ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BURNOUT DAN SELF
ESTEM DALAM PELAKSANAAN TUGAS GURU PENDIDIKAN AGAMA
BUDDHA DALAM MEMBIMBING
Hesti Sadtyadi
15hestisadtyadi@gmail.comAbstrak
Penelitian ini bertujuan menemukan faktor dan indikatornya yang mempengaruhi Burnout dan Self
Estem dalam pelaksanaan Tugas Guru Pendidikan Agama Buddha Dalam Membimbing. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan, dengan subjek penelitian adalah Guru Pendidikan Agama Buddha di Jawa Tengah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Faktor yang mempengaruhi Burnout dan Self Estem dalam pelaksanaan Tugas Guru Pendidikan Agama Buddha Dalam Membimbing, terdiri
dari Delapan komponen yaitu : Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan tekanan kerja. Indikator yang mempengaruhi tiap factor dalam membimbing, meliputi : Tugas tambahan terdiri dari empat indikator, Suasana Kelas terdiri dari empat indikator Konflik terdiri dari empat indikator, Ambisi terdiri dari empat indikator, Komponen Kebijakan/Aturan terdiri dari empat indikator, Keberhasilan mengajar terdiri dari tiga indikator, Harga diri terdiri dari tiga indikator, Faktor Tekanan kerja terdiri dari tiga indikator.
Kata kunci : bournut, self estem, membimbing
Abstract
This study aims to find the factors and indicators that influence Burnout and Self Estem in the implementation of the tasks of the Teacher of Buddhist Education in Guiding. This research is a development research, with the research subject being the Teacher of Buddhist Education in Central Java. The results showed that the factors that influence Burnout and Self Estem in the implementation of the Assignment of Buddhist Education Teachers’ Tasks consisted of eight components, namely: Additional Tasks, Classroom Atmosphere, Conflict, Ambition, Policy / Rules, Teaching Success, Self-Esteem, and work pressure. Indicators that influence each factor in guiding include: Additional tasks consist of four indicators, Class atmosphere consists of four indicators Conflict consists of four indicators, Ambition consists of four indicators, Component of Policy / Rules consists of four indicators, Teaching success consists of three indicators , Self-esteem consists of three indicators, the work pressure factor consists of three indicators.
Keywords: bournut, self estem, guiding
Pendahuluan
Keberhasilan guru, merupakanGuru memiliki peran kunci dalam membawa keberhasilan dalam bekerja. Keberhasilan ini keberhasilan bangsa. Suatu keberhasilan pendidikan mencakup keberhasilan yang dilakukan dalam dapat dilihat dari salah satu kriteria, diantaranya In menjalankan tugas profesinya sebagai seorang
school success, yakni kriteria yang meliputi aspek guru. Guru sebagai pendidik professional, keberhasilan siswa dalam memenuhi standar proses memiliki tugas yang cukup berat. Salah satu pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Artinya tugas yang dapat digambarkan adalah membawa keberhasilan ini tidak akan terlepas, dari berbagai keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini aspek keberhasilan, termasuk didalamnya adalah menunjukkan dari seorang guru akan memiliki keberhasilan dari guru. fokus untuk membawa keberhasilan siswanya.
2
Dalam hubungannya dengan masyarakat guru dituntut pula untuk menjadi seorang yang menjadi panutan, yakni digugu dan ditiru. Secara lebih konkritnya guru dituntut untuk memiliki kinerja yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Sebagai fakta bahwa umumnya mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru tersebut. Gambaran ini sesunguhnya menjadi penekanan terhadap guru, sehingga menjadi faktor penyebab keberhasilan dan ketidak berhasilan, atau termotivasi dan atau justru menjadi kejenuhan dalam bekerja.
Potensi yang cukup tingggi sesunguhnya dimiliki oleh guru untuk berkreasi guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi sebagai upaya untuk meningkatkkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan. Sebagai faktor adalah adanya tekanan yang bisa disebabkan karena banyak hal termasuk ketidak jelasan tata aturan, beban kerja, pengakuan, tuntutan, selain perkembangan yang terjadi di sekitar.
Sebagai contoh tekanan yang mengambarkan ketertinggalan pendidikan yang ada di Indonesia seperti disampaikan berdasarkan
data dari Bapenas, tampak bahwa permasalahan pendidikan ada pada pendidikan dasar, khususnya sekolah dasar masih memiliki permasalahan yang harus diselesaikan. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi, yakni guru itu sendiri, dan hasil proses pendidikan, yakni pada siswa. Berkaitan dengan siswa sebagai hasil proses belajar, masih jauh dari kualitas yang dibutuhkan, sebagai mutu hasil proses pendidikan.
