• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh yang Berkaitan dengan Pengaruh Sosial, Media, dan Percaya Diri pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh yang Berkaitan dengan Pengaruh Sosial, Media, dan Percaya Diri pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh yang Berkaitan dengan

Pengaruh Sosial, Media, dan Percaya Diri pada Siswi SMA Negeri 68

Jakarta Tahun 2013

Sintha Anggoro Putri dan H.E Kusdinar Achmad

Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan proporsi faktor-faktor pengetahuan gizi, kepercayaan diri, pendidikan dan pekerjaan orang tua, aktivitas fisik, pengaruh orang tua, pengaruh teman, serta pengaruh media massa dengan distorsi citra tubuh pada siswi SMA Negeri 68 Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Penelitian dilakukan terhadap 132 responden siswi kelas X dan XI pada bulan April-Mei 2013. Data citra tubuh didapat dengan hasil persepsi responden yang kemudian dibandingkan dengan status gizi IMT/U, aktivitas fisik diukur dengan menggunakan modifikasi PAQ-A, serta faktor lain dengan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase distorsi citra tubuh sebesar 48,5%. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna proporsi percaya diri, pengaruh kritik teman sebaya, orang tua, dan media massa dengan persepsi citra tubuh (p<0.05).

Abstract

This study aims to determine differences in the proportion of the factors of nutrition knowledge, confidence, parental education and occupation, physical activity, parental influence, peer group, and the influence of mass media on body image distortion SMA Negeri 68 Jakarta. This research is quantitative research using cross sectional research design. The study was conducted on 132 respondents grader X and XI on April until Mei 2013. The data obtained with the results of body image perception of the respondents is then compared with the nutritional status of IMT / U, physical activity was measured using a modified PAQ-A, as well as other factors with a questionnaire. The results showed that the percentage of body image distortion by 48.5%. Chi-square test results showed that there were significant differences proportions confidence, criticism influence of peers, parents, and the media with the perception of body image (Pvalue <0.05).

Key Words :

(2)

Pendahuluan

Citra tubuh (body image) merupakan dimensi psikososial sebagai sumber gambar tubuh yang dibentuk dipikiran seseorang itu sendiri (Thompson, 1996). Namun dari penelitian lain menurut Cash (2004) menerangkan bahwa citra tubuh merupakan suatu konsep multidimensional yang memiliki peranan penting dalam kehidupan wanita pada khususnya. Citra tubuh dipandang sebagai pusat dari segala aspek fungsi manusia seperti emosi, pikiran, perilaku, dan hubungan. Namun dari segala aspek tersebut, ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh lah (distorsi citra tubuh) yang menjadi fokus perhatian dari masalah citra tubuh itu sendiri (Grogan, 2008). Dampak yang dapat ditimbulkan dari distorsi citra tubuh diantaranya berpengaruh pada kesehatan mental dan penyakit penyimpangan makan seperti Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa yang berpengaruh pada status gizi (Krummel, 1996).

Menurut Hapsari (2009) menjelaskan bahwa adanya pola pikir tentang tubuh ideal serta citra diri yang buruk dapat memicu timbulnya gangguan/penyimpangan makan dan merupakan salah satu penyebab Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin mempunyai tubuh yang ideal, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya bagi wanita. Sementara menurut Soetjiningsih (2004) menyatakan bahwa gambaran yang khas dari penderita anorexia nervosa adalah adanya penyimpangan atau distorsi tentang persepsi penampilan tubuh yaitu estimasi yang berlebihan mengenai ukuran tubuh. Hal serupa terlihat paa penderita bulimia memiliki persepsi yang keliru tentang berat badan dan bentuk tubuhnya, mereka merasa kelebihan berat badan atau gemuk meskipun pada kenyataannya berat badannya dalam batas normal.

Berdasarkan penelitian Brumberg tahun 1997 di Amerika pada remaja berusia 15-17 tahun bahwa sebanyak 53% remaja tersebut tidak senang dengan bentuk tubuhnya (McCabe, 2001). Penelitian lain sebelumnya yang dilakukan oleh Klipatrick, Ohannessian, dan Bartolomew tahun 1999 pada 6.504 pelajar (kelas 7-12) di Amerika Serikat menyebutkan bahwa sepertiga pelajar mempersepsikan tubuhnya overweight dan pelajar wanita lebih banyak mempersepsikan tubuh mereka overweight daripada pelajar laki-laki. Menurut penelitian Ricket tahun 2007 menyebutkan bahwa wanita Amerika sebanyak 33% meyatakan diri mereka overweight atau sangat overweight, meskipun berat badan semua subjek berada pada kisaran 75% berat badan ideal menurut umur berdasarkan indeks massa tubuh. Selanjutnya penelitian tahun 1986 oleh Davis dan Furnham (2004) pada wanita Inggris

(3)

diketahui bahwa kurang dari 4% sampel overweight tetapi lebih dari 40% mempersepsikan tubuhnya overweight.

Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2000 (dalam Baktiani, 2007) hasil survei indeks massa tubuh (IMT) di 12 kota besar Indonesia menyatakan bahwa dari 2711 responden yang menilai dirinya gemuk ternyata hanya 55,7% yang benar-benar gemuk menurut IMT. Begitupun laporan hasil survei indeks massa tubuh (IMT) di 14 kota di Indonesia Departemen Kesehatan RI tahun 2000 menyatakan bahwa dari 1701 responden tergolong kurus menurut IMT hanya 58,1% yang menilai tepat sesuai IMT. Hal yang sama terjadi pada masyarakat Dili diketahui sebanyak 12,8% pria dan wanita mengalami distorsi citra tubuh.

