• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL. Oleh: FITRI RAMADANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL. Oleh: FITRI RAMADANI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME KONTROL SOSIAL PADA OBYEK WISATA SILOKEK

TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG REMAJA OLEH

MASYARAKAT NAGARI SILOKEK KECAMATAN SIJUNJUNG

KABUPATEN SIJUNJUNG

ARTIKEL

Oleh:

FITRI RAMADANI

11070133

PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Mechanisms Of Social Control In The Sights Silokek Against Deviant Behavior Of Adolescents By The Villagers' Silokek District of Sijunjung

Fitri Ramadani1 Drs. Ardi Abbas, M.T2 Ikhsan Muharma Putra3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study examines the mechanisms of social control in the sights Silokek against deviant behavior of adolescents by the villagers' Silokek District of Sijunjung. In addition to the tourist attraction for visitors, tourism is also used as a place to perform immoral acts for adolescents, therefore, monitoring of the villagers' Silokek also not so visible every time in the sights, the people just lurk if one of suspicious visitors then supervised by the community, and therefore often immoral acts committed by the visitors, especially young visitors and school children and an increase in deviant behavior is also seen every year. The goal of this research is the goal: to describe the government's efforts on the development of tourism Silokek and describe the mechanism of social control in the sights Silokek against deviant behavior of adolescents by the villagers' Silokek.

The theory used in this research is the theory of Structural Functional Robert K. Merton. Informants taken by purposive sampling. Informants in this study is numbered 19 people consisting of traders 4 people, 3 people government, the community 7, and the visitors 5 people. This type of data is primary data and secondary data. The data analysis was conducted using data reduction, data presentation, and drawing conclusions or verification.

The results showed that: 1). The area attractions Silokek in Nagari Silokek there are two kinds of tourism is nature tourism and sports tourism, 2). Sijunjung Government's efforts in the development of tourism Silokek include road improvements in 2007 and the infrastructure that was established in 2011, 3). Mechanisms of social control in the sights Silokek against deviant behavior of adolescents by Silokek Nagari community is not visible at all times on a tourist location and a lot more people at one point tourist attractions are white sand, the public just monitoring the suspicious behavior of visitors, 4). Deviant behavior committed by young visitors like having sex in the cave, kissing and hugging and touching hide among large rocks.

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011

2

Pembimbing 1 Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3

(4)

ABSTRAK

FITRI RAMADANI (11070133) Mekanisme Kontrol Sosial Pada Obyek

Wisata Silokek Terhadap Perilaku Menyimpang Remaja Oleh Masyarakat

Nagari Silokek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung, Skripsi,

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang,

2015

Penelitian ini mengkaji tentang mekanisme kontrol sosial pada obyek

wisata Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari

Silokek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Selain tempat obyek wisata

bagi para pengunjung, obyek wisata ini juga dijadikan sebagai tempat melakukan

perbuatan maksiat bagi para remaja, maka dari itu, pengawasan dari masyarakat

Nagari Silokek juga tidak begitu terlihat secara tiap waktu di dalam obyek wisata,

masyarakat hanya mengintai apabila salah satu dari pengunjung yang

mencurigakan barulah di awasi oleh masyrakat, maka dari itu sering terjadi

perbuatan maksiat yang dilakukan oleh para pengunjung terutama pengunjung

remaja dan anak sekolah dan peningkatan perilaku menyimpang juga terlihat

setiap tahun. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Tujuan:

mendeskripsikan upaya yang dilakukan pemerintah pada pengembangan obyek

pariwisata Silokek dan mendeskripsikan mekanisme kontrol sosial pada obyek

wisata Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari

Silokek.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Struktural

Fungsional Robert K. Mertan. Informan di ambil secara purposive sampling.

Informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 19 orang yang terdiri dari

pedagang 4 orang, pemerintah 3 orang, masyarakat 7 orang, dan pengunjung 5

orang. Jenis data adalah data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan

dengan metode reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau

verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Kawasan obyek wisata Silokek

di Nagari Silokek ada dua macam obyek wisata yaitu wisata alam dan wisata

olahraga, 2). Upaya Pemerintah Sijunjung dalam pengembangan obyek wisata

Silokek meliputi perbaikan jalan pada tahun 2007 dan sarana prasarana yang

didirikan pada tahun 2011, 3). Mekanisme kontrol sosial pada obyek wisata

Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari Silokek

tidak terlihat setiap waktu pada lokasi wisata dan masyarakat lebih banyak pada

satu titik obyek wisata yaitu wisata pasir putih, masyarakat hanya melakukan

pengawasan terhadap tingkah laku pengunjung yang mencurigakan, 4). Perilaku

menyimpang yang dilakukan oleh pengunjung remaja seperti berhubungan seks di

dalam goa, berciuman dan berpelukan sambil meraba sembunyi di antara

batu-batu besar.

(5)

PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu bentuk keindahan yang terdapat di Indonesia, dengan demikian pariwisata di Indonesia dapat diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, mengatasi pengangguran, menciptakan kesempatan kerja, menciptakan kesempatan usaha, melestarikan nilai-nilai budaya (Muljadi dalam Yulinawati, 1995:1).

Pariwisata ini adalah suatu aktivitas yang kompleks, yang dapat dipandang sebagai suatu sistem yang besar, yang mempunyai berbagai komponen, seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya. Melihat pariwisata sebagai sebuah sistem, berarti analisis mengenai berbagai aspek kepariwisataan tidak bisa terlepas dari subsistem yang lain, seperti politik, ekonomi, budaya, dan seterusnya, dalam hubungan saling ketergantungan dan saling terkait (interconnectedness). Sebagai sebuah sistem, antar komponen dalam sistem tersebut terjadi hubungan interpedensi, yang berarti terjadinya perubahan salah satu sistem (Pitana dan Gayatri 2005:92).

Banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat terutama pada perubahan perilaku remaja, banyak sekali terjadi seperti perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di kawasan sekitar obyek wisata. Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks. Melalui seks

bebas dapat membahayakan mereka karena bisa terjangkit berbagai penyakit kelamin terutama AIDS. Penyakit ini sudah menggejala seluruh dunia termasuk Indonesia (Willis, 2008:1).

Perkembangan wisata di Indonesia, khususnya di obyek wisata Silokek Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung yang diresmikan pada tahun 2007 juga membawa manfaat bagi penduduk setempat sebagaimana pada dasarnya mendorong pembangunan keparawisataan di Indonesia yang mencangkup yaitu ekonomi di daerah pariwisata Silokek. Kabupaten Sijunjung adalah salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki bermacam-macam obyek wisata, memiliki kawasan obyek wisata, yang terdiri dari beraneka ragam obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan obyek wisata olahraga. Kawasan wisata Silokek adalah tempat wisata yang memiliki pesona alam yang indah dan alam asli, sehingga banyak peminat wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Silokek, jalan yang mudah untuk ditempuh menuju obyek wisata Silokek, karena pemerintah sijunjung telah meresmikan obyek wisata dan melakukan perbaikan jalan pada tahun 2007, sehingga obyek wisata lebih mudah untuk dikunjungi, terutama pengunjung remaja, namun tidak dipungkiri bahwa selama remaja tersebut berada di lokasi wisata, sikap dan tingkah laku mereka juga akan terus terpengaruh sehingga berpotensi meningkat terjadinya perilaku menyimpang dikawasan obyek wisata Silokek.

