Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017
PERCEPATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN METODE PERTUKARAN
WAKTU DAN BIAYA (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG
SEKOLAH SMP ISLAM FARADISA TANGGERANG SELATAN)
Mardiaman1, Iwan Bahtiar2, dan Kristina Sembiring3
1
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa Jalan Letjen TB Simatupang No. 152 Jakarta Email:[email protected]
2Juurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa Jalan Letjen TB Simatupang No. 152 Jakarta
Email: [email protected]
3
Jurusan Teknik Sipil Universitas Tama Jagakarsa Jalan Letjen TB Simatupang No. 152 Jakarta Email: [email protected]
ABSTRAK
Percepatan waktu dalam lingkup proyek dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis, karena kegiatan-kegiatan kritis memiliki hubungan saling bergantung. Percepatan durasi waktu dapat dilakukan dengan cara menambah jam kerja dan jumlah tenaga kerja. Percepatan dilakukan dengan metode pertukaran waktu dan biaya (time cost trade off), dimana jumlah upah kerja akan bertambah karena ada tambahan waktu kerja sesuai keputusan menteri tenaga kerja No. 102/ MEN/VI/2004. Studi kasus dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Sekolah SMP Islam Faradisa Tanggerang Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan biaya karena dilakukan perpanjangan waktu dan penambahan jumlah tenaga kerja pada kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis. Data terkait dikumpulkan secara langsung dari kontraktor. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa biaya optimum untuk penambahan waktu kerja selama satu jam, akan menyebabkan penambahan biaya sebesar Rp 15.818.250 dan pengurangan waktu selama 49 hari. Sementara itu, untuk penambahan tenaga kerja didapat penambahan biaya sebesar Rp 33.985.000 dan pengurangan waktu selama 49 hari. Penelitian ini berkontribusi bagi kontraktor karena dapat diketahui persentase pengurangan biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi.
Kata kunci : biaya, waktu, percepatan, pertukaran waktu dan biaya, lintasan kritis.
1.
PENDAHULUAN
Pelaksanaan proyek konstruksi dapat diperlambat dan dipercepat. Beberapa faktor penyebab terjadinya keterlambatan: kondisi lokasi buruk, perubahan desain, cuaca, kurang pekerja, material, peralatan, salah spesifikasi, dan pemilik proyek kurang terlibat. Keterlambatan pekerjaan konstruksi dapat dipercepat, namun harus diperhatikan faktor biaya, apakah menambah biaya rencana atau tidak. Pertambahan biaya karena percepatan diharapkan seminimum mungkin namun mutu tetap terjaga. Percepatan dilakukan dengan menambah jam kerja, peralatan yang lebih produktif, jumlah pekerja, menggunakan material yang lebih cepat pemasangannya, dan metode konstruksi yang lebih cepat. Penambahan jam kerja mempengaruhi produktivitas pekerja (Gartiwi, 1999).
Dengan adanya keterbatasan jumlah tenaga kerja, maka dapat digunakan alternatif menambah jam kerja. Percepatan proyek dilakukan pada kegiatan yang bersifat kritis, sehingga perlu ditentukan lintasan kritisnya (Wiratmani & Prawitasari, 2013). Dalam percepatan akan ada hubungan antara pengurangan waktu pelaksanaan kegiatan kritis dan pertambahan biaya yang terjadi. Istilah ini disebut dengan analisis pertukaran waktu dan biaya (time cost trade off
analysis). Penelitian relevan telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu seperti (Palma, Putra, Arief
Andriansyah, dan Pudjianto, 2014); (Lilik, Rochani, dan Supomo, 2012); (Ariany, 2010). Pembangunan sekolah SMP Faradisa yang menjadi objek penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai selesai dengan durasi waktu 58 minggu (406 hari) dengan anggaran biaya Rp 14.310.796.558,- (empat belas milyar tiga ratus sepuluh juta tujuh ratus sembilan puluh enam ribu lima ratus lima puluh delapan rupiah). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan biaya karena dilakukannya pertambahan waktu kerja dan penambahan tenaga kerja.