Beberapa hal yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh adalah karakteristik responden itu sendiri yaitu pengetahuan gizi seperti yang dikatakan oleh Ricket (2007) bahwa remaja kurang memahami seperti apa tubuh yang gemuk, normal, maupun kurus yang sebenarnya. Selain itu jenis kelamin, aktivitas fisik, kepedulian teman memiliki peranan penuh dalam membentuk citra tubuh terutama pada masa remaja. Field, et al (2001) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengaturan berat badan oleh wanita dan remaja perempuan usia sekolah dengan persepsi citra tubuh teman-teman sebayanya.

Pengaruh media masa juga dapat berpengaruh seperti yang digambarkan di berbagai media mengenai bentuk tubuh yang ideal, contohnya pada pria yaitu bertubuh kurus, tinggi, dan berotot sedangkan gambaran tubuh ideal wanita di media adalah kurus dan langsing (Field, et. Al., 1999). Sebuah penelitian di West Virginia University menemukan bahwa memandang gambar model dengan tipe tubuh yang kurus dan langsing memiliki dampak hubungan yang signifikan pada pemikiran wanita (McComb, 2001). Rasa percaya diri juga mempengaruhi seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Neumark-Sztainer (2000) menyatakan bahwa tingkat kepercayaan diri yang rendah memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi citra tubuh, menurutnya orang dengan rasa percaya diri yang rendah memiliki kemungkinan 3,74 kali cenderung memiliki citra tubuh negatif. Seperti yang diungkapkan oleh Khomsan (2003) masalah penampilan tubuh ini akhirnya menjadikan seseorang tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh jika mereka juga memiliki tubuh yang sempurna.

Oleh karena itu, perlu dianalisis secara lebih mendalam terkait dengan faktor yang berkaitan dengan distorsi citra tubuh pada remaja.

(4)

Tinjauan Pustaka

Citra tubuh (Body Image) adalah gambaran subyektif seseorang mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya sendiri dimana gambaran tersebut dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran tubuh aktualnya, perasaan tentang bentuk tubuhnya, serta harapan terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkan (Grogan, 2008)

Seseorang yang memiliki pandangan yang berlebihan terhadap bentuk dan ukuran tubuh dapat dikatakan mengalami gangguan citra tubuh (Herrin dan Matsumoto, 2002). Gangguan citra tubuh dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan komponen citra tubuh yaitu distorsi citra tubuh dan ketidakpuasan citra tubuh (Allison, 1995). Individu yang mengalami gangguan citra tubuh pada komponen persepsi dikatakan mengalami distorsi citra tubuh sehingga mengalami ketikmampuan atau ketidakakuratan dalam mempersepsikan bentuk dan ukuran tubuhnya. Individu yang mempersepsikan ukuran tubuhnya lebih besar dari ukuran sebenarnya disebut overestimate sedangkan individu yang mempersepsikan ukuran tubuhnya lebih kecil dari ukuran sebenarnya disebut underestimate. Dan yang kedua adalah ketidakpuasan citra tubuh, terjadi bila seseorang mengalami gangguan pada penghayatan dan penerimaan terhadap tubuhnya dalam kognitif (pikiran) dan afektif (perasaan) sehingga timbul rasa tidak puas, tidak suka, malu, bahkan memandang rendah dan membenci bagian tubuhnya. Jika terus berlanjut maka akan berdampak negatif seperti self esteem yang rendah, depresi, kecemasan sosial, menarik diri dari pergaulan, serta disfungsi seksual.

Terjadinya distorsi citra tubuh pada remaja tentunya melibatkan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, pengaruh kritik orang tua dan teman sebaya mengenai bentuk dan berat badan, pengaruh media massa, pengetahuan gizi, faktor tingkat percaya diri, sosial ekonomi, tuntutan pekerjaan, dan aktivitas fisik. Menurut Thomson (1999) ketika seseorang mencapai tahap perkembangan pada usia pubertas, sebagai individu remaja terutama remaja putri mulai memperhatikan penampilannya sehingga akan melakukan berbagai cara untuk memperbaiki penampilannya terutama penampilan fisik. Pengaruh sosial seperti kritik dari orang tua dan teman sebaya yang negatif mengenai berat badan khususnya anak overweight dapat mengakibatkan anak akan memulai melakukan diet yang tidak sehat dan dapat membentuk pemikiran (presepsi) pada anak mengenai tubuhnya (Cash, 2004). Media massa juga berpengaruh besar pada persepsi remaja, sebuah penelitian di West Virginia University menemukan bahwa memandang gambar model dengan tipe tubuh yang kurus dan langsing memiliki dampak yang signifikan pada persepsi dan perilaku wanita mengenai tubuh ideal (McComb, 2001).

(5)

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi Cross Sectional. Responden dalam penelitian ini adalah siswi remaja putri dengan mengambil lokasi penelitian di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 132 responden. Variabel dependen dari penelitian ini yaitu distorsi citra tubuh pada siswi SMA sementara terdapat beberapa variabel independen yaitu pengaruh kritik orang tua dan teman sebaya mengenai bentuk dan berat badan, pengaruh media massa, pengetahuan gizi, faktor tingkat percaya diri, sosial ekonomi, dan aktivitas fisik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan serta perbedaan proporsi antara variabel dependen dengan variabel independen tersebut.

Data variabel dependen yakni distorsi citra tubuh didapatkan melalui metode kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk menilai terjadi atau tidaknya distorsi citra tubuh pada responden diperoleh melalui pengisian kuesioner citra tubuh (kuesioner C2 dan C3). Jika pada kuesioner tersebut responden mempersepsikan dirinya lebih kecil dari ukuran klasifikasi IMT/U yang sebenarnya maka tergolong underestimate. Jika pada kuesioner responden mempersepsikan dirinya lebih besar dari ukuran klasifikasi IMT/U yang sebenarnya maka tergolong overestimate. Responden yang mempersepsikan dirinya underestimate maupun overestimate dari ukuran klasifikasi IMT/U yang sebenarnya maka dikategorikan mengalami distorsi citra tubuh. Kemudian, jika pada kuesioner responden mempersepsikan dirinya sama dengan ukuran IMT/U yang sebenarnya maka tergolong normal atau tidak mengalami distorsi citra tubuh.