Perilaku menyimpang problemanya adalah menyimpang terhadap apa, peyimpangan terhadap peraturan orang tua, seperti pulang terlalu malam atau merokok bisa

(6)

dikatakan penyimpangan dan dinamakan kenakalan. Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman (Wirawan, 2012:251). Selanjutnya juga ada ahli yang menamakannya dengan kenakalan anak dan remaja bersumber dari moral yang sudah berbahaya atau beresiko (moral hazard). Menurut Hurlock kerusakan moral bersumber dari keluarga yang sibuk, keluarga retak, dan keluarga dengan single parent dimana anak hanya diasuh oleh ibu, menurunnya kewibawaan sekolah dalam mengawasi anak, dan tidak mampu menangani moral Hurlok dalam Willis (2008:89). Pengawasan atau kontrol terhadap anak harus diawasi secara tegas, karena dengan perkembangan yang cukup pesat ini anak mudah untuk mendapatkan informasi dari mana saja untuk mereka tiru. Sekarang ini zaman globalisasi, remaja bebas menyerap informasi komunikasi dari manapun, termasuk informasi yang seharusnya belum layak mereka dapatkan. Peniruan mereka terhadap kebudayaan luar dapat juga menimbulkan tingkah laku yang menyimpang yang tidak cocok dengan kebudayaan Minangkabau, dan sementara kontrol sosial terhadap hal tersebut semakin lemah. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis, tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja.

Para remaja Minangkabau yang memandang adat Minangkabau sudah ketinggalan zaman ataupun kuno. Sedangkan yang modern adalah budaya luar yang dibawa oleh media-media yang mereka tiru. Hal ini terlihat pada cara pergaulan dan cara berpakaian remaja di tempat-tempat umum seperti di kawasan wisata bahkan ada yang masih berpakaian sekolah duduk berdua-duaan di tempat yang sepi, dan bergandengan tangan di sepanjang jalan dan ada para remaja yang berpakaian ala kebarat-baratan, baik rok yang dipakai di atas dari lutut, dan baju lengan pendek sehingga kelihatan aurat, dan ada yang berpakaian ketat sehingga membentuk lekuk tubuhnya. Keadaan ini memperlihatkan, bahwa budaya asing datang kuat mempengaruhi. Bagi mereka pada akhirnya memandang adat Minangkabau “adat basandi sarak, sarak

basandi kitabullah” hanya dalam sejarah tetapi

telah pudar dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari. Begitu juga dengan pituah adat Minangkabau “Adat Salingka Nagari” , dimana peraturan yang berlaku di dalam nagari tersebut tidak berlaku lagi bagi para pengunjung yang melakukan perjalanan atau wisata ke Obyek Nagari Silokek.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Tujuan: mendeskripsikan upaya yang dilakukan pemerintah pada pengembangan obyek pariwisata Silokek dan mendeskripsikan mekanisme kontrol sosial pada obyek wisata Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari Silokek.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Struktural Fungsional Robert K. Merton. Menurut Merton masyarakat

(7)

merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi satu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lainnya.Menurut Merton fungsional dibagi dua yaitu fungsi nyata (manifest function) dan fungsi sembunyi (latent function). Fungsi disebut nyata apabila konsekuensi tersebut disengaja, dimaksudkan atau setidaknya diketahui. Adapun fungsi disebut sembunyi, apabila konsekuensi tersebut secara objektif ada tetapi tidak (belum) diketahui. Adapun menurut Merton (Ritzer dan Goodman, 2010: 139-140) struktur fungsional mestinya lebih dipusatkan pada fungsi sosial ketimbang pada motif individual. Bahwa Merton menganggap fungsi didefinisikan sebagai “konsekuensi-konsekuensi yang dapat diamati yang menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu” tetapi, jelas ada bisa ideologis bila orang hanya memusatkan perhatian pada adaptasi atau penyesuaian diri, karena adaptasi dan penyesuaian diri selalu mempunyai akibat positif. Perlu diperhatikan bahwa satu faktor sosial dapat mempunyai akibat negatif terhadap fakta sosial lain.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni penelitian yang didasarkan pada pandangan mereka yang diteliti dengan rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran

holistik dan rumit (Moleong, 2012:6), sedangkan menurut Moleong (2012:6),

penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, perspektifnya didalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia ditetliti. Penelitian ini bertipekan deskriptif, yang berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan fenomena tertentu. Alasan menggunakan tipe deskriptif adalah untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan pemerintah pada pengembangan obyek wisata Silokek dan mendeskripsikan mekanisme kontrol sosial pada obyek wisata silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari Silokek.