Contoh bentuk tekanan tergambarkan pula dari, hak guru yang masih jauh tertinggal dengan negara lain seperti dalam tugas guru dan perannya
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
dalam memajukan dan meningkatkan sumber daya manusianya, perlu pula dibandingkan dengan tingkat penghasilan yang didapatkan oleh mereka. Tabel 1 menunjukkan besaran penghasilan pertama guru. Jika dibandingkan antar negara (data sekunder dari Stephens, et al 2015),pada tahun 2011 menunjukkan besaran penghasilan guru Indonesia yang relative kecil jika dibandingkan dengan beberapa negara G 20 tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu sisi terdapat tuntutan untuk meningkatkan kualitas, dalam pelaksanaan tugas, tetapi indikator penghasilan memberikan gambaran nilai yang belum memungkinkan dapatnya memenuhi kebutuhan. Tentunya penghasilan yang relative kurang, dapat menggangu aktivitas pelaksanaan tugas guru.
Tabel 1.
Rata-Rata Gaji Pertama Guru Sekolah Umum (dalam ribuan dolar A.S.), Menurut Tingkat Pendidikan dan Negara, Tahun 2011
Sumber : Data sekunder; Stephens, et al, (2015).
Apakah keberhasilan siswa dalam proses belajar hanya dipengaruhi oleh faktor guru? Apakah peran utama yang ada merupakan peran mutlak yang selalu harus membawa beban salah yang besar. Beberapa contoh kalimat pertanyaan ini dimaksudkan untuk membawa contoh aktual tentang kriteria yang lain, diluar guru, yang menjadi sebab mengapa pendidikan menjadi tidak sempurna seperti yang diasumsikan semua pihak, sehingga kesalahan seharusnya bukan menjadi mutlak terletak pada guru tersebut.
Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa kondisi masyarakat dalam membelanjakan pendapatannya untuk pendidikan, tampak kurang efektif. Hal ini tampak dari bagian pembelanjaan untuk materi ajar, relatif kecil dibanding dengan bagian yang lain. Hal ini sekaligus juga
menunjukkan bahwa guru sebenarnya bukan tumpuan masalah pendidikan, tetapi aspek yang lain kadang kurang menjadi perhatian.
Tidak dipungkiri bahwa guru merupakan faktor kunci keberhasilan, dan sudah sewajarnya, jika konsentrasi pada permasalahan pendidikan, menjadi pembiasaan diletakkkan pada permasalahan guru tersebut. Hal ini menjadi bagian dari sebab adanya tekanan yang menjadikan gejala stres atau kurang motivasi atau kejenuhan dalam bekerja.
Guru dalam melaksanakan tugas, memiliki ritme yang rutin, dengan jam kerja yang ketat. Bahkan saat ini, guru tidak mudah untuk mendapatkan libur. Guru dalam hal kepegawaian disamakan dengan pegawai pada umumnya, jadi sekalipun siswa libur, guru memiliki kewajiban untuk hadir setiap harinya.
Gambar 1
Rata-Rata Pengeluaran Rumah Tangga Untuk Pendidikan Per Siswa, 2009 dan 2012
Dalam Juta Rupiah
Pandangan masyarakat akan kedudukan dan tugas guru menjadikan guru mendapatkan tekanan dari masyarakatnya, apalagi masyarakat lebih sering memberi perhatian kepada isu-isu pendidikan khususnya dengan pencapaian akademik siswanya. Stres yang dialami oleh guru akan mempengaruhi sikap mereka dan memberi dampak kepada kinerja guru. Pada akhirnya, guru tersebut akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan kemampuan secara optimal.
Stres kerja merupakan bentuk tanggapan seseorang baik secara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungan yang
dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Stres yang berkepanjangan dapat menimbulkan depresi yang bisa membuat seseorang terkena sindrom burnout yakni kondisi emosional dimana seseorang merasa lelah dan jenuh baik secara fisik maupun mental, sebagai akibat dari tuntutan pekerjaan yang meningkat Maslach (1997 : 82 ). Permasalahan ini dapat terjadi karena, faktor siswa, lingkungan kerja, lingkungan sosial, faktor pribadi, dan lainnya. Faktor ini seharusnya mendapatkan perhatian dan harus dapat teratasi sebelum terjadi.
Pendidikan agama Buddha, memberikan bekal moral, spriritual, dalam wujud rasa yakin, dengan mengaplikasikan Sadha,Silla, dan Bhakti, kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tiratana, sehingga kehidupan manusia menjadi utuh, bukan hanya mengenal akal saja, tetapi sikap moral positip dalam emphatik terhadap seluruh lingkungannya. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan agama Buddha melalui guru untuk membimbing siswanya menjadi utuh. Hal ini lebih menempatkan guru pendidikan agama Buddha dalam tugas dan peran pentingnya membimbing siswa untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat menjadi sempurna. Tugas guru dalam membimbing merupakan salah satu bagian dari tugas guru. Dalam penelitian ini akan dicari baik sebagai factor pendukung keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan factor yang menjadi sebab lemahnya pelaksanaan tugas keguruan tersebut.