Kuesioner untuk mengetahui tingkat rasa percaya diri pada menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Rosenberg Self-Esteem Scale (Allison, 1995). Kuesioner ini menggunakan skala dengan tipe skoring Likert dimana responden memilih jawaban sesuai dengan urutan angka yang diberikan. Terdapat 10 butir pernyataan dalam bentuk pernyataan positif dan negatif serta mempunyai empat kemungkinan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Pernyataan positif terdapat pada soal D1, D3, D4, D7, dan D10 sedangkan pernyataan negatif D2, D5, D6, D9, dan D8. Untuk pernyataan positif diberi skor menurun mulai dari 4-1, sedangkan untuk pernyataan negatif skor yang diberikan dilakukan dengan cara membalik pemberian skor sehingga jika responden menjawab SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Nilai kumulatif berada pada rentang 10-40. Analisis hasil dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang percaya diri dan percaya diri. Untuk kategori kurang percaya diri jika berada pada rentang nilai <25 dan kategori cukup percaya diri berada dalam rentang skor ≥25.

(6)

Data mengenai aktivitas fisik didapat melalui pengisian kuesioner aktivitas fisik PAQ-A. Data hasil pengisian kuesioner aktivitas fisik berupa indeks total skor dari skor setiap jawaban pertanyaan. Setiap pertanyaan dari F1-F8 memiliki jawaban dengan rentang skor 1-5. Total skor didapatkan dari jumlah nilai semua pertanyaan. Rentang skor hasil penelitian aktivitas fisik berkisar antara 25-125. Analisa dibagi menjadi dua kategori yaitu aktivitas fisik kurang dan aktivitas fisik sedang. Untuk kategori aktivitas fisik kurang jika berada pada rentang nilai ≤ median dan kategori aktivitas fisik sedang berada dalam rentang > median.

Data faktor lain seperti karakteristik siswa menggunakan kuesioner yang terdiri dari nama siswa, tanggal lahir, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan nomor telepon/handphone. Begitu juga dengan data pengaruh kritik orang tua, teman sebaya, dan media massa didapat dari pilihan beberapa jawaban yang yang telah disediakan. Data pengetahuan gizi didapat dari kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tertutup, diisi mandiri oleh responden. Jawaban akan diskoring dengan nilai 1 jika menjawab benar dan 0 jika menjawab salah. Pengetahuan gizi responden akan dinilai cukup baik jika jumlah skor ≤8 dan pengetahuan baik jika skor >8. .

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dinyatakan dalam bentuk persentase atau proporsi untuk data pengaruh kritik orang tua dan teman sebaya, pengaruh media massa, pengetahuan gizi, percaya diri, sosial ekonomi, dan aktivitas fisik. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan dianalisis menggunakan tabulasi silang. Penelitian ini merupakan data kategorik sehingga dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui kemaknaannya secara statistik.

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Siswi (n=132 orang) Menurut Status Gizi di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

N o .

Variabel n %

1. Status Gizi Z-skor IMT menurut umur*

1. Sangat kurus (<-3 SD) 0 0%

2. Kurus (-3 SD s/d <-2 SD) 2 1,6% 3. Normal (-2 SD s/d +1 SD) 92 69,7% 4. Gemuk (>+1 SD s/d +2 SD) 31 23,4%

(7)

Berdasarkan tabel 1 diperoleh bahwa dari 132 siswi SMA Negeri 68 yang menjadi responden, persentase terbesar (69,7%) siswi masuk pada kategori status gizi yang normal. Siswi yang masuk dalam kategori gemuk juga cukup besar jumlahnya mencapai 23,4% sedangkan yang gizi lebih atau mengalami obesitas terdapat 5,3%. Tidak didapatkan siswi yang sangat kurus tetapi ada sekitar 1,6% siswi berstatus gizi kurus.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siswi (n=132 orang) Menurut Persepsi Citra Tubuh di SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

Berdasarkan tabel 2, setelah persepsi siswa mengenai berat badannya dicocokkan dengan IMT/U yang aktualnya, diperoleh persepsi citra tubuh siswa dibagi dalam dua kategori yaitu mengalami distorsi citra tubuh dan tidak mengalami distorsi citra tubuh. Sebesar 51,5% siswa mampu mempersepsikan tubuhnya secara tepat (fix estimation) tergolong tidak mengalami distorsi citra tubuh. Sedangkan siswi yang tidak dapat mempersepsikan secara tepat, underestimation (17,4%) maupun overestimation (31,1%) dikategorikan mengalami distorsi citra tubuh.

Tabel 3. Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh Berdasarkan Pengaruh Kritik Orang tua, Teman Sebaya, dan Media Massa Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

2. Persepsi Citra Tubuh n %

Underestimation 23 17,4% Fix estimation 68 51,5% Overestimation 41 31,1% Variabel Citra Tubuh P value Distorsi N (%) Tidak Distorsi N (%) Pengaruh Orang Tua

 Terpengaruh 37 (58,7) 26 (41,3) 0,038*

 Tidak Terpengaruh 27 (39,1) 42 (60,9)

Pengaruh Teman

 Terpengaruh 35 (63,6) 20 (36,4) 0,006*

 Tidak Terpengaruh 29 (37,7) 48 (62,3)

Pengaruh Media Massa

 Terpengaruh 49 (57,0) 37 (43,0) 0,013*

(8)

Berdasarkan Tabel 3, Hasil analisis hubungan antara pengaruh kritik orang tua dengan persepsi citra tubuh responden diperoleh bahwa terdapat 37 siswi (58,7%) terpengaruh oleh kritik orang tua hingga mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswa yang tidak terpengaruh sebesar 39,1% yang mengalami distorsi citra tubuh. Sedangkan pada pengaruh teman sebaya diperoleh terdapat 35 siswi (63,6%) terpengaruh oleh kritik teman sebaya hingga mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswa yang tidak terpengaruh teman sebanyak 29 siswi (37,7%) mengalami distorsi citra tubuh. Begitu pun dengan pengaruh media massa terdapat 49 siswi (57,0%) terpengaruh oleh media massa dalam mempersepsikan ukuran tubuhnya hingga mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswa yang tidak terpengaruh media massa sebanyak 15 siswi (32,6%) mengalami distorsi citra tubuh. Melaui hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan proporsi distorsi citra tubuh dengan pengaruh kritik orang tua, teman sebaya, dan media massa dengan kejadian distorsi citra tubuh. Hal tersebut dapat dilihat dari ketiga nilai Pvalue-nya yang menunjukkan angka <0.05.

