• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, menanggapi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, menanggapi dan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, menanggapi dan mengambil kesimpulan tentang penyebab perilaku orang lain. Sejalan dengan itu kita juga menanggapi dan mempersepsikan diri kita sendiri. Dengan mengamati diri kita, sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita yang disebut juga konsep diri (Rahmat, 2007 :99).

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. (http://www.scribd.com/doc/22318053/konsep-diri).

Melalui konsep diri kita belajar memahami diri sendiri dan orang lain karena hal ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam membina hubungan interpersonal. Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri.

Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakkan perilaku sukses dalam melaksan akan tugasnya. Sebaliknya apabila

(2)

individu memandang dirinya sebagai seorang yang kurang memiliki kemampuan melaksanakan tugas, maka individu itu akan menunjukkan ketidakmampuan dalam perilakunya (http : belajarpsikologi.com/2011/peran-konsep-diri-dalam-menentukan-prilaku/).

Meski konsep diri tidak langsung ada begitu individu dilahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh lingkungannya.Dalam pembentukan konsep diri komunikasi merupakan salah satu sarana penting. Dimana komunikasi merupakan sarana memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkann solusi alternatif atas masalah dan mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. Melalui komunikasi kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian.

Dengan berkomunikasi juga kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaaan itu dan membandingkannya dengan perasaan yang satu dengan yang lainnya. Lewat umpan balik orang lain kita memperoleh informasi bahwa kita orang yang sehat secara jasmani dan rohani serta kita merupakan orang yang berharga. Penegasan orang lain atas diri kita membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri dan percaya diri. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyaluranya.

(3)

Banyak pendapat lain yang dapat menyimpulkan pengertian komunikasi, yakni komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu dan definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Komunikasi juga menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama-sama terhadap topik pesan yang disampaikan.

Komunikasi itu akan efektif apabila makna yang distimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator, dengan kata lain komunikasi efektif adalah makna bersama. Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya dapat kita lakukan setelah kita mempelajari proses

(4)

komunikasi dan kesadaran akan apa yang kita dan orang lain lakukan ketika kita sedang berkomunikasi.

Jadi secara sederhana, komunikasi dikatakan efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya dan secara umum komunikasi tersebut bisa dikatakan efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksud oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

Ada beberapa bentuk komunikasi yang saat ini kita kenal, salah satunya adalah komunikasi antar pribadi. Dalam kehidupan manusia komunikasi bentuk ini sering kali digunakan. Komunikasi antar pribadi ini bisa kita temui dalam konteks komunikasi dua orang, dalam keluarga, kelompok maupun organisasi.

Komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas. pada dasarnya komunikasi antar pribadi merupakan jalinan hubungan interaktif antara seseorang individu dengan individu lainnya dimana lambang-lambang pesan secara efektif digunakan, terutama lambang-lambang bahasa. Penggunaan lambang-lambang komunikasi verbal, terutama yang bersifat lisan dan dalam kenyataan kerap kali disertai dengan bahasa isyarat terutama gerak atau bahasa tubuh (body language), seperti senyum tertawa, dan menggeleng atau menganggukan kepala.

Komunikasi antar pribadi pada umumnya dipahami lebih bersifat pribadi (private) dan berlangsung secara tatap muka (face to face). Tampilan komunikasi yang muncul dalam setiap kita berkomunikasi mencerminkan kepribadian dari setiap individu yang berkomunikasi. Pemahaman terhadap proses pembentukan

(5)

keperibadian setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi menjadi penting dan mempengaruhi keberhasilan komunikasi

Komunikasi antar pribadi adalah salah satu faktor yang dapat menumbuhkan dan mempengaruhi konsep diri seseorang. Terkait dengan pembentukannya, konsep diri mulai berkembang sejak masa bayi dan akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan individu itu sendiri. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana individu tersebut terlibat didalamnya.

Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam komunikasi antarpribadi pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persepsi si pengamat.

Komunikasi antar pribadi dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat komunikasi antarpribadi berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi sehingga merubah sikap. Komunikasi antarpribadi merupakan komuniksi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang

(http://www.lusa.web.id/komunikasi-antar-pribadi-interpersonal-communication/).

