• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERCEPATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CRASHING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA PERCEPATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CRASHING"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERCEPATAN PROYEK

MENGGUNAKAN METODE CRASHING DENGAN ALTERNATIF PENAMBAHAN TENAGA KERJA ATAU DURASI KERJA

(Studi Kasus : Pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman)

TUGAS AKHIR

diajukan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BUNGA VIOLITA 16 0404 018

MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas izin- Nya, sehingga mampu menyelesaikan penulisan tugas akhir yang berjudul ANALISA PERCEPATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE CRASHING DENGAN ALTERNATIF PENAMBAHAN TENAGA KERJA ATAU DURASI KERJA (Studi Kasus : Pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman). Tugas akhir ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana S1 pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Saya sangat menyadari penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Syahrizal, MT. dan Ir. Andy Putra Rambe, M.B.A., selaku dosen pembimbing tugas akhir yang menuntun saya untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Ir. Indra Jaya Pandia, MT. dan Ibu Rezky Ariessa Dewi, ST., MT., selaku dosen penguji/pembanding untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

3. Bapak Ir. Medis Sejahtera Surbakti, MT, Ph.D selaku ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu dosen dan staf tata usaha Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Teristimewa untuk kedua orangtua saya yang telah membantu dan menjadi penyemangat dalam penyusunan tugas akhir ini baik dukungan moral maupun material.

6. Pihak proyek pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman sebagai objek penelitian yang telah membantu dalam memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian tugas akhir ini.

7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat yaitu Yuli, Junia, Supi, Riski, Astika, Ira, Andra, Nia, Alda, Dika dan Neni.

8. Teman-teman seperjuangan sipil 2016 Devi, Dandy, Farhan, Rosmaito, Widi, Tessa, Tamara, Niken, Hapsah, Hertia, Ihda, Alex, Ian, dan lainnya.

(5)

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena adanya keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta referensi yang dimiliki. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran-saran serta kritikan yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata, diharapkan tugas akhir ini bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2020

Bunga Violita 160404018

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 2

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Batasan Masalah ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

1.6. Sistematika Penulisan... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Proyek ... 5

2.1.1. Pengertian Proyek ... 5

2.1.2. Ciri-ciri Proyek... 7

2.1.3. Jenis Proyek ... 7

2.1.4. Tahap Kegiatan Proyek ... 9

2.2. Penjadwalan Proyek ... 11

2.2.1. Diagram Batang (Gantt Chart) ... 11

2.2.2. Kurva-S (Curve-S) ... 13

2.2.3. Jaringan Kerja (Network Planning) ... 15

2.2.3.1. Diangram Jaringan Kerja ... 17

2.2.3.2. Metode Jaringan Kerja... 20

2.3. Program Microsoft Project ... 25

(7)

2.4. Rancangan Anggaran Biaya (RAB) ... 28

2.5. Percepatan Waktu Proyek (Crashing) ... 30

2.5.1. Pengertian Crashing ... 30

2.5.2. Langkah-langkah dalam Metode Percepatan (Crashing) ... 31

2.6. Produktivitas Tenaga Kerja ... 32

2.7. Kerja Lembur ... 34

2.8. Tenaga Kerja... 35

2.9. Hubungan Biaya dan Waktu ... 37

2.10. Penelitian Terdahulu ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Objek Penelitian ... 41

3.2. Tahapan Penelitian ... 41

3.3. Flowchart Penelitian ... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Data Umum Proyek ... 44

4.2. Deskripsi Pekerjaan... 46

4.3. Penentuan Jalur Kritis ... 48

4.4. Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja ... 51

4.5. Analisa Produktivitas Tenga Kerja (Resource) ... 53

4.6. Analisa Percepatan Durasi Penyelesaian Proyek ... 53

4.6.1. Analisa Penambahan Tenaga Kerja ... 54

4.6.2. Analisa Penambahan Jam Kerja Lembur ... 57

4.7. Pembahasan ... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva-S ... 15

Gambar 2.2 Simbol Kejadian ... 21

Gambar 2.3 Simbol Antar Kejadian ... 22

Gambar 2.4 Diagram CPM ... 22

Gambar 2.5 Sebuah kegiatan harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan lain dimulai... 22

Gambar 2.6 Tiga kegiatan harus diselesaikan lebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai... 23

Gambar 2.7 Dua kegiatan harus dimulai terlebih dahulu sebelum dua kegiatan lain dimulai... 23

Gambar 2.8 Dua kegiatan harus selesai terlebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai dan kegiatan lain dapat dimulai jika salah satu dari dua kegiatan sudah selesai ... 23

Gambar 2.9 Kegiatan yang menggunakan dummy ... 23

Gambar 2.10 Contoh Diagram CPM ... 25

Gambar 2.11 FS (Finish to Start) ... 27

Gambar 2.12 FF (Finish to Finish) ... 27

Gambar 2.13 SS (Start to Start) ... 27

Gambar 2.14 SF (Start to Finish) ... 27

Gambar 2.15 Grafik Indeks Penurunan Produktivitas Jam Lembur... 34

Gambar 2.16 Hubungan Waktu-Biaya Total, Biaya Tidak Langsung, Biaya Langsung dan Biaya Optimal ... 37

Gambar 2.17 Hubungan Waktu-Biaya Normal dan Dipersingkat dalam Suatu Kegiatan ... 38

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Durasi Proyek Normal dan Sesudah Crashing ... 64

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Biaya Upah Tenaga Kerja Normal dan Sesudah Crashing ... 64

Gambar 4.3 Perbandingan Waktu dan Biaya Pada Kondisi Normal, Tambah Tenaga Kerja dan Lembur ... 65

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh penjadwalan proyek dengan gantt chart ... 13

Tabel 4.1 Rencana anggaran biaya proyek ... 45

Tabel 4.2 Daftar upah pekerjaan pada proyek ... 45

Tabel 4.3 Uraian Kegiatan Proyek pada Pekerjaan Pembangunan ... 46

Tabel 4.4 Pekerjaan yang berada pada jalur kritis ... 50

Tabel 4.5 Kebutuhan tenaga kerja ... 52

Tabel 4.6 Rekapitulasi Perbandingan Biaya dan Durasi ... 63

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Tabel Lampiran 2 Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja Tabel Lampiran 3 Analisa Penambahan Tenaga Kerja

Tabel Lampiran 4 Produktivitas Tenaga Kerja Akibat Penambahan Jam Lembur

Tabel Lampiran 5 Analisa Penambahan Jam Kerja Lembur Lampiran 6 Daftar Harga Satuan Upah dan Bahan Lampiran 7 Analisa Biaya Konstruksi

Lampiran 8 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Lampiran 9 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) Lampiran 10 Time Schedule Rencana

Lampiran 11 Time Schedule Terbaru Lampiran 12 Gambar Proyek

(11)

ABSTRAK

Dalam proses pembangunan sebuah proyek konstruksi kerap terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti keterlambatan pekerjaan pada proyek.

Keterlambatan pekerjaan proyek dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh cuaca, kurangnya tenaga kerja, suplai material yang terlambat atau terganggu, kurangnya ketersediaan peralatan yang digunakan, maupun dari pihak- pihak yang terlibat dalam proyek. Maka dari itu, diperlukan alternatif yang dapat digunakan untuk mempercepat penyelesaian proyek. Alternatif tersebut dapat berupa penambahan tenaga kerja, penambahan jam lembur, penambahan atau penggunaan alat yang lebih produktif, maupun penggunaan metode konstruksi yang lebih cepat.

Dalam penelitian ini akan menganalisa durasi dan biaya penyelesaian proyek pada proyek pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, menggunakan metode Crashing dengan alternatif penambahan tenaga kerja dan jam kerja (lembur). Maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya proyek yang lebih ekonomis untuk mempercepat durasi proyek.

Diketahui total upah tenaga kerja proyek tersebut dalam kondisi normal ialah sebesar Rp. 96.074.700,00 dengan durasi pelaksanaan pekerjaan bangunan proyek selama 66 hari kerja. Dari hasil analisa pada penelitian ini diperoleh total upah tenaga kerja dengan alternatif penambahan tenaga kerja sebesar Rp.