Tabel 4. Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh Berdasarkan Sosial Ekonomi ; Pendidikan dan Pekerjaan Orang tua Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

Variabel Citra Tubuh P value Distorsi N (%) Tidak Distorsi N (%) Pendidikan Ayah  SMA/sederajat 12 (52,2) 11 (47,8) 0,873  Perguruan tinggi 52 (47,7) 57 (52,3) Pendidikan Ibu  SMA/sederajat 9 (40,9) 13 (59,1) 0,586  Perguruan tinggi 55 (50,0) 55 (50,0) Pekerjaan Ayah  Pegawai Pemerintah 19 (54,3) 16 (45,7) 0,546

 Pegawai Non Pemerintah 45 (46,4) 52 (53,6)

Pekerjaan Ibu

 Tidak Bekerja 23 (47,9) 25 (52,1)

 Pegawai Pemerintah 21 (65,6) 11 (34,4) 0,053

(9)

Berdasarkan Tabel 4. Hasil analisis hubungan antara pendidikan ayah dengan persepsi citra tubuh responden diperoleh bahwa terdapat 52,2% siswi yang pendidikan ayah SMA/sederajat dengan distorsi citra tubuh sedangkan siswi yang pendidikan ayah perguruan tinggi sebesar 47,7%. Tidak jauh berbeda dengan pendidikan ibu dengan persepsi citra tubuh responden diperoleh bahwa bahwa prevalensi 40,9% siswi dengan pendidikan ibu SMA/sederajat mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswi yang pendidikan ibu perguruan tinggi sebesar 50,0% mengalami distorsi citra tubuh. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,586 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi pendidikan ibu dengan kejadian distorsi citra tubuh.

Untuk kategori pekerjaan orang tua, hasil analisis hubungan antara pekerjaan ayah dengan persepsi citra tubuh diperoleh bahwa prevalensi 54,3% siswi dengan pekerjaan ayah sebagai pegawai pemerintah mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswi yang pekerjaan ayah pegawai non pemerintah sebesar 46,4%. Sedangkan hubungan antara pekerjaan ibu dengan persepsi citra tubuh responden diperoleh bahwa terdapat 65,6% siswi dengan pekerjaan ibu sebagai pegawai pemerintah mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswi yang pekerjaan ibu pegawai non pemerintah sebesar 38,5% mengalami distorsi citra tubuh. Terdapat pula siswi dengan ibu tidak bekerja sebanyak 47,9% mengalami distorsi citra tubuh. Keempat variabel sosial ekonomi diatas memiliki nilai P-value >0,05, hal tersebut secara uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi responden dengan kejadian distorsi citra tubuh yang mereka alami.

Tabel 5. Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh Berdasarkan Pengetahuan Gizi, Percaya Diri dan Aktivitas Fisik Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

Variabel Citra Tubuh P value Distorsi N (%) Tidak Distorsi N (%) Pengetahuan Gizi  Cukup 19 (47,5) 21 (52,5) 1,000  Baik 45 (48,9) 47 (51,1) Percaya Diri

 Kurang Percaya Diri 24 (68,6) 11 (31,4) 0,010*

 Percaya Diri 40 (41,2) 57 (58,8)

Aktivitas Fisik

 Ringan 37 (52,9) 33 (47,1) 0,372

(10)

Berdasarkan Tabel 5, Hasil analisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan persepsi citra tubuh responden diperoleh bahwa terdapat 47,5% siswi yang pengetahuan gizi tergolong kategori cukup dengan distorsi citra tubuh sedangkan siswi yang kategori pengetahuan gizi baik sebesar 48,9% mengalami distorsi citra tubuh. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 1,000 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi pengetahuan gizi dengan kejadian distorsi citra tubuh.

Hasil analisis hubungan antara percaya diri dengan persepsi citra tubuh responden diperoleh bahwa terdapat 68,6% siswi tergolong kategori kurang percaya diri mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswi dengan kategori cukup percaya diri sebesar 41,2% mengalami distorsi citra tubuh. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,010 yang berarti ada perbedaan proporsi percaya diri dengan kejadian distorsi citra tubuh, karena nilai p>0,05.

Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik siswi dengan persepsi citra tubuh responden diperoleh bahwa terdapat 52,9% siswi tergolong kategori aktivitas fisik ringan mengalami distorsi citra tubuh sedangkan siswi dengan kategori aktivitas fisik cukup sebesar 43,5% mengalami distorsi citra tubuh. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,372 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi aktivitas fisik dengan kejadian distorsi citra tubuh.

Pembahasan

Distorsi citra tubuh merupakan ketidakmampuan seseorang dalam mempersepsikan ukuran dan bentuk tubuhnya. Distorsi tubuh terbagi menjadi dua, yaitu underestimate dan overestimate. Persentase siswi SMA Negeri 68 Jakarta yang underestimate (17,4%) lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan siswi yang overestimate (31,1%). Hal tersebut diasumsikanoleh peneliti bahwa tren yang berlangsung pada remaja saat ini lebih cenderung mengidealkan citra tubuh yang langsing sehingga banyak siswi yang mempersepsikan tubuh lebih besar dari yang sebenarnya.

