• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Usaha perikanan trnnznzel net mulai berkembang di Kalimantan Selatan sejak tahun 1983 dengan beroperasinya 234 unit dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 1542 unit, merupakan alat tangkap yang paling pesat perkembangannya dibanding alat tangkap lainnya. Alat ini di Kalimantan Selatan oleh nelayan setempat disebut " rempa kantong ". Alat tangkap ini berkembang pesat terutama setelah tmvl dilarang beroperasi di daerah tersebut, sehingga merupakan alat pengganti trawl yang baik untuk menangkap jenis udang ataupun ikan walaupun daya tangkapnya lebih rendah (Dinas Perikanan Tingkat I Kalimantan Selatan, 1999).

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pada tranintel net oleh Tukiyono (1990), Murdiyanto (1994), Samudra (1994), Tupamahu (1995) dan Ahmad (1996) serta Mangunsukarto (1997), pada umumnya berkisar pada pengkajian pengaruh inner net dan outer net, pengaruh ukuran mata jaring dari inner net, pengaruh cara pengoperasian serta perlakuan terhadap hanging ratio. Selama ini penelitian tentang hal-ha1 yang berkaitan dengan pembentukan kantong pada tranznzel net belum dilakukan.

Secara teori, berhasilnya pengoperasian trnnlntel net sebenarnya sangat ditentukan oleh adanya bentuk kantong yang befingsi sebagai tempat tertampungnya ikan, yang membedakan tranznzel net dengan gillnet biasa. Ukuran kantong yang terbentuk diduga akan ditentukan oleh jumlah dan ukuran mata jaring, hntzging ratio inner net dan outer net serta ukuran ikan yang tertangkap

(2)

metode untuk mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan ukuran ikan hasil tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika dimensi dari kantong yang terbentuk dapat diketahui. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya pengembangan teknologi penangkapan guna menunjang kebutuhan komersil dan manajemen sumberdaya ikan.

1.2. Deskripsi

Trnnznzel Net

Trn~~tnzel net merupakan jaring insang dasar yang mempunyai ciri khusus terdiri dari tiga lapis jaring, sehingga sangat efektif untuk menangkap udang yemeid yang berukuran besar, dua lapis terluar mempunyai ukuran mata jaring

yang lebih besar dari pada lapisan dalamnya.

Untuk lebih memperjelas gambaran tentang tranmtel net dapat diuraikan menurut klasifikasi teknis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perikanan sebagai berikut :

(1) Bahan

Bahan jaring hendaknya dipilih yang halus, kuat dan elastis dan tidak menyerap air. Contohnya bahan yang umum di gunakan PA (nylon nz~llti film~eizt).

( 2 ) Shortening

Membukanya mulut jaring di dalam air akan mengalami perubahan, ha1 ini disebabkan adanya gaya apung dan gaya berat yang saling berlawanan. Oleh sebab itu perhitungan berapa persen hangrng ratio jaring di dalam air yang dikehendaki perlu diperhatikan, yaitu berkisar antara 35 sampai 60 persen.

(3)

(3) Deskripsi

Jaring lapis luar (outer net) terbuat dari nilon benang ganda (nylon ntlrlti .filan~er~t), berdiameter benang 0,5 mm. Jaring lapis dalam (hitter net) terbuat dari nilon benang ganda, berdiameter 0,24 m dan ukuran mata 44,45 mm (1,75 inci). Dimensi jaring lapis dalam, panjang (li) 21,30 m dan dalam (hi) 2,07 m. Koefisien pengikatan jaring lapis dalam 0,36 Biasanya nelayan mengoperasikan trantnzel net sebanyak 30

-

40 piecesltinting. Selain jaring tiga lapis, tranlntel net terdiri dari tali ris bawah dan atas, pelampung terbuat dari karet atau spon, pemberat dari timah, batu.