2.
KAJIAN TEORI
Percepatan pada suatu kegiatan dalam lingkup proyek dapat dilakukan dengan cara yaitu: 1) menambah jumlah tenaga kerja; 2) menambah jam kerja (Darmayudha dan Armaeni, 2015), 3) menggunakan peralatan yang baik dan 4) mengubah metode konstruksi. Menambah tenaga kerja perlu memperhatikan yaitu: produktivitas kerja, keterbatasan sumber daya, jumlah tenaga kerja di lapangan. Penambahan jam kerja akan menambah besar biaya
tenaga kerja karena upah kerja akan berbeda setelah jam kerja normal. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.102/MEN/VI/2004 (Anonim, 2004) bahwa upah karena dilakukannya penambahan jam kerja akan bervariasi. Penambahan waktu kerja satu jam pertama, maka besar upah menjadi 1,5 kali upah waktu normal dan jam kerja ke dua menjadi 2 kali upah per jam waktu normal. Menurut Keputusan Gubernur Provinsi Banten No. 561/Kep.553-Huk/2016 tanggal 23 November 2016 tentang penetapan upah minimum kabupaten/Kota di Provinsi Banten tahun 2017 (Keputusan Gubernur, 2016) ditetapkan seperti pada tabel 1:
Tabel 1. Upah Minimum Kabupaten/Kota di Provinsi Banten tahun 2017
No. Kab/Kota Biaya
1 Kota Serang Rp. 2.866.595,31 2 Kabupaten Lebak Rp. 2.127.112,50 3 Kabupaten Pandeglang Rp. 2.164.979,43 4 Kabupaten Tangerang Rp. 3.270.936,13 5 Kota Cilegon Rp. 3.331.997,62 6 Kabupaten Serang Rp. 3.258.866,25 7 Kota Tangerang Rp. 3.295.075,88 8 Kota Tangerang Selatan Rp. 3.270.936,13 Sumber : Dinakertrans Prov Banten 2017
Salah satu strategi dalam mempercepat penyelesaian proyek konstruksi dilakukan dengan menambah jam kerja (lembur) pekerja. Tenaga kerja langsung mempengaruhi program crashing (Sirait, 2010). Penambahan jam kerja sering dilakukan karena dapat memberdayakan sumber daya yang sudah ada di lapangan. Lama waktu kerja normal adalah 7 jam (jam 08.00 - 16.00, satu jam istirahat), jam lembur dilakukan setelah jam kerja normal. Penambahan jam kerja dilakukan dengan penambahan 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam sesuai lama waktu yang diinginkan. Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi sebuah pekerjaan dengan metode jam kerja lembur adalah:
1. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00–17.00), sedangkan lembur dilakukan setelah waktu kerja normal. 2. Besar upah pekerja untuk kerja lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 102/MEN/VI/2004 pasal
11 dihitung sebagai berikut:
a. Untuk jam kerja lembur pertama, harus dibayar upah lembur sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah satu jam. b. Untuk etiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 2 (dua) kali upah satu jam.
3.
METODE PENELITIAN
Data lingkup kegiatan proyek, upah kerja, gambar jaringan dan data terkait dikumpulkan dari kontraktor. Selanjutnya data terkait diolah untuk mendapatkan perbandingan biaya karena dilakukan perpanjangan waktu dan penambahan jumlah tenaga kerja pada kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis.
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan waktu penyelesaian semua kegiatan dalam proyek diperoleh dengan membuat jaringan (networking) proyek dan menentukan lintasan kritisnya dengan hitungan maju dan mundur seperti digambarkan dalam gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Diagram CPM pada kegiatan proyek gedung SMP Islam Faradisa Tanggerang Selatan Sumber : Pengolahan data.
Gambar 2. Diagram CPM pada kegiatan proyek Gedung SMP Islam Faradisa Tanggerang Selatan. Berdasarkan gambar 1 dan 2 didapat daftar pekerjaan kritis dalam lintasan kritis seperti pada tabel 2.
