3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi
Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2009 hingga Pebruari 2011 dengan perincian waktu disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Matriks waktu penelitian
Uraian kegiatan Bulan pelaksanaan
Studi Pustaka Januari 2009
Penyusunan proposal Maret-April 2009
Pengumpulan data Maret-Juni 2009
Perancangan model Mei- September 2009
Eksekusi model september 2009-Juni 2010
Validasi model Juni-November 2010
Penulisan hasil penelitian Desember 2010-Januari 2011
Presentase akhir Pebruari 2011
Model skenario tumpahan minyak disimulasikan untuk satu priode musim pada tahun 2008 yang terdiri atas musim barat yang diwakili oleh Bulan Januari dan musim timur yang diwakili oleh Bulan Juli.
Lokasi kegiatan penilitian ini berada di Perairan Kepulauan Seribu dengan 3 batas terbuka yaitu lintang 5°40'12"LS di sebelah utara di sebelah timur dibatas oleh bujur 106.40'BT di sebelah barat berbatasan dengan garis bujur 106.21'48" BT dan batas tertutup Pantai Utara Jawa yang rentang terhadap kejadian tumpahan minyak seperti disajikan pada Gambar 6.
Penelitian ini dilakukan dengan membuat hidrodinamika pada jalur pelayaran di Kepulaun Seribu kemudian divalidasi dengan data hasil pengukuran yang selanjutnya digunakan sebagai pembangkit pergerakan tumpahan minyak yang diskenariokan terjadi pada jalur pelayaran di Kepulauan seribu. Skenario tumpahan yang terjadi disebabkan oleh tiga hal yaitu tumpahan oleh tabrakan kapal tanker, tumpahan minyak oleh kapal yang kandas di perairan dangkal dan tumpahan kinyak oleh kebocoran pipa distribusi bahan bakar minyak.
Gambar 6 Lokasi penelitian daerah Perairan Kepulauan Seribu B A N T E N KE P UL A UA N S E R IB U P . P a r i P . T i d u n g B e sa r P . L a k i P . P r a m u ka P . L a n c a n g B e s a r P . S e k a ti P . P a y u n g B e s a r P . K o to k B e s a r P . A i r P . L a n c a n g K e c i l P . K a r ya P . B u r u n g P . K a r a n g b e r a s P . P a n g g a n g P . T i d u n g K e ci l P . T i ku s P . T e n g a h 6 °0 0 ' 5 °5 5 ' 5 °5 0 ' 5 °4 5 ' 6° 0 0 ' 5° 5 5 ' 5° 5 0 ' 5° 4 5 ' 1 0 6° 2 5 ' 1 0 6° 3 0 ' 1 0 6° 3 5 ' 1 0 6° 2 5 ' 1 0 6° 3 0 ' 1 0 6° 3 5 ' 5 0 5 K M D a ra t P e r ai ra n D a n g k a l G ar is pa n ta i N E W S
P eta Lok as i P ene litian
K e te ra n g a n : LA MPU NG BAN TEN DKI J A KAR TA LA U T J A W A S A M U D E R A H IN D IA P . J A W A 9 ° 7 ° 5 ° 9° 7° 5° 1 0 5 ° 1 0 7 ° 1 0 9 ° 1 1 1 ° 1 1 3 ° 1 0 5 ° 1 0 7 ° 1 0 9 ° 1 1 1 ° 1 1 3 °
3.2 Data
Data yang digunakan dalam pemodelan tumpahan minyak terdiri atas: 1. Data kedalaman perairan (Batimetri) yang berfungsi sebagai domain
model bersumber dari peta Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL.
2. Data arah dan kecepatan angin yang dikonversi dari data kecepatan zonal dan kecepetan meredional berfungsi sebagai pembangkit musiman. Data angin terdiri atas angin pada bulan Januari 2008 dan Juli 2008 dengan interval data setiap 6 jam. Data Angin diperoleh dengan mengunduh dari IFREMER (French Research Institute for Exploration of the Sea)
3. Data Pasang-Surut (pasut) digunakan dari Global Sea Level Prediction (www.dhigroup.com) dan divalidasi dengan data pasut dari dishidros dengan periode waktu yang sama. Parameter pasut digunakan sebagai kondisi batas yang bervarisai berdasarkan waktu dan tempat.
4. Data jalur pelayaran Kepulauan Seribu dari Sea Map digunakan untuk menentukan daerah rawan tumpahan oleh pengankutan bahan bakar minyak.
