• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pembangunan Poros Maritim Pemerintahan Jokowi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Pembangunan Poros Maritim Pemerintahan Jokowi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Balakang Masalah

Kebijakan publik merupakan hal paling penting dalam menjalankan roda

pemerintahan.1 Pemerintah adalah institusi yang menyelenggarakan kewenangan

politik, ekonomi dan adminitratif untuk mengatur urusan negara di setiap

tingkatan. Pemerintahan merupakan mekanisme yang kompleks, yang melibatkan

proses dan institusi sebagai wahana warga dan kelompok masyarakat

mengartikulasikan kepentingan, menjalankan hak dan kewajiban, dan memediasi

perbedaan-perbedaan. Dalam perspektif ini pemerintah mencakup seluruh metode

membagikan kekuasaan dan mengatur sumber daya dan masalah publik.

Pemerintah yang baik akan mengalokasikan sumber daya dan masalah publik

secara efisien, memperbaiki kegagalan pasar (market failure), menyusun

peraturan yang efektif dan menyediakan kebutuhan publik yang tidak disuplai

oleh pasar.2

Realitas seharian manusia selalu di isi sejumlah issu atau permasalahan

yang membutuhkan perhatian dan penyelesaian segera. Melalui kebijakan publik

diharapkan semua kebutuhan, kepentingan-kepentingan, keinginan semua

masyarakat dapat diwadahi. Di tengah tuntutan untuk memberikan peran lebih

kepada pemerintah muncul juga gagasan untuk membatasi peran

pemerintah.Kaum neo-liberal bahkan memimpikan sebuah tatanan dimana negara

2

(2)

hanya menjalankan peran residual dalampenyelenggaraan urusan publik dengan

hanya menangani urusan-urusan yang dapat diselenggarakan oleh pusat paling

minimal sekalipun. Dengan demikian, peran dan posisi pemerintahan serta

kebijakan publik sebagai instrumennya tetap menempati posisi sentral dalam

masyarakat modern di tengah berbagai agenda neo-liberal untuk memangkasnya.3

1. Membangun kembali budaya maritim Indonesia.

Kebijakan poros maritim merupakan salah satu agenda dan misi dari

Jokowi. Konsep pembentukan Indonesia poros maritim dunia terdiri dari lima

pilar utama yang disampaikan Jokowi dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat

Tinggi (KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) tanggal 13 November 2014 di Nay

Pyi Taw, Myanmar, Presiden Jokowi menegaskan konsep Indonesia sebagai Poros

Maritim Dunia sehingga agenda pembangunan akan difokuskan pada 5 (lima)

pilar utama, yaitu:

2. Menjaga sumber daya laut dan menciptakan kedaulatan pangan laut

dengan menempatkan nelayan pada pilar utama.

3. Memprioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan

membangun tol laut, deep seaport, logistik, industri perkapalan, dan pariwisata

maritim.

4. Menerapkan diplomasi maritim, melalui usulan peningkatan kerja sama di bidang

maritim dan upaya menangani sumber konflik, seperti pencurian ikan,

pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut

dengan penekanan bahwa laut harus menyatukan berbagai bangsa dan negara dan

(3)

5. Membangun kekuatan maritim sebagai bentuk tanggung jawab menjaga

keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.4

Pengembangan hukum maritim juga perlu dilakukan Indonesia sebagai

sebuah negara maritim. Penguatan kemaritiman merupakan salah satu visi

Presiden jokowi yang tercantum dalam agenda Nawa Cita. Kebijakan ini semakin

menguat sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

Kelautan. Sayangnya, masih terdapat beberapa permasalahan seperti pembagian

kewenangan pusat dan daerah dalam pengelolaan laut, mekanisme penyelesaian

konflik antar negara dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) kelautan,

penghitungan dampak pelanggaran hukum dan pencemaran laut, pembatasan

keikutsertaan asing dalam pengelolaan SDA di laut, pembatasan kepemilikan

individu dan korporasi dalam pengelolaan SDA laut, serta keterlibatan masyarakat

adat dalam pengelolaan SDA di laut. Selain itu, pembatasan kepemilikan dan

pengelolaan individu dan korporasi atas Sumber Daya Lingkungan Hidup

(SDA-LH dalam Undang-Undang Kelautan hanya dimaknai sebagai "kewajiban

memiliki izin". Soal penghitungan dampak, belum kelihatan aturan yang mengatur

kewajiban menghitung dampak negatif yang akan muncul dalam pemanfaatan

SDA-LH dan memasukkannya dalam biaya pengelolaan SDA-LH. Keterlibatan

masyarakat hukum adat juga belum diatur secara optimal dan lebih diarahkan

sebatas bidang wisata bahari, sehingga perlu diperkirakan untuk disempurnakan

kembali melalui amandemen Undang-Undang kelautan. Dalam sejarah maritim

Asia, jalur yang ditempuh pedagang China, Jalur Sutra, terdiri dari darat dan laut.

Jalur darat mempunyai rute yang melalui China, Asia Tengah, India, dan Asia

(4)

Barat. Jalur laut merupakan kelanjutan dari jalur darat yang dimulai dari Teluk

Persia sampai Laut Merah. Selain itu, jalur laut juga dapat ditempuh dari Teluk

Benggala sampai ke Teluk Persia. 5

Jenis ideal sistem internasional yang dipahami secara tradisional hubungan

internasional dan ilmu politik komparatif adalah dunia nasional "varietas"

kapitalisme diwakili dalam politik internasional melalui perantaraan pemerintah

nasional.6 Geografis maritim suatu negara membuka peluang bagi negara tersebut

menjadi negara maritim yang mengimplementasikan keberlangsungan politik luar

negeri di dalam perwujudan kegiatan-kegiatan di dalam negara maritim tersebut.7

5

Ibid

6

Beni Pramula, Ironi Negeri Kepuluan, Jakarta : AlexMedia Komputindo. Hlm 7.

7

Nathan Lillie. 2006. A Global Union for Global Workers: Collective Bargaining Regulatory Politics

Indonesia merupakan negara maritim dan sudah menjadi bagian dari jalur

perdagangan laut yang penting sejak masa prasejarah, khususnya di Selat Malaka.

