• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Implementasi Program Kursus Wirausaha Desa (KWD) untuk Mengatasi Pengangguran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Implementasi Program Kursus Wirausaha Desa (KWD) untuk Mengatasi Pengangguran"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Evaluasi Implementasi Program Kursus Wirausaha Desa (KWD) untuk Mengatasi Pengangguran

M. Arief Rizka

Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, FIP IKIP Mataram E-mail: m.ariefrizka@gmail.com

Abstract: This study aimed to evaluate the components of context, input, process, and product of the implementation of rural entrepreneurship training program (KWD) meublair field to tackle unemployment. This research is research CIPP model evaluation using descriptive methods. The subjects of this study are program managers, instructors, and people learn to program KWD. The research instrument used was a questionnaire with the support of interview, observation, and documentation. Data analysis using descriptive data analysis of quantitative and qualitative. The results showed that: (1) The components of the context; participation and social demand for KWD program: (2) Component inputs; characteristics of learners and instructors in accordance with the criteria of the program implementation, curriculum used in accordance with the needs of KWD program, the availability of sufficient funds and facilities: (3) The components of the process; activity and response learning community in the implementation of the course in the excellent category, learning strategies undertaken by the instructor in accordance with the approach of andragogy: (4) The components of the product; mental attitude entrepreneurial people learn in both categories, citizens learn vocational skills in both categories, and personal skills as well as social skills people learn in the excellent category. From these results it can be concluded that the implementation of the program KWD field meublair done well and the learners can utilize the skills possessed as for working capital (entrepreneurship).

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi komponen konteks, input, proses, dan produk dari implementasi program kursus wirausaha desa (KWD) bidang meublair untuk mengatasi pengangguran. Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluasi model CIPP dengan menggunakan metode deskriptif. Subyek penelitian ini adalah pengelola program, instruktur, dan warga belajar program KWD. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan didukung pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Komponen konteks; adanya partisipasi dan kebutuhan masyarakat terhadap program KWD: (2) Komponen input; karakteristik warga belajar dan instruktur sesuai dengan kriteria penyelenggaraan program, kurikulum yang digunakan sesuai dengan kebutuhan program KWD, ketersediaan dana dan fasilitas yang mencukupi: (3) Komponen proses; aktivitas dan respon warga belajar dalam implementasi kursus dalam kategori sangat baik, strategi pembelajaran yang dilakukan oleh instruktur sesuai dengan pendekatan andragogi: (4) Komponen produk; sikap mental kewirausahaan warga belajar dalam kategori baik, kecakapan vokasional warga belajar dalam kategori baik, dan kecakapan personal serta kecakapan sosial warga belajar dalam kategori sangat baik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa impelementasi program KWD bidang meublair terlaksana dengan baik dan warga belajar dapat memanfaatkan keterampilan yang dimiliki sebagai modal untuk bekerja (berwirausaha).

Kata kunci: Evaluasi, Kursus Wirausaha Desa, Pengangguran.

Pendahuluan

Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang memiliki ciri utama yaitu jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan secara signifikan dan kurang adanya kontrol yang ketat terhadap persoalan tersebut. Sebagai konsekuensi logisnya yaitu pertumbuhan jumlah

angkatan kerja yang tidak seimbang dengan jumlah kesempatan atau lapangan kerja yang tersedia, sehingga menyebabkan tingginya angka pengangguran dan berdampak pada timbulnya kemiskinan. Realita di lapangan menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah pengangguran di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang cukup

(2)

signifikan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia pada bulan Agustus 2010 yaitu 8,32 juta orang atau 7,14% dari total angkatan kerja 116,53 juta orang. Dari jumlah 8,32 juta orang pengangguran tersebut sebagian besar berada didaerah perdesaan. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan para penganggur tersebut, 3,81 % berpendidikan SD ke bawah, 7,45% berpendidikan SMP, 11,9% berpendidikan SMA, 11,87% berpendidikan SMK, 12,87% berpendidikan diploma, dan 11,92% berpendidikan sarjana (Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan, 2011). Salah satu daerah Kabupaten di Indonesia yang memiliki tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi yaitu Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan data dari Kepala Dinas Sosial Transmigrasi dan Tenaga Kerja (STT) Lombok Timur, jumlah pengang-guran di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2011 sebanyak 34.000 jiwa atau sekitar 4,14% dari jumlah penduduk Kabupaten Lombok Timur sebanyak 1,2 juta jiwa (http://www.lombokpost.co.id/index. php?option=com_k2&view=item&id=6764: ada-34-ribu-penganggur diakses 16 November 2011).

