• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGETAHUAN BIDAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI KECAMATAN IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH PERPUSTAKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PENGETAHUAN BIDAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI KECAMATAN IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH PERPUSTAKAAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

i

EVALUASI PENGETAHUAN BIDAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI KECAMATAN IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan STIKES A. Yani Yogyakarta

FINDA URI NAWANGSARI NPM 1311138

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu tempat Sekolah Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Agustus 2014

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berjudul “Evaluasi Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta”.

Karya Tulis Ilmiah ini telah dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penyusun dengan rendah hati mengucapkan terimakasih kepada : 1. dr. I Edy Purwoko, SP.B., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal

Achmad Yani Yogyakarta.

2. Dian Puspitasari.,M.Keb., selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Ratih Kumorojati, S.SiT., M.Kes., sebagai Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dalam penyusunan proposal.

4. Ana Ratnawati, APP,S, Kep,Ns.,M.Kep selaku Penguji yang memberikan arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan proposal.

5. Kedua orang tua saya yang tak henti-hentinya memberikan do’a serta dukungan moril dan material kepada saya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan mutu Karya Tulis Ilmiah ini. Sehingga, besar harapan penyusun semoga karya tulis ilmiah ini berguna bagi semua.

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... viii

DATAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4 E. Keaslian Penelitian... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori... 7

B. Kerangka Teori... 21

C. Kerangka Konsep ... 22

D. Pertanyaan Penelitian ... 23

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 24

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Definisi Operasional... 25

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ... 26

G. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 27

H. Etika Penelitian ... 30

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 33 B. Pembahasan... 41 C. Keterbatasan Penelitian ... 47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 49 B. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 25

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner ... 27

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 34

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Definisi IMD ... 35

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Tujuan IMD ... 35

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden Dengan Aspek Tujuan IMD ... 36

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Manfaat IMD ... 37

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden Dengan Aspek Manfaat IMD ... 37

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Teknik IMD ... 38

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Antara Karakteristik Responden Dengan Aspek Teknik IMD ... 39

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Tatalaksana IMD... 40

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori... 22 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ... 23

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penelitian

Lampiran 2. Surat pengantar izin penelitian dari STIKES A.Yani Yogyakarta Lampiran 3. Surat rekomendasi izin penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah

Lampiran 5. Surat rekomendasi izin penelitian dari Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta

Lampiran 6. Pengantar Kuesioner Lampiran 7. Informed Consent Lampiran 8. Kuesioner

Lampiran 9. Jawaban Kuesioner

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiii

EVALUASI PENGETAHUAN BIDAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI KECAMATAN IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA

TAHUN 2014

Finda Uri Nawangsari1, Ratih Kumorojati2

INTISARI

Latar Belakang: Sebagai fasilitator inisiasi menyusu dini, bidan merupakan tenaga

kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa bantuan dan fasilitas dari bidan. Berdasarkan data yang diperoleh di Kecamatan Imogiri pada satu bulan terakhir yaitu bulan Juni dari 52 persalinan hanya 25% yang berhasil melakukan IMD, 50% tidak berhasil dilakukan IMD, dan 25% tidak dilakukan IMD.

Tujuan: Untuk mengetahui evaluasi pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini

di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta

Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan

pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan total

sampling. Sampel yang didapatkan sebanyak 32 bidan di Kecamatan Imogiri

Kabupaten Bantul. Analisis data menggunakan rumus distribusi frekuensi.

Hasil: Hasil evaluasi menunjukkan seluruh bidan memiliki pengetahuan yang baik

tentang inisiasi menyusu dini sebanyak 32 orang (100%).

Kesimpulan: Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD secara keseluruhan diketahui

pada kategori baik, sehingga dapat mendukung keberhasilan proses IMD dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kata Kunci: Pengetahuan, Bidan, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

1

Mahasiswa Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xiv

EVALUATION OF MIDWIFERY KNOWLEDGE ABOUT EARLY BREASTFEEDING INITIATION (IMD) IN IMOGIRI REGENCY

BANTUL YOGYAKARTA 2014

Finda Uri Nawangsari1, Ratih Kumorojati2

ABSTRACT

Background: As a facilitator early breastfeeding initiation, midwives is health

workers who most plays a role in carrying out early breastfeeding initiation because mothers are not able to do early breastfeeding initiation without help and facilities of midwives. Based on the data obtained from Imogiri in the last month in June from the 52 childbirths, only 25 percent successfully do IMD, 50% could not be done, and 25% cannot be done of early breastfeeding initiation.

Objective: To know the evaluation of midwifery knowledge about early

breastfeeding initiation (IMD) In Imogiri Regency Bantul Yogyakarta 2014.

Method: Research design used is descriptive quantitative with cross sectional

approach. Sampling technique which is used is total sampling. Samples obtained by as many as 32 midwives in Imogiri Bantul. Data analysis is used equations frequency distribution.

Result: The evaluation results showed the whole midwife has good knowledge about

early breastfeeding initiation as many as 32 people (100%).

Conclusion: Evaluation of midwife knowledge about the overall early breastfeeding

initiation is known in good categories, so it can support the success of the early breastfeeding initiation process and improving public health.

Key Words : Knowledge, Midwifery, Early Breastfeeding Initiation (IMD)

1

Student of Study Program Midwifery School of Health of Achmad Yani Yogyakarta

2

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi. Persalinan dimulai bila ibu sudah dalam inpartu (saat uterus berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks membuka dan menipis), berakhir dengan lahirnya plasenta dengan lengkap (Asri H dan Sujianti, 2010).

Dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan mecapai ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini adalah langkah untuk mencapai hal tersebut pemerintah mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan Life Saving. Sebagaimana yang tertera dalam tujuan Millenium Development Goal’s (MDG’s) sesuai dengan tujuan keempat yaitu menurunkan kematian bayi, dimana targetnya adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23/1000 kelahiran hidup, maka intervensi yang diharapkan dapat mewujudkan hal tersebut salah satunya adalah program kesehatan anak yaitu inisiasi menyusu dini (Depkes RI, 2008).

Pemberian ASI sejak dini dapat memberikan efek perlindungan pada bayi dan balita dari penyakit infeksi, oleh karena itu disarankan untuk memberi ASI pada bayi segera mungkin satu jam sesaat setelah bayi lahir. Hasil penelitian Karen M.Emond (2012), menyebutkan bahwa jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah usia 28 hari dapat diselamatkan, jika mulai menyusu pertama. Saat bayi berusia diatas dua jam dan dibawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi dibawah usia 28 hari yang dapat diselamatkan. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak mendapatkan IMD (Roesli, 2012).

Bayi yang mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting untuk pertumbuhan

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan. Zat antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi (Depkes RI, 2008).

Salah satu asuhan yang diberikan bidan pada asuhan pada bayi baru lahir untuk satu jam pertama yaitu inisiasi menyusu dini (IMD). Inisiasi menyusu dini

(early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

segera setelah lahir. Jadi sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri dan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli 2012).

Program inisiasi menyusu dini mempunyai manfaat yang sangat besar bagi bayi maupun ibu. Manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu diantaranya membantu kontraksi uterus pada ibu sehingga resiko perdarahan pasca melahirkan lebih rendah, merangsang pengeluaran kolostrum, menciptakan keeratan hubungan antara ibu dan bayi, serta mengurangi rasa nyeri pada saat proses pengeluaran plasenta. Sedangkan manfaat inisiasi menyusu dini bagi bayi diantaranya menstabilkan pernafasan, mencegah hipotermi, mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat (Roesli, 2012).

Proses tahapan inisiasi menyusu dini ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pencapaian ASI eksklusif, dengan mempraktekan IMD maka produksi ASI akan terstimulasi sejak dini, sehingga tidak ada lagi alasan “ASI kurang” atau “ASI tidak keluar” yang sering kali menjadi penghambat ibu untuk menyusui bayinya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mempromosikan pemberian ASI eksklusif, tetapi untuk inisiasi menyusu dini masih sedikit materi yang sampai kepada ibu, baik melalui kader kesehatan maupun petugas kesehatan di sekitar tempat tinggalnya (Depkes RI, 2008).

Sebagai fasilitator inisiasi menyusu dini, bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa bantuan dan fasilitas dari bidan. Hal ini didukung oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang menetapkan standarisasi pelayanan pertolongan

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

persalinan yaitu melaksankan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif. Karena dengan inisiasi menyusu dini diharapkan angka kematian bayi akibat penyakit infeksi jauh berkurang, angka bayi kekurangan gizi juga berkurang, dan lahirlah generasi yang tumbuh sehat dan cerdas (Depkes RI, 2007).

Untuk melakukan IMD bidan memerlukan pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).

Di Kecamatan Imogiri berdasarkan data yang diperoleh pada satu bulan terakhir yaitu bulan Juni dari 52 persalinan hanya 25% yang berhasil melakukan IMD, 50% tidak berhasil dilakukan IMD, dan 25% tidak dilakukan IMD karena ibu atau bayi dalam keadaan yang tidak bisa di lakukan IMD, misalnya ibu dan bayi dalam kondisi yang tidak sehat.

Bidan dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadahi baik yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun informal. Khususnya bagi bidan-bidan praktek swasta karena ada bidan praktek swasta yang tidak bekerja di suatu instansi. Pengetahuan inisiasi menyusu dini pada bidan dapat diperoleh dari proses belajar informal dan pengalaman melalui seminar, maupun dari pelatihan APN (Depkes RI, 2008).

Dari hasil studi pendahuluan di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta mengenai inisiasi menyusu dini dengan 10 bidan mereka mengatakan “mengetahui tentang inisiasi menyusu dini”. Namun dari 4 bidan mengatakan “terkadang setelah bayi lahir langsung dibersihkan dan dibedong, bila saat ada persalinan lain”.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Evaluasi Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta”.

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Evaluasi Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu dini Di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta”.

C. Tujuan Penelitian

1. TujuanUmum

Untuk mengetahui evaluasi pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

2. TujuanKhusus

a. Diketahuinya evaluasi pengetahuan bidan tentang definisi Inisiasi Menyusu Dini.

b. Diketahuinya evaluasi pengetahuan bidan tentang tujuan Inisiasi Menyusu Dini.

c. Diketahuinya evaluasi pengetahuan bidan tentang manfaat Inisiasi Menyusu Dini.

d. Diketahuinya evaluasi pengetahuan bidan tentang teknik Inisiasi Menyusu Dini.

e. Diketahuinya evaluasi pengetahuan bidan tentang tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk menambah informasi tentang inisiasi menyusu dini bagi bidan sehingga menambah wawasan bagi bidan dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini khususnya bagi bidan di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

b. Bagi Mahasiswa A.Yani Yogyakarta

Sebagai masukan untuk menambah informasi dan bahan acuan tentang pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.

c. Bagi Bidan di Kecamatan Imogiri

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan motivasi bagi bidan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan, serta peningkatan pengetahuan dalam inisiasi menysusu dini.

d. Bagi Kepala Puskesmas Imogiri

Dapat digunakan sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan yang positif dalam tindak lanjut kebijakan kesehatan yang menyangkut tentang inisiasi menyusu dini.

