• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK KELOMPOK DAN PROSES INTERAKSI SOSIAL ORGANISASI PEOPLE LIKE US (PLU) SATU HATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BENTUK KELOMPOK DAN PROSES INTERAKSI SOSIAL ORGANISASI PEOPLE LIKE US (PLU) SATU HATI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI Diajukan Kepada

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh:

DIYALA GELARINA NIM: 09540041

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA 2014

(2)

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal

: Persetujuan Skripsi KepadaYth.

Dekan Fakultas Ushuluddin Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Di Yogyakarta

Assalamu' alaikum Wr. WB.

Setelah membaca, meneliti, memberikan pefunjuk dan mengoreksi serta mengadakan

perbaikan sepenuhnya, maka saya selaku pembirnbing berpendapat bahwa skripsi saudari:

:

Diyala Gelarina

:

09540041

Judul Skripsi

:

Bentuk Kelornpok dan Proses lnteraksi Sosial Organisasi

People Like Us (PLU) Satu Hati

Smdah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ushuluddin Sosiologi Agama Universitas Islan'r Negeri Sunan Kalijaga Yogyakanta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh geiar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilrnu Sosiologi Agarna.

Dengari

ini

kami mengharap agar skripsi saudara tersebut diatas dapat segera

din-runaqosahkan. Untuk itu kami ucapkan terirna kasih. Was s alanru' alaikum Wr. Wb

$*mt'

l.{ama

NIM

r'_ j tl

Dr. inavah Roh yah,.M.Hun(IVtA-NIF" 19711 19 199603 2 001

(3)

NIM Fakultas Jurusan/Prodi AlamatRumah Telp/Hp Alamat di Yogyakarta Judul Skripsi Gelarina 09540041

Ushuluddin danPemikiran Islam (FUSAP) Sosiologi Agama

Desa Tanjung

RT

001/RW013, Kecamatan Muntok,

Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung. :085731000313

: Perum polri gowok blok R no.76 Yogyakarta.

Bentuk Kelompok dan Proses Interaksi Sosial Organisasi People Like Us (PLU) Satu Hati

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1.

Skripsi yang saya ajukan adalah benar asli karya ilmiah yang saya tulis sendiri

2.

Bilamana skripsi telah

di

munaqosyahkan dan diwajibkan revisi, maka saya bersedia dan sanggup merevisi dalam waktu 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal munaqosyah. Jika temyata lebih dari 2 (dua) bulan revisi si kripsi belum terselesaikan maka saya akan bersedia dinyatakan gugur dan besedia munaqosyah kembali dengan biaya sendiri.

3.

Apabila dikemudian hari ternyata diketahui bahwa karya tersebut bukan

karya ilmiah saya (plagiasi), maka saya bersedia menanggung sanksi dan dibatalkan gelar kesarjaniumsaya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta,6 jun120l4 Saya yang menyatakan,

m+u-$"..eM!{ wugw

6MWg@^w

DlYdlH Cel&ritia

NIM:

09540041

(4)

Diyala Gelarina

09540041

l9 Juni 2014 A/B

Skripsi/Tugas Akhir dengm judul:

Bentuk Kelompok dzul Proses Interaksi Sosial Organisasi People Lilta: Us Satu Hati

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nar.t:a

NIM

Telah dirnunaqasyahkan pada

Nilai munaqasyah

Dan dinl.atakan teiah diterima oleh Fakultas Ushuhrddin dan Pernikirnn lslarn UIN Sunan

Kalijagn

Penguji I

a^{-r,

Dr.Munawar Ahmad, SS, M.Si.

NIP. 19691 0t720A2121401

TIM N{UNAQASYAH

Ketua Sidang

---fi@

.r- "f

!*n----Dr. Inayah Rohm[niyah.,M. Hum.,MA

NIP. 1 97 1 r 0191996032001

Penguji Il

,/1;

(/

RR. Siti Kurnia Widiastuti M.Pd. MA. NIP. I 97409i9200501200 I

Yogyakarta, 25 Juni 2014

UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam

ffis

ffi

(5)

v

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk Keluargaku tercinta

Ayahanda Ahmad Kodri dan IbundaYanti

Adik-adikku Atthur Ibrahim, Zarah Humairah, Dare Shabinadan M. Gharit

Akhsan.

(7)

vii ABSTRAK

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat religius dengan keberagaman agama dan budaya. Dalam kebudayaan dan keyakinan masyarakat Indonesia pada umumnya, Orientasi seksual yang dianggap wajar dan ‘normal’ adalah heteroseksual atau hubungan manusia yang berbeda jenis kelamin. Sedangkan orientasi lain seperti homoseksual, transgender dan biseksual dianggap tidak wajar atau ‘abnormal’. Banyak kekerasan yang dilakukan terhadap kelompok LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender), baik itu secara psikis atau fisik. Kelompok LGBT bergerak membela hak-hak mereka dengan membentuk sebuah komunitas atau organisasi. Yogyakarta merupakan kota besar di Indonesia dengan penduduk yang padat yang mempunyai latar belakang budaya tradisional dan modern yang sama-sama kuat, dan aktifitas pergerakan perjuangan identitas LGBT yang dinamis. PLU Satu Hati merupakan organisasi LGBT yang representatif yang ada di Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini juga diungkap melalui proses metode wawancara, observasi dan teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua, data primer dan sekunder, data primer yaitu suatu objek mentah dari pelaku “first hand information” seperti pendiri, pengurus dan anggota PLU Satu Hati. Sedangkan data sekunder melingkupi tentang bebagai referensi yang berkaitan. Penelitian ini menggunakan teori bentuk kelompok yang digagas oleh Charles Horton Cooley dan teori proses interaksi sosial yang digagas oleh Gillin dan Gillin.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk kelompok organisasi PLU Satu Hati dapat penulis simpulkan, bentuk kelompok yang memuat unsur primer dan sekunder sekaligus, unsur primer dalam organisasi ini adalah memiliki tujuan bersama, sukarela, hubungan erat dan inklusif. Sedangkan sekunder beranggota banyak dan ekslusif terhadap golongan tertentu. Proses interaksi yang terbangun antar anggota organisasi adalah proses asosiatif karena didalamnya terdapat kerjasama yang dilakukan antar anggota untuk mencapai tujuan bersama, akomodasi dan asimilasi. Bentuk kerja sama spontan yakni kerjasama serta merta dan kerjasama kontrak yaitu kerjasama dengan dasar tertentu. Proses interaksi yang terbangun antar organisasi dan masyarakat beragama adalah proses asosiatif yang berbentuk kerjasama kontrak dan disosiatif dalam bentuk kontravensi.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “BENTUK KELOMPOK DAN PROSES INTERAKSI SOSIAL ORGANISASI PEOPLE LIKE US (PLU) SATU HATI” dengan lancar. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Musa Asy’arie selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Dr. Syaifan Nur MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin danPemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogayakarta.

3. Dr. Inayah Rahmaniah, MHum, MA selaku Ketua Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan selaku Dosen pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Dr. Nurus sa’adah, S.Psi, M.Si,P.si selaku Dosen Penasehat Akademik penulis telah banyak diberi arahan selama menuntut ilmu di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.

(9)

ix

5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

6. Organisasi PLU Satu Hati Yogyakarta yang bersedia menjadi narasumber. 7. Ibunda Yanti dan Ayahanda Ahmad Kodri yang senantiasa memberikan kasih sayang, materi, do’a dan dukungan yang tiada henti-hentinya demi terselesaikannya pendidikan Program Strata 1 penulis.

8. Adik- adikku tercinta Atthur Ibrahim, ZarahHumairah, Dare Shabina,dan M. Gharit akhsan. Yang selalu memberi motivasi dan dukungan.

9. Untuk Sahabat-Sahabatku Ema Amiatul Marhamah, Jurnalissalam, Utari Anjar Kesuma, Moh. Asyari, Bella, M. Lutfi Najib, Yoyot Supiana dan Slendang Sulaiman yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat untuk penulis.

10. Sahabat-sahabatku di kelas Sosiologi Agama angkatan 2009 dan 2010 yang telah menemani penulis selama belajar di kampus UIN Sunan Kalijaga dan banyak memberikan warna persahabatan selama masa belajar.

11. Teman-teman PMII, Mahardika, dan semua teman di warung kopi Blandongan yang selalu memberikan canda tawa dan memberikan pengalaman dalam hidup.