Jenis kapal yang digunakan untuk operasi tmnm~el net dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :

(1) Keleluasaan dalam olah gerak dan dalam penarikan jaring, serta untuk menempatkan jaring di atas kapal, ha1 ini membutuhkan lebar (B) yang cukup.

(2) Stabilitas yang mantap dengan mengurangi frekuensi goncangan dan ayunan, akan memberikan kenyamanan bagi nelayan dalam melakukan operasi penangkapan.

(3) Kapal berbentuk dasar yang rata f i t bottom).

(4) Kapal berdimensi panjang (L) 9,80 my lebar 2,35 m dan dalam (D) 0,50 m y dengan bobot mati 2,28 GT.

(5) Tenaga penggerak kapal adalah mesin diesel dalam (illboard nzotor) berkekuatan berkisar antara 14,O dan 15,5 DK.

(4)

(6) Kapal dilengkapi dengan peti udang dan ikan berinsulasi s & r o f m , berlapis $berglass, masing-masing 0,20 dan 0,60 m 3 Kapal juga dilengkapi dengan

palka jaring 1,O m3

Bentuk mata jaring ditentukan oleh nilai pengerutan yaitu beda panjang tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna dengan panjang jaring seteiah terpasang pada tali pelampung dan tali pemberat. Nilai pengerutan trant~~tel riel yang umumnya dipakai oleh nelayan untuk jaring bagian dalam 0,41 sampai 0,67 dan untuk jaring bagian luar 0,25 sampai 0,43 (Linting, 1984; Wudianto, 1985; Wudianto dan Nasution, 1986; Barus et crl, 1986; S u m i o ~ ~ o et (11, 1991; Murdiyanto, 1994).

Tertangkapnya udang ataupun ikan pada tranzntel net secara terbelit ataupun dalam kantong yang terbentuk pada pave1 jaring bagian dalam yang terpasang kendor di antara dua panel jaring bagian luar. Umumnya ukuran mata jaring bagian luar lebih besar 4 - 5 kali bagian dalam dan panjang sempurna mata jaring bagian dalam dua kali mata jaring bagian luar (Sainsbury, 1986). Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), jika dibandingkan dengan jaring insang biasa, jaring ini lebih efisien karena berbagai ukuran ikan maupun udang tertangkap pada ukuran mata yang sama sehingga selektivitasnya tidak seperti jaring insang biasa.

Tranzn2el net nelayan terbuat dari bahan PA nzultrfilanie~~ 210dl2 dan moz~ofilanten no. 20 untuk jaring bagian dalam dan 210dl6 untuk jaring bagian luar. Ukuran mata jaring bagian dalam 38 mm dan 44 mm, sedangkan ukuran mata jaring bagian luar 162 mm dan 250 mm (Linting, 1984; Wudianto, 1985; Barus el nl, 1986; Sumiono et nl, 1991).

(5)

Telah dikatakan bahwa jaring bagian dalam terpasang secara kendor di antara dua panel jaring bagian luar, ini diakibatkan oleh take zrp rate. Disebutkan oleh Nomura (1981) bahwa take up rate adalah perbedaan tinggi jaring bagian dalam dan tinggi jaring bagian luar setelah terpasang pada tali pelampung dan pemberat, dimana bagian dalam lebih tinggi dari bagian luar. Nilai take up rate yang digunakan oleh nelayan di beberapa perairan laut di Jawa Barat berkisar antara 0,20 sampai 0,45 (Wudianto, 1985; Barus et nl, 1986; Amirl et (11, 1987).

Terjerat (entangling) lebih dipengaruhi oleh konstruksi alat daripada wedging dan gillirlg. Probabilitas dari seekor ikan dapat terjeratlterpuntal diyakini tergantung dari hnnging ratio atau hanging coeficient. Hanging ratio biasanya berkisar antara 0,2 - 0,7, semakin kecil hanging ratio semakin besar probabilitas untuk terjerat

Sparre dan Venema (1999), menyatakan bahwa ada empat cara tertangkapnya ikan pada gillnet yaitu snagged, gilled, wedged dan entangled. Snagged adalah cara tertangkapnya ikan pada jaring di bagian depan '

preoperculunz (gigi), gilled merupakan cara tertangkapnya ikan pada jaring di bagian operculunz (tutup insang), wedged adalah cara tertangkapnya ikan pada ujung dorsal fzn (perut) dan entangled adalah cara tertangkapnya ikan secara terpuntal pada badan jaring.