5. Data jenis kapal tanker dan kapasitas tanker angkutan yang melewati daerah perairan Kepulauan Seribu bersumber dari Administrator Pelabuhan Tanjung Priok.
6. Data arus laut mooring di Perairan Teluk Jakarta dari Kementrian Kelautan dan Perikanan direkam dengan menggunakan alat RCM7/8 AANDERAA.
7. DataKomponen fraksi tiap jenis minyak digunakan untuk menentukan prilaku dan nasib minyak yang mengalami tumpahan berdasarkan jenisnya diperoleh dari (Start Energy 2004)
3.3 Desain hidrodinamika
Desain hidrodinamika untuk membangun pola pergerakan arus sebagai media pengerak tumpahan minyak di Perairan Kepulauan Seribu. Gambar 7 menyajikan bagan alir desain hdrodinamika.
Batimetri (Dishidros AL) Angin (Ifremer) Pasang Surut (DHI Group) Batymetri (format xyz) Angin
(arah,kecepatan) Tenggang Pasut
MIKE 21 (Flow Model)
Hidrodinamik
Viskositas Eddy Manning
number
Model oil spill
Gambar 7 Diagram alir desain hidrodinamika 3.3.1 Membangun Batimetri
Membangun domain model skenario dengan mengubah peta manual ke bentuk digital yang di simpan dalam format (*.xyz). Data format xyz digunakan sebagai data input pada modul bathymetries (*.batsf) yang tersedia pada Mike
Zero. Menetukan batas model kemudian menginterpolasi titik batimetri untuk
mengisi ruang kosong pada grid dengan metode Triangular Interpolation dengan persamaan:
(58)
(59)
(60)
(61)
Manyimpan file batimetri dalam format (*.dfs2) yang akan digunakan dalam modul Flow Model untuk membangun Hidrodinamika. Peta batimetri Kepulauan Seribu (Gambar8) dengan kedalaman perairan antara 0-87 m.
3.3.2 Data Input
3.3.2.1 Periode simulasi
Model disimulasikan dalam 2 musim yaitu: musim timur dan musim barat dengan musim barat diwakili oleh Bulan Januari 2008 dan musim timur diwakili oleh Bulan Juli 2008 dengan masa simulasi masing-masing 10 hari.
3.3.2.2 Batas model
Model dibatasi dengan 3 batas terbuka yaitu lintang 5°40'12"LS(b) di sebelah utara di sebelah timur dibatasi oleh bujur 106.40'BT(c) di sebelah barat berbatasan dengan garis bujur 106.21'48" BT(a) dan batas tertutup Pantai Utara Jawa.
3.3.2.3 Flood and ry
Komponen ini untuk membatasi perhitungan model batas atas dan bawah dari mean sea level yang diproses oleh model dengan nilai draying depth 0.2 dan
flooding depth 0.3.
3.3.2.4 Data angin
Angin dari ifremer dalam bentuk kecepatan meredional dan kecepatan zonal dikonversi kedalam kecepatan dan arah dengan persamaan:
(62)
(63)
Dengan adalah kecepatan resultan, adalah arah , u adalah kecepatan zonal dan v adalah kecepatan meredional. Data angin input model hidrodinamika seperti pada Gambar 9.
Gambar 9 Arah dan kecepatan angin pada musim barat (a) dan musim timur (b). 3.3.2.5 Data pasang surut
Konstanta pasut diperoleh dari Global Sea Level Prediction yang dikonversi kedalam tenggang pasut dengan tenggang pasut untuk musim barat dan musim timur yang bervariasi di sepanjang garis batas terbuka.
3.3.2.6 Viskositas eddy
Viskositas eddy digunakan untuk alih momentum dari molekul fluida yang bergerak dengan kecepatan berbeda dan menghasilkan gerakan turbulen.
3.3.2.7 Manning number
Manning number yang digunakan untuk menggambarkan hambatan dasar perairan dengan menggunakan persamaan 15. Manning number yang digunakan bervariasi berdasarkan batimetri Perairan Kepulauan Seribu.
Data input dan batimetri dibangun dalam modul model alir untuk memperoleh model hidrodinamika dengan output berupa tinggi level muka air (m), flux P(m3/s) dan flux Q(m3/s)
3.4 Desain Tumpahan
Desain tumpahan dilakukan untuk membangun data input model tumpahan minyak yang terbagi dalam dua komponen yaitu parameter dasar dan parameter tumpahan minyak secara detail disajikan pada Gambar 10.