Dalam diri setiap anak sudah melekat harkat dan martabat sebagai seorang manusia yang harus dijunjung tinggi, dijaga, dan dipelihara. Anak-anak berhak atas kelangsungan hidupnya. Berhak atas perlindungan dari setiap bentuk kekerasan mental, fisik, sosial, dan tindakan diskriminatif lainnya. Berbagai upaya perlindungan anak telah diatur lewat peraturan perundangan maupun konvensi. Aturan hukum dan konvensi itu mengatur tentang kesejahteraan anak, tentang usaha menyejahterakan dan melindungi mereka, tentang pengadilan anak, sampai pada mengatur tentang batas usia minimum seorang anak diperbolehkan bekerja.

Namun, konsep perlindungan anak yang komprehensif-integral masih perlu dipertegas. Kesejahteraan anak harus menjadi inspirasi dan tujuan yang mendorong kita untuk memberikan perlindungan yang utuh menyeluruh terhadap

(6)

hak-hak anak. Adanya ketentuan perundangan yang mengatur tentang anak patut disambut dengan baik sebab hal itu menandakan adanya perhatian pemerintah terhadap eksistensi, masa depan anak, dan pemenuhan hak anak. Hak anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia seperti tercantum dalam UUD 1945 dan Konvensi Hak-hak Anak (KHA) atau Convention on the Rights of Child (CRC) yang disetujui oleh majelis Umum PBB tanggal 20 November 1989 dan sudah diratifikasi dengan Kepres No 36 Tahun 1990 (http://www.menegpp.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=98 :tentang-panti-asuhan-anak&catid=39:artikel-anak&Itemid=115)

Maka dalam hal ini anak-anak panti asuhan yang memiliki latar belakang kurang beruntung dan berbeda-beda, maka sejak dini diperlukan pembentukan konsep diri yang positif baik dari pihak pengurus panti maupun dari lingkungannya. Sedini mungkin anak-anak panti asuhan ditanamkan konsep diri yang positif agar dapat berkembang dan tercermin perilaku-perilaku yang positif. Hal tersebut tidak terlepas dari peranan atau pengaruh komunikasi antarpribadi antara pengurus atau pengasuh anak-anak panti asuhan terhadap konsep diri yang ditanamkan kepada anak-anak panti asuhan tersebut. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.

Panti asuhan yayasan Elida Medan merupakan salah satu panti asuhan yang menampung anak-anak yatim piatu. Panti asuhan Elida yang terletak di jalan Flamboyan raya IV-A no 2 Tanjung Selamat Medan merupakan panti asuhan yang memiliki visi-misi dalam mendidik, membimbing dan membangun konsep diri sang anak ke arah yang lebih baik dengan harapan anak-anak di panti asuhan tersebut biasa mengalami dan mendapat tempat, kasih sayang, perhatian, bimbingan, pengajaran dan lain sebagainya sama seperti anak-anak yang lain pada umumnya.

(7)

Melalui survei yang dilakukan bahwa seringnya pengurus panti asuhan melakukan komunikasi antarpribadi kepada anak-anak panti asuhan tersebut yang dilakukan secara bergantian, rutin dan terus menerus. Biasanya pihak pengurus panti mendatangi atau memanggil anak-anak tersebut pada saat istirahat santai, belajar, ataupun pada waktu luang tertentu baik pagi, siang dan malam hari.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Komunikasi Antarpribadi Pengurus Panti Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan di Panti Asuhan Elida Medan.”

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

”Sejauhmana Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Pengurus Panti Asuhan Terhadap Pembentukan Konsep Diri Anak-Anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan.”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi dibatasi pada : Keterbuka, Empati, Dukungan, Sikap Positif dan Kesamaan.

2. Yang dimaksud dengan konsep diri dibatasi pada dua dimensi yaitu : Dimensi internal seperti : Diri identitas, Diri pelaku, Diri penerimaan

(8)

dan Dimensi eksternal seperti : Diri fisik, Diri etik moral, Diri pribadi, Diri keluarga, Diri sosial.

3. Objek penelitian ini terbatas pada anak-anak panti asuhan yayasan Elida Medan yang berumur 11 – 19 tahun

4. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2011 hingga Mei 2011.

I.4 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui efektifitas komunikasi antarpribadi pihak pengurus panti asuhan terhadap anak-anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan. 2. Untuk mengetahui tingkat kecakapan komunikasi antarpribadi pihak

pengurus terhadap anak-anak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan. 3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi antarpribadi pengurus panti

terhadap konsep diri anak-anak di Panti Asuhan Yayasan Elida Medan.

