• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

3.1. Ruang Lingkup, Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pulau Jawa yang terdiri dari 6 provinsi yaitu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Banten meliputi rumah tangga miskin yang dijadikan sampel kor dan modul konsumsi Susenas panel di Pulau Jawa tahun 2008 - 2010. Rumah tangga sampel tersebut dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan. Waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan November 2010-Mei 2011.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder rumah tangga miskin yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel 2008 sampai dengan 2010. Susenas Panel merupakan survei rumah tangga yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tahun yang dilakukan pada bulan Maret dan dimulai tahun 2002. Pada tahun 2002–2006 jumlah sampel Susenas Panel hanya 10.000 rumah tangga, tetapi mulai tahun 2007 jumlah sampel naik menjadi 68.800 rumah tangga. Sampel Susenas Panel untuk Jawa mulai tahun 2007 sebanyak 30.880 rumah tangga. Rumah tangga yang menjadi sampel akan selalu berubah setiap tiga tahun sekali. Sampel Susenas Panel tahun 2008 akan sama dengan tahun 2009 dan 2010.

Susenas Panel mengumpulkan data kor, data konsumsi/pengeluaran (modul konsumsi) dan data pendapatan rumah tangga. Data yang dikumpulkan dalam kor antara lain keterangan anggota rumah tangga, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan sosial ekonomi lainnya. Sedangkan susenas modul konsumsi berisi tentang kuantitas dan nilai konsumsi makanan yang mencakup 215 komoditi dengan sub kelompok sebanyak 14 sub kelompok komoditi. Ke-14 sub kelompok komoditi tersebut adalah: padi-padian, umbi-umbian, ikan/udang/kerang, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, bahan minuman, bumbu-bumbuan, konsumsi lainnya, makanan dan minuman jadi, serta tembakau dan sirih. Pengeluaran/konsumsi rumah tangga untuk non makanan mencakup 108 item pengeluaran dengan sub kelompok sebanyak 6 sub kelompok

(2)

item yaitu : perumahan dan fasilitas rumah tangga, barang dan jasa, pakaian/alas kaki dan tutup kepala, barang-barang tahan lama, pajak dan asuransi, serta keperluan pesta dan upacara serta berisikan pendapatan, penerimaan, dan pengeluaran bukan konsumsi.

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan telaah atau interpretasi dari data adalah referensi waktu pengumpulan data. Kecenderungan untuk tidak memperhatikan referensi waktu akan membuat bias dalam melakukan analisis. Data konsumsi Susenas pada hakekatnya berupa informasi dari responden anggota rumah tangga yang dianggap paling memahami transaksi pengeluaran rumah tangga dalam kurun waktu seminggu yang lalu (untuk makanan) dan sebulan terakhir (untuk non makanan). Kurun waktu pengumpulan informasi ini dianggap mewakili preferensi atau pola konsumsi yang rutin dilakukan oleh rumah tangga tersebut. Asumsi rutinitas ini dapat menjadi kelemahan dari data, meskipun secara teori dimungkinkan. Situasi ekonomi pada saat pengumpulan data seperti gejolak harga, inflasi, musim panen, musim kemarau, dapat mempengaruhi asumsi rutinitas konsumsi rumah tangga. Susenas Maret merupakan Susenas modul konsumsi yang rutin dilakukan untuk keperluan informasi pada tingkat propinsi.

3.3. Pemilihan Variabel dan Komoditi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini disamping variabel harga dan pendapatan (yang didekati oleh pengeluaran), juga variabel ukuran rumah tangga. Tidak semua rumah tangga mengkonsumsi setiap kelompok makanan sesuai asumsi dari model, maka dilakukan justifikasi nilai konsumsi terhadap beberapa rumah tangga yang dalam penelitian ini tidak mengkonsumsi seluruh kelompok makanan dimaksud. Justifikasi nilai pengeluaran konsumsi lebih difokuskan pada nilai pengeluaran konsumsi yang rata-rata merefleksikan gambaran konsumsi suatu komoditi di wilayah tertentu dan untuk menghilangkan efek inflasi maka dilakukan justifikasi dengan mendeflate nilai pengeluaran dengan indeks harga konsumen pada tahun tersebut. Pengeluaran konsumsi disini merupakan pengeluaran konsumsi selama setahun yang diproksikan dari pengeluaran seminggu yang lalu untuk komoditi makanan dan pengeluaran setahun yang lalu untuk komoditi bukan makanan.

