• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERCEPATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CRASHING PADA GEDUNG ASEAN SECRETARIAT (ASEC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERCEPATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CRASHING PADA GEDUNG ASEAN SECRETARIAT (ASEC)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERCEPATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE

CRASHING PADA GEDUNG ASEAN SECRETARIAT (ASEC)

Hanindito Catur Nugroho1)

NPM 17315771 Didiek Pramono, ST., MT. 2)

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma

Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, Depok 16424

[email protected])

ABSTRACT

In the process of building a construction project, there are often unwanted things such as a job delay in the project. Delays in project work can occur due to different factors, such as unsupportive weather conditions, design changes and mistakes in planning. Therefore, it takes an alternative that can be used to support the acceleration of project completion, the alternative in this final task is the addition of working hours. With an alternative addition of working hours, it aims to get the cost and time crashing on the ASEAN Secretariat project. The results of analysis research on the ASEAN Secretariat project after the alternative addition of 2 hours overtime, the total cost of Rp 16,766,430,175.00 or increase of the cost of Rp 2,875,938,175.00 and the execution time after accelerated to 271 days or faster during 51 days compared to the normal duration.

Keywords : Acceleration Project, Crashing.

ABSTRAK

Dalam proses pembangunan sebuah proyek kostruksi kerap terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti terjadinya keterlambatan pekerjaan pada proyek. Keterlambatan pekerjaan proyek dapat terjadi karena faktor yang berbeda-beda seperti kondisi cuaca yang tidak mendukung, perubahan desain dan kesalahan dalam perencanaan. Maka dari itu diperlukan alternatif yang bisa digunakan untuk menunjang percepatan penyelesaian proyek, alternatif dalam tugas akhir ini yaitu penambahan jam kerja. Dengan alternatif penambahan jam kerja ini maka bertujuan untuk mendapatkan biaya dan waktu crashing pada proyek ASEAN Secretariat. Hasil penelitian analisis pada proyek ASEAN Secretariat setelah dilakukan alternatif penambahan jam kerja lembur 2 jam yaitu total biaya sebesar Rp 16.766.430.175,00 atau kenaikan biaya sebesar Rp 2.875.938.175,00 dan waktu pelaksanaan setelah dipercepat menjadi 271 hari atau lebih cepat selama 51 hari dibandingkan durasi normal.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam dunia konstruksi ketentuan mengenai biaya, mutu dan waktu penyelesaian pekerjaan kosntruksi sudah diikat di dalam kontrak kerja dan ditetapkan sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi dikerjakan. Seperti diketahui, waktu penyelesaian yang dibutuhkan untuk proses pekerjaan konstruksi selalu dicantumkan dalam dokumen kontrak karena akan berpengaruh penting terhadap nilai pelelangan dan biaya pekerjaan. Oleh karena itu dalam suatu proyek konstruksi diperlukan adanya pengendalian proyek.

Pengendalian proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan atau usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan tujuan perencanaan, membandingkan pelaksanaan dengan perencanaan, serta melakukan koreksi yang diperlukan agar biaya, sumber daya, dan waktu dapat digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan proyek konstruksi yang diinginkan. Sehingga dengan adanya pengendalian proyek, penyimpangan proyek konstruksi, kerugian yang ditimbulkan, dan keterlambatan proyek yang mungkin terjadi dapat dihindari.

Keterlambatan pekerjaan proyek sering terjadi akibat adanya perbedaan kondisi lokasi, perubahan desain, pengaruh cuaca, dan kesalahan dalam perencanaan. Keterlambatan proyek dapat di antisipasi dengan melakukan percepatan (crashing) dalam pelaksanaannya, namun harus tetap memperhatikan faktor biaya. Pertambahan biaya yang dikeluarkan diharapkan seminimum mungkin dan tetap memperhatikan standar mutu. Percepatan (crashing) pelaksanaan dapat dilakukan dengan mengadakan penambahan jam kerja, alat bantu yang lebih produktif, penambahan jumlah pekerja, menggunakan material yang lebih cepat pemasangannya, dan metode konstruksi yang lebih cepat.