Daerah penangkapan tranzmel net adalah perairan pantai yang berdasar lumpur, pasir atau pasir berlumpur, dengan kedalaman perairan berkisar antara 5 dan 15 m dan topografi dasar perairan relatif datar

Hasil tangkapan utama tranznzel net adalah udang Penaeid yang berukuran relatif besar dan hasil tangkapan sampingannya adalah ikan-ikan

(6)

demersal. Udang permeid yang tertangkap dengan tranzntel net terdiri dari udang Jerbung (Penaeus nzerguei~sis, Penaeus indicus), udang Windu (Penaeus nzonodorl, Penaeus senzisulcalf us), udang Dog01 (Metapenaeus ensis, Metcryertaezrs brevicorrzis). Hasil tangkap sampingan fi.aninlel net antara lain adalah Tigawaja (Johrzius spp), Gulamah (Psezcdosciena spp.), Layur (Trichiurus spp.), Kerong-kerong (Therapan sp.), Kerot-kerot (Pon~ndasys spp.), Petek (Leiopmthlrs spp.), dan ikan Lidah (Cyr7oglosz1s spp.).

Peranan arus dalam suatu operasi penangkapan sangat penting. Selain berhubungan dengan olah gerak kapal, arus berpengaruh pula terhadap pengoperasian alat tangkap yang digunakan. Arus menimbulkan resistensi pada jaring yang menyebabkan perubahan bentuk pada saat setting. Arah arus sangat menentukan posisi jaring pada saat setting. Agar jaring terbuka dan terbentang lebar sehingga penangkapannya menjadi lebih efektif, maka penawuran jaring (setting) diupayakan untuk memotong arus. Hal ini dilakukan karena ikan cenderung berenang melawan arus, sehingga hasil tangkapan diharapkan lebih baik jika dibandingkan dengan penawuran jaring searah arus.

Pada saat dioperasikan, posisi jaring dapat memanjang atau dipasang zig- zag dengan maksud untuk menghadang ikan, atau dapat pula dipasang dengan posisi melingkar atau semi melingkar dengan maksud untuk mengurung ikan. T~zrn~ntel net umumnya dioperasikan pada kedalaman 3 - 60 meter (Nomura dan Yamazaki, 1977).

Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), traninzel net berdasarkan cara pengoperasiannya terdiri dari button? set tranzniel net dan sweeping trammel net. Cara pengoperasian sweeping trantniel net adalah salah satu bagian ujung jaring

(7)

didiamkan dengan jangkar kemudian ujung jaring yang lainnya ditarik dengan kapal dalam bentuk lingkaran. Waktu untuk sekali operasi kira-kira satu jam dan kecepatan penarikan sangat lambat. Oleh Mar~gurlsukarto et ril (1993), cara pengoperasian demikian ini lebih efektif daripada cara pengoperasian dengan membiarkan jaring hanyut pada dasar perairan, sedangkan menurut Malliswara d a1 (1988) cara pengoperasian inipun lebih baik dari cara pengoperasian jaring ditarik lurus menyapu dasar perairan.

7'rmlntel vet diklasifikasikan oleh Nomura dan Yamazaki (1977),

ke dalam jenis gill net. Bentuk dan konstruksi dari trnn~mel net dan gill net adalah sama, perbedaannya terletak pada jumlah lapis bahan jaring (webbing) yang digunakan. Tinggi jaring dalam keadaan terentang dari inner net berkisar antara satu kali lebih sampai dua kali dari bagian olrter net. Mengenai perbandingan dari bagian irtner net dan outer net ini akan mempengaruhi juga terhadap efektivitas traninlel net.