(3)

Nilai harga untuk komoditi makanan merupakan harga implisit yang dihasilkan dari proksi total pengeluaran terhadap total konsumsi. Konversi satuan dilakukan untuk beberapa komoditi, sehingga setiap kelompok persamaan memiliki satuan yang sama. Berbeda dengan komoditi makanan, proksi harga untuk komoditi non makanan memang berbeda karena tidak semua komoditi ini dikonsumsi secara rutin oleh rumah tangga, sehingga proksi harga juga dicoba didekati dengan harga implisit. Rumah tangga yang tidak mengonsumsi suatu komoditi dilakukan justifikasi nilai pengeluaran dengan menggunakan harga minimum dengan kuantitas yang sangat kecil yaitu 0,0001.

Model LA-AIDS digunakan untuk memperkirakan kebutuhan pangan dan non pangan pada rumah tangga miskin dengan memasukkan variabel penjelas. Estimasi model dilakukan dengan memberikan bobot/penimbang pada setiap rumah tangga agar sampel rumah tangga dapat mewakili populasinya. Adapun variabel yang digunakan (sesuai ketersediaan data) adalah:

1. Nilai pengeluaran makanan dan non makanan rumah tangga untuk setiap komoditi pertahun (interval/Rp)

2. Harga setiap komoditi yang secara implisit didekati dengan nilai pengeluaran dibagi jumlah konsumsi (interval/Rp)

3. Jumlah anggota rumah tangga (interval) 4. Variabel dummy yang menunjukkan:

- tipe daerah tempat tinggal yaitu perkotaan dan perdesaan (ordinal), - tingkat pendidikan kepala rumah tangga, yaitu: ≤ SD, > SD (ordinal), 5. Variabel tren tahun, yaitu : 2008, 2009, 2010 (ordinal)

Cakupan komoditi makanan dalam penelitian adalah kelompok komoditi makakan pokok, lauk pauk, rokok dan makanan lainnya. Cakupan komoditi non makanan dalam penelitian adalah kelompok komoditi telekomunikasi, pendidikan, dan non makanan lainnya.

Kelompok komoditi makanan pokok yang terdiri dari sub kelompok padi-padian dan umbi-umbian merupakan komoditi utama yang dikonsumsi masyarakat miskin. Beras sebagai bahan kebutuhan pokok sehari-hari memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan pola konsumsi terkait tingkat kesejahteraan masyarakat.

(4)

Komoditi ikan/daging/telur/tauco/oncom/tahu/tempe adalah komoditi berprotein tinggi baik protein hewani maupun protein nabati. Kendala utama dari akses mendapatkan komoditi ini adalah masalah ketersediaan atau stok. Berkurangnya stok akibat berbagai faktor, menyebabkan harga komoditi ini meningkat tajam, sehingga menurunkan permintaan atau konsumsi.

Komoditi rokok merupakan komoditi yang cukup banyak dikonsumsi oleh rumah tangga miskin. Pengeluaran untuk rokok ini bahkan dapat lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Konsumsi rokok dapat membuat kualitas manusia semakin memburuk karena kebutuhan gizi yang dikesampingkan untuk memenuhi kebutuhan rokok dan akibat lainnya rokok dapat merusak kesehatan.

Sektor komunikasi merupakan sektor yang sedang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Kontribusi sektor komunikasi terhadap pendapatan nasional mengalami peningkatan dari 26,03 persen pada tahun 2006 menjadi 31,32 persen pada tahun 2008. Konsumsi terhadap telekomunikasi khususnya telepon selular yang dulu merupakan barang mewah sekarang hampir menjadi kebutuhan pokok sehari-hari, sehingga rumah tangga miskin juga mampu mengkonsumsinya. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan komposisi konsumsi komoditi rumah tangga miskin sesuai dengan prinsip substitusi, kurva indiferen, dan maksimisasi utilitas.

Sektor pendidikan merupakan sektor yang menjadi perhatian serius pemerintah dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai program di bidang pendidikan seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah), sekolah gratis, beasiswa, ditujukan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan program pemerintah di bidang pendidikan dapat diukur dari peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan, seperti semakin berkurangnya buta huruf, lulusan perguruan tinggi yang terus bertambah, dan sebagainya.

3.4. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis ekonometrika dengan menggunakan model LA-AIDS. Pengolahan dilakukan

(5)

dengan menggunakan software Microsoft Excel, SPSS 17.0, StataIC 10 dan SAS 9.0.

