Bab IV
Studi Kasus Penilaian Kondisi
IBT -1 dan IBT-2
GITET Kembangan
4.1. Pendahuluan
Penilaian Kondisi ini dilakukan pada IBT-1 dan IBT-2 PT.PLN (Persero) GI Kembangan. Berikut ini keterangan Trafo yang akan dilakukan penilaian tingkat unjuk kerja isolasinya.
Tabel 5.1 Rincian Trafo IBT-1 & IBT-2 GITET Kembangan
No Transformer ID Serial Number Rating Voltage
1 GI Kembangan IBT 1 FASA R 224921.06 500 MVA 531.25 KV / 168 KV
2 GI Kembangan IBT 1 FASA S 217891.01 500 MVA 531.25 KV / 168 KV
3 GI Kembangan IBT 1 FASA T 224921.03 500 MVA 531.25 KV / 168 KV
4 GI Kembangan IBT 2 FASA R 224921.04 500 MVA 531.25 KV / 168 KV
5 GI Kembangan IBT 2 FASA S 217852.01 500 MVA 531.25 KV / 168 KV
6 GI Kembangan IBT 2 FASA T 224921.01 500 MVA 531.25 KV / 168 KV
4.2. Monitoring Diagnosis
Monitoring Diagnosis yang dilakukan pada IBT-1 dan IBT-2 GITET Kembangan dikelompokkan menjadi empat periode waktu yaitu ;
Periode 1 berlangsung antara bulan September 2007 sampai bulan Oktober 2007. Periode ini merupakan pelaksanaan monitoring assessment setelah terjadinya gangguan pada trafo Kembangan tanggal 13 September 2007.
Periode 2 berlangsung antara bulan November 2007 sampai bulan Februari 2008. Periode ini merupakan waktu dari pelaksanaan filtering sampai sebelum pelaksanaan reklamasi.
Periode 3 berlangsung selama bulan April sampai bulan Mei 2008. Periode ini merupakan waktu setelah pelaksanaan reklamasi
Periode 4 berlangsung tiga bulan setelah pelaksanaan reklamasi yaitu bulan Juli sampai bulan Agustus 2008.
4.2.1. Periode I
Tanggal 13 September 2007 pukul 09:35 WIB telah terjadi gangguan dengan bekerjanya relay Bucholz yang mengakibatkan IBT-1 trip. Karena IBT-1 trip, maka beban beralih ke IBT-2 yang mengakibatkan PMT IBT-2 trip dengan indikasi over load shedding (OLS) dan over current.
Bekerjanya relay Bucholz diperkirakan karena adanya gas-gas yang sebelumnya terperangkap dalam main tank yang dipicu oleh gempa. Sehubungan dengan terkumpulnya gas di bucholz, maka dilakukan pengujian DGA pada IBT-1 dan IBT-2.
5.2.1.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)
Tabel 5.2 Hasil pengujian DGA tanggal 13 Sept 2007
IBT 1 IBT 2 Gases R S T R S T H2 42 25 17 0 20 0 CH4 19 15 23 15 18 11 CO 205 19 690 1289 167 1145 CO2 6653 2656 13347 9395 2709 7563 C2H4 7 0 8 3 4 30 C2H6 0 0 0 0 0 0 C2H2 6 35 4 0 23 4 TDG 279 94 742 1307 232 1190
Tabel 5.3 Hasil pengujian DGA tanggal 16 Sept 2007 IBT 1 IBT 2 Gases R S T R S T H2 48 36 0 17 27 0 CH4 13 11 20 16 20 13 CO 1018 124 1107 970 126 1102 CO2 9234 1877 10274 10657 3623 9579 C2H4 5 0 9 4 1 10 C2H6 0 0 0 0 0 0 C2H2 3 30 4 2 28 3 TCG 1087 201 1140 1009 202 1128
Tabel 5.4 Hasil pengujian DGA tanggal 17 Sept 2007
IBT 1 IBT 2 Gases R S T R S T H2 0 14 19 15 22 20 CH4 12 11 18 14 17 10 CO 622 46 682 530 104 898 CO2 3980 1234 11563 9336 3267 8603 C2H4 5 0 7 4 0 2 C2H6 0 1 0 0 1 1 C2H2 5 25 5 2 29 6 TCG 644 97 731 565 173 937
Tabel 5.5 Hasil pengujian DGA tanggal 19 Sept 2007
IBT 1 IBT 2 Gases R S T R S T H2 48 48 46 71 47 63 CH4 21 16 21 10 15 8 CO 629 53 640 684 69 708 CO2 6586 1765 9667 7256 2153 6405 C2H4 9 2 13 9 2 9 C2H6 5 16 5 4 20 4 C2H2 1 1 1 1 1 1 TCG 713 136 726 779 154 793
Dari hasil pengujian DGA, dapat dilihat grafik peningkatan TCG TDCG 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 13/09/07 16/09/07 17/09/07 19/09/07 Tanggal pp m IBT 1 R IBT 1 S IBT 1 T IBT 2 R IBT 2 S IBT 2 T
Gambar 5.1 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 1
Berdasarkan trend perubahan TCG pada empat pengukuran dalam periode ini, IBT-1 Fasa R, IBT-1 Fasa S,dan IBT-2 Fasa S beroperasi normal, tidak perlu dilakukan penanganan khusus. Pada IBT-1 Fasa T, IBT-2 Fasa R, dan IBT-2 Fasa T beroperasi diatas normal, sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan melakukan investigasi pada masing-masing combustible gas yang melebihi normal.