Faktor stres salah satunya yang terjadi pada guru pendidikan agama dapat disebabkan oleh, siswa yang keberadaanya berpencar, dengan jarak yang jauh antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Faktor tuntutan yang mengharuskan seorang guru memiliki siswa berjumlah 20, sedangkan faktanya untuk mendapatkan siswa berjumlah 20, tidak memungkinkan karena terpisah dengan jarak. Tambahan tugas yang diberikan terkadang menjadi bagian yang lebih berat dari tugasnya. Sedikitnya bimbingan teknis yang diberikan. Hak-hak yang seharusnya dimiliki sulit untuk direalisasikan.
Penelitian ini bertujuan untuk (1)
4
menemukan faktor dan indikaornya yang mempengaruhi Burnout dan Self Estem dalam pelaksanaan Tugas Guru Pendidikan Agama Buddha Dalam Membimbing, (2). Menemukan model konstruk faktor dan indikator yang mempengaruhi Burnout dan Self Estem dalam pelaksanaan Tugas Guru Pendidikan Agama Buddha Dalam Membimbing. (3) menjadi referensi bagi penelitian yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan agama.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D), yang mengaplikasikan model Borg and Gall. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa faktor – faktor dan indikator burnout dan stress kerja bagi guru pendidikan agama Buddha. Penelitian ini mennggunakan data empirik bersumber dari guru pendidikan agama Buddha. Pengembangan difokuskan pada penemuan faktor atau komponen serta indikator-indikator faktor penentu Burnout dan stress kerja bagi guru pendidikan agama Buddha.
Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini melibatkan pakar/ sejawat yang profesional, yang sesuai dengan bidangnya, subjek uji coba pengembangan intrumen adalah guru pendidikan agama Buddha. Lokasi penelitian di wilayah Jawa Tengah. Validitas dan Reliabilitas
Mehrens & Lehmann (1973:124) mengatakan bahwa ada beberapa jenis validitas diantaranya validitas kontruk dan validitas isi. Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan ketepatan suatu tes mengukur sebuah konstruk (Sukardi, 2007: 123). Validitas konstruk menunjuk pada sejauh mana muatan instrumenn dapat mewakili faktor sebagaimana yang diidentifikasikan berdasarkan konstruk teorinya (Sugiyono, 2003:270). Kriteria yang dijadikan dasar pengujian validitas kontruk mengunakan analisis faktor dengan tujuan untuk menemukan komposisi butir terbaik. Kriteria yang dijadikan dasar untuk menentukan valid tidaknya intstrumen dengan melihat muatan factor setiap indicator, bahwa setiap intrumen
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
harus memiliki muatan factor lebih besar dari 0,3.
Validitas isi menunjuk pada seberapa jauh muatan intrumen/tes sesuai jika dibanding dengan materi yang ada. Dalam menetapkan validitas isi seorang harus melihat topik atau pokok bahasan yang dicakup oleh tes. Validitas isi diperoleh dari keputusan para ahli tentang hubungan antara bagian-bagaian tes konstruk yang diukur (Sukardi, 2007: 123).
Reliabilitas intrumen menunjuk tingkat keandalan instrumen. Instrumen dikatakan reliabel bila ia digunakan berkali-klai, maka data yang diperoleh sama. Dengan kata lain intrumen reliabel adalah instrumen yang dapat dipercaya (konsisten). Kriteria digunakan dengan cronbach alpha, reliabilitas 0,65 atau lebih maka intrumen tersebut handal (Mehrens & Lehmann, 1973: 122: Nunally, 1981: 230) Keandalam intrumen tersebut diperoleh melalui uji reliabilitas inter-rater. Untuk menghitung koefisien reliabilitas inter-rater, penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS.
Teknik Analisis Data
Hasil pengumpulan data survai dan dari FGD dianalisis dengan metode kualitatif. Sedangkan data hasil pengembangan asesmen dianalisis secara kuantitatif. Instrumen pengumpulan data dianalisis dengan EFA (Exploratory Faktor Analysis), (Eisengart, 2006), intrumen akan dilakukan analisis diskriptif berdasarkan penilaian guru, teman sejawat, kepala sekolah dan pengawas. Pengujian atas kecocokan model teoritis dengan data empiris, untuk intrumen didasarkan atas indikator yaitu 1). Chi Square dan 2). RMSEA.
Analisis data yang terkumpul akan juga dipergunakan teknik statistik deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif. Teknik statistik deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berapa responden yang hadir dan memberi masukan, berapa responden yang hadir tetapi tidak memberi masukan, serta berapa responden yang tidak hadir. Sementara itu, teknik statistik deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kata, kalimat, dan atau
substansi apa saja yang harus dihilangkan atau ditambahkan pada intrumen, selain proses mengkonversikan nilai dari kuantitatif menjadi kualitatif, sehingga didapatkan makna yang berarti bagi pengembangan intrumen penilaian Burnout dan Stress Kerja, bagi guru pendidikan agama Buddha.