Dalam beberapa metode tidak semua kisaran panjang (kisaran umur) ikan atau sebangsa kerang dan udang berada dalam keadaan dieksploitasi penuh. Sebagian besar alat tangkap seperti gill net bersifat selektif bagi suatu kisaran panjang saja, dengan demikian tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan juga ikan yang sangat besar. Sifat-sifat dari gill net yang menangkap ikan dengan ukuranljenis tertentu saja dinamakan selektivitas alat. Alat tangkap gill net dikembangkan menjadi jaring tiga lapis (trnnln~ei net) Ikan yang tertangkap pada tran~nlel net dengan cara gilled, entangled dan terkurung dalam kantong yang merupakan ciri khas dari tranznzel net.

(8)

Sampai saat ini belum diperoleh data penelitian khususnya tentang ikan yang tertangkap di dalam kantong yang terbentuk oleh lapisan inrier net dan orrter iiet

Bertitik tolak dari hal-ha1 tersebut di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian mengenai pembentukan kantong trantntel net yang efektif dan efisien guna meningkatkan produktivitasnya.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian di atas perumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian yaitu : menentukan tingkat ukuran ikan yang tertangkap oleh trantrnel net sesuai dengan ukuran dan desain jaring yang digunakan.

1.4. Pendekatan Teoritis

1.4.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian terhadap pembentukan kantong tranznzel rzet adalah suatu metode untuk mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan

.

ikan hasil tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika peluang dan dimensi kantong yang terbentuk diketahui.

Dalam beberapa metode, tidak semua kisaran panjang (total length) ikan dieksploitasi penuh. Sebagian besar alat tangkap seperti gill net termasuk tranznzel net bersifat selektif bagi suatu kisaran panjang saja. Dengan demikian tidak menangkap ikan-ikan yang sangat kecil dan juga ikan yang sangat besar.

Untuk menentukan perkiraan dimensi bentuk dan ukuran kantong (ukuran kecil sampai maksimum) yang terbentuk pada pengoperasian trantntel net, secara teoritis dilakukan pendekatan dengan kurva dua dimensi.

(9)

size inner net dan outer net, jumlah mata jaring dan hangrrlg ratio yang merupakan komponen dari desain tran~nlel net dan gaya-gaya yang bekerja pada tubuh jaring ataupun sesuatu simpul. Gaya-gaya ini baik berasal dari arus, gelombang dan lain-lain sejenisnya yang sifatnya lebih beraturan. Selain itu dipengaruhi pula oleh bentuk dan ukuran ikan (panjang total, berat badan dan lingkar badan). Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kantong pada trantntel net dimodelkan dengan hngsi :

Lmana K = f (MS, LJ, HR, PT, G ) d'

K = kantong ; LJ = lebar jaring ; G = gaya f = hngsi ; HR = hanging ratio ;

MS = mesh size ; PT = panjang total ;

Dalam penelitian ini gaya yang bekerja pada tubuh jaring ataupun pada simpul tidak diperhitungkan dan ukuran ikan yang tertangkap hanya difokuskan terhadap panjang total (total length) ikan dan diasumsikan bila 50% dari panjang badan ikan telah masuk ke dalam outer net akan terbentuk kantong dengan alasan ,

apabila kurang dari 50 % panjang badan ikan yang masuk ke dalam orrter net maka ikan tersebut tidak akan tertangkap karena kemungkinan ikan tersebut akan berbalik arah menghindari jaring tersebut. Peluang tertangkapnya ikan yang kecil sangat dipengaruhi oleh mesh size inner net dan ikan yang besar oleh mesh size inner net dan mesh size outer net.