Percepatan penyelesaian proyek harus dilakukan dengan perencanaan yang baik. Alternatif yang biasa digunakan untuk menunjang percepatan penyelesaian proyek adalah dengan menambah jam kerja yang akan berpengaruh pada biaya total proyek.

Dengan penelitian ini upaya mencari solusi dari masalah percepatan penyelesaian proyek pada pelaksanaan proyek Pembangunan Gedung ASEAN Secretariat (ASEC) menggunakan metode percepatan (crashing) dengan penambahan jam kerja, kemudian akan dapat selisih durasi pelaksaan proyek dan biaya proyek dari alternatif tersebut.

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan diatas, rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut:

1. Berapa total waktu dan biaya pada pelaksanaan proyek setelah dilakukan percepatan durasi proyek dengan penambahan jam kerja.

2. Berapa besar biaya yang lebih ekonomis dan berapa durasi waktu yang lebih efisien dari alternatif tersebut.

Tujuan dari dilakukannya penelitian terhadap pemilihan metode crashing dengan penambahan jam kerja adalah: 1. Mengetahui total waktu dan biaya

proyek setelah dilakukan percepatan dengan alternatif penambahan jam kerja.

2. Mendapatkan besar biaya yang lebih ekonomis dan durasi waktu yang lebih efisien, setelah dilakukan percepatan proyek dengan menggunakan penambahan jam kerja.

Masalah ataupun perhitungan-perhitungan yang ada dalam tulisan ini didasarkan pada proyek Gedung ASEAN

(3)

Secretariat (ASEC) di Jakarta selatan, meliputi:

1. Penelitian ini hanya fokus terhadap waktu percepatan durasi (crash duration) proyek dengan menggunkan penambahan jam kerja.

2. Hanya memperhitungkan pada pekerjaan struktur atas, tidak termasuk pekerjaan arsiterktur dan mekanikal elektrikal.

3. Diasumsikan kondisi lingkungan proyek dan cuaca yang selama pelaksanaan proyek mendukung (cuaca baik : tidak hujan).

4. Diasumsikan sumber daya uang, material dan tenaga kerja yang dibutuhkan selalu tersedia.

5. Mengabaikan meningkatnya kebutuhan material yang kemungkinan di sebabkan pada saat penambaha jam kerja.

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999)

Critical Path Method / Lintasan Kritis

Critical Path Method (CPM) merupakan metode jalur kritis yang menggunakan jaringan dengan keseimbangan waktu-biaya linear (Schroeder,1996). Teknik CPM / lintasan kritis ini dilakukan dengan menyusun jaringan kerja yang diidentifikasikan ke arah aktivitas-aktivitas dan menggunakan simple time estimates pada tiap aktivitas yang menunjukkan jangka waktu pelaksanaan. Berikut beberapa istilah yang digunakan dalam metode CPM / lintasan kritis ini adalah:

1. Earliest Start Time (ES)

ES merupakan waktu tercepat suatu kegiatan/ aktivitas dapat dimulai, dengan

memperhatikan waktu kegiatan dan persyaratan pada urutan pengerjaan kegiatan.

2. Latest Start Time (LS)

LS merupakan waktu paling lambat untuk memulai suatu kegiatan.

3. Earliest Finish Time (EF)

EF merupakan waktu tercepat kegiatan dapat diselesaikan.

4. Latest Finish Time (LF)

LF merupakan waktu paling lambat dalam menyelesaikan suatu kegiatan.

METODE PENELITIAN

Adapun Alur rencana kerja dalam penelitian yang dilakukan untuk melakukan analisis percepatan proyek

.