Hasil Penelitian
Diskripsi Data Penelitian
Guru pendidikan agama Buddha di Provinsi Jawa Tengah, secara umum mendapatkan tugas tambahan pekerjaan yang lainnya. 11% guru pendidikan agama Buddha tidak mendapatkan tugas tambahan mengajar pada bidang mata pelajaran yang lain, sedangkan 89% guru pendidikan agama Buddha mendapatkan tugas tambahan mengajar pada bidang mata pelajaran yang lain. Untuk tugas tambahan di luar tugas mengajar sebanyak 21% guru tidak mendapat tugas tambahan, dan 79% mendapatkan tugas tambahan.
Gambar 2
Perbandingan Tugas Tambahan Terhadap Nilai Berat Pekerjaan
Berdasarkan tugas tambahan tersebut, guru yang menyatakan bahwa tugas tambahan tersebut berat (series1) adalah 21%, sedangkan 32% menyatakan cukup berat, dan47% tidak berat. Sedangkan berdasarkan penggunaan waktu (series2) menyita waktu 21%, cukup menyita waktu 11% dan tidak menyita waktu 63%. Jika dikaitkan dengan tugas utama, maka guru menyatakan 16% cukup menganggu tugas utama, sedangkan 74% menyatakan tidak menggangu, dan sangat tidak menggangu 11%. Uraian ini menandakan adanya peluang terkait dengan beban kerja khususnya bagi yang memiliki tugas
tambahan mengajar dan atau tugas tambahan lainnya.
Gambar 3
Pelaksanaan PBM Agama Buddha Berdasar Sarana Prasarana dan Siswa
Berdasarkan sarana yang digunakan oleh guru dapat ditunjukkan dalam gambar tidak adanya sarana yang mendukung dalam proses belajar, selain prasarana yang juga sangat minim dalam belajar agama Buddha. Jika dilihat dari sikap siswa, dihasilkan gambaran secara umum, memiliki permasalahan dengan siswa (menjengkelkan dan lainnya) sebesar 89%, sedangkan yang memberikan jawaban tidak sebesar 11%. Hal ini juga menunjukkan adanya indikasi, bahwa suasana kelas memiliki kontribusi terkait dengan tekanan kerja ataupun stres kerja.
Gambar 4 Peluang Konflik
Berdasarkan peluang konflik yang ditimbulkan relatif kecil, baik dari atasan, sejawat dan siswa, tetapi kesemuanya memiliki peluang akan terjadinya konflik. Konflik terbesar ditimbulkan dari siswa yakni sebesar 12%, sejawat 10% dan atasan 8%. Hal ini menunjukkan bahwa atasan, sejawat dan siswa dapat menjadi sumber konflik, yang juga merupakan salah satu pemicu timbulnya tekanan kerja atau setres kerja.
6
Gambar 5
Keberhasilan dalam Tugas Membimbing/ Mengajar
Secara umum, guru memberikan penilaian keberhasilan diatas rata-rata, yakni diatas 66%, dengan nilai rata-rata diatas 3,32. Hal menandakan bahwa guru pendidikan agama Buddha memiliki keyakinannya dalam keberhasilan kerjanya. Gambaran ini juga memberikan selisih angka yakni berkisar 33%, yang seharusnya diantisipasi untuk perbaikan. Produk dan Analisis Revisi Produk
Berdasarkan Uji ke 1 dan Uji ke 2, dapat disimpulkan bahwa ke seluruh intrumen tersebut layak untuk digunakan, yang membentuk 7 komponen dalam uji 1 dan menjadi 8 komponen dalam uji 2. Produk akhir yang dihasilkan setelah dilakukan revisi produk didapatkan bahwa intrumen Burnout tersebut dapat disusun dari Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan tekanan kerja.
Faktor Burnout dan Self Esteem tersebut tersusun dalam delapan komponen, sebagai berikut: Tugas tambahan terdiri dari empat
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
indikator yang meliputi : 1)Tugas tambahan mengajar, 2).Tugas tambahan bukan mengajar, 3).Beban waktu tugas tambahan dan 4). Berat beban tugas tambahan. Suasana Kelas terdiri dari empat indikator yakni 1). Ketersediaan Sarana 2). Ketersediaan Prasarana, 3). Jumlah siswa dan 4). Perilaku siswa. Konflik terdiri dari empat indikator yaitu 1). Hubungan dengan atasan, 2) Hubungan dengan sejawat 3) Hubungan dengan siswa dan 4) Kemudahan berkomunikasi. Ambisi terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keinginan jabatan 2). Penyelesaian pekerjaan dengan baik, 3). Penyelesaian pekerjaan dan 4). Nilai penting jabatan. Komponen Kebijakan/Aturan terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keyakinan positip terhadap aturan, 2). Pemahaman terhadap aturan, 3). Kebijakan yang positip, dan 4). Kemudahan melaksanakan aturan. Keberhasilan mengajar terdiri dari tiga indikator yaitu : 1). Keberhasilan perencanaan, 2) keberhasilan pelaksanaan dan 3) keberhasilan dalam evaluasi. Harga diri terdiri dari tiga indikator yakni 1).Puas diri 2). Kualitas diri, dan 3). Sikap positip. Faktor Tekanan kerja terdiri dari tiga indikator yakni 1). Rutinitas, 2). Perhatian lingkungan dan 3). Hal baru atau perkembangan.