Namun, hubungan perdagangan Nusantara dengan China dan India baru dimulai

pada abad ke-3 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan tulisan dari Fa-Hsien, yang

berlayar dari India ke China melalui Jawa..

Walaupun Indonesia merupakan negara maritim sejak masa prasejarah,

pemanfaatan potensi ekonomi laut masih belum maksimal karena pemerintah

tidak terlalu serius menggarap sektor kelautan dan perikanan. Pembangunan dan

ekonomi Indonesia masih berbasis pada eksplorasi dan pengolahan wilayah

daratan, padahal perairan Indonesia lebih luas dan potensial untuk peningkatan

kesejahteraan rakyat. Hal tersebut yang mendasari pemikiran Presiden Joko

(5)

Visi pembentukan poros maritim dunia tersebut tidak hanya menjadi

kebijakan dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Hal tersebut berkaitan dengan

kapal asing ataupun negara lain yang juga memerlukan wilayah perairan

Indonesia, tidak hanya untuk sebagai jalur pelayaran, tetapi juga sebagai tempat

melakukan bisnis. Apalagi kebijakan tersebut sudah dipaparkan Jokowi di dalam

East Asian Summit (EAS), yang merupakan forum interaksi pemimpin-pemimpin

dari pelbagai negara. Oleh karena itu, kebijakan pembentukan poros maritim

dunia merupakan kebijakan luar negeri Indonesia saat ini.

Rezim internasional merupakan bagian dari kesempatan politik

transnasional. Konsep internasionalrezim dikembangkan dalam teori hubungan

internasional untuk menjelaskan mengapanegara-negara berdaulat, dalam dunia

yang anarkis, sering mengatur hubungan antar negara merekamelalui sistem

norma, harapan dan institusi, yang melakukantidak selalu melayani kepentingan

langsung dari setiap negara bagian yang terlibat (Krasner1983). Dalam beberapa

tahun terakhir, minat dalam hubungan transnasional pribaditelah melahirkan

agenda riset baru di rezim internasional denganpenekanan pada aktor non-negara

dalam politik dunia.

Indonesia merupakan negara yang dua per tiga dari wilayah terdiri dari

perairan dan kaya sumber daya kelautan.Indonesia terdiri dari 92 pulau-pulau

terdepan dan 31 diantaranya berpenduduk.8

8

Beni Pramula, Ironi NegeriKepulauan, Jakarta: Alex Media Komputindo, hlm 7

dan sumber daya laut yang beradam

dan sangat kaya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Soekarno, dalam salah satu

pidatonya, Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat jika mempunyai kemampuan

(6)

sama. Indonesia akan dibentuk menjadi sebuah negara maritim yang menjadi

pusat aktivitas kelautan dunia.

Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),

Andrinof Chaniago, menyatakan bahwa Jokowi ingin menjadikan wilayah

perairan Indonesia sebagai wilayah teraman di dunia untuk semua aktivitas laut.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan poros maritim tidak hanya berkaitan

dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia, tetapi juga peningkatan

keamanan dan kenyamanan negara lain data berada di wilayah Indonesia.

Kebijakan poros maritim tidak hanya berkaitan dengan permasalahan domestik,

tetapi juga internasional.9

Jika suatu negara terdiri dari kelompok pulau, interkoneksi perairan dan

lainnya

fitur alam itu bisa dianggap sebagai sebuah negara kepulauan jika unsur-unsur

memuaskan

Ruang laut untuk menjadi negara maritim. Indonesia harus mampu

memanfaatkan semua unsur kelautan di sekelilingnya untuk kesejahteraan bangsa

dan kemajuan bangsa, serta membentuk keamanan laut yang memadai untuk

mencegah pelanggaran hukum. Sementara itu, di tataran diplomasi dan hubungan

luar negeri, Indonesia harus mampu melakukan diplomasi ekonomi maritim.

Diplomasi ekonomi maritim menempatkan pemanfaatan potensi kelautan sebagai

bagian dari diplomasi dengan negara lain. Upaya diplomasi ini tidak hanya dapat

meningkatkan investasi di Indonesia, tetapi juga memperkuat hubungan kerja

sama dengan negara lain, terutama yang berada di wilayah Asia Tenggara.

(7)

salah satu dari dua kondisi. Kondisi pertama adalah bahwa unsur-unsur 'dan’

harus

membentuk suatu entitas geografis, ekonomi dan politik intrinsik ‘atau'.

Penggunaan

'Dan' daripada 'atau' mensyaratkan bahwa memenuhi kepulauan semua kualifikasi

hal. Ini akan menjadi mungkin untuk memeriksa kata-kata, 'intrinsik', 'geografis',

'Ekonomi', 'politik' dan 'entitas' dan menghasilkan serangkaian definisi kondisi ini.

Namun, karena dua alasan itu hampir tampaknya layak dilakukan. Pertama adalah

negara itu sendiri yang harus membuat penilaian.10

10

Victor Prescott. Schofied Clive. 2005. The Maritime Political Boundaries of the World. Leiden, Netherland: Martinus Nijhoff Publisher hlmn 149

Gagasan poros maritim yang dilontarkan oleh presiden Joko Widodo

mendapat perhatian luas dan respons beragam dari berbagai kalangan, baik di

dalam negeri maupun di luar negeri.

Di satu pihak, gagasan itu dilihat sebagai angin segar di tengah

kegersangan ide mengenai arah masa depan yang ingin dituju oleh Indonesia. Di

sisi lain, ada juga yang bersifat skeptis, terutama karena pengalaman masa lalu di

mana gagasan kemaritiman Indonesia kerap berlalu sebagai wacana belaka.