Pemilihan informan di ambil secara

purposive sampling. Informan dalam penelitian ini adalah berjumlah 19 orang yang terdiri dari pedagang 4 orang, pemerintah 3 orang, masyarakat 7 orang, dan pengunjung 5 orang. Kriteria informan yaitu tokoh masyarakat Nagari Silokek, pengunjung yang berdatangan di obyek wisata Silokek, pedagang yang berjualan disekitar obyek wisata, dan pemerintah Nagari Silokek.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok.

Analisis dalam penelitian ini analisis interaktif yang di kemukakan oleh Miles dan Huberman, analisis interaktif terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pengambilan data dengan menggunakan teknik melalui wawancara dan observasi. Pengumpulan data ini merupakan proses awal bagi penulis untuk

(8)

memperoleh informasi. Data yang didapatkan masih dalam bentuk data mentah. Data mentah dalam penelitian kualitatif ini adalah catatan lapangan. Catatan lapangan yang penulis dapatkan dalam melakukan observasi dan wawancara dilapangan ditulis ulang sampai tersusun rapi dan mendetail sebagai bahan analisis dan data dari profil nagari juga menjadi salah satu data yang didapatkan dalam penelitian.

b. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai kegiatan pemilihan data penting dan tidak penting dari data yang telah terkumpul. Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan terperinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama penelitian dilapangan maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Dalam hal ini peneliti mencatat semua informasi yang diperoleh dari informan dilapangan yang berkaitan dengan permasalah yang diteliti. c. Penyajian Data

Tahap penyajian data adalah tahap lanjutan analisis dimana peneliti menyajikan temuan penelitian berupa pengelompokan. Menurut Miles dan Huberman menyajikan data hasil penelitian menggunakan matrik dan diagram. Tahap penyajian data berupa dikelompokan sesuai tema dan di analisa sehingga jabaran pertanyaan peneliti didapatkan.

d. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan (verifikasi) adalah suatu tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan ini dari temuan data. Ini adalah interprestasi peneliti atas temuan dari suatu wawancara atau sebuah

dokumen. Setelah kesimpulan diambil, penelitian kemudian mengecek lagi kesahihan interprestasi dengan cara mengecek ulang proses penyajian data untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dilakukan (Afrizal. 2014:180).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Potensi wisata Silokek dan Upaya pemerintah terhadap pengembangan obyek wisata Silokek

Kawasan obyek wisata Silokek di Nagari Silokek ada dua macam obyek wisata yaitu wisata alam dan wisata olahraga, wisata alam yang terdiri dari wisata Pasir Putih, Ngalau Basurek, Ngalau Seribu, Ngalau Talago, dan Air Terjun, sedangkan wisata olahraga adalah panjat tebing dan arum jeram. Upaya Pemerintah Sijunjung dalam pengembangan obyek wisata Silokek meliputi perbaikan jalan pada tahun 2007, perbaikan jalan di mulai dari pembangunan jembatan dari Nagari Muaro menuju Nagari Silokek dan sarana prasarana yang didirikan pada tahun 2011 yaitu panorama, bangunan mushalla, bangunan M.C.K.

Mekanisme kontrol sosial pada obyek wisata Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari Silokek.

Mekanisme kontrol sosial pada obyek wisata Silokek terhadap perilaku menyimpang remaja oleh masyarakat Nagari Silokek tidak terlihat setiap waktu pada lokasi wisata dan masyarakat lebih banyak pada satu titik obyek wisata yaitu wisata pasir putih, masyarakat hanya melakukan pengawasan terhadap tingkah laku pengunjung yang

(9)

mencurigakan, masyarakat Nagari Silokek beranggapan bahwa tidak akan semua para pengunjung yang selalu melakukan perbuatn penyimpang, maka dari itu bagi mereka pengunjung yang geraknya mencurigakan barulah dilaukan pengintaian atau pengawasan terhadap pengunjung tersebut. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pengunjung remaja seperti berhubungan seks di dalam goa, berciuman dan berpelukan sambil meraba sembunyi di antara batu-batu besar.