113.632.675,00 dengan durasi pelaksanaan pekerjaan bangunan proyek selama 56 hari kerja atau lebih cepat 15,15% dari durasi normal. Sedangkan total upah tenaga kerja dengan alternatif penambahan jam kerja (lembur) sebesar Rp.

142.723.687,28 dengan durasi pelaksanaan pekerjaan bangunan proyek selama 56 hari kerja atau lebih cepat 15,15% dari durasi normal.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alternatif yang lebih ekonomis untuk menyelesaikan proyek ialah penambahan tenaga kerja karena lebih hemat Rp. 29.091.012,28 dari penambahan jam kerja (lembur).

Kata Kunci : Percepatan Proyek, Metode Crashing, Tenaga Kerja, Lembur

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen penjadwalan sangat diperlukan untuk mengatur kegiatan dalam suatu proyek. Penjadwalan pekerjaan suatu proyek disusun agar pelaksanaan proyek mencapai target waktu yang telah ditentukan. Penjadwalan juga berguna untuk mengatur jumlah tenaga kerja, material dan aliran dana yang digunakan untuk keberlangsungan proyek. Sehingga penjadwalan sangat dibutuhkan karena mengatur seluruh kegiatan proyek.

Penyebab keterlambatan suatu proyek konstruksi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh cuaca, kurangnya tenaga kerja, suplai material yang terlambat atau terganggu, kurangnya ketersediaan peralatan yang digunakan, maupun dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek. Proyek Pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman memiliki banyak kegiatan.

Kegiatan-kegiatan dalam proyek tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Dalam hubungan kegiatan tersebut akan membentuk beberapa lintasan.

Lintasan dengan total durasi pekerjaan paling panjang disebut sebagai lintasan kritis. Sehingga dari lintasan tersebut dijadikan pedoman proyek tersebut dimulai dan akhirnya selesai.

Lintasan kritis dalam suatu proyek tidak boleh mengalami keterlambatan.

Hal tersebut dapat mempengaruhi seluruh pekerjaan dalam proyek tersebut yang akhirnya akan menyebabkan penyelesaian suatu proyek akan bergeser dari waktu yang sudah direncanakan. Keterlambatan yang melebihi batas akan dikenakan sanksi yang berupa denda sebesar 10/00 (satu permil) dari nilai kontrak atau nilai bagian kontrak per-harinya, menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 Pasal 79 ayat 4.

Sehingga diperlukan upaya untuk memperpendek durasi proyek.

Salah satu usaha untuk memperpendek durasi proyek adalah dengan melakukan percepatan proyek. Upaya untuk menganalisa biaya dan waktu untuk melakukan percepatan salah satunya dengan metode Crashing. Proses crashing adalah cara melakukan perkiraan dari variabel cost dalam menentukan pengurangan durasi yang paling maksimal dan paling ekonomis dari suatu

(13)

kegiatan yang masih mungkin untuk direduksi (Dimyati & Nurjaman, 2014).

Metode Crashing melakukan percepatan pada pekerjaan yang berada pada lintasan kritis. Dengan metode Crashing, dapat dianalisa sejauh mana durasi proyek tersebut dapat dipercepat dengan kenaikan biaya yang tidak terlalu besar.

Kenaikan biaya yang terjadi setiap harinya dapat ditampilkan dalam grafik cost slope. Dari grafik tersebut dapat ditentukan pekerjaan yang dipercepat dengan kenaikan biaya yang tidak terlalu besar. Untuk menentukan pekerjaan yang tepat yang akan dipercepat dengan kenaikan biaya yang tidak terlalu besar, maka dipilihlah pekerjaan dengan nilai cost slope yang terkecil untuk dilakukan percepatan.

Pada tugas akhir ini objek penelitian yang akan ditinjau adalah Pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman yang berada di Stabat Kabupaten Langkat. Pembangunan konstruksi proyek tersebut dilaksanakan dalam kurun waktu 90 hari kalender. Proyek Pembangunan ini dipilih karena mengalami keterlambatan dalam pelaksanaannya yang diperoleh berdasarkan wawancara dan kurva-s terbaru pekerjaan proyek, serta untuk mengantisipasi sanksi denda yang dikenakan jika keterlambatan terus berlangsung. Pada tugas akhir ini akan digunakan metode Crashing dengan mempercepat jalur kritis sebagai upaya mempercepat pekerjaan proyek dengan alternatif penambahan tenaga kerja atau durasi kerja (lembur).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah langkah yang penting untuk membatasi masalah yang akan diteliti. Masalah adalah bagian pokok dari kegiatan penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu :

1. Berapa total waktu dan biaya penyelesaian proyek setelah dilakukan Crashing dengan alternatif penambahan tenaga kerja dan durasi kerja ? 2. Apa alternatif yang lebih ekonomis untuk menyelesaikan proyek ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :

(14)

1. Menganalisa pelaksanaan proyek guna mengetahui total waktu dan biaya penyelesaian proyek setelah dilakukan Crashing dengan alternatif penambahan tenaga kerja dan durasi kerja.

2. Menganalisa alternatif yang digunakan untuk mengetahui biaya yang lebih ekonomis untuk menyelesaikan proyek.

1.4 Batasan Masalah

Dalam penyelesaian penelitian ini tentunya banyak parameter yang berkaitan dan perlu dilakukan batasan masalah yang hanya dilakukan dalam tugas akhir ini. Adapun batasan masalah tersebut antara lain :

1. Pengambilan data berasal dari proyek Pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman di Stabat Kabupaten Langkat.

2. Penelitian hanya berfokus pada proyek yang mengalami keterlambatan tanpa memperhitungkan denda yang akan dikenakan.

3. Hanya mempercepat pekerjaan yang berada pada jalur kritis.

4. Percepatan proyek menggunakan alternatif penambahan tenaga kerja (15%

dari jumlah tenaga kerja) atau durasi kerja (lembur) selama 2 jam.

5. Analisa harga satuan yang digunakan sesuai dengan proyek Pembangunan Aula Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman.

6. Penjadwalan dengan menggunakan Microsoft Project 2016 untuk mengetahui lintasan kritis dan non-kritis.

7. Hanya mempercepat pada pekerjaan bangunan, tidak termasuk pekerjaan persiapan dan pekerjaan lain-lain.

8. Mengabaikan meningkatnya kebutuhan material yang kemungkinan disebabkan oleh penambahan tenaga kerja.

9. Diasumsikan kondisi lingkungan proyek dan cuaca selama pelaksanaan proyek mendukung (cuaca baik : tidak hujan).

10. Biaya overhead dan pajak PPN 10% dari proyek tidak diperhitungkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

(15)

1. Memberikan wawasan mengenai penerapan ilmu manajemen konstruksi khususnya percepatan proyek dengan metode Crashing.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam merencanakan dan mengendalikan pekerjaan proyek yang akan atau sedang berlangsung.

3. Membantu pihak-pihak yang membutuhkan informasi untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tinjauan pustaka bagi teori-teori yang mendasari, relevan dan terkait dengan subjek dan permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan Tugas Akhir. Berfungsi sebagai dukungan informasi dasar bagi orientasi penelitian ke arah pemecahan masalah dan memberikan dukungan terhadap analisis dan argumentasi peneliti.

BAB III. METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi gambaran umum tempat penelitian, data yang diperlukan, metode yang digunakan dan tahapan analisa data.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi analisa dan hasil penelitian biaya dan waktu percepatan proyek dapat dilakukan dengan alternatif penambahan pekerja atau durasi kerja dengan menginterpretasi dan membandingkan pokok-pokok temuan dari teori yang digunakan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan waktu optimum penyelesaian proyek dan perbandingan biaya antara alternatif penambahan pekerja atau durasi kerja serta beberapa saran berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proyek

2.1.1. Pengertian Proyek

Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor–faktor produksi guna menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP, 2003). Suatu proyek merupakan upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu serta harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan (Dipohusodo, 1996).

