• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MERINGKAS WACANA DENGAN TEKNIK RUMUS 4P DI SD NEGERI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MERINGKAS WACANA DENGAN TEKNIK RUMUS 4P DI SD NEGERI MEDAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 51

PENINGKATAN KEMAMPUAN MERINGKAS WACANA

DENGAN TEKNIK RUMUS 4P DI SD NEGERI 060814 MEDAN

Amin Basri

Sekolah Tinggi Agama Islam Sumatera (STAIS) Denai, Kec. Medan Denai amirbas@yahoo.com.

Abstrak

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan untuk menemukan apakah penerapan pembelajaran meringkas wacana menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Subjek penelitian yaitu 32 siswa kelas V dan 1 orang observer. Pengumpulan data dilakukan dengan: 1) tes meringkas wacana pembelajaran untuk hasil belajar, 2) wawancara pada guru dan siswa tentang teknik pembelajaran meringkas yang diterapkan, dan 3) observasi pada setiap tindakan untuk memperoleh data tentang aktifitas guru dan siswa. Pengolahan data dilakukan dengan analisi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan : 1) pembelajaran pada siklus pertama secara proses maupun hasil tindakan belum menunjukkan peningkatan hasil belajaran dengan rata-rata (73,34%), 2) pembelajaran pada siklus kedua berdasarkan proses dan hasil belajar meringkas wacana dengan nilai rata-rata (82,84%), dengan criteria ketuntasan minimal ditetapkan sebesar 80%. Hasil temuan disimpulkan bahwa penerapan teknik meringkas dengan rumus 4P dapat meningkatkan kemampuan meringkas wacana dan membuat siswa lebih aktif belajar sendiri. Implikasinya diharapkan guru dapat menerapkan teknik meringkas dengan rumus 4P, tapi penerapannya membutuhkan pengembangan dan inovasi. Para guru seharusnya mencoba menerapakan teknik meringkas dengan rumus 4P untuk materi pengajaran yang lebih mendalam.

Kata kunci : Meringkas wacana, Teknik rumus 4P, Hasil belajar. Abstract

Class Action Research was conducted the application of learning to summarize discourse technique 4P formula can increase student learning outcomes. The subjects were 32 students of class V and 1 observer. Data collected by: 1) tests summarize the discourse of learning for learning outcomes, 2) interviews to teachers and students about learning techniques summarize applied, and 3) observations made on any action to obtain data on the activities of teachers and students. Data processing was performed by descriptive analysis. The results showed: 1) learning in the first cycle in the process and the results of the actions have not shown an increase in learning outcomes with an average (73.34%) which has not reached the result set of researchers 80% of the total number of students, 2) learning in the second cycle based learning process and the results of the discourse with the average value (82.84%) study in two cycles has reached a satisfactory value with the result set of researchers 80% of the total number of students. Based on the findings it can be concluded that the application of techniques to summarize the formula 4P can enhance students' ability to summarize discourse and make students more active in their own learning. The implication is expected of teachers able to apply the technique to summarize the formula 4P, but its implementation requires development and innovation. It is suggested to teachers should try applying techniques 4P summarize the formula for more in-depth teaching materials.

(2)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 52 A. Pendahuluan

Keterampilan meringkas tidak bisa tercipta sendiri begitu saja tanpa melalui proses. Keterampilan ini tumbuh dan berkembang akibat adanya proses yang berulang. Makin sering seorang berlatih merangkum dan kualitas rangkumannya pun akan lebih baik.

Kompetensi kemampuan meringkas wacana merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa. Oleh sebab itu, konsep wacana sangat penting dipahami siswa. Tingkat pemahaman yang tinggi terhadap wacana bacaan dapat meningkatkan daya kritis siswa yang tinggi

Kompetensi meringkas wacana termasuk kegiatan menulis, dimana kegiatan meringkas merupakan mengambil kata-kata kunci dari setiap bacaan dan yang sepuluh halaman bisa jadi diringkas tiga halaman, sedangkan meringkas hasil dari penyaringan isi tulisan wacana dengan kata-kata sendiri. Salah satu keterampilan yang diutaran di atas merupakan keterampilan merangkum wacana merupakan bahasa yang paling lengkap, memiliki kesatuan yang utuh, berkesinambungan, tersusun, dan teratur baik secara lisan maupun tulisan.