12. Kepada semua pihak yang tidak bisa di sebutkan satu persatu, namun turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Tiada kata yang pantas saya ucapkan selain terimakasih karena telah member arti dalam hidup ini.

(10)

x

Semoga segala yang telah diberikan, mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT dan senantiasa mendapat limpahan dan karunia-Nya.Amin.

Yogyakarta, April 2014 Penulis

DiyalaGelarina NIM.09540041

(11)

xi

HALAMAN JUDUL

... i

HALAMAN NOTA DINAS

... ii

HALAMAN PERNYATAAN

... iii

HALAMAN PENGESAHAN

... iv

HALAMAN MOTTO

... v

HALAMAN PERSEMBAHAN

... vi

ABSTRAK

... vii

KATA PENGANTAR

... viii

DAFTAR ISI

... xi

BAB I PENDAHULUAN

... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

D. Telaah Pustaka ... 10

E. Metode Penelitian ... 13

F. Landasan Teori ... 16

(12)

xii

YOGYAKARTA

... 27

A. Pengertian LGBT ... 27

B. Sejarah LGBT ... 29

C. Seks dan Seksualitas ... 32

D. Sejarah Organisasi PLU Satu Hati ... 35

E. Profil Organisasi PLU Satu Hati ... 37

F. Program Kerja PLU Satu Hati ... 40

BAB III PROSES DAN BENTUK KELOMPOK PLU SATU

HATI

... 44

A. Proses pembentukan kelompok PLU Satu Hati ... 44

B. Bentuk kelompok organisasi PLU Satu Hati ... 50

BAB IV PROSES INTERAKSI SOSIAL DALAM

ORGANISASI PEOPLE LIKE US SATU HATI

... 61

A. Proses interaksi antar anggota organisasi ... 61

B. Interaksi organisasi PLU Satu Hati dan masyarakat beragama ... 67

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

(13)

xiii

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seksualitas merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia, karena disamping berfungsi sebagai reproduksi, rekreasi, dan penyatuan rasa, seksualitas juga merambah ke ranah sosiologis dan kultural yang tidak sebatas hubungan badan antara dua individu semata. Kata seks berasal dari bahasa Yunani, secare, yang artinya “memisahkan”. Secara harfiah, seks diartikan sebagai perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan 1 Sedangkan seksualitas merupakan komponen yang melingkupi seks itu sendiri, meliputi segala hal yang ada di diri manusia; dari hal yang paling sederhana seperti cara berpakaian dan lain lain. Hal ini terbentuk sejak kecil hingga dewasa pada diri manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, seks artinya jenis kelamin.2 sedangkan seksualitas artinya ciri-ciri, sifat atau peranan seks.3

Di tengah-tengah masyarakat, khususnya di Indonesia yang merupakan negara religius dengan keberagaman agama dan budaya, orientasi seksual yang dianggap wajar dan „normal‟ adalah heteroseksual atau hubungan antara manusia yang berbeda jenis kelamin,4 sedangkan

1

FX Rudy Gunawan, Filsafat Sex (Yogyakarta: Bentang,1993), hlm. 9.

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta:

Balai Pustaka, 1989),hlm. 796.

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 797.

(15)

orientasi seksual selain itu dianggap menyimpang, seperti homoseksual, biseksual dan lain-lain. Stigma ini merupakan hasil dari konstruksi gender yang berasal dari pemahaman masyarakat yang rendah tentang orientasi seksual, identitas gender, identitas seksual dan juga ekspresi gender seseorang (SOGIE) dan melestari sepanjang sejarah dan melembaga dalam kebijakan yang dihasilkan oleh negara.5

Pemahaman tentang orientasi dan identitas seksual dapat dibaca pada skema The Genderbread Person yang dikembangkan oleh Samuel Killermann. Menurutnya Seks biologis adalah ciri seseorang berdasarkan organ reproduksi dan seksual yang dimiliki seseorang. Secara umum seks biologis terbagi menjadi 2, yaitu perempuan dan laki-laki. Dalam beberapa kasus juga ditemui seorang dilahirkan dengan 2 jenis kelamin (ambigu) yang disebut interseks, namun kebanyakan pada akhirnya diputuskan untuk dilakukan tindakan medis dengan melihat perkembangan yang lebih dominan dari 2 alat kelamin.6 Identitas gender diartikan sebagai sesuatu yang mengarah kepada pengalaman pribadi dan internal yang sangat mendalam dirasakan oleh setiap orang yang gendernya yang dapat saja atau tidak sesuai dengan jenis kelaminnya yang ditetapkan secara kelahiran. Ekspresi gender merujuk pada cara pandang dimana seseorang berperilaku untuk mengkomunikasikan gendernya dalam budaya tertentu, misalnya dalam hal pakaian, pola komunikasi dan tertarikan. Orientasi

5

Indana Laazulva, Menguak Stigma Kekerasaan dan Diskriminasi (Jakarta: Arus Pelangi, 2013), hlm. 16.

(16)

seksual dipahami sebagai kemampuan seseorang untuk merasa tertarik secara emosional, mental dan fisikal kepada sesama jenis atau lawan jenis kelaminnya, mengacu kepada jenis kelamin/gender yang mana seseorang tertarik. Terdiri dari ketertarikan, perilaku dan identitas seksual. Orientasi seksual terdiri dari homoseksual, heteroseksual dan biseksual.7

Seksualitas dalam perspektif Islam menuai banyak perdebatan. Menurut Sinta Nuriyah di dalam bukunya, Islam dan Konstruksi Seksualitas, di dalam Al-Qur‟an, dikisahkan teguran kepada kaum Sodom dan Gomoro. Al-Qur‟an menyebut inna kum la ta‟tunar rijala syahwatan

min dunin nisa‟, (sesungguhnya kamu menggauli laki-laki dengan penuh

nafsu [kepadanya], bukan kepada perempuan [7:81]. Sebagai naluri, nafsu seks sudah barang tentu akan mendorong pemiliknya mempunyai orientasi dan perilaku seksual yang disebut Al-Qur‟an. Pertama, heteroseksual, orientasi ini disebutkan dalam surat Ali Imran, 3: 14 yang menyatakan

zuyyina lin nasi hubbus syahwati minannisa (dijadikan indah bagi manusia

mencintai syahwah kepada perempuan). Kedua, homoseksual, seperti yang disebut dalam ayat diatas.

Heteroseksual menurut Nuriyah dalam ayat itu dinyatakan sebagai sesuatu yang dipandang indah atau baik oleh manusia. Sedangkan homoseksual di dalam Al-Qur‟an secara tegas dinyatakan sebagai

(17)

fahisyah, sesuatu yang sangat buruk (7:80) dan kaum yang melakukannya

secara massal dikisahkan telah mendapat azab yang sangat berat (7:84).8 Menurut Musdah Mulia seorang guru besar di UIN Jakarta, seksualitas adalah sebuah proses sosial yang menciptakan dan mengarahkan hasrat atau berahi. Seksualitas adalah sesuatu yang dikonstruksikan secara sosial (the socially constructed expression of erotic desire). Sesuatu yang bersifat positif terhadap hidup manusia.9 Di dalam Harian The Jakarta Post, edisi Jum‟at 28 Maret 2008 pada halaman mukanya menerbitkan sebuah berita berjudul „Islam Recognize Homosexuality‟ (Islam mengakui homoseksualitas). Siti Musda Mulia berpendapat bahwa homoseksualitas adalah alami dan diciptakan oleh Tuhan, karena itu dihalalkan dalam Islam

(Homosexuals and homesexuality are natural and created by God, thus permissible within Islam).10 Pernyataan Musdah ini diambil dari dasar

Al-Qur‟an dalam surat Al-Hujurat [49]: 13. Menurut Musdah, salah satu berkah Tuhan adalah bahwasannya semua manusia, baik laki-laki atau perempuan, adalah sederajat, tanpa memandang etnis, kekayaan posisi sosial ataupun orientasi seksual.11

8 Sinta Nuriyah A. Rahman, Islam dan Konstruksi Seksualitas (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset, 2002), hlm. 81-82.

9 Siti Musda Mulia, “ Islam dan Orientasi Seksual Minoritas” dalam

http://www.icrp-online.org/wmview.php, diambil pada 20 Febuari 2014.

10 Siti Musdah Mulia, „Islam Recognize Homoseksuality‟ dalam Harian The Jakarta

Post, 28 Maret 2008, hlm. 1.