Gambar: Flowchart Metode Penelitian

Lokasi Tugas Akhir

Gedung ASEAN Secretariat (ASEC) berlokasi di Jl. Sisingamangaraja, 70A, RT.2/RW 1, Selong, Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibu Kota

(4)

Jakarta 12110. Adapun batas-batas proyek ini adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Gedung Kementerian Agraria dan Tata Ruang

b. Sebelah Timur : Jl. Raden Patah

c.

Sebelah Selatan: Jl. Trunojoyo d. Sebelah Barat : Gedung ASEAN

Gambar: Lokasi Pembangunan Gedung ASEAN Secretariat (ASEC)

Menganalisa Durasi Pekerjaan Dengan Metode Crashing

Crashing project merupakan tindakan untuk mengurangi durasi keseluruhan pekerjaan setelah menganalisa alternatif-alternatif yang ada dari jaringan kerja. Pada umumnya crashing terjadi trade-off, yaitu pertukaran waktu dengan biaya. Hal ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik waktu-biaya seperti gambar berikut :

Gambar: Grafik Waktu – Biaya Dalam Crashing project, terdapat dua komponen waktu, yaitu :

a. Waktu Normal, yaitu penyelesaian aktivitas dalam kondisi normal.

b. Waktu dipercepat, yaitu waktu terpendek yang paling mungkin untuk menyelesaikan aktivitas. Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh

Total Waktu Akselerasi, dengan rumus : Total Waktu Akselerasi = Waktu Normal – Waktu Akselerasi ………...(3.1) Sementara komponen biaya dalam crashing project terbagi atas tiga, yaitu: 1. Biaya Normal (Normal Cost), yaitu

biaya langsung untuk menyelesaikan aktiivitas pada kondisi normal.

2. Biaya Akselerasi (Crash Cost), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan aktivitas pada kondisi waktu terpendek yang paling mungkin untuk menyelesaikan aktivitas. Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Biaya Akselerasi, dengan persamaan :

Total Biaya Akselerasi = Biaya Akselerasi – Biaya Normal .…...(3.2) 3. Biaya Akselerasi per Unit Waktu (Slope), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan aktivitas pada kondisi waktu terpendek dalam satuan waktu terkecil yang ditentukan, dengan menggunakan rumus :

Biaya Akselerasi per Unit Waktu (Slope) = Total Biaya Akselerasi ÷ Total Waktu Akselerasi ………...(3.3)

Analisa Penambahan Jam Kerja

Salah satu strategi percepatan waktu penyelesaian proyek adalah dengan menambah jam kerja para pekerja. Penambahan jam kerja ini sangat sering dilakukan karena dapat memberdayakan sumber dana yang ada di lapangan dan cukup mengefisienkan tambahan biaya yang akan dikeluarkan oleh kontraktor. Biasanya kerja lembur dilakukan dengan penambahan 1 jam hingga 4 jam penambahan sesuai dengan waktu tambahan yang diinginkan, dengan mempertimbangkan indeks produktivitas sebagai berikut :

Produktivitas Harian = Volume ÷ Durasi Normal………(3.4) Produktivitas /jam = Produktivitas Harian

(5)

÷ Jam Kerja Normal ………...(3.5) Produktivitas Kerja Lembur = ( Jam Kerja Normal × Produktivitas /jam ) + ( a × b × Produktivitas /jam )……….(3.6) Dimana :

a = jumlah waktu kerja lembur b = koefisien penurunan prod. kerja lembur

Tabel: Koefisien Penurunan Produktivitas

Dari nilai produktivitas harian sesudah crash tersebut dapat dicari durasi penyelesaian proyek setelah dipercepat (crash duration) (Mila Nata, 2015:20). Crash Duration = Volume ÷ Produktivitas sesudah crash ……….(3.7) Besarnya nilai Crash Cost dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini.

Biaya Upah Normal = (Upah tiap jenis tenaga kerja / jam × jumlah tenaga kerja / jam) × 8 jam kerja normal × durasi normal………..……...(3.8) Biaya Upah Lembur = (Upah tiap jenis tenaga kerja normal/hari + total upah lembur) × Jumlah tenaga kerja × waktu lembur………...(3.9) Dilanjutkan menghitung nilai slope masing-masing kegiatan dengan rumus dibawah ini.