Pembelajaran meringkas wacana akan dapat membawa siswa ke dalam suatu proses berpikir kreatif. Dimana hal ini dapat dijadikan sarana yang tepat untuk melatih keterampilan siswa dalam mengungkap masalah-masalah yang ada dalam sebuah wacana pembelajaran yang akan dibacanya. Kegiatan ini dapat menumbuhkembangkan minat siswa untuk meringkas sebuah wacana. Siswa akan semakin responsif terhadap hal-hal yang ada dalam kehidupan mereka.

Permasalahan yang dialami siswa dalam meringkas wacana belum dapat teratasi. Penggunaan metode ceramah dan tanya jawab yang dominan cenderung mengondisikan pembelajaran wacana bersifat teoretis. Akan tetapi, pengajaran meringkas ini tenyata tidak terlepas dari faktor minat siswa terhadap sebuah wacana. Oleh karenanya, kemampuan meringkas wacana

bukan kemampuan yang mudah dan dapat diwariskan begitu saja melainkan hasil dari proses belajar dan berlatih. Dalam hal ini guru merupakan salah seorang yang berperan dalam menggali dan meningkatkan kualitas kemampuan meringkas para siswa.

Teknik pembelajaran yang tepat tentunya merupakan hal yang esensial untuk diperhatikan oleh guru sebagai pendidik, karena dengan adanya teknik pembelajaran, proses belajar mengajar akan lebih berjalan lancar dan menarik. Berdasarkan rendahnya hasil belajar siswa dalam meringkas wacana seperti yang dijelaskan di atas peneliti akan menggunakan salah satu teknik pembelajaran yang lebih efektif yaitu teknik pembelajaran yang mampu meningkatkan dan mengembangkan keterampilan siswa dalam meringkas wacana. Dalam hal ini proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pembelajaran meringkas efektif dengan rumus 4P yaitu proses penambahan rincian sehingga informasi yang baru akan menjadi lebih bermakna. Teknik meringkas efektif dengan rumus 4P menyatakan bahwa suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat, walaupun bentuknya ringkas namun ringkasan itu tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli.

Teknik pembelajaran meringkas efektif dengan rumus 4P yaitu pantau, pangkas, padukan, panggil. Pantau adalah membuat tinjauan yang menyeluruh dari materi bacaan. Pangkas adalah mencari dan memilih kata-kata kunci atau memotong yang terpenting dari yang dibaca. Padukan adalah menggabungkan kata kunci dan membuat pemetaan pikiran lalu tempelkan ringkasan atau letakkan ditempat khusus yang mudah dilihat atau dibawa kemana-mana. Panggil adalah menguji ulang kembali kemampuan mengingat dan cek seberapa banyak yang bisa di ingat dengan baik.

Proses pembelajaran teknik meringkas efektif dengan rumus 4P adalah saat siswa melakukan pantau, siswa mengunakan daya

(3)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 53

imajinasi, menempatkan diri dalam situasi yang dipaparkan semakin jelas siswa menempatkan diri dalam informasi yang dibaca siswa semakin melekat dalam ingatan, kemudian siswa melakukan pangkas dalam pangkas ini siswa menggarisbawahi dan mencatat apa yang dibaca untuk mempermudah siswa mengingatnya kembali, dan selanjutnya padukan disini siswa memadukan semua mulai dari pantau pangkas lalu menempelkan ringkasannya ditempat khusus yang mudah dilihat atau dibawa kemana-mana, panggil disini siswa menguji kembali apa yang benar-benar diingatnya.

Kurangnya kemampuan siswa dalam meringkas sebuah wacana bacaan yang merupakan pertsiswa yang tidak baik dalam pembelajaran. Terlebih dalam proses belajar meringkas dalam meningkatkan perkembangan intelektual dan berpikir siswa. Dampaknya, siswa tidak dapat menyalurkan bakat dan keterampilannya dalam meringkas wacana bacaan dengan baik, bahkan membuat minat siswa berkurang dalam meringkas wacana.

Berdasarkan wawancara, dengan guru kelas V melalui keterampilan meringkas pada siswa SD belum bisa diharapkan kesempurnaannya. Dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional (UN) SD mata pelajaran Bahasa Indonesia beberapa tahun belakangan ini sangat rendah, yang mana hasil presentase hasil ujian nasional terdapat 20% atau 7 siswa yang tuntas dari 35 siswa dan yang belum mencapai nilai ujian nasional 80% atau 28 siswa belum tuntas.

