• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Menurut Slameto (2003 : 6), “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Anni (2005 : 2), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Skinner yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2006 : 26), “Belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku”. R. Gugne seperti yang dikutip oleh Slameto (2003 : 22), memberikan dua definisi belajar, yaitu :

a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

b. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas

(2)

kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka kemampuan yang diperoleh adAalah berupa penguasaan konsep. Menurut Darsono (2002 : 3), hasil belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai sebaik-baiknya menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal-hal yang dikerjakan atau dilakukannya.

2.1.2. Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam upaya meningkatkan proses belajar maka diperlukan prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar dipakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip yang mempengaruhi belajar tersebar antara lain (Anni 2005:8):

a. Perhatian dan motivasi

Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

b. Keaktifan

Keaktifan siswa di dalam kelas sangat menentukan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

c. Keterlibatan langsung/berpengalaman

Keterlibatan siswa di dalam belajar adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan pengolahan pengetahuan. d. Pengulangan

Pengulangan sangat penting untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi. Saat siswa belajar atau mempelajari materi secara berulang-ulang maka pengetahuan akan mudah diserap oleh otak.

(3)

e. Tantangan

Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan pelajaran itu.

f. Balikan dan Penguatan (feed back)

Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual, ataupun kelompok klasikal. Guru harus menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan dapat diberikan.

g. Perbedaan Individual

Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada diri tiap siswanya.

2.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang di tentukan dalam bentuk angka. Cece Rahmat (dalam Zainal Abidin, 2004:1) menyatakan bahwa hasil belajar adalah penggunaan angka hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah di berikan. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh setelah mengalami aktifitas belajar (Anni 2004:4).

Dengan dasar uraian di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dicapai seseorang setelah mengalami aktifitas belajar yang ditentukan dalam bentuk angka.

2.1.4 Pembelajaran Matematika 2.1.4.1. Hakekat Matematika

Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak. Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Depdiknas, 2005: 6). Sementara itu dalam (BSNP, 2006: 160) disebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

(4)

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari tingkat sekolah dasar dengan tujuan untuk membekali siswa mengenai kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama.

Menurut Gagne (Erman Suherman, dkk: 2003: 33) dalam belajar matematika ada dua objek penting yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan aturan, sedangkan objek tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan menyelesaikan masalah, belajar mandiri, dan bersikap positif terhadap matematika.

Adapun tujuan mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang telah ditetapkan oleh pemerintah (dalam Wahyudi, 2013: 11-12) yaitu: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses interaksi belajar-mengajar matematika antara siswa dan guru yang melibatkan segala aspek di dalamnya untuk mencapai tujuan kurikulum agar proses pembelajaran berkembang secara optimal. Dalam merancang pembelajaran matematika guru diharapkan dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berperan

(5)

aktif dalam membangun konsep secara mandiri atau bersama-sama. Dengan adanya pembelajaran matematika yang dirancang dengan baik dan dilakukan secara efektif dan efisien akan diperoleh hasil belajar sesuai dengan target yang diinginkan.

2.1.5 Pengertian metode

Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Metode merupakan langkah kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu. Metode berati sebagai alat untuk mencapai tujuan yaitu hasil belajar siswa. Pada metode tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Paradigma lama dalam proses pembelajaran adalah guru member pengetahuan pada siswa secara pasif dalam konteks pendidikan, Paradigmaa lama ini juga berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang ia pasti dapat mengajar, ia tidak perlu tahu proses belajar mengajar yang tepat ia hanya perlu menuangkan apa yang di ketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya.

Menurut Lie (2002) banyak guru mengajar dengan strategi ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal.

Kondisi pembelajaran yang demikian masih mendominasi proses pembelajaran pada sebagian besar jenjang pendidikan. Guna mengatasi masalah tersebut, dapat di lakukan dengan cara meningkatkan keikut sertaan peserta didik secara aktif dalm kegiatan proses belajar mengajar. Berdasar hasil pengertian menunjukan bahwa pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) melalui pembelajaran kooperatif ternyata lebih efektif dari pada pembelajaran oleh pengajar (Lie, 2002).

2.1.6 Pengertian pembelajaran Kooperatif

Nurhadi dan Senduk dalam Made Wena memaparkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehinga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa

(6)

Lie (2002) menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang member kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah.

Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alternatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri.

2.1.7 Unsur – Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur Hadi dan Senduk (2003) dan Lie (2002) ada beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif yaitu : (a) saling ketergantungan positif (positive interdependence) (b) Interaksi tatap muka (face to face interaction) (c) akuntabilitas individual (individual accountability) (d) Keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan social yang secara sengaja di ajarkan (use of collarative / social skill)

Made Wena (2013) menambahkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan Positif

Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya. Suasana ketergantungan diciptakan melalui strategi, yaitu sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan . 2) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. 3) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. 4) Saling ketergantungan peran.

(7)

2. Interaksi tatap muka

Seluruh siswa dalam kelompok berinteraksi saling berhadapan, dengan menerapkan keterampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan sesame anggota kelompok.

3. Akuntabilitas Individual

Setiap anggota harus belajar menyumbangkan pikiran demi keberhasilan kelompok.