11 Siti Musdah Mulia, „Islam Recognizes Homosexuality‟ dalam makalah yang

disampaikan pada forum diskusi Homoseksual yang diselenggarakan oleh Arus Pelangi, pada tanggal 27 Maret 2008 di Yogyakarta.

(18)

Seks adalah kebutuhan dasar (basic need) manusia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, pembicaraan dan diskusi tentang seks dan seksualitas tak pernah surut. Mulai dari pembicaraan di kalangan remaja, agamawan, budayawan, politisi, negarawan bahkan filosof. Menurut Sigmund Freud (1856-1939) sebagaimana yang dikutip oleh Fatimah Mernissi menegaskan bahwa seks merupakan sumber peradaban manusia karena seksualitas merupakan sesuatu hal yang given dari tuhan. Tanpa ada dorongan seksual kehidupan manusia tak bisa berlangsung sampai saat ini.12

Karena seksualitas bersifat ambigu, pada satu sisi berdampak negatif dan pada sisi lain memberikan konstribusi yang besar, diskursus yang tak lepas dari pembicaraan para filosof. Bagi para filosof, seks dan seksualitas bukan sekedar kebutuhan biologis masing-masing manusia. Herbert Marcuse misalnya menyatakan bahwa pada kodratnya seksualitas itu adalah polymorphus perverse, penyimpangan yang beraneka ragam.13 Gayle Rubin seorang antropolog feminis, menjelaskan bahwa gender maupun seksualitas tidak berakar pada biologi, bukan pula kepanjangan dari seks biologis, melainkan ada hubungan tanda bahasa. Menurut Gayle tidak ada seksualitas yang asli, tidak ada seksualitas yang mendahului proses pemaknaan (Signification). segala sesuatu, tentu termasuk

12

Fatima Mernissi, Beyond the viel; Seks dan Kekuasaan, Dinamika Pria dan Wanita Dalam Masyarakat Muslim Modern (Surabaya: al-Fikr, 1997), hlm. 94.

(19)

didalamnya seksualitas, dikonstruk melalui prosedur logosentris.14 Bahkan Michel Foucault yang berbicara tentang seks dan seksualias dalam The

History of Sexuality I; The Will To Know (1983), The History Of Sexuality II; The Use of Pleasure (1985), dan The History of Sexuality III; The Care of the Self (1986). Dalam buku-buku ini, Foucault menegaskan bahwa

feminimitas, maskulinitas dan seksualitas adalah “praktek disiplin,” “the

effect of discourse” atau buah “power-knowledge relations.”15

Maka bisa penulis simpulkan dari uraian di atas bahwa seksualitas menurut sudut pandang agama terutama agama Islam, masih menuai banyak perdebatan. Sedangkan menurut para ahli seksualitas seperti Foucault beranggapan bahwa seksualitas adalah konstuksi sosial sehingga bisa berubah-ubah. 16 Sementara Sigmund Freud beranggapan kalau seksualitas bersifat given atau pemberian dari Tuhan.17

Dari beberapa pendapat di atas menegaskan bahwasanya kasus kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) tergolong minoritas terutama di Indonesia. Kebanyakan dari mereka (LGBT) berorientasi seksual homoseksual, biseksual, transgender dan lain-lain. Menurut data UNESCO tahun 2002 trans/homophobic bullying (kekerasan) atau bentuk

bullying orientasi seksual, identitas gender, dan ekspresi gender adalah

14 Yasir Alimi, “ Seks juga Bentukan Sosial; Rethinking Gender dan Seksualitas Menurut

Teori Querr” dalam www.rahima.or.id. diakses pada 21 Febuari 2014, hlm. 8.

15 Yasir Alimi, “Seks Juga Bentukan Sosial”, hlm. 9.

16

Yasir Alimi, “Seks Juga Bentukan Sosial”, hlm. 8.

17 Fatima Mernissi, Beyond the viel; Seks dan Kekuasaan, Dinamika Pria dan Wanita

(20)

bentuk bullying terbesar kedua di dunia setelah bullying berat badan. Selain itu, dalam penelitian terkait stigma, diskriminasi, dan kekerasan pada kelompok LGBT (studi kasus di Jakarta, Yogyakarta, dan Makasar). Arus Pelangi mendapatkan data bahwa 89,3% LGBT pernah mengalami kekerasan, 46,3% pernah mengalami kekerasan fisik, 79,1% pernah mengalami kekerasan psikis dan banyak dari kekerasan tersebut dialami dalam bentuk bullying saat masa sekolah.18

Menurut perkiraan para ahli dan Badan PBB dengan memperhitungkan jumlah penduduk lelaki dewasa, jumlah laki-laki suka laki-laki di Indonesia saat ini diperkirakan lebih dari tiga juta orang. Sedangkan berdasarkan perkiraan tahun 2009, angkanya hanya sekitar 800 ribu, di mana 60 hingga 80 ribu di antaranya berada di Jakarta. Demikian diungkapkan Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gay, Waria, dan Lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (GWL-INA), Tono Permana Muhamad, dalam diskusi ”Inisiatif Penanggulangan Epidemi HIV di Kalangan LSL, Gay, dan Waria di Kota Besar Asia” yang diselenggarakan Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, Kamis (17/3/2011).19

Dari ulasan di atas dapat di lihat uraian panjang catatan sejarah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) dalam memperjuangkan

18 Indana Laazulva, Menguak Stigma Kekerasan dan Diskriminasi pada LGBT di

Indoensia, hlm xvi-xvii.

19 Asep Candra, 3 Juta Pria Lakukan Seks Sejenis,” dalam

http://health.kompas.com/read/2011/03/18/11182825/Diperkirakan.3.Juta.Pria.Lakukan.Seks.Sejen is diakses 24 Febuari 2014.

(21)

hak mereka. Karena mereka merasa diri mereka berbeda dalam orientasi seksual maupun perilaku seksual. Sehingga individu-individu yang merasa terasingkan bahkan terusik dan mengalami kekerasan fisik ataupun psikis dari keluarga ataupun masyarakat pada umumnya.20Akhirnya mereka membentuk kelompok sosial atau masuk ke dalam sebuah kelompok. Mereka di dalamnya merasa aman, satu tujuan, dan memiliki hubungan yang erat karena merasa saling memiliki dan saling membutuhkan.

Menurut Charles Horton Cooley, kelompok ditandai dengan adanya hubungan yang erat di mana anggota-anggotanya saling mengenal dan seringkali berkomunikasi secara langsung, berhadapan serta terdapat kerjasama yang bersifat pribadi atau adanya ikatan psikologis yang erat. Dari ikatan-ikatan psikologis dan hubungan yang bersifat pribadi inilah, maka terjadi peleburan-peleburan dari individu-individu dalam suatu kelompok. Sehingga tujuan-tujuan individu juga menjadi tujuan kelompoknya.21

Sejalan dengan pro dan kontra LGBT di tengah masyarakat di Indonesia, kelompok LGBT terus bersatu dan berusaha memperjuangkan hak-hak mereka, dengan membangun komunitas dan kemudian menjadi sebuah organisasi. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti organisasi LGBT PLU Satu Hati yang ada di Yogyakarta, khususnya bentuk kelompok organsisasi LGBT dan interaksi sosial kelompok. Mengapa di

20

Gayanusantara.“ Sejarah LGBT” dalam http://gayanusantara.or.id/sejarah.html diakses tanggal 24 Febuari 2014 .

21 J. Dwi Narwoko, Sosiologi Sebagai Kata Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana,

(22)

Yogyakarta? Karena Yogyakarta merupakan 1 dari 3 kota besar, selain Makasar dan Jakarta, yang mempunyai populasi LGBT banyak dengan tingkat mobilitas yang tinggi.22 Yogyakarta juga merupakan kota besar di Indonesia dengan penduduk padat yang mempunyai latar belakang budaya tradisional dan modern yang sama-sama kuat serta aktifitas pergerakan perjuangan identitas LGBT yang dinamis.23 Penelitian ini dilakukan di organisasi People Like Us Satu Hati karena organisasi ini merupakan representasi dari organisasi LGBT yang ada di Yogyakarta. Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini maka singkatan dari organisasi

People Like Us Satu Hati akan disingkat menjadi PLU Satu Hati.