E. Keaslian Penelitian

1. Handayani (2010) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Tentang Inisiasi Menyusu Dini Pada Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon Bantul Yogyakarta 2010”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan pengambilan sampel secara total sampling, jumlah populasi 35 orang. Hasil dari penelitian tingkat pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini yaitu pengetahuan baik sebanyak 9 responden (25,7%), pengetahuan cukup sebanyak 20 responden (57,1%), dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden (17,2%). Persamaan dari penelitian ini yaitu jenis penelitian dan teknik pengambilan sampel. Perbedaan dari penelitian ini yaitu waktu, populasi dan tempat penelitian. 2. Sugiarti (2008) yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Bidan Praktek Swasta

Tentang Inisiasi Menyusun Dini Berdasarkan Karakteristik Bidan Di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat 2008”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data menggunakan kuisioner kemudian diolah menjadi univariat.

Hasil dari keseluruhan yang didapatkan bahwa pengetahuan bidan praktek swasta tentang inisiasi menyusu dini sudah baik yaitu sebanyak 22 orang

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

(73,3 %), tingkat pendidikan bidan praktek swasta sebagian besar adalah berpendidikan DIII yaitu sebanyak 16 orang (53,3 %) dengan tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 14 orang (87,5%), masa kerja bidan praktek swasta sebagian besar >9 tahun yaitu sebanyak 22 orang (73,3 %) dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang(77,3%).

3. Aprilia (2009) yang berjudul “Analis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI eksklusif Pada Bidan Di Kabupaten Klaten”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan waktu cross sectional. Metode pengambilan data menggunakan kuisioner.

Hasil penelitian ada hubungan antara sikap bidan dan motivasi bidan dalam sosialisasi program inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif pada bidan di kabupaten klaten. Persamaan dari penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan waktu cross sectional.

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum penelitian

Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusu dini terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama satu jam. Inisiasi menyusu dini sebagaimana dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada atau perut ibu sehingga kulit bayi melekat pada kulit ibu.

Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan atau rawat gabung kecuali atas indikasi medis yang ditetapkan oleh dokter. Penempatan dalam satu ruangan atau rawat gabung dimaksudkan untuk memudahkan ibu setiap saat memberikan ASI Eksklusif kepada bayi (Perbupati Bantul, 2013).

Evaluasi pengetahuan bidan tentang teknik inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta diketahui sebanyak 8 responden (25,0%) pada kategori cukup. Hal tersebut dapat disebabkan karena bidan tidak memiliki informasi cukup tentang teknik dalam melakukan IMD. Salah satu hal yang menyebabkan bidan kurang mendapatkan informasi adalah bidan yang jarang mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), sehingga bidan yang belum mengikuti pelatihan APN dapat menyebabkan kurangnya pemahaman tentang teknik IMD.

Hasil penelitian diketahui bidan yang belum mendapat pelatihan sabanyak 6 (18,8%) bidan yang belum memiliki pengalaman tersebut dapat menyebabkan ketidak berhasilan dalam melakukan IMD. Hasil penelitian dari 141 persalinan diketahui sebanyak 53 persalinan (38%) tidak berhasil dalam melakukan IMD. Hasil tersebut menggambarkan bahwa masih terdapat proses IMD yang tidak berhasil di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

Upaya yang dilakukan bagi bidan dengan mencermati dari beberapa persalinan yang telah berhasil melakukan IMD dan mengikuti seminar pelatihan kebidanan untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

34

berkaitan dengan inisiasi menyusu dini. Proses evaluasi pengetahuan IMD pada bidan dapat dilakukan dengan bertahap sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan keberhasilan IMD pada ibu bersalin.

2. Karakteristik subjek penelitian

Data karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini berdasarkan umur, pendidikan, masa kerja, pelatihan APN dan jumlah persalinan. Distribusi frekuensi responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Karateristik Responden F % 1. Umur < 30 tahun 30-40 tahun > 40 tahun 12 10 10 37,5 31,3 31,3 2. Pendidikan D3 D4 S1 S2 22 7 1 2 68,8 21,9 3,1 6,3 3. Masa Kerja < 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun 12 16 4 37,5 50,0 12,5 4. Pelatihan APN Ya Belum 26 6 81,3 18,8 5. Jumlah Menolong Persalinan

1-5 kali 6-10 kali > 10 kali 22 7 3 68,8 21,9 9,4 Jumlah 32 100 Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan Tabel 4.1. Menunjukkan bahwa dari 32 responden penelitian, mayoritas berusia < 30 tahun tahun yaitu sebanyak 12 orang (37,5%). Karakteristik berdasarkan pendidikan responden sebagian besar D3 yaitu sebanyak 22 orang (68,8%). Karakteristik berdasarkan masa kerja responden diketahui sebangian besar bekerja selama 5-10 tahun sebanyak 16 orang (50,0%). Sebanyak 26 orang (81,3%) pernah mengikuti pelatihan APN.

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

35

Karakteristik berdasarkan jumlah persalinan diketahui sebanyak 22 orang (68,8%) telah membantu 1-5 kali persalinan.