Yanti (2010:5) menjelaskan teknik pembelajaran meringkas dengan rumus 4P yaitu pantau, pangkas, padukan, panggil. Pantau adalah membuat tinjauan yang menyeluruh dari materi bacaan. Pangkas adalah mencari dan memilih kata-kata kunci atau memotong yang terpenting dari yang dibaca. Padukan adalah menggabungkan kata kunci dan membuat pemetaan pikiran lalu tempelkan ringkasan atau letakkan ditempat khusus yang mudah dilihat atau dibawa kemana-mana. Panggil adalah menguji ulang

kembali kemampuan mengingat dan cek seberapa banyak yang bisa di ingat dengan baik.

Olivia (2009:7) mengatakan bahwa, “ Meringkas dengan teknik 4P adalah sistem pengaturan untuk mengurangi kebingungan saat belajar dengan menghubungkan hal-hal yang terkait sehingga menciptakan gambaran besar. Sedangkan menurut Widyamarta (1998:20) mengatakan “Meringkas adalah hasil penyaringan isi suatu tulisan, dengan kata-kata sendiri. Pengembangan pembelajaran menerangkan pikiran-pikiran utama dengan mengesampingkan detail-detail, ilustrasi-ilustrasi, hal-hal yang spesifik atau digeneralisasikan atau diabstrakkan.

Dengan menggunakan teknik meringkas dengan rumus 4P diharapkan para siswa dapat lebih cepat memahami bagaimana meringkas suatu wacana dengan mengambil intisari dari wacana tersebut dan tidak merubah isi dari wacana yang aslinya.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri No. 060814 Medan. Penelitian dilaksanakan pada semester genap kelas V TP 2012/2013. Waktu belajar mata pelajaran yang disediakan 6 jam pelajaran dalam satu minggu, 1 jam pelajaran dilaksanakan selama 35 menit. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 060814 Medan.

Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas. Penelitan ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Tanggart (dalam Arikunto, 2002: 27), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan

reflection (pelaksanaan). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian melakasanakan PTK ini dibantu oleh seorang guru bahasa Indonesia sebagai kolabolator yang bertugas untuk mengamati PBM pada setiap pelaksanaan.

(4)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 54

Adapun alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes meringkas wacana dengan proses observasi yang guru dan siswa, dengan fungsi adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa yang telah menguasai teknik meringkas pembelajaran menulis melalui rumus 4P dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai dan menggunakan penilaian dalam meringkas wacana seperti penilian ejaan, pemilihan kata bahasa, antar kalimat, kesesuaian antar judul, ilistrasi dan pengembangan fakta dalam bacaan dalam wacana.. Sedangkan Observasi guru mengembangkan tentang gaya dan cara guru mengajar di dalam kelas, menggunakan berbagai pariasi mengajar

Keberhasilan indikator tindakan penelitian digunakan sebagai ukuran keberhasilan terhadap tindakan keberhasilan siswa dalam meringkas sebuah wacana bacaan, ditentukan dengan beberapa criteria dengan penggunaan teknis rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil), yaitu:

1) Pengungkapan kembali isi karangan harus sesuai dengan ejaan

2) Bahasa disusun dengan diksi yang tepat sehingga mudah dipahami oleh pembacanya 3) Hasil rangkuman harus menunjukkan adanya

kesatuan antar kalimat atau koherensi agar mudah dipahami oleh pembaca

4) Hasil rangkuman harus sesuai judul wacana agar mudah dimengerti oleh pembaca

5) Penulis rangkuman dapat memberikan ilustrasi-ilustrasi untuk menjelaskan inti masalah,

6) Penulis rangkuman dapat harus menggambarkan suatu objek atau kelengkapan fakta agar pembaca mudah dipamahi oleh pembaca.

Berdasarkan kriteria rangkuman yang baik adalah memuat ide pokok bacaan, antarkalimat haruslah berhubungan dengan wacana yang tepat sehingga mudah dipahami, tanpa mempertahankan urutan isi karangan asli.