Permasalahan tingginya jumlah pengangguran di Kabupaten Lombok Timur tersebut merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ada, baik yang dilihat dari sisi tingkat pendidikannya, kondisi ekonomi, kesehatan, maupun kecakapan hidup yang dimiliki oleh warga masyarakatnya. Dilihat dari data Human

Development Index (HDI) atau Indeks

Pembangunan Manusia, Kabupaten Lombok Timur menempati urutan ke 7 dari 10 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), padahal sumber daya alam potensial dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Kabupaten Lombok Timur cukup banyak (http://www.lomboktimurkab.go.id/index.ph p diakses 27 April 2011). Dengan kondisi seperti ini, kedepan tentu akan sangat sulit jika ingin bersaing dengan yang lain dalam berbagai bidang yang penuh kompetisi dan keterbukaan, serta ditambah dengan pengaruh dari semakin derasnya arus globalisasi sekarang ini.

Persoalan masih tingginya jumlah pengangguran di Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu hal yang sangat kompleks dan menjadi bagian dari munculnya berbagai permasalahan kehidu-pan baik bagi individu itu sendiri maupun bagi kelompok masyarakat secara luas. Banyaknya sumber daya manusia yang berusia poduktif yang menjadi pengang-guran karena tidak memiliki keterampilan yang relevan dibutuhkan oleh dunia kerja dunia industri (DUDI). Ketidakcocokan keterampilan (miss match) merupakan salah satu penyebab terjadinya pengangguran, hal tersebut terkait dengan kelambanan program-pogram pendidikan atas votalitas lingkungan sehingga antisipasi pendidikan terhadap kebutuhan nyata (real need) lingkungannya meleset (Ruwiyanto, 1994). Selain itu, minimnya akses atau kesempatan kerja yang ada dan tidak memadai menjadi persoalan yang membutuhkan urgent solution dalam usaha memperbaiki taraf

(3)

Pendekatan yang ditempuh untuk mengatasi masalah pengangguran sebagai upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu melalui pendidikan non formal (pendidikan luar sekolah). Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 26 ayat (2) disebutkan bahwa “pendidikan non formal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional”. Sehingga dengan fungsinya tersebut, pendididikan non formal dapat menjadi wadah prioritas yang sangat strategis untuk dapat mengatasi masalah pengangguran yang ada didalam kehidupan masyarakat.

Salah satu bentuk pengembangan layanan Pendidikan Nonformal adalah pe-nyelenggaraan program Kursus Wirausaha Desa (KWD) yang pada dasarnya me-rupakan program pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan secara khusus untuk memberikan kesempatan belajar bagi masyarakat pedesaan agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menumbuh kembangkan sikap mental kreatif, inovatif, bertanggung jawab serta berani menanggung resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk peningkatan kualitas hidupnya (Depdiknas, 2008). Program KWD bidang meublair yang diselenggarakan oleh PKBM Al-Mujahiddin sebagai salah satu program pendidikan nonformal yang ditujukan dalam rangka pengentasan pengangguran dan kemiskinan khususnya bagi masyarakat yang memiliki berbagai keterbatasan. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap

penyelenggaraan program KWD bidang meublair dapat bersumber dari pengaruh kondisi lingkungan sosial-ekonomi, keter-sediaan tenaga pendidikan (instruktur/ fasilitator) yang terlibat dalam program, aktivitas warga belajar dan partisipasi (dukungan) masyarakat.

Dari hasil pra-survey dilapangan, penyelenggaraan program KWD bidang meublair mengalami berbagai kendala. Secara umum, kendala yang dialami pada penyelenggaraan program KWD meublair diantaranya: minimnya modal yang diberi-kan pasca penyelenggaraan program dan proses pendampingan yang kurang mak-simal. Mengingat program KWD meublair tersebut sudah berakhir, maka hambatan, manfaat dan dampak penyelenggaraan program KWD dapat diketahui melalui evaluasi terhadap keseluruhan aspek atau komponen yang langsung terlibat dalam program sedangkan aspek eksternalnya mencakup kontribusi yang diberikan masya-rakat diluar penyelenggaraan program.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil dari implementasi program Kursus Wirausaha Desa (KWD) bidang meublair untuk mengatasi pengangguran di PKBM Al-Mujahiddin dengan cara melakukan evaluasi terhadap komponen konteks, input, proses, dan produk program sehingga dapat diperoleh data dan informasi yang valid terkait dengan efektivitas penyelenggaraan program KWD tersebut.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis penelitian evaluasi. Jenis penelitian evaluasi yang dipilih

