• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELATIHAN TEKNIK PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU PPKn MTs DI KABUPATEN PONOROGO. Prihma Sinta Utami 1), Sutrisno 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELATIHAN TEKNIK PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU PPKn MTs DI KABUPATEN PONOROGO. Prihma Sinta Utami 1), Sutrisno 2)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

81

J-ABDIPAMAS (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) Vol. 1 ● No. 1 ● 2017

ISSN : 2581-1320 (Print) ISSN : 2581-2572 (Online)

Homepage: http://ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/J-ABDIPAMAS

PELATIHAN TEKNIK PENULISAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA GURU PPKn MTs DI KABUPATEN PONOROGO

Prihma Sinta Utami1), Sutrisno2)

1Universitas Muhammadiyah Ponorogo. email: prihmasinta@gmail.com 2Universitas Muhammadiyah Ponorogo. email: sutrisno.afiq@gmail.com

ABSTRACT

The government program in establishing the Teachers Subject (MGMP) forum in each district is a forum for subject teachers to exchange information on the latest policies and programs of the government. Regulation of Permendiknas No 35/2010 regarding technical guidance on the implementation of functional position of teachers which one of the requirements must conduct Classroom Action Research (PTK) becomes one of the problems for teachers of MGMP PPKn especially in Kabupaten Ponorogo. This is supported by the low interest of teachers in making Classroom Action Research caused by a lack of understanding about the making of the PTK itself. The purpose of this PKM activity is to provide a general overview of the steps of the implementation of PTK activities that lead to the subjects of PPKn in particular and provide mentoring classes in the making of PTK proposals. Method of implementation of activities undertaken in this PKM activity is the main implementation of the training workshop making of PTK as well as conducting a class of assistance making the PTK proposal. The results of this activity include: 1) Obtaining titles of PTK submitted by teachers MGMP PPKn Ponorogo District; 2) PTK proposal from teachers of MGMP PPKn Kabupaten Ponorogo; 3) The results of the presentation of proposals for some teachers MGMP PPKn Ponorogo District and improvements together in the classroom.

Keyword: Classroom Action Research, MGMP, PPKn Subject ABSTRAK

Program pemerintah dalam membentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di setiap kabupaten merupakan satu wadah bagi guru mata pelajaran untuk bertukar informasi tentang kebijakan dan program-program terbaru dari pemerintah. Adanya tuntutan peraturan Permendiknas No 35/2010 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional guru yang salah satu persyaratannya harus melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi salah satu problema bagi guru-guru MGMP PPKn khususnya di Kabupaten Ponorogo. Hal ini didukung dengan rendahnya minat guru dalam pembuatan Penelitian Tindakan Kelas yang disebabkan oleh pemahaman yang kurang tentang pembuatan PTK itu sendiri. Tujuan dari kegiatan PKM ini adalah memberikan gambaran secara umum tentang langkah-langkah pelaksanaan kegiatan PTK yang mengarah pada mata pelajaran PPKn khususnya serta menyediakan kelas pendampingan dalam pembuatan proposal PTK. Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan PKM ini yang utama adalah pelaksanaan kegiatan workshop pelatihan pembuatan PTK serta melakukan kelas pendampingan pembuatan proposal PTK. Hasil dari kegiatan ini antara lain: 1)Memperoleh judul-judul PTK yang diajukan oleh guru-guru MGMP PPKn Kabupaten Ponorogo; 2) Proposal PTK dari guru-guru MGMP PPKn Kabupaten Ponorogo; 3) Hasil presentasi proposal bagi beberapa guru MGMP PPKn Kabupaten Ponorogo serta perbaikan secara bersama di dalam kelas.

(2)

PENDAHULUAN

Manusia merupakan salah satu makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan tempat dimana dia tinggal. Dalam proses tersebut manusia tentunya mengalami salah satu proses yang disebut dengan belajar. Yurdugul & Menzi Cetin (2015: 60) menyatakan bahwa “stated that lifelong learning requires an individual to participate in his/her own learning, and a growing interest in lifelong learning in higher education and supportive learning environments are became a necessity.” Pada hakikatnya belajar merupakan proses berkelanjutan yang berawal dari pengalaman di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat sepanjang hayat.

