No Ordinary
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana pen-jara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, hu-ruf f, dan/atau huhu-ruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta
atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pen-cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
No Ordinary
Billionaire
Serial The Sinclairs #1
J.S. Scott
No Ordinary Billionaire
by J.S. Scott
Published in 2015 by Montlake Romance
All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.
This edition is made possible under a license arrangement originating with Amazon Publishing, www.apub.com, in col-laboration with Maxima Creative Agency
Copyright © 2015 by J.S. Scott All rights reserved
No Ordinary Billionaire
Alih bahasa: Krisandiyka
Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali pada 2017 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta
717031304
ISBN: 978-602-04-3846-7
Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pener-bit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Bab 1
C
uaca begitu cerah pada hari pemakaman Pa trick—benarbenar menyebalkan. Lautan pria berseragam mengelilingi makam di bawah langit yang tidak berawan. Lencana mereka ditempeli garis hitam untuk mewakili rasa kehilangan salah seorang anggota mereka. Wajah mereka muram, dan banyak di antara mereka tampak berkeringat karena mengenakan sera gam tebal di udara panas California Selatan.Detektif Dante Sinclair terpaku menatap video di layar laptopnya. Dadanya tercekat mendengar upa cara panggilan radio terakhir untuk Detektif Patrick Brogan yang tidak dijawab. Patrick secara resmi di nyatakan 107—sudah tidak bertugas lagi, dan sang pemanggil mengatakan betapa dia akan begitu diri n dukan.
Napas Dante memburu. Ditutupnya laptop keras keras. Dia benarbenar berharap pemakaman Patrick dilangsungkan di tengah cuaca buruk. Entah me ng apa, menurutnya tidak adil seluruh upacara itu di adakan di cuaca kesukaan Patrick, namun dia sendiri tidak berada di sana untuk menikmatinya. Jika masih
No ordiNary BillioNaire 2
hidup, Patrick pasti sudah tidak sabar untuk pergi me mancing di cuaca seperti saat ini. Namun sekarang dia sudah tiada, terbaring di dalam peti mati berselimut bendera Amerika Serikat, tidak lagi dapat menikmati apa pun yang disukainya.
Disingkirkannya laptop itu dari tempat tidur—dia tidak peduli meskipun benda itu hancur berkeping keping—lalu dia bangkit, mengabaikan rasa nyeri yang langsung menjalari tubuhnya. Ya Tuhan! Dia bahkan tidak dapat menghadiri pemakaman part nernya sendiri karena hari itu dia masih berada di rumah sakit. Namun dia terdorong untuk menon ton videonya. Patrick adalah partnernya, anggota tim pembunuhan bersama Dante selama bertahuntahun, sekaligus sahabat terdekat yang pernah dia miliki.
Seharusnya aku yang mati. Patrick mempunyai seorang istri dan seorang anak laki-laki yang masih remaja yang sekarang menjadi yatim.
Karen dan Ben, istri dan anak Patrick, bisa dibilang sudah mengadopsi dirinya, mengundangnya makan malam hampir setiap kali dia dan Patrick bisa berada di rumah—kesempatan yang cukup langka. Pekerjaan membuat mereka lebih sering berada di luar rumah, terutama pada malam hari. Jarang ada pembunuhan yang terjadi siang hari di distrik mereka.
Karen dan Ben tidak perlu khawatir masalah uang. Uang tidak akan bisa menggantikan keberadaan Patrick, namun dapat membantu.
J.S. Scott 3
Dante mengurus masalah finansial Karen dan Ben dengan mendonasikan beberapa juta dolar untuk ke luarga Brogan secara anonim, namun hal itu tidak dapat mengembalikan pria yang mereka cintai, sang suami, sang ayah. Yang dilakukannya adalah hal kecil, mengingat dia memiliki cukup banyak uang dan tidak akan pernah membuatnya merasa kehilangan karena memberikannya.