Klasifikasi distorsi citra tubuh dalam penelitian ini dinilai berdasarkan persepsi siswi mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya yang kemudian dibandingkan dengan status gizi aktualnya berdasarkan nilai z-skor tetapan Kepmenkes RI 2010. Pada penelitian ini distorsi citra tubuh yang dimaksud adalah keduanya baik kategori underestimate maupun overestimate. Sedangkan siswi yanng tepat mempersepsikan sesuai status gizinya termasuk kategori normal atau tidak mengalami distorsi citra tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian, tercatat proporsi distorsi citra tubuh pada siswi SMA Negeri 68 Jakarta yaitu sebesar 48,5%. Hasil penelitian ini mempunyai persentase lebih tinggi dibandingkan dengan studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, dimana jumlah siswa

(11)

yang mengalami distorsi hanya sebesar 25%. Tingginya angka proporsi distorsi citra tubuh ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti salah satunya tren langsing yang sedang berkembang saat ini pada kalangan remaja yang merefleksikan bahwa kurus adalah cerminan ideal sehingga mempengaruhi persepsi mereka yang menyebabkan distorsi dan ketidakpuasan terhadap tubuhnya (Thompson, 1999)

Terdapat hubungan pengaruh orang tua mengenai bentuk dan berat badan dengan persepsi citra tubuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori dari Cash (2004) menyebutkan bahwa penanaman nilai dalam keluarga dapat terjadi melalui komunikasi dalam bentuk pendapat. Pendapat orang tua dan anggota keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap citra tubuh anak. Sejak kecil anak disosialisasikan dengan nilai dan penampilan, terutama dari orang tuanya. Komentar negatif mengenai berat badan khususnya anak overweight dapat mengakibatkan anak akan memulai melakukan diet yang tidak sehat dan dapat membentuk pemikiran (presepsi) pada anak mengenai tubuhnya.

Kritik teman sebaya mengenai bentuk dan berat badan dapat juga berpengaruh terhadap persepsi citra tubuh. Dalam penelitian ini sebanyak 41,7% siswi yang terpengaruh kritik oleh teman sebaya mengenai bentuk dan berat badan mengalami distorsi citra tubuh atau ketidakmampuan mempersepsikan bentuk dan berat badan aktualnya dengan bentuk dan berat badan sesungguhnya dan siswa yang pernah mengalami dan terpengaruh kritik dari teman sebaya mengenai bentuk dan berat badan mempunyai peluang 2,89 kali mengalami distorsi citra tubuh dibanding siswa yang tidak terpengaruh.

Hasil penelitian ini memiliki kemaknaan yang berarti bahwa siswi dengan mengahabiskan waktu lebih banyak di sekolahnya (sekitar 8 jam) dibandingkan dengan waktu dirumah (selain waktu tidur). Hal ini menyebabkan banyaknya waktu kebersamaan dengan teman sebaya mempengaruhi pola pikir serta kesamaan tingkah laku dengan teman baik dalam berpenampilan maupun kontrol pemilihan makanan.

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gerner (2005) dan hasilnya pun tidak jauh berbeda yaitu telah diteliti 131 remaja di Melbourne dan hasilnya 40,9 % remaja usia sekolah terpengaruh kritik teman sebayanya mengenai bentuk dan berat badan, hal tersebut menyangkut penerimaan seseorang dengan teman sebayanya dan kekhawatiran tidak diterima dalam pergaulan sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir terhadap citra tubuh untuk dapat tampil menarik dengan cara pengontrolan makan dan berat badan.

Pada penelitian ini lebih dari separuh atau sebesar 57,0% responden terpengaruh dengan media massa mengenai bentuk dan ukuran tubuhnya. Setelah dianalisis hal tersebut

(12)

mungkin karena hasil univariat frekuensi keterpaparan dari media massa menunjukkan angka yang sering siswi terpapar oleh media massa khususnya internet (74,3%), disusul oleh TV (55,3%) dan majalah (40,9%). Besarnya frekuensi ini memungkinkan tingkat keseringan melihat figur di media mempengaruhi penerimaan dan persepsi terhadap citra tubuh hingga dapa menyebabkan ketidakpuasan maupun distorsi citra tubuh. Hal tersebut jika dibiarkan akan berlanjut hingga tingkat mahasiswa dan dewasa. Seperti . penelitian Stuart (2011) yang dilakukan terhadap 200 mahasiswi di Amerika yang memperlihatkan bahwa wanita yang dahulunya mengalami ketidakpuasan dan distorsi citra tubuh memiliki tekanan terhadap dirinya untuk menjadi sama dengan yang ada di media dan 0,5 hingga 3,7% diantaranya akan mengalami gangguan makan anoreksia nervosa juga sekitar 1,1-4,2% menderita bulimia nervosa ketika dewasa.

Status sosial ekonomi dapat dilihat melalui pekerjaan, tingkat pendidikan akhir orang tua, pendapatan serta pengeluaran keluarga. Namun pada penelitian ini peneliti hanya meneliti pendidikan dan pekerjaan orang tua saja karena diperkirakan akan terjadi ketidaklengkapan data karena kerahasiaan dan ketidaktahuan siswa akan variabel pendapatan dan pengeluaran keluarga.

Masalah gangguan citra tubuh pertama kali muncul di negara barat yang secara umum lebih tinggi status sosial ekonominya dibandingkan dengan negara berkembang sehingga muncul anggapan bahwa terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan citra tubuh. Hal ini didukung dengan analisa bahwa semakin tinggi status ekonomi maka semakin terbuka juga peluang untuk dapat mengakses informasi dari berbagai media dan juga pengaruh pertemanan yang semakin erat hingga dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam berpenampilan maupun dalam pemilihan makanan (Grogan, 2008)

Ketidakbermaknaan proporsi distorsi citra tubuh berdasarkan status sosial ekonomi diasumsikan peneliti bahwa terjadi penyebaran antara status sosial ekonomi tinggi, menengah, dan rendah yang dilihat dari pendidikan dan pekerjaan orang tua dalam hal remaja bergaul dengan teman sebayanya di sekolah. Seperti yang dikatakan oleh Santrock (2003) memaparkan bahwa dalam hal pergaulan remaja muda memiliki ciri mudah meniru dan suka membandingkan dirinya dengan teman sebayanya sehingga batasan status ekonomi terkadang dikesampingkan sehingga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.