Poses pembelajaran merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan singkornisasi dari lembaga pemerintah, sekolah, dan tenaga pendidik. Adaya singkronitas yang terjadi dari komponen-komponen tersebut akan membentuk tatanan sistem yang baik pada sistem pendidikan.Peran pendidik merupakan kunci utama dalam pengelolaan proses pembelajarn di kelas. Pendidik mamu memberikan inovasi dan kreatifitas pembelajaran yang baik mana kala mamu memahami hakikat akan proses pembelajaran sesungguhnya.

Demi mewujudkan program tersebut tentu salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dengan membentuk forum musyawarah guru mata pelajaran di setiap Kabupaten baik di tingkat sekolah dasar sampai dengan sekoah menengah. melalu program ini diharapkan mampu menjadi wadah bagi para guru mata pelajaraan untuk bertukar informasi tentang kebijakan dan program-program terbaru yang diterapkan oleh pemerintah. Namun demikian banyak guru-guru mata pelajaran yang tergabung dalam MPGM masih menemui banyak kendala dalam memahami berbagai kendala dan program yang diprogramkan oleh pemerintah. Dalam hal ini peraturan Permendiknas No 35/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru yang salah satu persaratannya harus melakukan penelitian tindakan kelas dan harus dipublikasikan.

Hal tersebut tentu mengharuskan para guru-guru mata pelajaran untuk belajar kembali bagaimana membuat penelitian tindakan kelas yang efektif berbasis pada kurikulum 2013. Selain itu minat guru dalam pembuatan penelitian tindakan kelas sangat rendah yang disebabkan oleh pemahaman para guru-guru tentang keribetan dalam pembuatan penelitian tindakan kelas. Tentu permasalahan ini harus diselesaikan melalui tindakan secara tepat yakni melalui pelatihan pembuatan penelitian tindakan kelas yang efektif dan inovatif berbasis pendekatan saintifk pada kurikulum 2013.

Adapun mitra dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah guru-guru MGMP PPKn MTs se-Kabupaten Ponorogo. Melihat dari paparan sebelumya hal tersebut juga dialami oleh mitra dan menjadi salah satu permasalahan mitra saat ini. Tentu hal ini mengingat bahwa guru PPKn ataupun materi pelajaran PPKn merupakan materi pembalajaran wajib di sekolah dasar, menengah bahkan sampai pada perguruan tinggi. Dengan demikian para guru-guru haruslah memiliki inovasi dalam setiap proses pembelajaran sehingga akan terbentuk kultur budaya yang sistematis dalam setiap

(3)

proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan para guru-guru. Selain itu, pengembangan pembelajaran PPKn sangatlah penting dalam mewujudkan warga negara yang memiliki jiwa nasionalis berdasar pada nilai-nilai Pancasila. Disini seorang guru PPKn memiliki peran yang tinggi untuk dapat membangun dan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

Proses pembelajaran akan terbentuk secara sistematis apabila para pendidik mampu mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan didalam kelas. Penelitian tindakan kelas dapat dijadikan sarana bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif. Penelitian tindakan kelas juga merupakan kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru. Menurut Sukanti (2008) “Penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan siswa lakukan”. Hal ini tentu mewajibakan guru untuk bisa mengembangkan keilmuan yang dimiliki melalui pembuatan penelitian tindakan kelas agar bisa mewujudkan sistem pembelajaran ideal yang berlandaskan pada kurikulum.

Banyak pemahaman tentang tujuan penelitian tindakan kelas, menurut Ani W (2008) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu kegiatan yang dapat dilaksanakan secara individu maupun secara kolaboratif dengan konteks kelas. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, mencobakan hal yang baru untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas secara umum dilaksanakan untuk memecahkan berbagai pemasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kelas agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Secara umum penelitian tindakan kelas juga memiliki tujuan untuk 1) Memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran. 2) Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. 3) Mengidentifikasi, menemukan solusi dan mengatasi masalah pembelajaran dikelas agar pembelajaran bermutu. 4) Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya. (Sukanti & Ani, 2008).