Tabel 5.6 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG
NO TRAFO Rata-rata
TCG (ppm) DIAGNOSIS Level Kondisi
1 IBT -1 R 680,75 Beroperasi normal 9
2 IBT -1 S 132 Beroperasi normal 9
3 IBT -1 T 834,75 Beroperasi diatas normal 6
4 IBT- 2 R 915 Beroperasi diatas normal 6
5 IBT -2 S 190,25 Beroperasi normal 9
IBT 1 S 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 1 T 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 1 R 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 2 R 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 2 S 0 10 20 30 40 50 60 70 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 2 T 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS %
Tabel 5.7 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode Gas Kunci
NO TRAFO GAS KUNCI DIAGNOSIS
1 IBT-1 R CO Overheated Cellulose
2 IBT-1 S - Normal
3 IBT-1 T CO Overheated Cellulose
4 IBT-2 R CO Overheated Cellulose
5 IBT-2 S - Normal
6 IBT-2 T CO Overheated Cellulose
Berdasarkan analisis Gas Kunci, Pada IBT -1 Fasa R, IBT- 1 Fasa T, IBT -2 Fasa R, dan IBT -2 Fasa T diperoleh gas CO sebagai gas kunci. Timbulnya gas CO dalam jumlah besar ditimbulkan akibat pemanasan berlebih pada kertas isolasi (selulosa). Sedangkan komposisi gas pada IBT-1 Fasa S dan IBT-2 Fasa S menurut standar IEEE.157.104.191 berada pada kondisi beroperasi normal sehingga tidak perlu dilakukan penanganan khusus.
5.2.1.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test)
Pengujian karakteristik dilakukan untuk mengetahui apakah minyak isolasi masih dikatakan baik dilihat dari fungsinya sebagai media isolasi di dalam trafo.
Tabel 5.8 Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 13 Sept 2007
IBT- 1 IBT- 2
Parameter Uji R S T R S T
Tegangan antar muka 30,6 9 31,4 9 31,4 9 32,2 9 31,7 9 31,2 9
Warna 5,5 1 0,5 9 5,1 1 6 1 0,7 9 4,8 1
Angka Keasaman 0,031 9 0,045 9 0,047 9 0,04 9 0,013 9 0,048 9
Dari hasil pengujian karakteristik dapat diketahui bahwa nilai parameter pengujian warna dan kadar air pada IBT-1 Fasa R dan IBT-1 Fasa T dan IBT-2 Fasa R dan IBT-2 Fasa T sudah melewati batas. Dimana batas pengukuran warna adalah 3,5 dan batas pengukuran kadar air adalah 20 ppm.
Untuk mengembalikan warna agar nilainya dibawah 3,5 maka perlu dilakukan Reklamasi. Untuk mengembalikan kandungan air agar nilainya dibawah 20 ppm maka perlu dilakukan filtering.
5.2.1.3. Pengujian Furan (Furan Test)
Dalam proses pemburukan isolasi kertas karena Overheating terdapat senyawa kimia yang terlepas selain CO dan CO2. Senyawa ini disebut sebagai
gugus senyawa Furan. Senyawa yang paling penting adalah 2-Furfural (2-FAL). Dengan mengetahui kadar senyawa 2-Furfural maka dapat diketahui status kondisi isolasi kertas.
Tabel 5.9 Hasil pengujian test furan tanggal 5 Oktober 2007
NO TRAFO Kandungan 2 – Furfural (2FAL) ppb Perkiraan DP Perkiraan persentase sisa umur Interpretasi Level Kondisi
1 IBT -1 R 3500 292 27 % High risk of failure 1
2 IBT- 1 S < 10 800 100 % Normal Ageing rate 9
3 IBT -1 T 3830 282 24 % High risk of failure 1
4 IBT -2 R 560 519 69% Accelerated Ageing rate 6
5 IBT- 2 S <10 800 100% Normal Ageing rate 6
6 IBT- 2 T 2110 355 41% Excessing ageing danger 6
4.2.2. Periode II
Pengujian pada periode ke dua dilakukan setelah melakukan filtering dari bulan November 2007 sampai Februari 2008.