Proyek memiliki produk akhir (output) berupa jasa atau barang yang diperoleh dari hasil transfomasi/pengolahan sumber daya (input). Proses transformasi/pengolahan input menjadi output dilaksanakan selama jangka waktu tertentu/terbatas dengan biaya dan kualitas yang telah ditetapkan di dalam surat perjanjian (kontrak) kerja. Produk dari sebuah proyek harus memiliki nilai teknis, nilai ekonomi, nilai sosial, manfaat (benefit) dan dampak (impact) yang setara dengan atau lebih besar dari input proyek itu sendiri (Malik, 2010).

Proyek juga dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktivitas/kegiatan yang saling berhubungan satu dengan lainnya ditandai dengan adanya titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, bersifat lintas fungsi organisasi yang membutuhkan berbagai macam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Kegiatan atau tugas yang dilaksanakan pada proyek berupa pembangunan/perbaikan sarana fasilitas (gedung, jembatan, jalan, bendungan dan sebagainya) atau bisa juga berupa kegiatan penelitian.

Dalam suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu (Kerzner, 2006). Pada umumnya, mutu konstruksi merupakan elemen dasar yang harus dijaga agar menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan perencanaan. Namun demikian, pada kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu pelaksanaan (Proboyo, 1999; Tjaturono, 2004). Dengan demikian, seringkali efisiensi dan

(17)

efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. Hal ini mengakibatkan pengembang akan kehilangan nilai kompetitif dan peluang pasar (Mora dan Li, 2001).

Dalam pelaksanaan proyek, bagi para penyelenggara proyek terutama pelaksana/pemborong hendaknya dapat melaksanakan tugas secara professional dalam menyediakan seluruh faktor-faktor produksi atau sumber daya yang diperlukan oleh suatu proyek agar tercapainya standar mutu yang disyaratkan serta biaya dan waktu yang telah ditetapkan.

Proyek dalam pelaksanaannya sering terjadi masalah baik teknis maupun administrasi yang pada akhirnya proyek tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak. Salah satu penyebab umum dari kesulitan dalam melaksanakan proyek adalah keterlambatan penyediaan alat/material proyek, kualitas tenaga kerja yang buruk, mobilisasi sumber daya yang lambat, hasil pekerjaan yang harus diulang/diperbaiki karena cacat/salah, kurangnya koordinasi dan pengawasan antara pekerja dan pemilik proyek, kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja dan lain sebagainya.

Di Indonesia yang mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan akan sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi yang harus diperhitungkan, terutama pekerjaan gedung dan jembatan yang sangat rawan dilaksanakan pada musim hujan. Hal ini akan menuntun kearah situasi yang tidak menguntungkan apabila ternyata musim hujan tidak sesuai yang diperkirakan maka waktu penyelesaian proyek dapat terganggu.

Apapun alasannya perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi harus dihindarkan, kecuali memenuhi alasan yang dapat diterima sesuai dengan kontrak seperti pekerjaan tambahan, perubahan desain, keadaan diluar kehendak seperti bencana alam dan sebagainya.

Keterbatasan waktu dalam kegiatan proyek pelaksanaan konstruksi semata- mata mengingat pada :

 Biaya investasi proyek yang dikeluarkan agar cepat kembali.

 Batasan waktu berlakunya anggaran untuk dana APBN/APBD dan batas waktu berakhirnya masa pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan bagi dana pinjaman Bantuan Luar Negeri (BLN).

(18)

Proyek mempunyai tujuan atau ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan secara jelas, berdasarkan persyaratan teknis dan administrasi yang sudah disiapkan. Biasanya proyek dilaksanakan oleh suatu organisasi penyelenggara proyek yang sifatnya sementara dan akan dibubarkan setelah proyek selesai.

Sedangkan suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang atau kegiatan yang merupakan aktivitas sehari-hari/rutin, biasanya bukan merupakan suatu tugas atau kegiatan yang disebut proyek.

2.1.2. Ciri-ciri Proyek

Secara umum terdapat beberapa ciri-ciri proyek, yaitu :

1. Proyek mempunyai tujuan yaitu menghasilkan barang dan jasa.

2. Proyek memiliki batasan waktu, biaya dan kualitas tertentu.

3. Proyek memerlukan input berupa faktor-faktor produksi atau sumber daya seperti modal, lahan/lokasi, material, peralatan, teknologi, tenaga pegawai dan kepemimpinan.

4. Proyek mempunyai tahapan kegiatan yang berbeda-beda dengan pola di awal sedikit, berkembang semakin banyak, menurun dan berhenti.

5. Proyek memiliki sifat yang dinamis dalam pelaksanaannya yang artinya bentuk yang terus berubah dan berkembang.

6. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan produk rutin/berulang (pabrikasi).

2.1.3. Jenis Proyek

Proyek konstruksi berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia dan kemajuan teknologi. Bidang-bidang kehidupan manusia yang semakin beragam menuntut industri jasa konstruksi membangun proyek-proyek konstruksi sesuai dengan keragaman bidang tersebut. Sehingga jenis- jenis proyek secara umum dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu :

1. Proyek konstruksi bangunan gedung (Building Construction)

Proyek konstruksi bangunan gedung mencakup bangunan gedung perkantoran, sekolah, pertokoan, rumah sakit, rumah tinggal dan

(19)

sebagainya. Biasanya perencanaan untuk proyek bangunan gedung lebih lengkap dan detail karena berskala besar.

2. Proyek bangunan perumahan/pemukiman (Residential Contrucion/Real Estate)

Proyek pembangunan perumahan/pemukiman dibedakan dengan proyek bangunan gedung secara rinci yang didasarkan pada klase pembangunannya bersama-sama dengan penyerahan prasarana-prasarana penunjangnya, jadi memerlukan perencanaan infrastruktur dari perumahan tersebut (jaringan transfusi, jaringan air dan fasilitas lainnya).

3. Proyek konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction)

Konstruksi rekayasa berat pada umumnya adalah proyek-proyek yang bersifat infrastruktur seperti proyek bendungan, jalan raya, jembatan, terowongan, jalan kereta api, pelabuhan dan lainnya. Jenis proyek ini umumnya berskala besar dan membutuhkan teknologi tinggi.

4. Proyek konstruksi industri (Industrial Contruction)

Proyek konstruksi yang termasuk dalam jenis ini biasanya proyek industri yang membutuhkan spesifikasi dan persyaratan khusus seperti untuk kilang minyak, industri berat/industri dasar, pertambangan, nuklir dan sebagainya.

Perencanaan dan pelaksanaan membutuhkan ketelitian dan keahlian/teknologi yang spesifik.

Menurut Soeharto (1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi : 1. Proyek Engineering-Konstruksi

Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan kosntruksi.

2. Proyek Engineering-Manufaktur

Bertujuan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.

3. Proyek Penelitian dan Pengembangan

Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.

(20)

4. Proyek Pelayanan Manajemen

Proyek pelayaan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen.

5. Proyek Kapital

Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk ivestasi.

6. Proyek Radio-Telekomunikasi

Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya yang minimal.

7. Proyek Konservasi Bio-Diversity

Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan.

2.1.4. Tahap Kegiatan Proyek

Tahap kegiatan proyek merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan proses sebuah proyek dapat terlaksana hingga tujuan akhir proyek tercapai. Terdapat tahapan kegiatan utama yang dilakukan dalam proyek yaitu (Dimyati & Nurjaman, 2014) :

1. Tahap Inisiasi

Tahap inisiasi proyek merupakan tahap awal kegiatan proyek sejak sebuah proyek disepakati untuk dikerjakan. Pada tahap ini, permasalahan yang ingin diselesaikan akan diidentifikasi hingga menghasilkan solusi-solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Sebuah studi kelayakan dapat dilakukan untuk memilih sebuah solusi yang memiliki kemungkinan terbesar untuk direkomendasikan sebagai solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika sebuah solusi telah ditetapkan, maka seorang manajer proyek akan diunjuk untuk membentuk tim proyek.