3. Analisa hasil penelitian

Hasil penelitian tentang evaluasi pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta, berdasarkan beberapa indikator sebagai berikut:

a. Evaluasi pengetahuan tentang Pengertian IMD

Hasil dari sebaran distribusi frekuensi jawaban responden pada aspek pengertian IMD dapat diketahui pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang pengertian IMD

Kategori Frekuensi Persen Kurang 0 0 Cukup 0 0 Baik 32 100

Total 32 100,0% Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki pengetahuan tentang pengertian IMD kategori baik (100%). b. Evaluasi pengetahuan tentang Tujuan IMD

Hasil dari sebaran distribusi frekuensi jawaban responden pada aspek tujuan IMD dapat diketahui pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang tujuan IMD

Kategori Frekuensi Persen Kurang 0 0 Cukup 2 6,3 Baik 30 93,8

Total 32 100,0% Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 30 responden memiliki pengetahuan tentang tujuan IMD pada kategori baik dan sebanyak 2 responden (6,3%) pada kategori cukup. Data tabulasi silang antara karakteristik responden dengan aspek tujuan IMD dapat diketahui pada tabel berikut :

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

36

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tabulasi silang antara karakteristik responden dengan aspek tujuan IMD

Karakteristik Tujuan IMD Total Baik Cukup f % f % f % Umur < 30 tahun 11 34,4 1 3,1 12 37,5 30-40 tahun 9 28,1 1 3,1 10 31,3 >40 tahun 10 31,3 0 0 10 31,3 Total 30 93,8 2 6,3 32 100 Pendidikan D3 20 62,5 2 6,3 22 68,8 D4 7 21,9 0 0 7 21,9 S1 1 3,1 0 0 1 3,1 S2 2 6,3 0 0 2 6,3 Total 30 93,8 2 6,3 32 100

Masa Kerja <5 tahun 11 34,4 1 3,1 12 37,5 5-10 tahun 15 46,9 1 3,1 16 50,0 >10 tahun 4 12,5 0 0 4 12,5 Total 30 93,8 2 6,3 32 100 Pelatihan APN Ya 24 75,0 2 6,3 26 81,3 Belum 6 18,8 0 0 6 18,8 Total 30 93,8 2 6,3 32 100 Jumlah Persalinan 1-5 kali 21 65,6 1 3,1 22 68,8 6-10 kali 6 18,8 1 3,1 7 21,9 >10 kali 3 9,4 0 0 3 9,4 Total 30 93,8 2 6,3 32 100

Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa responden berumur <30 tahun dan memiliki pengetahuan tentang tujuan IMD pada kategori baik sebanyak 11 responden (34,4%), sedangkan pengetahuan tentang tujuan IMD pada kategori cukup sebanyak 1 responden (3,1%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan terakhir D3 dan memiliki pengetahuan tentang tujuan IMD kategori baik sebanyak 20 responden (62,5%) dan kategori cukup sebanyak 2 responden (6,3%). Masa kerja responden sebagian besar 5-10 tahun dan memiliki pengetahuan tentang tujuan IMD kategori baik sebanyak 15 responden (46,9%) dan kategori cukup 1 responden (3,1%). Responden mayoritas pernah mengikuti pelatihan APN dan memiliki pengetahuan tentang tujuan IMD kategori baik sebanyak 24 responden (75,0%) dan kategori cukup 2 responden (6,3%). Berdasarkan jumlah persalinan diketahui mayoritas responden telah membantu 1-5 kali persalinan dan memiliki pengetahuan

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

37

tentang tujuan IMD kategori baik sebanyak 21 responden (65,6%) sedangkan pada kategori cukup sebanyak 1 responden (3,1%).

c. Evaluasi pengetahuan tentang Manfaat IMD

Hasil dari sebaran distribusi frekuensi jawaban responden pada aspek manfaat IMD dapat diketahui pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang manfaat IMD

Kategori Frekuensi Persen Kurang 0 0 Cukup 6 18,8 Baik 26 81,3 Total 32 100,0% Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 26 responden (81,3%) memiliki pengetahuan tentang manfaat IMD pada kategori baik dan sebanyak 6 responden (18,8%) pada kategori cukup.

Data tabulasi silang antara karakteristik responden dengan aspek manfaat IMD dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi tabulasi silang antara karakteristik responden dengan aspek manfaat IMD

Karakteristik Manfaat IMD Total Baik Cukup f % f % f % Umur < 30 tahun 9 28,1 3 9,4 12 37,5 30-40 tahun 8 25,0 2 6,3 10 31,3 >40 tahun 9 28,1 1 3,1 10 31,3 Total 26 81,3 6 18,8 32 100 Pendidikan D3 18 56,3 4 12,5 22 68,8 D4 6 18,8 1 3,1 7 21,9 S1 1 3,1 0 0 1 3,1 S2 1 3,1 1 3,1 2 6,3 Total 26 81,3 6 18,6 32 100

Masa Kerja <5 tahun 9 28,1 3 9,4 12 37,5 5-10 tahun 14 43,8 2 6,3 16 50,0 >10 tahun 3 9,4 1 3,1 4 12,5 Total 26 81,3 6 18,8 32 100 Pelatihan APN Ya 22 68,8 4 12,5 26 81,3 Belum 4 12,5 2 6,3 6 18,8 Total 26 81,3 6 18,8 32 100 Jumlah Persalinan 1-5 kali 18 56,3 4 12,5 22 68,8 6-10 kali 5 15,6 2 6,3 7 21,9 >10 kali 3 9,4 0 0 3 9,4 Total 26 81,3 6 18,8 32 100

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

38

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa responden berumur <30 tahun dan memiliki pengetahuan tentang manfaat IMD pada kategori baik sebanyak 9 responden (28,1%), sedangkan pengetahuan tentang manfaat IMD pada kategori cukup sebanyak 3 responden (9,4%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan terakhir D3 dan memiliki pengetahuan tentang manfaat IMD kategori baik sebanyak 18 responden (56,3%) dan kategori cukup sebanyak 4 responden (12,5%). Masa kerja responden sebagian besar 5-10 tahun dan memiliki pengetahuan tentang manfaat IMD kategori baik sebanyak 14 responden (43,8%) dan kategori cukup 2 responden (6,3%). Responden mayoritas pernah mengikuti pelatihan APN dan memiliki pengetahuan tentang manfaat IMD kategori baik sebanyak 22 responden (68,8%) dan kategori cukup 4 responden (12,5%). Berdasarkan jumlah persalinan diketahui mayoritas responden telah membantu 1-5 kali persalinan dan memiliki pengetahuan tentang manfaat IMD kategori baik sebanyak 18 responden (56,3%) sedangkan kategori cukup sebanyak 4 responden (12,5%).

d. Evaluasi pengetahuan tentang Teknik IMD

Hasil dari sebaran distribusi frekuensi jawaban responden pada aspek teknik IMD dapat diketahui pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang teknik IMD

Kategori Frekuensi Persen Kurang 0 0 Cukup 8 25,0 Baik 24 75,0 Total 32 100,0% Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebanyak 24 responden (75,0%) memiliki pengetahuan tentang teknik IMD pada kategori baik dan sebanyak 8 responden (25,0%) pada kategori cukup.