Keberhasilan tersebut akan dinilai dalam suatu siklus penelitian yang menggunakan beberapa indikator penilaian, yaitu:

1. Penilaian ejaan - Hurup besar - Tsiswa koma, titik,

- Penulisan kata depan dan penggabungan 2. Pemilihan kata baca (Koherensi)

- Bentuk bacaan yang baik

- Adanya keteraturan dalam kalimat 3. Kesatuan antar kalimat

- Isi rangkuman sesuai dengan wacana - Relevan (mempunyai pertalian dengan

topik serta pokok pikiran

4. Kesesuaian antar judul dengan rangkuman - Kesesuaan kalimat

- Kesesuaian antar paragraph - Kesesuaian anat halaman 5. Ilustrasi

- Mengembangkan daya imajinasi

- Mengembangkan isi wacana dengan kata-kata sendiri

- Penempatan ilustrasi dengan wacana 6. Fakta wacana lengkap

- Sumber wacana - Tokoh dalam wacana

- Mengembagkan dan menyajikan suatu objek

Indikator menunjukkan keberhasilan proses pembelajaran adalah suksesnya seorang guru dalam melakukan proses belajar mengajar dan suksesnya siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Mudahnya seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran dikarenakan membuat rencana tindakan, rencana tindakan dianggap mudah dilaksanakan, apabila proses guru dalam mengajar berjalan dengan lancer. Guru tidak menjumpai masalah yang serius yang berkaitan dengan fasilitas, materi, dan prosedur, selain itu guru juga merasa senang dan antusias dalam mengajarkan dengan menggunakan rencana pembelajaran dan suksesnya siswa dalam mendapatkan pelajaran dikarenakan senang tidaknya siswa mengikuti pelajaran yang diberikan guru, mudah tidaknya siswa dalam memahami materi melalui pembelajaran meringkas dengan menggunakan rumus 4P yang digunakan guru tersebut.

C. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan ada beberapa kegiatan yang harus dikerjakan guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu: (a) pelaksanaan dan hasil temuan penelitian pada siklus I, (b) pelaksanaan dan temua penelitian

(5)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 55

pada siklus II, (c) pembahasan temuan penelitian, dan (d) keterbatasan penelitian

1. Pelaksanaan dan Temuan Penelitian Pada Siklus I

a. Deskripsi Data Pratindakan

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan studi pendahuluan, peneliti melakukan pertemuan dengan kepala sekolah SD Negeri 060814, Guru kelas, dan Staf Administrasi sekolah. Pada pertemuan ini, peneliti menyampaikan maksud untuk melakukan penelitian di SD Negeri 060814 tersebut. Selanjutnya kepala sekolah memberikan sepenuhnya kepada peneliti dan guru kelas selaku observer untuk membicarakan rencana-rencana dalam penelitian ini.

Peneliti bersama observer (Guru Kelas) melakukan diskusi mengenai rencana penelitian yang akan dilaksanakan dan disepakati beberapa hal penting, antara lain tentang materi pembelajaran, metode yang digunakan, kelas yang dipilih, dan instrumen penelitian. Standar kompetensi yang dipilih adalah Standar kompetensi tentang Menulis “Meringkas Wacana” Standar Kompetensi ini diambil dengan analisi bahwa peneliti akan dilaksanakan pada rentang waktu Bulan Maret sampai bulan Mei sesuai dengan program semester yang berlaku. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V, pada pertemuan ini, peneliti sebagai pelaku utama sebagai pelaksanaan tindakan.

Tes awal dilakuakan, menyuruh siswa untuk meringkas wacana yang dilakukan oleh guru sebelum peneliti dengan jumlah siswa 32 orang, terdapat nilai hasil Pra tindakan yang sangat rendah berjumlah 17 siswa (53,13%), dan yang cukup berjumlah 15 siswa (46,88%).

b. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Tindakan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran meringkas dengan menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil). Pemaparan hasil penelitian menyajikan deskripsi tentang

kemampuan meringkas wacana pembelajaran siswa dan hasil observasi pengamatan dan refleksi.

Sebelum dilaksanakan tindakan pada siklus I, Peneliti dan Observer melakukan Pra tindakan dengan melihat data penilaian siswa sehingga dapat dilihat siswa-siswa yang kurang berhasil dalam meringkas wacana dan ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

pemerolehan nilai pada kemampuan awal tersebut adalah nilai cukup 46,88, nilai rendah 53,13, dan nilai rata-rata 63,44 dari jumlah keseluruhan nilai yang diperoleh oleh siswa. Tes awal awal tersebut menggunakan kemampuan awal siswa secara keseluruhan telah memiliki pengetahuan meringkas wacana sehingga secara individu diantara siswa telah memiliki penguasaan materi dengan nilai cukup mecapai 46,88% dan rendah 53,13%.