Cost Slope =

Biaya dipercepat-Biaya normal

Waktu normal-Waktu dipercepat…....(3.10) Sehingga diperoleh hasil perbandingan harga normal dan harga setelah dilakukan percepatan.

Crash Cost = Biaya Langsung Normal + Biaya Upah Lembur Total ………...(3.11)

Analisa Biaya Penambahan Jumlah Pekerja (Crash Cost)

Berdasarkan KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 3, pasal 7, dan pasal 11 standar upah untuk lembur adalah :

1. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 4 (jam) dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

2. Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 jam lebih.

3. Untuk kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1.5 kali upah 1 (satu) jam.

4. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar sebesar 2 kali lipat upah 1 (satu) jam.

Berikut perhitungan biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu : Biaya Normal pekerja perjam : a. Biaya normal pekerja perhari/8

jam………(3.12) b. Biaya lembur pekerja :

Biaya lembur pekerja =1,5×upah 1 jam (satu jam) normal untuk jam kerja lembur pertama+2×n×upah 1 jam (satu jam)normal untuk jam kerja lembur berikutnya ………(3.13) c. Biaya lembur pekerja perjam =

Biaya lembur pekerja /n jam.…...(3.14) Dengan:

n=Jumlah penambahan jam kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN Penjadwalan Proyek

Time schedule yang digunakan pada proyek pembangunan Gedung ASEAN Secretariat (ASEC) adalah metode Kurva s. Perhitungan dan analisis data tugas akhir ini akan dilakukan percepatan pelaksanaan dengan membandingkan antara menambah kerja (lembur) 2 jam dan penambahan kerja 3 jam. Proyek pembangunan Gedung ASEAN Secretariat (ASEC) dimulai pada tanggal 27 November 2017 dan direncanakan selesai pada Desember 2018, secara keseluruhan memiliki durasi proyek

(6)

365 hari kalender. Namun pada kenyataannya mengalami keterlambatan pekerjaan.

Time Schedule

Pembuatan time schedule menggunakan aplikasi Ms. Project dengan data yang diperoleh dari PT. ARKONIN selaku manajemen konstruksi proyek pembangunan Gedung ASEAN Secretariat.

Penentuan Jalur Kritis

Pada tahap penjadwalan terlebih dahulu harus diketahui durasi setiap pekerjaan pada proyek, dalam penelitian ini untuk mengetahui durasi setiap pekerjaan bisa dengan melihat schedule rencana pada proyek. Setelah durasi setiap pekerjaan diketahui selanjutnya menentukan hubungan tiap pekerjaan, setelah hubungan setiap pekerjaan tersebut selesai dimodelkan kedalam Microsoft project, maka akan didapatkan beberapa item pekerjaan yang berada pada jalur kritis dengan cara bar chart maupun network diagram ditunjukan dengan garis berwarna merah. Pekerjaan yang berada pada jalur kritis inilah yang akan dilakukan percepatan (crashing).

Gambar: Pekerjaan yang Berada Pada Lintasan Kritis

Tabel: Daftar Pekerjaan yang Berada pada Jalur Kritis

(7)

Perhitungan Percepatan Proyek Dengan Metode Waktu Lembur

Salah satu strategi percepatan waktu penyelesaian proyek adalah dengan menambah jam kerja para pekerja. Penambahan jam kerja ini sangat sering dilakukan karena dapat memberdayakan sumber daya yang ada dilapangan dan cukup mengefisiensi tambahan biaya yang akan dikeluarkan oleh kontraktor.biasanya waktu kerja normal pekerja adalah 8 jam (dimulai pukul 08.00 WIB dan selesai pukul 17.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam), dan biasanya kerja lembur dilakukan setelah jam kerja normal. Pada penambahan jam kerja yang dilakukan penulis pada skripsi ini adalah dengan trial and error penambahan 2 jam dan 3 jam kerja agar mendapatkan waktu dan biaya yang efektif.