Untuk melakukan perkiraan dimensi kantong yang terbentuk pada pengoperasian tranzntel net maka dilakukan dengan cara simulasi. Simulasi adalah rnetode penelitian yang menggunakan model-model. Dalam penelitian ini akan menggunakan nzodel sinzbolik ialah model dengan menggunakan simbol-

(10)

simbol matematika. Dalam pendekatan matematika, jalan *pemikiran dan ungkapan yang semula bersifat verbal hams diterjemahkan dalam pernyataan matematika (Soerianegara, 1978).

1.4.2. Menghitung Panjang Busur Irisan Terlgah Kantong

Perhitungan panjang busur irisan tengah kantong berdasarkan kantong yang terbentuk menurut tinggi atau kedalaman tmlntel net. Faktor-faktor yang sangat menentukan untuk menghitung panjang busur irisan tengah kantong antara lain jumlah mata jaring menurut tingginya, ntesh size dan hanging ratio sekunder dari inner net dan outer net.

Secara teori, inner net dan outer net tidak mungkin terentang (stretch) kedua-duanya, karena tidak akan membentuk kantong. Pendekatan dilakukan dengan menggunakan panjang terentang (stretch) dari inner net dan panjang tergantung olrter net.

Perhitungan panjang busur irisan tengah kantong maksimum, pendekatannya dengan menggunakan rumus :

dimana : s,,,, -

-

h i - m r x - h o

...

(1)

&,,ax = panjang busur irisan tengah kantong maksimum h i x = panjang terentang (stretch) maksimum inr7er net

h, = panjang tergantung outer net untuk mendapatkan nilai digunakan rumus :

-

hi-mar

-

ni x mi

...

(2)

dimana : h,.,llax = panjang terentang (stretch) maksimum ~tltlet. t ~ e t

ni = jumlah mata jaring menurut tinggi inner net mi = mesh size inner net

(11)

no = jumlah mata jaring menurut tinggi outer net mo = ntesh size outer net

E, = hangirlg ratio sekunder outer net

Gambar 1. Sketsa kantong trantntel net dalam bentuk kurva dua dimensi

1.4.3. Menghitung Tinggi Kantong

Untuk menghitung tinggi kantong, ada beberapa asumsi yang digunakan yaitu :

( 1 ) Outer net lebarnya stabil atau tetap sehingga diperoleh satu nilai maksimum dari tinggi kantong.

(2) Ikan berenang lurus menabrak ii ~i ~er net, kemudian kantong yang terbentuk membentuk segitiga sama kaki akibat adanya dorongan dari ikan tersebut di bagian tengah mata jaring outer net sehingga itzner net terentang (stretch).

(12)

jaring outer net pendekatan .perhitungan tinggi kantong maksimum dilakukan dengan menggunakan rumus :

2 112

...

dimana : t,l,a, = [a2

-

(0,5c ) ] atau [b2 - (0,5c)~]'" (4)

trllax = tinggi kantong maksimum a,b = sisi miring kantong

c = nzesh size outer net tergantung

Nilai a atau b diperoleh dari panjang busur irisan tengah kantong maksimum, karena bentuk kantong diasumsikan segitiga sama kaki maka :

dimana : a + b = s,,,

a atau b = 0,5s,,,,,

...

( 5 )

-

Snlax - panjang busur kantong maksimum a,b = sisi miring kantong

Sedangkan untuk menghitung nilai c digunakan rumus :

dimana : c = mox E,

...

(4)

c

= mesh size outer net tergantung m, = mesh size outer net terentang

Eo = hanging mtio sekunder outer net

Berdasarkan dari tinggi kantong maksimum maka panjang ikan yang tertangkap bila sama dengan tinggi kantong maksimum maka panjang ikan yang tertangkap tersebut adalah maksimum, karena terjadinya kantong dari ikan yang tidak 1010s dari inner net dan membentuk kantong maka ukuran tinggi kantong dipengaruhi oleh ukuran panjang total ikan yang menabrak inner net. Oleh karena itu ukuran tinggi kantong yang terbentuk akan sangat tergantung pada panjang total ikan yang tertangkap. Sebaliknya panjang total ikan akan ditentukan oleh ukuran panjang busur maksimum yang dapat dibentuk oleh inner net (pada gambar irisan penampang kantong). Apabila lebih panjang dari tinggi kantong maksimum maka ada peluang tertangkap dengan tergantung pada banyak faktor.