2. Tahap Perencanaan

Ketika ruang lingkup proyek telah ditetapkan dan tim proyek terbentuk, maka aktivitas proyek dapat mulai memasuki tahap perencanaan. Pada tahap ini, dokumen perencanaan akan disusun secara terperinci sebagai panduan bagi tim proyek selama kegiatan proyek berlangsung atau disebut

(21)

dokumen kontrak. Adaput aktivitas yang akan dilakukan pada tahap ini adalah membuat dokumen project plan, communication plan, procurement plan, resource plan, financial plan, risk plan, acceptance plan, contrat supplier dan perform phare review.

3. Tahap Eksekusi (Pelaksanaan Proyek)

Setelah perencanaan proyek jelas dan terperinci, maka aktivitas proyek siap untuk memasuki tahap eksekusi atau pelaksanaan proyek. Pada tahap ini, deliverables atau tujuan proyek secara fisik akan dibangun. Seluruh aktivitas yang terdapat dalam dokumen project plan akan direalisasikan.

Sementara kegiatan pelaksanaan berlangsung, beberapa proses manajemen perlu dilakukan guna memantau dan mengontrol penyelesaian deliverables sebagai hasil akhir proyek.

4. Tahap Penutupan

Tahap ini merupakan akhir dari aktivitas proyek. Pada tahap ini, hasil akhir proyek (deliverables project) beserta dokumentasinya diserahkan kepada pemilih proyek, kontak dengan supplier diakhiri, tim proyek dibubarkan dan memberikan laporan kepada semua stakeholder yang menyatakan bahwa kegiatan proyek telah selesai dilaksanakan. Langkah akhir yang perlu dilakukan pada tahap ini yaitu melakukan post implementation review untuk memastikan bahwa setiap aspek kegiatan telah selesai dilakukan secara baik dan sesuai dengan prosedur, pengendalian dan sistem pengawasan. Serta mengetahui tingkat kesuksesan atau kegagalan dari sebuah proyek sebagai pelajaran untuk proyek-proyek berikutnya.

5. Organisasi proyek

Tahap ini merupakan tahapan sebuah proyek sebelum akan ditutup (penyelesaian). Meskipun demikian, tidak semua proyek akan melalui setiap tahap, artinya proyek dapat dihentikan sebelum mencapai penyelesaian. Beberapa proyek tidak mengikuti perencanaan terstruktur atau proses pemantauan. Beberapa proyek akan melalui langkah 2, 3 dan 4 beberapa kali.

(22)

2.2. Penjadwalan Proyek

Secara umum setiap proyek membutuhkan suatu penjadwalan dalam tahapan fase perencanaan, secara singkat penjadwalan proyek merupakan suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu pelaksanaan dari item pekerjaan serta alokasi sumber daya yang akan digunakan (material, man power, equipmen) selama proses konstruksi. Jenis penjadwalan proyek dapat berupa penjadwalan diagram batang (gantt chart), kurva-s (curve-s) dan jaringan kerja (network planning).

2.2.1. Diagram Batang (Gantt Chart)

Gantt chart merupakan diagram perencanaan berbentuk batang/balok yang digunakan untuk penjadwalan sumber daya dan alokasi waktu yang dapat membantu penggunanya untuk memastikan bahwa semua kegiatan telah direncanakan, urutan kinerja telah diperhitungkan, perkiraan waktu kegiatan telah tercatat dan keseluruhan waktu proyek telah dibuat (Heizer & Render, 2006).

Dalam gantt chart terdapat bobot pekerjaan tiap kegiatan menurut Bachtiar Ibrahim (1993) yang dapat dihitung dengan rumus :

Persentase bobot pekerjaan (WF) = Anggaran tiap pekerjaan

Total anggaran x 100% (2.1)

Terdapat keuntungan dalam menggunakan gantt chart, yaitu :

1. Gantt chart secara umum dikenal sebagai alat fundamental yang mudah diterapkan oleh manajer proyek untuk mempermudah mengetahui waktu dimulai dan selesainya kegiatan-kegiatan dan sub-kegiatan dari proyek.

2. Gantt chart digunakan untuk penjadwalan sederhana maupun proyek berskala besar.

3. Gantt chart juga dapat digunakan untuk penjadwalan operasi yang berulang.

4. Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan.

(23)

Beberapa kelemahan dalam menggunakan gantt chart, yaitu :

1. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan suatu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.

2. Sulit mengadakan penyesuaian dan perbaikan/pembaharuan bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok baru.

Langkah-langkah membuat gantt chart, yaitu :

1. Daftarkan seluruh item kegiatan pekerjaan yang ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.

2. Urutankan kegiatan dari daftar kegiatan tersebut diatas, disusun urutan pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian, dan tidak mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan pekerjaan secara bersamaan.

3. Menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatan sampai seluruh kegiatan berakhir.

4. Menentukan bobot persentase pekerjaan dari persamaan 2.1.

5. Membagi bobot persentasi pekerjaan dengan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.

6. Membuat tabel kumulatif dari persentasi pekerjaan persatuan waktu yang direncanakan sampai proyek selesai 100%.

(24)

Contoh penjadwalan proyek dengan menggunakan diagram batang (gantt chart) dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Contoh penjadwalan proyek dengan gantt chart

No. Deskripsi Kegiatan

Nilai (Rp.)

Durasi Minggu

Bobot (%)

Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Pekerjaan

persiapan 1.000.000 2 2,22 1,11 1,11

2. Pekerjaan galian

tanah 500.000 2 1,11 0,56 0,56

3. Pekerjaan pondasi 1.500.000 3 3,33 1,11 1,11 1,11

4. Pekerjaan beton

bertulang 10.000.000 2 22,22 1,11 1,11

5. Pekerjaan

pasangan/plesteran 2.000.000 3 4,44 1,48 1,48 1,48

6. Pekerjaan pintu

jendela 6.000.000 2 13,33 6,67 6,67

7. Pekerjaan atap 7.000.000 2 15,56 7,78 7,78

8. Pekerjaan langit-

langit 2.000.000 2 4,44 2,22 2,22

9. Pekerjaan lantai 5.000.000 2 11,11 5,56 5,56

10. Pekerjaan finishing 10.000.000 2 22,22 11,11 11,11

Jumlah 45.000.000 100,00

Progres perminggu (%) 1,11 1,67 1,67 12,22 13,70 8,15 15,93 15,56 18,89 11,11 Progres kumulatif (%) 1,11 2,78 4,44 16,67 30,37 38,52 54,44 70,00 88,89 100,00

(Sumber : Ervianto, 2005)

2.2.2. Kurva-S (Curve-S)

Kurva-S adalah pengembangan dan penggabungan dari diagram batang dan Hannum Curve. Kurva-S digunakan untuk mengungkapkan dan menggambarkan nilai-nilai kuantitas dalam hubungan dengan waktu. Kurva-S menggambarkan secara kumulatif kemajuan pelaksanaan proyek, kriteria atau ukuran kemajuan proyek yang dapat berupa bobot presentasi pelaksanaan proyek, nilai uang yang dikeluarkan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, penggunaan sumber daya, waktu pelaksanan kegiatan dan lainnya.

Sumbu-x pada kurva menunjukkan parameter waktu sedangkan sumbu-y menunjukkan nilai kumulatif persentase (%) bobot pekerjaan.

(25)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan benruk S pada Kurva-S, yaitu : 1. Pada tahap awal kurva agak landai, hal ini dikarenakan pada tahap awal

kegiatan proyek relatif sedikit dan kemajuan pada awalnya bergerak lambat.

2. Pada tahap ini terdapat banyak kegiatan proyek yang dikerjakan dengan volume yang lebih banyak dan bergerak cepat dalam kurun waktu yang lebih lama.

3. Pada tahap akhir kecepatan kemajuan menurun dan berhenti pada titik akhir yang ditandai dengan telah selesainya seluruh kegiatan proyek.

Ada beberapa manfaat dari kurva-S yang dapat diaplikasikan pada proyek, yaitu :

1. Menganalisis kemajuan dan dana proyek secara keseluruhan.

2. Sebagai bahan yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Method).

3. Sebagai bahan dan acuan untuk mereview dan membuat program kerja pelaksanaan proyek dalam satuan waktu mingguan atau bulanan. Biasanya untuk melakukan percepatan waktu penyelesaian seproyek.

