tersimpan di dalam miselium akan ditranslokasikan untuk mendukung pembentukan setiap badan buah. Ketika jumlah

pinhead yang berhasil tumbuh menjadi badan buah lebih sedikit maka setiap badan buah yang terbentuk akan tersuplai nutrisi secara lebih sehingga akumulasi tersebut pada akhirnya akan terwujud dalam bentuk diameter badan buah yang lebih besar (Widya, 2008).

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap diameter tudung bag log-1.

Diameter tudung bag log-1 (cm)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

6,52 cde 7,16 ab 6,70 bcd 6,27 de 6,64 bcd 6,71 bcd 6,12 e 7,55 a 6,13 e 6,89 bc 6,71 bcd 6,82 bc

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1 terbanyak diperoleh pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dengan pupuk Phonska 20 g (M2D1) yaitu sebesar 12,94 buah dan 13,39 buah. Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1 secara otomatis dapat meningkatkan berat segar jamur bag log -1. Meningkatnya jumlah sel dan bertambahnya ukuran sel menyebabkan ukuran jamur tiram bertambah besar, hal ini ditunjukkan oleh banyaknya jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log -1. Jumlah tudung buah jamur bag log-1 berhubungan sangat erat dimana ada hubungan/korelasi yang bersifat positif dengan

jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (r = 0,951 **).

Berat segar jamur bag log-1 yang tertinggi dicapai pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dengan pupuk Phonska 0 g (M2D0) yaitu sebesar 132,58 g dipengaruhi atau didukung oleh parameter panjang tangkai tudung bag log-1, diameter tangkai tudung bag log-1, diameter tudung bag log-1, jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1, jumlah tudung buah jamur bag log-1. Tetapi tidak semua berhubungan erat hanya jumlah tudung buah jamur bag log-1 yang berkorelasi positif (r = 0,914**) sedangkan panjang tangkai tudung bag log-1 berkorelasi negatif (r = -0,777**).

(6)

(pin head) sampai umur bag log 3 bulan dengan interval pengamatan 1 minggu sekali. Pengamatan dalam penelitian ini meliputi: Saat miselium tumbuh penuh (hst), Berat bag log setelah miselium penuh (g), Saat munculnya badan buah pertama (hari setelah masuk kubung/hsmk), Panjang tangkai tudung bag log -1 (cm), Diameter tangkai tudung bag log-1 (cm), Diameter tudung bag log-1 (cm), Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (buah), Jumlah tudung buah jamur bag log-1 (buah), Berat segar jamur bag log-1 (g), Berat kering oven tubuh buah bag log-1 (g), Berat akhir bag log (g).

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan analisis varian. Apabila dalam uji F menunjukkan interaksi yang nyata terhadap variabel yang diamati, digunakan uji Duncan taraf 5 % untuk membandingkan nilai antar perlakuan kombinasi dan digunakan uji beda nilai terkecil (BNT) taraf 5 % untuk membandingkan perlakuan tunggal apabila uji F menunjukkan interaksi yang tidak nyata. (Gomes dan Gomes, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan kombinasi media dengan dosis pupuk Phonska berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama, diameter tudung bag log-1, jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung

buah jamur bag log-1 serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1 ( Tabel 1 ).

Saat munculnya badan buah pertama tercepat ditunjukkan oleh media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg dengan pupuk Phonska 0 g (M3D0) yaitu 6,98 hsmk, hal ini disebabkan unsur hara/nutrisi yang terkandung dalam media tersebut sudah cukup tersedia untuk pembentukan energi yang bersumber dari serbuk kayu sengon yang mengandung selulosa dan lignin yang ditambah lagi dengan penambahan tepung terigu yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.

Pembentukan badan buah dipengaruhi beberapa faktor antara lain nutrisi yang terkandung di dalam media tumbuh jamur yang terdiri dari unsur karbon dalam bentuk karbohidrat yang mana terpecah ke dalam bentuk serat kasar (selulosa), selain itu faktor lingkungan tumbuh juga berpengaruh terhadap munculnya badan buah yaitu pH, kelembaban udara, cahaya dan suhu (Widya, 2008). Munculnya badan buah jamur pertama menentukan saat panen pertama. Semakin cepat munculnya badan buah pertama, makin cepat pula badan buah jamur yang dapat dipanen. Saat munculnya badan buah pertama didukung oleh parameter diameter tudung bag log-1 yang memiliki hubungan/korelasi yang bersifat positif (r = 0,979**).