Selanjutnya peneliti membuat persiapan untuk melakukan proses pembelajaran pada siklus I. Persiapan tersebut terdiri dari pembuatan rencana pembelajaran yang mana di dalamnya meliputi pemilihan masalah yang diajukan, dan mempersiapkan instrumen penelitian yang diperlukan. Dalam membuat rencana pembelajaran peneliti berpedomen kepada Silabus, Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar.

Pada siklus I rencana penerapan akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 90 menit (2 x 45). Indikator keberhasil siswa dapat mengidentifikasi bagaimana cara Meringkas Wacana Pembelajaran seperti: penulisan ejaan, kata baca (koherensi), kesatuan antar kalimat, kesesuaian antar judul dengan ringkasan, ilustrasi, dan fakta dalam wacana sesuai dengan judul.

Kegiatan penelitian pada tahap inti diantaranya memberikan penjelasan atau mengarahkan siswa untuk memahami maksud dan tujuan dari pembelajaran meringkas wacana tersebut. Untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran meringkas dalam kegiatan inti siswa diberi suatu cerita

(6)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 56

dengan tema “Guruku Akan Pergi” dan menyuruh meringkas wacana tersebut.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap penutup adalah meminta siswa mengumpulkan hasil meringkas yang diberikan untuk menguji pemikiran mereka dalam pembelajaran meringkas,

c. Proses Kemampuan Meringkas Wacana Menggunakan Rumus 4P

Pelaksanaan Siklus I merupakan Implementasi dari persiapan perencanaan yang disusun sebelumnya. Tindakan pada siklus ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan meringkas wacana siswa. Selain itu, perencanaan tindakan ini mengembangkan proses pembelajaran dengan teknik meringkas menggunakan rumus 4P (Panatau, Pangkas, Padukan, Panggil) yang berlangsung secara aktif.

Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 yang memiliki kategori cukup adalah 12 orang siswa dari 32 orang siswa yang telah mengikuti pembelajaran meringkas dengan tingkat ketuntasan belajarnya adalah 37,50%. Tingkat kategori tinggi mempunyai 9 orang siswa dengan tingkat ketuntasan belajarnya 28,13%, dan tingkat yang memilikin kategori sangat tinggi adalah 1 orang siswa dengan tingkat ketuntasan belajarnya 3,13%. Tingkat ketuntasan belajar yang direncanakan dalam kemampuan meringkas wacana siswa adalah ≥ 80% dari jumlah siswa yang mengikuti teknik meringkas dengan menggunakan rumus 4P yang mecapai tingkat ketuntasan dengan kemampuan meringkas siswa yang direncanakan, maka terdapat minimal 31,25% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran meringkas. Hal ini akan menjadikan perhatian sebagai bahan refleksi untuk tindak lanjut ke siklus II.

Untuk penilaian kategori “sangat tinggi, tinggi dan cukup” diharapkan adanya peningkatan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran meringkas dengan signifikan yang minimal. Artinya semakin tinggi nilai yang dimiliki siswa, maka kemampuan meringkas siswa akan semakin tinggi pula.

Sedangkan nilai kategori “rendah dan sangat rendah” akan dilakukan peninjauan kembali pembelajaran meringkas dengan menekankan pembelajaran semaksimal mungkin untuk menekankan jumlah siswa dalam pembelajaran, sehingga tidak terjadi penurunan.

Untuk lebih lanjut dapat dilihat gambar 4.1 tingkat kemampuan meringkas siswa dengan menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) pada siklus I sebagai berikut:

Gambar 1. Tingkat Kemampuan Meringkas Wacana Siswa dengan Teknik Rumus 4P

Pada Siklus I

Berdasarkan grafik menunjukkan bahwa kemampuan meringkas wacana siswa pada siklus I berada pada katagori “cukup”. Kemampuan meringkas wacana siswa pada siklus I masih belum mencapai indikator keberhasilan penelitian yang mencapai ≥ 80%, sehinggi perlu dilakukan siklus II.

d. Hasil Pembelajaran Meringkas dengan Teknik Rumus 4P Siklus I

Pembelajaran meringkas menggunakan rumus 4P dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian. Dimana proses pembelajaran dapat dinilai melalui pengamatan. Pengamatan atau observasi adalah bagian dari proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

12,5 18,75 37,5 28,13 3,13 0 10 20 30 40 SR R C T ST ST = Sangat tinggi T = Tinggi

(7)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 57

Pengamatan penelitian ini dilakukan ketika proses tindakan berlangsung yang dilakukan oleh observer. Observer pada penelitian ini adalah guru kelas V dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, adapun peran yang dilakukan obeserver adalah mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan ketika tindakan pembelajaran dilakukan di kelas.