Hasil analisis uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna tingkat pengetahuan gizi dengan citra tubuh (p = 1,000). Hasil penelitian ini mendukung peneitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puri (2003), Baktiani (2007), Handayani (2009) yang juga menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna tingkat

(13)

pengetahuan gizi dengan citra tubuh. Namun tidak sesuai dengan konsep teori Thompson (1999) menyatakan bahwa pengetahuan mengajak seseorang berpikir dengan cara yang kompleks dan memberi landasan yang lebih kuat bagi keyakinan. Informasi mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap, termasuk sikap seseorang terhadap citra tubuhnya.

Tidak bermaknanya pengetahuan gizi dengan citra tubuh diasumsikan bahwa pada kuesioner penelitian hanya terdapat beberapa soal yang mengarah pada pengetahuan responden mengenai citra tubuh dan pertanyaan lainnya mengenai pengetahuan gizi mikro dan gizi makro. Akan tetapi data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan yaitu semakin tinggi pengetahuan gizi maka semakin besar kemungkinan untuk tidak mengalami distorsi citra tubuh. Dari data yang dihasilkan selama observasi penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan siswi tentang konsep tubuh ideal dan bagaimana mengukur status gizi seseorang sangat rendah walaupun lebih dari separu persentase siswi yang diteliti memiliki pengetahuan gizi yang baik.

Huebscher (2010) menyatakan bahwa citra tubuh akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Konsep diri ini akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri. Bila seseorang menilai diri sendiri positif, maka seseorang akan memasuki dunia dengan harga diri yang positif dan penuh percaya diri. Harga diri positif, terciri oleh perasaan bahwa seseorang itu mempunyai kemampuan, dicintai orang lain, menghargai etika dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Bila terjadi distorsi atau perubahan dalam citra tubuh seseorang, maka konsep dirinyapun dapat berubah. Percaya diri pada remaja merupakan faktor penting menentukan ketidakpuasan dan distorsi citra tubuh.

Pemahaman diatas sejalan dengan penelitian ini yang juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara rasa percaya diri terhadap tubuh sendiri dengan persepsi citra tubuh (p=0,005). Penelitian Rahmania (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasa percaya diri maka semakin positif pandangan terhadap citra tubuh begitu pun sebaliknya. Seseorang dengan tingkat percaya diri tinggi akan merasa nyaman dengan bentuk tubuhnya sehingga tidak terlalu berfokus pada penampilan sehingga kecenderungan untuk mengalami distorsi citra tubuh pun kecil. Namun penilitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2009) dan Endah (2006) pada remaja putri SMA 8 Bandung.

Hasil uji statistik antara aktivitas fisik dengan citra tubuh pada siswa diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,074). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Endah (2006) namun berbeda dengan penelitian Kirkcaldy (2002) yang menyatakan ada hubungan bermakna aktivitas fisik dengan citra tubuh yaitu aktivitas fisik

(14)

memiliki banyak manfaat untuk remaja seperti meningkatkan kinerja fisik, kebugaran tubuh, membentuk tubuh agar lebih ideal, serta dengan mengingkatnya aktivitas fisik dapat memberikan umpan balik sosial yang lebih positif sdan pengakuan dari teman sebaya sehingga juga meningkatkan citra tubuh seseorang.

Hasil penelitian Newton (2012) pada wanita di Afrika memperlihatkan ada hubungan bermakna aktivitas fisik dengan distorsi dan ketidakpuasan citra tubuh. Didapatkan bahwa pada mereka yang obesitas dan merasa tidak puas dengan bentuk dan ukuran tubuhnya cenderung memilik aktvitas fisik yang rendah.

Peneliti mengasumsikan bahwa ketidakbermaknaan tersebut terjadi karena responden melakukan aktivitas fisiknya yang hampir sama satu sama lain yaitu selama lima hari di sekolah responden memiliki aktivitas yang sama yaitu selama 8 jam di sekolah dan waktu tersebut lebih banyak di gunakan dari pada dirumah selain waktu tidur dan akhir pekan. Dengan aktivitas yang sama di sekolah selama 8 jam pelajaran dengan menggunakan pendingin ruangan serta kegiatan olahraga yang dilakukan responden umumnya juga sama yaitu hanya melakukan olahraga pada saat jam pelajaran olahraga di sekolah maupun kegiatan ekstrakulikuler. Dengan demikian baik responden dengan distorsi citra tubuh maupun tidak distorsi citra tubuh tidak memiliki pengaruh dengan aktivitas fisik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan didapatkan siswi yang memiliki status gizi kurang

(underweight) sebesar 1,5%, status gizi normal 69,7%, dan status gizi lebih (overweight) sebanyak 28,8%.

2. Persentase siswi yang mengalami distorsi citra tubuh sebesar 48,5% dan sisanya 51,5% tidak mengalami distorsi citra tubuh

3. Ada perbedaan bermakna proporsi distorsi citra tubuh yang berkaitan dengan pengaruh teman sebaya, rasa percaya diri, pengaruh orang tua, dan media massa.