Tabel 1. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap saat munculnya badan buah pertama.

Saat munculnya badan buah pertama (hsmk) Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

9,42 d 7,35 f 6,98 f 9,46 d 7,33 f 10,96 ab 11,57 a 8,41 e 10,16 bcd 10,39 bc 9,75 cd 7,69 ef

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Diameter tudung bag log-1 tertinggi

diperoleh pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dengan

pupuk Phonska 40 g (M2D2) yaitu sebesar 7,55 cm hal ini disebabkan pada saat munculnya badan buah jamur (pinhead) berhasil tumbuh menjadi badan buah maka nutrisi yang tersimpan di dalam miselium akan ditranslokasikan untuk mendukung pembentukan setiap badan buah. Ketika jumlah

pinhead yang berhasil tumbuh menjadi badan buah lebih sedikit maka setiap badan buah yang terbentuk akan tersuplai nutrisi secara lebih sehingga akumulasi tersebut pada akhirnya akan terwujud dalam bentuk diameter badan buah yang lebih besar (Widya, 2008).

Tabel 2. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap diameter tudung bag log-1.

Diameter tudung bag log-1 (cm)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

6,52 cde 7,16 ab 6,70 bcd 6,27 de 6,64 bcd 6,71 bcd 6,12 e 7,55 a 6,13 e 6,89 bc 6,71 bcd 6,82 bc

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1 terbanyak diperoleh pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dengan pupuk Phonska 20 g (M2D1) yaitu sebesar 12,94 buah dan 13,39 buah. Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1 secara otomatis dapat meningkatkan berat segar jamur bag log -1. Meningkatnya jumlah sel dan bertambahnya ukuran sel menyebabkan ukuran jamur tiram bertambah besar, hal ini ditunjukkan oleh banyaknya jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log -1. Jumlah tudung buah jamur bag log-1 berhubungan sangat erat dimana ada hubungan/korelasi yang bersifat positif dengan

jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (r = 0,951 **).

Berat segar jamur bag log-1 yang tertinggi dicapai pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dengan pupuk Phonska 0 g (M2D0) yaitu sebesar 132,58 g dipengaruhi atau didukung oleh parameter panjang tangkai tudung bag log-1, diameter tangkai tudung bag log-1, diameter tudung bag log-1, jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1, jumlah tudung buah jamur bag log-1. Tetapi tidak semua berhubungan erat hanya jumlah tudung buah jamur bag log-1 yang berkorelasi positif (r = 0,914**) sedangkan panjang tangkai tudung bag log-1 berkorelasi negatif (r = -0,777**).

(7)

Tabel 3. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1.

Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (buah)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

11,58 bcd 10,91 de 12,88 a 10,42 ef 12,94 a 11,42 cd 12,44 ab 10,03 ef 11,92 bc 11,75 bcd 11,89 bc 9,78 f

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Berat kering oven jamur bag log-1 dipengaruhi secara tidak nyata oleh kombinasi media dan dosis pupuk Phonska serta interaksi kedua perlakuan. Berat kering oven jamur bag log-1 rata – rata pada perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska masing – masing sebesar 3,09 g. Berat kering oven jamur bag log-1 memberikan perbedaan yang sangat jauh dengan berat segar jamur bag log-1 pada perlakuan media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2) penyusutannya hingga 87,48 %, hal ini

disebabkan oleh kandungan dari tubuh buah jamur tiram. Jamur tiram yang kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk segar ini sebagian besar bagian tubuhnya terdiri dari air. Hal ini didukung oleh pendapat Soenanto (1999), bahwa kandungan gizi jamur tiram adalah air 88,80 %, kalsium 32,9 g, protein 13,8 g, karbohidrat 6,47 g, lemak 1,41 g, kalori 35 kkal dan lain – lain. Walaupun kandungan air dari jamur tiram tinggi namun tidak mengurangi kandungan gizi dari jamur tersebut.

Tabel 4. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap berat segar jamur bag log-1.

Berat segar jamur bag log-1 (g)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg,serbuk /tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3) 119,22 abcd 132,58 a 114,54 cd 125,28 abc 117,70 bcd 123,56 abcd 125,59 abc 116,24 cd 113,40 cd 131,21 ab 119,92 abcd 110,84 d

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Tabel 5. Pengaruh tunggal perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap berat kering oven jamur bag log-1.