(4)

menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Proceses, and Product) dari Stuffelbeam (2003). Penelitian evaluasi yang dilakukan ini merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data, menyajikan informasi yang akurat dan objektif yang terjadi dilapangan terutama mengenai pelaksanaan program KWD dan menarik kesimpulan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan objektivitas informasi yang diperoleh selanjutnya dapat menentukan nilai atau tingkat keberhasilan program, sehingga bermanfaat untuk pemecahan masalah yang dihadapi serta mempertimbangkan apakah program tersebut dimodifikasi bahkan dihentikan. Subyek dalam penelitian ini adalah Pengelola Program, Instruktur, dan Warga Belajar program KWD meublair sebanyak 15 orang.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi. Validitas instrument angket menggunakan analisis korelasi Pearson

Product Moment (r) yaitu analisis yang

dilakukan dengan mengkorelasikan skor setiap item pertanyaan dengan skor total. Analisis ini di bantu dengan program SPSS 17.00 for windows. Sedangkan untuk mengukur reliabilitas instrument digunakan formula Alpha Cronbach dengan dibantu program SPSS 17.00 for windows. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif, yaitu mendiskripsikan dan memaknai data dari masing-masing komponen yang telah di

evaluasi. Data dianalisis dengan teknik kuantitatif dan kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yang diperoleh adalah: (1) Pensekoran jawaban responden, (2) Mejumlahkan skor total masing-masing komponen, dan (3) Mengelompokkan skor yang di dapat oleh responden berdasar tingkat kecenderungan. Pensekoran dalam penelitian ini meng-gunakan skala 1 sampai 4. Tingkat kecenderungan masing-masing komponen dilakukan dengan kategori kecenderungan. Berkaitan dengan kategori tersebut, diperlukan mean ideal (Mi), skor tertinggi ideal dan skor terendah ideal dari instrumen penelitian. Tingkat kecenderungan diguna-kan sebagai kriteria penilaian dan dibagi dalam 4 kategori. Secara rinci, penentuan kategori disajikan dalam tabel berikut:

Tabel. 1 Interval Nilai dan Interpretasi No Interval Nilai Interpretasi

1 X ≥ Mi + 1,5 Sbi Sangat Baik 2 Mi ≤X<Mi + 1,5 Sbi Baik 3 Mi – 1,5 Sbi ≤ X Mi Cukup 4 X < Mi – 1,5 Sbi Kurang Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mendeskripsikan data-data penelitian dilapangan terkait dengan komponen evaluasi program KWD bidang meublair yang terdiri dari komponen konteks, input, proses, dan produk. Berikut akan dideskripsikan masing-masing komponen yang di evaluasi tersebut.

1. Konteks Program KWD

Program KWD bidang meublair merupakan salah satu bentuk prog-ram pendidikan nonformal yang ditujukan untuk mengatasi pengang-guran dan kemiskinan di masyarakat. Temuan dari penelitian ini

(5)

menun-jukkan bahwa penyelenggaraan program KWD di PKBM Al-Mujahiddin mendapatkan respon yang positif dari warga masyarakat. Respon positif tersebut dapat dilihat dari tingkat partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program tersebut. Selain itu, berdasarkan dari tanggapan masyarakat, program KWD tersebut menjadi salah satu kebutuhan program pendidikan di masyarakat sebagai upaya mengatasi pengangguran serta sebagai wadah untuk meningkatkan skills atau kecakapan warga masyarakat sebagai modal untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Hasil wawancara dengan Pengelola Program, diketahui bahwa animo masyarakat mengikuti program KWD meublair cukup baik. Mencermati kondisi konteks program tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan program KWD bidang meublair diselenggarakan atas dasar kebutuhan warga masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