4. Keterampilan Menjalin Hubungan Antarpribadi

Siswa dibiasakan untuk menjalin hubungan antar pribadi, siswa yang tidak menjalin hubungan dengan baik mendapat teguran dari guru atau temannya.

2.1.8 Model STAD ( Student Teams Achivement Divition)

Pembelajarn kooperatif model STAD di kembangkan oleh Robbert Slavin dari Universitas Jhon Hoppkins USA. Secara umum, cara model penerapan STAD di kelas adalah sebagai berikut :

1. Kelas di bagi dalam bebrapa kelompok

2. Tiap kelompok siswa terdiri atas 4 – 5 orang yang bersifat heterogen.

3. Tiap kelompok di beri bahan ajar dan tugas – tugas pembelajaran yang harus di kerjakan.

4. Tiap kelompok di dorong untuk mempelajari bahan ajar dan mengajar kan tugas – tugas kelompok.

5. Anggota kelompok yang mengerti tentang materi menjelaskan materi kepada anggota yang lain sehingga kelompok itu mengerti.

6. Guru memberikan kuis dan tidak ada yang boleh bekerja sama.

7. Bagi siswa dan kelompok yang memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan.

2.1.9 Pengertian Media

Gagne dalam Aji Nursyamsi mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran. Dalam proses

(8)

pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.

Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Nana Sudjana sebagai berikut:

 Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

 Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

 Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran.

 Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

a. Mistar FPB

Mistar FPB adalah jenis alat peraga yang terbuat dari bahan kayu, ukuran panjang 6cm, tinggi 20cm, di lengkapi dengan manik – manik warna merah 10 butir dan hijau 10 butir. Manik – manik di buat menyerupai bla dengan diameter 2,5cm. sebagai sarana belajar sambil bermain, mistar FPB dapat di gunakan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mudah.

(9)

b. Penerapan Media Mistar FPB

Penerapan Media mistar FPB untuk menentukan FPB dan KPK prasarat yang harus dimiliki siswa adalah pengertian faktor dari suatu bilangan. Siswa dapat menentuka faktor dari suatu bilangan dengan cara meletakkan manik – manik pada paku bernomer yang sesuai dengan bilangannya. Contoh FPB dari 12 dan 18. Prosedurnya adalah sebagai berikut :

a. Meletakkan manik manik hijau pada paku bernomer 1,12,2,6,3,4 b. Meletakkan manik manik merah pada paku bernomer 1,18,2,9,3,6

2.2 Penelitian yang Relevan

1. Dalam penelitian Ahmad Azhar bahwa dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Nurul Makrifah, 2008 dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Metode STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Terbimbing Bahasa Arab di MTs Nu'alimin NU Malang menunjukkan bahwa kemampuan menulis terbimbing bahasa Arab sebelum STAD, siswa belum bisa membedakan antara huruf yang disambung dan dipisah, kemampuan menulis terbimbing bahasa Arab setelah STAD, siswa sudah bisa merangkai huruf hijaiyah serta lebih antusias belajar bahasa Arab, terdapat hubungan yang signifikan antara prestasi belajar siswa dan metode STAD, yang ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada tiap-tiap siklus.

2.3. Kerangka Berfikir

Dalam kegiatan pembelajaran banyak di pengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya faktor metode atau teknik dan model mengajar guru. Pada dasarnya matematika itu merupakan Ilmu yang sasarannya abstrak dan cenderung sulit untuk di terima dan di pahami siswa. Hal ini menyebabkan siswa enggan dan kurang berminat mempelajari ilmu matematika, oleh karena itu di perlukan penyelenggaraan proses pembelajaran yang dapat menimbulkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan guru harus dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif

(10)

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini, “diduga melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan mistar FPB dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 6 semester I SD Negeri Pungangan 02 Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Tahun pelajaran 2013 / 2014”

KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR Guru mengajar masih konvensional Menerapkan model kooperatif dan mistar FPB Hasil belajar matematika meningkat Hasil belajar siswa rendah

Siklus I: menerapkan kerja kelompok & mistar FPB

Siklus II: menerapkan kerja kelompok &

Gambar

Gambar 2.1 Mistar FPB dan KPK
Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Sistem manual seperti ini jika dituntut untuk cepat mencari data yang dibutuhkan agak sulit, karena harus mencari satu persatu arsip-arsip yang telah disimpan, itu

Salah satu masalah yang paling sering muncul adalah kegiatan informal di bidang perdagangan, yaitu kegiatan pedagang kaki lima (PKL). Tidak berbeda dengan sektor ekonomi

Obyek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati

Pada tepung pisang dilakukan analisa fisik meliputi kadar air dan warna, sedangkan analisa kimia tepung pisang meliputi water holding capacity (WHC), water

Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu 1 sintesis material fotokatalis TiO2 terdoping Gadolinium Gd3+ dengan variasi konsentrasi dopan 0; 0,4; 0,5; dan 0,6 %, 2 sampel

Hasil data menunjukkan bahwa: rasio leverage , dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap prediksi terjadinya Financial Distress , sedangkan rasio likuiditas, rasio

Undangan Pembinaan Teknis Wilayah Hukum Sulawesi Selatan dan Barat (klik). 1