I.5 Manfaat penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dan sumbangan pikiran dalam ilmu komunikasi khususnya komunikasi komunikasi antarpribadi dan konsep diri.

2. Secara akademis, peneliti ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan/kontribusi yang positif bagi pihak Panti Asuhan Yayasan Elida Medan.

(9)

I.6 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001 : 40).

Kerlinger menyatakan teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruk, sefinisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis, dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1995 : 37). Kerangka teori juga membantu penelitian dalam menentukan tujuan serta arah penelitian dan menjadi dasar pijakan agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan konsisten. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah :

I.6.1

Komunikasi

Istilah komunikasi sudah tidak asing lagi dan sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip (Fajar 2009:31)

Komunikasi adalah fenomena sosial, kemudian menjadi ilmu yang secara akademik berdisiplin mandiri, dewasa ini dianggap amat penting sehubungan dengan dampak sosial yang menjadi kendala bagi kemasalahatan umat manusia akibat perkembangan teknologi. Komunikasi merupakan faktor penting delam interaksi, karena komunikasi menyebabkan adanya saling pengertian antar orang yang berkomunikasi. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna

(10)

atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2005 :41). Jika didalam komunikasi mampu menumbuhkan saling pengertian maka relasi itu akan amat produktif dan efektif.

Devito mendefinisikan komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih, yakni kegiatan menyampaikan dan menerima pesan yang mendapat distorsi dari gangguan-gangguan dalam suatu konteks yang menimbulkan suatu efek dan kesempatan untuk arus balik (Fajar 2009:29).

Menurut Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid (Fajar 2009:32), menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.

Menurut Berelson dan Steiner (1964), komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lainnya (Fajar 2009:32).

Rumusan Harold Laswell merupakan cara yang baik menggambarkan komunikasi adalah “who, says what, in which chanell, to whom, with what effect” atau “siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan pengaruh bagaimana”. Sedangkan komunikasi menurut Carl I. Hovland adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate) (Mulyana, 2005 : 62).

Sejalan dengan itu Effendy (2006 : 50) mengemukakan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik langsung maupun tidak langsung melalui media.

(11)

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicate). Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau pengertian oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

I.6.2

Komunikasi Antar Pribadi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari komunikasi, salah satu komunikasi yang sering dilakukan oleh manusia adalah komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang menmungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal (http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/pengertian-komunikasi antarpribadi.html).

Pada kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya karena komunikasi ini dinilai lebih ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan prilaku komunikan. Menurut Evert M. Rogers (Liliweri, 1991:13) ada beberapa ciri komunikasi antarpribadi, yaitu :

1. arus pesan dua arah

2. konteks komunikasi adalah tatap muka. 3. tingkat umpan balik yang tinggi.

(12)

5. kecepatan untuk menjangkau sasaran yang besar sangat lamban. 6. efek yang terjadi antara lain perubahan sikap.

Komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk saling mempengaruhi. Komunikasi antarpribadi didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” (Devito, 1989 :4) sebagai : proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Adapun ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Devito (1976) dalam Liliweri (1997:13) adalah sebagai berikut :

1. keterbukaan (openness) :

Kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan.

2. empati (empathy) :

Kesediaan seseorang untuk “mengetahui” apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain tersebut.

3. dukungan (suportiveness ) :

Komunikasi yang terbuka dan empatik berlangsung dalam suasana yang mendukung, dalam hal ini sikap mendukung merupakan pelengkap.

(13)

4. sikap positif (positiveness) :

Sikap positif terhadap diri sendiri dengan tetap menghargai keberadaan dan pentingnya orang lain.

5. kesamaan (equality) :

Menerima pihak lain dan memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain.

I.6.3 Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita (Rakhmat 2005:99).

Konsep diri kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat akan tetapi yang paling mempengaruhi adalah ketika kita berinteraksi dengan orang lain yakni pengharapan, kesan dan citra orang lain tentang kita. George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakatan hal itu dilakukan lewat komunikasi (Mulyana 2005 : 8).

William Fitts membagi konsep diri dalam dua dimensi, yaitu sebagai berikut :

a. Dimensi Internal.