Perlakuan Berat kering oven jamur bag log-1 (g)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk /tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

3,05 a 3,13 a

3,08 a

BNT 5 % ns

Dosis pupuk NPK Phonska - 0 g (D0) - 20 g (D1) - 40 g (D2) - 60 g (D3) 3,10 a 3,07 a 3,03 a 3,13 a BNT 5 % ns

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.

Berat akhir bag log-1 tertinggi diperoleh pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg dengan pupuk Phonska 20 g (M1D1) yaitu sebesar 516,67 g. Berat bag log mengalami pengurangan berat sebesar 95,10 % dari berat bag log setelah miselium penuh. Ini berarti

dalam pertumbuhan buah jamur banyak membutuhkan nutrisi sehingga bisa menghasilkan buah jamur yang maksimal dan berkualitas baik. Nutrisi yang terkandung dalam bag log akan mempengaruhi pertumbuhan buah jamur untuk kedepannya.

Tabel 6. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap berat akhir bag log-1.

Berat akhir bag log-1 (g)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg,serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3) 456,94 bcd 472,17 abc 445,56 cd 516,67 a 416,67 d 480,56 abc 497,22 abc 456,94 bcd 494,45 abc 472,22 abc 468,06 abc 505,56 ab

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

(8)

Tabel 3. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1.

Jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (buah)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

11,58 bcd 10,91 de 12,88 a 10,42 ef 12,94 a 11,42 cd 12,44 ab 10,03 ef 11,92 bc 11,75 bcd 11,89 bc 9,78 f

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Berat kering oven jamur bag log-1 dipengaruhi secara tidak nyata oleh kombinasi media dan dosis pupuk Phonska serta interaksi kedua perlakuan. Berat kering oven jamur bag log-1 rata – rata pada perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska masing – masing sebesar 3,09 g. Berat kering oven jamur bag log-1 memberikan perbedaan yang sangat jauh dengan berat segar jamur bag log-1 pada perlakuan media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2) penyusutannya hingga 87,48 %, hal ini

disebabkan oleh kandungan dari tubuh buah jamur tiram. Jamur tiram yang kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk segar ini sebagian besar bagian tubuhnya terdiri dari air. Hal ini didukung oleh pendapat Soenanto (1999), bahwa kandungan gizi jamur tiram adalah air 88,80 %, kalsium 32,9 g, protein 13,8 g, karbohidrat 6,47 g, lemak 1,41 g, kalori 35 kkal dan lain – lain. Walaupun kandungan air dari jamur tiram tinggi namun tidak mengurangi kandungan gizi dari jamur tersebut.

Tabel 4. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap berat segar jamur bag log-1.

Berat segar jamur bag log-1 (g)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg,serbuk /tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3) 119,22 abcd 132,58 a 114,54 cd 125,28 abc 117,70 bcd 123,56 abcd 125,59 abc 116,24 cd 113,40 cd 131,21 ab 119,92 abcd 110,84 d

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

Tabel 5. Pengaruh tunggal perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap berat kering oven jamur bag log-1.

Perlakuan Berat kering oven jamur bag log-1 (g)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk /tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3)

3,05 a 3,13 a

3,08 a

BNT 5 % ns

Dosis pupuk NPK Phonska - 0 g (D0) - 20 g (D1) - 40 g (D2) - 60 g (D3) 3,10 a 3,07 a 3,03 a 3,13 a BNT 5 % ns

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada perlakuan dan kolom yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %.

Berat akhir bag log-1 tertinggi diperoleh pada kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg dengan pupuk Phonska 20 g (M1D1) yaitu sebesar 516,67 g. Berat bag log mengalami pengurangan berat sebesar 95,10 % dari berat bag log setelah miselium penuh. Ini berarti

dalam pertumbuhan buah jamur banyak membutuhkan nutrisi sehingga bisa menghasilkan buah jamur yang maksimal dan berkualitas baik. Nutrisi yang terkandung dalam bag log akan mempengaruhi pertumbuhan buah jamur untuk kedepannya.

Tabel 6. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap berat akhir bag log-1.

Berat akhir bag log-1 (g)

Perlakuan Dosis pupuk Phonska (g)

0 (D0) 20 (D1) 40 (D2) 60 (D3)

Kombinasi media

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg (M1)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg,serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2)

- Media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3) 456,94 bcd 472,17 abc 445,56 cd 516,67 a 416,67 d 480,56 abc 497,22 abc 456,94 bcd 494,45 abc 472,22 abc 468,06 abc 505,56 ab

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan 5%.