5.2.2.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)
Hasil pengujian DGA tanggal 18 Februari 2008 adalah sebagai berikut : Tabel 5.10 Hasil pengujian DGA 18 Februari 2008
IBT 1 IBT 2 Gases R S T R S T H2 1 1 1 0 1 0 CH4 1 1 1 1 1 1 CO 222 28 126 385 63 443 CO2 3839 2404 2964 6732 4561 5983 C2H4 1 0 0 0 1 1 C2H6 1 25 0 0 29 0 C2H2 1 1 1 0 1 1 TCG 227 56 129 386 95 446
Hasil pengujian 22 Februari 2008 yang dilakukan di laboratorium TACS – OiLAB Australia adalah sebagai berikut :
Tabel 5.11 Hasil pengujian DGA tgl 22 Februari 2008
IBT 1 IBT 2 Gases R S T R S T H2 28 28 18 13 60 63 CH4 13 13 9 0 33 6 CO 57 57 176 510 88 440 CO2 2036 2036 1536 3998 2766 3539 C2H4 8 2 4 8 0 7 C2H6 2 28 1 2 25 2 C2H2 0 0 0 0 0 0 TCG 469 128 208 533 206 518
TDCG 0 100 200 300 400 500 600 18/02/08 22/02/08 Tanggal pp m IBT-1 R IBT-1 S IBT-1 T IBT-2 R IBT-2 S IBT-2 T
Gambar 5.3 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 2
Dari hasil pengukuran nilai TCG menunjukkan bahwa IBT-1 dan IBT-2 berada pada kondisi normal walaupun pada IBT-2 Fasa R dan IBT-2 Fasa T jumlah gas CO berada pada kondisi 2.
Tabel 5.12 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG
NO TRAFO Rata-rata
TCG (ppm) DIAGNOSIS Level Kondisi
1 IBT -1 R 348 Beroperasi normal 9
2 IBT -1 S 92 Beroperasi normal 9
3 IBT -1 T 168,5 Beroperasi normal 9
4 IBT- 2 R 459,5 Beroperasi normal 9
5 IBT -2 S 150,5 Beroperasi normal 9
IBT 1 S 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 1 R 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 2 S 0 10 20 30 40 50 60 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 2 R 0 20 40 60 80 100 120 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 1 T 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 2 T 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS %
Tabel 5.13 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode Gas Kunci NO TRAFO GAS KUNCI DIAGNOSIS
1 IBT-1 R - Normal
2 IBT-1 S - Normal
3 IBT-1 T CO Overheated Cellulose
4 IBT-2 R CO Overheated Cellulose
5 IBT-2 S - Normal
6 IBT-2 T - Normal
Berdasarkan analisis Gas Kunci, Pada IBT- 1 Fasa T dan IBT -2 Fasa R diperoleh gas CO sebagai gas kunci. Timbulnya gas CO dalam jumlah besar ditimbulkan akibat pemanasan berlebih pada kertas isolasi (selulosa). Sedangkan komposisi gas pada IBT-1 Fasa R , IBT-1 Fasa S, IBT-2 Fasa S dan IBT-2 Fasa T menurut standar IEEE.157.104.191 berada pada kondisi beroperasi normal sehingga tidak perlu dilakukan penanganan khusus.
5.2.2.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test)
Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 12 Februari 2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.14 Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 12 Februari 2008
IBT- 1 IBT- 2
Parameter Uji R S T R S T
Tegangan antar muka 28,6 9 29,9 9 30,3 9 31,5 9 31,6 9 29,2 9
Warna 5,4 1 0,5 9 5 1 5,9 1 0,7 9 4,7 1
Kadar air 17 1 5,4 6 12 1 12 1 5,3 6 7,7 1
Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 19 Februari 2008 yang dilakukan oleh laboratorium TXM malaysia adalah sebagai berikut:
Tabel 5.15 Hasil pengujian karakteristik minyak tanggal 19 Februari 2008
IBT- 1 IBT- 2
Parameter Uji R S T R S T
Tegangan antar muka 17,3 1 40,2 9 18,8 1 17,7 1 39,6 9 18,5 1
Warna 5 1 - 5 1 5,5 1 - 4,5 1
Angka keasaman 0,174 1 0,017 9 0,191 1 0,213 1 0,017 9 0,191 1
Tegangan Tembus 51 6 99 9 45 1 17 1 94 9 35 1
Kadar air 24 1 6 6 26 1 27 1 5,5 6 20,4 1
Tan Delta at 25oC 0,048 1 0 9 0,44 1 0,3 6 0 9 0,29 6
Berdasarkan Hasil pengujian karakteristik minyak, pada IBT-1 Fasa S dan IBT-2 Fasa S dapat disimpulkan bahwa minyak berada dalam keadaan bagus (level kondisi 9). Sedangkan Pada IBT-1 Fasa R , IBT-1 Fasa T , IBT-2 Fasa R , dan IBT-2 Fasa T kondisi minyak berada dalam keadaan buruk (level kondisi 1).
Tingginya Angka keasaman menyebabkan penurunan tegangan antar muka. Kadar asam disebabkan oleh proses oksidasi pada minyak. Panas, keberadaan oksigen, dan zat pengotor berperan sebagai katalis dalam proses oksidasi. Sehingga perlu dilakukan pengontrolan terhadap proses oksidasi pada minyak. Kadar air yang tinggi pada minyak akan mempercepat proses pemburukan isolasi kertas. Tingginya Tan Delta merupakan indikasi dari minyak telah terkontaminasi..
