• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Spasial Kepadatan Tikus Pada Rumah Sekitar Pasar Di Kota Kupang, Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Spasial Kepadatan Tikus Pada Rumah Sekitar Pasar Di Kota Kupang, Tahun 2018"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Spasial Kepadatan Tikus Pada Rumah Sekitar Pasar

Di Kota Kupang, Tahun 2018

Spatial Analysis of Rat Density at Home Around the Market

in Kupang City, Year 2018

Sadukh J. J. Pitreyadia*, Rahmawati Etya, Wantia

a

Program Studi Sanitasi Poltekkes Kemenkes Kupang *Email: johankesling@gmail.com

ABSTRAK

Tikus merupakan binatang pengerat dikenal sebagai hama tanaman pertanian dan hewan pengganggu di perumahan dan perkantoran. Tikus juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia. Dalam bidang kesehatan, tikus berperan dalam penularan beberapa penyakit menular terutama penyakit pes dan penyakit lain seperti

leptospirosis dan salmonelosis. Penyakit pes termasuk jenis penyakit menular yang dapat

menimbulkan wabah dan merupakan penyakit dengan tingkat bahaya potensial yang tinggi. Hasil survei awal ditemukan tikus pada rumah di sekitar pasar Kota Kupang dan ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus, seperti terdapat kotoran tikus, bekas gigitan, bangkai tikus maupun tikus hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara spasial kepadatan dan jenis tikus pada rumah di sekitar pasar di Kota Kupang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode survey. Populasi adalah semua rumah sekitar Pasar Oeba, Pasar Oebobo, Pasar Naikoten, Pasar Oesapa dan Pasar Kuanino. Sampel pada penelitian ini adalah 20 rumah dari masing-masing pasar, total sampel adalah sebanyak 100 rumah. pengambilan sampel secara pusposive sampling menggunakan kriteria tertentu dengan radius 100meter dari pasar. Hasil penelitian menunjukkan Kepadatan tikus pada rumah sekitar pasar di Kota Kupang yaitu 0,19 ekor/perangkap. Kepadatan pinjal atau indeks pinjal yaitu 12,58. Spesies tikus yang ditemukan Rattus tanezumi, Rattus

norvegicus, Rattus norvegicus javanus dan Mus musculus. Spesies pinjal yang ditemukan Xenopsylla cheopis. Sebaran tikus pada lokasi penelitian berbeda berdasarkan kondisi

geografis, tikus cenderung lebih banyak pada pasar dataran rendah dan dekat pantai. Disarankan perlu dilakukan pengendalian populasi tikus dengan melibatkan peran serta masyarakat di sekitar pasar dengan cara meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik.

Kata kunci: Spasial, Spesies tikus, Kepadatan Tikus

ABSTRACT

Rats are rodents known as pests of agricultural crops and pests in housing and offices. Rats also carry, spread and transmit various diseases to humans. In the health sector, mice play a role in the transmission of several infectious diseases, especially bubonic plague and other diseases such as leptospirosis and salmonellosis. Plague is a contagious disease that can cause epidemics and is a disease with a high level of potential danger. Preliminary survey results found rats at homes around the Kupang City market and found signs of rats, such as rat droppings, bite marks, dead rats and live mice. This study aims to spatially analyze the density and types of mice in the houses around the market in Kupang City. This type of research is a descriptive study, using survey methods. The population is all the houses around Oeba Market, Oebobo Market, Naikoten Market, Oesapa Market and Kuanino

(2)

houses. Pusposive sampling using certain criteria with a radius of 100 meters from the market. The results showed the density of mice in the houses around the market in the city of Kupang is 0.19 tail / trap. The density of fleas or the index of fleas is 12.58. The mouse species found were Rattus tanezumi, Rattus norvegicus, Rattus norvegicus javanus and Mus musculus. The fleas species found Xenopsylla cheopis. The distribution of rats at different study sites based on geographical conditions, rats tend to be more in the lowland and near-shore markets. It is recommended to control the rat population by involving the participation of the community around the market by improving better sanitation conditions.

Keywords: Spatial, Rat Species, Rat Density

Pendahuluan

Tikus merupakan binatang pengerat yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang dan hewan pengganggu yang menjijikkan di perumahan dan perkantoran. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia. Dalam bidang kesehatan, tikus dikenal berpengaruh besar dalam penularan beberapa penyakit menular terutama penyakit pes dan penyakit lain seperti leptospirosis dan salmonelosis. Penyakit pes merupakan penyakit zoonosis terutama pada tikus dan rodent lain seperti kelinci dan bajing yang dapat ditularkan kepada manusia melalui gigitan pinjal Xenopsylla cheopis. Penyakit pes termasuk jenis penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dan merupakan penyakit dengan tingkat bahaya potensial yang tinggi bagi kesehatan masyarakat.