Penelitian tindakan kelas tentu sangat diperlukan para guru mata pelajaran khususnya PPKn dalam mengembangkan proses pembelajaran yang berdasarkan pada tiga kompetensi yang ingin di capai yakni pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), yang berbasis pada keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat demokratis, memilikiketrampilan kewarganegaraan (civic skills) , karakter kewarganegaraan (civic dispositions) yang mampu untuk mengembangkan pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga negara dan masyarakat kewargaan. Selain hal tersebut tentu manfaat adanya penelitian tindkan kelas ini bisa menghasilkan laporan-laporan penelitian tindakan kelas yang dapat dijadikan panduan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil penelitian tindakan kelas

(4)

yan dilaporkan dapat menjadi artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentinngan antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat dijurnal ilmiah. Hal ini telah ikut mendukung profesionalisme dan karir guru sebagaimana disebutkan dalam peraturan Permendiknas No 35/2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru yang salah satu persaratannya harus melakukan penelitian tindakan kelas dan harus dipublikasikan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mitra kegiatan PKM ini, ada beberapa kendala yang menjadikan alasan mengapa guru-guru khususnya PPKn merasa keberatan untuk membuat PTK. Adapun kendala yang dihadapi mitra tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kendala Pelaksanaan

Guru sering mengalami kendala atau hambatan dalam melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan serangkaian proses yang membentuk siklus berkesinambungan. Hal ini dilakukan sendiri tahap demi tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Selain itu, penelitian tindakan kelas juga melibatkan kolaborasi dengan teman sejawat. Keengganan diri untuk melibatkan rekan sejawat masih menjadi hambatan psikologis bagi sebagian guru. Enggan karena khawatir akan terbuka kekurangan atau kelemahan dalam mengajar. Sebaliknya, juga masalah keengganan rekan sejawat untuk menjadi pengamat pada tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Teman sejawat memiliki kesibukan yang sama sehingga sulit berkolaborasi dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas.

2. Kendala Penulisan Laporan

Menulis laporan kegiatan penelitian tindakan kelas menjadi kendala utama bagi guru. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menulis atau menyusun laporan kegiatan secara tertulis. Bekal dasar yang diperoleh ketika mengikuti diklat penelitian tindakan kelas dan diklat lainnya belum dapat diterapkan secara optimal karena memang jarang berlatih.

3. Kendala pengembangan pendekatan saintifk dalam Kurikulum 2013

Model pengembangan model pembelajaran yang berbasis pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 tentu harus dikembangkan dan digunakan secara sistematis dan tentu harus membutuhkan pemahaman secara mendalam. Banyak para pendidik yang belum mampu menguasi tentang hakikat pembelajaran dalam kurikulum 2013. Tentu hal ini akan menjadi hambatan mana kala guru yang mau melakukan penelitian tindakan kelas pada kurikulum 2013 belum memahami secara utuh tentang sistem pembelajaran pada kurikulum 2013.

4. Kendala Pengesahan Hasil Penelitian

Kendala ini rasanya sangat dominan mengendorkan semangat guru untuk melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas di sekolah. Konon, sudah banyak

(5)

guru yang membuat laporan penelitian tindakan kelas namun terkendala oleh prosedur pengesahan kegiatan penelitian tindakan kelas. Syarat kegiatan penelitian tindakan kelas dapat diajukan untuk kenaikan pangkat guru adalah laporan hasil kegiatan penelitian tindakan kelas telah diseminarkan di hadapan guru, baik rekan guru dari sekolah sendiri maupun rekan guru di sekolah lain. Kemudian bahan administrasi kegiatan seminar harus dilampirkan sebagai bahan bukti fisik. Tentu saja persyaratan ini tidak mudah untuk dilaksanakan secara nyata di lapangan.

Tujuan dari kegiatan PKM ini adalah memberikan gambaran secara umum tentang langkah-langkah pelaksanaan kegiatan PTK yang mengarah pada mata pelajaran PPKn khususnya serta menyediakan kelas pendampingan dalam pembuatan proposal PTK. Agar program ini bisa terwujud dengan baik dan menghasilkan karya yang berkelanjutan maka perlu adanya kerjasama dengan guru-guru mata pelajaran PPKn yakni Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PPKn di tingkat MTs. Ini tentu didasari akan tingkat kemampuan guru-guru PPKn di tingkat MTs yang masih rendah akan pemahan tentang penelitian tindakan kelas dibandingkan guru-guru PPKn tingkat SMP, data tersebut bisa dilihat dari segi hasil karya yang terpublikasi di Kabupaten Ponorogo.