2. Input Program KWD

a. Karakteristik Warga Belajar Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua warga belajar yang mengikuti program KWD memiliki jenis kelamin laki-laki, usia dewasa (usia produktif), belum memiliki pekerjaan tetap (pengangguran), sedangkan dili-hat dari tingkat pendidikan yang dimiliki warga belajar sebagian besar berpendidikan SMP (65%). Tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap

kemam-puan dan kemauan untuk me-nyerap teknologi, informasi, dan ilmu pengetahuan baru. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempermudah warga belajar dalam menyerap dan menerapkan informasi dan pengetahuan baru. Dari uraian tersebut dapat diambil kesim-pulan bahwa warga belajar yang mengikuti program Kursus Wirausaha Desa (KWD) bidang meublair mayoritas tingkat pendidikannya setara SMP dan tidak ada yang secara spesifik memiliki pengalaman di bidang meublair tersebut.

b. Karakteristik Instruktur

Instruktur memiliki peran yang sangat penting dalam pelak-sanaan dan keberhasilan penye-lenggaraan program KWD. Peran dan kedudukan yang sangat penting ini menuntut instruktur memiliki pengetahuan, keteram-pilan dan kecakapan yang baik. Dengan pengetahuan, keteram-pilan dan kecakapan tersebut, instruktur dituntut untuk dapat melakukan proses pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, karakteristik yang diperlukan bagi instruktur KWD adalah: pengalaman kerja, pelatihan yang pernah diikuti, tingkat pendidi-kan, dan kesesuaian bidang studi yang diajarkan dengan latar belakang yang telah dimiliki. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini diketahui bahwa

(6)

instruktur pada umumnya telah memiliki kualifikasi yang mema-dai, baik dari segi pengalaman, pelatihan dan tingkat pendidikan. Hasil analisis dokumentasi instruktur pada program KWD bidang meublair menunjukkan bahwa kualifikasi latar belakang pendidikan instruktur sudah memenuhi kriteria. Sehingga dapat disimpulkan bahwa inst-ruktur program KWD meublair secara keseluruhan telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. c. Kurikulum

Data penelitian menunjukkan bahwa kurikulum pembelajaran yang digunakan dalam penye-lenggaraan program KWD disesuaikan dengan materi yang diajarkan, hal tersebut dilakukan agar dapat menghasilkan output (lulusan) yang dapat mening-katkan keterampilan dan taraf hidup warga belajar. Kurikulum tersebut di susun oleh instruktur dan penyelenggara program dengan didukung pedoman penyusunan kurikulum program KWD bidang meublair yang sudah dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan PNFI.

d. Pendanaan

Sumber dana untuk penyeleng-garaan program KWD meublair berasal dari dana APBN. Hasil wawancara dengan pengelola program diperoleh informasi

bahwa semua dana yang digunakan untuk penyeleng-garaan program KWD adalah dana dari APBN yang diperoleh melalui proses pengajuan pro-posal program terlebih dahulu. Dana bantuan dari pemerintah sebesar Rp 37.500.000,-. Dana tersebut dipergunakan untuk biaya instruktur, pembelian peralatan praktik, bahan-bahan kursus, dokumentasi, akomodasi dan administrasi. Jadi dalam penyelenggaraan program KWD bidang meublair ini, dari pe-ngelola program tidak melakukan pungutan biaya bagi warga belajar. Biaya yang digunakan untuk pelaksanaan program KWD tersebut dinilai sudah mencukupi, karena dana tersebut dapat memenuhi berbagai kebutuhan untuk pelaksanaan program tersebut.

e. Fasilitas

Fasilitas atau sarana prasarana merupakan salah satu komponen penting dalam proses pelak-sanaan program KWD. Melalui ketersediaan sarana dan pra-sarana diharapkan program dapat berjalan dengan optimal sesuai dengan yang telah direncanakan. Ketersediaan sarana dan pra-sarana program KWD dapat berupa fasilitas yang dapat memberikan kelancaran dalam proses pembelajaran. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan ini dapat di sediakan dengan

(7)

memadai melalui pengadaan yang telah direncanakan dengan perbandingan 1:1, artinya sarana belajar seperti bahan belajar dan alat keterampilan bila dilihat dari ketersediannya memiliki perban-dingan yang sesuai dengan jumlah warga belajar.