Namun, berbeda dengan berbagai wacana serupa sebelumnya, gagasan

poros maritim yang dilontarkan Jokowi memberi harapan dan optimisme lebih

kuat. Perbedaan itu dapat dilihat dari keutuhannya sebagai sebuah pemikiran yang

mencakup tiga elemen dasar—sebagai sebuah cita-cita, sebagai doktrin, sebagai

bagian dari agenda pembangunan nasional—dan cara/strategi untuk

(8)

Tiga elemen poros maritim: yaitu pertama, poros maritim dapat dilihat sebagai sebuah visi atau cita-cita mengenai Indonesia yang ingin dibangun. Dalam

konteks ini, gagasan poros maritim merupakan sebuah seruan besar untuk kembali

ke jati diri Indonesia atau identitas nasional sebagai sebuah negara kepulauan,

yang diharapkan akan mewujud dalam bentuk Indonesia sebagai kekuatan

maritim yang bersatu (unity), sejahtera (prosperity), dan berwibawa (dignity).

Kedua, poros maritim juga dapat dipahami sebagai sebuah doktrin, yang

memberi arahan mengenai tujuan bersama (a sense of common purpose). Sebagai

doktrin, Jokowi mengajak bangsa Indonesia melihat dirinya sebagai ”Poros

Maritim Dunia, Kekuatan di Antara Dua Samudra”. Doktrin ini menekankan

realitas geografis, geostrategis, dan geoekonomi Indonesia yang masa depannya

tergantung, dan pada saat yang bersamaan ikut memengaruhi, dinamika di

Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Ketiga, gagasan poros maritim Jokowi tidak berhenti pada level abstraksi

dan konseptualisasi. Gagasan itu menjadi operasional ketika platform Jokowi juga

memuat sejumlah agenda konkret yang ingin diwujudkan dalam pemerintahannya

ke depan. Misalnya, rencana pembangunan ”tol laut” untuk menjamin

konektivitas antarpulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan,

pembangunan pelabuhan, perbaikan transportasi laut, serta fokus pada keamanan

maritim, mencerminkan keseriusan dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros

maritim dunia. Dengan kata lain, gagasan poros maritim juga bagian penting dari

agenda pembangunan nasional.

Pertanyaannya, bagaimana strategi untuk mewujudkan gagasan poros

(9)

Maritim Dunia” perlu proses dan waktu tidak singkat. Namun, kita tak boleh

terpaku pada perbincangan mengenai cita-cita, tetapi sudah harus segera mulai

bekerja membangun fondasi yang kuat bagi perwujudan cita-cita itu. 11

Kedua, wawasan bahari dan MDA perlu ditopang oleh, dan dituangkan

dalam, determinasi untuk melakukan penguatan infrastruktur maritim. Fokus pada

pembangunan infrastruktur ini sudah tertuang dalam rencana kerja agenda

pembangunan Jokowi-Jusuf Kalla. Ketiga, pembangunan maritim perlu biaya

yang besar, ketersediaan teknologi yang cukup, dan waktu yang panjang. Sulit

rasanya membayangkan semua itu dapat dilakukan oleh Indonesia secara

mandiri.

Kerja untuk mewujudkan gagasan poros maritim dunia itu perlu

difokuskan setidaknya padtiga strategi dasar. Pertama, kesiapan sumber daya

manusia. Hal ini perlu dimulai dengan melakukan pengarusutamaan wawasan

bahari ke dalam proses pendidikan. Indonesia juga perlu menyiapkan keahlian di

berbagai bidang kelautan, mulai dari yang bersifat teknis, teknologi, sampai

ahli-ahli strategi dan hukum laut internasional. Pada level yang lebih strategis, bangsa

Indonesia juga perlu memperkuat kesadaran lingkungan maritim (maritime

domain awareness/MDA).

12

Karena itu, Indonesia perlu menyusun kerangka kerja sama kemitraan

maritim multilateral untuk mewujudka n cita-cita dan pelaksanaan agenda

pembangunan poros maritim ini. Misalnya, Indonesia dapat membentuk Indonesia

11

Octaviani Pramono. Inspirasi Srikandi Jokowi: Susi Pudjiastuti: Si gila Yang Dipercaya Jokowi. Yogyakarta: Syura Media Utama, hlmn 132

12

(10)

Maritime Partnership Initiative (Prakarsa Kemitraan Maritim Indonesia) bersama

Jepang, Tiongkok, India, Korea Selatan, dan Singapura.

Tantangan dalam menjalankan ketiga strategi itu tentunya tak mudah

untuk diatasi. Namun, Indonesia tidak memiliki pilihan lain, kecuali segera

mengambil dan memulai upaya untuk mengembalikan jati dirinya sebagai negara

kepulauan, yang berada di antara dua samudra strategis.

Dalam mengimplementasikan poros maritim ada banyak kebijakan yang

harus direvisi. Misalnya,

Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Aturan

ini membuka peluang korporasi asing menguasai SDA yang ada di laut Indonesia.

Padahal, untuk membangun poros maritim, yang utama adalah

mensejahterakan nelayan dan penduduk di pesisir dan pulau kecil. Pada dasarnya,

kebijakan poros maritim dunia tersebut mendukung pembentukan konektivitas

nasional dan regional yang bertujuan untuk menyatukan negara-negara di kawasan

Asia Tenggara. Pada tahun 2015, Association of South East Asian Nations

(ASEAN) telah melaksanakan Komunitas ASEAN. Dalam pelaksanaan

Komunitas ASEAN, konektivitas di tataran nasional dan regional menjadi hal

yang sangat penting. Apalagi Indonesia merupakan negara kepmenyatukan

antarpulau sangat diperlukan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkam di atas, peneliti memiliki

ketertariakan untuk membahas kebijakan pembentukan poros maritim sebagai

bagian kebijakan luar negeri Indonesia yang berdampak lokal dan regional.

Penelitian ini menjelaskan mengenai kebijakan pembentukan poros maritim dunia

(11)

kebijakan pembentukan poros maritim tersebut dianalisis dengan menggunakan

metode perspektif adaptif, sehingga tinjauannya didasarkan pada kondisi internal,

eksternal dan idiosinkratik dari Jokowi, sebagai Presiden Indonesia saat ini.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana kebijakan pembangunan poros maritim pemerintahan Jokowi

sejauh ini

2. Bagaimana implementasi salah satu pilar Nawa Cita yakni memprioritask

infrastruktur dan konektivitas tol laut, deep seaport, logistik, industri

perkapalan, dan pariwisata maritim sejauh ini?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ditemukan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Menjelaskan kebijakan pembangunan poros maritim pemerintahan

Jokowi.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis implementasi kebijakan pembangunan

poros maritim Jokowi sejauh ini.

C. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini menggunakan teori Kebijakan Publik ,dan

(12)

2. Secara lembaga. penelitian ini akan menambah khazanah bliferas

khususnya bagi departemen ilmu politik FISIP-USU.

3. Bagi masyarakat. penelitian ini berguna untuk menambah bacaan

khususnya dalam kebijakan poros maritim Pemerintahan Jokowi.

D. Kerangka Teori

f.1 Kebijakan Publik (Public Policy)

Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh

seorangpelakuatau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk

mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya pihak yang membuat kebijakan;kebijakan

itumempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya.

Para sarjana menekankan aspek kebijakan publik (public policy, beleid)

menganggap bahwa setiap masyarakat mempunyai beberapa tujuan bersama.

Cita-cita bersama ini ingin dicapai melalui usaha bersama., dan untuk itu perlu

fitentukan rencana-rencana yang mengikat yang tertuang dalam kebijakan (policy)

olehpihak yang berwenang dalam hal ini. Berikut iniada beberapa defenisi:

a. Hoogerwerf: Objek dari ilmu politik adalah kebijakan pemerintah,

proses ternemtuknya, serta akibat-akibatnya.

b. David Easton: Ilmu politik adalah studi tentang terbentuknya kebijakan

umum. (study of the makingofpublic policy).13

Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang dilakukan olehpemerintah.

(13)

mempunyai pengaruh terhadap kepentingan masyarakat secara luas. Kebijakan

publik secara garis besar mencakup tahap-tahap perumusan masalah kebijakan,

implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Ada 3 hal pokok yang perlu

diperhatikan dalam analisis kebijakan yakni Pertama, fokus utamanya adalah

mengenai penjelasan kebijakan bukan mengenaianjuran kebijakan yang “panyas”.

Kedua, sebab-sebab dan konsekuensi-konsekuensi dari kebijakan-kebijakan

publik diselidiki dengan teliti dan dengan menggunakan metodologi ilmiah.

Ketiga, analisa dilakukan dalam rangka mengembangkan teori-teori umum yang

dapat diandalkan tentang kebijakan-kebijakan publik dan

pembentukannya,sehingga dapat ditetapkan terhadap lembaga-lembaga dan

bidang-bidang kebijakan yang berbeda.

Tahap-tahap kebijakan : Penyusunan Agenda > Formulasi Kebijakan >

Adops iKebijakan > ImplementasiKebijakan > Evaluasi Kebijakan.14

Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat dipilih dan dinangkat menempatkan masalah pada agenda

publik. Beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para ebijakan.

Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang telah masukke agenda kebijakan kemudian dibahas olehpara

pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicarri

(14)

Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyakalternatif kebijakan yang ditawarkan olehpara [erumus

kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi

dengan dukungan mayoritas dan lembaga.

Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi program catatn-catatan

elitjika program tersebut tidakdiimplementasikan. Uleh karena itu,program

kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus

diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun

agen-agen pemerintahan. Beberapa implementasikebijakan mendapai dukungan

dari para pelaksana namun ada juga yangmenentangnya.

Tahap Penilaian Kebijakan.

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievalusi

untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu menyelesaikan

masalah.Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untukmeraih dampak yang

diinginkan, dalamhal ini memperbaiki masalah yang ada dalam masyarakat. 15

1. Identification of needs, yaitu mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan

masyarakat dalam pembangunan dengan mengikuti beberapa kriteria antara

lain : menganalisisi data, sampel, data statistik, model-model simulasi,

analisis sebab-akibat dan teknik-teknik peramalan.

(15)

2. Formulasi usulan kebijakan yang mencakup faktor-faktor strategik,

alternatif-alternatif yang bersifat umum, kemantapan teknologi dan analisis dampak

lingkungan.

3. Adopsi yang mencakup analisis kelayakan politik, gabungan beberapa teori

politik dan penggunaan teknik-teknik penganggaran.

4. Pelaksanaan program yang mencakup bentuk-bentuk organisasinya, model

penjadwalan, penjabatan keputusan-keputusan, keputusan-keputusan

penetapan harga, dan sekenario pelaksanaannya.

5. Evaluasi yang mencakup penggunaan metode-metode eksperimental, sistem

informasi, auditing dan evaluasi mendadak.16

Kebijakan publik membutuhkan partisipasi masyarakat dalam

pelaksanaannya, adapun contoh-contoh kebijakan publik yaitu sebagai berikut :

A. Kebijakan Publik Yang Berupa Peraturan Perundang-Undangan seperti

Mengikuti wajib belajar 9 tahun, Membayar Pajak Bumi dan Bangunan,

Menggunakan hak untuk memilih dalam pemilihan umum, Melaksanakan

peraturan daerah yang telah ditetapkan dan berlaku di suatu daerah, Tidak

melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme agar terwujud penyelenggara

negara yang bersih dan bebas dari KKN, Menggunakan lambang negara,

bendera, dan lagu kebangsaan sesuai dengan peraturan , Menyampaikan

aspirasi atau pendapat baik dalam bentuk unjuk rasa, demonstrasi, pawai,

rapat umum, mimbar bebas, dan memberitahukan secara tertulis kepada Polri

selambat-lambatnya 3x24 jam sebelum kegiatan dimulai, yang diterima oleh

Polri setempat.

(16)

B. Kebijakan Publik Yang Berupa Pidato-Pidato Pejabat Tinggi

sepertiMelaksanakan anjuran yang disampaikan oleh presiden pada setiap

tanggal 17 Agustus, Melaksanakan anjuran yang disampaikan oleh menteri,

gubernur, bupati, walikota melalui pidatonya pada peringatan hari besar

nasional.