METODE PELAKSANAAN

Upaya untuk dapat meningkatkan minat guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) khususnya bagi guru-guru MGMP PPKn MTs di Kabupaten Ponorogo dilakukan dalam dua bentuk kegiatan. Prioritas utama kegaiatan adalah pelaksanaan kegiatan workshop pelatihan pembuatan penelitian tindakan kelas bagi guru-guru mata pelajaran PPKn sampai dengan pembuatan proposal PTK. Adapun peserta dalam pelatihan ini adalah semua guru PPKn yang tergabung dalam MGMP PPKn MTs se-Kabupaten Ponorogo yang berjumlah sebanyak 18 orang. Terkait dengan hal tersebut maka perlu kesepakatan atau kerjasama dengan pihak MGMP PPKn MTs Kabupaten Ponorogo terkait lokasi tempat pelaksanaan workshop dan penyusunan jadwal pelaksanaan workshop. Sebelum dilaksanakan kegiatan workshop ini terlebih dahulu dilakukan penyusunan jadwal dan analisis kebutuhan dalam pelaksanaan PKM. Jadwal pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan jadwal pertemuan rutin MGMP PPKn MTs Kabupaten Ponorogo yang diadakan setiap hari Kamis di tiap minggunya. Berdasarkan pada kesepatan antara pelaksana PKM dengan pihak mitra maka pelaksanaan PKM dilakukan 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 24 Agustus 2017, tanggal 07 September 2017 dan tanggal 14 September 2017. Durasi kegiatan yang dilakukan masing-masing kegaiatan dilaksanakan selama 3 jam. Adapun tempat pelaksanaan kegiatan PKM disepakati berada di ruang laboratorium Prodi PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Pada kegiatan pelaksanaan workshop dimaksudkan untuk memberikan pelatihan dan juga pengetahuan secara menyeluruh tentang pentingnya PTK bagi seorang guru. Kegiatan workshop ini dimaksudkan untuk dapat membuka fikiran para guru bahwasannya PTK bukan suatu momok bagi mereka dan dapat dilaksanakan di sela-sela aktifitas pembelajaran di sekolah. Disamping hal tersebut pelaksanaan workshop ini

(6)

juga memberikan ruang yang cukup luas bagi guru untuk menyampaikan segala permasalahan mereka terkait tentang rendahnya antusias guru melaksanakan PTK. Secara garis besar pelaksanaan workshop dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi untuk dapat mencari sumber-sumber masalah dari tiap-tiap sekolah khususnya sekolah MTs di Kabupaten Ponorogo.

Setelah mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing guru di sekolahnya masing-masing-masing-masing maka pihak pemateri menyusun strategi dan langkah-langkah strategis dalam menangani permasalahan yang ada. Beberapa tahapan kegiatan tersebut adalah:

1. Pemaparan materi workshop tentang langkah-langkah pelaksanaan kegiatan PTK beserta tahap-tahap penyusunan proposal PTK

2. Penugasan untuk mengidentifikasi permasalahan serta perumusan masalah berdasarkan temuan identifikasi masalah yang dijumpai di lapangan oleh masing-masing guru, beserta pembuatan judul PTK oleh masing-masing-masing-masing guru.

3. Pendampingan dan kegiatan evaluasi dalam pembuatan proposal PTK hingga siap untuk dipublikasikan di jurnal

Pada tahapan pertama kegiatan PKM ini yaitu pelaksanaan workshop yang disampaikan oleh pemateri kegiatan PKM. Kegiatan workshop ini pada intinya menyampaikan dua tujuan utama. Tujuan yang pertama yaitu memberikan gambaran secara umum tentang kegiatan PTK beserta kegunaannya bagi seorang guru. Pada tahapan ini pemateri menyampaikan secara garis besar peraturan-peraturan tentang kegiatan PTK yang ditetapkan oleh pemerintah bagi guru-guru khususnya bagi guru yang akan mengurus kenaikan jabatan/ pangkat golongan. Pemaparan tentang pentingnya PTK bagi seorang guru juga sebagai daya tarik sendiri untuk dapat membuka pemikiran guru-guru bahwasannya PTK dapat dilaksanakan oleh siapapun jika ada usaha dan niat. Proses tahapan ini disampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Pemateri memberikan kesempatan bagi semua guru untuk menyampaikan pertanyaan maupun kendala yang dihadapi tentang kegiatan PTK. Tujuan kegiatan workshop yang kedua yaitu untuk menyampaikan langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan PTK. Pada tahap ini pertama dipaparkan terlebih dahulu tentang bagaimana langkah awal untuk memulai suatu kegiatan PTK. Setelah itu disampaikan pula bagaimana tahapan-tahapan dalam penyusunan proposal PTK dengan baik. Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab. Pemateri memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi guru-guru yang ingin menanyakan setiap tahapan langkah kegiatan PTK. Banyak dijumpai beberapa permasalahan yang muncul pada tahapan ini, salah satunya yaitu tingkat pemahaman guru yang belum begitu mengenal tentang istilah-istilah dalam suatu penelitian dan bagaimana merumuskannya.