(15)

Saran

1. Bagi Sekolah

1.) Mengadakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan di UKS sebagai upaya pemantauan tumbuh kembang siswa serta menginformasikan cara mengetahui status gizi secara manual dengan menggunakan rumus yang mudah diingat siswa. 2.) Memberikan dan menyisipkan materi edukasi gizi pada mata pelajaran Biologi, Olahraga maupun Bimbingan Konseling kepada siswa tentang pemahaman pencapaian status gizi ideal, perilaku makan yang benar agar diharapkan terbentuk persepsi yang baik tentang citra tubuh siswa. 3.) Menyisipkan materi edukasi gizi pada program sekolah yang sudah ada baik melalui kegiatan OSIS maupun ekstrakulikuler seperti KIR (Karya Ilmiah Remaja) dan PMR (Palang Merah Remaja), juga membuat leaflet dan poster kesehatan dan gizi pada ekstrakulikuler majalah dinding sekolah.

2. Bagi Orang tua

1.) Meningkatkan pengetahuan gizi dan ikut serta dalam memantau status gizi anak tetapi tidak megkritiknya secara berlebihan namun memotivasi untuk mencapai status gizi normal. 2.) Berupaya memberikan asupan gizi yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembang saat remaja dengan memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi anak remaja.

3. Bagi Peneliti Lain

1.) Mengembangkan penelitian yang telah dilakukan dengan desain studi penelitian lain (misal kualitatif) agar dapat dikembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori sehingga mampu melihat hasil yang lebih valid. 2.) Pengambilan data mengenai citra tubuh dapat menggunakan kuesioner MBSRQ (Multidimensional Body Self Relations Quesionnaire) yang tidak hanya melihat distorsi citra tubuh tetapi juga ketidakpuasaan terhadap anggota tubuh. 3.) Dapat mengembangkan tema penelitian ini untuk meneliti lebih jauh kaitan antara citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja hingga pengaruhnya terhadap status gizi remaja.

(16)

Daftar Pustaka

Allison, David B. 1995. Handbook of Assesment Methods for Eating Behavior and Weight-Related Problems : Measures, Theory, and Research. Sage Publications, Inc. United States of America

Bakhtiani, R. 2007. Hubungan karakteristik Siswa, Sosek dan Faktor Lainnya Dengan Citra Tubuh pada Siswa Kelas X dan XI di SMA Lab School Jakarta Tahun 2007. [Skripsi] Mahasiswa Fakulatas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Barker, Helen M. 2002. Nutrition and Dietetics: for Health Care. Tenth Edition. Churchill Livingstone. UK

Brown, Judith, et.al. 2005. Nutrition Through the Life Cycle. Second Edition. Thomson Wadswort. USA

Cash, T. F. (2004). Women’s Body Images. In G. Wingood & R. Di-Clemente (Eds.), Handbook of women’s sexual and reproductive health New York: Plenum. 175-187 Depkes RI. 2000. Gizi Untuk Kesehatan Bagi Pertumbuhan dan Pembangunan Remaja.

Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat

Davis, B. 2004. What’s Real, What’s Ideal: Overcoming a negative Body Image. Rosen Publishing Group Inc. New York

Dworkin, H, & Ken, Barbara A .2008. Comparison of Interventions for Women Experiencing Body Image Problems. Journal of Counseling Psychology. Vol. 34, No. 2, 136-140 Eckstein, Kathryn C. 2005. Parent’s Perceptions of Their Chil’s Weight and Health. Journals

of University of Illinois Chicago.

Endah, Tria Astika. 2006. Gambaran Citra Tubuh Terhadap Status Gizi dan Faktor Lain Pada Remaja Putri SMAN 8 Bandung Tahun 2006. [Skripsi] Mahasiswa Fakulatas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Fasli, Fitra Ifana. 2005. Kepuasan Citra Tubuh Remaja. [Skripsi] Mahasiswa Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia. Depok.

Field,A.E.et al. 1999. Exposure to the Mass Mediaand Weight Concerns Among Girls. Vol 103, pp 36-40

Field,A.E.et al. 2001. Peer, Parents, and Media Influences on the Development Weight Concerns and Frequent Dieting Among Preadolescent and Adolescent Girls and Boys. Vol 107(1), pp 54-69

(17)

Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford University Press, New York.

Gerner, Bibi. 2005. The Relationship Between Friendship Factors and Adolescent Girls Body Image Concern, Body Dissastifaction, and Restrained Eating. Journal of Eating Dissorder. Vol 37, pp 313-320

Grogan, Sarah. 2008. Body Image: Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women and Children. Taylor & Francis

Handayani, Miratna. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Distorsi Citra Tubuh Siswa Sman I Pamulang Tahun 2009. [Skripsi] Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan lmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Hapsari, Ismira (2009). Hubungan Faktor Personal dan Faktor Lingkungan dengan Kecendrungan Perilaku Makan Menyimpang Pada Kalangan Model di OQ Modelling School Jakarta Selatan Tahun 2009. [Skripsi] Mahasiswa Fakulatas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Herrin, M., & Matsumoto, N. 2002. The Parents’s Guide to Children Eating Disorders. Henry Holt & Company LCC. New York

Huebscher, Brenda. 2010. Relationship Between Body Image and Self-Esteem Among Adolescent Girls. Research Paper University of Wisconsin-Stout.

Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi ke 5. Erlangga. Jakarta

Irwanto. 2002. Psikologi Umum. PT. Prenhallindo. Jakarta

Kemala, Jihan. 2000. Kepuasan Citra Tubuh Pada Wanita Peserta Senam Body Language (Perbandingan Antara Peserta Lama dan Peserta Baru). [Skripsi] Mahasiswa Fakultas Psikologi. Universitas Indonesi. Depok

Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber daya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor

Khomsan, Ali. 2003. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. UI Press. Jakarta.

Kilpatrick, M., Ohannessian, C., & Bartholomew, J.B. 1999. Adolescent Weight Management and Perceptions: An Analysis of the national Longitudinal Study of Adolescent Health. The Journal of School Health,Vol 69 (4), 148-152

Kindes, V. Marlene. 2006. Body Image: A Handbook Of Science, Practice, and Prevention. America

(18)

Kirkcaldy, B.D. 2002. The Relationship Between Physical Activity And Self-Image and Problem Behaviour Among Adolescents. Journal of Social Psychiatry Epidemilogy. Vol 37, pp 544-550.