C. Kebijakan Publik Yang Berupa Program-Program Pemerintah seperti

Melaksanakan anggaran sesuai dengan yang termuat dalam APBN atau

APBD, Melaksanakan arah kebijakan yang termuat dalam GBHN

D. Kebijakan Publik Yang Berupa Tindakan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah

seperti Mendukung kunjungan presiden dan menteri ke negara lain,

Mendukung kehadiran presiden atau menteri ke suatu daerah, kongres,

muktamar, munas dan sebagainya, Melaksanakan sambutan presiden,

menteri, kepala daerah, perangkat daerah pada kegiatan resmi atau

protokoler17

Secara alamiah, negara yang diwakili pemerintah telah terkait dalam

sebuah kontraksosial alamiah dengan warga negara. Kontrak yang bersifat

mengikat tersebut mewajibkan pemerintah untuk menyediakan berbagai

kebutuhan-kebutuhan atau bahkan keinginan warga negara yang merentang dari

hal-hal dasar hingga hal-hal yang lebih fundamental maupun spiritual. Dalam

menjalankan kontrak tersebut,pemerintah pun dibekali dengan sejumlah instrumen

seperti otoritas dan sumber daya yang penggunaannya tetap harus tunduk pada

(17)

Dengan otoritas dan sumber daya yang dimilikinya, pemerintah

dihadapkan dengan salah satu tantangan terberat sejak dimulainyasejarah

peradaban modern yang bernama negara-bangsa. Tantangan tersebut berpusat

pada persoalan alokasi sumber daya yang terbatasuntukmemenuhi kebutuhan dan

keinginan warga negara tidak hanya bervariasi, tetapi juga bertabrakan atau

bertentangan. Tantangan tersebut coba dijawab melalui berbagai kebijakan publik

yang dibuat dan dijalankan oleh pemerintah. Dengan demikian, kebijakan publik

harus mampu mengelola sumber daya yang terbatasuntuk memenuhi kebutuhan

yang tidak terbatas itu, sebagaimana ditegaskan oleh Bromel (2012:1), kebijakan

publikpada hakekatnya berurusan dengan bagaimana menutuskan “who gets what

dan who pays given relative resourese scarcity”. Hal yang sama juga ditekankan

oleh David Easton (1965) yang memperlakukan kebijakan publik sebagai

instrumen politik untuk mengalokasi nilai-nilai. Persoalannya adalah bagaimana

hal itu bisa dilakukan? Kebutuhan ataunilai-nilai siapa dan mana yang

mendapatkan alokasi pemerintah.

Pertanyaan tersebut penting diajukan mengingatkebijakan publik

beroperasi dalamsebuah arena yang meniscayakan pluralitas dimensi seperti

aktor,kepentingan, nilai, kekuasaan, pengetahuan, informasi, dan lain

sebagainya.dalamkonteks yang demikian, muncul paradoks yang nyaris jamak

terjadi yang ditemukan kapan dan dimana saja. Di satu sisi, kebijakan

publikmemainkan fungsi moderasi publik dengan mengalokasikan sumber daya

untuk memenuhi kebutuhan atau nilai tertentu.namun pada saat yang sama,

kebijakan publik menjadi pemicukonflik itu sendiri karena ketidakmampuannya

(18)

(O’Kelly dan Dubrick 2005;picer 2009). Paradoks seperti itulah yang menjadikan

konfliksebagai “the order of the day”. Konflikmenjadi sahabat sebuah peradaban

karena secara natural setiap aktor memiliki kepentingan dan nilai yang berbeda

yang coba diperjuangkan secara maksimal. Oleh karena itu, konfkil tidak perlu

dan tidak dapat dihindari tetapi harus dikelola agar tidakmelulu distrimental

melainkan juga produktif.

Sayangnya, dalam prakteknya tidak banyak kajian yang memberi

perhatian pada sentralis konflik dalam kebijakan publik.konflikjustru cenderung

dihindari atau dianggap tidak relevan dalam diskursi kebijakan. Inilah salahsatu

pemicu banyaknya konflik di dalam dan akibat adanya kebiijakan publik.18

Ekspektasi yang begitu tinggi terhadap pemerintah untuk menjawab

berbagai persoalan masyarakat melalui kebijakan publiksangatlah beralasan.

Sandaran filosofis yang paling dasar adalah konflik sosialalamiah yang disebutkan

sebelumnya. Merujuk pada kontrak tersebut, menyelesaikan berbagai persoalan

publikbukanlah pilihan bagi pemerintah namun sebuah keharusan. Secara Paradoks Kebijakan Publik

Realitas seharian manusia selalu diisi oleh sejumlah isu atau permasalahan

yang membutuhkan perhatian dan penyelesaian segera. Sebagai institusi yang

diberi mandatformal untuk menyelesaikan berbagai persoalan publik,ppemerintah

diberi otoritas untuk membuat dan melaksanakan kebijakan publik. Melalui

berbagai kebijakan publik inilah diharapkan semua kebutuhan,

(19)

normatif pula pemerintah tidak bisa memilih hanya menyelesaikan persoalan

tertentu dan mengabaikan yang lainnya. Belakangan pemerintah “dibenarkan”

untuk meilih persoalan yang mana yang harus diselesaikan dan mana yang bisa

ditunda , atau bahkan diabaikan. Pilihan lainnya adalah bekerjasamana dengan

pihaklain atau bahkan menfransfer upaya penyelesaian atas persoalan tersebut ke

pihak lain. Di sinilah pentingnya membuat kejelasan batasan antara barang publik

dan barang privat, walaupun batasan antara keduanya sringkali tidak melebihi

garis imajiner.