Perilaku Menyimpang yang dilakukan Oleh Pengunjung Remaja

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku dalam kehidupan masyarakat (Setiadi, 2011:187). Perilaku menyimpang dapat terjadi dimana-mana dan kapan saja, di sekolah, dalam keluarga, maupun dalam kehidupan masyarakat. Banyak faktor atau sumber yang menjadi penyebab timbulnya perilaku menyimpang baik berasal dari dalam maupun dari luar individu yang bersangkutan. Pribadi yang menyimpang pada umunya jauh dari status integrasi yang baik secara internal dalam batin sendiri, maupun secara ekxternal dengan lingkungan sosialnya. Dalam pandangan sosiologis stuctural, perilaku menyimpang dipahami sebagai berikut (Syarbani 2009:88):

1. Penyimpangan dihubungkan dengan kondisi struktural tertentu dalam masyarakat.

2. Penyimpangan sebagai proses epideologi, yaitu suatu kondisi dimana distribusi atau penyebaran penyimpangan dapat terjadi dalam waktu dan tempat tertentu, atau

dari suatu kelompok ke kelompok lainnya.

3. Menjelaskan bentuk-bentuk tertentu penyimpangan sebagai fenomena tertentu yang terjadi diberbagai strata sosial, baik kelas bawah maupun atas.

Menurut Syabaini (2009: 85), Perilaku menyimpang dalam kehidupan masyarakat bermacam-macam, yang dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Tindakan kriminal atau kejahatan, kejahatan yang dimaksud adalah jenis kejahatan yang tercantum dalam kitab Undan-undang hukum pidana seperti pembunuhan, penganiayaan dan lain-lain. b. Penyimpangan seksual adalah perilaku

seksual tidak lazim dilakukan, seperti perzinahan, lesbianisme, homoseksual, kumpul kebo, sodomi dan sadisme. c. Pemakai atau pengedar obat-obat

terlarang, merupakan bentuk penyimpangan dari nilai dan norma sosial dan agama. Akibat negatifnya bukan hanya pada kesehatan fisik dan mental seseorang, tetapi juga kepada eksistensi negara yang menunjukkan lemahnya sumber daya manusia suatu negara. d. Penyimpangan dalam gaya hidup, adalah

gaya hidup yang lain dari biasanya antara lain sikap arogansi dan eksentrik. Sikap arogansi adalah kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya, seperti kekayaan, kekuasaan dan kepandaian. Sikap eksentrik ialah perbuatan yang aneh seperti anak laki-laki memakai anting-anting.

Para remaja Minangkabau yang memandang adat Minangkabau sudah ketinggalan zaman ataupun kuno.

(10)

Sedangkan yang modern adalah budaya luar yang dibawa oleh media-media yang mereka tiru. Hal ini terlihat pada cara pergaulan dan cara berpakaian remaja di tempat-tempat umum seperti di kawasan wisata bahkan ada yang masih berpakaian sekolah duduk berdua-duaan di tempat yang sepi, dan bergandengan tangan di sepanjang jalan dan ada para remaja yang berpakaian ala kebarat-baratan, baik rok yang dipakai di atas dari lutut, dan baju lengan pendek sehingga kelihatan aurat, dan ada yang berpakaian ketat sehingga membentuk lekuk tubuhnya. Keadaan ini memperlihatkan, bahwa budaya asing datang kuat mempengaruhi. Bagi mereka pada akhirnya memandang adat Minangkabau “adat basandi

sarak, sarak basandi kitabullah”

hanya dalam sejarah tetapi telah pudar dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari. Begitu juga dengan pituah adat Minangkabau “Adat Salingka Nagari” , dimana peraturan yang berlaku di dalam nagari tersebut tidak berlaku lagi bagi para pengunjung yang melakukan perjalanan atau wisata ke Obyek Nagari Silokek.