5.2.2.3. Pengujian Furan (Furan Test)
Pengujian furan dilakukan dua kali pada laboratorium yang berbeda untuk memastikan apakah hasil uji valid. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 5.16 Hasil pengujian test furan tanggal 11 Desember 2007 (laboratorium TACS - OiLAB Australia)
NO TRAFO Kandungan 2 – Furfural (2FAL) ppb Perkiraan DP Perkiraan persentase sisa umur Interpretasi Level Kondisi
1 IBT -1 R 6535 215 5 % End of expected life 1
2 IBT- 1 S < 10 800 100 % Normal ageing rate 9
3 IBT -1 T 7806 192 0 % End of expected life 1
4 IBT -2 R 6477 216 5% End of expected life 1
5 IBT- 2 S <10 800 100% Normal ageing rate 1
6 IBT- 2 T 5494 236 12 % End of expected life 1
Tabel 5.17 Hasil pengujian test furan tanggal 19 Februari 2008 (Laboratorium TXM Malaysia) NO TRAFO Kandungan 2 – Furfural (2FAL) ppb Perkiraan DP Perkiraan persentase sisa umur Interpretasi Level Kondisi
1 IBT -1 R 8357 184 0 % End of expected life 1
2 IBT- 1 S < 10 800 100 % Normal ageing rate 9
3 IBT -1 T 9172 172 0 % End of expected life 1
4 IBT -2 R 8363 184 0% End of expected life 1
5 IBT- 2 S <10 800 100% Normal ageing rate 9
6 IBT- 2 T 7337 200 0 % End of expected life 1
4.2.3. Periode III
Periode 3 berlangsung selama bulan April sampai bulan Mei 2008. Periode ini merupakan waktu setelah pelaksanaan reklamasi
5.2.3.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)
Pada periode ini pengujian DGA dilakukan pada IBT-1 Fasa R dan IBT-1 Fasa T.
Tabel 5.18 Hasil pengujian DGA Tanggal 10 April 2008
IBT 1 Gases R S T H2 1 - 1 CH4 - - 1 CO 4 - 19 CO2 190 - 483 C2H4 - - - C2H6 - - - C2H2 - - - TCG 5 - 21
Tabel 5.19 Hasil pengujian DGA Tanggal 28 April 2008
IBT 1 Gases R S T H2 1 - 1 CH4 1 - 1 CO 1 - 41 CO2 144 - 771 C2H4 1 - 2 C2H6 1 - 1 C2H2 - - - TCG 5 - 46
TCG 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 10/4/2008 28/04/08 Tanggal ppm IBT-1 R IBT-1 T
Gambar 5.5 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 3
Pengukuran DGA pada periode ini hanya dilakukan pada IBT-1 fasa R dan IBT-1 fasa T. Selain itu komposisi gas TCG juga tidak lengkap sehingga tidak dapat dilakukan analisis dengan akurat. Dari data yang tersedia, dapat dilihat bahawa Dari hasil pengukuran nilai TCG menunjukkan bahwa dedua IBT-1 fasa R dan IBT-1 fasaT berada pada kondisi normal walaupun pada IBT-2 fasa R dan IBT-2 fasa T jumlah gas CO berada pada kondisi 2.
Tabel 5.20 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG
NO TRAFO Rata-rata
TCG (ppm) DIAGNOSIS Level Kondisi
1 IBT -1 R 5 Beroperasi normal 9
IBT 1 R 0 10 20 30 40 50 60 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS % IBT 1 T 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2 GAS %
Gambar 5.6 Kandungan Gas-gas Kunci pada Periode 3 Tabel 5.21 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode Gas Kunci
NO TRAFO GAS KUNCI DIAGNOSIS
1 IBT-1 R - Normal
2 IBT-1 T CO Overheated Cellulose
Berdasarkan analisis Gas Kunci, dengan komposisi gas pada IBT-1 fasa R dapat disimpulkan bahwa Trafo beroperasi dengan normal. Pada IBT-1 fasa T diperoleh gas CO sebagai gas kunci. Timbulnya gas CO dalam jumlah besar ditimbulkan akibat pemanasan berlebih pada kertas isolasi (selulosa).
5.2.3.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test)
Tabel 5.22 Hasil pengujian karakteristik minyak IBT-1 10 April 2008 Oleh TXM dan IBT-2 9 April 2008 Oleh Lab RJKB
IBT- 1 IBT- 2
Parameter Uji R S T R S T
Tegangan antar muka 39,5 9 - 45,7 9 40 9 - 9 40 9
Warna 1,5 6 - 1 9 1,4 9 - 1,1 9
Angka Keasaman 0,014 9 - 0,011 9 0,043 9 0,036 9
Tegangan Tembus 85 9 - 67 9 - - -
Kadar air 7,6 6 - 6 6 4,6 9 - 6 4,3 6
Tan Delta at 25oC 0,05 9 - 0 9 - - - - - -
Tabel 5.23 Hasil pengujian karakteristik minyak IBT-1 28 April 2008 Oleh TXM dan IBT-2 29 Mei 2008 Oleh Lab RJKB
IBT- 1 IBT- 2
Parameter Uji R S T R S T
Tegangan antar muka 38 9 - 43 9 40 9 - 9 40 9
Warna 1,5 6 - 1,5 6 1,4 9 - 1,1 9
Angka Keasaman 0,017 9 - 0,017 9 0,04 9 0,037 9
Tegangan Tembus - - - -
Kadar air 7,28 6 - 8,52 6 4,45 9 - 6 3,47 9
Tan Delta at 25oC 0,06 9 - 0,06 9 - - - -
Setelah dilakukan proses reklamasi, kadar air pada Trafo mengalami penurunan . Demikian juga parameter uji yang lain menunjukkan level kondisi yang baik (level 6 dan level 9).