3.4.1 Parameter Dasar
Parameter dasar dalam desain tumpahan minyak terdiri atas: data hidrodinamika, sumber tumpahan yang memuat volume dan debit tumpahan, persebaran, eddy dan profil kecepatan logaritmik, sifat air laut, kondisi angin, perubahan konsentrasi fraksi dan waktu eksposisi.
3.4.1.1 Hidrodinamika
Pola pergerakan arus yang berperan sebagai media penyebarluasan tumpahan minyak yang digunakan dalam parameter dasar adalah hasil luaran desain hidrodinamika yang terdiri atas pola arus musim barat dan musim timur.
Gambar 10 Diagram alir desain tumpahan minyak 3.4.1.2 Penyebaran
Fraksi minyak yang terdispersi di dalam kolom air perwaktu dihitung sebagai fraksi yang hilang di permukaan laut, pada kondisi tidak ada gelombang pecah dan dihitung menggunakan persamaan 21, 22, 23 dan 24.
Koefisien dispersi yang digunakan proporsional terhadap arus dengan nilai arah longitudinal dan transversal masing-masing 1 dan 0.1 sedangkan dalam arah vertikal dianggap kecil karena dispersi minyak lebih disebabkan oleh arah longitudinal dan transversal dibandingkan arah vertikal
3.4.1.3 Sumber tumpahan
Sumber tumpahan ini memuat lokasi tumpahan dan volume tumpahan pada titik-titik rawan tumpahan minyak seperti di alur pelayaran Kepulauan Seribu. Potensi tumpahan (Tabel 5) disesuaikan dengan volume jenis kapal tanker yang berlayar pada waktu model diskenariokan dengan asumsi untuk kapal tanker memuat jenis minyak yang berbeda.
Tabel 5 Petensi, lokasi, volume, debit dan lama tumpahan minyak
Musim
Potensi
Tumpahan Bujur (BT) Lintang (LS)
Volume (m^3) Debit (m^3/s) Lama Tumpahan (menit) Barat kapal bocor 106º34.8672’ 5 º 50.4868 15,451.24 0.15 1,716.80 Kandas 106 º 34.6750’ 5 º 46.7160 13,343.41 0.10 2,223.90 piva 106 º 40.9095’ 06 º 00.5949 2,385.00 0.05 795.00 Timur kapal bocor 106.34.8672’ 5 º 50.4868 24,442.02 0.15 2,715.78 Kandas 106 º 34.6750’ 5 º 46.7160 14,183.75 0.10 2,363.96 sumur 106 º 22.3425’ 5 º 32.4214 25,920.00 0.10 4,320.00
Sumber: dimodifikasi dari ADPEL Tanjung Priok 2008
3.4.1.4 Eddy dan profil kecepatan logaritmik
Profil kecepatan logaritmik terkait dengan profil arus secara horizontal yang dipengaruhi oleh gesekan terhadap permukaan dasar laut dengan nilai konstan 0.1.
3.4.1.5 Sifat air laut
Parameter air laut yang digunakan adalah suhu dan salinitas air laut pada daerah model dengan menggunakan data suhu yang diperoleh dari ECMWF dengan profil seperti pada (Gambar 11) dengan salinitas dianggap konstan pada 35.5 psu
Gambar 11 Profil perubahan temperatur air laut pada musim barat (a) pada Bulan Januari 2008 dan musim timur (b) pada Bulan Juli 2008
3.4.1.6 Kondisi angin
Parameter angin yang digunakan adalah terdiri atas komponen arah dan kecepatan dengan menggunakan persamaan 62 da 63 seperti pada desain hidrodinamika seperti yang terlihat pada Gambar 9.
3.4.1.7 Perubahan konsentrasi fraksi
Parameter ini digunakan untuk melihat laju perubahan konsentrasi fraksi minyak dengan nilai 100 mm (Star Energy 2004)
3.4.2 Parameter Tumpahan Minyak 3.4.2.1 Sifat udara
Parameter udara meliputi suhu dan tingkat tutupan awan yang diambil dari ECMWF. Dengan profil suhu udara disajikan Gambar 12 dan tutupan awan disajikan pada Gambar 13.
a
Gambar 12 Profil temperatur udara pada musim barat (a) dan musim timur (b)
Gambar 13 Presentase tutupan awan musim barat(a) pada Bulan Januari 2008 dan musim timur (b) pada Bulan Juli 2008
3.4.2.2 Transpor bahang
Transfer bahang antara udara dan minyak dihitung dengan menggunakan persamaan 30. Nilai konstanta bahang yang digunakan dalam model ini disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Konstanta transfer bahang Keseimbangan bahang Albedo emissivitas minyak emissivitas air emissivitas udara konstanta evaporasi Konstanta 0.14 0.82 0.95 0.82 0.029
Sumber: Star Energy. 2004.