B. Rumusan Masalah

Setelah berangkat dari latar belakang yang telah diuraikan secara singkat di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini bisa dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk kelompok organisasi LGBT yang ada di Yogyakarta?

2. Bagaimana proses interaksi sosial organisasi LGBT antar anggota dan masyarakat beragama?

22

Indana Laazulva, Menguak Stigma, Kekerasan, hlm. 11.

(23)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dengan mengajukan dua permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Melihat bagaimana bentuk kelompok organisasi LGBT PLU Satu Hati yang ada di Yogyakarta.

2. Mengkaji proses interaksi sosial organisasi LGBT PLU Satu Hati sesama anggota dan masyarakat beragama.

Selanjutnya penelitan ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat praksis sekaligus teoritis. Praksis karena penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi S1 di Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga. Sedangkan manfaat teoritis :

1. Sebagai sumbangan untuk organisasi PLU Satu Hati

2. Sebagai sumbangan untuk dijadikan sumber dan bahan komparasi bagi peneliti lain.

3. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kajian ilmu Sosiologi Agama.

D. Telaah Pustaka

Buku yang ditulis oleh Dede Oetomo yang berjudul “Memberi Suara

Pada yang Bisu” menjelaskan tentang asal-usul homoseksual dan

perkembangannya.24 Buku ini menarik karena Dede Oetomo merupakan pendiri komunitas homoseksual pertama dan juga merupakan mantan dosen FISIP di Universitas Airlangga. Sehingga buku ini bukan hanya

(24)

menggunakan pendekatan antropologi semata tetapi buku ini juga yang pertama di Indonesia yang membahas perkembangan homoseksualitas secara komprehensif.

Buku yang disunting oleh Irwan M. Hidayana dkk yang berjudul “Seksualitas: Teori dan Realitas” buku ini menyoroti persoalan seksualitas manusia baik secara konseptual maupun empiris.25 Bagaimana psikologi, sosiologi dan antropologi melihat seksualitas, serta apa dan bagaimana realitas seksualitas yang terjadi di masyarakat merupakan isi utama dari buku ini. Secara spesifik, buku ini penting untuk memahami keterkaitan yang kompleks antara seksualitas, gender dan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual.

Naseh Aolawi (2006) dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta dalam skripsi yang berjudul “Homoseksual dalam Hadist (kajian ma‟anil

Hadits)”, mencoba mengetengahkan sudut pandang baru dalam memahami

hadits Nabi. Setelah melakukan pengujian atas kesahihan sanad dan dilanjutkan dengan pemaknaan atas hadits Nabi.26 Penelitian ini melihat bahwa hadits tentang homoseksualitas (liwath) pada zaman Nabi dipengaruhi oleh sejarah kaum Luth. Di samping itu pemahaman tentang homoseksualitas pada zaman Nabi belum dilandasi dengan penemuan-penemuan atas gen atau kromosom yang ditemukan pada abad 19

25 Irwan M. Hidayana, Seksualitas: Teori dan Realitas, (Jakarta: FISIP UI dan Ford

Foundation, 2004), hlm. xii.

26 Naseh Aolawi, “Homoseksual dalam hadits (Kajian Mana‟il Hadits)”, Skripsi Jurusan

Tafsir hadits Fakultas Usuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2006, hlm. vi.

(25)

belakangan.27

Fatchurrohman (2010) dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta meneliti tentang “Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Sesama

Jenis( Studi Pemikiran M. Khoiludin Adip Ach, dalam buku “Indahmya kawin sesama jenis: demokratisasi dan Perlindungan Kaum Homoseksual.”28 Dalam skripsi ini dijelaskan tentang pemikiran M. Kholidul Adib Ach yang membolehkan pernikahan sesama jenis, diantaranya: 1) tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Salah satu berkah Tuhan bahwa semua manusia, baik laki-laki maupun wanita adalah derajat dan manusia hanya dihargai berdasarkan ketaatannya; 2) kedua intisari ajaran Islam adalah memanusiakan manusia, menghormati manusia dan menghormati kedaulatannya, homoseksualitas berasal dari Tuhan oleh karena itu harus diakui sebagai yang alamiah; 3) esensi ajaran Agama adalah memanusiakan manusia, menghormati manusia dan memuliakannya, keempat dalam teks-teks suci yang dilarang lebih tertuju pada prilaku seksual bukan pada orientasi seksualnya. Orientasi seksual merupakan sesuatu hal yang “given”; harus ada pendefinisian ulang tentang perkawinan.29

Skripsi yang disusun oleh Novi Ulfiatin (2002) dari Universitas Islam

27 Naseh Aolawi, “Homoseksual dalam hadits (Kajian Mana‟il Hadits)”, hlm . vi.

28 Fatchurrochman, “Pandangan Hukum Islam Tentang Pernikahan Sesama Jenis (studi

kritis pemikiran M.Kholidul Adib Ach. Dalam buku: indahmya pernikahan sesama jenis: demokratisasi dan perlindungan kaum homoseksual”, Skripsi Jurusan Al-ahwal Asy-syakhsiyyah Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga ,Yogyakarta, 2010, hlm. ii.

(26)

Negeri Yogyakarta yang berjudul “Homoseksual dalam Pandangan

Hukum Islam” disini Novi Ulfianti menjelaskan bagaimana

homoseksualitas dipandang sebagai salah satu pemikiran fiqih dari kedua imam mazhab, dalam skripsi ini dijelaskan bahwa kedua imam menggolongkan homoseksualitas sebagai sebuah tindakan tercela dan haram, tetapi kemudian terjadi perbedaan pandangan mengenai sangsi dari perilaku homoseksualitas ini.30

Berangkat dari penelitian sebelumnya penulis ingin meneliti tentang bentuk kelompok dan interaksi sosial organisasi LGBT PLU Satu Hati. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian ini meneliti tentang bentuk-bentuk kelompok sosial dan interaksi sosial, yang ada dalam organisasi LGBT PLU Satu Hati. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dan teknik pengumpulan data observasi untuk melihat bentuk kelompok dan interaksi sosial organisasi LGBT PLU Satu Hati , di Yogyakarta.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach), penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu, yaitu, organisai PLU (People Like Us), Yogyakarta.

2. Sumber Data

Teknik pengumpulan data peneliti membagi sumber data

30 Novi Ulfianti, “Homoseksual menurut Imam Abu Hanifah”, Skripsi Jurusan Tafsir

Hadist Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2002, hlm. 79.

(27)

menjadi dua bagian:

a. Data primer, yaitu suatu objek atau dokumen original, material mentah dari pelaku yang disebut “first-hand information”31 mencakup segala informasi, hasil wawancara dan dokumentasi, bahan materi yang menyangkut organisasi PLU Satu Hati . b. Data sekunder yang mencakup berbagai referensi, maupun

literatur yang berkaitan terhadap identitas organisasi LGBT,32 contohnya, buku-buku yang berkaitan dengan LGBT, makalah, jurnal dan lain-lain. Buku diantaranya, „Memberi suara pada yang bisu‟, Dede Oetomo. „Seksualitas: teori dan realitas, Irwan‟ M. Hidayana. „Menguak stigma, kekerasan dan diskriminasi pada LGBT di Indonesia,‟ Indana Laazulva. Artikel seperti, „Adakah islam bicara soal homo?‟, Siti Musda Mulia. Jurnal seperti, „Seks undercover: ikon bokong inul‟, basis.

3. Metode pengumpulan data.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.33Dalam penelitian ini, teknik observasi bersifat observasi partisipan, yaitu suatu

31 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm.

289.

32

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, hlm. 291.

(28)

proses pengamatan bagian dalam yang dilakukan oleh observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan diobservasi.34 Teknik ini peneliti melibatkan diri atau terjun langsung di organisasi PLU Satu Hati.

b. Interview, yaitu teknik pengumpulan data yang mencakup cara yang digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan lisan dari seseorang responden dengan percakapan berhadapan muka.35 Teknik ini merupakan suatu cara untuk mendapatkan data atau informasi tentang kelompok organisasi PLU Satu Hati. Dengan Tanya jawab langsung dengan ketua PLU Satu Hati, anggota, dan masyarakat sekitar. Dalam penelitian ini Penulis mengantisipasi adanya seorang responden yang kurang dalam pengetahuan baca dan tulis, maka dalam hal ini penulis menggunakan interview bebas terpimpin yaitu dengan pedoman tertentu yang dipersiapkan terlebih dahulu sedang penyampaiannya disampaikan secara bebas.

c. Teknik Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.

d. Penentuan responden yaitu responden merupakan pendiri,

34 Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2005), hlm . 176.