5.2.3.3. Pengujian Furan (Furan Test)
Tabel 5.24 Hasil pengujian furan tanggal 10 April 2008 NO TRAFO Kandungan 2 – Furfural (2FAL) ppb Perkiraan DP Perkiraan persentase sisa umur Interpretasi Level Kondisi
1 IBT -1 R 335 582 77 % Normal Ageing rate 9
2 IBT -1 T 49 821 100 % Normal Ageing rate 9
Tabel 5.25 Hasil pengujian furan tanggal 28 April 2008 NO TRAFO Kandungan 2 – Furfural (2FAL) ppb Perkiraan DP Perkiraan persentase sisa umur Interpretasi Level Kondisi
1 IBT -1 R 610 508 67 % Normal Ageing rate 9
2 IBT -1 T 268 610 80% Normal Ageing rate 9
4.2.4. Periode IV
Pengujian pada periode ke empat dilakukan tiga bulan setelah reklamasi, yaitu berlangsung dari bulan Juli sampai Agustus 2008. Pada Periode tidak dilaksanakan pengujian Furan.
5.2.4.1. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA)
Tabel 5.26 Hasil pengujian DGA tanggal 21 Juli 2008
IBT 1 IBT 2 Gases R T R T H2 - - - - CH4 2,9 4,5 3,6 - CO 402,3 501 486,6 272,8 CO2 2243,6 3061 2759 993 C2H4 - - 0,6 - C2H6 - - - - C2H2 - - - - TCG 405,2 505,5 490,8 272,8
TDCG 0 100 200 300 400 500 600 700 800 21/07/08 8/8/2008 Tanggal ppm IBT-1 R IBT-1 T IBT-2 R IBT-2 T
Tabel 5.27 Hasil pengujian DGA tanggal 8 Agustus 2008
IBT 1 IBT 2 Gases R T R T H2 - - 87 - CH4 3,2 4,5 4.6 1,9 CO 457,2 591,3 588,7 319,8 CO2 1858 2644 2375 1340 C2H4 - - - - C2H6 - 1,579 - - C2H2 - - - - TCG 460,4 595,8 680,3 321,7
Gambar 5.7 Pengujian TCG IBT-1 & IBT-2 periode 4
Komposisi gas yang tidak lengkap pada pengujian TCG mengakibatkan analisis yang kurang valid terhadap kondisi isolasi. Pada IBT-1 fasa R , IBT-1 fasa T dan IBT-2 fasa R jumlah gas CO berada pada kondisi 2. Tetapi secara umum berdasarkan analisis kondisi berdasarkan metode TCG dapat disimpulkan bahwa Trafo beroperasi normal.
Tabel 5.28 Interpretasi hasil pengujian DGA dengan Metode TCG
NO TRAFO Rata-rata
TCG (ppm) DIAGNOSIS
Level Kondisi
1 IBT -1 R 432,8 Beroperasi normal 9
2 IBT -1 T 550,65 Beroperasi normal 9
1 IBT -2 R 585,65 Beroperasi normal 9
2 IBT -2 T 297,25 Beroperasi normal 9
5.2.4.2. Pengujian karakteristik minyak (Oil Quality Test)
Tabel 5.29 Hasil Pengujian Karakteristik minyak tanggal 21 Juli 2008
IBT- 1 IBT- 2
Parameter Uji R S T R S T
Tegangan antar muka 33,7 9 - 34 9 34,7 9 - 9 31,8 9
Warna 1,3 6 - 1,5 6 1,6 9 - 1,2 9
Angka Keasaman 0,035 9 - 0,032 9 0,029 9 - 0,045 9
Kadar air 6,4 6 - 9,6 6 5,8 9 - 6 5 9
Tabel 5.30 Hasil Pengujian Karakteristik minyak tanggal 8 Agustus 2008
IBT- 1 IBT- 2
Parameter Uji R S T R S T
Tegangan antar muka 34 9 - 34,2 9 35,6 9 - 9 34,9 9
Warna 1,3 6 - 1,5 6 1,5 9 - 1,2 9
Angka Keasaman 0,035 9 - 0,029 9 0,031 9 - 0,027 9
Kadar air 6 6 - 8,2 6 6,8 9 - 6 5,6 9
Pada periode ini, karakteristik minyak berada dalam kondisi baik. Semua parameter uji menunjukkan level kondisi 6 dan 9.