(9)

Perlakuan kombinasi media (M) memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama dan diameter tudung bag log-1 serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter panjang tangkai tudung bag log-1, berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1.

Saat munculnya badan buah pertama tercepat ditunjukkan oleh media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3). Hal ini disebabkan dalam penggunaan tepung terigu merupakan tambahan unsur untuk media jamur tiram yang merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein yang berfungsi untuk pertumbuhan miselium, miselium akan tampak putih sempurna dan memanjang dengan cepat maka saat munculnya badan buah pertama lebih cepat (Anon., 2010). Saat munculnya badan buah pertama memiliki hubungan/korelasi yang bersifat negatif dengan saat miselium tumbuh penuh (r = -0,801 **). Hal ini berarti semakin cepat saat munculnya badan buah pertama maka semakin lambat pertumbuhan saat miselium tumbuh penuh.

Panjang tangkai tudung bag log-1 juga berhubungan erat dengan parameter jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1, hal ini dapat dilihat dari hubungan/korelasi yang bersifat positif (r = 0,987**) dan (r = 0,816**). Semakin panjang tangkai tudung bag log-1 maka semakin banyak jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1. Panjang tangkai tudung bag log-1 tertinggi ditunjukkan oleh media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2) yaitu 3,66 cm.

Diameter tudung bag log-1 berkorelasi negatif dengan panjang tangkai tudung bag log -1 (r = -0,908**) dimana semakin besar diameter tudung maka panjang tangkai tudung bag log-1 semakin pendek. Hal ini disebabkan oleh nutrisi yang tersimpan di dalam miselium sebagian besar ditranslokasikan ke tudung buah jamur dan mendapat suplai nutrisi yang lebih banyak maka tudung buah jamur menjadi besar sedangkan tangkai tudung menjadi pendek.

Berat segar jamur bag log-1 akan berpengaruh terhadap berat akhir bag log-1 dimana semakin tinggi berat segar jamur bag log-1 yangdihasilkan maka semakin rendahnya berat akhir bag log-1 (r = -0,766**). Hal ini

dikarenakan pertumbuhan buah jamur banyak membutuhkan nutrisi sehingga bisa menghasilkan buah jamur yang maksimal dan berkualitas baik dalam media, nutrisi terpenting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium dan pembentukan badan buah adalah selulosa, hemiselulosa, lignin dan protein yang banyak terdapat dalam kayu. Selain itu perlu ditambahkan beberapa bahan tambahan antara lain bekatul atau dedak sebagai sumber karbohidrat, lemak dan protein, kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH media. Nutrisi bahan – bahan tersebut perlu ditambahkan mengingat jamur tiram putih termasuk organisme heteropik (Yuniasmara, dkk, 1997).

Berat bag log setelah miselium penuh, jumlah tudung buah jamur bag log-1 dengan berat segar jamur bag log-1 berhubungan sangat erat ( r = 0,897** ), (r = 0,914**) dimana semakin berat bag log setelah miselium penuh dan semakin banyak jumlah tudung buah jamur bag log-1 akibat perlakuan kombinasi media (M) menyebabkan semakin tinggi pula berat segar jamur bag log-1.

Perlakuan dosis pupuk Phonska (D) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter diameter tangkai tudung bag log-1 serta berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama. Antara saat munculnya badan buah pertama dengan berat segar jamur bag log-1 berhubungan sangat erat (r = 0,923 **) dimana semakin cepat munculnya badan buah pertama akibat perlakuan dosis pupuk Phonska (D) menyebabkan semakin tinggi pula berat segar jamur bag log-1 yang dihasilkan.

Saat munculnya badan buah pertama tercepat ditunjukkan oleh pupuk Phonska 0 g. Hal ini disebabkan dalam pertumbuhan miselium dan munculnya badan buah pertama belum banyak membutuhkan nutrisi masih memanfaatkan nutrisi yang tersedia dalam media serbuk kayu. Setelah tahap pembentukan badan buah baru membutuhkan nutrisi yang cukup untuk pembentukan badan buah yang maksimal. Dalam hal ini perlu diingat Pupuk diberikan dalam jumlah yang cukup yaitu tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Penggunaan pupuk berlebihan akan menyebabkan terkontaminasinya media dan terhambatnya pertumbuhan jamur begitu pula sebaliknya pertumbuhan akan terhambat juga (Anon., 2010).