Selain landasan normatif tersebut, ekspektasi masyarakat terhadap

pemerintah juga menunjukkan tren yang terus meningkat walaupun ekspektasi

tersebut seringkali disertai dengan frustasi atau kekecewaan. Tingginya ekspektasi

masyarakat tersebut terutama berkaitan dengan semakin kompleksnya

masalah-masalah publik yang dihadapi secara kolektif oleh warga negara di tengah

meningkatnya standar normatif yang ditentukan masyarakat untuk menilai dan

menuntut pemerintahnya. Transportasi publik pada masyarakat tradisional belum

menjadi sebuah kebutuhan nemun tidak demikian bagi masyarakat modern.19

Namun ditengah tuntutan memberikan peran lebih kepada

pemrintah,muncul juga gagasan untuk membatasi peran pemerintah. Kaum

non-liberal bahkan mengimpikan sebuah tatan dimana negaranya hanya menjalankan

peran residual dalampenyelenggaraan urusan publikdengan hanya nmenangani

urussan-urusan yang tidak dapat diselenggarakan oleh pasar atau masyarakat

secara langsung.sayangnya untukmenjalankan peran yang minimal sekaliapun

19

(20)

atau peran residualnegara harus tetap diperkuat. Dengan demikian,peran dan

posisi pemerintah serta kebijakan publik sebagai instrumennya tetap menempel

posisi sentral dalam masyarakat modern di tengah berbagai agenda neoliberl yang

memangkasnya.

Paradeks lain yang muncul adalah dengan sentralistas yang dimilikinya

alih-alih menyelesaikan berbagai masalah publik, negara malah menjadi bagian

dari masalah itu sendiri. Dalam konteks ini ketika kebijakan publik diharapkan

bisa memoderasi prose pertarungan kepentingan dan nilaiantar kelompok

masyarakat demi mencegah terjadinya nkonflik,ia justru menjelma menjadi

sumber konflik itu sendiri. Terdapat banyak contoh kontemporer yang

memperlihatkan bahwaharmoni dan stabilitas dalam masyarakat justru terganggu

ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan tertentu. Hal ini merentang mulai dari

konstitusi itu sendiri hingga produk-produk turunannya. Observasi Steven Ney

(2009:1) cukup akurat ketika penulis ini menyimpulkan bahwa semakin

pemerintah berusaha untuk menyelesaikan masalah tertentu semakin jauh ia

bergerak dari resolusi. Dalam konteks ini,pilihan “inaction” pemerintah

seringkalilebih buruk dari pada “action”

Dengan menyajikan paradoks semacam ini, tulisan ini nsamasekalin tidak

berpotensi untuk menghilangkan kebijakan publik secara total.

Sebaliknyaparadoks tersebut menyediakan basis pembelajaran yang sangat baik

untuk memperbaiki kebijakan publik dimsa-masa yang akan datang, agar ia

mampu menjalankan fungsi klasiknya secara lebih optimal yakti menjadi

(21)

pembenahan tersebut pertama dan terutama harus dimulai dengan memahami akar

konflik dalam kebijaatau mekanisme institusionaliskan publik, semakin tinggi

pula tuntutan untuk pemerintah untuk menerima kenytaan bahwa konflik adalah

sebuah normalitas yang tidak mungkin bisa dihindari; ia hanya perlu disikapi dan

dikelola. Dengan kata lain, kebijakan publik yang normal dalah kebijakan

publikyang mampu meniadakan sekaligus negadakan konflik. Dalam banyak

situasi (jika bukan semua) situasi, ia menjadi instrumen atau mekanisme

institusioanalisasi konflik yang sesungguhnya.20

1. Model-model pertumbuhan bertahap linear. (linear stages of growth models) f.2 Teori Pembangunan Politik

Pada mulanya, teori pembangunan didominasi oleh pemikiran yang

cenderung menggambarkan proses pembangunan proses pembangunan sebagai

serangkaian tahapan ekonomi yang berurutan, yang pasti akan dialami setiap

negara dalam menjalankan pembangunan. Teori ini berkembang pada dasawarsa

1950an sampai 1960an, dengan titik fokus perrtumbuhan pembangunan agrerat

semakin cepat. Pada tahun 1970an pendekatan linear tergusur oleh dua aliran

pemikiranyaitu aliran yang pertama menitikberatkan pada teori dan pola

perubahan struktural sedangkan yang kedua adalah revolusi ketergantungan

internasiona. Pada tahun 1980a n muncul kontra revolusi teori neoklasik yang

menekankan pasar bebas dan terbuka.

Todaro (1998) mengelompokkan teori-teori utama pembangunan pada

lima pendekatan yaitu:

20

(22)

2. Kelompok teori dan pola-pola perubahan struktural (the

structuralchangetheories and patterns)21

Ilmu-ilmu sosial di negara-negara barat sebenarnyatidak mempersiapkan

secara khusus untukmenyajikan pedoman-pedoman bagi para cemdikiawan untuk

menelaah masalah-masalah pembangunan sosial dan politik. Pada perkembangan

selanjutnya, dengan diletakkannnya tekanan demi pada penelitian

empiris,menyebabkan banyakpara ahli-ahli lmu sosial menjadi kehilangan

pegangan. Apabila titik pandang diarahkanpada pembangunan

dinegara-negarasedang berkembang, maka pemahaman mereka tentang semua aspek yang

berhubungan dengan itu dangkal sekali. Tetapi padamasa-masayang lali,adalah

suatu hal tang lumrah bagi para ahli untuk menganggap bahwa diri mereka

kapabel dalam menganalisis masalah-masalah pembangunan di dunia ketiga.

Adapun beberapa pengertian pembangunan politik:

1. Pembangunan Politik sebagai Prasyarat Politik bagi Pembangunan Ekonomi.

Pembangunan politik dipandang sebagai keadaan masyarakat politik yang

dapat membantu jalannya pertumbuhan ekonomi. Pembangunan politik adalah

syarat politik berlangsungnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang

memiliki kaitan erat dengan pembangunan politik yang dijalankan oleh suatu

negara.

2. Pembangunan Politik sebagai Ciri Khas Kehidupan Politik Masyarakat

(23)

Menurut pandangan ini, masyarakat industri baik yang demokratis maupun

tidak, menciptakan standart-standart tertentu mengenai tingkahlaku dan prestasi

politik yang dapat menghasilkan keadaan pembangunan politik dan yang

merupakan contoh dari tujuan-tujuan pembangunan bagi sistem politik lainnya.

3. Pembangunan Politik sebagai Modernisasi Politik

Menurut pandangan ini, pembangunan politik merupakan kehidupan

politik yang khas dan ideal masyarakat industri berhubungan erat dengan

pandangan politik identik dengan modernisasi politik . dan pandangan ini masih

berkaitan dengan prestasi ekonomi dalam hal m industrialisasi-isme dianggap

sebagai kondisi puncak yang mentelesaikan semua masalah, dan harapan yang

sama dibebankan kepada pembangunan politik.