3. Proses Program KWD Meublair

a. Aktivitas Warga Belajar

Berdasarkan analisis instrumen angket, data aktivitas warga belajar memiliki rentang skor antara 27 sampai 43. Perolehan skor menunjukkan bahwa akti-vitas warga belajar memiliki rerata sebesar 37,52 , simpangan baku sebesar 3,938, median sebesar 39,00 dan modus sebesar 39. Berdasarkan kategori interval nilai dan interpretasi, rerata variabel aktivitas warga belajar sebesar 37,52 terletak pada interval >32,75 termasuk dalam kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perolehan skor kecen-derungan aktivitas warga belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 2 Aktifitas Warga Belajar

No Interval Interpretasi F Frekuensi Relatif(%) 1 >32,75 Sangat Baik 12 80 2 27,6 – 32,75 Baik 2 13 3 22,25 – 27,5 Cukup 1 7 4 < 22,25 Kurang 0 0

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 13 warga belajar atau 80% beraktifitas dengan sangat baik, 2

warga belajar atau 13% dalam kategori baik, dan 1 warga belajar atau 7% masuk dalam kategori cukup. Hal ini menun-jukkan bahwa aktifitas warga belajar dalam mengikuti program kursus wirausaha desa (KWD) bidang meublair di PKBM Al-Mujahiddin yang meliputi indikator keaktifan mengikuti pembelajaran, berani menyatakan pendapat serta kedisiplinan dalam pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik. b. Strategi Pembelajaran

Berdasarkan analisis instrumen angket, strategi pembelajaran yang digunkan instruktur me-miliki rentang skor antara 32 sampai 52. Perolehan skor me-nunjukkan bahwa rerata strategi pembelajaran memiliki rerata sebesar 44,60, simpangan baku sebesar 5,715, median sebesar 45,00 dan modus sebesar 45. Berdasarkan kategori interval nilai dan interpretasi, rerata va-riabel strategi pembelajaran se-besar 44,60 terletak pada interval >41,5 termasuk dalam kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perolehan skor kecenderungan strategi pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 3 Strategi Pembelajaran

No Interval Interpretasi F Frekuensi Relatif (%) 1 >41,5 Sangat Baik 9 60 2 32,6 – 41,5 Baik 5 33 3 23,5 – 32,5 Cukup 1 7 4 <23,5 Kurang 0 0

(8)

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 9 warga belajar atau 60% berpendapat bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan oleh instruktur berada dalam kategori sangat baik, 5 warga belajar atau 33% dalam kategori baik, dan 1 warga belajar atau 7% berada dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang diterapkan instruktur program KWD bidang meublair yang meliputi indikator peng-gunaan media pelatihan/kursus, penerapan metode pelatihan dan pengelolaan interaksi belajar mengajar dalam kategori sangat baik.

4. Produk Program KWD Meublair

a. Kecakapan Vokasional

Tujuan diadakannya evaluasi kecakapan vokasional adalah untuk mengetahui kecakapan vokasional yang dimiliki oleh warga belajar setelah mengikuti program KWD. Hasil analisis statistik menunjukan rentang skor kecakapan vokasional yaitu antara 16 sampai 24 Perolehan skor rerata kecakapan vokasional sebesar 20,64, simpangan baku 2,984, median sebesar 19,00 dan modus sebesar 24. Berdasarkan kategori interval nilai dan interpretasi, rerata variabel kecakapan vokasional sebesar 20,64 terletak pada interval 16-19,5 termasuk dalam kategori

baik. Distribusi frekuensi pero-lehan skor kecakapan vokasional warga belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 4 Kecakapan Vokasional No Interval Interpretasi F Frekuensi

Relatif (%) 1 >19,5 Sangat Baik 6 40 2 16 – 19,5 Baik 8 53 3 12 – 15 Cukup 1 7 4 <12 Kurang 0 0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 7 warga belajar atau 40% mempunyai kecakapan vokasio-nal sangat baik, 8 warga belajar atau 53% dalam kategori baik, dan 1 warga belajar atau 7% dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa kecakapan vokasional yang dimiliki warga belajar program KWD bidang meublair yang meliputi indikator mampu menguasai keterampilan meublair dan mampu menerap-kan keterampilan meublair di tempat kerja berada dalam kategori baik.

b. Kecapakan Personal

Hasil analisis statistik menun-jukan rentang skor kecakapan personal yang dimiliki warga belajar program KWD yaitu antara 25 sampai 39. Perolehan skor rerata kecakapan personal sebesar 33,56, simpangan baku 4,350, median sebesar 34 dan modus sebesar 31. Berdasarkan kategori interval nilai dan interpretasi, rerata variabel