Berdasarkan KEP.102/MEN/VI/2004 pasal 3, pasal 7, dan pasal 11 standar upah untuk lembur adalah :

1. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 4 (jam) dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

2. Memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 jam lebih.

3. Untuk kerja lembur pertama harus dibayar sebesar 1.5 kali upah 1 (satu) jam.

4. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar sebesar 2 kali lipat upah 1 (satu) jam.

Berikut detail besar upah tenaga kerja pada proyek pembangunan gedung ASEAN Secretariat dapat dilihat pada Tabel Upah Tenaga Kerja sebagai berikut:

Tabel: Upah Tenaga Kerja

Sumber: Analisa Harga Satuan Pekerja, Banten, 2017

Perhitungan Produktifitas Waktu Lembur

Produktifitas kerja lembur yang digunakan untuk percepatan proyek dengan alternatif trial and error pada penambahan jam kerja sebanyak 2 dan 3 jam sehingga akhirnya mendapatkan biaya dan waktu paling efektif untuk kegiatan percepatan. Penurunan produktivitas untuk kerja lembur ini disebabkan oleh faktor kelelahan pekerja. Untuk kegiatan-kegiatan kritis yang akan dipercepat dihitung berdasarkan penambahan jam lembur dari durasi normal yang ada. Produktivitas kerja lembur dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut : Produktivitas Lembur = (a × b × prod. Kerja lembur)

Dimana :

a = jumlah waktu kerja lembur

(8)

Adapun contoh perhitungannya adalah perhitungan pekerjaan tanah & urugan (bouwplank, galian, urug pasir,antirayap, dewatering) sebagai berikut:

Alternatif 2 Jam

Pekerjaan Tanah & Urugan Volume Bobot = 2,237 % Durasi normal = 189 hari Produktivitas harian = Volume Bobot

Durasi Normal

= 2,237

189

=0,0118377 %/hari Produktivitas tiap jam = Produktivitas harian

8

= 0,0118377

8

= 0,0014797 %/hari Produktivitas kerja lembur

= (8 jam x prod.tiap jam) + (a x b x prod. tiap jam)

= (8 x 0,0014797) + (2 x 0,8 x 0,0014797) = 0,0142052 %/hari

Alternatif 3 Jam

Pekerjaan Tanah & Urugan Volume Bobot = 2,237 % Durasi normal = 189 hari Produktivitas harian = Volume Bobot

Durasi Normal

= 2,237

189

=0,0118377 %/hari Produktivitas tiap jam = Produktivitas harian

8

= 0,0118377

8

= 0,0014797 %/hari Produktivitas kerja lembur

= (8 jam x prod.tiap jam) + (a x b x prod. tiap jam)

= (8 x 0,0014797) + (3 x 0,8 x 0,0014797) = 0,0149451 %/hari

Perhitungan Crash Duration

Dari produktivitas waktu lembur maka dapat dihitung durasi pekerjaan setelah dilakukan crash duration.

Crash Duration = Volume Produktivitas Lembur Berikut salah satu contoh perhitungan Crash duration pada pekerjaan Tanah & Urugan dengan alternatif 2 dan 3 jam sebagai berikut :

Alternatif 2 Jam

Pekerjaan Tanah & Urugan Crash Duration = 2,237

0,0142052

= 158 hari

Waktu pelaksanaan setelah crash program adalah 158 hari.

(9)

Alternatif 3 Jam

Pekerjaan Tanah & Urugan Crash Duration = 2,237

0,0149451

= 150 hari

Waktu pelaksanaan setelah crash program adalah 150 hari.