1) Berhubungan Seks

Para remaja yang berkunjung ke obyek wisata Silokek ada yang kedapatan melakukan maksiat atau berhubungan seks di dalam Ngalau/goa dan juga dibalik bebatuan seperti berpelukan, berciuman, berpelukan sambil meraba, hal tersebut adalah perbuatan yang dianggap menyimpang oleh masyarakat Nagari

Silokek dan jika ada yang kedapatan maka akan diberikan sanksi yang telah disepakati oleh masyarakat Nagari Silokek, sanksi tersebut berupa denda 10 sak semen, apabila tidak bisa ditebus ditempat secara langsung, maka akan dipanggil keluarga pelaku maksiat tersebut.

2) Berciuman dan Berpelukan Sambil Meraba

Bahwa ada juga melakukan hal yang tidak wajar seperti berciuman dan berpelukan di balik bebatuan besar yang ada dipinggir sungai. Jika perilaku ini ketahuan tertangkap tangan para pengunjung yang melakukan, maka akan dikenakan sanksi berupa membayar 10 sak semen yang telah disepakati oleh masyarakat Nagari Silokek. Denda juga bisa dibayar dengan uang tunai. Apabila pelaku pelanggaran tidak bisa membayar denda hari itu juga, maka keluarga pelaku pelanggaran akan dipanggil ke lokasi pada hari itu juga.

Pengawasan Pemerintahan Nagari Silokek Terhadap Obyek Wisata Silokek

Pemerintahan Nagari Silokek menetapkan sistem penjagaan terhadap obyek wisata Silokek secara setiap hari dengan melakukan penjagaan secara bergantian setiap harinya, untuk menjaga keamanan dan kenyamanan serta terhindar dari perbuatan maksiat didalam kawasan wisata Silokek, anggota penjagaan yang terdiri dari tiga orang setiap harinya tujuan disiagakan petugas jaga, guna pengawasan pengunjung agar tidak berbuat keributan, perbuatan mesum, sehingga citra kawasan obyek wisata Silokek tetap terjaga dan itu dilakukan jugauntuk mengawasi

(11)

para pengunjung yang berbuat maksiat atau pelanggaran di dalam obyek wisata Silokek.

Tindakan pencegahan terhadap perilaku menyimpang di obyek wisata

Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Silokek seperti pembuatan papan pengumuman “Dilarang berpacaran didalam Goa”, dan pembangunan beberapa panorama juga menjadi salah satu tindakan pencegahan yang dilakukan dalam obyek wisata Silokek.

Pemberian Sanksi Terhadap Pengunjung yang Melakukan Pelanggaran di Kawasan Obyek Wisata Silokek.

Perbuatan yang tidak wajar atau perbuatan yang melanggar nilai kesopanan di dalam wisata Silokek oleh para pengunjung akan diberikan sanksi yang telah disepakati oleh masyarakat, yaitu sanksi yang diberikan bagi yang melakukan pelanggaran seperti berbuat mesum membayar denda 10 sak semen, dan apabila pelaku pelanggaran tidak bisa menebus hari itu juga, maka keluarga pelaku pelanggaran akan dipanggil ke lokasi wisata, maka masyarakat Nagari Silokek yang melakukan pengawasan sekitar obyek wisata Silokek memberi sanksi untuk para pengunjung yang melanggar peraturan, nilai, dan norma sesuai dengan berat atau ringan pengunjung yang melakukan salah.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dapat disimpulkan Nagari Silokek adalah salah satu Nagari yang memiliki potensi wisata yang sangat menarik,

dan upaya pemerintah juga terlihat dalam pengembangan Nagari Silokek dan obyek wisata Silokek yaitu meliputi,