4. Pembangunan Politik sebagai Operasi Pembangunan Bangsa

Sudut pandang ini nasianalisme.dan ini merupakan prasyarat penting tetapi

masih kurang memadai untuk dapat menjamin pelaksanaan pembangunan politik

yang meliputi serangkaian usaha penerjemahan perasaan-perasaan nasioonalisme

menjadi semangat kewarganegaraan dan usaha pembentukan lembaga-lembaga

negara yang dapat menampung aspirasi masyarakat ke dalam kebijakan dan

(24)

5. Pembangunan Politik sebagai Pembangunan Administrasi dan Hukum

Dalam membina masyarakat politik yang harus didahulukan adalah

tatanan hukum dan tatanan administrasi.

6. Pembangunan Politik sebagai Mobilitasi dan Partisipasi Masyarakat

Proses partisi[asiini berarti penyebarluasan proses pembuatan kebijakan,

karena pembangunan politik adalah menyangkut peran warga negara dalam

bentuk kesetiaannya kepada negara. Partisipasi masyarakat juga sangat

dibutuhkan ,namun untuk mencegah agar tidak terjadi emosionalisme dan

menyeimbangkan sentimen perlu dibuat tertib politik

7. Pembangunan Politik sebagai Pembinaan Demokrasi

Pandangan ini menyatakan bahwa pembangunan politik seharusnya sama

dengan pembentukan lembaga-lembaga dan praktik-praktik demokrasi.

8. Pembangunan Politik sebagai Stabilitas dan Perubahan Teratus

Stabilitas dapat dihubungkan dengan konsep pembangunan politik dalam

arti bahwa setiap bentuk kemajuan ekonomi dan sosial umumnya tergantung pada

lingkungan yang lebih banyak memiliki kepastian yang memungkinkan adanya

perencanaan berdasar pada prediksi yang cukup aman.

9. Pembangunan Politik sebagai Mobilisasi dan Kekuasaan

Pandangan ini membawa kita pada konsep bahwa sistem-sistem politik

dapat dinilai dari sudut tingkat atau kadar kekuasaan yang dapat dimobilisasi oleh

sistem itu, , sistem politik dapat dievaluasi dari bagaimana kekuasaan absolute

(25)

kekuasaan yang rendah, dan para pengambil keputusan adalah lembaga-Iembaga

impotentuntuk mampu mencapai tujuan-tujuan politik

10.Pembangunan Politik sebagai Satu Segi Proses Perubahan Sosial yang

Multidimensi

Menurut pandangan ini, semua bentuk pembangunan saling berkaitan.

Pembangunan banyak persamaannya dengan modernisasi, dan terjadi dalam

konteks sejarah dimana pengaruh dari luar masyarakat mempengaruhi

proses-proses perubahan sosial, persis sebagaimana perubahan-perubahan dalam bidang

ekonomi, sistem politik dan tertib sosial saling memengaruhi satu sama lain22

Kelemahan mentalitas kita untuk pembangynan (1) konsepsi-konsepsi,

pandangan-pandangan dan sikap mental terhadap lingkungan kita, yang sudah

lama mengendap dalam alam pikiran kita,karena terpengaruh atau bersumber

kepada nilai-budaya kita sejak beberapa generasi yang lalu, atau (2)

konsepsi-konsepsi,pandangan=pandangan dan sikapmental terhadap lingkungan kitayang

baru timbul sejak jaman revolusi, dan yang sebenarnya tidak bersumber pada

sistemnilai budaya kita. 23

22

Afan Gaffar, Beberapa Aspek Pembangunan Politik, Jakarta: Rajawali, 1983, hlm 31-49

23

(26)

f.3 Konsep Maritim

Pengertian Konsep Maritim

Konsep negara maritimadalah sebuah konsep yang mengedepankan untuk

memanfaatkan sumber daya alam di wilayah laut untuk kepentingan rakyat

memakmurkan sebuah bangsa.24

. Pengertian kemaritiman yang selama ini diketahui oleh masyarakat umum

adalah menunjukkan kegiatan di laut yang berhubungan dengan pelayaran dan

perdagangan sehingga kegiatan di laut yang menyangkut eksploitasi atau

penangkapan ikan bukan merupakan kemaritiman. Dalam arti lain kemaritiman

berarti sempit ruang lingkupnya karena berkenaan dengan pelayaran dan

perdagangan laut sedangkan pengertian kemaritiman yang berdasarkan pada

terminologi adalah mencakup ruang atau wilayah permukaan laut, pelagik, dan

nesopelagik yang merupakan daerah subur dimana pada daerah ini terdapat

kegiatan sepertipariwisata, lalulintas, pelayaran dan jasa-jasa kelautan.25

Sejarah menunjukkan pada masa lalu Indonesia memiliki pengaruh yang

sangat dominan di wilayah Asia Tenggara, terutamapadakekuatan maritim besar

dibawah kerajaan Sriwijaya dan kemudian majapahit. Wilayah laut Indonesia

yang merupakan dua per tiga wilayah nusantara mengakibatkan sejak masa

lampau diwarnai dengan berbagai pergumulan dilaut. Sejak jaman dahulu Sejarah Kemaritiman Indonesia

Diakses 1 Juli 2016 Pukul 20.30 WIB

(27)