Dimensi Internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :

(14)

1. Diri Identitas (Identity Self)

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar dan mengacu pada “pertanyaan siapakah saya ?” dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.

2. Diri Pelaku (Behavioral self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”

3. Diri Penerima/Penilai (Judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standard, dan evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri dan identitas pelaku.

b. Dimensi Eksternal

Dimensi eksternal dimana individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya. Dimensi eksternal terbagi atas lima bentuk yaitu :

(15)

1. Diri Fisik (Physical Self)

Diri fisik yang menyangkut persepsi seorang terhadap keadaaan dirinya secara fisik. (cantik,, jelek, menarik, tidak menarik, tinggi, pendek, gemuk, kurus, dan sebagainya).

2. Diri Etik-Moral (Moral-ethical self)

Bagian ini merupakan persepsi seorang terhadap dirinya dilihat dari pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan agamanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

3. Diri Pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

4. Diri keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkkan perasan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa dekat terhadap dirinya sebagai angggota dari suatu keluarga.

(16)

5. Diri Sosial (social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

I.6.4 Teori Self Disclosure

Teori Self Disclosure sering juga disebut teori Johari Window atau Jendela Jauhari. Garis besar model teoritis Jendela Johari dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Terbuka

Diketahui diri sendiri dan orang lain

Buta

Tidak diketahui diri sendiri tetapi orang lain mengetahui

Tersembunyi

Diketahui diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain

Tidak Dikenal

Tidak diketahui diri sendir dan orang lain

(Mulyana 1996:13-15)

Jendela Johari terdiri dari empat bingkai yang masing-masing bingkai berfungsi menjelaskan bagaimana tiap individu mengungkapkan dan memahami diri sendiri dalam kaitannya dengan orang lain. Proses komunikasi antarpribadi akan dapat berlangsung dengan baik bila pribadi-pribadi yang terlibat didalam proses komunikasi antarpribadi tersebut saling memiliki keterbukaan atau dalam

(17)

bahasa lain komunikasi antarpribadi tidak akan berjalan dengan baik bila masing-masing orang yang terlibat saling menutup diri.

I.7 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat menghantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 2001 : 40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 : 57).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumus hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannnya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioprasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau unsur lain (Nawawi, 2001 : 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

(18)

komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh pengurus panti terhadap anak-anak asuhannya di Panti Asuhan Elida.

b. Variabel Terkait (Y)

Variabel terkait adalah suatu variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rahmat, 2004 : 12). Variabel terkait dalam penelitian ini adalah pembentukan konsep diri anak-anak di panti asuhan Elida.

c. Variabel Antara (Z)

Variabel antara yang berada diantara variabel terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden (Nawawi 2001 : 58).

I.8 Model Teoritis

Variabel – variabel yang telah dikelompokkkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

(19)

I.9 Oprasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan konsep yang telah diuraikan sebelumnya, maka dibuat oprasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian penelitian ini, yaitu :

Variabel Bebas (X)

Komunikasi Antarpribadi

Variabel Terikat (Y)

Konsep Diri Remaja

Variabel Antara (Z)

(20)

Variabel Teoritis Variabel Oprasional Komunikasi Antarpribadi (X) 1. Keterbukaan

2. Empati 3. Dukungan 4. Rasa Positif 5. Kesamaan Konsep Diri (Y) 1. Dimensi Internal

a. Diri identitas (Identity Self)

b. Diri pelaku (Behavior Self) c. Diri penilai (Judging Self) 2. Dimensi Eksternal

a. Diri fisik (Physical Self) b. Diri etik-moral

(Moral-Ethical Self)

c. Diri pribadi (Personal Self) d. Diri keluarga (Family Self) e. Diri sosial (Social Self) Karakteristik Responden (Z) a. Jenis Kelamin

b. Usia c. Pendidikan

d. Lama waktu tinggal di yayasan

(21)

I.10 Definisi Oprasional Variabel

Definisi oprasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi oprasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi oprasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 : 46).