Penentuan komponen dan indikator, dilakukan dengan memperhatikan proses analisis dari tahap awal dan revisi produk yang dilakukan termasuk berdasarkan analisis faktor. Dalam analisis faktor menghasilkan masukan sebagai berikut, dalam uji tahap I, dihasilkan saran seperti dalam tabel berikut :
Tabel 2
Loading Faktor dalam Uji Tahap I
4 3 5 1 2
SKlas1 0,92173 TgsT1 0,892501 CFlik1 0,905695 Ambis1 0,573253 0,533938 SKlas2 0,92809 TgsT2 0,921786 CFlik2 0,851468 Ambis2 0,469075 0,586538 Sklas3 0,921564 TgsT3 0,878511 CFlik3 0,888099 Ambis3 0,411669 0,514265 Sklas4 0,925736 TgsT4 0,887569 CFlik4 0,867282 Ambis4 0,463896 0,580506
1 2 6 7
Atura1 0,947609 BHsil1 0,9444 HgDiri1 0,903918 BNTT1 0,940041 Atura2 0,943341 BHsil2 0,904232 HgDiri2 0,895403 BNTT2 0,900422 Atura3 0,925473 BHsil3 0,933326 HgDiri3 0,885891 BNTT3 0,885512 Atura4 0,932606
Tampak bahwa komponen Ambisi memiliki dua komponen penilaian yang berimbang, hal ini menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan-perbaikan. Keberadaannya bersesuaian dengan aturan dan keberhasilan dalam pekerjaan. Tetapi berdasarkan anti image yang ada menunjukkan bahwa tiap instrumen tersebut valid, sehingga keputusan yang diambil dari peneliti melakukan perbaikan dan penambahan responden dalam penelitian.
Berdasarkan
hasil
uji
tahap
II
mendapatkan loding faktor seperti dalam
tabel berikut. Bahwa berdasarkan uji ke II
tersebut menunjukkan bahwa Burnout dan
Self Estem dapat dijabarkan dalam delapan
komponen yaitu :
Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan tekanan kerja.Indikator dari tiap komponen tersebut dapat dijelaskan kembali sebagai berikut : Tugas tambahan terdiri dari empat indikator yang meliputi : 1)Tugas tambahan mengajar, 2).Tugas tambahan bukan mengajar, 3).Beban waktu tugas tambahan dan 4). Berat beban tugas tambahan. Suasana Kelas terdiri dari empat indikator yakni 1). Ketersediaan Sarana 2). Ketersediaan Prasarana, 3). Jumlah siswa dan 4). Perilaku siswa. Konflik terdiri dari empat indikator yaitu 1). Hubungan dengan atasan, 2) Hubungan dengan sejawat 3) Hubungan dengan siswa dan 4) Kemudahan berkomunikasi. Ambisi terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keinginan jabatan 2). Penyelesaian pekerjaan dengan baik, 3). Penyelesaian pekerjaan dan 4). Nilai penting jabatan. Komponen Kebijakan/Aturan terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keyakinan positip terhadap aturan, 2). Pemahaman terhadap aturan, 3). Kebijakan yang positip, dan 4). Kemudahan melaksanakan aturan. Keberhasilan mengajar terdiri dari tiga indikator yaitu : 1). Keberhasilan perencanaan, 2) keberhasilan pelaksanaan dan 3) keberhasilan dalam evaluasi. Harga diri terdiri dari tiga indikator yakni 1).Puas diri 2). Kualitas diri, dan 3). Sikap positip. Faktor Tekanan kerja terdiri dari tiga indikator yakni 1). Rutinitas,
2). Perhatian lingkungan dan 3). Hal baru atau perkembangan.