4. Sebagai dasar perhitungan eskalasi proyek.

5. Sebagai dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro.

6. Sebagai alat bantu dalam menghitung cash flow.

7. Sebagai acuan untuk menyiapkan rancangan gambaran kerja, menyusun pengajuan pembelian bahan material, menyiapkan alat maupun tenaga kerja.

(26)

Bentuk kurva-s dari kegiatan awal, puncak hingga akhir dapat ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Kurva-S (Sumber : Imam Soeharto, 1999)

Tahapan-tahaan dalam pembuatan kurva-s adalah sebagai berikut : 1. Menghitung biaya tiap pekerjaan dan total proyek.

2. Menyusun pembobotan untuk tiap pekerjaan.

3. Menyusun bobot kumulatif dari seluruh pekerjaan.

4. Memplotkan kurva-S ke dalam diagram batang.

2.2.3. Jaringan Kerja (Network Planning)

Jaringan kerja (network planning) adalah suatu metode yang banyak digunakan dalam penyelenggaraan proyek, yang produknya berupa informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam diagram jaringan kerja tersebut.

Dengan perencanaan jaringan kerja dapat dilakukan analisa terhadap jadwal waktu penyelesaian proyek, probabilitas penyelesaian proyek, masalah yang timbul selama pekerjaan proyek yang mengakibatkan keterlambatan, serta biaya yang diperlukan untuk mempercepat penyelesaian proyek. (Herjanto, 2007).

Menurut Prasetya at al. (Pramodyaha, 2013) menyatakan bahwa dalam perencanaan proyek menggunakan metode network planning sangat membantu dalam :

1. Perencanaan suatu proyek yang kompleks.

(27)

2. Menentukan trade-off (kemungkinan pertukaran) waktu dan biaya.

3. Menjadwalkan/shedulling pekerjaan dalam urutan yang praktis dan efisien.

4. Menentukan probabilitas penyelesaian suatu proyek.

5. Mengadakan pembagian kerja kepada tenaga kerja serta dana yang tersedia.

Metode jaringan kerja memungkinkan aplikasi konsep management by exception, karena metode tersebut dengan jelas mengidentifikasi kegiatan- kegiatan yang bersifat kritis bagi proyek, terutama dalam aspek jadwal dan perencanaaan. Umumnya kegiatan kritis tidak lebih dari 20% total kegiatan proyek, sehingga pengolah dapat memberikan prioritasnya (Soeharto, 1999).

Secara umum jaringan kerja memiliki beberapa fungsi, yaitu : 1. Menggambarkan interelasi kegiatan dengan urutan yang logis.

2. Mengidentifikasi unsur-unsur kritis secara mudah.

3. Mendeteksi masalah-masalah yang gawat.

Menurut Soeharto (1999), jaringan kerja memilik beberapa kelebihan dibandingkan metode bagan balok dalam hal penyusunan jadwal. Sehingga memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Mengetahui perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek.

2. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang bersifat kritis yang berhubungan dengan waktu penyelesaian proyek.

3. Mengetahui pengaruh terhadap sasaran jadwal penyelesaian proyek secara menyeluruh apabila terjadi keterlambatan dalam suatu pelaksanaan kegiatan.

4. Dapat digunakan untuk menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki banyak komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks.

5. Dapat membuat perkiraan jadwal proyek yang paling ekonomis.

6. Mengusahakan fluktuasi penggunaan sumber daya yang minimal.

(28)

Dalam perencanaan proyek ada 3 tahap kegiatan, yaitu :

1. Membuat uraian kegiatan-kegiatan, menyusun logika urutan kejadian- kejadian, menentukan syarat-syarat pendahuluan, menguraikan interelasi dan interdependensi antara kegiatan-kegiatan.

2. Penaksiran waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan, menegaskan kapan suatu kegiatan dimulai dan berakhir, secara keseluruhan kapan proyek selesai.

3. Menetapkan alokasi biaya dan peralatan guna pelaksanaan tiap kegiatan, meskipun pada hakekatnya hal ini tidak begitu penting.

Tiga tahap perencanaan proyek ini akan menghasilkan satu tabel yang terutama memuat daftar kegiatan, logika ketergantungan dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan.

2.2.3.1. Diagram Jaringan Kerja

Menurut Herjanto (2006), untuk memahami teori jaringan kerja memerlukan beberapa lambang khusus untuk memberikan keterangan yang jelas tentang proyek, yaitu:

Anak panah (arrow) menggambarkan arah kegiatan, sehingga dapat diketahui kegiatan terdahulu (predecessor) dan kegiatan yang mengikuti (sucessor) dengan arah kekanan (positif). Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu (duration) dengan pamakaian sejumlah sumber seperti manusia, alat, bahan dan dana. Pada umumnya kegiatan diberi kode huruf besar A, B dan seterusnya.

Lingkaran kecil (node) menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa. Setiap kegiatan biasanya selalu dimulai dengan peristiwa mulainya kegiatan dan diakhiri dengan peristiwa selesainya kegiatan tersebut. Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1, 2, 3 dan seterusnya yang disebut nomor kejadian.

 Anak panah putus-putus, menyatakan kegiatan semu (dummy). Dummy berguna untuk membatasi mulainya kegiatan atau menunjukkan suatu ketergantugan. Dummy sebagai pemberitahuan bahwa terjadi perpindahan satu kejadian ke kejadian lain pada saat yang sama.

(29)

1 2 3

A

B

C

A

B

C

D

Oleh karena itu dummy tidak membutuhkan durasi dan tidak menghabiskan sumber daya.

Menurut Dimyati dan Dimyati (2011), untuk menggambarkan dan membaca network diagram yang saling ketergantungan logika, perlu diketahui hubungan antar simbol dan kegiatan yang ada dalam sebuah proyek. Adapun hubungan atau ketergantungan antar simbol dan kegiatan network planning adalah sebagai berikut :

1. A B Kegiatan B hanya dapat dimulai setelah kegiatan A selesai.

2. Kegiatan C hanya dapat dimulai setelah

kegiatan A dan B selesai. Kegiatan A dan B tidak boleh berlangsung bersama-sama.

Kegiatan A dan B berakhir pada kejadian yang sama.

3. Kegiatan C dan D dapat dimulai setelah

kegiatan A dan B berakhir dan selesai pada kejadian yang berbeda.

4. Dua kejadian yang saling bergantung yang

dihubungkan dengan dummy.

5. Bila ada dua kejadian berbeda yang mulai pada kejadian yang sama dan berakhir pada kejadian yang sama pula, maka kegiatan tersebut tidak boleh berimpit.

6. Dalam suatu jaringan kerja tidak boleh terjadi suatu loop atau arus putar.

7. Nomor kejadian terkecil adalah nomor dari kejadian awal, sedangka nomor kejadian terbesar adalah nomor kejadian akhir. Nomor kejadian ditulis di dalam lingkaran kejadian.

8. Tiap kegiatan diberi kode berupa huruf besar atau kode simbol (i,j), dimana i menyatakan nomor kejadian dan j menyatakan nomor kejadian akhir.

1

2

3 4

1

2

3

4

5

1

2

3 4

(30)

Menurut Soeharto (1999), sistematika lengkap dari proses penyusunan jaringan kerja dapat digambarkan sebagai analisa 5 langkah sebagai berikut : 1. Langkah Pertama

Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek untuk selanjutnya diuraikan dan memecahkanya menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok kegiatan yang merupakan komponen proyek. Tujuan pemecahan ini adalah untuk meningkatkan akurasi perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek. Hasil lain dari pemecahan ini adalah mempertajam analisi ketergantungan antar kegiatan. Karena dengan semakin terincinya pemecahan, akan semakin banyak variasi hubungan ketergantungan yang terbuka dan bisa dianalisi lebih dalam.

2. Langkah Kedua

Menyusun kembali komponen-komponen yang sudah dipisah-pisahkan, menjadi mata rantai dengan urutan yang sesuai dengan logika ketergantunga. Urutan ini dapat berbentuk seri dan/atau paralel.