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

39

Data tabulasi silang antara karakteristik responden dengan aspek teknik IMD dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi tabulasi silang antara karakteristik responden dengan aspek teknik IMD

Karakteristik Teknik IMD Total Baik Cukup F % F % f % Umur < 30 tahun 10 31,3 2 6,3 12 37,5 30-40 tahun 7 21,9 3 9,4 10 31,3 >40 tahun 7 21,9 3 9,4 10 31,3 Total 24 75,0 8 25,0 32 100 Pendidikan D3 18 56,3 4 12,5 22 68,8 D4 5 15,6 2 6,3 7 21,9 S1 0 0 1 3,1 1 3,1 S2 1 3,1 1 3,1 2 6,3 Total 24 75,0 8 25,0 32 100 Masa Kerja <5 tahun 10 31,3 2 6,3 12 37,5 5-10 tahun 11 34,4 5 15,6 16 50,0 >10 tahun 3 9,4 1 3,1 4 12,5 Total 24 75,0 8 25,0 32 100 Pelatihan APN Ya 20 62,5 6 18,8 26 81,3 Belum 4 12,5 2 6,3 6 18,8 Total 24 75,0 8 25,0 32 100 Jumlah Persalinan 1-5 kali 14 43,8 8 25,0 22 68,8 6-10 kali 7 21,9 0 0 7 21,9 >10 kali 3 9,4 0 0 3 9,4 Total 24 75,0 8 25,0 32 100

Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa responden berumur <30 tahun dan memiliki pengetahuan tentang teknik IMD pada kategori baik sebanyak 10 responden (31,3%), sedangkan pengetahuan tentang teknik IMD pada kategori cukup sebanyak 2 responden (6,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan terakhir D3 dan memiliki pengetahuan tentang teknik IMD kategori baik sebanyak 18 responden (56,3%) dan kategori cukup sebanyak 4 responden (12,5%). Masa kerja responden sebagian besar 5-10 tahun dan memiliki pengetahuan tentang teknik IMD kategori baik sebanyak 11 responden (34,4%) dan kategori cukup 5 responden (15,6%). Responden mayoritas pernah mengikuti pelatihan APN dan memiliki pengetahuan tentang teknik IMD kategori baik sebanyak 20 responden (62,5%) dan kategori cukup 6

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

40

responden (18,8%). Berdasarkan jumlah persalinan diketahui mayoritas responden telah membantu 1-5 kali persalinan dan memiliki pengetahuan tentang teknik IMD kategori baik sebanyak 14 responden (43,8%) sedangkan kategori cukup sebanyak 8 responden (25,0%).

e. Evaluasi pengetahuan tentang Tatalaksana IMD

Hasil dari sebaran distribusi frekuensi jawaban responden pada aspek tatalaksana IMD dapat diketahui pada tabel ini:

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang tatalaksana IMD

Kategori Frekuensi Persen Kurang 0 0 Cukup 0 0 Baik 32 100

Total 32 100,0% Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki pengetahuan tentang tatalaksana IMD pada kategori baik (100%). f. Evaluasi secara keseluruhan Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu

Dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta

Hasil dari sebaran distribusi frekuensi pengetahuan bidan berdasarkan keseluruhan aspek dapat diketahui pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi pengetahuan bidan tentang IMD di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta

Kategori Frekuensi Persen Kurang 0 0 Cukup 0 0 Baik 32 100

Total 32 100,0% Sumber: data primer diolah 2014

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 32 bidan di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta memiliki pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini pada kategori baik (100%).

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

41

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta 2014 sebagai berikut

1. Evaluasi Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan Aspek Pengertian IMD

Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD di Kecamatan Imogiri pada aspek pengertian IMD menunjukkan seluruh bidan memiliki pengetahuan yang baik dengan 100% jawaban benar dari 2 soal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa bidan telah mengetahui dengan baik tentang pengertian IMD.

Menurut Depkes RI (2008) Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Bayi dibiarkan terjadi kontak kulit dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara.

Berdasarkan hasil evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek pengertian secara keseluruhan bidan telah mengetahui dengan baik tentang pengertian IMD. Evaluasi pengetahuan bidan dinilai sudah baik berkaitan dengan pengertian inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

2. Evaluasi Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan Aspek Tujuan IMD

Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek tujuan IMD sebanyak 30 bidan (93,8%) memiliki pengetahuan yang baik dan 2 bidan (6,2%) memiliki pengetahuan cukup. Hasil evaluasi menemukan bidan dengan pengetahuan cukup artinya tidak semua bidan menjawab dengan 100% benar. Jawaban dengan kategori kurang berkisar kurang dari 56% ditunjukan pada soal berkaitan memulai menyusu dini akan mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah dengan jawaban benar 53%, dengan demikian bidan banyak yang menjawab salah.