Tabel 3
Loading Faktor dalam Uji Tahap II Component 3 1 SKlas1 0,867227 Atura1 0,93201 SKlas2 0,881844 Atura2 0,9357 Sklas3 0,892453 Atura3 0,938424 Sklas4 0,865115 Atura4 0,933866 5 8 TgsT1 0,849491 BHsil1 0,921433 TgsT2 0,856645 BHsil2 0,911825 TgsT3 0,877583 BHsil3 0,920361 TgsT4 0,878908 4 CFlik1 0,878631 7 CFlik2 0,861489 HgDiri1 0,923191 CFlik3 0,870271 HgDiri2 0,896894 CFlik4 0,862621 HgDiri3 0,919993 2 6 Ambis1 0,892317 BNTT1 0,947899 Ambis2 0,889136 BNTT2 0,919302 Ambis3 0,855394 BNTT3 0,920575 Ambis4 0,889985
Revisi produk ditujukan untuk meningkatkan kualitas produk. Revisi produk telah dilakukan dari tahap awal penelitian sampai dengan akhir penelitian. Dengan maksud membuat produk yang baik, dari segi validitas, reliabilitas, maupun kualitas produk lainnya. Revisi produk tahap awal dilakukan melalui FGD maupun diskusi dengan pihak pengguna, sehingga perubahan, perbaikan terhadap intrumen yang diusulkan menjadi lebih sempurna. Disamping itu juga mempertimbangkan masukan berdasarkan analisis uji data melalui uji tahap I dan Uji tahap II.
Perubahan revisi produk diawali dari pembuatan instrumen. Pengajuan instrumen awal, yang terbagi dalam Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/ Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan tekanan kerja. Langkah yang ditempuh sebelum dilakukan uji tahap 1, adalah dilakukan FGD serta diskusi dalam kelompok terbatas,
8
dihasilkan sejumlah saran dan masukan, sehingga menghasilkan perubahan intrumen, baik dalam model atau bentuk, serta jumlah intrumennya. Jumlah Instrumen/pernyataan pada uji coba I tetap berjumlah yang sama dalam butirnya. Instrumen ini dianalisis dengan program SPSS, dengan mempergunakan analisis faktor. Berdasarkan analisis dengan mempergunakan analisis faktor dihasilkan bahwa ke semua intrumen tersebut layak untuk digunakan, Intrumen tersebut membentuk 7 faktor dalam uji tahap 1, sedangkan dalam uji tahap 2, dengan mempergunakan program yang sama instrumen tersebut membentuk 8 faktor. Berdasarkan uji tahap II inilah instrumen tersebut dianalisis untuk menjadi produk yang tepat.
Analisis dilanjutkan dengan membuat skala hasil penilaian dari uji 2, kedalam tiap komponen.. Untuk melihat apakah tiap komponen tersebut sesuai dalam membentuk 8 faktor berupa Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan tekanan kerja. Berdasarkan rotated faktor
matrix terdapat 8 butir valid yang memenuhi
kriteria nilai communality dan factor loading yaitu lebih dari 0,5 dan setiap butir-butir instrumen tersebut memuat satu faktor. Hal ini berlaku untuk seluruh instrumen.
Revisi produk dalam hal ini terjadi dalam kaitannya penyempurnaan instrumen berdasarkan FGD, maupun tahapan yang dilakukan dalam proses penelitian. Revisi produk dihasilkan berdasarkan pertimbangan dan analisis. Pertimbangan yang digunakan adalah berdasarkan olahan data melalui program SPSS, dalam analisis faktor disarankan bahwa dimensi atau komponen terjadi pengabungan dari dua faktor, atau terjadi pengabungan faktor. Pada uji tahap ke dua faktor tersebut kembali ke semula dari 7 komponen menjadi 8 komponen, yaitu : Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/ Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan burnout.
Berdasarkan revisi produk yang dilakukan secara bertahap dihasilkan produk akhir yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
semakin baik. Hal ini tampak dari nilai validitas yang semakin tinggi serta nilai reliabilitas yang semakin tinggi pula. Jadi dengan revisi produk dihasilkan model instrumen yang semakin baik, dalam hal ini berwujud intrumen Burnout yang terdiri dari Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan burnout.
Temuan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan menghasilkan komponen dan indikator Burnout dan Self Estem melalui penyusunan dan pengembangan intrumen. Penggunaan instrumen penilaian
Burnout dan Self Estem, dapat digunakan untuk
mendukung penilaian kinerja untuk guru. Melalui penilaian Burnout dan Self Estem maka akan dapat menggambarkan keadaan yang komprehensif, terkait dengan Burnout dan Self
Estem bagi guru pendidikan agama Buddha.
Berdasarkan analisis uji tahap I dan II tersebut, dapat dikatakan bahwa penilaian
Burnout dan Self Estem, dapat dilakukan dengan
mempergunakan intrumen dengan indikator sebagai berikut : Delapan komponen yaitu : Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan tekanan kerja.