Ada dua macam ketergantungan antar kegiatan, yaitu : a. Ketergantungan alamiah

Sebagian besar ketergantungan disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri. Misalnya, kegiatan pengerjaan pondasi harus dilakukan setelah pekerjaan galian dilaksanakan terlebih dahulu.

b. Ketergantungan sumber daya

Merupakan jenis lain dari ketergantungan antar kegiatan. Misalnya, pekerjaan podasi tidak dapat dilakukan bersamaan dengan kejadian pabrikasi kerangka atap karena kurangnya tenaga kerja, sehingga harus dilakukan secara seri.

3. Langkah Ketiga

Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari penguraian lingkup proyek seperti tersebut pada langkah pertama. Yang dimaksud dengan kurun waktu kegiatan adalah lama waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir. Kurun waktu atau durasi suatu kegiatan dihitung dengan rumus :

Kurun waktu = Jam - orang penyelesaian pekerjaan

(2.2)

(31)

4. Langkah Keempat

Mengidentifikasikan jalur kritis (critical path) dan float pada jaringan kerja. Jalur kritis adalah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup proyek, yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Kegiatan yang berada pada jalur ini disebut kegiatan krisis. Sedangkan float adalah tenggang waktu suatu kegiatan tertentu yang non-kritis dari proyek.

5. Langkah Kelima

Bila semua langkah-langkah di atas telah diselesaikan, dilanjutkan dengan usaha-usaha meningkatkan daya guna dan hasil guna pemakaian sumber daya, yang meliputi kegiatan sebagai berikut :

a. Menentukan jadwal yang paling ekonomis.

b. Meminimalkan fluktuasi pemakaian sumber daya.

Setelah tersusun rencana dan jadwal proyek yang cukup realiatis, kemudian dapat dipakai di antaranya sebagai tolak ukur atau alat pembanding dalam kegiatan pengendalian pada tahap implementasi fisik, yaitu dengan membandingkan antara perencanaan atau jadwal dengan hasil pelaksanaan nyata di lapangan.

2.2.3.2. Metode Jaringan Kerja

Metode jaringan kerja terdiri dari Critical Path Method (CPM). Critical Path Method (CPM) adalah metode yang menggunakan analisis jaringan untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berada pada jalur kritis (Antonio, 2002).

Sedangkan alur kritis adalah jalur yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan total jurnlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Makna jalur kritis penting bagi pelaksana proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebab keterlambatan proyek secara keseluruhan (Soeharto, 1999).

(32)

EET=Earliest Event Time

LET=Latest Event Time Kode

Kejadian

Beberapa manfaat CPM dalam kegiatan penjadwalan proyek, antara lain : 1. Memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.

2. Memetakan semua langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek dan mengidentifikasi jadwal untuk setiap prioritas dan urutanyang terlibat.

3. Menunjukkan hubungan tiap-tiap kegiatan terhadap keseluruhan proyek.

4. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.

5. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

6. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan cara mencermati hal-hal kritis pada proyek.

CPM menggunakan satu angka estimasi yang dalam praktek lebih banyak dipergunakan oleh kalangan industri atau proyek-proyek engineering konstruksi (Soeharto, 1999).

Perbedaan CPM dan PERT (Program Evaluation and Review Technique) yaitu PERT menggunakan activity oriented , sedangkan dalam CPM menggunakan event oriented. Pada activity oriented anak panah menunjukkan activity atau pekerjaan dengan beberapa keterangan aktivitasnya, sedangkan event oriented pada peristiwa merupakan pokok perhatian dari suatu aktivitas.

CPM sering disebut juga AOA (Activity On Arrow) yang terdiri dari anak panah dan lingkaran/segi empat. Anak panah menggambarkan kegiatan/aktivitas, sedangkan lingkaran/segi empat menggambarkan kejadian (event). Kejadian (event) di awal anak panah disebut node “I”, sedangkan kejadian (event) di akhir anak panah disebut node “J”. Grafik atau bagan yang terdiri dari simbol-simbol anak panah dan lingkaran/segi empat tersebut melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek.

Bentuk node yang umum digunakan dalam lingkaran CPM adalah sebagai berikut :

Gambar 2.2 Simbol Kejadian

(33)

Kegiatan durasi

KEJADIAN KEJADIAN

KEGIATAN

Gambar 2.3 Simbol Antar Kejadian (Sumber : Nugroho, 2007)

Bentuk jaringan kerja CPM secara sederhana dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Diagram CPM (Sumber : Baker, 2004)

Menurut Nugroho (2007), pada CPM terdapat logika ketergantungan antar kegiatan-kegiatan yang dinyatakan sebagai berikut:

1. Kegiatan A harus selesai sebelum kegiatan B dimulai.

A B

Gambar 2.5 Sebuah kegiatan harus diselesaikan dahulu sebelum kegiatan lain dimulai

(34)

A

C

D B

B D

A C

dummy

A

C B

2. Kegiatan A, B dan C harus selesai sebelum kegiatan D dapat dimulai.

Gambar 2.6 Tiga kegiatan harus diselesaikan lebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai

3. Kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C dan D.

Gambar 2.7 Dua kegiatan harus dimulai terlebih dahulu sebelum dua kegiatan lain dimulai

4. Kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan B telah selesai.

A C

B D

Gambar 2.8 Dua kegiatan harus selesai terlebih dahulu sebelum kegiatan lain dimulai dan kegiatan lain dapat dimulai jika salah satu dari dua kegiatan sudah

selesai

5. Kegiatan A, B, dan C mulai dan selesai pada lingkaran kejadian yang sama.

Gambar 2.9 Kegiatan yang menggunakan dummy.

3

(35)

Dalam CPM dikenal juga istilah aktivitas dummy (semu), digambarkan dengan garis putus-putus yang hubungan ketergantungan antara dua kegiatan, tidak memerlukan surnber daya dan tidak membutuhkan waktu (Gray, 2000).

Aktivitas ini digunakan dalam pembuatan diagram network hubungan antara aktivitas-aktivitas dapat digambarkan dengan benar.

Untuk menentukan nilai EET dan LET digunakan perhitungan maju dan mundur, yang dijelaskan di bawah ini :

1. Hitungan Maju

Perhitungan maju digunakan untuk menghitung Earliest Event Time (EET).

EETj = (EETi + dij) max (2.3)

Dimana :

EETi = (Earliest Event Time) waktu mulai paling cepat dari event i.

EETj = (Earliesi Event Time) waktu mulai paling cepat dari event j.

dij = Durasi untuk melaksanakan kegiatan antara event i dan event j.

Prosedur menghitung waktu mulai tercepat (EET) :

a. Tentukan nomor dari peristiwa-peristiwa dari kiri ke kanan, mulai dari peristiwa nomor 1 berturut-turut sampai dengan nomor maksimal.

b. Tentukan nilai EETi untuk peristiwa nomor satu (paling kiri) sama dengan nol.

c. Kemudian hitung nilai EETj peristiwa-peristiwa berikutnya dengan rumus di atas.

d. Apabila terdapat beberapa kegiatan (termasuk dummy) menuju atau dibatasi oleh peristiwa yang sama, maka diambil nilai EETj yang maksimum.

2. Hitungan Mundur

Perhitungan mundur digunakan untuk menghitung Latest Event Time (LET).

LETi = (LETj + dij) (2.4)

Dimana :

LETi = (Latest Event Time) waktu mulai paling lambat dari event i LETj = (Latest Event Time) waktu mulai paling lambat dari event j dij = durasi untuk melaksanakan kegiatan antara event i dan event j

(36)

Prosedur menghitung waktu mulai paling lambat (LET)

a. Lakukan prosedur menghitung waktu mulai tercepat (EET).

b. Tentukan nilai LETj sama dengan nilai EETj pada peristiwa nomor maksimal (paling kanan).

c. Kemudian hitung nilai LETi peristiwa-peristiwa sebelumnya dengan rumus di atas. Apabila terdapat beberapa kegiatan (termasuk dummy) dibatasi oleh peristiwa yang sama, maka diambil nilai LETi yang minimum.