3.4.2.3 Emulsifikasi
Pendekatan yang dilakukan adalah melalui persamaan empiris dari prilaku emulsifikasi pada kondisi alami.
Tabel 7 Konstanta emulsifikasi
Konstanta Emulsifikasi Bensin Diesel
Minyak
mentah Aftur
Kandungan air maksimum(wt %) 0.8 0.8 0.8 0.8
Kandunmgan aspal (wt%) 1 1 1 1
Kandungan Wax (wt %) 2 2 5.7 2
konstanta (k1) air masuk 5.0E-07 5.0E-07 5.0E-07 5.0E-07
Kostanta (k2) air keluar 1.2E-04 1.2E-04 1.2E-04 1.2E-04
Sumber: Star Energy 2004.
Perhitungan perubahan kandungan air didalam minyak dapat dihitung melalui persamaan 27. Tabel 7 menyajikan konsatanta emulsifikasi yang digunakan dalam model tumpahan minyak.
3.4.2.4 Dissolusi
Dengan menggunakan asumsi bahwa konsentrasi sebenarnya hidrokarbon terhadap kelarutannya, maka laju kelarutan minyak dihitung dengan menggunakan persamaan 25. Nilai koefisien transfer massa dan tegangan antar permukaan minyak dan air disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Koefisein transfer massa dan tegangan permukaan antara minyak dan air
Koefisien dissolusi dan entrainment bensin Diesel
Minyak
mentah aftur
Koefisien transfer massa
2.36E-06 2.36E-06 2.36E-06
2.36E-06
Tegangan permukaan air dengan minyak 35.2 29.9 47.2 35.2
Sumber: Star Energy. 2004.
3.4.2.5 Karakteristik minyak
Karakteristik minyak dibagi dalam delapan fraksi minyak yang ditentukan oleh karakteristik dari destilasi (titik didih) dan struktur kimia minyak (alkana atau aromatik). Kedelapan fraksi minyak tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Karakteristik fisik dan kimia dari tiap fraksi minyak Jenis Titik didih mmol [g/mole] [ ] vis 100°F [cs] Tekanan uap [mm/Hg] [ ] C6-C12 (Parafin) 69-230°C 128 715 0.536 10(6.94-1417.61(t+202.17)) 29.9 C13-C25 (Parafin) 230-405°C 268 775 4.066 10(7.01-1825.05(t+149.76)) 35.2 C6-C12 (sikloparafin) 70-230°C 124 825 2 10(6.91-1441.79(t+204.7)) 29.9 C13-C23 (sikloparafin) 230-405°C 237 950 4 10(6.99-1893.78(t+151.82)) 35.2 C6-C11 (Aromatik) 80-240°C 110.5 990 0.704 10(6.91-1407.34(t+208.48)) 32.4 C12-C18 (Aromatik) 240-400°C 181 1150 6.108 10(6.97-1801.00(t+162.77)) 29.9 Residu (heterosiklis) >400°C 600 1050 458 0 47.2
Sumber: DHI Water & Environment. 2007
Komponen fraksi untuk tiap jenis minyak yang diskenariokan mengalami tumpahan di perairan Kepulauan Seribu dirangkum dalam Tabel 10.
Tabel 10 Komponen fraksi tiap jenis minyak
No Sifat Minyak Aftur(%)
Minyak
mentah(%) Diesel(%) Bensin(%)
1 C6-C12 (Parafin) 0 5.1 14.7 30 2 C13-C25 (Parafin) 32.7 3.78 0 0 3 C6-C12 (sikloparafin) 0 0 34.2 50 4 C13-C23 (sikloparafin) 0 16.2 0 0 5 C6-C11 (Aromatik) 0 1.8 9.1 20 6 C12-C18 (Aromatik) 24.1 0 0 0 7 C9-C25 (Naphtheon) 0 4.1 42.4 0 8 Residu 0 73.12 0 0 Reff Temp -20 40 20 0 Viscositas 8 4.05 6.94 0 Suhu minyak 25 25 25 25
Sumber: Star Energy. 2004.
Dari desain tumpahan minyak diperoleh konsentrasi minyak total, emulsifikasi, penguapan, disolusi, dispersi vertikal, perubahan konsentrasi fraksi dan waktu pemaparan.