35 Koentjaraningrat, Metode Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1989),

(29)

pengurus dan empat anggota PLU Satu Hati yang mewakili lesbian, gay, transgender dan biseksual. Nama dari responden sebagian nama asli tetapi sebagian memakai nama panggilan.36 F. Landasan Teori

1. Bentuk Kelompok

Kelompok-kelompok sosial merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan individu-individu yang bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka. Setiap kumpulan individu tidak dapat disebut kelompok sosial selama belum memenuhi syarat-syarat seperti, a. Setiap individu harus merupakan bagian dari kesatuan sosial; b. Terdapat hubungan timbal balik diantara individu-individu yang tergabung dalam kelompok; c. Adanya faktor-faktor yang sama yang dapat mempererat hubungan mereka yang bergabung dalam kelompok; d. Berstrukur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku, dan e. Bersistem dan berproses.

Atas dasar besar kecilnya jumlah anggota kelompok, maka Charles Horton Cooley yang dikutip J Dwi Narko37 membedakan antara kelompok primer dan sekunder. Menurut Cooley, kelompok ditandai dengan adanya hubungan yang erat di mana anggota-anggotanya saling

36 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka

Cipta, 1998), hlm. 200.

(30)

mengenal dan seringkali berkomunikasi secara langsung berhadapan muka serta terdapat kerjasama yang bersifat pribadi atau adanya ikatan psikologis yang erat. Dari ikatan-ikatan psikologis dan hubungan yang bersifat pribadi inilah, maka akan terjadi peleburan-peleburan daripada individu-individu dalam suatu kelompok, sehingga tujuan-tujuan individu menjadi juga tujuan kelompoknya.38

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka selanjutnya Cooley menerangkan kelompok primer berdasarkan atas tiga tinjauan, yaitu: a. Kondisi-kondisi fisik kelompok primer, yaitu, pertama jumlah anggota harus kecil, kedua, hubungan antar anggota agak permanen, dan ketiga, tidak cukup saling mengenal saja; b. Sifat-sifat hubungan kelompok primer, yaitu, pertama, adanya tujuan bersama, kedua, hubungan primer ini harus sukarela; c. Hubungan primer bersifat inklusif.

Berbeda dengan kelompok primer, kelompok sekunder Cooley tidak menyebutkan ciri-cirinya yang khas. Hanya saja dapat dikatakan kelompok sekunder merupakan kebalikannya baik mengenai kondisi maupun sifatnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok sekunder mempunyai sifat-sifat berikut: a. Jumlah anggotanya banyak; b. Hubungannya renggang; c. Sifatnya tidak permanen; d. Hubungan cenderung pada hubungan formil.39

38

J Dwi Narko, Sosiologi Teks Pengantar, hlm. 23.

(31)

2. Proses Interaksi Sosial

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial/proses sosial, karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorang dengan kelompok-kelompok manusia.40 Suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu: pertama adanya kontak sosial dan kedua adanya komunikasi.41

Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soekanto42pernah mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:

1. Proses asosiatif

Proses asiosiatif merupakan proses-proses yang mendorong dicapainya akomodasi, kerjasama dan asimilasi.

a. Kerja sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang

40

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 67.

41 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm. 72-73.

(32)

perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Selain definisi di atas kerjasama juga berarti pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh individu tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih, dengan tujuan agar pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh individu tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan. Dalam teori-teori Gillin dan Gillin yang dikutip Soekanto dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama, yaitu, kerjasama spontan, kerja sama langsung, kerjasama kontrak, dan kerjasama tradisional. Kerjasama spontan merupakan kerjasama yang serta merta, kerjasama langsung merupakan kerjasama atas dasar perintah atasan atau penguasa, kerjasama kontrak adalah kerjasama dengan dasar tertentu, dan kerjasama tradisional adalah kerjasama sebagai bagian atau unsur sistem sosial.

(33)

Akomodasi menurut Soekanto,43 merupakan suatu proses penyesuain diri dengan lingkungan sosial, sebagai bentuk interaksi sosial antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. Akomodasi mempunyai dua aspek pengertian yaitu: 1. upaya untuk mencapai penyelesain dari suatu konflik atau pertikaian dan 2. keadaan atau kondisi selesainya suatu konflik atau pertikaian tersebut. Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip Soekanto, akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi.44

Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu: untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham, mencengah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer, dan mengusahkan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.

Bentuk-bentuk akomodasi, antara lain: 1. Corection, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan; 2. Compromise, bentuk akomodasi

43

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm. 73.

(34)

di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntunannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada; 3. Arbitration, suatu cara untuk mencapai Compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri; 4.

Concilation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan

dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu tujuan bersama; 5. Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya; 6.

Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang

bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya; 7. Adjudcation, penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.45

c. Asimilasi.

Asimilasi menurut Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soekanto merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorang atau kelompok-kelompok manusia. Dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan

45

(35)

kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Proses asimilasi timbul apabila, kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, orang perorang sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara lansung dan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing saling menyesuaikan diri.46

2. Proses Disosiatif

Menurut Gillin dan Gillin yang dikutip oleh Soekanto 47pola interaksi disosiatif sering disebut juga proses opositional, sama seperti kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuknya dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Proses-proses disosiatif dibedakan dalam dua bentuk, yaitu:

a. Persaingan

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang ada, tanpa mempergunakan ancaman dan kekerasan. Ada beberapa

46 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm. 88.

47

(36)

tipe persaingan diantaranya, persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan, peranan, dan persaingan ras.48

b. Kontravensi

Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidak pastian mengenai diri sesorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.

Dalam bentuk yang murni, kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu. Ada beberapa tipe-tipe kontravensi diantaranya, kontravensi antar masyarakat, antagonisme keagamaan, kontravensi intelektual dan oposisi moral.49

3. Teori Perubahan Sosial

Hukum tiga tahap merupakan usaha Comte untuk menjelaskan kemajuan evolusioner umat manusia dari masa primitif sampai ke peradaban Prancis abad kesembilan belas yang sangat maju.

48

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hlm. 99.

49

(37)

hukum ini menyatakan bahwa masyarakat-masyarakat (umat manusia) berkembang melalui tiga tahap utama. Tahap-tahap ini ditentukan menurut cara berpikir yang dominan: teologis, metafisik dan positif.

Comte menjelaskan hukum tiga tahap sebagai berikut: Bahwa setiap konsepsi kita yang paling maju, setiap cabang pengetahuan kita, berturut-turut melewati tiga kondisi teoretis yang berbeda: teologis atau fiktif; metafisik atau abstrak; ilmiah atau positif. Dengan kata lain, pikiran manusia pada dasarnya dalam perkembangannya, menggunakan tiga metode berfilsafat yang karakternya sangat berbeda malah bertentangan. Yang pertama merupakan titik tolak yang harus ada dalam pemahaman manusia; yang kedua hanya suatu keadaan peralihan; dan yang ketiga adalah pemahaman keadaannya yang pasti dan tak tergoyahkan.

Dalam fase teologis, akal budi manusia, yang mencari kodrat dasar manusia, yakni sebab pertama dan sebab akhir (asal dan tujuan) dari segala akibat (pengetahuan absolut) mengandaikan bahwa semua gejala dihasilkan oleh tindakan langsung dari hal-hal supranatural. Dalam fase metafisik, yang hanya merupakan suatu bentuk lain dari yang pertama, akal budi mengandaikan bukan hal supernatural, melainkan kekuatan-kekuatan abstrak, hal-hal yang benar-benar nyata melekat pada semua benda (abstraktsi-abstaksi

(38)

yang dipersonifikasikan), dan yang mampu menghasilkan semua gejala. Dalam fase terakhir, yakni fase positif, akal budi sudah meninggalkan pencarian yang sia-sia terhadap pengertian-pengertian absolut, asal dan tujuan alam semesta, serta sebab-sebab gejala, dan memusatkan perhatiannya pada studi tentang hukum-hukumnya, yakni hubungan-hubungan urutan dan persamaannya yang tidak berubah. Penalaran dan pengamatan, digabungkan secara tepat, merupakan sarana-sarana pengetahuan ini.