Tabel: Crash Duration Alternatif 3 Jam

Setelah didapatkan durasi percepatan dari masing-masing kegiatan kritis pada item pekerjaan diatas, maka durasi percepatan dari masing-masing percepatan tersebut dimasukan kembali pada durasi penjadwalan normal di Ms.Project 2013. ditampilkan sebagai berikut pada gambar dibawah ini :

Gambar: Gantt Chart durasi proyek setelah dilakukan percepatan

Analisis Perhitungan Cost Slope

Setelah diperoleh nilai dari crash duration dilanjutkan dengan perhitungan biaya agar diperoleh crash cost pada alternatif 2 dan 3 jam.

Alternatif 2 Jam

Pekerjaan Tanah & Urugan, Perhitungan ini di dapat dari hasil (Upah tiap jenis tenaga kerja / jam × jumlah tenaga kerja) × 8 jam kerja normal × durasi.

Waktu Normal

Waktu Normal= 189 hari

Mandor = (Rp 22.900,00 × 7) × 8 jam × 189 hari = Rp 242.373.600,00 Tukang = (Rp 19.475,00 × 26) × 8 jam × 189 hari = Rp 765.601.200,00 Pekerja = (Rp 16.937,50 × 42) × 8 jam × 189 hari = Rp 1.075.599.000,00 Jadi dari perhitungan diatas dapat dijumlahkan untuk total biaya tenaga kerja untuk waktu normal pada pekerjaan tanah & urugan. Jadi total biaya untuk waktu normal adalah sebagai berikut :

(10)

Total biaya waktu normal = Rp 242.373.600,00 + Rp

765.601.200,00 + Rp 1.075.599.000,00 = Rp 2.083.573.800,00

Waktu lembur

Waktu lembur yang digunakan adalah hasil dari perhitungan pada tabel Crash Duration Alternatif 2 Jam. Biaya waktu lembur di dapat dari hasil (Upah tenaga kerja normal /hari + total upah lembur) × Jumlah tenaga kerja × waktu lembur. Waktu lembur = 158 hari

Mandor = (Rp 183.200,00 + Rp 80.150,00) x 7 x 158 hari = Rp 291.265.100,00 Tukang = (Rp 155.800,00 + Rp 68.162,50) x 26 x 158 hari = Rp 920.037.950,00 Pekerja = (Rp 135.500 + Rp 59.281,25) x 42 x 158 hari = Rp 1.292.568.375,00

Jadi dari perhitungan diatas dapat dijumlahkan untuk total biaya tenaga kerja untuk waktu lembur pada pekerjaan tanah & urugan. Jadi total biaya untuk waktu lembur adalah sebagai berikut :

Total biaya waktu lembur = Rp 291.265.100,00 + Rp

920.037.950,00 + Rp 1.292.568.375,00 = Rp 2.503.871.425,00

Menentukan Cost Slope

Slope = Biaya dipercepat-Biaya normal Waktu normal-Waktu dipercepat Slope =

Rp 2.503.871.425,00 -Rp 2.083.573.800,00 189 -158

Slope = Rp 420.297.625,00

Dari perhitungan diatas didapatkan nilai Cost slope untuk pekerjaan tanah & urugan, untuk pekerjaan lain dilakukan perhitungan denga cara yang sama dan menggunakan aplikasi Ms. Excel 2013 dimana hasil dari perhitungan pada jenis

pekerjaan yang lain dapat dilihat pada Tabel Analisis Cost Slope Alternatif 2 Jam Tabel: Analisis Cost Slope Alternatif 2 Jam

Alternatif 3 jam

Pekerjaan Tanah & Urugan, Perhitungan ini di dapat dari hasil (Upah tiap jenis tenaga kerja / jam × jumlah tenaga kerja) × 8 jam kerja normal × durasi. Waktu lembur

Waktu lembur yang digunakan adalah hasil dari perhitungan pada Crash Duration Alternatif 3 Jam. Biaya waktu lembur di dapat dari hasil (Upah tenaga kerja normal /hari + total upah lembur) × Jumlah tenaga kerja × waktu lembur.