(9)

keca-kapan personal sebesar 33,56 terletak pada interval >32,5 termasuk dalam kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perolehan skor sikap kecakapan personal warga belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 5 Kecakapan Personal

No Interval Interpretasi F Frekuensi Relatif (%) 1 >32,5 Sangat Baik 10 67 2 26 – 32,5 Baik 5 33 3 17,5 - 25 Cukup 0 0 4 <17,5 Kurang 0 0

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 10 warga belajar atau 67% mempunyai kecakapan personal sangat baik, 5 warga belajar atau 33% dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa kecakapan personal warga belajar program KWD bidang meublair yang meliputi indikator kejujuran, sopan santun, kerja keras dan kreatifitas dalam kategori sangat baik.

c. Kecakapan Sosial

Hasil analisis statistik menun-jukan rentang skor kecakapan sosial yang dimiliki oleh warga belajar program KWD yaitu antara 20 sampai 32 Perolehan skor rerata kecakapan sosial sebesar 28,60, simpangan baku 4,072, median sebesar 32,00 dan modus sebesar 32. Berdasarkan kategori interval nilai dan interpretasi, rerata variabel kecakapan sosial sebesar 28,60

terletak pada interval >26 termasuk dalam kategori sangat baik. Distribusi frekuensi perole-han skor kecakapan sosial warga belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 6 Kecakapan Sosial

No Interval Interpretasi F Frekuensi Relatif (%) 1 >26 Sangat Baik 11 73 2 21 – 26 Baik 4 27 3 14 – 20 Cukup 0 0 4 <14 Kurang 0 0

Berdasarkan tabel diatas diketa-hui bahwa sebanyak 11 warga belajar atau 73% mempunyai kecakapan sosial sangat baik, 4 warga belajar atau 27% dalam kategori baik. Hal ini menun-jukkan bahwa kecakapan sosial yang dimiliki oleh warga belajar program KWD bidang meublair yang meliputi indikator toleransi, kerjasama, dan gotong royong dalam kategori sangat baik. d. Sikap Kewirausahaan

Tujuan diadakannya evaluasi sikap kewirausahaan adalah untuk mengetahui tingkat sikap mental kewirausahaan yang dimiliki warga belajar setelah mengikuti program KWD bidang meublair. Hasil analisis statistik menunjukan rentang skor sikap mental kewirausahaan yaitu antara 16 sampai 28. Perolehan skor rerata sikap kewirausahaan sebesar 23,04, simpangan baku 3,048, median sebesar 23,00 dan modus sebesar

(10)

21. Berdasarkan kategori inter-val nilai dan interpretasi, rerata variabel sikap kewirausahaan sebesar 23,04 terletak pada interval 22 – 26,25 termasuk dalam kategori baik. Distribusi frekuensi perolehan skor sikap kewirausahaan warga belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 7 Sikap Kewirausahaan

No Interval Interpretasi F Frekuensi Relatif (%) 1 >26,25 Sangat Baik 3 20 2 22 – 26,25 Baik 9 60 3 15,57 – 21 Cukup 3 20 4 <15,75 Kurang 0 0

Berdasarkan data tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 3 warga belajar atau 20% mempunyai sikap mental sangat baik, 9 warga belajar atau 60% dalam kategori baik, dan 3 warga belajar atau 20% dalam kategori cukup. Hal ini menun-jukkan bahwa sikap kewira-usahaan yang dimiliki oleh warga belajar program KWD bidang meublair yang meliputi indikator kemampuan manajerial usaha kecil, berani mengambil keputusan, bekerja dengan sungguh-sungguh, dan mampu menolong diri sendiri dalam kategori baik.

Pembahasan

Kursus Wirausaha Desa (KWD) adalah program kecakapan hidup yang diseleng-garakan secara khusus untuk memberikan

kesempatan belajar bagi masyarakat pedesaan agar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menumbuhkan sikap mental kreatif, inovatif, bertanggung jawab serta berani menanggung resiko (sikap mental profesional) dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya yang dapat dijadikan bekal untuk peningkatan kualitas hidupnya (Depdiknas, 2008). Tujuan diselenggarakannya program KWD adalah : 1) memberikan kesempatan bagi warga belajar usia produktif untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental sesuai dengan kebutuhan/ peluang pasar kerja dan atau usaha mandiri, 2) memberikan peluang bagi satuan PNF untuk berpartisipasi dalam pengentasan pengang-guran dan kemiskinan (Depdiknas, 2010).