Tabel 2. Kegiatan-kegiatan Kritis
No Kode Uraian Pekerjaan Durasi 1 A Pekerjaan Persiapan 32 2 B1 Struktur Dasar 106 3 B2 Struktur Lantai 1 80 4 B3 Struktur Lantai 2 80 5 D1 Instalasi Listrik Lantai Dasar 52 6 C1 Sanitasi dan Arsitektur Lantai Dasar 79 7 B4 Struktur Lantai 3 81 8 D2 Instalasi Listrik Lantai 1 45 9 C2 Sanitasi dan Arsitektur Lantai 1 65 10 B5 Struktur Lantai 4 dan Atap 45 11 D3 Instalasi Listrik Lantai 2 52 12 C3 Sanitasi dan Arsitektur Lantai 2 65 13 D4 Instalasi Listrik Lantai 3 45 14 C4 Sanitasi dan Arsitektur Lantai 3 65
Dalam pelaksanaan kegiatan ada 2 biaya yang dikeluarkan adalah biaya langsung dan tidak langsung. Adapun rincian biaya langsung pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3. Biaya Langsung
Kode Jenis Pekerjaan Biaya (Rp) A Pekerjaan persiapan 19.045.051,00 B Pekerjaan struktur I Lantai dasar 872.461.363,76 II Lantai 1 888.420.688,94 III Lantai 2 888.420.688,94 IV Lantai 3 888.420.688,94 V Lantai 4 + Atap 219.002.092,20 C Pekerjaan arsitektur dan sanitasi
I Lantai dasar 722.730.518,18 II Lantai 1 585.434.105,23 III Lantai 2 581.148.851,35 IV Lantai 3 581.148.851,35 V Pekerjaan lain-lain 617.141.769,30 D Pekerjaan listrik I Lantai dasar 44.418.159,00 II Lantai 1 36.394.714,00 III Lantai 2 30.204.962,00 IV Lantai 3 39.704.962,00 Jumlah (RC) dan overhead 10% 7.715.507.212,79 Adapun rincian biaya tidak langsung dapat dilihat pada tabel 4
Tabel 4. Biaya Tidak Langsung
Jenis Biaya Pekerja Gaji/bulan (Rp) Biaya (RP) 1.Gaji Staff Proyek
- Proyek Manager 1 Orang 12.000.000 12.000.000 - Site Manager 1 Orang 8.000.000 8.000.000 - ME 1 Orang 3.500.000 3.500.000 - Pelaksana 2 Orang 4.000.000 8.000.000 - Administrasi 1 Orang 3.100.000 3.100.000 - Logistik 1 Orang 3.100.000 3.100.000 - Drafter 1 Orang 3.500.000 3.500.000 - Satpam 2 Orang 2.800.000 5.600.000 2. Fasilitas - Listrik 5.000.000 - Air 2.000.000 Total 53.800.000
Penambahan jam kerja memakai 8 jam kerja normal dan 1 jam istrahat (08.00-17.00), sedangkan kerja lembur dilakukan setelah waktu kerja normal (18.00-22.00). Menurut keputusan menteri tenaga kerja No.102/MEN/VI/2004 pasal 3, pasal 7 dan pasal 11 standar upah untuk lembur:
1. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling lama 3 (jam) dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
2. Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 jam atau lebih.
3. Untuk kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1,5 kali upah/jam.
4. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar sebesar 2 (dua) kali upah per jam.