1. Perbaikan jalan menuju Nagari Silokek dan obyek wisata Silokek yang diperbaiki pada tahun 2007 oleh Pemerintah Kabupaten Sijunjung dan Pembangunan sarana dan prasana. Dengan adanya upaya pemerintah dalam pengembangan obyek wisata Silokek ini, maka dari itu jalur untuk menuju obyek wisata semakin mudah untuk dijangkau dan membuat banyak daya tarik untuk pengunjung yang ingin menikmati keindahan obyek wisata Silokek, terutama banyaknya pengunjung remaja atau anak-anak muda yang berkunjung ke lokasi wisata Silokek.

2. mekanisme kontrol sosial dari masyarakat Silokek sangat kurang terhadap para pengunjung terutama pengunjung remaja yang banyak melakukan perilaku menyimpang di dalam kawasan obyek wisata, dan banyak terjadi hal-hal yang melanggar nilai dan norma yang ada di obyek wisata Silokek dan pengawasan dari masyarakat yang tidak ada setiap waktu untuk mengawasi para pengunjung, karena pemuda dan masyarakat Nagari Silokek juga mengatakan bahwa tidak akan setiap pengunjung yang akan melakukan hal yang melanggar nilai dan norma contohnya seperti berbuat maksiat atau mesum di lokasi obyek wisata.

3. Masyarakat tidak melakukan pengawasan secara terus menerus di setiap lokasi wisata, akan tetapi selalu berada di pos jaga wisata, apabila ada salah satu dari pengunjung yang mencurigakan barulah

(12)

masyarakat melakukan pengintaian, dan jika kedapatan melakukan perbuatan yang menyimpang seperti berhubungan seks, berpelukan dan berciuman, maka akan dikenakan sanksi 10 sak semen, jadi dapat disimpulkan bahwa pengawasan atau kontrol sosial masyarakat terhadap obyek wisata sangat rendah, maka dari itu sering terjadi perilaku menyimpang di dalam kawasan obyek wisata Silokek.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, 2014. metode penelitian kualitatif

(sebuah upaya mendukung

penggunaan penelitian kualitatif dalam berbagai disiplin ilmu). Jakarta:

PT Raja Garfinda persada

Moleong. 2012. Metode Penelitian Kualitatif

Edisi Revisi. Bandung :PT Remaja

Rosdakarya

Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005.

Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:

C.V Andi Offset.

Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda.

Jakarta: Rajawali Pers.

Sarwono, Wirawan Sarlito. 2012. Psikologi

Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Syarbaini, S. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Graha ilmu

Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2011.

Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.

Willis, Sofyan S. 2008. Remaja dan

Masalahnya. ALFABETA:

Bandung.

Yulinawati. 1995. Pengaruh Objek Wisata

Terhadap Sikap Budaya Siswa SMAN 1 Tanjung jaya (Skripsi

Referensi

Dokumen terkait

1. Mengetahui cara pembuatan aplikasi IoT yang mampu mengontrol kendaraan travel dengan menggunakan smartphone. Mengetahui cara mengirimkan data lokasi GPS untuk

Jika terdapat data sebaran V dalam sebuah bidang, maka gradient dari V dapat ditentukan dengan tool MATLAB gradient kemudian untuk menggambarkan hasil perhitungan gradient

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD), Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap

APB, FACR, dan Inflasi mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Syariah. REO mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank

Model komunikasi ini secara jelas mengilustrasikan komunikasi sebagai proposisi dua arah, komunikator dan recipient s aling tergantung satu sama lain dan terhubung satu sama lain

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rauf (2014), bahwa semakin tinggi nilai kuat tarik tegak lurus, maka kualitas papan partikel semakin baik karena

Optimasi produksi enzim selulase yang dihasilkan oleh isolat PMP 0126w diperoleh aktivitas selulase tertinggi pada hari ketiga waktu fermentasi yaitu sebesar 0,074 U/mL