Contoh diagram CPM beserta dengan nilai EET dan LET dapat ditunjukkan pada gambar 2.10 berikut.

Gambar 2.10 Contoh Diagram CPM (Sumber : Fairuzabadi, 2007)

2.3. Program Microsoft Project

Microsoft Project adalah suatu paket program sistem perencanaan suatu proyek. Program ini dapat membantu pimpinan proyek agar mudah dalam menentukan jadwal suatu pelaksanaan proyek secara detail dan jelas dalam sebuah pekerjaan. Microsoft Project berfungsi untuk menghubungkan antara suatu subproyek dengan subproyek lainnya yang saling berkaitan. Kemudian mengelolah suatu secara keseluruhan ke dalam suatu file proyek (Suherman, 2016).

(37)

Berikut beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan Microsoft Project, yaitu :

1. Dapat melakukan penjadwalan produksi secara efektif dan efisien, karena ditunjang dengan informasi alokasi waktu yang dibutuhkan untuk tiap proses, serta kebutuhan sumber daya untuk setiap proses sepanjang waktu.

2. Dapat diperoleh secara langsung informasi aliran biaya selama periode.

3. Mudah dilakukan modifikasi jika akan dilakukan rescheduling.

4. Penyusunan jadwal produksi yang tepat akan lebih mudah dihasilkan dalam waktu yang cepat.

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam pengoperasian Microsoft Project menurut Emmanel dkk (2009), yaitu sebagai berikut :

1. Task

Task adalah salah satu bentuk lembar kerja dalam Microsoft Project yang berisi rincian pekerjaan sebuah proyek.

2. Duration

Duration merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

3. Stars

Start merupakan nilai tanggal untuk dimulainya suatu pekerjaan sesuai dengan perencanaan jadwal kegiatan proyek.

4. Finish

Pada program Microsoft Project tanggal akhir pekerjaan disebut finish, yang akan diisi secara otomatis dari perhitungan tanggal mulai (start) ditambah lama pekerjaan (duration).

5. Predecessor

Predecessor merupakan hubungan keterkaitan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan yang lainnya. Dalam Microsoft Project mengenal 4 macam hubungan antar pekerjaan, yaitu :

a. FS (Finish to Start)

Suatu pekerjaan baru boleh dimulai (B) jika pekerjaan yang lain (A) selesai.

(38)

Gambar 2.11 FS (Finish to Start) b. FF (Finish to Finish)

Suatu pekerjaan (A) harus selesai bersamaan dengan selesainya pekerjaan lain (B).

Gambar 2.12 FF (Finish to Finish) c. SS (Start to Start)

Suatu pekerjaan (A) harus dimulai bersamaan dengan pekerjaan lain (B).

Gambar 2.13 SS (Start to Start) d. SF (Start to Finish)

Suatu pekerjaan (B) baru boleh diakhiri jika pekerjaan lain (A) dimulai.

Gambar 2.14 SF (Start to Finish) 6. Resources

Sumber daya, baik sumber daya manusia maupun material dalam Microsoft Project disebut dengan resources.

7. Baseline

Baseline adalah suatu rencana baik jadwal maupun biaya yang telah disetujui dan ditetapkan.

A

(39)

8. Gantt Chart

Gantt Chart merupakan salah satu bentuk tampilan dari Microsoft Project yang berupa batang-batang horizotal yang menggambarkan masing-masing pekerjaan beserta durasinya.

9. Tracking

Tracking adalah mengisikan data yang terdapat di lapangan pada perencanaan yang telah dibuat.

2.4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana anggaran biaya (RAB) merupakan rangkaian dari proses perencanaan anggaran biaya sebuah bangunan yang direncanakan sebelum pekerjaan dimulai (Zainal, 2005).

RAB = Σ ( volume x harga satuan pekerjaan ) (2.5) Adapun kegunaan pokok anggaran menurut Munandar (2000), yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai pedoman kerja

Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja yang memberikan arah dan gambaran mengenai target-target yang harus dicapai di dalam proyek.

2. Sebagai alat pengkoordinasi kerja

Pengkoordinasian kerja digunakan agar semua bagian-bagian dalam perusahaan atau pihak-pihak yang terlibat dalam proyek dapat saling menunjang kerja sama untuk menuju sasaran yang telah ditetapkan.

3. Sebagai alat pengawasan kerja

Tolak ukur alat pembanding untuk menilai (evaluasi) biaya dalam anggaran dengan biaya realisasi yang dicapai dalam proyek. Sehingga diketahui kesuksesan kerja serta sebab-sebab penyimpangan anggaran dengan realisasinya. Hal ini berguna untuk menyusun rencana (budget) selanjutnya secara lebih teliti dan akurat.

Penaksiran anggaran biaya merupakan proses perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam pekerjaan dan bahan yang terjadi pada proyek konstruksi. Taksiran biaya bukan biaya sebenarnya karena taksirannya dibuat sebelum dimulainya pembangunan suatu proyek (Soedradjat, 1984).

(40)

Perhitungan anggaran biaya proyek terdiri dari 5 hal pokok (Soedrajat, 1984), yaitu :

1. Bahan-bahan

Meliputi perhitungan harga bahan yang diperlukan. Harga bahan yang biasanya digunakan adalah harga bahan ditempat pekerjaan dilaksanakan termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan menurunkan, pemeriksaan, pengepakan, penyimpanan sementara di gedung, kualitas dan asuransi.

Biaya material = volume material x harga material (2.6) 2. Upah pekerja

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi biaya upah pekerja yaitu durasi pekerjaan (lamanya jam kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan), kondisi lokasi pekerjaan, keahlian dan keterampilan pekerja yang bersangkutan.

Biaya pekerja = durasi x upah pekerja (2.7) 3. Peralatan konstruksi

Perhitungan biaya peralatan konstruksi didasarkan pada masa pakai dari alat tersebut, lamanya pemakaian alat dan besarnya jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Biaya peralatan biasanya meliputi biaya pemindahan, biaya sewa, pengangkutan, pemasangan alat, biaya operasi, pembongkaran dan upah operator dan pembantunya.

Biaya alat berat = durasi x harga sewa alat berat (2.8) 4. Biaya tidak terduga (overhead)

Biaya tidak terduga dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Biaya tidak terduga umum adalah biaya yang tidak dibebankan langsung dengan konstruksi proyek, misalnya peralatan dan alat tulis kantor, listrik, telepon, sewa kantor, asuransi, bunga uang, pajak, biaya perjalanan, biaya notaris dan lainnya.

b. Biaya tidak terduga proyek adalah biaya dapat dibebankan pada proyek tetapi tidak dapat dibebankan pada biaya bahan-bahan, upah pekerja atau alat berat, misalnya pengukuran (survey), surat-surat izin, telepon yang dipasang di proyek, gaji pengawas proyek dan lainnya.

(41)

5. Keuntungan (profit)

Biasanya keuntungan dinyatakan dengan persentase dari jumlah biaya, yaitu sekitar 8% - 15% tergantung dari keinginan kontraktor untuk mendapatkan proyek tersebut. Faktor yang mempengaruhi besarnya keuntungan adalah besarnya resiko pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan dan cara pembayaran dari pemberi pekerjaan.

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut (Ervianto, 2005) :

1. Melakukan pengumpulan data mengenai jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan bahah/material konstruksi.

2. Melakukan pengumpulan data mengenai upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi proyek atau upah pekerja pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.

3. Melakukan perhitungan analisis bahan, upah dan peralatan konstruksi dengan persamaan 2.6, 2.7 dan 2.8.

4. Membuat rekapitulasi.

2.5. Percepatan Waktu Proyek (Crashing) 2.5.1. Pengertian Crashing

Crashing adalah suatu proses yang disengaja, sistematis dan analitik untuk mempercepat penyelesaian proyek dengan cara menganalisa seluruh kegiatan yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis (Ervianto, 2005).