Tabel 5. Upah lembur tenaga kerja
No Jenis Pekerjaan Upah kerja/hari (Rp) Upah kerja/jam (Rp) 1 Mandor 130.000,00 16.250,00
2 Kepala tukang 120.000,00 15.000,00 3 Tukang 105.000,00 13.125,00 4 Pekerja 85.000,00 10.625,00 5 Operator alat berat 130.000,00 16.250,00 6 Pembantu operator 95.000,00 11.875,00 7 Supir truk 95.000,00 11.875,00 8 Kernet truk 85.000,00 10.625,00 9 Security 85.000,00 10.625,00
Produktivitas kerja lembur diperhitungkan sebesar 75% dari produktivitas kerja normal. Untuk kegiatan-kegiatan kritis yang dipercepat dihitung berdasarkan data biaya langsung pekerjaan sehingga diperoleh pertambahan biaya (cost slope) pekerjaan untuk pertambahan makanan, minuman dan buah diasumsikan sebesar Rp, 25.000/pekerja, perhitungannya sebagai berikut:
Pekerjaan Struktur Lantai dasar
Volume = 81.80 m³
Durasi normal (B1) = 106 hari x 8 jam = 848 jam Crasing = 14 hari
Durasi percepatan = 106 – 14 = 92 hari x 8 jam = 736 jam Produktivitas harian normal = = = 0,096 m³/jam Produktifitas harian dipercepat = = = 0,111 m³/jam
Waktu lembur per hari = x 8 jam x 75% = 0,91 jam/hari = 1 jam/hari Tambahan waktu lembur = 1 jam/hari x 14 hari =14 jam
Biaya lembur perjam :
Tukang = Rp.13.125 x 1,5 = Rp.19.687,5 Kepala tukang = Rp.15.000 x 1,5 = Rp.22.500 Mandor = Rp.16.250 x 1,5 = Rp.24.375 Pekerja = Rp.10.625 x 1,5 = Rp.15.375 Operator alat berat = RP.16.250 x 1,5 = Rp.24.375 Pembantu operator = Rp.11.875 x 1,5 = Rp.17.812,5 Supir truk = Rp.11.875 x 1,5 = Rp.17.812,5 Kernet truk = Rp.10.625 x 1,5 = Rp.15.375 Security malam = Rp.10.625 x 1,5 = Rp.15.375 Upah Lembur : Tukang = 2 x 14 jam x Rp.19.687,5 = Rp.551.250 Kepala tukang = 1 x 14 jam x Rp.22.500 = Rp.315.000 Mandor = 1 x 14 jam x Rp.24.375 = Rp.341.250 Pekerja = 6 x 14 jam x Rp.15.375 = Rp.1.291.500 Operator alat berat = 1 x 14 jam x Rp.24.375 = Rp.341.250 Pembantu operator = 1 x 14 jam x Rp.17.812,5 = Rp.249.375 Supir truk = 1 x 14 jam x Rp.17.812,5 = Rp.249.375 Kernet truk = 1 x 14 jam x Rp.15.375 = Rp.215.250 Security malam = 1 x 14 jam x Rp.15.375 = Rp.215.250
Total biaya tambahan makanan, minuman dan buah = Rp.25.000 x Jumlah pekerja. Maka total biaya lembur = Rp, 3.769.500 + (Rp.25.000 x 15) = Rp. 4.144.500
Biaya normal = Rp, 33.390.000,00
Biaya percepatan = Rp, 33.390.000,00 + Rp 4.144.500 = Rp, 37.159.500,00 Slope biaya per hari =
=
= Rp, 45.048,913 /hari
Slope biaya crasing = Rp, 45.048,913 x 14 hari = Rp,630.684,782,- Maka perhitungan upah lembur dan slope biaya seperti tabel 6 dan 7
Tabel 6. Upah Biaya Lembur
No Pekerjaan Upah Lembur (Rp) 1 Struktur dasar 4.144.500
2 Struktur lantai 1 2.259.750 3 Struktur lantai 2 2.259.750 4 Sanitasi dan arsitektur lantai dasar 1.990.500 5 Sanitasi dan arsitektur lantai 1 1.721.250 6 Sanitasi dan arsitektur lantai 2 1.721.250 7 Sanitasi dan arsitekturlLantai 3 1.721.250
Tabel 7. Slope Biaya Pekerjaan Akibat Percepatan dengan Jam Lembur Kode Normal Crasing Percepatan Slope