3.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan pola konsumsi rumah tangga miskin baik pangan maupun bukan pangan dilihat dari persentase pengeluaran rumah tangga menurut pangan dan bukan pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga. Berdasarkan pola yang terbentuk dapat terdeteksi sampai sejauh mana perubahan dan pergeseran alokasi pengeluaran pangan dan bukan pangan pada rumah tangga miskin di Pulau Jawa dan dibedakan antara perdesaan dan perkotaan. Selain itu juga akan melihat peranan atau kontribusi dari jumlah anggota rumah tangga dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga terhadap konsumsi rumah tangga.

3.4.2. Model LA-AIDS

Model LA-AIDS yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada Deaton dan Muellbauer (1980a, 1980b) dan penelitian terdahulu dengan melibatkan beberapa karakteristik sosial demografi yaitu jumlah anggota rumah tangga, tipe daerah (perkotaan/perdesaan), pendidikan kepala rumah tangga dan tahun:

{ } …(3.1)

dengan asumsi E(ei) = 0 dan E(eiej) = σij I untuk setiap i,j, keterangan:

i, j = 1,2,...,7 (komoditi/kelompok komoditi)

wi = proporsi/budget share pengeluaran kelompok komoditi ke-i log pj = logaritma estimasi harga kelompok komoditi ke-j

log (y / P) = log total pengeluaran yang dideflasi dengan indeks harga Stone P = indeks harga Stone , dimana ∑

n = jumlah anggota rumah tangga

W = dummy tipe wilayah (perdesaan=0, perkotaan=1)

(6)

T = tren tahun (2008=0, 2009=1, 2010=2) α, β, γ, µ, λ, θ,δ= parameter model permintaan ei = error term

selanjutnya persamaan di atas diestimasi dengan Seemingly Unrelated Regression (Zellner,1962).

Persamaan-persamaan yang terbentuk dari model LA-AIDS ini membentuk sekumpulan persamaan komoditi yang masing-masing merepresentasikan fungsi permintaan untuk produk-produk yang berkaitan. Suatu cara untuk memahami kompleksitas pendugaan sistem adalah dengan melihat kemungkinan bahwa terdapat korelasi antar sisaan persamaan meskipun tidak bersifat simultan. Jadi kita memperlakukan sebagai model SUR atau Seemingly Unrelated Regression (seolah-olah kelihatannya tidak berkaitan) yang terdiri atas sekumpulan persamaan yang berkaitan karena adanya korelasi antar sisaan persamaan. Metode SUR menggunakan prosedur GLS dan meningkatkan efisiensi dugaan dengan mempertimbangkan korelasi sisaan antar persamaan. Penerapan GLS akan memberikan estimasi parameter αi, βi, γij, µi, λi, θi, δi yang melibatkan keragaman atau variasi dari variabel bebas setiap persamaan.

Model AIDS dapat bersifat restricted atau unrestricted, dimana model yang restricted menerapkan terpenuhinya beberapa asumsi dari fungsi permintaan adalah:

Adding Up : ∑ ∑ ∑ ∑

Homogeneity : ∑ untuk setiap i

Symmetry : γij = γji

Perilaku konsumsi masyarakat pada kenyataannya tidak selalu rasional yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti rutinitas dan kebiasaan hidup sehari hari, sehingga asumsi homogenitas dan simetri sulit terpenuhi. Kaidah uji untuk melihat berpengaruh tidaknya parameter-parameter hasil estimasi dilakukan dengan menggunakan uji-t atau P-value sedangkan uji-F untuk melihat kesesuaian model permintaan secara keseluruhan. Asumsi kehomogenan dan simetri sangat tergantung dari kekonsistenan data, dan asumsi tersebut perlu diuji. Berdasarkan

(7)

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa unrestricted model dapat lebih baik dibandingkan restricted jika hasil uji restriksi untuk melihat berpengaruh tidaknya restriksi tersebut secara umum adalah signifikan (Daud, 2006). Penelitian ini dalam pembahasan selanjutnya hanya menggunakan model persamaan permintaan dengan memaksakan (impose) restriksi homogen dan simetri. Hal ini didasarkan dengan pertimbangan bahwa asumsi homogen dan simetri merupakan sifat suatu fungsi permintaan.