Program KWD bidang meublair yang diselenggarakan oleh PKBM Al-Mujahiddin merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan nonformal pada program kursus yang bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada masyarakat yang belum memiliki keterampilan dan atau pengangguran. Penyelenggaraan Program KWD bidang meublair ini dirancang untuk memberikan bekal keterampilan, penge-tahuan, sikap dan kemampuan kepada warga masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk bekerja maupun berwirausaha dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Berdasarkan data penelitian pada komponen context, temuan dilapangan menunjukkan bahwa program KWD bidang meublair merupakan salah satu program kursus yang dibutuhkan oleh masyarakat. Minimnya keterampilan yang dimiliki dan keterbatasan ekonomi merupakan faktor yang mendorong warga belajar untuk

(11)

mengikuti program KWD tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Hannu (2000) yang menyebutkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap program kursus cukup tinggi, karena melihat perekonomian warga belajar yang sangat minim, menyebabkan motivasi untuk mengikuti program tinggi guna meningkatkan pendapatan. Dukungan masyarakat terhadap program ini juga bersifat positif. Hal inilah yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penyeleng-garaan program.

Optimalnya hasil yang dicapai warga belajar dapat dipengaruhi oleh komponen

input. Secara umum program KWD bidang

meublair telah didukung oleh komponen

input dengan baik. Warga belajar dan

instruktur telah memenuhi persyaratan sesuai dengan kriteria kebutuhan penye-lenggaraan program KWD. Kurikulum yang digunakan dalam implementasi program KWD mengunakan kurikulum yang mengacu pada pedoman penyelenggaraan program KWD bidang meublair yang telah disusun oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan dengan melakukan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas penyelenggara program. Selain itu juga, pada aspek pendanaan dan fasilitas penyelenggaraan program KWD telah didukung dengan ketersediaan sumber daya yang cukup memadai.

Pada komponen Product program KWD dipengaruhi oleh komponen proses yang berlangsung selama penyelenggaraan program. Proses pembelajaran kursus yang baik akan mendorong hasil yang baik dan sebaliknya proses pembelajaran yang tidak baik akan menyebabkan hasil yang tidak optimal. Berdasarkan data penelitian

menun-jukan bahwa aktivitas warga belajar mayoritas sangat baik. Hal ini menunjukkan proses pembelajaran yang dilakukan instruktur didukung oleh kemauan dan kesanggupan warga belajar untuk belajar dengan baik. Selain itu, strategi pem-belajaran yang digunakan oleh intsruktur dalam proses pembelajaran kursus berada dalam kategori baik, menggunakan metode yang tepat, dan pendekatan dalam mengajar, menjalin komunikasi dengan warga belajar, mendorong warga belajar untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran serta penggunaan media. Selain aktivitas instruktur, aktifitas warga belajar juga menunjukkan hasil yang sangat baik, artinya warga belajar juga aktif dalam mengikuti pembelajaran. Terlihat dari rasa ingin tahu yang dimiliki warga belajar yang selalu bertanya kepada narasumber. Sedangkan pada komponen produk program KWD bidang meublair ini, rata-rata pada indikator penguasaan kecakapan vokasional, personal, sosial, dan sikap kewirausahaan menun-jukkan hasil yang baik.

Penyelenggaraan Program KWD bidang meublair di PKBM Al-Mujahiddin, berdasarkan data hasil penelitian menun-jukkan bahwa rata-rata implementasi program KWD secara keseluruhan pada komponen konteks, input, proses, dan produk berada dalam kategori baik. Mencermati hasil tersebut, maka program tersebut perlu mendapat perhatian dan dukungan tindak-lanjut dari berbagai pihak, baik penyelenggara, masyarakat, pihak swasta, dan juga pemerintah. Program KWD bidang meublair disampaikan oleh sebagian besar warga belajar telah memberikan manfaat bagi peningkatan kualitas dan taraf

(12)

kehidupannya. Manfaat tersebut dapat terlihat dari kemampuan warga belajar untuk dapat bekerja menerapkan hasil dari kursus yang diikuti dan berimplikasi pada meningkatnya kemampuan produksi dan penghasilan setelah mengikuti program.

Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Implementasi Program Kursus Wirausaha Desa (KWD) bidang meublair telah terselenggara dengan efektif. Hal ini sesuai dengan pencapaian pada:

a. Komponen Context: warga masyarakat mendukung program KWD melalui partisipasi mengikuti dan mendukung program.

b. Komponen Input.

1) Karakteristik warga belajar memenuhi kriteria sasaran yang di persyaratkan dalam penye-lenggaraan program KWD, 2) Karakteristik instruktur

memi-liki kualifikasi dan kompetensi yang memadai, baik dari segi pengalaman, pelatihan, tingkat pendidikan serta kuantitas, 3) Kurikulum yang digunakan

sesuai dengan materi dan kompetensi yang akan dicapai, 4) Pendanaan dan fasilitas tersedia

dengan cukup memadai. c. Komponen Process

1) Aktivitas warga belajar berada dalam kategori sangat baik, 2) Strategi pembelajaran yang

digunakan instruktur sesuai dengan pendekatan pembela-jaran orang dewasa (andragogi).

d. Komponen Product

1) Sikap kewirausahaan yang dimiliki warga belajar pasca implementasi kursus menun-jukkan hasil yang baik,

2) Kecakapan personal yang dimiliki warga belajar pasca implementasi kursus menun-jukkan hasil sangat baik,

3) Kecakapan sosial yang dimiliki warga belajar pasca implement-tasi kursus menunjukkan hasil sangat baik,

4) Kecakapan vokasional yang dimiliki warga belajar pasca implementasi kursus menun-jukkan hasil baik.

Saran

Kepada Pengelola program untuk terus melakukan pendampingan intensif bagi warga belajar pasca penyelenggaran kursus dengan memberikan dukungan dan fasilitasi dalam bentuk teknis untuk keberlanjutan hasil program. Selain itu, perlu untuk dikembangkan kemitraan ke berbagai pihak khususnya untuk pemanfaatan hasil dari produk kursus yang diselengggarakan.

Daftar Pustaka

Depdiknas. 2008. Pedoman Program Kursus

Wirausaha Desa (KWD) Pendidikan Nonformal dan Informal. Jakarta:

Direktorat Jendral PNFI.

Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan. 2011. Petunjuk Peknis Penyelenggaraan Kursus Wirausaha Desa (KWD) Pendidikan Nonformal dan Informal. Jakarta:

(13)

Littunen, Hannu. 2000. Journal

Entrepreneurship and the

Characteristic of the Entrepreneurial Personality. MCB University.

Ruwiyanto, Wahyudi. 1994. Peranan Pendidikan dalam Pengentasan Masyarakat Miskin: Pengaruh Faktor-faktor Dinamika Organisasi

Lembaga Pendidikan Karya

terhadap Manfaat Sosioekonomi Warga Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Stuffelbeam. 2003. The CIPP model for

evaluation. Portland, Oregon: Western Michigan University.

. 2003. Evaluation models,

view points on educational and human services evaluation,2nd.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis berpendapat bahwa sebelum anak memasuki lembaga pendidikan formal, maka seharusnya orangtua sudah mendidik anak lebih awal, mulai dari ketika anak masih dalam usia kehamilan

Freenstra (2000) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan agroforestri sebagai pertanian berkelanjutan perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1) pemilihan jenis tanaman

Apabila mengamati perubahan tingkat miskonsepsi pada tiap soal, soal nomor 5 dengan sumber miskonsepsi pada konsep perpindahan panas dan perpindahan suhu mengalami

Penulis panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberikan Kasih dan Sukacita yang luar biasa dalam menghadapi setiap tantangan yang

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN KLAUSA RELATIF BAHASA INDONESIA DENGAN TEKNIK REKURSIF-DIAGRAM. DI FKIP UNINUS BANDUNG

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem

Metaloid ( Yunani : metallon - logam, eidos - serupa) adalah satu siri unsur kimia yang mempunyai sifat antara logam dan bukan logam. Metaloid sukar dibezakan dengan logam,

Dari gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa pengujian data-data dengan menggunakan isoterm model Freundlich dan Langmuir menunjukkan grafik linierisasi yang baik untuk adsorbsi