Hari Biaya (Rp) Hari Biaya (Rp) Biaya (Rp) B1 106 33.390.000 14 92 37.159.500 4.144.500 B2 80 14.400.000 7 73 16.284.750 2.259.750 B3 80 15.600.000 7 73 17.484.750 2.259.750 C1 79 58.302.000 6 73 59.917.500 1.990.500 C2 65 12.675.000 5 60 14.021.250 1.721.250 C3 65 9.262.500,00 5 60 10.608.750 1.721.250 C4 65 9.262.500 5 60 10.608.750 1.721.250 Perhitungan biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya total akibatkan pertambahan jam kerja: Biaya langsung = Rp,7.014.097.466,17 + Rp,4.144.500 = Rp,7.018.241.966,17
Biaya tidak langsung = (Rp, 7.280.931.198 : 406) x 392 = Rp. 7.029.865.360 Biaya total = Rp,7.280.931.198+Rp,7.029.865.360 = Rp. 14.310.796.558 Dari pengolahan data pada pekerjaan lintasan kritis diperoleh hasil seperti pada table 8:
Tabel 8. Perhitungan Biaya Langsung Jam Lembur
N0 Jenis Pekerjaan Durasi Biaya (Rp)
1 Pekerjaan Struktur Lantai Dasar 392 7.017.866.966,17 2 Pekerjaan Struktur Lantai 1 399 7.015.982.216.17 3 Pekerjaan Struktur Lantai 2 399 7.015.982.216.17 4 Pekerjaan Sanitasi dan Arsitektur Lantai Dasar 400 7.015.712.966,17 5 Pekerjaan Sanitasi dan Arsitektur Lantai 1 401 7.015.443.716,17 6 Pekerjaan Sanitasi dan Arsitektur Lantai 2 401 7.015.443.716,17 7 Pekerjaan Sanitasi dan Arsitektur Lantai 3 401 7.015.443.716,17
Selanjutnya perhitungan biaya tidak langsung akibat jam lembur yang terdapat pada pekerjaan yang ada dalam jalur lintasan kritis pada tabel 9.
Tabel 9. Perhitungan Biaya Tidak Langsung dengan Jam Lembur No Jenis Pekerjaan Durasi Biaya (Rp)
406 7.029.985.360,00 1 Pekerjaan struktur lantai dasar 392 6.787.456.209,66 2 Pekerjaan struktur lantai 1 399 6.908.660.784,83 3 Pekerjaan struktur lantai 2 399 6.908.660.784,83 4 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur Lt dasar 400 6.925.975.724,14 5 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur Lt 1 401 6.943.290.663,45 6 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur Lt 2 401 6.943.290.663,45 7 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur Lt 3 401 6.943.290.663,45
Tabel 10. Total Biaya Proyek akibat Jam Lembur
No Durasi Biaya Langsung (Rp) Biaya Tidak Langsung(Rp) Total Biaya(Rp) 1 392 Hari 7.017.866.966 6.787.456.210 13.805.323.176 2 399 Hari 7.015.982.216 6.908.660.785 13.924.643.001 3 399 Hari 7.025.982.216 6.908.660.785 13.924.643.001 4 400 Hari 7.015.712.966 6.925.975.724 13.941.688.690 5 401 Hari 7.015.443.716 6.943.290.663 13.958.734.380 6 401 Hari 7.015.443.716 6.943.290.663 13.958.734.380 7 401 Hari 7.015.443.416 6.943.290.663 13.958.734.380
Berdasarkan tabel 11 diperoleh total biaya proyek dengan durasi atau umur proyek yang optimal yakni pada umur proyek 357 hari kerja dengan total biaya proyek yang optimum sebesar Rp, 8.034.341.024 dengan persentase efisiensi waktu dan biaya proyek yaitu:
1. Efisiensi waktu proyek
406 HK – 49 HK = 357 hari atau x 100% = 12,069 %
2.Efisiensi biaya proyek Rp, 3.038.307.000 - Rp, 3.034.341.024 = Rp 3.965.976 atau x 100% = 0,131%
