PAJAK INTERNASIONAL
Nur’ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc
Isqodrin.wordpress.com
Latar Belakang
Perkembangan transaksi perdagangan barang dan jasa
lintas negara
Pemberlakukan hukum pajak di masing-masing negara
tujuan.
Menghindari terjadinya pajak ganda atas perdagangan
lintas negara.
Definisi Hukum Pajak International
Ottmar Buhrer : Dalam arti Sempit
Kaidah-kaidah norma perselisihan yang didasarkan pada hukum
antar bangsa (Hukum Internasional)
Dalam arti luas
Kaidah-kaidah hukum antar bangsa ditambah peraturan
nasional yang mempunyai obyek hukum perselisihan , khususnya tentang perpajakan.
P.J.A. Adriani
Hukum Pajak Internasional adalah Keseluruhan peraturan yang
mengatur tata tertib hukum dan mengatur soal penyedotan daya beli itu di masing-masing negara.
Hukum Pajak Internasional merupakan pengertian yang lebih
luas dari pada pajak berganda, dan hukum pajak nasional itu termasuk hukum pajak Internasional.
Hukum Pajak Internasional diatur dalam hukum nasional
mengenai persoalan :
a. Pengenaan pajak terhadap orang-orang luar negeri;
b. Peraturan-peraturan nasional untuk menghindarkan pajak
berganda; dan
Menurut Negara-Negara Anglo Saxon
Menurut negara-negara anglo saxon bahwa Hukum PajakInternasional dibagi menjadi :
a. Hukum nasional mengatur hukum pajak luar negeri (national
external tax law) – Pengenaan pajak yang ada unsur
asingnya baik karena objeknya maupun subjeknya.
b. Hukum Pajak Luar Negeri (foreign tax law) – Keseluruhan
paraturan perundang-undangan yang mengenai pajak dari negara-negara di seluruh dunia.
c. Hukum pajak internasional (international tax law) – dalam
Sumber Hukum Pajak Internasional di
Indonesia
a. Kaidah hukum pajak nasional yang mengandung unsur asing : 1. Psl 32 A UU PPh mengenai P3B;
2. Psl 2 UU PPh tentang Subjek Pajak LN dan BUT;
3. Psl 3 UU PPh mengenai “tidak termasuk subjek pajak”
4. Psl 5 (2) UU PPh “Biaya2 yg boleh dikurangkan dari penghasilan BUT”. 5. Psl 18 UU PPh “Hubungan Istimewa bilamana terdapat ketidakwajaran
dalam perpajakan.
6. Psl 24 UU PPh “Kredit Pajak Luar Negeri.
7. Psl 26 UU PPh “Pemotongan pajak atas SP LN yang memperoleh
penghasilan di Indonesia.
b. Kaidah-kaidah tax treaty, yaitu perjanjian bilateral (P3B) dan perjanjian
multilateral (Konvensi Wina 1961 & 1963).
Pajak Internasional
Pajak Internasional merupakan kesepakatan perpajakan yang
berlaku di antara negara yang mempunyai P3B dan
pelaksanaannya dilakukan dengan niat baik sesuai dengan Konvensi Wina (Pacta Sunservanda).
Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia terhadap badan
atau orang asing menjadi tidak berlaku bila terdapat perjanjian bilateral tentang P3B.
Perjanjian Perpajakan Internasional
Perjanjian Internasional diatur dalam UU 24 Tahun 2000. Ratifikasi Perjanjian Perpajakan Internasional cukup melaluiKeputusan Presiden.
Bentuk Perjanjian Perpajakan Internasional meliputi :
a. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (tax treaty)
b. Cara Penerapan (mode of application) – Aturan pelaksanaan
dari tax treaty
c. Tata Cara Persetujuan Bersama (Mutual Agreement
Procedure/MAP) – Penyelesaian sengketa/kasus pengenaan
PERSETUJUAN PENGHINDARAN
PAJAK BERGANDA
P3B adalah Persetujuan pajak antara dua negara yang mengatur mengenai pembagian hak pemajakan atas penghasilan yang diperoleh atau diterima oleh penduduk dari salah satu both contracting states.
Tujuan P3B adalah :
a. Mencegah terjadinya pajak perganda;
b. Meningkatkan investasi yang saling menguntungkan; c. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak; d. Memberikan kepastian;
e. Penyelesaian sengketa di dalam penerapan P3B; f. Non diskriminasi; dan
Asas Pengenaan Pajak Internasional
a. Asas domisili atau asas kependudukan (domicilie/residenceprincilpe)
b. Asas sumber (source principle)
c. Asas Nasionalitas atau kewarganegaraan (nationality/citizenship
principle)
Ketiga asas di atas diterapkan di Indonesia.
Asas domisili dalam Psl 2 UU PPh, Asas nasionalitas dengan
NPWP dimanapun berada,
Asas sumber tehadap penduduk asing yang memperoleh
penghasilan di Indonesia dengan mekanisme pemetongan pajak (withholding tax)
Metode Hak Pemajakan di Beberapa Negara
a. Metode Pemajakan Unilateral Ditetapkan sepihak berdasarkan prinsip kedaulatan. Terdapat
pada Pasal 26 UU PPh (Jika tidak ada Tax Treaty, maka Indonesia berhak mengatur) dan Pasal 24 UU PPh (pajak yangbtelah dibayar di negara lain dapat jadi pengurang pajak nasional). Contoh :
PPh Psl 23 atas deviden yang semula 15% dapat dikurangkan
menjadi 10%, karena deviden tersebut akan dikenakan juga pajak di negara dimana mereka berdomisili.