Hasil jawaban bidan yang salah tersebut dapat disebabkan karena menganggap bahwa tujuan IMD hanyalah agar bayi tidak kekurangan gizi dan

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

42

nutrisi saja dan bukan merupakan cara untuk menekan kematian bayi di bawah 28 hari. Tujuan IMD menurut Roesli (2012) salah satunya membantu memenuhi kebutuhan makanan bayi dan juga mengurangi angka kejadian kurang gizi pada bayi. Selain itu, tujuan dari IMD adalah membantu mengurangi kemiskinan. Jika seluruh bayi yang lahir di Indonesia dalam setahun disusui secara eksklusif 6 bulan, berarti biaya pembelian susu formula selama enam bulan tidak ada. Artinya pembelian susu formula dapat ditekan dan mengurangi pengeluaran sehingga dapat menekan kemiskinan.

Hasil penelitian berkaitan dengan tujuan IMD diketahui terdapat bidan yang belum mengetahui dengan benar tentang tujuan IMD. Hal tersebut dapat disebabkan karena perbedaan usia bidan. Bidan dengan usia < 30-40 tahun cenderung memiliki pengetahuan tentang tujuan IMD kategori cukup. Sedangkan bidan dengan usia > 40 tahun seluruhnya memiliki pengetahuan yang baik.

Menurut Huclok semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

Berdasarkan hasil evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek tujuan IMD secara keseluruhan bidan telah mengetahui dengan cukup baik. Evaluasi pengetahuan bidan dinilai sudah baik berkaitan dengan tujuan inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

3. Evaluasi Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan Aspek Manfaat IMD

Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek manfaat IMD diketahui sebanyak 26 bidan (83,1%) dengan pengetahuan baik dan pengetahuan cukup sebanyak 6 bidan (18,8%). Hasil tersebut memberikan gambaran adanya temuan saat dilakukan evaluasi terdapat bidan dengan pengetahuan cukup berkaitan dengan manfaat IMD. Pengetahuan cukup tersebut diketahui berdarkan jawaban dengan kategori kurang dari 56% ditunjukan pada soal berkaitan: memulai menyusu dini akan menekan produksi ASI. Bidan menganggap bahwa

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

43

hal tersebut benar, padahal proses menyusu dini justru akan memperlancar pengeluaran ASI pada ibu.

Penelitian yang dilakukan oleh Santi (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara proses inisiasi menyusui dini dengan kecepatan pengeluaran ASI oleh ibu. Ibu yang berhasil melakukan proses IMD dengan tepat sesuai dengan waktu yang ditetapkan cenderung mengalami proses pengeluaran ASI normal dibandingkan dengan ibu yang kurang tepat dalam menjalani proses IMD.

Manfaat IMD sangat beragam baik bagi ibu dan bayi. Bagi bayi, dada ibu menghangatkan bayi hal ini akan menurunkan kematian karena hypothermia (kedinginan) pada bayi baru lahir karena suhu bayi baru lahir harus tetap terjaga. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2013) menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna Inisiasi Menyusu Dini antara hipotermi dan non

hipotermi pada bayi baru lahir di Bidan Praktek Mandiri Wilayah Kedungmundu

Semarang tahun 2013.

Evaluasi pengetahuan bidan berdasarkan aspek manfaat diketahui masih terdapat bidan yang berpengetahuan cukup. Kurangnya pengetahuan bidan dapat disebabkan oleh pengalaman bidan dalam membantu persalinan. Gambaran karakteristik berdasarkan berdasarkan jumlah persalinan yang dibantu bidan diketahui bahwa bidan dengan jumlah persalinan 1-5 kali sebanyak 4 (12,5%) orang berpengetahuan cukup. Sedangkan bidan dengan jumlah persalinan > 10 kali seluruhnya berpengetahuan baik sebanyak 3 (9,4%) bidan.

Berdasarkan hasil evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek manfaat IMD secara keseluruhan bidan telah mengetahui dengan cukup baik. Evaluasi pengetahuan bidan dinilai sudah baik berkaitan dengan manfaat inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

4. Evaluasi Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan Aspek Teknik IMD

Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek teknik IMD diketahui sebanyak 24 responden (75,0%) memiliki pengetahuan tentang teknik IMD pada kategori baik dan sebanyak 8 responden (25,0%) pada kategori cukup. Jawaban dengan kategori kurang berkisar kurang dari 56% ditunjukan pada soal

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

berkaitan: Inisiasi yang dipraktekan saat ini adalah begitu lahir, bayi diletakkan di perut yang sudah dialasi kain kering.

Teknik IMD yang dianjurkan menurut Roesli (2012) adalah begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah di alasi kain kering, keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya, tali pusat dipotong, lalu diikat, Vernix yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan, tanpa dibedong bayi langsung di tengkurapkan di dada atau perut ibu selanjutnya ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Tanpa dibedong bayi langsung di tengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

Hasil penelitian diketahui sebanyak 8 bidan menganggap bahwa pelaksanaan IMD dengan meletakan kain di atas badan ibu merupakan proses IMD yang boleh dilakukan. Hal tersebut dapat disebabkan karena bidan tidak memiliki cukup informasi tentang teknik dalam melakukan IMD. Salah satu hal yang menyebabkan bidan kurang mendapatkan informasi adalah bidan yang jarang mengikuti pelatihan APN. Gambaran karakteristik berdasarkan pelatihan APN diketahui bahwa bidan yang belum pernah mengikuti pelatihan APN dengan teknik IMD cukup sebanyak 2 (6,3%). Artinya, bidan yang belum mengikuti pelatihan dapat menyebabkan kurangnya pemahaman tentang teknik IMD.