Indonesia telah menghayati dan memahami arti dan kegunaan laut sebagai sarana

untuk menjamin beberapakepentingan antar bangsa,seperti perdagangan dan

komunikasi politik politik maritim menjadi asas yang seharusnya

diimplementasikan dalam sistem pemerintahan, karena potensi maritim Indonesia

lebih beroriantasi untuk mewujudkan kesejahtraan masyarakat. Politik maritim

menjadikan laut sebagai identitas bangsa untuk memperoleh kedaulatan ,

kekuasaan ekonomi dan militer, serta kesejahtraan masyarakat.26

a. Aspek sosial budaya, Koenjhananingrat (2002) mendefenisikan kebudayaan

adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata

kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun

dalamkehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia

memerlukan belajar maka halitu bisa dikategorikan sebai budaya. Aspek-Aspek Kemaritiman

b. Aspek sosial ekonomi, Dilihat dari rencana pembangunan nasional, analisis

manfaat proyek ditinjau dari sisi ini dimaksudkan agar proyek dapat memberi

kesempatan kerja bagi masyarakat, menggunakan sumber daya lokal

menghasilkan dan mnghemat devisa,menumbuhkan industri lain. Turut

menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan kemampuan,

menambahkan pendapatan nasional.

c. Aspek sosial politik

Berbicara politik akan mengandung makna kekuasaan (pemerintahan) atau

juga kebijaksanaanpolitik di Indonesia harus dapat dilihat dalam konteks

26

(28)

ketahanan nasional yang meliputi dua bagian utama yaitu politik dalam negeri

maupun luar negeri.27

d. Aspek-Aspek Penguatan Kemaritiman

a. Peneguhan pemahaman terhadap wawasan maritim, dapat dilakukan

kembali dengan menumbuhkan kesadaran geografis. Kesadaran geografis

dapat dipahami dengan memberikan pengertian bahwa Indonesia adalah

bangsa yang menempati kepulauan yang tidak hanya mempunyai sumber

daya alam di darat tetapi juga di laut

b. Industri pelayaran menjadi pilihan utama angkutan eksport import dan

faktanya setengah dari angkutan domestik dilayani oleh kapal-kapal

berbendera asing bukan Indonesia. Melalui industri pelayaran yang

mandiri, setidaknya Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri,

melalui penerapan asas cabotage dan pembangunan kembali armada niaga

modern dan tradisioanl.

c. Meletakkan pentingnya penataan ruang wilayah maritim.kondisi ini

menginginkan terciptanya tata ruang yang terpadu antara daerah

pesisir,laut dan pulau-pulau untuk menghasilkan sinergi dan keserasian

antara kawasan /daerah,antarsektor, dan antar strata sosial yang

berwawasan lingkungan.dimana kewenangan ada ada pada pemerintah

kota dan daerah dengan mengikutsertakan masyarakat yang dikoordinasi

oleh pemerintah pusat sebagai fasilitator.

d. Penegakan sistem hukum maritim. Penegakan dapat di bangun dengan

(29)

(undang-undang pokok) sampai dengan yang bersifat operasional, baik hukum

publik maupun hukum perdata yang mengakomodasi hukum adat. Di

samping itu sebagai warga negara maritim terbesar, Indonesia perlu

memiliki sistem peradilan (mahkamah) maritim. Ocean policy menjadi

pilihan wajib dan keharusan yang dilakukan pemerintah dan semua

komponen bangsa untuk mengedepankan sektor kelautan dalam kebijakan

pembangunan nasional. Dalam menformulasikan kebijakan tersebut masih

dilihat secara kesejarahan bahwa kemajuan peradapan bangsa Indonesia

dibangun dari kehidupan masyarakat yang bergantung pada sumber daya

dan lautan. 28

E. Metodologi Penelitian

Metodologi analisis kebijakan diambil dan memadukan elemen-elemen dari

berbagai disiplin ilmupolitik, sosiologi, psikologi, filsafat. Analisis kebijakan

sebagian bersifatdeskriptif, diambil dari disiplin-disiplin tradisional (misalnya

ilmupolitik) yangmencari pengetahuan tentang sebab dan akibat dari

kebijakan=kebijakan publik. Memilih dan menentukan prioritas satu nilai

bukanlah penentuan yang bersifat teknissemata, tetapi juga penalaran yang

bersifat moral. 29

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

Kualitatif. Penelitian ini ingin menggambarkan dan melukiskan objek yang

g.1 Jenis Penelitian

21.30 WIB

29

(30)

diamati berdasarkan fakta-fakta yang ada di lapangan setelah dilakukannya

penelitian. Dalam penelitian kualitatif, fleksibel berkembang karena terus menerus

berada dalam proses.30

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis

melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut. Data primer sekaligus data

sekunder: mencari data dan informasi melalui buku-buku, interner, jurnal dan

lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Cara ini sering dikenal dengan kata

lain atau sering disebut dengan library research. Biasanya data atau sebutlah

informasi yang diterima oleh penulis belum lengkap dan masihdalam bentuk

kasar, acak. Perlu ditata, diedit, diperbaiki kemudian diketik ulang, g.2 Teknik Pengumpulan Data

31

30

Ahmad Nizar Rangkuti, Metode Penelitian Pendidikan, Bandun,g: Citapustaka Media, hlm 97 g.3 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif

deskriptif. Penelitian ini ingin menggambarkan dan melukiskan objek yang

diamati berdasarkan fakta-fakta yang ada dilapangan setelah dilakukannya

penelitian. Dalam menulis laporan hasil penelitian, peneliti kualitatif bermain kata

untuk menyampaikan makna. Data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau

Referensi

Dokumen terkait

Ingin menganalisa informasi mengenai proses promosi berdasarkan data penjualan bahan bangunan melalui penerapan bisnis intelligence dengan OLAP, difokuskan pada data

Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dan mudah untuk segera dilakukan setelah dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan konsentrasi glukosa darah dengan

pikselnya  menyatakan  besaran  yang

Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut... ADAPTASI TERHADAF

Hasonlóképpen látja Barbara Kellerman (1984, p. 70) is a vezetést, amely akkor nyilvánul meg, ha „egy személy konzisztens módon nagyobb hatást gyakorol, mint mások a

Pemberian adenin sulfat 20 mg/L pada media yang mengandung BAP konsentrasi rendah (1-2 mg/L) dengan atau tanpa TDZ secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi kadar VCO (15%, 20% dan 25%) terhadap tipe emulsi karakteristik fisik (organoleptis,

Keandalan sistem distribusi tenaga listrik dapat dilihat dari angka SAIDI ( Sistem Average Interruption Duration Index ) atau lama padam dalam satu periode dan SAIFI ( Sytem