Lanjutan....
b. Metode Pemajakan Bilateral
Diatur melalui Tax Treaty. Hukum pajak nasional dikesampingkan jika tidak sesuai dg Tax treaty.
c. Metode Pemajakan Multilateral
Metode ini atas dasar Konvensi Wina.
Metode ini ada dalam Pasal 3 UU PPh, bahwa setiap kedutaan asing dan organisasi Internasional di bawah PBB dan pendudukk asing yang bekerja di tempat tersebut, bukan subjek pajak Indonesia.
Metode Penghindaran Pajak Berganda
a. Pembebasan/pengecualian (exemption)
Subject exemption, ditentukan dlm Psl 3 UU PPh
Objectt, income exemption atau full exemption, pajak luar
negeri tidak perlu dikenakan pajak lagi seperti PPh Final
Pembebasan pajak (tax exemption) atau exemption with
progression, kerugian dari luar negeri diperhitungkan untuk
Lanjutan...
b. Kredit pajak (tax credit)
Menghitung kembali penghasilan dari luar negeri dan pajak
terutang di negera domisili. Pajak yang telah di bayar diluar negeri dapat mengurangkan pajak terutang di negara domisili. Metode ini dibagi dalam 3 macam :
Kredit penuh (full credit) – Tidak digunakan di Indonesia
Kredit terbatas (ordinari atau normal credit) – pengurangan
atau paling tinggi sebesar pajak terutang dalam negeri.
Kredit fiktif – Dibuatkan kredit fiktif di negera sumber untuk
mendorong investor di negara sumber. Metode ini tidak digunakan di Indonesia
Lanjutan...
c. Metode Lainnya
Pembagian pajak (tax sharing) – membagi pajak terutang
antara negara sumber dg negara domisili
Pembagian hak pemajakan (division of taxing power) –
Penentuan tarif maksimum yang diperoleh wajib pajak LN.
Pengurangan tarif (reduction of the rate) – Pengurangan tarif
atas penghasilan luar negeri, sehingga tarif pajak terutang dalam negeri dengan tarif umum, dan pajak terutang luar negeri tarifnya dikurangi misal pengurangan tarifnya 25% atau 50%.
Pengurangan pajak (reduction of the tax) – Pengurangan
jumlah pajak luar negeri.
MODEL P3B
a. Model OECD (Organization for economic Cooperation and
Development)
Untuk negara-negara maju dan didirikan di Paris 14
Desember 1960.
Teridiri dari 24 negara termasuk jepang 1998.
Model ini lebih mengedepankan pada asas domisili yang
memberikan jasa atau menanamkan modal.
Lanjutan...
b. Model UN (United Nations)
Model P3B untuk negara-negara berkembang.
Lebih mengedepankan asas sumber penghasilan, karena
yang umumnya yang menggunakan jasa dan yang menrima modal dari luar negeri.
Hak pemajakan berasal dari negara yang memberi
penghasilan.
Model OECD atau UN tidak berdiri sendiri tergantung pada
Lanjutan...
b. Model Indonesia
Mengkombinasikan Model OECD dan UN.
Melihat ketentuan dalam peraturan pajak nasional dan
program pembangunan di Indonesia
Sesuai dengan kesepakatan kedua beah pihak dalam P3B. Hal-hal yang dapat mendorong perkembangan di Indonesia
menjadi lebih maju, dapat diatur dalam perjanjian ini, misalnya penghasilan atas guru dan peneliti, yang dalam model OECD dan UN tidak diatur.
TAX TREATY DENGAN INDONESIA
NO NEGARA TAHUN NO NEGARA TAHUN
1 Aljazair 2001 10 China 2004 2 Amerika Serikat 1997 11 Denmark 1987 3 Australia 1993 12 Finlandia 1990 4 Austria 1989 13 Hungaria 1994 5 Bangladesh 2007 14 India 1988 6 Belanda 2004 15 Inggris 1995 7 Belgia 2002 16 Iran 2011 8 Brunei Darussalam 2003 17 Italia 1996
TAX TREATY DENGAN INDONESIA
NO NEGARA TAHUN NO NEGARA TAHUN
19 Jerman 1992 28 Mongolia 2001 20 Kenada 1999 29 Norwegia 1991 21 Korea Utara 2005 30 Pakistan 1991 22 Kore Selatan 1990 31 Perancis 1981 23 Kuwait 1999 32 Philipina 1983 24 Luxembourg 1995 33 Polandia 1994 25 Malaysia 1987 34 Ceko 1997 26 Meksiko 2005 35 Rumania 2000
TAX TREATY DENGAN INDONESIA
NO NEGARA TAHUN NO NEGARA TAHUN
37 Saudi Arabia 1989 48 Taiwan 1996 38 Selandia Baru 1989 49 Test 2011 39 Seychelles 2001 50 Thailand 2004 40 Sinagapura 1992 51 Tunisia 1994 41 Slovakia 2002 52 Turki 2001 42 Spanyol 2000 53 Ukraina 1999 43 Sri Lanka 1995 54 Uni Emirat Arab 2000 44 Sudan 2001 55 Uzbekistan 1999 45 Suriah 1999 56 Venezuela 2001 46 Swedia 1990 57 Vietnam 2000 47 Swiss 1990 58 Yordania 1999