4.3. Hasil Penilaian Kondisi
Penentuan nilai kondisi berdasarkan pada nilai-nilai untuk setiap parameter yang didapat dari monitoring diagnosis IBT-1 dan IBT-2. Hasil pengujian pada setiap parameter kemudian dibandingkan dengan nilai batas yang telah ditentukan
pada bab 4. Setelah itu dapat ditentukan level kondisi pada tiap periode untuk IBT-1 dan IBT-2. Untuk data yang tidak lengkap data hasil pengujiannya maka untuk menentukan level kondisinya diambil dari data hasil pengujian terakhir pada periode sebelumnya dan untuk ketidaklengkapan data pada periode pertama maka dilakukan pengambilan data pada periode kedua Sebagai contoh : Pada periode pertama tidak dilakukan pengujian Tegangan tembus dan Tan delta, maka untuk menentukan level kondisinya, diambil dari pengujian pada periode ke dua.
Berikut ini adalah Tabel penentuan kondisi setiap parameter berdasarkan nilai batas yang dimiliki pada setiap periode ;
Tabel 5.31 Hasil Penilaian kondisi IBT-1 Fasa R
Level Kondisi
PARAMETER Periode
1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Kadar air ( KA) 1 1 6 6
Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9
Tegangan Tembus 6* 6 9 9
Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9
Tan Delta 1* 1 9 9*
Warna 1 1 9 6
Furan 1 1 9 9*
TCG 9 9 9 9
Kandungan CO2 6 6 9 9
*) tidak dilakukan pengujian
Tabel 5.32 Hasil Penilaian kondisi IBT-1 Fasa S
Level Kondisi
PARAMETER Periode
1 Periode 2
Kadar air ( KA) 6 6
Angka Keasaman (AK) 9 9
Tegangan Tembus 9* 9
Tegangan Antar Muka (TAM) 9 9
Tan Delta 9* 9
Warna 9 9
Furan 9 9
TCG 9 9
Tabel 5.33 Hasil Penilaian kondisi IBT-1 Fasa T
Level Kondisi
PARAMETER Periode
1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Kadar air ( KA) 1 1 6 6
Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9
Tegangan Tembus 1* 1 9 9
Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9
Tan Delta 1* 1 9 9*
Warna 1 1 6 6
Furan 1 1 9 9*
TCG 6 9 9 9
Kandungan CO2 1 9 9 6
Tabel 5.34 Hasil Penilaian kondisi IBT-2 Fasa R
Level Kondisi PARAMETER Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Kadar air ( KA) 1 1 9 9
Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9
Tegangan Tembus 1* 1 1* 1
Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9
Tan Delta 1* 6 6* 6*
Warna 1 1 9 6
Furan 6 1 1 1*
TCG 6 9 9* 9
Kandungan CO2 6 9 6 6
*) tidak dilakukan pengujian
Tabel 5.35 Hasil Penilaian kondisi IBT-2 Fasa S
Level Kondisi
PARAMETER Periode
1 Periode 2
Kadar air ( KA) 6 6
Angka Keasaman (AK) 9 9
Tegangan Tembus 9* 9
Tegangan Antar Muka (TAM) 9 9
Tan Delta 9* 9
Warna 9 9
Furan 6 9
TCG 9 9
Tabel 5.36 Hasil Penilaian kondisi IBT-2 Fasa T
Level Kondisi
PARAMETER Periode
1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Kadar air ( KA) 1 1 9 9
Angka Keasaman (AK) 9 1 9 9
Tegangan Tembus 1* 1 1* 1
Tegangan Antar Muka (TAM) 9 1 9 9
Tan Delta 6* 6 6* 6
Warna 1 1 9 9
Furan 6 1 1* 1*
TCG 6 9 9* 9
Kandungan CO2 6 6 6 9
*) tidak dilakukan pengujian
4.4. Penentuan Kondisi Isolasi
Dari penentuan kondisi setiap parameter pada sub bab sebelumnya, kita dapat menentukan kondisi akhir IBT-1 dan IBT-2 pada setiap periode. Setiap kondisi parameter akan dikalikan dengan faktor pembobotan yang telah ditentukan pada bab 4, kemudian hasil pembobotan akan dijumlahkan untuk setiap parameter, sehingga dapat dilakukan penentuan kondisi isolasi.
4.4.1. IBT-1 Fasa R
Tabel 5.37 Nilai Kondisi Isolasi IBT-1 Fasa R
Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Parameter Pembobotan Faktor Level
Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot
Kadar air ( KA) 0.1425 1 0.1425 1 0.1425 6 0.855 6 0.855
Angka Keasaman (AK) 0.0963 9 0.8667 1 0.0963 9 0.8667 9 0.8667 Tegangan Tembus 0.0477 6 0.2862 6 0.2862 9 0.4293 9 0.4293 Tegangan Antar Muka (TAM) 0.0247 9 0.2223 1 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Tan Delta 0.2572 1 0.2572 1 0.2572 9 2.3148 9 2.3148 Warna 0.0247 1 0.0247 1 0.0247 9 0.2223 6 0.1482 Furan 0.2993 1 0.2993 1 0.2993 9 2.6937 9 2.6937 TCG 0.0830 9 0.7470 9 0.747 9 0.747 9 0.747 Kandungan CO2 0.0247 6 0.1482 6 0.1482 9 0.2223 9 0.2223
Nilai Akhir kondisi isolasi 2.9941 2.0261 8.5734 8.4993
Kondisi isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering , tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 2,9941 ke 2,0261 , penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar. Setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan level kondisi pada hampir semua parameter, dengan kondisi tersebut, trafo berada dalam keadaan yang baik dan layak untuk beroperasi, demikian juga pada periode ke empat, yaitu tiga bulan setelah reklamasi, hanya terjadi penurunan level kondisi warna tetapi masih dalam kondisi normal. Dapat disimpulkan bahwa pada periode ke empat, Trafo berada dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi.