Pada tahapan kedua kegiatan PKM ini adalah penugasan untuk mengidentifikasi permasalahan serta perumusan masalah berdasarkan temuan identifikasi masalah yang dijumpai di lapangan oleh masing-masing guru, beserta pembuatan judul PTK oleh masing-masing guru. Tujuan dari kegiatan untuk mengidentifikasi permasalahan yaitu

(7)

untuk membantu guru dalam memahami kondisi nyata yang berada di sekitar kelas maupun sekolah mereka masing-masing. Pada kegiatan ini guru dikelompokkan sesuai dengan sekolahnya maupun status sekolahnya, misalnya ada beberapa guru dari sekolah yang berbasis adiwiyata. Hal ini sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan kerjasama antar teman sejawat. Penugasan ini setiap guru harus menghasilkan beberapa identifikasi masalah sesuai kondisi nyata di sekolah masing-masing. Dari hasil penugasan ini guru nantinya akan diminta untuk menyampaikan hasil dari identifikasi masalah mereka masing-masing. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab. Setiap pemaparan masalah yang disampaikan oleh guru akan ditanggapi oleh guru yang lainnya untuk diberikan masukan.

Kegiatan selanjutnya setelah melakukan identifikasi masalah adalah membuat perumusan masalah dari masing-masing guru berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan. Setiap guru ditargetkan untuk dapat membuat rumusan masalah sendiri-sendiri berdasarkan kondisi di sekolah masing-masing. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk dapat menarik suatu judul ataupun sudah menemukan judul lalu ditarik dalam suatu rumusan masalah. Akhir dari kegiatan ini ditargetkan untuk setiap guru sudah mempunyai satu judul PTK yang nantinya dapat dilaksanakan pembimbingan secara intensif oleh pihak pemateri PKM. Hasil dari judul yang dibuat nantinya akan dikembangkan dalam bentuk proposal PTK dan diterapkan di sekolah masing-masing.

Pada tahapan ketiga kegiatan ini adalah pendampingan dan kegiatan evaluasi dalam pembuatan proposal PTK hingga siap untuk dipublikasikan di jurnal. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai bentuk akumulasi dari tahapan kegiatan sebelumnya. Pada intinya tujuan dari PKM ini adalah untuk dapat membantu guru dalam pembuatan proposal PTK sendiri. Proposal PTK ini nantinya juga akan disalurkan pada Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan (JPK) yang dikelola oleh prodi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Hal ini sebagai salah satu penyemangat bagi guru-guru untuk tergerak segera merealisasikan hasil proposal PTK mereka. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah diskusi dan pendampingan. Pada tahap akhir ada kegiatan untuk mempresentasikan beberapa hasil proposal yang sudah jadi secara garis besar. Secara bersama-sama dilaksanakan pencermatan dari proposal yang dipaparkan di depan ruangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Awal dilaksanakannya kegiatan PKM atau pengabdian ini setelah diadakannya kesepatan kerjasama antara pihak tim pengabdian dengan mitra yaitu MGMP PPKn Kabupaten Ponorogo. Sesuai dengan sasaran dan tujuan yang dituju oleh tim pengabdian, maka tim pengabdian berhasil melaksanakan pengabdian dengan guru-guru PPKn yang tergabung dalam MGMP MTs di Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari guru kelas VII, VIII, maupun kelas IX. Berdasarkan kondisi di lapangan bahwasannya dijumpai beragam permasalahan yang dialami oleh masing-masing guru sehingga pemilihan topic dalam pembuatan penulisan PTK juga bervariatif. Hasil-hasil kegiatan PKM ini dapat dijabarkan dalam pembahasan sebagai berikut:

(8)

Hasil

Hasil kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini diuraikan sebagai berikut:

1. Peserta pelatihan berjumlah 13 orang dari jumlah total undangan 18 orang. Ada beberapa guru yang tidak mengikuti kegiatan pengabdian ini dikarenakan berbarengan dengan agenda lain di sekolah masing-masing.