Crash Duration = Volume

Produktivitas harian sesudah crashing (2.9) Dalam pelaksanaan sebuah proyek, ada beberapa alasan yang menjadi dasar untuk melakukan pengurangan durasi waktu dari sebuah proyek. Salah satu alasan yang paling umum adalah adanya sesuatu yang dikenal sebagai "Imposed Project Duration Date" (Tanggal Waktu Proyek Terbebani). Imposed Project Duration Date ini terjadi dikarenakan adanya pernyataan dari manajer perusahaan atau pimpinan kepada banyak personil bahwa proyek yang sedang dilaksanakan oleh timnya akan selesai pada suatu waktu tertentu.

(42)

Terdapat beberapa alasan dilakukannya crashing, yaitu :

1. Kegiatan proyek yang bersangkutan diharapkan agar segera selesai, sebab sudah menjadi keputusan pemilik proyek dengan suatu alasan tertentu.

2. Terjadi keterlambatan pelaksanaan proyek yang sudah melebihi batas toleransi yang akan mempengaruhi kelancaran penyelesaian proyek secara keseluruhan. Keterlambatan dapat disebabkan oleh gangguan cuaca, kesalahan perancangan awal, kerusakan mesin, peralatan dan lainnya.

3. Pemberian insentif kepada pelaksana proyek jika proyek selesai lebih cepat.

Proses mempercepat kurun waktu disebut dengan crash program. Proses Crashing harus mempertimbangkan systematic analytical process termasuk pengujian dari seluruh kegiatan, khususnya kegiatan yang berada pada lintasan kritis. Pada Crashing project, biaya sebagai variabel, sedangkan besarnya durasi sesuai dengan durasi yang dihitung untuk mereduksi durasi proyek.

Terdapat 4 faktor yang dapat dioptimalkan untuk melaksanakan percepatan pada suatu proyek yaitu (Frederika, 2010) :

1. Penambahan jumlah tenaga kerja.

2. Penjadwalan kerja lembur.

3. Penambahan atau penggantian peralatan yang lebih produktif.

4. Mengubah metode konstruksi di lapangan.

2.5.2. Langkah-langkah dalam Metode Percepatan (Crashing)

Untuk menganalisis percepatan durasi proyek, menurut Ahuja (1994) terdapat langkah-langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

1. Menentukan durasi normal dengan menggunakan jaringan kerja dan biaya proyek normal.

2. Menentukan lintasan kritis durasi proyek normal.

3. Mentabelkan durasi normal dan durasi yang dipercepat serta semua biaya untuk semua kegiatan.

4. Menghitung dan mentabelkan cost slope dari setiap kegiatan.

5. Mengurangi durasi kegiatan-kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi nilai cost slope terkecil. Setiap kegiatan kritis

(43)

tersebut dipercepat sampai waktu percepatan yang dikehendaki tercapai atau terbentuk lintasan kritis yang baru.

6. Setelah terbentuk lintasan kritis yang baru waktu kegiatan kritis tersebut dipersingkat, sehingga mempunyai nilai slope cost terkecil. Apabila terdapat beberapa lintasan kritis, maka perlu dipersingkat kegiatan–

kegiatan pada lintasan kritis secara bersamaan, jika hal tersebut dapat mengurangi durasi proyek secara keseluruhan.

7. Pada setiap langkah, periksa waktu tenggang atau float dalam setiap kegiatan, jika ada maka kegiatan tersebut dapat diperlambat untuk mengurangi biaya proyek.

8. Pada setiap siklus percepatan waktu, dihitung biaya proyek dari durasi proyek yang baru, mentabelkan dan plot titik-titik tersebut ke grafik biaya- waktu proyek.

9. Lanjutkan sampai tidak ada lagi kemungkinan percepatan yang dapat dilakukan hal ini disebut dengan titik percepatan.

10. Plot biaya tidak langsung proyek ke dalam grafik biaya dan waktu yang sama.

11. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tidak langsung untuk biaya total proyek pada setiap durasi waktu.

12. Gunakan kurva biaya total proyek tersebut untuk menentukan biaya optimum untuk (penyelesaian dengan biaya terendah) atau biaya proyek sesuai jadwal yang dikehendaki.

2.6. Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja adalah besarnya kuantitas pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh seorang tenaga kerja setiap harinya (Cornelia, 2003). John Soeprihanto berpendapat bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil- hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipengaruhi atau perbandingan jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang digunakan (input) (Setiawan, 2012).

(44)

Produktivitas tenaga kerja = 1

koefisien tenaga kerja (2.10) Terdapat persamaan yang menyatakan produktivitas tenaga kerja menurut Cornelia (2003), yaitu :

Produktivitas tenaga kerja = V

T x n (2.11) Dimana :

V = Kuantitas pekerjaan T = Durasi pekerjaan

n = Jumlah tenaga kerja yang digunakan

Apabila produktivitas tinggi atau bertambah, maka suatu organisasi atau perusahaan dikatakan berhasil. Sebaliknya, jika produktivitas lebih rendah dari standar atau menurun dapat dinyatakan tidak atau kurang berhasil (Wibobo, 2007).

Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi produktivitas menurut Kaming (1997), yaitu :

1. Metode dan teknologi yang digunakan yaitu meliputi desain rekayasa, metode konstruksi, urutan kerja dan pengukuran kerja.

2. Manajemen lapangan, meliputi perencanaan dan penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan, manajemen materal, manajemen peralatan, dan manajemen tenaga kerja.

3. Faktor manusia, meliputi tingkat upah kerja, kepuasan kerja, insentif, pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja, hubungan kerja antar sejawat dan kemangkiran (tindakan tidak masuk kerja tanpa alasan.

(45)

Penurunan indeks produktivitas tenaga kerja tiap jam akibat jam lembur ditunjukkan pada gambar 2.15 berikut.

Gambar 2.15 Grafik Indeks Penurunan Produktivitas Jam Lembur (Sumber : Soeharto, 1999)

2.7. Kerja Lembur

Kerja lembur yaitu pekerjaan tambahan yang dilakukan di luar jam kerja (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997).

Adapun rencana kerja yang akan dilakukan dalam mempercepat durasi suatu pekerjaan yaitu dengan metode penambahan jam kerja sebagai berikut : 1. Waktu kerja normal adalah 8 jam (08.00-17.00), sedangkan lembur

dilakukan setelah waktu kerja normal.

2. Cara perhitungan harga upah pekerjaan untuk jam lembur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP.102/MEN/VI/2004 Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur Pasal 11, yang sebelumnya sudah diatur pada pasal 3 & 8 diperhitungkan sebagai berikut :

a. Perhitungan upah lembur berdasarkan pada upah bulanan.

b. Cara menghitung upah lembur per jam adalah 1/173 kali upah sebulan.

Rumus :

1) Upah jam lembur pertama = 1,5 x 1/173 x upah sebulan

2) Upah jam lembur kedua dan seterusnya = 2 x 1/173 x upah sebulan c. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam

dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

Referensi

Dokumen terkait

The proposed control (7) enforces the exi- stence of sliding mode in manifold (19) and the change of the mode of control (position/force/com- pliance) is smooth due to the fact that

Dan engkau juga tidak bisa merawat bayimu.” Dan Swami langsung menatap wanita lain yang hadir di sana dan berkata (sembari menunjuk kepadanya), “Dialah anak gadismu dan sekarang

Faktor lain yang mungkin berperan adalah ketersediaan makanan yang tinggi purin, kawasan ubud terletak jauh dari pantai dan masyarakat ubud yang sebagian besar bermatapencaharian

Yang kedua adalah kontribusi secara praktis yaitu mempermudah orang untuk mempelajari dan mendalami Qirâat Sab’ah dikarenakan metode yang digunakan Faidh al-Barakât

Sejalan dengan transformasi bisnis di atas, Bank Mandiri juga melakukan transformasi budaya dengan merumuskan kembali nilai-nilai budaya untuk menjadi pedoman pegawai

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rajesh Bhaskaran pada tahun 2002, ketika nilai viskositas 2 x 10 -3 kg/m.s dan densitas 1 kg/m 3 maka profil kecepatan mencapai

Sampel penelitian terdiri dari 24 penderita hemoroid yang dilakukan hemoroidektomi Whitehead, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok I yang terdiri dari 12

( Jakarta: PT.. dilakukan sendiri maupun lembaga. 2 Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Dari