Meskipun dirinya dan Patrick dipromosikan men jadi detektif bersamaan, partner Dante berusia sepu luh tahun lebih tua, dan jauh lebih bijaksana diban dingkan dirinya ketika itu. Patrick mengajarkan ke sabaran pada Dante, detektif baru yang pemarah, dan sudah membantu Dante menjadi pria yang lebih baik dalam segala hal.
Ya Tuhan! Seharusnya aku yang mati! Mengapa aku tidak berada di posisi Patrick berdiri ketika bedebah itu menembak?
Dia dan Patrick nyaris—benarbenar nyaris— menangkap seorang pembunuh yang sudah memerkosa dan membunuh tiga orang wanita. Mereka sudah mengikuti pria itu di jalanan, menunggu bala bantuan datang untuk menangkapnya. Pembunuh itu ceroboh ketika menghabisi korban terakhirnya, meninggalkan cukup banyak bukti DNA untuk menangkapnya.
Dante mengayunkan kedua kakinya ke sisi tempat tidur—gerakan itu lagilagi membuatnya kesakitan.
No ordiNary BillioNaire 4
Pikirannya memutar ulang detikdetik terakhir ke hidupan Patrick, ketika dia kehilangan sahabat ter baiknya.
Dia dan Patrick menjaga jarak cukup dekat dengan si tersangka.
Bunyi sirene polisi yang melengking memenuhi udara.
Tersangka itu mendadak panik, lalu dia mengeluar-kan sebuah pistol semiotomatis dan mulai menembak.
Alasan kepanikan tersangka ketika itu masih mis teri. Bunyi sirene itu mungkin menakuti seorang pembunuh yang sudah mengetahui bahwa dia tidak dapat lolos dari hukum. Ironisnya, sirene itu sama sekali tidak ada sangkutpautnya dengan penang kapan itu—sirene itu berbunyi karena insiden lain. Tidak mungkin, kan, polisi sengaja membunyikan sirene keraskeras, mengumumkan bahwa mereka se dang mengejar bedebah itu? Namun bunyi sirene itu cukup untuk membuatnya merasa terdesak dan me luncurkan serentetan tembakan ke belakangnya tanpa peringatan.
Patrick yang pertama kali jatuh, sebuah peluru menembus kepalanya. Dante langsung mengeluar kan Glocknya, melindungi Patrick dengan tubuhnya yang lebih besar. Beberapa peluru tembakan jarak dekat mengenainya sebelum akhirnya dia berhasil menembak mati bedebah itu. Ketika itu, Dante ti dak menyadari bahwa Patrick sudah tidak tertolong.
J.S. Scott 5
Peluru yang menembus kepalanya langsung mem bunuh partnernya itu. Untungnya, beberapa pen duduk sipil yang sebelumnya berkeliaran di jalan tersebut pada dini hari sudah pergi, meninggalkan Dante seorang diri yang terluka —Patrick dan si ter sangka samasama mati.
Dante mengenakan rompi antipelurunya, namun tembakantembakan jarak dekat itu mengakibatkan beberapa trauma tumpul di tubuhnya. Rompi itu melindungi nyawanya, membuatnya hanya meng alami beberapa patah tulang rusuk, bukannya peluru yang menembus dadanya. Tembakan yang menge nai wajah nya tidak menembus tulang tengkoraknya, namun mengakibatkan luka memanjang dari pipi kanan ke pelipisnya. Peluru yang mengenai tungkai kanannya menembus otot pahanya, membuatnya ha rus dioperasi sesudah insiden itu, namun tulangnya tidak terkena. Tembakan ke arah lengan kirinya hanya menggores kulitnya.
Dasar bajingan beruntung!
Dante nyaris dapat mendengar partnernya bercan da padanya seperti itu, namun dia merasa jauh dari beruntung pada saat ini. Lukalukanya cukup parah sampai dia harus menghabiskan seminggu di rumah sakit, tidak dapat menghadiri pemakaman Patrick, ti dak dapat mengucapkan perpisahan terakhir pada sa habatnya. Karen dan Ben menjenguknya sesudah ope rasi. Dengan berurai air mata, istri Patrick mengatakan