2. Dilihat dari hasil observasi selama kegiatan berlangsung dari tiap pertemuan menunjukkan respon yang positif dari peserta. Para peserta bersikap responsif dan aktif dalam mengikuti setiap tahapan kegiatan. Jika diamati setiap peserta sangat ingin tahu dan ingin mencoba kegiatan PTK yang disampaikan.

3. Melihat dari hasil pantauan tim pengabdian, secara keseluruhan para guru telah melakukan tugas yang diberikan dengan cukup baik. Hal ini dilihat dari hasil kumpulan identifikasi masalah dan rumusan masalah yang dibuat oleh masing-masing guru serta satu buah judul PTK yang dipersiapkan untuk dilanjutkan menjadi sebuah proposal PTK.

4. Guru yang mempunyai kasus atau permasalahan yang sama dari hasil temuan di lapangan dijadikan satu kelompok untuk dapat mempermudah dalam penentuan judul serta penjabaran dalam latar belakang masalah.

5. Pada kegiatan diskusi hal yang masih banyak dijumpai pada beberapa guru adalah kesulitan dalam merangkai kata-kata dalam penjabaran di latar belakang masalah. Sebagian besar para guru kesulitan untuk memulai menulis latar belakang masalah dari hasil temuan di lapangan. Tim pengabdi secara klasikal memberikan salah satu contoh penjabaran dari identifikasi-identifikasi masalah yang dijumpai di lapangan, lalu dilanjutkan penarikan pada sebuah judul PTK hingga tata cara mengaplikasikannya dalam sebuah latar belakang masalah. Peserta terlihat sangat antusias dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh tim pengabdi dengan respon positif dan tidak malu bertanya apabila ada ketidakpahaman dalam penjelesan tim pengabdi.

6. Peserta pelatihan atau para guru menyambut dengan hangat kegiatan pelatihan yang diberikan oleh tim pengabdi, hal ini dapat dilihat dengan antusias para guru untuk memaparkan hasil mini proposal yang sudah mereka buat dirumah untuk dipresentasikan di depan forum dan menginginkan untuk diadakan perbaikan oleh tim pengabdi. Tidak hanya itu, para guru mengharapkan pada tim pengabdian untuk melanjutkan kegiatan pelatihan dan pendampingan pembuatan PTK ini di kemudian hari untuk mengkonsultasikan hasil proposal PTK hingga terselesaikannya kegiatan PTK hingga dapat diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

7. Pada pertemuan pertama para guru merasa bahwa kegiatan pembuatan PTK merupakan momok yang menjadikan malas dan enggan melaksanakannya. Sebagian besar guru tidak melihat yang sudah tua ataupun masih muda merasa kesulitan untuk mencari ide ataupun melihat masalah yang ada di kelas mereka yang perlu dilakukan tindakan untuk perbaikan pembelajaran. Namun setelah dijelaskan oleh tim pengabdi melalui pelatihan ini, para guru merasa terbuka pemikirannya bahwasannya penting

(9)

dilkukan suatu kegiatan PTK pada kelas mereka untuk perbaikan dunia pendidikan. Setelah mendengar penjelasan oleh tim pengabdi para guru merasa termotivasi untuk mengembangkan ide-ide kreatif mereka dalam sebuh kegiatan PTK. Hal ini dibuktikan dengan kemauan para guru untuk mengidentifikasi segala permasalahan yang saat ini muncul di kelas ataupun di sekolah mereka masing-masing hingga mampu membuat salah satu judul PTK untuk menangani masalah-masalah tersebut. 8. Berdasarkan hasil observasi pengamatan yang dilakukan oleh tim pengabdi,

beberapa masalah yang dihadapi oleh guru dalam pembuatan kegiatan PTK adalah keengganan mencari atau mengeksplor masalah di lapangan atau identifikasi masalah (10%), kesulitan dalam membuat rumusan masalah dari hasil temuan identifikasi masalah di lapangan (10%), kesulitan dalam menentukan judul dan mengembangkan ide serta kreativitasnya dalam kegiatan PTK (25%), kesulitan membuat sistematika penulisan atau alur berfikir proposal kegiatan PTK (40%), serta keberanian untuk mencoba membuat proposal kegiatan PTK (15%). Setelah dilakukan penjelasan oleh tim pengabdi melalui kegiatan workshop atau pelatihan serta dilakukan kegiatan pendampingan pembuatan proposal PTK menunjukkan hasil yang lebih baik, yakni dilihat dari hasil perolehan judul, identifikasi masalah hingga pembuatan proposal PTK sekitar 60% dari jumlah peserta yang ada.