Indikator dari tiap komponen tersebut dapat dijelaskan kembali sebagai berikut : Tugas tambahan terdiri dari empat indikator yang meliputi : 1)Tugas tambahan mengajar, 2).Tugas tambahan bukan mengajar, 3).Beban waktu tugas tambahan dan 4). Berat beban tugas tambahan. Suasana Kelas terdiri dari empat indikator yakni 1). Ketersediaan Sarana 2). Ketersediaan Prasarana, 3). Jumlah siswa dan 4). Perilaku siswa. Konflik terdiri dari empat indikator yaitu 1). Hubungan dengan atasan, 2) Hubungan dengan sejawat 3) Hubungan dengan siswa dan 4) Kemudahan berkomunikasi. Ambisi terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keinginan jabatan 2). Penyelesaian pekerjaan dengan baik, 3). Penyelesaian pekerjaan dan 4). Nilai penting jabatan. Komponen Kebijakan/Aturan terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keyakinan positip terhadap aturan, 2). Pemahaman terhadap aturan,
3). Kebijakan yang positip, dan 4). Kemudahan melaksanakan aturan. Keberhasilan mengajar terdiri dari tiga indikator yaitu : 1). Keberhasilan perencanaan, 2) keberhasilan pelaksanaan dan 3) keberhasilan dalam evaluasi. Harga diri terdiri dari tiga indikator yakni 1).Puas diri 2). Kualitas diri, dan 3). Sikap positip. Faktor Tekanan kerja terdiri dari tiga indikator yakni 1). Rutinitas, 2). Perhatian lingkungan dan 3). Hal baru atau perkembangan.
Simpulan
Sebagai sumpulan dari penelitian ini adalah:
1. Faktor yang mempengaruhi Burnout dan
Self Estem dalam pelaksanaan Tugas
Guru Pendidikan Agama Buddha Dalam Membimbing, terdiri dari Delapan komponen yaitu : Tugas Tambahan, Suasana Kelas, Konflik, Ambisi, Kebijakan/Aturan, Keberhasilan Mengajar, Harga Diri, dan tekanan kerja. 2. Indikator yang mempengaruhi tiap factor
yang memperngaruhi Burnout dan Self
Estem dalam pelaksanaan Tugas Guru
Pendidikan Agama Buddha Dalam Membimbing, meliputi : Tugas tambahan terdiri dari empat indikator yang meliputi : 1)Tugas tambahan mengajar, 2).Tugas tambahan bukan mengajar, 3).Beban waktu tugas tambahan dan 4). Berat beban tugas tambahan. Suasana Kelas terdiri dari empat indikator yakni 1). Ketersediaan Sarana 2). Ketersediaan Prasarana, 3). Jumlah siswa dan 4). Perilaku siswa. Konflik terdiri dari empat indikator yaitu 1). Hubungan dengan atasan, 2) Hubungan dengan sejawat 3) Hubungan dengan siswa dan 4) Kemudahan berkomunikasi. Ambisi terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keinginan jabatan 2). Penyelesaian pekerjaan dengan baik, 3). Penyelesaian pekerjaan dan 4). Nilai penting jabatan. Komponen Kebijakan/Aturan terdiri dari empat indikator yakni: 1). Keyakinan positip terhadap aturan, 2). Pemahaman terhadap aturan, 3). Kebijakan yang
positip, dan 4). Kemudahan melaksanakan aturan. Keberhasilan mengajar terdiri dari tiga indikator yaitu : 1). Keberhasilan perencanaan, 2) keberhasilan pelaksanaan dan 3) keberhasilan dalam evaluasi. Harga diri terdiri dari tiga indikator yakni 1).Puas diri 2). Kualitas diri, dan 3). Sikap positip. Faktor Tekanan kerja terdiri dari tiga indikator yakni 1). Rutinitas, 2). Perhatian lingkungan dan 3). Hal baru atau perkembangan.
Saran
1. Berdasarkan penelitian dan pengembangan berkaitan dengan instrumen Burnout dan
Self Estem sebaiknya mempergunakan
intrumen yang memadukan delapan komponen, sehingga menghasilkan gambaran utuh atas guru tersebut.
2. Hasil pengembangan terkait dengan
Burnout dan Self Estem, akan lebih baik,
jika digunakan dalam pendamping penilaian kinerja guru pendidikan agama Buddha.
3. Akan lebih baik jika dalam penelitian lebih lanjut adalah mengembangkan model, sehingga akan tampak pula besaran pengaruh yang ditimbulkan tiap faktor dari masing-masing indikatornya.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, M.J,. & Yen, W.M. (1979). Introduction
to measurement theory. Wardsworth,
Inc. Monterey.
Andre, Rae. Organizational Behavior Pearson International Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2008.
Anthony, William P,Perrew dan Katmark, 1993,
Strategic Human Resources Management, Harcourt, Brace,
Jovanovich, Orlando Florida.
Arikunto, S.(2013). Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan.(2nd ed). Jakarta: PT Bumi Aksara.
As’ad M, 1995, Psikologi Indutri, Seri Ilmu
Sumber Daya Manusia, Edisi keempat.
Penerbit LIBERTY, Yogyakarta
10
Colquitt, Lepine, Wesson. Organizational Behavior: Improving Performance and Commitment In The Workplace Second Edition. New York: The McGraw-Hill Companies Inc., 2011.
Daft, Richard L. New Era of Management Ninth Edition. South-Western: Cengage Learning, 2010.