Waktu lembur = 150 hari

Mandor = (Rp 183.200,00 + Rp 125.950,00) x 7 x 150 hari = Rp 324.607.500,00 Tukang = (Rp 155.800,00 + Rp 107.112,50) x 26 x 150 hari = Rp 1.025.358.750,00 Pekerja = (Rp 135.500 + Rp 93.156,25) x 42 x 150 hari = Rp 1.440.534.375,00

Jadi dari perhitungan diatas dapat dijumlahkan untuk total biaya tenaga kerja untuk waktu lembur pada pekerjaan tanah

(11)

& urugan. Total biaya untuk waktu lembur adalah sebagai berikut :

Total biaya waktu lembur = Rp 324.607.500,00 + Rp

1.025.358.750,00 + Rp 1.440.534.375,00 = Rp 2.790.500.625,00

Menentukan Cost Slope

Slope = Biaya dipercepat - Biaya normal Waktu normal - Waktu dipercepat Slope =

Rp 2.790.500.625,00 -Rp 2.083.573.800,00 189 -150

Slope = Rp 706.926.825,00

Dari perhitungan diatas didapatkan nilai Cost Slope untuk pekerjaan tanah & urugan, untuk pekerjaan lain dilakukan perhitungan denga cara yang sama dan menggunakan aplikasi Ms. Excel 2013 dimana hasil dari perhitungan pada jenis pekerjaan yang lain dapat dilihat pada Tabel Analisis Cost Slope Alternatif 3 Jam. Tabel: Analisis Cost Slope Alternatif 3 Jam

Analisis Harga Setelah Crash Program

Berdasarkan perhitungan analisis maka diketahui produktivitas tenaga kerja per

hari. Produktivitas tenaga kerja per jam, produktivitas jam kerja lembur, waktu setelah dipercepat. Sehingga diperoleh hasil perbandingan harga normal dan harga setelah dilakukan percepatan yang dapat dilihat pada Tabel Perbandingan Harga Normal dan Lembur Alternatif 2 Jam, dan Tabel Perbandingan Harga Normal dan Lembur Alternatif 3 Jam.

Tabel

:

Perbandingan Total Harga dan Total Harga Lembur

Dari hasil analisis crashing pada perhitungan waktu dan biaya, diperoleh biaya dan waktu setelah dipercepat dengan kerja lembur 2 jam dan 3 jam, yaitu dengan total biaya Rp 16.766.430.175,00 dan Rp 18.826.577.550,00 dengan durasi 271 hari dan 258 hari.

Tabel : Perbandingan Percepatan 2 Jam dan 3 Jam

(12)

Dengan selisih biaya yg terpaut cukup jauh dan durasi yang tidak terlalu jauh dapat disimpulkan penambahan jam kerja dengan 2 jam lebih efektif dari pada penambahan jam kerja dengan 3 jam.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis biaya dan waktu pelaksanaan proyek pembangunan Gedung ASEAN Secretariat, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pekerjaan struktur yang berada pada lintasan kritis yaitu pekerjaan galian & urugan, pekerjaan struktur bawah dan pekerjaan struktur atas

2. Durasi waktu dan biaya proyek sebelum dilakukan percepatan dengan waktu kerja lembur 2 jam pada

pekerjaan yang dianalisis yaitu selama 322 hari dengan total biaya sebesar Rp 13.890.492.000,00.

3. Waktu dan biaya proyek setelah dilakukan percepatan dengan waktu kerja lembur 2 jam pada pekerjaan yang dianalisis yaitu selama 271 hari dengan biaya Rp 16.766.430.175,00. 4. Setelah dilakukan perhitungan dari

durasi dan biaya dari sebelum dan sesudah dilakukan metode penambahan jam kerja dapat diketahui durasi waktu percepatan selama 51 hari dan biaya percepatan sebesar Rp 2.875.938.175,00.

SARAN

Berdasarkan hasil analisis selama penulisan tugas akhir, penulis memberikan sedikit saran bagi diri sendiri dan pihak yang membacanya agar dimasa yang akan dating dapat memperbaiki ketidaksempurnaan yang dilakukan penulis sebelumnya. Berikut adalah yang dapat disampaikan penulis, diantaranya:

1. Memanfaatkan kegiatan bimbingan kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan arahan dan solusi untuk penulisan tugas akhir.

