• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minimalist, Anyone? Sebuah Tinjauan Sejarah Desain Sub Kultur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Minimalist, Anyone? Sebuah Tinjauan Sejarah Desain Sub Kultur"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Minimalist, Anyone?

Sebuah Tinjauan Sejarah Desain Sub Kultur

Martin Luqman Katoppo

51 Teknik Arsitektur UKI

52 Teknik Arsitektur ITB

Pendahuluan

Minimalis, sebuah fenomena desain yang muncul sekitar awal tahun 2000 hingga sekarang. Dikalangan akademisi, desainer dan sebagian kalangan awam penikmat desain bahkan awam sekalipun, minimalis seperti sebuah virus yang berkembang luar biasa, melebihi trend desain sebelumnya, yaitu dekonstruksi yang hanya diminati di kalangan sebagian akademisi dan desainer.

Apa yang menyebabkan minimalis begitu kuat dan mampu hadir sampai tataran terapan (konstruksi)? Apa juga yang menyebabkan minimalis secara tematik sangat kuat dan mudah diterima oleh siapa saja?

Sejarah Minimalis

Istilah minimalis pertama kali diperkenalkan dan dipergunakan dalam sebuah pameran instalasi seni rupa 120 firebricks di Tate Gallery oleh Karl Andre tahun 1986. Seni minimal menghapus seluruh elemen pengekspresian, sehingga yang tertinggal hanyalah proses estetika itu sendiri atau apapun yang tertinggal padanya, pada garis batas non-seni yang menciut. Pada dasarnya walaupun dikenal di masa posmodernis, minimalis adalah terusan produk modern.

Perkembangan minimalis di Indonesia sendiri mungkin pertama kali diperkenalkan lewat gagas desain Tan Tjiang Ay, akhir tahun 1990-an yang begitu populer di Bandung, terutama pada kalangan akademisi dan praktisi. Desain beliau memang mengacu secara literal makna minimalis, yang meminimalisasi dari mulai layout desain sampai

(2)

tata cara penggunaan bahan dan konstruksinya. Sehingga produk desain beliau memenuhi kriteria mangkus dan sangkil (efisien dan efektif), dan yang terpenting anggaran biaya pembangunan relatif lebih mungkin. Sebegitu populernya, di sekitar Bandung kemudian dan beberapa daerah di Jakarta muncul desain-desain serupa, yang diisukan bukan lagi karya beliau melainkan karya kontraktor-kontraktoryang pernah bekerja sama dengan beliau, yang sudah hapal betul cara desain sampai pembangunan beliau yang memang sangat disiplin.

Richard Meier

Seperti sebuah angin segar, karya 'minimalis' pertama-tama ini menjadi begitu diminati, apalagi setelah mendapat dorongan dari generasi keduaArsitekMuda Indonesia dan desainer-desainer Bandung yang mengaku bukan lagi dipengaruhi oleh Tan Tjiang Ay tetapi dari karya-karya desainer Jepang yang sudah lebih dahulu mempopulerkan

minimalis, sebutsajaTadaoAndo juga dari Barat, yaitu salah seorang tokoh 5 Arsitek Kontemporer (Einsenmann, Gehry, John Hedjuk dkk) Richard Meier, la membawa pengaruh besar pada perkembangan minimalis lewat desainnnya yang dikatakannya secara jujur adalah pengembangan terhadap desain-desain Le Corbusier, seorang eksponen aritektur Modern di tahun 1960-70-an.

Meier mengatakan bahwa arsitektur modern, terutama karya Corbu, belum mencapai titik optimalnya dan masih banyak yang bisa digali dan dikembangkan dari situ, la juga meradikalisasi less is more-nya

International Style dengan selalu memberi warna total putih pada

keseluruhan desainnya. Karyanya seperti sebuah rumah kaca yang saling merefleksikan antara detail yang satu dengan yang lainnya.