Depdiknas. (2005) Undang-Undang RI.No 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen
………… (2005). Peraturan Pemerintah RI
Nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.
……….(2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
...(2008). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, tentang Guru ... (2012). Permendiknas nomor 35
Tahun 2012, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Devis, Keith, and John W Newstrom, 1992,
Perilakau dalam Organisasi, Edisi 7,
terjemahan: Agus Dharma, Erlangga, Jakarta
Dharma,S. (2011), Manajemen kinerja,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ditjen PMPTK. (2008). Penilaian kinerja Guru. Diambil pada tanggal 12/1/2012: http:// indonesia mengajar.org/faq
Flippo, Edwin B.,1993, Manajemen Personalia, Edisi Ke Enam Penerbit Erlangga Jakarta
Gibson, James L., et al., 1993, Organisasi dan
Manajemen, Terjemahan, Edisi Empat.
Erlangga, Jakarta
---, 1996. Organisasi : Perilaku,
Struktur, dan Proses. Edisi Kedelapan,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Gouzali, Saydam 1996, Manajemen Sumber
Daya Manusia (Human Resource Management). Penerbit PT. Gunung Agung, Jakarta.
Hahn, D.B, & Payne, W.A (2003) Focus on Health, 6th edt. New York: McGraw-
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Hill companies.
Jeffrey Dorman, (2003). Testing a Model for
Teacher Burnout. Australian Journal of
Educational & Developmental Psychology. Vol 3, 2003, pp 35-47 Johnson, D.W., & Johnson,R.T. (2002).
Meaningful assesment, a manageable and cooperative process. Boston: Allyn
and Bacon A Pearson Education Company.
Luthans, 1995,Organisasi Behaviour, McGraw-Hill, Inc., Singapore
Mehrens,W.A, & Lehmann, I, J. (1973),
Measurement and Evaluation in education and psycology.New York:
Holt, Rinehart and Winston, Inc. Manurung, R,T. (Desember 2008). Terhempasnya
wibawa guru: Satu kajian kontrastif karya sastra masa kini dan masa lalu, Jurnal
Sosioteknologi, Edisi 15 Tahun ke 7,
diambil pada tanggal 2 Januari 2012, dari
.http://www.fsrd.itb.ac.id/wp-content/uploads/6%20ROSIDA. pdf). Mikarsa,H.L., Taufik, A., & Prianta, P.L.
(2008). Pendidikan anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muhammad Amin, Aunurrahman, M. Thamrin; hubungan Kompetensi, Pedagogik, dan Kompetensi Kepribadian dengan Kinerja Guru http://download.portalgaruda.org/
article.php?article=112058&val=2338
Diambil tanggal 6 Pebruari 2017 Jam 14.55
Mulyasa, E. (2011). Menjadi guru profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
NCCA. (2004). Assesment in primary schools. New York: National Council For Curriculum and Assesment.
Nunnally, Jum C. (1981). Psychometric Theory (2nd Ed).New York: McGraw-Hill OECD (2015), Reviews of National Policies
for Education,Education in Indonesia,Rising to the Challenge
OECD/Asian Development Bank (2015), Education in Indonesia: Rising
to the Challenge, OECD, Publishing,
Paris.
Parkay F.W. & Stanford, B.H. (2008). Menjadi
seorang guru. (Terjemahan Dani Asosiasi Dosen & Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Dharyani). Boston: Pearson Education, 75 Arlington Street. (Buku asli diterbitkan tahun 2008).
Paulsen, M.B. (2002). Evaluating teaching performance. New Direction for Institutional Research, 114,5-17.
Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, what teachers need to know. Buston: Allyn and Baccon
Rasyid,H., & Mansur. (2009). Penilaian Hasil
Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Rathus, S.A, & Nevid, J.S (2002) Psychology and The Challenges of Life: Adjusment in The New Millenium, 8th edt. New York: John Wiley and Sons.
Saud,U.S. (2010). Pengembangan profesi guru. Bandung: Alfabeta.
Semiawan, C.R. (2010). Dimensi kreatif dalam
filsafat ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Standar Nasional Pendidikan (SNP). (2006).
Jakarta: Asa Mandiri.
Stephens, Maria., Laura K. WarrenAriana L. Harner (2015). Comparative Indicators of Education in the United States and Other G-20 Countries: American Institutes for Research.
Sudijono, A. (1996). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Suharjo, M.S. (2006). Mengenal pendidikan
sekolah dasar,teori dan praktek. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. T. H., Handoko, 1998, Manajemen Personalia
Dan Sumber Daya Manusia, Edisi kedua, Cetakan kelima. BPFE UGM, Yogyakarta
Thomas Crowl, Educational Psychology Windows on Teaching (Dubuque: Brown
& Benchmark Publishers, 1997 Yamin, M., & Maisah. (2010). Standardisasi
kinerja guru.Jakarta: Gaung Persada.