Untuk menggambarkan perbedaan yang ditekankan Comte, bayangkanlah bahwa kita akan menjelaskan suatu gejala alam seperti angin taufan. Dalam tahap teologis, gejala serupa itu akan dijelaskan sebagai hasil tindakan langsung dari seorang Dewa angin atau Tuhan. Dalam tahap metafisik gejala yang sama itu akan dijelaskan sebagai manifestasi dari suatu hukum alam yang tidak dapat diubah. Dalam tahap positif angin taufan itu akan dijelaskan sebagai hasil dari suatu kombinasi tertentu dari tekanan-tekanan udara, kecepatan angin, kelembaban, dan suhu – semua variabel yang dapat diukur, yang berubah terus menerus dan berinteraksi menghasilkan angin taufan itu. 50

50

(39)

G. Sitematika Pembahasan.

BAB I Pendahuluan pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metodelogi penelitian dan landasan teori. Untuk bisa mengetahui latar belakang masalah skripsi ini, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitiannya, telaah pustaka dan metodelogi yang digunakan serta yang terakhir landasan teori untuk di oprasionalkan dalam penelitian ini. BAB II Gambaran umum organisasi PLU (People Like Us) satu hati, di Yogyakarta dan sejarah berdirinya. Di dalam bab ini berisi pengantar tentang PLU Satu Hati dan komponen-komponen di dalamnya, untuk menuju ke bab selanjutnya.

BAB III Proses dan bentuk kelompok organisasi PLU Satu Hati di Yogyakarta. Di dalam bab ini di jelaskan tentang proses dan bentuk-bentuk kelompok berdasarkan jumlah anggotanya, yaitu primer dan skunder. Sehingga kita bisa mengetahui bentuk dari organisasi LGBT PLU Satu Hati. Pada BAB berikutnya BAB IV skripsi ini membahas tentang Pola interaksi sosial kelompok organisasi PLU Satu Hati Yogyakarta dengan sesama anggota dan masyarakat beragama. Sehingga kita bisa menilai apakah interaksi yang dibangun oleh organisasi ini bersifat asosiatif atau disosiatif.

Dan pada BAB terakhir berisi tentang kesimpulan, keseluruhan dari isi skripsi ini dan saran-saran. Berisi tentang kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang membangun.

(40)

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis setelah melakukan wawancara dengan salah satu pendiri PLU Satu, staf pengurus PLU Satu Hati, dan keempat anggota organisasi yang mewakili lesbian, gay, biseksual dan transgender. Dapat penulissimpulkan kalau proses pembentukan kelompok PLU Satu Hati merupakan proses pembentukan yang didasari oleh tujuan bersama bisa dilihat dari timbal balik dan hubungan yang erat antar anggota serta berstruktur, bersistem dan berproses.

1. a. Proses pembentukan kelompok dalam organisasi PLU Satu Hati merupakan hasil dari kegelisahan bersama anggota. Kemudian membentuk tujuan bersamadalam kelompok organisasi PLU SatuHati.

b.Bentuk kelompok organisasi PLU Satu Hati dapat penulis simpulkan bentuk kelompok yang memuat unsur primer dan sekunder sekaligus. Unsur primer yang ada dalam organisasi PLU Satu Hati yaitu, anggota sukarela masuk kedalam kelompok, memiliki tujuan bersama, bersifat permanen dan inklusif. Sedangkan unsur sekunder yang ada dalam organisasi PLU Satu Hati yaitu, anggota yang banyak dan juga bersikap esklusif untuk kalangan yang menolak mereka seperti kaum fundamentalis.Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, bentuk kelompok organisasi PLU Satu Hati memiliki unsur primer yang lebih kuat dibandingkan sekunder. Sehingga membuat organisasi ini ebih kuat karena memiliki tujuan bersama.

2. a. Proses interaksi yang terbangun antar anggota organisasi adalah proses interaksi asosiatif. Karena didalamnya terdapat kerjasama yang

(41)

sama spontan yakni kerjasama serta merta dan kerjasama kontrak yaitu kerjasama dengan dasar tertentu. Dalam bentuk kerjasama kontrak pengurus dan anggota organisasi PLU Satu Hati memiliki jabatan dan

job desk masing-masing sesuai dengan kesepakatan bersama dalam

musyawarah anggota organisasi. Sedangkan kerjasama spontan dalam organisasi PLU Satu Hati adalah kerjasamasertamerta yang di dasari oleh rasa kekeluargaan di dalam organisasi.

b. Proses interaksi yang terbangun antar organisasi dan masyarakatberagama adalah pola asosiatif dan disosiatif, karena dalam berinteraksi dengan masyarakat beragama organisasi ini, disatu sisi diterima dan dapat bekerjasama dengan baik, kerjasama dengan dasar tertentu seperti komunitas agama SABDA, gusdurian dan lain-lain. Tetapi disisi lain dengan kelompok agama tertentu organisasi ini mengalami kontravensi, seperti dengan FPI dan kaum agamawan fundamentalis lainnya.

c. fase perubahan sosial yang terjadi dalam PLU Satu Hati adalah terjadinya perubahan social pada fase positivistik. Hal tersebut dilihat dengan ciri-ciri, cara berfikir yang hanya mengandalkan rasionalitas dalam menjawab segala permasalahan dan berfikir pragmatik.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalahk iranya sebagai kelompok sosial dan masyarakat. Harus sama-sama menghargai, toleransi dan saling memahami satu dengan yang lain. Tentu terdapat perbedaan antara cirri golongan yang satu dengan golongan yang lain, tetapi dengan saling toleransi dan menerima

(42)

Kiranya ini yang dapat penulis berikan sebagai kesimpulan dan saran. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dari penulis. Penulisberharap mudah-mudahan apa yang sudah diteliti ini bisa memberikan manfaat khususnya bagi kehidupan penyusun sendiri, jugabisadijadikan sebagai bahan koreksi dan komparasi bagi para peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang kelompok LGBT dan kajian perilaku agar lebih baik dari ini.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu . Psikologi Sosial. Jakarta:PT Kencana. 2002.

Arikunto, Suharsumi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:Rineaka Cipta. 1998 .

Gunawan, FX rudy. Filsafat Sex .Yogyakarta : Bentang . 1993.

Hadi, Sutisno. Metodologi Research Jilid II .Yogyakarta : Andi Offset. 1989. Hawari, Dadang. Pendekatan Psikoreligi Pada Homoseksual. Jakarta : Balai

FKUI. 2009.

Hidaya, M Irawan. Seksualitas: Teori dan Realitas. Depok: Program Gender dan Seksualitas FISIP UI. 2004.

Justine. Semua Tentang Lesbian. Jakarta: Ardinary Institute. 2008. Koentjaraningrat. Metodologi Penelitian Masyarakat . Jakarta :

Gramedia.1989.

Laazulva, Indana. Menguak Stigma, Kekerasan dan Diskriminasi Pada LGBT di

Indonesia. Jakarta: Arus Pelangi .2013.

Narwoko, J Dwi . Sosiologi Kata Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana . 2007.

Nuriyah, Sinta A Rahman. Islam dan Konstruksi Seksualitas.Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset. 2002

Oetomo , Dede. Memberi Suara Pada yang Bisu. Yogyakarta : Pustaka Marwa .2003.

Ritzer, Goerge. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana . 2004. Shindunata. “Seks Undercover: Ikon Bokong Inul” dalam Basis. Edisi

03-04.Yogyakarta: Kanisius. 2003.

Silalahi, Ulber .Metode Penelitian Sosial . Bandung : PT Refika Aditama. 2009. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar . Jakarta : PT RajaGrafinda

Persada .1990.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan . Jakarta :PT Bumi Aksara .2005.

(44)

Internet

Siti Musda Mulia, http://www.icrp-online.org/wmview.php, diakses pada 20 Febuari 2014.

Yasir Alimi, dalam www.rahima.or.id. diakses pada 21 Febuari 2014.

Asep Candra, http://health.kompas.com/read/2011/03/18/1118282 diakses 24 Febuari 2014.

Gayanusantara http://gayanusantara.or.id/sejarah.html diakses tanggal 24 Febuari 2014 .

Joseph, http://plush.or.id/2014/02/sejarah-hari-solidaritas-lgbt-nasional.html diakses tanggal 24 Febuari 2014.