Hasil survei awal ditemukan adanya tikus pada rumah di sekitar pasar Kota Kupang serta ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus, seperti terdapat kotoran tikus, bekas gigitan, bangkai tikus maupun tikus hidup. Penelitian ini bertujuan menganalisa secara spasial kepadatan tikus pada rumah di sekitar pasar di Kota Kupang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dan acuan untuk pengambilan kebijakan terhadap pencegahan penularan penyakit yang bersumber dari tikus seperti pes, leptospirosis dan lain-lain.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode survey. Populasi adalah rumah sekitar Pasar Oeba, Pasar Oebobo, Pasar Naikoten, Pasar Oesapa dan Pasar Kuanino (semua pasar yang terdapat di Kota Kupang). Sampel adalah 20 rumah dari masing-masing pasar, sehingga total sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 100 rumah. Cara pengambilan sampel secara pusposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu yaitu rumah dengan radius 200 meter dari pasar, yang ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus seperti bekas gigitan, kotoran tikus, bangkai tikus atau tikus hidup.

(3)

Prosedur pengumpulan data dengan cara menentukan rumah yang terdapat tanda-tanda keberadaan tikus (radius 100 meter dari pasar). Perangkap yang sudah dipasang umpan kelapa bakar diletakan di dalam rumah (1 perangkap) dan perangkap di luar rumah (1 Perangkap). Pemasangan perangkap dilakukan pada sore hari pukul 16.00 sampai 06.00 wita. Untuk perangkap yang terdapat tikus diberi label dan kemudian dimasukan ke dalam kantong blacu kemudian dibawa ke laboratorium entomologi untuk diidentifikasi jenis tikus, jenis pinjal dan dihitung kepadatan tikus serta kepadatan pinjal.

Prosedur identifkasi tikus yaitu: tikus ditimbang untuk mengetahui berat badan tikus (dalam kantung blacu); kemudian tikus hasil penangkapan di lokasi penelitian di anastesi menggunakan campuran kentamine dan xylazine dengan perbandingan 1 ml : 0,75 ml. Proses anastesi menggunakan syringe 3 cc atau syringe 1 cc. Sebelum diinjeksi ikatan pada kain blacu dibuka, kemudian palpasi tubuh tikus untuk menentukan letak kepala sehingga tikus bisa dipegang untuk proses anastesi. Desinfeksi salah satu paha tikus menggunakan kapas alkohol. Injeksi pada salah satu paha tikus dengan dosis kentamine dan xylazine yaitu 0,1 ml/100 gram berat badan tikus (intramuscular). Setelah tikus terbius baru dikeluarkan dari kantung blacu untuk dilakukan pengambilan pinjal dan identifikasi tikus. Rambut tikus disisir menggunakan sikat cuci berlawanan dengan arah rambut. Setelah itu tikus disisir menggunakan sisir serit searah dengan arah rambut. Pinjal yang ada pada tubuh tikus atau pada nampan, diambil dan dimasukkan dalam botol serangga yang berisi alkohol 70%. Lakukan pengukuran morfologi tikus yaitu ukur panjang kepala dan badan (HB), panjang ekor (T), panjang telapak kaki belakang (HF), panjang daun telinga (E), panjang tengkorak (SK) dan hitung pasang mamae bagi tikus betina, dicatat warna rambut tikus pada bagian dada, ekor dan punggung. Tikus didokumentasi dengan posisi dorsal. ventral, lateral dan bagian ekor. Dicatat hasil pengukuran morfologi tikus, warna rambut tikus dan berat badan tikus kemudian dicocokan dengan kunci identifikasi tikus.

Cara Identifikasi pinjal yaitu Pinjal di dalam botol serangga diambil dengan kuas kecil, kemudian diletakkan pada kaca preparat Diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 4 x dan 10 x. Dicatat hasilnya dan dicocokkan dengan kunci identifikasi pinjal.

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan, selanjutnya dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui kepadatan dan jenis tikus maupun jenis pinjal. Data ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel serta analisa spasial tentang sebaran tikus dan pinjal berdasarkan positif dan negatif tikus pada lokasi penelitian.

Hasil dan Pembahasan Hasil

Hasil koleksi tikus selama pelaksanakan enelitian sebanyak 38 ekor tikus, terdiri atas 2 genus dan 4 spesies.