Tadao Ando

(3)

n

Karya-karyanya tampak seperti mutiara putih berbentuk bangunan, yang tidak mungkin terlewat pandangan mata. Sementara Ando bukan saja penggemar Corbu, ia termasuk eksponen gerakan arsitektur modern. Berbeda dengan Meier, karya Ando terasa begitu jujur, diam, somber dan syahdu. Meier mempermainkan unsur light-ringan, Ando menunjukkan

kekerasan karakter, ruang terasa berat. AMI yang sebelumnya merupakan gerakan arsitek muda yang berusaha mendobrak kemapanan dan kemandegan perkembangan desain Indonesia (;klaim mereka,tentunya) dengan mengangkat karya-karya arsitektur ala-dekonstruktivis era pertengahan tahun 1990-an, merasa lebih bisa memperjelas 'artikulasi' desain mereka lewat minimalis, sebagai jawaban

atas kritikan seorang sejarawan arsitektur Indonesia yang terkemuka, Yuswadi Saliya. Didalam AMI ini termasuk, Andra Matin dan Baskoro Tedjo, dua dari desainer yang kerap, entah sengaja atau tidak mempopulerkan desain minimalis di awal tahun 2000.

Tan Tjiang Ay, pengaruh desainer Jepang seperti Ando, Barat seperti Meier, AMI, dekonstruksi dan keperluan artikulasi desain bisa dikatakan melahirkan minimalis (Indonesia).

Andra

Dibalik Sejarah Minimalis (Indonesia)

Pertengahan tahun 1990-an muncul fenomena baru dalam desain yang dikenal dengan nama dekonstruksi. Berasal dari filsafat yang dikembangkan oleh seorang Derrida sejak tahun 60-an, menyusup dalam desain awal tahun 80-an dan masuk ke Indonesia awal-pertengahan tahun 1990-an. Dekonstruksi secara rendah makna adalah chaos, pesta pora atas perombakan kemapanan desain. Rendah makna. Tetapi suasana politik Indonesia di luar desain saat itu juga sedang menuju chaos, sadar atau tidak sadar. Bagaimanapun perkembangan desain selalu mengikuti hawa politik yang melingkupinya.

Tahun 1980-an, bagi generasi yang mengalaminya adalah masa yang teramat sangat stabil, sampai-sampai stasnan. Tidak ada perkembangan, tidak progress kata modernis,

(4)

juga tidak ada process kata posmodemis. Yang paling parah tidak ada pembelajaran. Namun mulai pertengahan tahun 1990-an keadaan mulai berubah, orang mulai bosan dengan keadaan super stabil ini. Keadaan yang cocok untuk membernaskan pemikiran-pemikiran posmodemis(;dengan menjadikan modernis sebagai kutub opositif, sehingga seakan-akan keadaan super stabil tadi = modern, walaupun belakangan tidak demikian). Wacana terbit, lama kelamaan menjadi tindakan. Tahun 1999, Indonesia mengalami yang katanya reformasi. Desainpun demikian, desainer merayakannya dengan dekonstruksi, langsung menusuk dengan ujung tombak pemikiran posmodemis tanpa kelengkapan sejarah, dari mulai wacana, tataran teoritis sampai tataran konsep rancang bangun.

Setelah euphoria reformasi, perlahan-lahan kenyataan menunjukkan sifat aslinya. Diawali dengan lahir kembali dan mulai berproses hingga sekarang, orang Indonesia belajar berwarganegara. Desain? Tampaknya juga mengikuti pola yang sama, setelah

euphoria dekontruksi yang pada kenyataannya kebanyakan berakhir di meja perancang

sebagai konsep bermain yang mengasyikkan, para desainer mulai merasakan kesenjangan teori-sejarah dan praktik. Keadaan super stabil yang dirasakan oleh para desainer mulai mengimbas. Keadaan itu telah lama membuat mereka tidur dan kehilangan imajinasi dan kreativitas dan dekonstruksi hanya membantu menghancurkan tetapi kurang dalam mencipta.

Hal lain yang menghantui adalah hancurnya perekonomian yang sampai hari inipun masih kita rasakan. Desainer di Indonesia tidak mungkin berpikirsecara marjinal, uang-ekonomi masih menjadi penentu akhir sebuah gagas desain mewujud. Dan apabila dekonstruksi didasarkan pada kenyataan itu pasti hanya akan berakhir di keranjang sampah.

Tanpa adanya dekonstruksi ditambah teori posmodern yang semakin dalam, desainer justru kehilangan arah. Tidak ada pegangan. Sementara itu hal lain yang terungkap dan tak kalah pentingnya adalah kelemahan desainer pada 'akar', atau dalam desain dikenal dengan nama 'detail'. Seperti juga bangsa Indonesia yang bingung pada jati diri bangsanya, sehingga gampang terpecah-belah, desainer juga mengalami krisis identitas. Hanya saja bedanya saat ini kita boleh menggunakan kendaraan apapun, dan mengamini pendapat pribadi atau siapapun. Dekonstruksi jelas tidak memiliki akar di sini. Maka sebagian berusaha kembali menggali nilai-nilai desain yang bertradisi (nasional) dan sebagian kembali mendesain dengan bentuk dan bahan dasar. Dilain sisi ada juga para desainer yang kembali memahami nilai-nilai murni desain dan bangun. Detail kembali dipelajari dari dasarnya setelah lama tidak lagi diperhatikan.