Pada model permintaan LA/AIDS, variabel bebas (harga) dan tidak bebas (budget share) mempunyai hubungan secara simultan. Kondisi ini disebabkan karena digunakannya unit value sebagai proksi dari harga. Unit value diperoleh dari hasil pembagian antara pengeluaran rumah tangga untuk kelompok komoditi tertentu dengan jumlah unitnya. Sedangkan budget share sebagai variabel tidak bebas diperoleh dari hasil pembagian antara pengeluaran rumah tangga untuk kelompok komoditi tertentu dengan pengeluaran total rumah tangga. Variabel bebas dan tidak bebas sama-sama ditentukan oleh pengeluaran rumah tangga. Unit value kelompok komoditi-i dihitung sebagai hasil bagi dari total pengeluaran komoditi dengan jumlah konsumsi komoditi dengan rumus: , dan

, dimana qi = konsumsi komoditi ke-i

3.4.3. Pengukuran Respon Perubahan Variabel

Pengukuran respon perubahan variabel disini merupakan besaran elastisitas yang meliputi respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat perubahan harga (elastisitas harga sendiri), respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat perubahan harga komoditi lainnya (elastisitas harga silang), respon perubahan permintaan suatu komoditi akibat terjadinya perubahan tingkat pendapatan (elastisitas pendapatan/pengeluaran).

Elastisitas pendapatan diukur melalui pendekatan elastisitas pengeluaran, dimana pengeluaran dimaksud adalah total pengeluaran untuk komoditi terpilih. Secara spesifik diukur juga respon perubahan permintaan komoditi akibat terjadinya perubahan karakteristik sosial demografi, seperti perubahan tingkat pendidikan dan perubahan jumlah anggota rumah tangga, Berdasarkan model

(8)

yang diformulasikan di atas, maka nilai elastisitasnya didapatkan dari berdasarkan model di atas adalah :

a. Own-Price Elasticity : ……….(3.2)

b. Cross-Price Elasticity : ……….(3.3)

c. Income Elasticity : ……….(3.4) d. Elastisitas Karakteristik Sosial :

; (Kahar, 2010) ..(3.5) Pengeluaran dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh pengeluaran dari rumah tangga miskin.

3.4.4. Simulasi Respon Perubahan Variabel

Respon perubahan variabel dapat diprediksi dengan menggunakan elastisitas linear sederhana. Metode simulasi yang digunakan adalah metode yang digunakan oleh Fulginiti & Perrin (1990) Metode tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :

[

] [ ] ……….(3.6)

keterangan : adalah matriks 7x8 dari gabungan elastisitas harga dan elastisitas pengeluaran. δln p dan δln r adalah persentase perubahan harga dan pendapatan dalam bentuk matriks 8x1.

Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi akan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap rumah tangga miskin. Simulasi dilakukan untuk melihat perubahan permintaan rumah tangga miskin terhadap komoditi apabila terjadi perubahan harga dan pemberian subsidi oleh pemerintah.

Pemerintah merencanakan menurunkan tarif interkoneksi telekomunikasi pada awal tahun 2011. Penurunan tarif interkoneksi sebelumnya dilakukan pada April 2008 melalui Peraturan Menteri No. 09/2008 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Jasa Telekomunikasi yang Disalurkan melalui Jaringan Bergerak Seluler. Aturan ini didukung oleh Peraturan Menteri No. 15/2008 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Jasa Teleponi Dasar yang Disalurkan melalui Jaringan Tetap Berdasarkan Biaya Interkoneksi yang Baru yang menghasilkan tarif retail baru. Pada April 2008, operator seluler mengumumkan tarif retail baru yang penurunannya berkisar 10-70 persen. Perang tarif terjadi antar operator seluler.

(9)

Penurunan tarif seluler meningkatkan trafik panggilan telepon dan jumlah pelanggan operator namun menurunkan laba bersih operator.1 Rencana penurunan tarif interkoneksi telekomunikasi tahun 2011 tentu akan memperbesar surplus konsumen. Menurut Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, penurunan tarif interkoneksi bervariasi antar operator, antara 6-18 persen. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan simulasi penurunan tarif telekomunikasi sebesar 10 persen.

Berdasarkan Nota Keuangan dan RAPBN 2011, pemerintah berencana menaikkan target penerimaan cukai. Salah satu faktor yang berpengaruh pada peningkatan target penerimaan cukai adalah peningkatan tarif cukai rokok. Pemerintah akan menaikkan tarif cukai rokok sekitar lima persen, kenaikan cukai ini mendorong peningkatan harga rokok sebesar 2,45 persen. Hal ini didasari hasil penelitian Adioetomo et al. (2003) yang menyatakan bahwa kenaikan cukai rokok sebesar 10 persen akan meningkatkan harga rokok sebesar 4,9 persen.