Kowalski, K. C., Crocker, P. R. (2004). Convergent validity of the Physical Activity Questionnaire for Adolescents. Pediatric Exercise Science, 9, 342-352.

Krummel, A. Debra, Et,Al. 1996. Nutrition In Women’s Health. Maryland Aspen Publisher, Inc. Gaithersburg.

Kurniasih, Nuning. 2008. Pengaruh Teman dan Media Massa Terhadap Citra Tubuh Siswa SMAN 1 Tasikmalaya Tahun 2008. [Skripsi] Mahasiswa Fakulatas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran, Bandung.

Ludden, Alison Bryant. 2007. The Effects of Gender and Family, Friend, and Media Influences on Eating Behaviors and Body Image During Adolescence. Journal of Youth Adolescence 1024-1037

McCabe, Marita P dan Lina A. Ricciardelli. 2001. Parent, Peer, And Media Influences On Body Image And Strategies To Both Increase And Decrease Body Size Among Adolescent Boys Ant Girls – Statistical. Adolescence Journal 132-146

McComb, Jacalyn J Robert. 2001. Eating Disorder in Women and Children: Prevention Stress Management and Treatment. CRC Press. Washington

Newton, Zakiya. 2012. Physical Activity and Perception of Body Image of African American Woman. Journal Vol 15(1), pp 1-12.

Peltzer, Karl., & Pengpid, S. 2012. Body Weight and Body Image among a Sample of Female and Male South African University Students. Journal of Department of Health System Management and Policy University of Limpopo, South Africa, 4513-4515

Puri, 2003. Gambaran Citra Tubuh Remaja dan Faktor-Faktor yang Berhubungan pada Siswa Kelas 2 SMUN I Bekasi Tahun 2003. [Skripsi] Mahasiswa Fakulatas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Rahmania, P.N. 2012. Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder Pada Remaja. [Jurnal] Mahasiswa Fakulatas Psikologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Restiani, Novita. 2012. Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik, dan Asupan Makanan Terhadap Status Gizi Siswa SMA Muhamadiyah Jakarta. [Skripsi] Mahasiswa Fakulatas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Ricket, Vaughn. 2007. Adolescent Nutrition Assesment and Management. Chapman and Hall. USA

(19)

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga

Small, Kelly, and Gallery,E. 2001. Addressing Body Image, Self-Esteem, and Eating Disorder; A Peer Reviewed Journal. Vol 2 (2) pp 12-18

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang dan Permasalahannya. Sagung Seto. Jakarta

Stuart, Raquael A. 2011. The Relationship Between Mass Media and College Woman’s Perception of Their Body Image. Theses

Supriasa, Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta

Thompson,J.K. 1996. Body Image, Eating Disorder, and Obesity: An Integrative Guide for Assesment and Treatment. American Psychological Association. Washington

Thompson, J.K., et,al. 1999. Exacting Beauty : Theory, Assesment, and Treatment of Body Image Disturbance. American Psychological Association. Washington

Tiggeman, M. 2005. Body Dissatisfaction and Adolescent Self-Esteem Body Image. Vol 2, pp 129-135

Wahyuni, Leni Sri. 1998. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Citra Tubuh Mahasiswa Akademi Perawatan Raflesia Bogor Tahun 1998. [Skripsi] Mahasiswa Fakulatas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Wahyurini, Chatarina dan Yahya Ma’shum PKBI Pusat. 2004. Perubahan Pada Tubuh Kita. Artikel dari www.kompas.com tanggal 20 Juni 2013.

WHO. 2003. The World Health Report, 2002. Rducing Risk, Promoting Healthy Life. WHO. Graphics. Geneva.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Siswi (n=132 orang) Menurut Status Gizi di SMA Negeri 68  Jakarta Tahun 2013
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Siswi (n=132 orang) Menurut Persepsi Citra Tubuh  di SMA  Negeri 68 Jakarta Tahun 2013
Tabel 4. Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh Berdasarkan Sosial Ekonomi ;  Pendidikan dan Pekerjaan Orang tua Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013
Tabel 5. Perbedaan Proporsi Distorsi Citra Tubuh Berdasarkan Pengetahuan Gizi, Percaya Diri  dan Aktivitas Fisik Pada Siswi SMA Negeri 68 Jakarta Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

XYZ sebagai perusahaan jasa pengangkutan, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan berkaitan dengan tax planning seperti: memberlakukan metode gross up atau

Dari nilai rata-rata penilaian sensori tertinggi terhadap penerimaan keseluruhan dodol ketan yaitu pada perlakuan tanpa penambahan ekstrak daun sirsak (P0) sebesar

Namun demikian, perlu diwaspadai bahwa konversi lahan pertanian pangan ke perkebunan (terutama kelapa sawit) pada tingkat petani akan menjadi lebih besar, seperti yang

Dilihat dari data curah hujan yang tidak linear membuat data ini mempunyai kecocokan dengan salah satu kelebihan pada ANN yaitu kemampuan menyelesaikan pekerjaan prediksi yang

2010 metų egzamino statistinė analizė: 2010 metų lietuvių kalbos (gimtosios) valstybinio brandos egza - mino rezultatų statistinė analizė. Literatūrinis ugdymas šiandienos

Penurunan kemampuan pembentukan gel pada surimi selama penyimpanan beku secara kuantitas disebabkan oleh menurunnya kadar protein, khususnya protein larut garam (Gambar

Akar Masalah Keamanan Pangan pada Bakso, Makanan Ringan, dan Mi Data persentase TMS selanjutnya dianalisis dengan analisis Pareto untuk mengetahui parameter keamanan utama

Sesuai dengan masalah yang diajukan, hasil kajian terhadap penerapan pendekatan komunikatif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berpidato bahasa Bali pada