2. Melakukan pengecekan ulang terhadap durasi secara berkala setiap melakukan perubahan data.

3. Memiliki data yang lengkap dan valid agar mempermudah selama pengerjaan tugas akhir.

DAFTAR PUSTAKA

Callahan, MT., Construction Project Scheduling, Mc Graw-Hill, New York, 1992

Dimyati, D. H., & Nurjaman, K., Manajemen Proyek, Pustaka Setia, Yogyakarta, 2014

Ermis Vera Iramutyn., “Optimasi Waktu dan Biaya dengan Metode Crash”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010

Ervianto, Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta, 2005 Frederika, “Analisis Percepatan

Pelaksanaan dengan Menambah Jam Kerja Optimum pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Super Villa, Peti Tenget-Bandung)”, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 14, No. 2, pp. 113-126, 2010

Husen, Manajemen Proyek : Perencanaan, Penjadwalan, Dan Pengendalian Proyek, Andi, Yogyakarta, 2009 Irika Widiasanti & Lenggogeni,

Manajemen Konstruksi, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep. 102/Men/VI/2004

Kerzner, Project Management A System Approach to Planning, Schedulling and Controlling, Singapore, 2000 Mila .N. Purnama Wati, “Analisis

Percepatan Proyek menggunakan Metode Time Cost Trade Off dengan

(13)

Penambahan Jam Kerja Lembur Optimum”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2015

Ningrum, “Penerapan Metode Crashing dalam Percepatan Durasi Proyek Dengan Alternatif Penambahan Jam Lembur Dan Shift Kerja”, Universitas Sebelas Maret, 2016

Richarson, “Optimalisasi Biaya dan Waktu Dengan Metode Crashing”, Universitas Gunadarma, 2019

Seng Hansen, Manajemen Kontrak Konstruksi, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015

Sitcha Atat .N. Chabibah., “Penerapan Time Cost Trade Off dalam Optimalisasi Biaya dan Waktu terhadap Perbandingan Penambahan Tenaga Kerja dan Shift Kerja”, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2015

Soeharto, Imam., Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta, 1995

Soeharto, Imam., Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1999

Sutisna, “Pengaruh Percepatan Waktu Pelaksanaan Terhadap Biaya pada Pekerjaan Struktur Bawah Jembatan di Kabupaten Buatan”, Universitas Indonesia, Riau, 2013

Gambar

Tabel :  Perbandingan Total Harga dan  Total Harga Lembur

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melakukan percepatan menggunakan jam kerja sistem shift terhadap pekerjaan yang berada pada jalur kritis, maka akan menambah pengeluaran biaya langsung (direct

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkat dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Penelitian ini membahas percepatan waktu proyek dan biaya proyek pada pelaksanaan Proyek Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir dengan metode penambahan jam kerja

Pada Proyek Pembangunan Gedung Sarana DIKLAT BKPSDM kabupaten Ciamis sebagai studi kasus dalam penelitian ini akan diterapkan metode PERT ( Program Evaluation and

Pada penelitian oleh Rialyantha Matahelumual, Octovianus Jamlaay, dan Tonny Sahusilawane di proyek pembangunan Gedung Auditorium IAIN Ambon, menghasilkan waktu penyelesaian

Tenaga Kerja pada Basement dan Podium Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Biaya Crash dengan Alternatif Penambahan ...67.. Tenaga Kerja pada Tower B Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Biaya

Mahkota Artha Sejati 2022b Berdasarkan jadwal pengamatan proyek pembuatan gedung jumbo bag area cargo lama pabrik Tuban PT Semen Indonesia Persero Tbk seperti ditentukan pada Tabel 1

Penelitian ini membahas percepatan dengan menggunakan Analisa Time Cost Trade Off TCTO yang merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penyelesaian masalah apabila suatu proyek