9. Berdasarkan kriteria keberhasilan bahwa guru-guru MGMP PPKn MTs Kabupaten Ponorogo telah dapat menulis atau membuat proposal kegiatan PTK. Hal demikian ditunjukkan dari hasil diskusi tatap muka dan pelaksanaan presentasi, maka kegiatan pelatihan untuk pengabdian masyarakat ini dapat dikatakan telah berhasil dengan baik.

Pembahasan

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah berhasil dilaksanan dengan baik, sebagaimana disebutkan pada hasil pengabdian di atas bahwasannya keberhasilan ini diperoleh karena adanya kerjasama antara kedua belah pihak yaitu dari pihak tim pengabdi yang berada di bawah naungan prodi PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo beserta LPPM Universitas Muhammadiyah Ponorogo, dan pihak mitra yaitu MGMP PPKn MTs Kabupaten Ponorogo beserta dari sekolah MTs asal masing-masing guru. Prodi PPKn beserta LPPM Universitas Muhammadiyah Ponorogo atas peran sertanya dalam memberikan ijin dan dukungan penuh dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. Disamping itu dari pihak mitra yaitu MGMP PPKn MTs Kabupaten Ponorogo yang telah bersedia menjalin kerjasama dengan tim pengabdian dalam rangka memajukan dan meningkatkan kegiatan penelitian khususnya pada mata pelajaran PPKn. Selain itu juga dukungan dari Kepala Sekolah dari masing-masing MTs yang telah memberikan ijin penuh bagi guru-guru PPKn untuk mengikuti program pengabdian masyarakat ini.

Program kegiatan pengabdian masyarakat ini bukanlah sama sekali tidak ada hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan yang utama bersalah dari guru-guru PPKn peserta pelatihan yang masih merasa sangat kesulitan dan pengetahuan yang masih cukup minim tentang pelaksanaan kegiatan PTK di sekolah. Hambatan yang utama dari

(10)

guru terutama menyangkut persepsi, mereka secara keseluruhan masih kurang memahami arti dari pentingnya kegiatan PTK bagi siswa maupun bagi diri mereka masing-masing. Hal ini menjadikan salah satu alasan bagi mereka untuk enggan melaksanakan kegiatan PTK. Selain itu alasan yang umum muncul dikarenakan waktu yang dirasa kurang dengan kesibukan dalam pembuatan perangkat-perangkat pembelajaran sehingga tidak sempat untuk melaksanakan kegiatan PTK. Mereka masih beranggapan bahwa masih sangat sulit dalam pembuatan proposal PTK, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang langkah-langkah dalam pembuatan proposal PTK beserta bagaimana pelaksanaannya di lapangan nantinya.

Kendala yang dialami di atas secara perlahan mampu berubah setelah adanya kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan proposal PTK. Setelah disampaikan oleh tim pengabdi tentang pentingnya kegiatan PTK bagi jenjang karir guru beserta bagi kemajuan proses pembelajaran di sekolah, hal ini mengubah pemikiran mereka yang semula PTK adalah hal yang sangat merepotkan. Selain itu setelah tim pengabdi memberikan contoh-contoh proposal PTK beserta menjelaskan urutan langkah-langkah dalam pembuatan proposal PTK, mereka akhirnya memahami cara membuat proposal kegiatan PTK. Namun, pada umumnya bukan hal yang mudah bagi para guru untuk membagi waktu dalam kegiatan pembelajaran, pembuatan perangkat pembelajaran beserta untuk melakukan kegiatan PTK di sekolah mereka masing-masing. Secara umum para guru masih merasa belum siap jika harus langsung menerapkan kegiatan PTK tersebut dalam waktu dekat. Selain itu waktu yang disediakan dirasa masih sangat kurang karena belum ada klinis bimbingan secara intensif kepada masing-masing guru bahkan tidak semua guru mempunyai kesempatan untuk dapat mempresentasikan hasil proposal mereka di depan forum.