(4)

Tabel 1. Kepadatan Tikus Pada Rumah Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018 Pasar Jumlah Tikus Jumlah Perangkap Kepadatan Tikus (ekor/perangkap) Success Trap (%) Oesapa 12 40 0,3 30 Oebobo 7 40 0,175 17,5 Naikoten 6 40 0,15 15 Oeba 10 40 0,25 25 Kuanino 3 40 0,075 7,5 Total 3 200 0,19 19

Tabel 1 menunjukkan kepadatan tikus tertinggi yaitu pada lokasi pasar Oesapa dengan kepadatan tikus sebesar 0,3 ekor per perangkap dan yang terendah yaitu pada lokasi pasar Kuanino dengan kepadatan sebesar 0,075 ekor per perangkap.

Gambar 2. Peta Kepadatan dan Spesies Tikus Pada Rumah Di Sekitar Pasa Di Kota Kupang Tahun 2018

Tabel 2 menerangkan hasil identifikasi pada 38 ekor tikus yang tertangkap diperoleh sebanyak 478 pinjal dari 4 (empat) jenis spesies tikus. Hasil perhitungan kepadatan pinjal tertinggi yaitu pada tikus yang ditemukan di lokasi pasar Oesapa dengan index 14,92 dan terendah ditemukan di lokasi pasar Kuanino dengan index 4,33.

(5)

Tabel 2. Kepadatan Pinjal Pada Rumah Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018

Lokasi Pasar Jumlah Tikus Jumlah Pinjal Index Pinjal Oesapa 12 179 14,92 Oebobo 7 83 11,86 Naikoten 6 82 13,67 Oeba 10 121 12,1 Kuanino 3 13 4,33 Total 38 478 12,58

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah tikus di Pasar Oesapa paling banyak, diikuti oleh Pasar Oeba, sedangkan pasar Kuonino ditemukan jumlah tikus paling sedikit. Gambar itu juga menunjukkan semakin banyak jumlah tikus maka semakin tinggi uga indeks pinjal yang ditemukan

Gambar 3. Peta Kepadatan Pinjal Tikus Pada Rumah Di Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018

Dari gambar 1. Dapat diketahui semua lokasi penelitian postif terdapat tikus. Rumah yang positif tikus terbanyak rumah sekitar pasar Oesapa dengan jumlah 9 rumah. Rumah positif tikus paling sedikit pada rumah sekitar pasar Kuanino dengan jumlah 3 rumah.

(6)

Gambar 1. Peta Sebaran Tikus Pada Rumah Di Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018

Tabel 3 menunjukkan bahwa spesies tikus Rattus norvegicus (52,64%) merupakan tikus yang paling banyak tertangkap di lokasi penelitian sedangkan spesies Rattus

norvegicus javanus dan Mus musculus merupakan tikus yang paling sedikit tertangkap di

lokasi penelitian (5,26%). Hasil identifikasi spesies pinjal dari total pinjal sebanyak 478 dari 38 ekor tikus yang tertangkap, jenis spesies pinjal yang ditemukan yaitu hanya 1 (satu) spesies pinjal yaitu Xenopsylla cheopis.

Tabel 3. Penyebaran Spesies Tikus Pada Rumah Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018

Spesies Tikus Pasar Oesapa Pasar Oebobo Pasar Naikoten Pasar Oeba Pasar

Kuanino Total Tikus

Persentase (%) Rattus tanezumi 4 6 3 - 1 14 36,84 Rattus norvegicus 8 1 1 10 - 20 52,64 Rattus norvegicus javanus - - 2 - - 2 5,26 Mus musculus - - - - 2 2 5,26 Total 12 7 6 10 3 38 100

(7)

Pembahasan

Dari lima lokasi penelitian hasil pemasangan perangkap dengan total perangkap sebanyak 200 buah, secara umum diperoleh nilai trap succes pada rumah sekitar pasar Oesapa paling tinggi yaitu 30 % dan nilai trap succes yang terendah yaitu pada rumah sekitar pasar kuanino yakni 7,5%. Suatu Wilayah dikatakan memiliki kepadatan tikus yang tinggi apabila keberhasilan penangkapan atau trap succes lebih dari 7%, hal ini berarti kepadatan tikus pada semua rumah sekitar pasar lokasi penelitian tersebut termasuk tinggi. Tingginya trap succes pada lokasi penelitian bisa disebabkan karena kondisi sanitasi lingkungan perumahan yang masih kurang baik dan berdekatan dengan pasar sehingga sangat mendukung keberadaan tikus.