Untuk perhitungan penambahan pekerja dilakukan pada kegiatan-kegiatan kritis yang akan dipercepat dan dihitung berdasarkan data biaya langsung pekerjaan sehingga diperoleh pertambahan biaya (cost slope) pekerjaan. Adapun salah satu contoh perhitungannya yaitu:
Pekekerjaan Struktur Dasar
Volume = 81,80 m³ Durasi normal = 106 hari Kapasitas tenaga kerja per 1 m³ adalah:
Pekerja 3,80 org/hr = Rp, 85.000,00 Mandor 0,30 org/hr = Rp, 130.000,00 Tukang 1,80 org/hr = Rp, 105.000,00 Kepala tukang 0,10 org/hr = Rp, 120.000,00
Kapasitas pekerja = = 0,2632 m³/orang.hari Jumlah pekerja = = 2.93 dibulatkan 3 orang Jadi upah pekerja = 3 orang x Rp, 85.000,00 = Rp,255.000,00/hari
Kapasitas mandor = = 0,0789 m³/orang.hari Jumlah mandor = 0,0789 x 3 orang = 0,24 = 1 orang Jadi upah mandor = 1 orang x Rp, 130.000,00 = Rp, 130.000/hari. Kapasitas tukang = = 0,556 m³/orang.hari
Jadi upah tukang = 2 orang x Rp, 105.000,00 = Rp, 210.000/hari Kapasitas kepala tukang = = 0,056 m³/orang.hari
Jumlah kepala tukang = 0,056 x 2 orang = 0,11 = 1 orang
Jadi upah kepala tukang = 1 orang x Rp,120.000,00 = Rp,120.000/hari
Jadi upah tenaga kerja selama 106 hari durasi normal pekerjaan pada kolom utama 40/40 lantai dasar: ( Rp,255.000 + Rp, 130.000 + Rp, 210.000 + Rp, 120.000 ) x 106 hari = Rp,75.790.000
Pekerjaan ini akan dipercepat dengan durasi percepatan 14 hari, maka perhitungan yang akan diperoleh yaitu: Kondisi percepatan
Durasi = 92 hari Volume = 81,80 m³ Perhitungan biaya tenaga kerja adalah :
Kapasitas pekerja = = 0,2632 m³/orang.hari Jumlah pekerja = = 3,379 = 4 orang Jadi upah pekerja = 4 orang x Rp, 85.000 = Rp, 340.000 perhari Kapasitas mandor = = 0,0789 m³/orang.hari Jumlah mandor = 0,0789 x 9 orang = 0,710 dibulatkan 1 orang Jadi upah mandor = 1 orang x Rp, 130.000,00 = Rp, 130.000,00 perhari Kapasitas tukang = = 0,556 m³/orang.hari Jumlah tukang = = 1,599 dibulatkan 2 orang Jadi upah tukang = 2 orang x Rp, 105.000 = Rp, 210.000/hari
Kapasitas kepala tukang = = 0,056 m³/orang.hari Jumlah kepala tukang = 0,056 x 2 orang = 0,112 dibulatkan 1 orang Jadi upah kepala tukang = 1 orang x Rp,120.000 = Rp,120.000/hari
Jadi upah tenaga kerja selama 92 hari durasi normal pekerjaan pada kolom utama 40/40 lantai 2: (Rp,340.000 + Rp, 130.000 + Rp, 210.000 + Rp, 120.000) x 92 hari = Rp, 73.600.000,00
Slope biaya akibat percepatan pekerjaan adalah :
Slope biaya =
= = Rp, 156.428,57 perhari Slope biaya percepatan 14 hari = Rp, 156.428,57 x 14 = Rp,2.190.000
Untuk selanjutnya, perhitungan slope biaya pekerjaan disajikan dalam tabel 11:
Tabel 11. Slope Biaya Pekerjaan Akibat Penambahan Pekerja Kode Normal
Crasing
Percepatan Slope
Hari Biaya Rp) Hari Biaya (Rp) Biaya (Rp) B1 106 75.790.000 14 92 77.980.000 2.190.000 B2 80 86.000.000 7 73 93.525.000 7.525.000 B3 80 86.000.000 7 73 93.525.000 7.525.000 C1 79 128.375.000 6 73 131.920.000 3.545.000 C2 65 123.500.000 5 60 127.900.000 4.400.000 C3 65 123.500.000 5 60 127.900.000 4.400.000 C4 65 123.500.000 5 60 127.900.000 4.400.000