Definisi oprasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini

adalah :

a. Variabel bebas / X (komunikasi antarpribadi) terdiri atas :

1. Keterbukan : Sikap Terbuka pengurus dalam menyampaikan pesan kepada anak-anak panti asuhan Elida.

2. Empati : Kemampuan pengurus dalam memahami dan perduli terhadap perasaan anak-anak panti asuhan Elida.

3. Dukungan : Sikap pengurus yang mendukung keterbukaan dan empatik anak-anak panti asuhan Elida.

4. Rasa Positif : Tanggapan positif pengurus terhadap anak-anak panti asuhan Elida.

(22)

5. Kesamaan : Sikap pengurus dalam menerima dan memperlakukan anak-anak panti asuhan Elida secara adil.

b. Variabel Terikat / Y (Konsep Diri) terdiri atas :

1. Dimensi Internal : Penilaian yang dilakukan oleh anak-anak panti asuhan Elida terhadap diri pribadi.

a. Diri Identitas (Identity self) : Penilaian anak-anak panti asuhan Elida untuk menggambarkan diri dan identitasnya.

b. Diri Pelaku (Behavoiral Self) : Pandangan anak-anak panti asuhan Elida tentang tingkah lakunya dengan penuh kesadaran.

c. Diri Penilai (Judging Self) : Penerimaan anak-anak panti asuhan terhadap terhadap dirinya sendiri.

2. Dimensi eksternal : Penilaian anak-anak panti asuhan terhadap aktivitas yang dilakukannya.

a. Diri Fisik (Physical Self) : Pandangan anak-anak panti asuhan Elida tentang dirinya sendiri secara fisik.

b.Diri Etiks-Moral (Moral-Ethical Self) : Penilaiaan anak-anak panti asuhan Elida terhadap dirinya tentang moral-etika dan hubungannya dengan Tuhan.

(23)

c. Diri Pribadi (Personal Self) : Penilaan anak-anak panti asuhan Elida terhadap kepuasan diri pribadi.

d. Diri Keluarga (Family Self) : Pandangan anak-anak panti asuhan Elida mengenai peranan atau fungsi dirinya sendiri dalam keluarga.

e. Diri Sosial (Social Self) : Penilaian anak-anak panti asuhan Elida mengenai interaksi dan hubungannya dengan orang lain.

c. Variabel Antara / Z (Karakteristik Responden)

Karakteristik responden merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda satu dengan yang lain.

a. Usia : Umur responden saat mengisi kuisioner anak-anak panti asuhan Elida (11 – 19 tahun).

b. Jenis Kelamin : Penggolongan jenis kelamin responden, yakni laki-laki dan perempuan.

c. Tingkat pendidikan : Latar belakang Pendidikan responden, SD, SMP dan SMU.

(24)

I.11 Hipotesis Penelitian

Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu : hypo dan thesis. Hypo berarti : kurang dan thesis berarti : pendapat. Jadi hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna, sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis yaitu : dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001:90).

Hipotesis adalah : suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu yang menjadi kendala biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis penelitian menjadi tidak mengambang, karena dibimbing hipotesis tersebut.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan

konsep diri di Panti Asuhan Yayasan Elida Medan.

Ha : Terdapat pengaruh komunikasi antarpribadi terhadap pembentukan konsep

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan berat badan yang berlebih selama kehamilan merupakan salah satu penyulit dalam kehamilan, karena dengan kadar lemak yang tinggi dalam tubuh akan meningkatkan

Menurut Machfoed (2005), dalam Jurnal Christy Jacklin Gerung, Jantje Sepang, Sjendry Loindong (2017). Mengatakan bahwa Kualitas Produk adalah kemampuan produk untuk

Teori hukum murni (The Theory of Law) diperkenalkan oleh seorang filsuf dan ahli hukum terkemuka di Austria yaitu Hans Kelsen (1881-1973). Pandangan Kelsen tentang tata hukum

Oleh karenanya kajian untuk mengetahui perubahan struktur mikro dan permukaan patahan (fraktografi) hasil pengelasan GMAW metode Temper Bead Welding dengan

Kesehatan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, dan merupakan salah satu indikator kesejahteraan, baik dalam keluarga, perusahaan

Ablasio retina dapat dihubungkan dengan malformasi congenital, sindrom metabolik, trauma mata (termasuk riwayat operasi mata), penyakit vaskuler, tumor  koroid,

1) Biaya yang dikeluarkan lebih murah daripada penawaran umum karena tidak harus menggunakan penjamin (underwriter) yang akan menjamin bahwa saham yang ditawarkan

Hasil prediksi prestasi peserta didik menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation didapatkan arsitektur optimal dengan fungsi aktivasi lapisan input ke lapisan tersembunyi