(5)

Tan Tjiang Ay menjawab kebuntuan dan pencarian yang didasarkan juga pada kebutuhan lewat desainnya, dan dengan segera melalui transenden pemaknaan literal, gagas desain-bangunnya dikenal dengan nama minimalis. Desainer lainnya mengimbuhi dengan wacana teoretik dan perpaduan runutan gagasan desain Timur (Jepang) -Barat. Detail muncul mau tidak mau lewat simplisitas desain. Detailpun bisa tidak perlu muncul dengan dalih simplisitas desain. Dualisme yang sempuma.

Bahan dasar muncul sesuai karakternya, beton tetap beton, abu-abu, batu tetap batu (;apalagi dengan banyaknya pilihan batu alam saat ini), kayu muncul tetap sebagai kayu, coklat, dan tradisi terwakilkan sedikit dengan bahan-bahan yang dekat dengan alam ini (;natural: kayu, batu dan sebagainya). Orang awam, terkesan dengan mangkus dan sangkil-nya desain minimalis (Indonesia) terutama dari segi pembiayaan (;yang kemudian setelah berkembang sejauh ini pembiayaannya bukan lagi minimalis tetapi cukupeksklusif).Klop. Minimalis lahir.

Tan Tjiang Ay, dasar pemikiran desain luar Timur dan Barat, AMI, dekonstruksi dan keperluan artikulasi desain melahirkan minimalis (Indonesia). Dan seperti sejarahnya di Tate Gallery, dimana minimalis pertama di dunia seni rupa dikenal justru di masa posmodern, padahal sebenarnya ia lebih dekat pertautannya dengan modern, maka sejarah minimalis (Indonesia) lahir dari masa yang serba tidak pasti (posmodern Indonesia) dengan tuntutan-tuntutan yang lebih menjawab akar tradisi modern.

Penutup

Dan lihatlah. Minimalis (Indonesia) tumbuh subur. Dimana-mana para desainer keranjingan menggunakan minimalis sebagai alat kendara desain. Semua disesuaikan dari mulai desain eksterior, interior sampai desain mebel. Reproduksi dan reproduksi ditampilkan sebagai gagas desain-bangun. Awal yang menggembirakan. Akhir yang tidak jelas. Namun atas nama proses baiknya kita terima minimalis sebagai tema desain paling manjur saat ini. Hanya saja saat menonton trilogi The Lord of the Rings penulis begitu terpukau dengan unsur dekoratif dan detail yang memukau dari The Shire, Rivendell, Lothlorien, City of Rohan, City of Gondor, Mordor, Moria, Isengard. Siapa yang tidak? Mengapa? Menarik bukan...

Referensi

Dokumen terkait

Pabrik Compressed Methane Gas (CMG) dari Biogas Fermentasi Thermophilic Palm Oil Mill effluent (POME) Menurut Suyitno (2010), ada tiga kondisi proses utama dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pengelompokan surat-surat dalam Al Qur’an berdasarkan jumlah ayat, jumlah ruku’ dan lama waktu membaca surat

Catatan lapangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencatat segala hal yang berkaitan dengan disposisi dan disposisi berpikir kritis matematis siswa yang

faced by principals in the implementation of academic supervision in improving the professional competence of teachers. This study used descriptive qualitative approach. The

Untuk membandingkan perhitungan biaya produksi antara metode tradisional yang digunakan oleh Ayam Bakar Kaki Lima dengan metode full costing. 1.4

Selanjutnya untuk masalah generasi muda korban perceraian perlu di tangani juga oleh pemerintah desa dengan menjalin kerjasama dalam program bimbingan konseling

Pada Tugas Akhir ini dirancang suatu sistem perangkat lunak untuk klasifikasi golongan kendaraan dengan RFID, pemantauan kendaraan yang melintasi gerbang tol, dan

Demi untuk membenarkan pandangan keliru mereka tentang hukum jihad, ayat ini kemudian diklaim sebagai ayat yang menghapus (menasakh) ayat-ayat lain yang sekiranya