Konsumsi makanan pokok merupakan salah satu aspek untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah pemberian subsidi beras miskin kepada rumah tangga miskin. Pemerintah memberikan subsidi beras Rp. 3.900,- per kilogram sebanyak 15 kilogram setiap bulan kepada 18,5 juta rumah tangga miskin. Subsidi itu diberikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.125/PMK.02/2010. Pemberian subsidi tersebut setara dengan 28 persen dari harga relatif. Subsidi beras miskin diberikan dalam bentuk barang namun dalam simulasi didekati dengan penurunan harga relatif dari makanan pokok.

Program pengentasan kemiskinan lainnya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu pemberian bantuan kepada rumah tangga miskin yang memiliki kriteria tertentu yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan dalam bentuk tunai atau disebut juga Bantuan Tunai Bersyarat. Program ini dimaksudkan pada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Program ini mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi. Besarnya jumlah subsidi dalam bentuk tunai ini bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga

1

(10)

yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan. Program ini mulai dilaksanakan pada tahun 2007 hingga tahun 2015. Program ini bukan kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. Adanya variasi jumlah subsidi tunai pada program PKH maka diasumsikan pemerintah memberikan subsidi langsung tunai kepada masyarakat miskin sebesar seratus ribu rupiah sebulan sehingga menambah pendapatan rumah tangga miskin sebesar 21 persen.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan simulasi sebagai berikut :

a. perubahan harga telekomunikasi yaitu penurunan harga telekomunikasi sebesar 10% yang diiringi subsidi :

- Simulasi 1 : raskin setara 28 % harga relatif - Simulasi 2 : BLT setara 21 % pendapatan RTM - Simulasi 3 : gabungan subsidi raskin dan BLT

b. perubahan harga rokok yaitu kenaikan harga rokok sebesar 2,45%, yang diiringi subsidi :

- Simulasi 1 : raskin setara 28 % harga relatif - Simulasi 2 : BLT setara 21 % pendapatan RTM - Simulasi 3 : gabungan subsidi raskin dan BLT

c. penurunan harga telekomunikasi 10% dan kenaikan harga rokok 2,45% - Simulasi 1 : harga telekomunikasi turun 10% dan rokok naik 2,45% - Simulasi 2 : raskin setara 28 % harga relatif

- Simulasi 3 : BLT setara 21 % pendapatan RTM - Simulasi 4 : gabungan subsidi raskin dan BLT

3.5. Konsep dan Definisi

- Rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rumah tangga umumnya terdiri dari ibu, bapak, anak, orang tua/mertua, famili, pembantu dan lainnya. Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus, tetapi makannya dari satu dapur, asal

(11)

kedua bangunan tersebut masih dalam satu satuan lingkungan setempat (SLS) yang sama, dianggap sebagai satu rumah tangga.

- Anggota rumah tangga adalah semua orang yang tercakup dalam suatu rumah tangga. Orang yang telah tinggal dalam rumah tangga selama 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap/berencana tinggal selama 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga. Sebaliknya anggota rumah tangga yang telah bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga.

- Konsumsi/pengeluaran total rumah tangga adalah total konsumsi/pengeluaran rumah tangga setahun, mencakup konsumsi/pengeluaran makanan dan konsumsi/pengeluaran non makanan dalam rupiah.

- Pengeluaran per kapita adalah total pengeluaran rumah tangga sebulan dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga dalam rupiah.

- Pengeluaran makanan rumah tangga adalah pengeluaran konsumsi makanan rumah tangga setahun dalam rupiah.

- Pengeluaran makanan per kapita adalah pengeluaran konsumsi makanan rumah tangga sebulan termasuk pengeluaran konsumsi makanan jadi dibagi jumlah anggota rumah tangga dalam rumah tangga tersebut dalam rupiah.

- Pengeluaran non makanan rumah tangga adalah pengeluaran konsumsi non makanan rumah tangga setahun termasuk pengeluaran konsumsi rumah/tempat tinggal dalam rupiah.

- Pengeluaran non makanan per kapita adalah pengeluaran konsumsi non makanan rumah tangga sebulan dibagi jumlah anggota rumah tangga dalam rumah tangga tersebut dalam rupiah.