Berdasarkan hasil evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek teknik IMD secara keseluruhan bidan telah mengetahui dengan cukup baik. Evaluasi pengetahuan bidan dinilai sudah baik berkaitan dengan teknik inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

5. Evaluasi Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan Aspek Tatalaksana IMD

Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek tatalaksana IMD pada kategori baik, dan setelah dilakukan evaluasi dari beberapa soal dari aspek tersebut diketahui terdapat bidan yang menjawab kurang tepat. Jawaban dengan kategori kurang berkisar kurang dari 56% ditunjukan pada soal: bayi baru lahir segera menangis spontan dapat segera dimandikan sebelum diberikan kepada

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

ibunya. Sedangkan untuk pernyataan: zat lemak putih yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi memiliki persentase jawaban benar sebesar 75%, pernyataan : untuk memberi kesempatan bagi ibu baru untuk cukup beristirahat maka inisiasi menyusu dini sebaiknya dilakukan setelah 1 jam memiliki persentase benar sebesar 88%.

Menurut Roesli (2012) pada persalinan normal (partus spontan) tatalaksana yang dianjurkan antara lain suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, bayi dibiarkan mencari putting susu ibu, serta ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Segala macam tatalaksana tersebut telah dipahami dengan baik oleh bidan. Selanjutnya, bidan dapat menambah wawasan dan pengetahuannya pada pertanyaan nomor 21, 24 dan 28 untuk memaksimalkan pengetahuan tentang tatalaksana IMD.

Berdasarkan hasil evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD pada aspek tatalaksana IMD secara keseluruhan bidan telah mengetahui dengan baik. Evaluasi pengetahuan bidan dinilai sudah baik berkaitan dengan tatalaksana inisiasi menyusu dini di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

6. Evaluasi Pengetahuan bidan tentang Inisiasi Menyusu Dini Secara Keseluruhan Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta 2014 secara keseluruh bidan memiliki pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu dini yaitu sebanyak 32 orang (100%). Artinya secara keseluruhan bidan telah memiliki pengetahuan yang baik tentang pengertian IMD, tujuan IMD, manfaat IMD, teknik IMD dan tatalaksana IMD. Bidan memilliki pengetahuan yang baik didasari oleh adanya pengalaman yang dimiliki bidan dalam membantu persalinan dan pelaksanaan IMD.

Pengetahuan yang baik berdasarkan hasil evaluasi tersebut dapat didukung adanya karakteristik bidan seperti banyaknya membantu proses persalinan, lama kerja dan ikut serta dalam pelatihan. Gambaran bidan yang bertugas di Kecamatan Imogiri Bantul, menunjukkan bahwa sebanyak sebanyak 22 bidan (68,8%) telah membantu persalinan sebanyak 1-5 kali dan 3 bidan (9,4%) bidan telah membantu persalinan sebanyak > 10 kali. Hal ini menunjukkan bahwa bidan

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

memiliki pengalaman dalam membantu proses IMD. Selain pengalaman yang dimiliki bidan dalam membantu proses IMD, masa kerja bidan juga memiliki peranan dalam pembentukan pengetahuan bidan tentang IMD.

Gambaran karakteristik lama kerja bidan menunjukkan bahwa sebanyak 16 bidan (50,0%) telah bekerja selama 5-10 tahun. Bidan yang bekerja lebih dari 5 tahun tentunya memiliki pengalaman yang lebih banyak dibadingkan yang bekerja belum lama untuk memberikan pelayanan IMD. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2012) menunjukkan bahwa masa kerja bidan berhubungan pengetahuan bidan (p<5%). Dimana bidan dengan masa kerja yang lebih lama memiliki pengetahuan tentang post sectio cesarea lebih baik dibandingkan dengan bidan dengan masa kerja yang belum lama.

Evaluasi penegetahuan tersebut memberikan gambaran bahwa pengetahuan bidan secara keseluruhan menunjukkan hasil yang baik, tetapi pada beberapa aspek pertanyaan bidan masih kurang tepat dalam menjawab. Hal tersebut sebagai temuan dalam evaluasi berkaitan dengan pengetahuan tentang tujuan, manfaat, teknik dan tatalaksana IMD di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta. Hasil evaluasi secara keseluruhan bidan memiliki pengetahuan yang baik, sehingga dapat mendukung proses pelaksanaan IMD. Pelaksanaan proses IMD yang mendukung, dapat meningkatkan keberhasilan dalam melakukan IMD.

Data rekam medis penelitian didapatkan dari 141 proses persalinan yang ditangani oleh bidan di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta sebanyak 88 (62%) berhasil dalam melakukan IMD. Keberhasilan dalam IMD dapat meningkatakan kesehatan pada bayi. Bayi akan merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.

Evaluasi pengetahuan tentang IMD menemukan ada beberapa aspek yang tidak dapat dijawab dengan benar, sehingga dapat mempengaruhi proses pelakasaan IMD. Bidan yang tidak dapat menjawab dengan benar dapat disebabkan kurang pengalaman karena belum mendapatkan pelatihan. Hasil penelitian diketahui bidan yang belum mendapat pelatihan sabanyak 6 (18,8%) bidan yang belum memiliki pengalaman tersebut dapat menyebabkan ketidak

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

berhasilan dalam melakukan IMD. Hasil penelitian dari 141 persalinan diketahui sebanyak 53 persalinan (38%) tidak berhasil dalam melakukan IMD. Hasil tersebut menggambarkan bahwa masih terdapat proses IMD yang tidak berhasil di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta.

Upaya yang dilakukan bagi bidan dengan mencermati dari beberapa persalinan yang telah berhasil melakukan IMD dan mengikuti seminar pelatihan kebidanan untuk menambah wawasan pengetahuan khususnya berkaitan dengan inisiasi menyusu dini. Proses evaluasi pengetahuan IMD pada bidan dapat dilakukan dengan bertahap sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan meningkatkan keberhasilan IMD pada ibu bersalin. Bidan yang membantu proses persalinan memiliki peran penting dalam membantu proses IMD. Hasil penelitian mendukung penelitian yang pernah dilakukan oleh Suhartati (2012) menunjukkan bahwa peran petugas kesehatan khususnya bidan memiliki pengaruh dalam keberhasilan inisiasi menyusu dini.