(13)

Apabila diasumsikan bahwa ukuran ikan yang tertangkap adalah maksimum, pembentukan ukuran maksimum kantong (peluang = 1) dengan perkiraan telah masuk kantong dari setengah ukuran panjang total ikan maka tinggi kantong maksimum lebih besar daripada setengah panjang total ikan.

Gambar 2. Kantong berbentuk segitiga sama kaki. Keterangan : a dan b = sisi miring

t = tinggi

c = mesh size outer net tergantung

Untuk menentukan kantong yang terbentuk, terlebih dahulu hams diketahui jumlah mata jaring menurut tinggi outer net dan panjang busur irisan tengah kantong maksimum. Kantong yang terbentuk dinyatakan dari 1 sampai dengan n kantong dengan notasinya : 1

<

p I n kantong, tergantung dari jumlah mata jaring menurut tinggi outer net.

Peluang terbentuk hanya 1 kantong dan kantong yang lainnya tidak ada jika panjang busur irisan tengah kantong maksimum, sebaliknya jika panjang busur irisan tengah kantong belum maksimum maka ada peluang terbentuknya kantong yang lain.

(14)

1.5. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ukuran kantong yang terbentuk dan panjang ikan yang tertangkap ditentukan oleh ukuran dan desain trnnlntel izet yang digunakan. Jumlah dan besaran kantong yang terbentuk akan mempengaruhi hasil tangkapan.

1.6. Tujuar~ dan Marlfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkiraan dimensi kantong yang terbentuk pada tranzntel net.

Hasil penelitian ini diharapkan untuk mendapatkan model trzrntn?el tlet yang efektif dan efisien sehingga diharapkan hasil tangkapannya menjadi meningkat pula.

Hasil penelitian terhadap kantong trnn~nzel net diharapkan pula dapat mengetahui karakteristik alat tersebut. Spesifikasi alat tangkap dan jumlah hasil tangkapan yang diinginkan dapat ditentukan jika peluang terbentuknya kantong pada alat tangkap diketahui. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya pengembangan teknologi penangkapan, guna menunjang kebutuhan komersil dan manajemen sumberdaya ikan.

Gambar

Gambar 1.  Sketsa kantong trantntel net dalam bentuk kurva dua dimensi
Gambar 2.  Kantong berbentuk  segitiga sama kaki.

Referensi

Dokumen terkait

Harvested Area, Production and Productivity of Peanuts Production by Village in Semin District 2011 Nama Desa Villages Luas Panen Harvested area (Ha) Produksi Production

Dari uraian latar belakang masalah ini maka akan dilihat dilakukan Pengembangan Sistem Evaluasi Kinerja Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD) Untuk meningkatkan

untuk memperbaiki atau mengganti Jasa Lainnya dalam jangka waktu yang ditetapkan dalam pemberitahuan tersebut. Jika Penyedia tidak memperbaiki atau mengganti Jasa

Bahwa benar dengan demikian Terdakwa telah meninggalkan Kesatuan tanpa ijin yang sah sejak tanggal 8 Januari 2011 sampai dengan tanggal 23 Agustus 2011 atau selama 227 (dua

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) JARINGAN AIR BERSIH PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN

Dalam penelitiannya tersebut dinyatakan bahwa rata-rata skor PEWS pasien anak yang mengalami perburukan kondisi dan memiliki kemungkinan delapan kali lebih

Pekerjaan yang diberikan kepada penulis merupakan subyek praktik kerja sistem informasi manajemen mulai dari penginputan dari data KTP dan KK (Kartu Keluarga) yang diinput

Penelitian ini mengkaji tentang mekanisme kontrol sosial pada obyek wisata Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari Silokek Kecamatan