Diameter tangkai tudung bag log-1 tertinggi dihasilkan pada pupuk Phonska 0 g

yaitu sebesar 1,16 cm. Diameter tangkai tudung bag log-1 berkorelasi positif dengan jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (r = 0,880**) dan jumlah tudung buah jamur bag log-1 (r = 0,983**). Semakin besar diameter tangkai tudung bag log-1 maka semakin banyak jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2) berpengaruh terhadap perkembangan miselium, munculnya badan buah dan buah jamur segar, dimana memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan pertumbuhan buah jamur secara keseluruhan, yang terlihat jelas pada berat segar jamur.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil analisis dan uraian di atas, dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut :

1. Interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska (MD) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap variabel saat munculnya badan buah pertama, diameter tudung bag log-1, jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1, jumlah tudung buah jamur bag log-1, berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1.

2. Berat segar jamur bag log-1 yang tertinggi dicapai oleh interaksi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dan pupuk Phonska 0 g (M2D0) yaitu sebesar 132,58 g meningkat sebesar 19,61 % dibandingkan dengan berat segar jamur bag log-1 terendah yang dicapai oleh interaksi antara media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kgdan pupuk Phonska 60 g (M3D3) yaitu sebesar 110,84 g.

3. Berat kering oven jamur bag log-1 dipengaruhi secara tidak nyata oleh perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska. Berat kering oven jamur bag log-1 rata – rata pada

perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska masing – masing sebesar 3,09 g.

Saran

1. Untuk mendapatkan hasil jamur yang tertinggi sesuai dengan penelitian ini maka petani jamur disarankan menggunakan kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dan pupuk Phonska 0 g.

2. Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut dengan beberapa variasi perlakuan media dengan agroklimat yang berbeda baik ketinggian tempat, suhu dan kelembaban yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2007. Sekilas Budidaya Jamur

Tiram (Pleurotus sp). Luwus : Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali UPTD Balai Benih Induk Tanamaan Pangan.

Anonimus. 2010. Jamur Tiram. http : id. Wikipedia.org/wiki/jamur _tiram.

Opened : 18 Desember 2011.

Cahyana, Y.A., Muchrodji., Bakrun, M. 1997.

Jamur Tiram. Cianjur : PT Penebar

Swadaya.

Elang, I.M., Yadi, M.N.2010. Bisnis Jamur

Tiram di Rumah Sendiri. Bogor : PT

Penerbit IPB Press.

Gomez, K.A., Gomez, A. 1995. Prosedur

Statistik untuk Penelitian Pertanian.

Jakarta: Universitas Indonesia Press (terjemahan)

Parjimo, H., Andoko, A. 2007. Budidaya Jamur

(Jamur kuping, jamur tiram dan jaamur merang). Solo : Penerbit. Pt Agromedia

Pustaka.

Soenanto, H. 1999. Jamur Tiram Budidaya dan

Peluang Usaha. Solo : Aneka Ilmu.

Widya, K. 2008.Kajian Berbagai Macam

Limbah Pertanian Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram (Pleurotus floridae). Malang :

Universitas Brawijaya.

Yuniasmara, S., Muchrodji dan Bakrun, M.1997. Jamur Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya.

(10)

Perlakuan kombinasi media (M) memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama dan diameter tudung bag log-1 serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter panjang tangkai tudung bag log-1, berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1.

Saat munculnya badan buah pertama tercepat ditunjukkan oleh media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kg (M3). Hal ini disebabkan dalam penggunaan tepung terigu merupakan tambahan unsur untuk media jamur tiram yang merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein yang berfungsi untuk pertumbuhan miselium, miselium akan tampak putih sempurna dan memanjang dengan cepat maka saat munculnya badan buah pertama lebih cepat (Anon., 2010). Saat munculnya badan buah pertama memiliki hubungan/korelasi yang bersifat negatif dengan saat miselium tumbuh penuh (r = -0,801 **). Hal ini berarti semakin cepat saat munculnya badan buah pertama maka semakin lambat pertumbuhan saat miselium tumbuh penuh.

Panjang tangkai tudung bag log-1 juga berhubungan erat dengan parameter jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1, hal ini dapat dilihat dari hubungan/korelasi yang bersifat positif (r = 0,987**) dan (r = 0,816**). Semakin panjang tangkai tudung bag log-1 maka semakin banyak jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1. Panjang tangkai tudung bag log-1 tertinggi ditunjukkan oleh media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2) yaitu 3,66 cm.