4.4.2. IBT-1 Fasa S
Tabel 5.38 Nilai Kondisi Isolasi IBT-1 Fasa S
Periode 1 Periode 2
Parameter Pembobotan Faktor
Level
Kondisi Bobot
Level
Kondisi Bobot
Kadar air ( KA) 0.1425 6 0.855 6 0.855
Angka Keasaman (AK) 0.0963 9 0.8667 9 0.8667 Tegangan Tembus 0.0477 9 0.4293 9 0.4293 Tegangan Antar Muka (TAM) 0.0247 9 0.2223 9 0.4293 Tan Delta 0.2572 9 2.3148 9 0.2223 Warna 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Furan 0.2993 9 2.6937 9 2.3148 TCG 0.0830 9 0.7470 9 0.2223 Kandungan CO2 0.0247 9 0.2223 9 2.6937
Nilai Akhir kondisi isolasi 8.5734 8.5734
Kondisi isolasi pada periode pertama berada pada kondisi baik dan layak untuk beroperasi . Demikian juga pada periode kedua, setelah dilakukan filtering kondisi isolasi menunjukkan bahwa Trafo masih dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi. Tidak dilakukannya reklamasi pada IBT-1 Fasa S karena berdasarkan dua periode pengujian tidak ditemukan masalah pada kondisi isolasi pada trafo ini.
4.4.3. IBT-1 Fasa T
Tabel 5.39 Nilai Kondisi Isolasi IBT-1 Fasa T
Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Parameter Pembobotan Faktor
Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot
Kadar air ( KA) 0.1425 1 0.1425 1 0.1425 6 0.855 6 0.855
Angka Keasaman (AK) 0.0963 9 0.8667 1 0.0963 9 0.8667 9 0.8667 Tegangan Tembus 0.0477 1 0.0477 1 0.0477 9 0.4293 9 0.4293 Tegangan Antar Muka (TAM) 0.0247 9 0.2223 1 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Tan Delta 0.2572 1 0.2572 1 0.2572 9 2.3148 9 2.3148 Warna 0.0247 1 0.0247 1 0.0247 6 0.1482 6 0.1482 Furan 0.2993 1 0.2993 1 0.2993 9 2.6937 9 2.6937 TCG 0.0830 6 0.4980 9 0.747 9 0.747 9 0.747 Kandungan CO2 0.0247 1 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 6 0.1482
Nilai Akhir kondisi isolasi 2.3831 1.8617 8.4993 8.4252
Kondisi isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering , tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun setelah dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 2,3831 ke 1,8617 , penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar . Setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan level kondisi pada hampir semua parameter, dengan kondisi tersebut , trafo berada dalam keadaan yang baik dan layak untuk beroperasi, demikian juga pada periode ke empat, yaitu tiga bulan setelah reklamasi, semua parameter berada dalam keadaan normal, sehingga dapat disimpulkan bahwa Trafo berada dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi
4.4.4. IBT-2 Fasa R
Tabel 5.40 Nilai Kondisi Isolasi IBT-2 Fasa R
Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Parameter Pembobotan Faktor
Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot
Kadar air ( KA) 0.1425 1 0.1425 1 0.1425 9 1.2825 9 1.2825
Angka Keasaman (AK) 0.0963 9 0.8667 1 0.0963 9 0.8667 9 0.8667 Tegangan Tembus 0.0477 1 0.0477 1 0.0477 1 0.0477 1 0.0477 Tegangan Antar Muka (TAM) 0.0247 9 0.2223 1 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Tan Delta 0.2572 1 0.2572 6 1.5432 6 1.5432 6 1.5432 Warna 0.0247 1 0.0247 1 0.0247 9 0.2223 6 0.1482 Furan 0.2993 6 1.7958 1 0.2993 1 0.2993 1 0.2993 TCG 0.083 6 0.498 9 0.747 9 0.7470 9 0.747 Kandungan CO2 0.0247 6 0.1482 9 0.2223 6 0.1482 6 0.1482
Nilai Akhir kondisi isolasi 4.0031 3.1477 5.3792 5.3051
Kondisi isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering , tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun setelah dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 4,0031 ke 3,1477, penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar .Setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan pada level kondisi pada hampir semua parameter, kecuali pada kandungan furan dan CO2. Terjadi peningkatan
kondisi isolasi secara keseluruhan tetapi masih berada dibawa kondisi normal (level 6). Pengujian kandungan furan tidak dilakukan pada IBT-2 Fasa R pada periode ketiga dan keempat. Berdasarkan hasil trend pada IBT-1 Fasa R dan T,
kondisi Furan tetap pada kondisi 1. Jika diasumsikan bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 6 terjadi peningkatan nilai kondisi isolasi menjadi 6,8757 pada periode ke tiga dan 6,8016 pada periode keempat .Dan jika dilakukan asumsi bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 9 nilai kondisi isolasi menjadi 7,7736 dan 7,6695 pada periode keempat.