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian sebelumnya serta teori berkaitan dengan pengetahuan bidan tentang IMD didapatkan evaluasi bahwa seluruh bidan memiliki pengetahuan yang baik namun masih terdapat beberapa aspek yang belum terjawab dengan benar. Adanya evaluasi pengetahuan bidan yang baik tersebut dapat mendukung keberhasilan proses IMD sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya meneliti berkaitan dengan pengetahuan bidan tentang inisiasi menyusu dini (IMD) di Kecamatan Imogiri Bantul Yogyakarta yang dilihat dari 5 aspek. Keterbatasan pada peneliti diantaranya tidak mengali faktor lain yang berasal dari luar misalnya faktor lingkungan dan sosial budaya yang terkait pada proses evaluasi tidak melakukan observasi proses IMD secara langsung dan faktor jumlah persalinan yang bersamaan.

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Evaluasi pengetahuan tentang pengertian IMD seluruh bidan pada kategori baik.

2. Evaluasi pengetahuan tentang tujuan IMD sebanyak 30 responden pada kategori baik dan 2 responden (6,3%) pada kategori cukup.

3. Evaluasi pengetahuan tentang manfaat IMD sebanyak 6 responden (81,3%) pada kategori baik dan sebanyak 6 responden (18,8%) pada kategori cukup. 4. Evaluasi pengetahuan tentang teknik IMD diketahui sebanyak 24 responden

(75,0%) memiliki pengetahuan pada kategori baik dan 8 responden (25,0%) pada kategori cukup.

5. Evaluasi pengetahuan tentang tatalaksana IMD seluruh bidan memiliki pengetahuan pada kategori baik.

6. Evaluasi pengetahuan bidan tentang IMD secara keseluruhan diketahui pada kategori baik, sehingga dapat mendukung keberhasilan proses IMD dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Saran

Mengacu dari hasil penelitian, analisis data dan berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, maka saran yang dapat disampaikan adalah :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan bagi peneliti tentang pengetahuan inisiasi menyusu dini dan dijadikan sebagai salah satu pengalaman berharga dalam proses pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.

2. Bagi Mahasiswa A.Yani Yogyakarta

Hasil penelitian ini dijadikan masukan dan sumber informasi bagi mahasiswa dan disarankan bagi mahasiswa selanjutnya untuk mengembangkan penelitian berkaitan dengan inisiasi menyusu dini.

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

3. Bagi Bidan di Kecamatan Imogiri

Hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana bagi bidan dan diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan mengenai proses inisiasi menyusu dini smaupun teknik IMD sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan bidan. 4. Bagi Kepala Puskesmas Imogiri

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan khususnya berkaitan dengan inisiasi menyusu dini misalnya pengadaan sosialisai tentang IMD melalui liflet ataupun seminar tentang IMD.

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia. 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan Asi

Eksklusif Kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Jurnal.

Arikunto, S. 2006. Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

,. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

,. 2010. Posedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto,S. dan Suharsimi. 2009. Edisi Revisi Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asri, H. dan Sujianti. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika

Depkes RI. 2007. Pelatihan APN Bahan Tambahan IMD. Jakarta: JNPKR

. 2008. Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Asi

Eksklusif 6 Bulan. Jurnal.

. 2009. Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan

Bayi. Jurnal.

Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Isro’in,B. H. 2010. Tingkat Pengetahuan Tentang Inisiasi Menyusu Dini Pada

Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandak Bantul Yogyakarta.

Kemenkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Bhakti Husada.

Kurniasari. 2013. Perbedaan Inisiasi Menyusu Dini Antara Hipotermi Dan Non

Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di BPM Wilayah Kedung Mandu Semarang. Jurnal.

LPPM. 2013. Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah DIII Kebidanan. Yogyakarta: Stikes Jenderal Achmad Yani.

Manuaba.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ,. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Profil Kesehatan Puskesmas Imogiri I. 2014

Rahmah. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Post

Section Caesaria Pada Bidan Yang Bertugas Di Badan Pelayanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Datu Deru Takengon Banda Aceh.

Jurnal.

Roesli, Utami. 2012. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Santi. 2009. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kecepatan Keluarnya ASI

Pada Ibu Post Partum Di BPS Firda Tuban. Jurnal.

Sugiarti. 2008. Gambaran Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Tentang Inisiasi

Menyusu Dini Berdasarkan Karakteristik Bidan Di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Jurnal.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Suhartati. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Inisiasi

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat-Nya sehingga tesis yang berjudul “IMPLEMENTASI SYARIAH DALAM

pengaruh electronic word of mouth pada media instagram terhadap minat beli konsumen minuman Chocolate Changer di kota Bandung. 1.6

Berdasarkan hasil analisis data terhadap lima subjek kelas VIII SMP Negeri 1 Surakarta, maka simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Profil pemecahan

Pada kamus Inggris pencarian dapat dilakukan dengan relatif mudah, sedangkan pada kamus Mandarin pencarian kata dari Mandarin ke bahasa lain lebih kompleks1. Pencarian arti

Akses opsi peta dokumen juga sama untuk MS Word 2003 dan 2007, yaitu melalui menu View , kemudian pilih opsi Document Map.. Peta dapat berupa navigasi tautan 1 ( links )

namun kewenangannya tetap mengacu pada Permenkes No 1464 tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, salah satunya boleh memberikan pelayanan keluarga

Untuk mendapatkan suatu informasi atau data yang dibutuhkan, peneliti perlu menentukan responden yang akan menjadi sumber informasi dengan menentukan populasi dan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar. haemoglobin dibawah 11 gr/dl pada trimester I dan III atau