Pelaksanaan pengabdian masyarakat Pelatihan Teknik Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Pada Guru PPkn MTs Di Kabupaten Ponorogo ditinjau dari kehadiran guru mencapai 72% dari jumlah total guru yang tergabung dalam MGMP PPKn MTs Se-Kabupaten Ponorogo yang berjumlah 18 yang memenuhi undangan sejumlah 13 orang. Dari jumlah total yang hadir dalam pelatihan berjumlah 13 orang, 8 orang diantaranya telah berhasil membuat rencana proposal PTK untuk didiskusikan dan dipraktekkan dalam presentasi atau dapat dikatakan sekitar 61% tingkat keberhasilan pengabdian ini ditinjau dari praktek pembuatan proposal PTK. Pada kegiatan terakhir adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh tim pengabdi dari Prodi PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo beserta tim mitra. Evaluasi dilakukan secara bersama-sama pada setiap pertemuan sebagai upaya perbaikan dan mengetahui efektifitas kegiatan workshop dan pendampingan pelatihan yang telah dilakukan.

SIMPULAN

Simpulan yang bisa diambil dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertitik tolak pada tujuan utama yang berhasil dicapai yaitu dalam memberi bekal pengetahuan dan pengalaman tentang kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) hingga pembuatan proposal PTK bagi masing-masing guru PPKn yang tergabung dalam MGMP PPKn MTs Kabupaten Ponorogo. Keberhasilan ini juga nampak dari antusias yang

(11)

diberikan oleh pihak peserta workshop dan pendampingan PTK. Dari awal pertemuan yang dikatakan masih sangat rendah pengetahuan dan pengalaman tentang kegiatan PTK beserta langkah-langkahnya sampai pada akhirnya berhasil membuat proposal kegiatan PTK meskipun sebagian masih dalam tahap rencana dan perbaikan kembali.

Selama mengikuti kegiatan dalam tiap pertemuan atau tatap muka, para peserta menunjukkan sikap yang sangat responsif dan aktif dalam mengikuti kegiatan dengan aktif dalam berdiskusi, bertanya serta menyelesaikan tugas yang diberikan oleh tim pengabdi. Melihat dari hasil yang dicapai dapat disimpulkan bahwa saat ini guru-guru MGMP PPKn MTs sudah mempunyai pengetahuan yang lebih tentang kegiatan PTK beserta cara pembuatan proposal kegiatan PTK. Meskipun secara umum para guru ini masih belum berani mengaplikasikan proposal yang telah dibuat untuk dipraktekkan langsung di sekolah dalam waktu dekat. Namun setidaknya melalui kegiatan pengabdian ini sudah memberikan bekal pengatahuan tentang langkah-langkah pelaksanaan PTK yang dapat membantu para guru dalam menunjang karir mereka beserta meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran PPKn di Ponorogo.

DAFTAR RUJUKAN

Yurdugül, H.& Menzi Çetin, N. (2015). Investigation of the relationship between learning process and learning outcomes in e-learning environments. Eurasian Journal of Educational Research. 59, 57-74

Sukanti. (2008). Meningkatkan Kompetensi Guru Melalui Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. Vol. VI. No. 1. Tahun 2008 Ani Widayati. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia.

Vol. VI. No. 1. Tahun 2008.

Republik Indonesia. (2010). Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 35 tahun 2010 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya.

Referensi

Dokumen terkait

Barang sesuai dengan undangan lelang ini harus dikirimkan dalam jangka waktu 60 hari kalender seperti yang disebutkan dalam Jadwal Pengiriman Barang.

[r]

(Tujuh puluh empat juta sembilan ratus dua puluh ribu rupiah).. Klarifikasi Harga

Hulu Sungai Tengah Tahun Anggaran 2013 untuk paket pekerjaan tersebut diatas telah menyelenggarakan Acara Pembukaan File Dokumen Penawaran (Dokumen Penawaran Harga, Administrasi

Apabila mengalami masalah atau gangguan ketika melakukan akses ke SPSE Kabupaten Kayong Utara maupun kebocoran informasi akun SPSE Kabupaten Kayong Utara, agar

Oleh karena itu, dalam melakukan tindakan evaluasi ini YCAB memanfaatkan beberapa jenis evaluasi yang digunakan dalam mengevaluasi program Pemasaran Sosial nya yaitu Healthy

It´s important to have a large role of some type of micropore adhesive tape as well, in case a custom adhesive needs to be fashioned to keep a gauze pad in place, and scissors or

[r]