Pengamatan terhadap proses pembelajaran setiap pertemuan dinyatakan bahwa pada siklus I adalah 73,34. Indikator keberhasilan penelitian untuk proses pembelajaran memiliki nilai rata-rat 80. Proses pembelajaran yang belum tercapai pada aspek : pembacaan teks wacana, motivasi kerja siswa individu, kemampuan positif siswa terhadap bacaan, mencari informasi yang penting dalam teks, dan hal-hal yang kurang di pahami bacaan.

Proses pembelajaran yang tercapai dalam kemampuan merangkum wacana pembelajaran siswa terhadap materi bacaan yang diberikan kepada siswa dimana indikator yang di inginkan hampir tercapai keseluruhan dimana hasil rata-rata nilai siklus I mencapai 73,34% yang mendapat nilai tinggi dan 31,25% yang mendapat nilai rendah.

e. Observasi Siklus I

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tedapat dua pokok yang menjadi observasi dalam penelitian ini, yaitu observasi terhadap proses tindakan pembelajaran dan observasi hasil pembelajaran.

1. Observasi Proses Tindakan Pembelajaran

Tujuan dari observasi proses tindakan pembelajaran dilakukan adalah untuk memperoleh beberapa fakta dari aktifitas yang telah dilakukan oleh siswa dan peneliti selama proses tindakan berlangsung pada siklus pertama. Dari hasil observasi terdapat aktivitas siswa dan subjek penelitian yang telah ditemukan bahwa kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama, siswa (subjek penelitian) sudah dapat melaksanakan

pembelajaran secara meyeluruh (terpadu) antara melaksanaka dan mengarahkan setiap petunjuk yang harus dikerjakan yang telah disediakan oleh peneliti. Tidak dapat dipungkiri, dalam proses pelaksanaan proses pemebelajaran pada pertemuan pertama ini, masih ditemukan sebagaian siswa yang belum mampu menjalankan petunjuk secara sempurna dan hampir sebagian siswa bisa mengerjakan petunjuk yang diberikan oleh observer juga.

2. Observasi Hasil Pembelajaran

Pelaksanaan observasi hasil pembelajaran meringkas menggunakan rumus 4P, dengan cara memberikan suatu teks yang panjang dengan menggunakan tema yang mudah dimengerti oleh siswa untuk diringkas dengan penyampaian laporan hasil meringkas wacana siswa masing-masing. Pada akhir proses pembelajaran pada siklus pertama dilakukan tes akhir dengan menerapkan teknik meringkas menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil). Jika dilihat dari hasil tes tindakan pada siklus pertama masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan secara keseluruhan. Ada sebgaian yang telah tuntas dan ada pula beberapa bagian yang belum tuntas secara individu maupun klasikal.

Evaluasi di akhir pembelajaran siklus pertama dalam bentuk teks wacana pembelajaran menunjukkan bahwa nilai rata-rata skok siswa adalah 73,34% dengan rincian yaitu jumlah nilai seluruh siswa dibagi dengan jumlah siswa. Jumlah siswa yang berhasil menuntaskan proses pembelajaran secara individu sesuai dengan standar kompetensi dalam penelitian ini, seperti yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan Standar KKM yaitu pembelajaran dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria sukses tersebut yakni apabila siswa secara individu sudah mencapai 80% untuk skor ≥ 65 dan tuntas secara klasikal jika seluruh siswa dalam kelas mencapai skor ≥ 65. Dalam siklus pertama sudah mencapai kriteria yang sangan memuaskan dimana sebagian siswa telah

(8)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 58

menuntaskan pembelajaran meringkas menggunakan teknik rumus 4P dimana jumlah siswa yang telah tuntas mencapai 22 orang siswa (68,75%) dan yang belum mencapai ketuntasan 10 siswa (30,30%) yang belum mencapai proses pembelajaran meringkas menggunakan rumus 4P.

Secara umum, hasil hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah: teknik rumus 4P ( Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) dapat meningkatkan kemampuan meringkas wacana pembelajaran kelas V SD Negeri 060814 Medan.

Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan adanya keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Keberhasilan proses diketahui dari perkembangan kearah yang lebih baik dalam proses pembelajaran. Keberhasilan produk diketahui dari peningkatan skala penskoran dari tiap siklus atau tiap tindakan yang dilakukan. Hasil skor rata-rata kelas V SD Negeri 060814 Medan dirangkum dalam tabel dibawah ini.

Tabel 1. Perbandingan Rata-rata Pretes, siklus I dan II

NO KATEGORI PRETES SIKLUS I SIKLUS II

1 Penilaian Ejaan 63,4 Rd 75,4 Ck 83,6 Tg 2 Pemilihan Kata Baca (Koherensi) 63,5 Rd 75,9 Ck 82,4 Tg 3 Kesatuan Antar Kalimat 63,2 Rd 71,9 Ck 82,3 Tg 4 Kesesuaian Antar Judul dengan Rangkuman 62,2 Rd 71,2 Ck 83,2 Tg 5 Ilustrasi 64,04 Rd 71,04 Ck 82,0 4 Tg 6 Fakta Wacana Lengkap 64,3 Rd 74,6 Ck 83,5 Tg Jumlah 380,64 440,04 497,04 Skor Rata-rata 63,44 73,34 82,84 Keterangan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan meringkas wacana pembelajaran siswa cenderung meningkat, hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai evaluasi kemampuan meringkas wacana pembelajaran siswa pada setiap siklus. Berdasarkan prolehan nila pada Pra Tindakan, nilai rata-rata 63.44, belum dikategorikan berhasil dalam meringkas wacana. Sedangkan hasil pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 73,34, peningkatan pada siklus ini masih belum signifikan, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 (kategori cukup) masih 22 orang siswa dari 32 orang siswa yang mengikuti pembelajaran meringkas wacana pembelajaran dengan tingkat ketuntasan belajar 73,14%.

Berdasarkan perolehan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 82,84, jika ditinjau dari nilai rata-rata ma a tedapar peningkatan dibandingkan nilai rata-rata pada siklus I, peresentasi peningkatan nilai rata-rata adalah 9.5%. jumlah siswa yang memiliki kategoeri “cukup” (nilai standar KKM 65) adalah 29 orang siswa dari 32 orang siswa yang mengikuti pembelajaran meringkas wacana siswa, atau tingkat kemampuan meringkawa wacana pembelajaran adalah 91%.

D. Penutup

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil

temuan penelitian analisi data, dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, kemampauan meringkas wacana pembelajara menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) dapat meningkatkan kemampuan meringkas wacana pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata kemampuan meringkas wacana

Interval Nilai Kategori Penilaian

90 – 100 Sangat Tinggi 80 – 89 Tinggi

65 – 79 Cukup 55 – 64 Rendah

(9)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 59 pembelajaran pada siklus I adalah 73,34

meningkat menjadi 82,84 pada siklus II. Secara klasikal tingkat kemampuan meringkas wacana pembelajaran pada siklus I 22 orang siswa (73, 43%) meningkat menjadi 29 orang siswa (91%) dari 32 orang siswa yang mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan teknik meringkas dengan rumus 4P, guru lebih muda menjelaskan dan mengarahkan siswa tentang bagaimana cara meringkas wacana yang baik dan benar terhadap proses pembelajaran meringkas.

Kedua, Penerapan pembelajaran teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada setiap aspek penilaian proses pembelajaran dengan nilai yang telah ditetapkan pada KKM 65. Dengan nilai rata-rata keseluruhan telah mencapai > 65 dari nilai KKM dan telah mencapai nilai indikator yang telah ditetapkan 80. Melalui pembelajarana meringkas dengan teknik rumus 4P sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga dapat memotivasi dalam membuat ringkasan.

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

Pertama, Kemampuan meringkas wacana pembelajaran, hasil belajara, dan respon siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) pada materi pokok bahasan wacana pembelajaran untuk mengetahui kata ejaan, kata baca, kesatuan kalimat, kesesuaian antar judul dan rangkuman, ilustrasi, dan fakta dalam wacana pembelajaran, mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan teknik rumus 4P (Pantau, Pangkas, Padukan, Panggil) ini dapt digunakan sebagai alternatif lain dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Kedua, Penerapan teknik meringkas menggunakan rumus 4P perlu mengenal kemampuan siswa dalam membaca, menulis, meringkas dan tipe-tipe belajar siswa agar hasil dalam pencapaian pembelajaran lebih maksimal. Sebaiknya siswa memiliki keterampilan meringkas untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola dan menggunakan berbagai seumber belajar tentang meringkas wacana.