Berdasarkan tabel 12 diperoleh total durasi percepatan proyek selama 49 hari dengan slope biaya sebesar Rp. 33.985.000. Setelah diperoleh pertambahan biaya (cost slope) masing-masing pekerjaan, selanjutnya dilakukan perhitungan kenaikan biaya langsung pekerjaan. Untuk perhitungan biaya langsung dilakukan dengan cara:
Tabel 12. Perhitungan Biaya Langsung Penambahan Pekerja No Jenis Pekerjaan Durasi Biaya (Rp)
406 7.014.097.466,17 1 Pekerjaan struktur lantai dasar 392 7.016.287.466,17 2 Pekerjaan struktur lantai 1 399 7.021.622.466,17 3 Pekerjaan struktur lantai 2 399 7.021.622.466,17 4 Pekerjaan sanitasi & arsitektur lantai dasar 400 7.017.642.466,17 5 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur lantai 1 401 7.018.497.466,17 6 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur lantai 2 401 7.018.497.466,17 7 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur lantai 3 401 7.018.497.466,17
Tabel 13. Perhitungan Biaya Tidak Langsung Penambahan Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Durasi Biaya (Rp)
406 7.029.985.360,00 1 Pekerjaan struktur lantai dasar 392 6.787.456.209,66 2 Pekerjaan struktur lantai 1 399 6.908.660.784,83 3 Pekerjaan struktur lantai 2 399 6.908.660.784,83 4 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur lantai dasar 400 6.925.975.724,14 5 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur lantai 1 401 6.943.290.663,45 6 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur lantai 2 401 6.943.290.663,45 7 Pekerjaan sanitasi dan arsitektur lantai 3 401 6.943.290.663,45
Adapun salah satu perhitungannya adalah sebagai berikut: Biaya Gaji/hari = Total Biaya Tidak Langsung/Umur Proyek
= Rp, 7.029.985.360 ÷ 406 HK = Rp. 17.314.939,31/hari
Total Biaya Gaji = Biaya Gaji/hari x Waktu Percepatan = Rp. 17.314.939,31 x14 hari = Rp. 242.409.150,30 Biaya Tidak Langsung = Total Biaya Tidak Langsung – Total Biaya Gaji
= Rp. 7.029.985.360 – Rp. 242.409.150,30 = Rp. 6.787.456.209,66
Total biaya adalah jumlah dari biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung. Kedua-duanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan proyek seperti pada tabel 14.
Tabel 14. Perhitungan Total Biaya Proyek dari tiap pekerjaan
Durasi Biaya Langsung (Rp) Biaya Tidak Langsung (Rp) Total Biaya (Rp) 406 Hari 7.014.097.466,17 7.029.865.360,00 14.043.962.826,27 392 Hari 7.016.287.466,17 6.787.456.209,66 13.803.743.675,83 399 Hari 7.021.622.466,17 6.908.660.784,83 13.930.283.251,00 399 Hari 7.021.622.466,17 6.908.660.784,83 13.930.283.251,00 400 Hari 7.017.642.466,17 6.925.975.724,14 13.943.618.190,31 401 Hari 7.018.497.466,17 6.943.290.663,45 13.961.788.129,62 401 Hari 7.018.497.466,17 6.943.290.663,45 13.961.788.129.62 401 Hari 7.018.497.466,17 6.943.290.663,45 13.961.788.129.62
Dari perhitungan didapat perbedaan antara biaya total akibat penambahan jam lembur dan pekerja, seperti tertulis pada tabel 15.