Diameter tudung bag log-1 berkorelasi negatif dengan panjang tangkai tudung bag log -1 (r = -0,908**) dimana semakin besar diameter tudung maka panjang tangkai tudung bag log-1 semakin pendek. Hal ini disebabkan oleh nutrisi yang tersimpan di dalam miselium sebagian besar ditranslokasikan ke tudung buah jamur dan mendapat suplai nutrisi yang lebih banyak maka tudung buah jamur menjadi besar sedangkan tangkai tudung menjadi pendek.

Berat segar jamur bag log-1 akan berpengaruh terhadap berat akhir bag log-1 dimana semakin tinggi berat segar jamur bag log-1 yangdihasilkan maka semakin rendahnya berat akhir bag log-1 (r = -0,766**). Hal ini

dikarenakan pertumbuhan buah jamur banyak membutuhkan nutrisi sehingga bisa menghasilkan buah jamur yang maksimal dan berkualitas baik dalam media, nutrisi terpenting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium dan pembentukan badan buah adalah selulosa, hemiselulosa, lignin dan protein yang banyak terdapat dalam kayu. Selain itu perlu ditambahkan beberapa bahan tambahan antara lain bekatul atau dedak sebagai sumber karbohidrat, lemak dan protein, kapur sebagai sumber mineral dan pengatur pH media. Nutrisi bahan – bahan tersebut perlu ditambahkan mengingat jamur tiram putih termasuk organisme heteropik (Yuniasmara, dkk, 1997).

Berat bag log setelah miselium penuh, jumlah tudung buah jamur bag log-1 dengan berat segar jamur bag log-1 berhubungan sangat erat ( r = 0,897** ), (r = 0,914**) dimana semakin berat bag log setelah miselium penuh dan semakin banyak jumlah tudung buah jamur bag log-1 akibat perlakuan kombinasi media (M) menyebabkan semakin tinggi pula berat segar jamur bag log-1.

Perlakuan dosis pupuk Phonska (D) berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap parameter diameter tangkai tudung bag log-1 serta berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap parameter saat munculnya badan buah pertama. Antara saat munculnya badan buah pertama dengan berat segar jamur bag log-1 berhubungan sangat erat (r = 0,923 **) dimana semakin cepat munculnya badan buah pertama akibat perlakuan dosis pupuk Phonska (D) menyebabkan semakin tinggi pula berat segar jamur bag log-1 yang dihasilkan.

Saat munculnya badan buah pertama tercepat ditunjukkan oleh pupuk Phonska 0 g. Hal ini disebabkan dalam pertumbuhan miselium dan munculnya badan buah pertama belum banyak membutuhkan nutrisi masih memanfaatkan nutrisi yang tersedia dalam media serbuk kayu. Setelah tahap pembentukan badan buah baru membutuhkan nutrisi yang cukup untuk pembentukan badan buah yang maksimal. Dalam hal ini perlu diingat Pupuk diberikan dalam jumlah yang cukup yaitu tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Penggunaan pupuk berlebihan akan menyebabkan terkontaminasinya media dan terhambatnya pertumbuhan jamur begitu pula sebaliknya pertumbuhan akan terhambat juga (Anon., 2010).

Diameter tangkai tudung bag log-1 tertinggi dihasilkan pada pupuk Phonska 0 g

yaitu sebesar 1,16 cm. Diameter tangkai tudung bag log-1 berkorelasi positif dengan jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 (r = 0,880**) dan jumlah tudung buah jamur bag log-1 (r = 0,983**). Semakin besar diameter tangkai tudung bag log-1 maka semakin banyak jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1 dan jumlah tudung buah jamur bag log-1.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat dikatakan bahwa media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg (M2) berpengaruh terhadap perkembangan miselium, munculnya badan buah dan buah jamur segar, dimana memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perkembangan pertumbuhan buah jamur secara keseluruhan, yang terlihat jelas pada berat segar jamur.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari hasil analisis dan uraian di atas, dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut :

1. Interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska (MD) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap variabel saat munculnya badan buah pertama, diameter tudung bag log-1, jumlah tangkai tudung buah jamur bag log-1, jumlah tudung buah jamur bag log-1, berat segar jamur bag log-1 dan berat akhir bag log-1.