Salah satu faktor yang menentukan pergerakan dan perkembangan tikus antara lain adalah sumber makanan, air, dan tempat bersebunyi bagi tikus itu sendiri. Daerah atau tempat yang menjamin tersedianya bahan makanan, air, tempat persembunyian yang tetap sepanjang tahun.

Secara umum indeks khusus pinjal Xenopsylla cheopis di perumahan sekitar pasar yang paling tinggi yaitu perumahan sekitar pasar Oesapa dengan indeks pinjal 14.92 dan perumahan sekitar pasar yang paling rendah yaitu perumahan sekitar pasar Kuanino dengan Index pinjal 4,33. Hal ini dikarenakan jumlah tikus yang di temukan pada kedua lokasi yaitu paling banyak pasar Oesapa sebanyak 12 ekor dan yang paling sedikit yaitu pasar kuanino sebanyak 3 ekor.

Faktor sanitasi lingkungan yang kurang baik sangat berperan terhadap indeks pinjal dan kepadatan tikus di suatu wilayah. Bertambahnya populasi penduduk meningkatkan volume sampah yang dihasilkan apabila tidak diikuti pengelolaan sampah dan sanitasi lingkungan yang baik dapat dijadikan sarang oleh tikus. Dengan banyaknya sarang tikus maka semakin banyak pula tempat bagi pinjal untuk melangsungkan kehidupannya. Suatu wilayah dikatakan waspada terhadap penularan pes jika 30% tikus dihuni oleh pinjal, indeks khusus pinjal Xenopsylla cheopis >1, dan indeks umum pinjal >2. Jika memenuhi kriteria tersebut maka perlu dilakukan upaya pengendalian.

Habitat tikus hampir menyebar di seluruh pelosok mengikuti pola persebaran penduduk dimana sering kita jumpai keberadaan tikus di rumah, pekarangan dan lebih menyukai tempat-tempat yang gelap seperti di atap rumah, sela-sela perabotan rumah, selokan, gudang, pasar maupun kantor. Tikus dapat hidup berdampingan dengan manusia, menurut habitatnya tikus dibedakan menjadi jenis domestik, jenis peridomestik dan jenis silvatik.

Tikus jenis Rattus tanezumi, Rattus norvegicus dan Mus musculus merupakan binatang domestik yang aktifitas hidupnya dalam mencari makanan, berlindung dan

(8)

bersarang serta berkembang biak di lingkungan rumah. Dari hasil penangkapan, tikus Rattus

tanezumi dan Rattus norvegicus adalah jenis tikus yang paling banyak didapatkan di lokasi

penelitian. Lokasi penelitian merupakan daerah pemukiman penduduk yang berada di sekitar pasar, karena Rattus tanezumi, Rattus norvegicus, Mus musculus tikus jenis ini merupakan binatang komensal yang aktifitas hidupnya di lingkungan pemukiman manusia.

Secara umum kondisi sanitasi di lokasi penelitian kurang baik, hal ini ditandai dengan padatnya pemukiman penduduk yang saling berhimpitan, kondisi drainase yang kurang baik serta masih dijumpai pencahayaan di rumah yang kurang dibandingkan pemukiman di lokasi penelitian. Selain itu terdapat pula pasar di lokasi penelitian,.Keberadaan pasar sangat mendukung kehidupan tikus. Banyaknya limbah sisa jualan dan jeroan ikan yang sengaja dibuang sangat mendukung kelangsungan hidup tikus di wilayah tersebut.

Jenis pinjal yang didapatkan dari berbagai jenis tikus dari lokasi penelitian memiliki jenis yang sama, yaitu Xenopsylla cheopis. Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa pinjal menginfestasi hampir semua jenis tikus yang tertangkap di lokasi penelitian. Jenis tikus yang paling banyak terinfestasi pinjal adalah Rattus tanezumi. Xenopsylla cheopis merupakan pinjal yang khas ditemukan pada tikus domestik yang habitatnya di dalam rumah. Pinjal ini lebih suka pada tikus rumah dikarenakan kondisi kering pada sarang tikus rumah mendukung perkembangan larva pinjal.

Sebaran tikus pada rumah sekitar pasar di Kota kupang, bervariasi antara pasar yang satu dengan pasar yang lain. Dari peta dapat dilihat rumah yang positif tikus cenderung lebih banyak pada pasar yang letak geografis dataran rendah dan dekat dengan pantai (pasar Oesapa dan pasar Oeba). Sedangkan rumah sekitar pasar yang positif tikus cenderung rendah karena pada tiga lokasi penelitian yaitu pasar Kuanino, pasar Oebobo dan pasar Naikoten yaitu pada dataran sedang atau tinggi.

Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian menunjukkan Kepadatan tikus pada rumah sekitar pasar di Kota Kupang yaitu 0,19 ekor/perangkap. Kepadatan pinjal atau indeks pinjal yaitu 12,58. Spesies tikus yang ditemukan Rattus tanezumi, Rattus norvegicus, Rattus norvegicus javanus dan Mus

musculus. Spesies pinjal yang ditemukan Xenopsylla cheopis. Sebaran tikus pada lokasi

penelitian berbeda berdasarkan kondisi geografis, tikus cenderung lebih banyak pada pasar dataran rendah dan dekat pantai. Disarankan perlu dilakukan pengendalian populasi tikus dengan melibatkan peran serta masyarakat di sekitar pasar dengan cara meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Bahan Pelatihan Entomologi, 1999, Stasiun Penelitian Vektor Penyakit, Salatiga, Indonesia.

Boror , D.J, 1996, Pengenalan Pelajaran Seranga, Yogjakarta, Indonesia.

Chandra, Budiman 2000, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penrbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Depkes RI, 2002, Pedoman Pengndalian Tikus, Bakti Husada, Jakarta

Depkes RI, 2014, Pedoman Teknis Pengendalain Resiko Kesehatan Lingkungan Di

Pelabuhan atau bandara atau pos lintas Batas Dalam Rangka Karantina Kesehatan,

Dirjen P2 dan PL, Jakarta

Enjang, I, 2000, Ilmu kesehatan masyarakat, Bandung, Indonesia.

Iskandar, et al, 1985, Pemberantasan Serangga Dan Binatang Pengganggu, Depkes RI, Jakarta

Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 2001 tentang pelabuhan

Permenkes RI No.356/MENKES/PER/IV/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Kesehatan Pelabuhan.

Priyotomo, Y. C, 2015, Studi Kepadatan Tikus dan Ektoparasit di Daerah Perimeter dan

Buffer Pelabuhan Laut Cilacap, Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal) Volume 3,

Nomor 2, ISSN : 2356-3346.

Notoatmodjo, S. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Sembel, T. D, 2009, Entomologi kedokteran, Yogyakarta, Indonesia.

Sigit, H. S, & Hadi, U. K. , 2006, Hama Pemukiman Indonesia, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian, Bogor

Word Health Organization, 2005. International Health Regulation, Geneva.

Yuliadi B. dkk, 2016, Tikus Jawa Teknik Survei Di Bidang Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Jakarta

Gambar

Tabel 1. Kepadatan Tikus Pada Rumah Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018  Pasar  Jumlah  Tikus  Jumlah  Perangkap  Kepadatan Tikus (ekor/perangkap)  Success Trap (%)  Oesapa  12  40  0,3  30  Oebobo  7  40  0,175  17,5  Naikoten  6  40  0,15  15  Oeba
Tabel 2. Kepadatan Pinjal Pada Rumah Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018
Gambar 1. Peta Sebaran Tikus Pada Rumah Di Sekitar Pasar Di Kota Kupang Tahun 2018

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari pemeriksaan tersebut terdapat 3 (tiga) sampel yang positif mengandung residu insektisida profenofos yaitu 2 (dua) sampel cabai merah segar dari Pasar Aksara dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterpaduan pasar buncis dalam jangka pendek antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterpaduan pasar kubis dalam jangka pendek antara Pasar Cepogo Kabupaten Boyolali dengan Pasar Legi Kota Surakarta rendah, hal ini

Pada kontrol positif dan purwoceng pasar menunjukkan tidak beda secara nyata berarti purwoceng pasar mempunyai efek yang sama terhadap motilitas spermatozoa tikus

Penelitian ini bertujuan mengetahui kandungan timbal (Pb) pada terasi bermerek dan terasi hasil olahan industri rumah tangga yang dijual di beberapa pasar tradisional di kota

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan uji kadar air, NaCl dan lemak pada tiga (3) sampel ikan asin yang dijual di pasar Oeba dan Oesapa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil analisa data yang diperoleh disimpulkan bahwa dari 50 orang yang diduga menderita DBD terdapat 23 orang (46%)

Selain itu, penyakit lainnya untuk mendeskripsikan pola sebaran spesies tikus disebabkan oleh virus, rickettsia , bakteri, protozoa, habitat pasar berdasarkan