(45)

Daftar Responden

No Nama Umur Status Pekerjaan

1 Joseph Ryan

Kobarri

26 thn Pendiri PLU Satu Hati Aktifis

2 Renate Arisugwa 32 thn Pengurus PLU Satu Hati

PLU Satu Hati

3 Kai 25 thn Anggota PLU Satu

Hati

Mahasiswi

4 Fajar 25 thn Anggota PLU Satu

Hati

Mahasiswa

5 Chaca

Ninimranggi

28 thn Anggota PLU Satu Hati

Mahasiswi

6 Awan 21 thn Anggota PLU Satu

Hati

(46)

Nama : Joseph Ryan Kobarri Usia : 26 tahun

Pekerjaan : aktifis Identitas seksual : Gay Identitas gender : laki-laki Ekspresi gender : androgin

1. Siapakah tokoh pendiri PLUSH?

Jawaban : tokoh pencetus PLUSH adalah mak uki seorang aktifis gay.

2. Bagaimana proses berdirinya PLUSH ?

Jawaban : Berawal dari komunitas yang berkonsentrasi di kajian isu LGBT yangbernama Pelangi Jogja pada 15 juli 2002.Tetapi kemudian pelangi Jogja tidak aktif karena anggota komunitas yang sibuk dengan kegiatan personal masing-masing.Walaupun beberapa komunitas gay di Jogjakarta melakukan beberapa kegiatan diskusi informal yang membahas tentang tema LGBT. Dari diskusi tersebut mereka mendapatkan inspirasi untuk melanjutkan program Pelangi Jogja yang belum selesai dan mengganti namanya menjadi PLU ( People Like Us) Satu Hati . PLU Satu Hati akhirnya terbentuk pada tanggal 10 desember 2006. Dan resmi mendapakan surat akta notaries pada 31 desember 2008.

3. Alasan membentuk organisasi PLUSH ?

Jawaban : alasaan membentuk organisasi PLUSH, pertama sebagai rumah bagi LGBT, kedua, membela hak-hak LGBT dalam ranah advokasi.

(47)

4. Kendala awal berdirinya PLUSH ?

Jawaban : tiga kendala awal saat mendirikan PLUSH, pertama, tempat untuk kantor, kedua, kendala finansial dan terakhir pergantian orang datang dan pergi di Yogyakarta begitu cepat.

5. Tujuan membentuk organisasi PLUSH ?

Jawaban : memperjuangkan hak-hak LGBT agar mendapatkan pengakuan dan diterima dimasyarakat.

(48)

Nama : Renate Arisugawa Jabatan : Koordinasi Program Usia : 32 tahun

Pekerjaan : PLU Satu Hati Jenis keamin : Perempuan Identitas seksual : Biseksual Identitas gender : perempuan

Ekspresi gender : gender non kompromis 1. Apa itu PLUSH ?

Jawaban : PLUSH merupakan singkatan dari People Like Us Satu Hati sebuah organisasi yang berbasis komunitas, organisasi ini fokus di bidang advokasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang berkaitan tentang LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender/ Transeksual ). PLUSH adalah organisasi yang membela hak-hak kaum minoritas yang mendapatkan diskriminasi dan kekerasan ditengah-tengah masyarakat.

2. Apa visi dan misi organisasi PLUSH ? Jawaban :

VISI

"Mewujudkan tatanan masyarakat yang bersendikan nilai-nilai kesetaraan" MISI

 Menumbuhkan kesadaran kritis untuk membangun kesepakatan tentang nilai-nilai kesetaraan melalui advokasi

(49)

seksualitas

Mengembangkan layanan dasar dan pendampingan untuk korbansituasi konflik, krisis, bencana berbasis HAM.

3. Divisi apa saja yang ada dalam organisasi PLUSH ? Jawaban :

1. Divisi advokasi

Ada dua macam advokasi yang digunakan organisasi PLU Satu Hati, Pertama, casuistic advocacy adalah upaya melakukan investigasi untuk kekerasan yang berangkat dari orientasi seksual untuk komunitas LGBT. Bisa diperkaraka secara hukum atau tidak. Kedua, public regulation advocacy adalah usaha hukum yang digunakan PLU Satu Hati untuk masyarakat atau pemerintah yang diskriminasi terhadap LGBT, mencatat dan membuat dokumentasi terhadap ketidakadilan HAM yang berangkat dari orientasi seksual dan dibawa ke proses hukum.

2. Divisi publikasi, media dan kampanye

Usaha organisasi PLU Satu Hati untuk di terima di tengah-tengah masyarakat. Dan berusaha menunjukan keberadaan mereka kepada masyarakat bahwa organisasi ini ada dan punya hak-hak yang sama sebagai manusia.

3. Divisi pendidikan, pelatihan, dan konseling. A. Internal

(50)

bertarung dan memperjuangkan hak-hak mereka, aktivitasnya termasuk pelatihan, diskusi dengan tema-tema berikut ini: LGBT, gender, seksualitas, hukum dan HAM, advokasi, investigasi, konseling, managemen organisasi, dan lain-lain.

B. Eksternal

Dedikasi organisasi PLU Satu Hati kepada masyarakat dan komunitas-komunitas LGBT dalam kehidupan sosial diantaranya dengan mengadakan acara-acara seperti diskusi umum, seminar dan talkshow dengan tema-tema berikut: LGBT, gender, seksualitas, hukum dan HAM, advokasi, investigasi, konseling, manajemen organisasi dan lain-lain.

4. Divisi penelitian dan pengembangan

Riset mandiri, riset kerjasama, kajian literatur dan data base materi advokasi SOGI dan HAM

5. Divisi penguatan basis

Organisasi PLU Satu Hati merupakan organisasi yang berbasis CBO

(Comunitty Based on Organization) yang artinya orgaisasi ini bergerak mengatas

namakan komunitas-komunitas LGBT yang ada di Yogyakarta, oleh sebab itu pengutan basis terhadap komunitas-komunitas LGBT khususnya yang ada di Yogyakarta sangat penting, untuk mencapai cita-cita bersama mereka terhadap kesetaraan pada komunitas LGBT. Upaya organisasi PLU Satu hati untuk

(51)

base komunitas LGBT, pertemuan bulanan, Kegiatan outdoor. 6. Divisi queershop atau fundrising

Queershop merupakan usaha mandiri milik PLU Satu Hati yang dikemas

dalam bentuk online shop. saat ini queershop telah memproduksi kaos, mug dan pin. ke depannya nanti variasi barang yang disediakan akan semakin beragam seperti tote bag, sepatu kanvas dan lain sebagainya. online shop ini juga menjadi salah satu media bagi kami untuk menyampaikan pesan keberagaman, khususnya keberagaman orientasi seksual ke seluruh dunia.

4. Program kerja apa saja yang telah, sedang dan akan dijalankan? Jawaban:

1. Kampanye, media dan publikasi

Dalam divisi kampanye, media dan publikasi. PLU Satu Hati Yogyakarta telah banyak belakukan kegiatan diantaranya: 1. Media komunitas; buletin Pelangi pada juli 2002, 2. Media komunitas; buletin Pelangi pada oktober 2002, 3. Pink in

drag, merayakan hari valentine pada febuari 2003, 4. Rainbow in love, merayakan

hari valentine pada febuari 2004, 5. Teater kampanye HAM yang berjudul, “ balada anak berani beda” pada 25 mei 2004, 6. Kegiatan amal; di pantai ngandong, Gunung Kidul, Yogyakarta pada 2004, 7. Kegiatan amal; panti asuhan Ghifari, pengungsi korban merapi pada 2005, 8. Kegiatan amal; panti asuhan Ghifari, pengungsui korban merapi pada 2006, 9. Kegiatan amal; korban gempa Yogyakarta, Imogiri pada 2007, 10. Kegiatan amal; area pantai Sundak, Gunung

(52)

Gendong pada ramadhan 2008.

2. Pendidikan, pelatihan dan konseling

Dalam divisi pendidikan, pelatihan dan konseling, PLU Satu Hati banyak1 mengadakan kegiatan seperti seminar, pelatihan dan lain-lain. Contoh kegiatan diantaranya: 1. Seminar HAM dengan tema, “pelanggaran HAM terhadap LGBT”, pada desember 2002, 2. Seminar nasional dengan tema, “ diskriminasi gender terhadap gay dan lesbian dalam UU perkawinan”, pada 7 juni 2003, 3. Pelatihan HAM dan gerakan masyarakat, pada 23 mei 2004, 4. IDAHO pada 2008, 5. Kos muslim untuk waria, pada ramadhan 2008.