Tabel 15. Biaya total Jam Lembur dan Penambahan Pekerja No Durasi Biaya Total (Rp)
Jam Lembur Penambahan Pekerja 1 B1 4.144.500 2.190.000 2 B2 2.259.750 7.525.000 3 B3 2.259.750 7.525.000 4 C1 1.990.500 3.545.000 5 C2 1.721.250 4.400.000 6 C3 1.721.250 4.400.000 7 C4 1.721.250 4.400.000
5.
KESIMPULAN
1. Biaya yang diperoleh dari hasil penambahan jam kerja (lembur) pada setiap pekerjaan yang dipercepat memperoleh biaya total sebesar Rp, 15.818.250,00 selama 49 hari kerja.
2. Biaya yang diperoleh dari hasil penambahan pekerja pada tiap pekerjaan yang dipercepat memperoleh biaya total sebesar Rp, 33.985.000,00 selama 49 hari kerja.
3. Pilihan terbaik adalah dengan penambahan jam kerja (lembur), karena menghasilkan efisiensi biaya yang paling sedikit dengan biaya total sebesar Rp,15.818.250,00 selama 49 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2004). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia,Waktu kerja lembur dan
upah kerja lembur (Vol. VI). Jakarta: Departemen PU.
Ariany, F. (2010). Analisis Percepatan Pelaksanaan Dengan Menambah Jam Kerja Optimum Pada Proyek Konstruksi. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, 14(2), 113-126.
Darmayudha, A. A., S, I. K., & Armaeni, N. K. (2015, Juni). Analisa Program Percepatan Pada Proyek Konstruksi Dengan Metode Penambahan Jam Kerja (Studi Kasus Proyek Pembangunan Agranusa Signature Villa Nusa Dua Bali). PADURAKSA, 4(1), 35-47.
Febriatmoko, A. (2015). Analisa pertukaran waktu dan biaya dengan metode Time Cost Trade Off pada proyrk
pembangunan rumah susun sederhana dan sewa (Rusunawa). Surabaya.
Frederika, A. (2010). Kajian Analisa percepatan pelaksanaan dengan menambah jam kerja optimum pada proyek
konstruksi (Vol. 14). Denpasar: Teknik Sipil Universitas Udayana Denpasar.
Gartiwi, M. (1999). Pengaruh Kerja Lembur Terhadap Produktivitas Pekerja (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Gedung Wisma Pan-Asia, Bandung). Bandung, Jawa Barat: Manaemen dan Rekayaasa Konstruksi Program Studi Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung 1999.
Gubernur Keputusan. (2016). Penerapan Upah Minimum Kabupaten/Kota. Banten: Keutusan Gubernur Banten. Lilik, H. N., Rochani, I., & Supomo, H. (2012). Analisa Penerapan Metode Crash Program Untuk Percepatan
Pembangunan Hull Constraction LCU 300 DWT dan Pengaruhnya Terhadap Sumberdaya Galangan. Jurnal
Teknik Pomits, 1(1), 1-6.
Palma, V., Putra, R. H., Arief Andriansyah, M. A., & Pudjianto, B. (2014). Penerapan Metode Crashing Proyek Pembangunan Elizabeth Building RS. Santo Borromeus Paket 1 Bandung. JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL,
3(3), 597 – 616.
Setiawan, B. (2012). Kajian Analisa Pertukaran Waktu dan Biaya dengan metode Time Cost Trade Off pada proyek
pembangunan gedung . Jakarta. Skripsi: Teknik Sipil Muhammadiyah Jakarta.
Sirait, R. P. (2010, Maret). Analisis Pengaruh Crashing Program Terhadap Biaya Tenaga Kerja Langsung Pada Proyek Konstruksi. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Atmajaya Yogyakarta Yogyakarta, Maret 2010.
Sudarsana, K. (2005). Kajian akselerasi penyelesaian proyek dengan analisa pertukaran waktu dan biaya (Time
Cost Trade Off) (Vol. 9). Denpasar: Teknik Sipil Uneversitas Udayana Denpasar.
Wiratmani, E., & Prawitasari, G. (2013). Penerapan Metode Jalur Kritis Dalam Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek Pembangunan Fasilitas Rumah Karyawan. Faktor Exacta, 6(3), 210-217.