4.4.5. IBT-2 Fasa S
Tabel 5.41 Nilai Kondisi Isolasi IBT-2 Fasa S
Periode 1 Periode 2
Parameter Pembobotan Faktor
Level
Kondisi Bobot
Level
Kondisi Bobot
Kadar air ( KA) 0.1425 6 0.855 6 0.855
Angka Keasaman (AK) 0.0963 9 0.8667 9 0.8667 Tegangan Tembus 0.0477 9 0.4293 9 0.4293 Tegangan Antar Muka (TAM) 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Tan Delta 0.2572 9 2.3148 9 2.3148 Warna 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Furan 0.2993 6 1.7958 9 2.6937 TCG 0.083 9 0.747 9 0.747 Kandungan CO2 0.0247 6 0.1482 6 0.1482
Nilai Akhir kondisi isolasi 7.6014 8.4993
Kondisi isolasi pada periode pertama berada pada kondisi baik dan layak untuk beroperasi .Demikian juga pada periode kedua, setelah dilakukan filtering kondisi isolasi menunjukkan bahwa Trafo tetap dalam keadaan baik dan layak untuk beroperasi.Tidak dilakukannya reklamasi pada IBT-1 Fasa S karena berdasarkan dua periode pengujian tidak ditemukan masalah pada kondisi isolasi pada trafo ini.
4.4.6. IBT-2 Fasa T
Tabel 5.42 Nilai Kondisi Isolasi IBT-2 Fasa T
Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4
Parameter Pembobotan Faktor
Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot Level Kondisi Bobot
Kadar air ( KA) 0.1425 1 0.1425 1 0.1425 9 1.2825 9 1.2825
Angka Keasaman (AK) 0.0963 1 0.1425 1 0.1425 9 1.2825 9 1.2825 Tegangan Tembus 0.0477 1 0.0477 1 0.0477 1 0.0477 1 0.0477 Tegangan Antar Muka (TAM) 0.0247 9 0.2223 1 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Tan Delta 0.2572 6 1.5432 6 1.5432 6 1.5432 6 1.5432 Warna 0.0247 1 0.0247 1 0.0247 9 0.2223 9 0.2223 Furan 0.2993 6 1.7958 1 0.2993 1 0.2993 1 0.2993 TCG 0.083 6 0.498 9 0.747 9 0.747 9 0.747 Kandungan CO2 0.0247 6 0.1482 6 0.1482 6 0.1482 9 0.2223
Nilai Akhir kondisi isolasi 5.2891 3.0736 5.3792 5.4533
Kondisi isolasi pada periode pertama berada pada kondisi buruk. Dengan keadaan seperti ini, Trafo beroperasi menuju kegagalan. Setelah dilakukan filtering , tidak terjadi perubahan level kondisi kadar air. Berdasarkan pengujian setelah dilakukan filtering terjadi penurunan kadar air walaupun masih dalam level kondisi 1, namun setelah dua bulan kemudian terjadi kembali peningkatan dan tetap berada pada level kondisi 1. Pada periode kedua kondisi isolasi semakin memburuk, dapat dilihat dari penurunan kondisi isolasi dari nilai 5,2891 ke 3,0736 , penurunan tersebut diakibatkan penurunan nilai tegangan antar muka, yang mengindikasikan bahwa terdapat sludge yang menempel pada isolasi kertas. Adanya sludge disebabkan hasil oksidasi minyak berupa asam yang bersifat hydrophilic yang mempunyai polaritas yang tinggi sehingga tidak larut dalam minyak trafo yang bersifat non polar .Setelah dilakukan reklamasi, pengujian pada periode ke tiga diperoleh bahwa terjadi perbaikan pada level kondisi pada hampir semua parameter.. Terjadi peningkatan kondisi isolasi secara keseluruhan tetapi masih berada dibawa kondisi normal (level 6). Pengujian kandungan furan tidak dilakukan pada IBT-2 Fasa R pada periode ketiga dan keempat. Berdasarkan hasil trend pada IBT-1 Fasa R dan T, terjadi perbaikan level kondisi pada Furan. Pada
diasumsikan bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 6 terjadi peningkatan nilai kondisi isolasi menjadi 6,8757 pada periode ke tiga dan 6,9498 pada periode keempat . Dan jika dilakukan asumsi bahwa level kondisi furan menjadi level kondisi 9 nilai kondisi isolasi menjadi 7,7736 dan 7,8477 pada periode keempat.