2. Berat segar jamur bag log-1 yang tertinggi dicapai oleh interaksi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dan pupuk Phonska 0 g (M2D0) yaitu sebesar 132,58 g meningkat sebesar 19,61 % dibandingkan dengan berat segar jamur bag log-1 terendah yang dicapai oleh interaksi antara media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, tepung terigu 0,1 kgdan pupuk Phonska 60 g (M3D3) yaitu sebesar 110,84 g.

3. Berat kering oven jamur bag log-1 dipengaruhi secara tidak nyata oleh perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska. Berat kering oven jamur bag log-1 rata – rata pada

perlakuan kombinasi media dan dosis pupuk Phonska masing – masing sebesar 3,09 g.

Saran

1. Untuk mendapatkan hasil jamur yang tertinggi sesuai dengan penelitian ini maka petani jamur disarankan menggunakan kombinasi media serbuk kayu 20 kg, bekatul 4 kg, kapur 1,2 kg, gula pasir 0,04 kg, serbuk/tepung jagung 0,1 kg dan pupuk Phonska 0 g.

2. Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut dengan beberapa variasi perlakuan media dengan agroklimat yang berbeda baik ketinggian tempat, suhu dan kelembaban yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2007. Sekilas Budidaya Jamur

Tiram (Pleurotus sp). Luwus : Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali UPTD Balai Benih Induk Tanamaan Pangan.

Anonimus. 2010. Jamur Tiram. http : id. Wikipedia.org/wiki/jamur _tiram.

Opened : 18 Desember 2011.

Cahyana, Y.A., Muchrodji., Bakrun, M. 1997.

Jamur Tiram. Cianjur : PT Penebar

Swadaya.

Elang, I.M., Yadi, M.N.2010. Bisnis Jamur

Tiram di Rumah Sendiri. Bogor : PT

Penerbit IPB Press.

Gomez, K.A., Gomez, A. 1995. Prosedur

Statistik untuk Penelitian Pertanian.

Jakarta: Universitas Indonesia Press (terjemahan)

Parjimo, H., Andoko, A. 2007. Budidaya Jamur

(Jamur kuping, jamur tiram dan jaamur merang). Solo : Penerbit. Pt Agromedia

Pustaka.

Soenanto, H. 1999. Jamur Tiram Budidaya dan

Peluang Usaha. Solo : Aneka Ilmu.

Widya, K. 2008.Kajian Berbagai Macam

Limbah Pertanian Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram (Pleurotus floridae). Malang :

Universitas Brawijaya.

Yuniasmara, S., Muchrodji dan Bakrun, M.1997. Jamur Tiram. Jakarta : Penebar Swadaya.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap saat  munculnya badan buah pertama
Tabel 1. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap saat  munculnya badan buah pertama
Tabel 3. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap jumlah tangkai  tudung buah jamur bag log -1
Tabel 4. Pengaruh interaksi antara kombinasi media dan dosis pupuk Phonska terhadap berat segar  jamur bag log -1

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai racun kontak, maserat bunga kecombrang ( E.Elatior Jack R. Sm ) yang disemprotkan dapat langsung mengenai bagian tubuh nyamuk yang menyebabkan nyamuk jatuh dan

Ayat ini menceritakan tentang orang-orang yang mengambil berhala- berhala sebagai teman sekutunya, teman yang tidak dapat memberikan manfaat kepada mereka sedikitpun, tidak

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui Pertunjukan dari Tari Bekanjar yang terdapat dalam budaya adatdi Desa Kindingan kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah,

Analisis keragaman pengaruh pelarut, konsentrasi, dan isolat terhadap zona hambat pada mikroba uji E.. coli Post Hoc Test pelarut untuk mikroba

Tiap ekstrak diuji pengaruhnya terhadap waktu kematian cacing Ascaridia galli Sp secara In Vitro yang diamati selama 2 hari setiap 4 jam sekali dengan pembanding kontrol positif

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan pemanfaatan dana Bantuan Sosial sesuai dengan Pasal 2 Surat Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak

Pembelajaran matematika realistik sangat dekat dengan filsafat konstruktivisme dari Piaget yang menyebutkan pengetahuan itu adalah konstruksi dari seseorang yang

(2) Peningkatan Kemampuan Apresiasi Cerpen Dengan Menggunakan Model Taba Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 01 Tegalrejo Musi Rawas,