Ketiga, Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar dapat melanjutkan penelitian sesudah penelitian ini. Hal ini penting agar hasil

penelitian ini bermanfaat sebagai penyeimbang teori maupun sebagai informasi dunia pendidikan dan khususnya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta, Rineka Cipta.

Ampera, Taufik, 2010. Pengajaran Sastera. Bandung.Widya Padjadjaran.

Darmayanti, Nani. 2006. Tips Meringkas

Buku. http://cafemotivasi.com/tips meringkas-buku/Motivasi Belajar. Depdiknas. 2003. Undangan-undang

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasiona.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Djuharni 2001. http://tentangndha. blogspot. com/2011/04/pengertian-rangkuman-ringkasan.html

Djuharie, Sehoman, O. dan Suherli. 2001.

Panduan Membuat Karya Tulis.

Jakarta: Yrama widya

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/ri ngkasan-dan-rangkuman/.diambil pada tanggal 16 April 2013

http://tentangndha.blogspot.com/2011/04/pen gertian-rangkuman-ringkasan.html. diambil pada tanggal 16 April 2013 Yanita, Utami.

logspot.Com/2012/12/Bahasa-Indonesia-2-Bagaimana.Membuat. Html. diambil pada tanggal 16 April 2013

Kunandar, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Pers

2008. Langkah Mudah Pendidikan

Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja

(10)

Pelangi Pendidikan, Vol. 22 No. 1 Juni 2015 60

Keraf, Gorys.1994. Eksposisi. Jakarta: PT Grasindo

. 1995. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah

Lie, Anita. 2000. Cooperative Learning . Jakarta . Balai Pustaka

Marahimin, Ismail. 1993. Menulis Secara

Populer. Jakarta: Pustaka Jaya. 1999.

Olivia, Femi. 2009. Teknik Meringkas Efektif

Dengan Rumus 4P. Jakarta: Gramedia.

Sousa, D, A. 2003. How The Gifted Brain

Learns, (dalam buku Wormeli), Jakarta.

Erlangga

Pusat Bahasa, Depdiknas (2001). Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Pusat Bahasa, Depdiknas (2003).

Pengindonesiaan Kata-kata Asing.

Jakarta: Pusat Bahasa

Wormeli,Rick. 2011. Meringkas Mata Pelajaran. Jakarta: Erlangga.

. 2011. Meringkas Mata Pelajaran. Jakarta: Erlangga.

Widyamartaya, A. 1990. Seni Menuangkan

Gagasan. Yogyakarta.

Yanti, Efrina. 2010. Efektivitas teknik pembelajaran meringkas Efektif dengan rumus 4p (pantau, pangkas, Padukan, panggil) terhadap kemampuan merangkum wacana eksposisi oleh Siswa kelas XI MAN Siabu.

Gambar

Gambar 1. Tingkat Kemampuan Meringkas  Wacana Siswa dengan Teknik Rumus 4P

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari fase system design adalah untuk mengembangkan desain sistem informasi yang memenuhi semua persyaratan yang sudah didokumentasikan, apakah sistem

Dengan membaca teks yang rumpang, siswa dapat menyunting teks pendek sesuai dengan kebenaran aturan penggunaan huruf kapital (nama orang) dengan benar.. Dengan penugasan, siswa

: Hasil Pengujian Normalitas Distribusi Kemampuan Awal Berpikir Kritis berdasarkan Level Sekolah .... : Hasil pengujian Perbedaan Kemampuan Awal Berpikir Kritis

Gambar 4.11 Profil parameter keteknikan tanah terhadap suseptibilitas magnetik 51... xii

Media tanam didefinisikan sebagai tempat hidup tanaman yang sesuai dengan persyaratan hidupnya. Media tanam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media tanam

Sunarni, A310080161, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

2 Kandungan minyak atsiri daun ki pahit menggunakan GCMS 7 3 Kandungan metabolit sekunder ekstrak sampel 8 4 Aktivitas antibakteri dan antioksidan ekstrak hasil partisi

Sebagai contoh, perencana harus dapat memetakan para stakeholder yang terlibat (stakeholder mapping) dengan jeli, mana yang paling berpengaruh (influence) dan mana