3. Advokasi

Kegiatan divisi advokasi PLU Satu Hati, Yogyakarata, diantaranya: 1. Peace

act toward, media publikasi, Tentang “kontrak politik 5 kandidat presiden”, Pada

23 juni 2004, 2. Pernyataan dari Pelangi Group dan rekan-rekan, tentang “ kontrak politik 5 kandidat presiden, pada juni 2004, 3. Investigasi tragedi di Kaliurang pada desember 2007, 4. Investigasi kasus Hana ( kasus transgender yang mendapat diskriminasi dan kekerasan dari petugas keamanan di salah satu klub malam Yogyakarta) pada febuari-maret 2008, 5. Investigasi dari kasus lesbian ada 3 kasus pada 2008, 6. Peace act towards, media publikasi, pernyataan tentang kasus Ryan pada agustus 2008.

4. Penguatan basis

PLU Satu Hati, merupakan organisasi yang berbasis komunitas, oleh karena itu penguatan basis komunitas sangat penting bagi organisasi PLU Satu Hati, Yogyakarta. Kegiatan penguatan basis yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Forum

(53)

Forum suara komunitas dukung reperda HIV/AIDS; HAM dan akses HIV/AIDS pada 2008, 3. Jaringan perempuan Yogyakarta; perempuan, seksualitas dan gender, 4. Jaringan LGBT Yogyakarta; LGBT, 5. Koalisi rakyat bersatu; gerakan sosial, 6. Yogyakarta untuk keberagaman; multikultur dan keberagaman, 7. Q .munnity Yogyakarta ; LGBT dan HAM..

5. Apa tujuan program tersebut? Jawaban :

Semua program kerja yang telah dijelaskan tadi merupakan kelanjutan dari visi dan misi organisasi.

6. Bentuk kerja sama apa saja yang dilakukan organisasi ini dengan komunitas LGBT atau non LGBT?

Jawaban :

Hubungan bilateral : PKBI, SAMSARA, N and B, dan LBH Hubungan Jaringan lokal :

1. Komunitas dengan isu-isu perempuan seperti : Rifka Anisa, Sabda dan lain-lain. 2. Komunitas yang berkaitan dengan remaja:

3. Komunitas keberagaman : PBNU, Gusdurian, pemuda penghayat, dan lain-lain. Hubungan Jaringan Nasional : Arus Pelangi, Ordinary Institute, GWL-INA, LBT, FAP dan LGBTIQ Indonesia.

Hubungan Jaringan Internasional : ILGA, ASEAN SOGIE CAUCUS, dan RFSL ( Swedia)

(54)

Keputusan tertinggi yang ada pada organisasi PLU Satu Hati adalah musyawarah anggota (MUSANG) yang diadakan 3 tahun sekali, pada muswarah anggota

terbentuklah AD/ART organisasi, badan pengawas (board) yang terdiri dari lima orang perwakilan dari gay, lesbian, biseksual, transgender dan heteroseksual, serta badan pengurus harian yang terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara dan

penanggungjawab yang terrdiri dari divisi penguatan basis, divisi publikasi, media dan kampanye, divisi litbang, divisi advokasi, divisi pendidikan, pelatihan dan konseling, dan queershop.

8. Kendala apa saja yang dihadapi PLUSH dalam melaksanakan program kerja? Jawaban: sumber daya manusia, keuangan dan kaum fundamentalis.

9. Bagaimana cara menjadi anggota PLUSH?

Jawaban : berusia 18 tahun, mengisi formulir dan membayar iuran tahunan anggota. 10. Apakah ada pelatihan khusus bagi anggota atau pendalaman materi tentang LGBT atau isu isu yang sedang berkembang di masyarakat?

Jawaban : setiap bulan diskusi tentang isu SOGIE, HAM, agama, advokasi dan lain-lain Setiap empat kali setahun diskusi tentang LGBT dan isu-isu yang berkaitan. 11. Bagaimana cara PLUSH mengkoordinasi komunitas-komunitas LGBT yang ada di yogyakarta?

Jawaban : pertemuan-pertemuan informal, observasi, dan pendekatan secara personal.

13. Kegiatan sosial agama apa saja yang di lakukan PLUSH?

Jawaban : PLUSH melakukan kerjasama jaringan dengan beberapa organisasi dan komunitas yang berbasis agama seperti : ahmadiyah, muhamadiah, syiah, gusdurian,

(55)

dan sahur on the road saat bulan puasa, dialog dengan tokoh agama dan diskusi agama dengan pendeta atau ustad.

14. Apakah kegiatan sosial dan sosial agama tersebut disambut positif oleh masyarakat? Jawaban : selama melaksanakan kegiatan di masyarakat ataupun masyarakat agama selalu disambut positif, kecuali oleh para fundamentalis seperti FPI.

15. bentu kerjasama yang ada di PLU?

Jawaban: kerjasama yang dilakukan antar anggota yang pertama kerjasam kontrak, dalam artian saat kita menjalankan program kerja kita melakukan tugas sesuai dengan job desk maing-masing, tetapi kita juga bekerjasama secara spontan, ketika ada teman organisasi ada yang kesulitan baik itu secara formil atau non formil, kami akan sama-sama

membantu.

16. bentuk akomodasi dan asimilasi dalam organisasi PLU?

Jawaban: saya pribadi banyak belajar dari anggota-anggota yang lain. Saya jadi mengerti bagaimana pola interaksi yang sesuai dengan lesbian yang lebih tertutup misalnya, dengan transgender dan lain-lain, begitu juga dengan anggota-anggota yang lain. dalam organisasi kita berusaha untuk saling memahami secara personal, dan kami juga

menyadari kalau setiap kelompok memiliki karakteristik yang berbeda, maka pendekatan yang berusaha kami lakukan adalah dengan pertemuan-pertemuan informal, membaur dengan kelompok mereka, observasi dan pendekatan secara personal. Kalau asimilasi terlihat dari hobi atau juga dari bahasa.

17. apakah ada konflik atau kontravensi?

Jawaban: mungkin ada konflik pribadi yang kami tidak tahu. Tetapi selama ini saya belum menemukan konflik yang besar dan berarti dalam organisasi ini.

(56)

Nama : Awan Umur :21 tahun Pekerjaan : Mahasiswa Jenis kelamin : Laki-laki

Orientasi seksual : Homoseksual Identitas seksual : Gay

Identitas gender : Laki-laki Ekspresi gender : Feminim

1. Bagaimana anda bisa masuk organisasi ini?

Jawaban : di ajak oleh pacar, kemudian merasa cocok dan bergabung di organisasi

2. Berapa lama anda di organisasi ini?

Jawaban : hampir 2 tahun, masuk pada tahun 2012

3. Alasan masuk organisasi ini?

Jawaban : awalnya ikut-ikutan, tetapi lama kelamaan merasakan manfaat positif

4. Tujuan masuk organisasi ini?

Jawaban : ingin coming out atau terbuka tentang identitas seksual yang sebenarnya kepada keluarga, tidak mendapatkan diskriminasi dan ingin mengekspresikan diri sesuai dengan identitas seksual yang sebenarnya.

5. Bagaimana respon teman atau keluarga ketika tahu kalian masuk organisasi ini? Jawaban : keluarga belum mengetahui. Teman-teman awalnya jadi aneh dan shock tetapi 1 tahun kemudian mereka mencoba untuk menerima.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Usaha Penunjang telekomunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui Anak Perusa- haan, yang antara lain meliputi penyediaan, pengelolaan dan penyewaan

Dari segi linguistik ini dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan

Penelitian ini memungkinkan bahwa data yang dikumpulkan dan fokus penelitian bisa berubah sesuai dengan kondisi alamiah, sehingga lebih baik bagi peneliti untuk melakukan

Salah satu solusi permasalahan pemasaran briket diatas, maka perusahaan dapat memakai sistem pemasaran online, yaitu menggunakan teknologi internet dengan fasilitas

eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai

jaringan yang rusak di daerah luka, maka penampilan daerah tersebut juga tidak akan bisa seperti semula sebab arah dan susunan serat. kolagen tidak sama dengan

• Seorang karyawan harus mengevaluasi kemampuan dan minatnya, mempertimbangkan berbagai peluang karir, menetapkan tujuan karir, dan merencanakan pengembangan karir,