- Pengeluaran padi-padian adalah semua pengeluaran rumah tangga setahun yang mencakup komoditi beras, beras ketan, jagung basah, jagung pipilan, tepung beras, tepung jagung, tepung terigu dan lainnya dalam rupiah.

- Pengeluaran umbi-umbian adalah semua pengeluaran rumah tangga setahun yang mencakup komoditi ketela pohon, ketela rambat, sagu, kentang, gaplek, tepung gaplek, tepung ketela pohon dan lainnya dalam rupiah.

(12)

- Pengeluaran telur/daging/ikan/tempe/tahu/tauco/oncom adalah pengeluaran rumah tangga setahun yang mencakup semua komoditi ikan segar/basah, udang segar/basah, ikan diawetkan, udang diawetkan, lainnya dari jenis ikan, daging segar, daging diawetkan, lainnya dari jenis daging, telur, dan olahan kedelai dalam rupiah.

- Pengeluaran rokok adalah semua pengeluaran rumah tangga setahun yang mencakup rokok dan tembakau kecuali sirih dalam rupiah.

- Pengeluaran telekomunikasi adalah semua pengeluaran rumah tangga sebulan yang mencakup pengeluaran untuk telepon rumah, pulsa hp, nomor perdana, telepon umum/wartel, benda pos, warnet, internet dan lainnya dalam rupiah. - Pengeluaran pendidikan adalah semua pengeluaran rumah tangga setahun yang

mencakup kebutuhan pendidikan yang terdiri dari: sumbangan pembangunan sekolah, iuran SPP, iuran BP3/POMG, iuran sekolah lainnya (les, ketrampilan, tes dan sebagainya), buku pelajaran, fotocopy bahan pelajaran, alat tulis (pulpen, pensil, penghapus, penggaris, kalkulator, jangka, dan sebagainya) dan uang kursus dalam rupiah.

- Wilayah perkotaan dan perdesaan. BPS menentukan kategori suatu wilayah desa termasuk perkotaan atau perdesaan dengan menggunakan skoring. Metodologi penentuan skoring berdasarkan hasil pendataan PODES (Potensi Desa) yang dilaksanakan menjelang Sensus Penduduk. Berikut secara ringkas penentuan skoring daerah perkotaan :

a. Variabel kepadatan penduduk :

≤ 500 = skor 1, 500-4000 = skor 2-4, 4000-8500 = skor 5-7, ≥ 8500 = skor 8 b. Persentase rumah tangga pertanian :

≥ 70 = skor 1, 50-20 = skor 2-4, 20-5 = skor 5-7, ≤ 5 = skor 8 c. Akses fasilitas umum ≤ 2,5 km (ada = skor 1) :

Taman kanak-kanak, SMP, SMU

d. Akses fasilitas umum ≤ 2 km (ada = skor 1) : Pasar, Pertokoan

e. Akses fasilitas umum ≤ 5 km (ada = skor 1) : Bioskop, Rumah Sakit

(13)

g. Persentase pengguna telepon ( ≥8 = skor 1) h. Persentase pengguna listrik ( ≥ 90 = skor 1)

Berdasarkan variabel diatas, dilakukan penentuan skoring untuk setiap desa/kelurahan hasil PODES. Desa/kelurahan yang mendapatkan total skor ≥ 10 diklasifikasikan sebagai daerah perkotaan, sebaliknya untuk total skor < 10 diklasifikasikan sebagai daerah perdesaan.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi yang berjudul “Pengawasan

Dalam hal pengaduan Konsumen melibatkan pegawai pada unit kerja, anggota Direksi, atau pejabat setingkat di bawah Direksi yang melakukan fungsi pelayanan dan

Berdasarkan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Suami Dalam Meng- gunakan Alat Kontrasepsi di Rumah Bersalin Hele- na Kecamatan Sungai Pinyuh

Dan plot ketiga menyatakan hubungan dengan sikap pada ekowisata yaitu iklan Central ( Means 4,75),dan variable dependent x3,angka signifikansi di bawah 0,05

Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, menganalisa dan menyajikan data secara sistematis, sehingga

Hasil perhitungan analisis keuntungan usaha olahan dodol rumput laut di wilayah penelitian sebesar Rp 26 118 000,- per tahun dan memiliki nilai RC Ratio sebesar

Simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa dengan menggunakan teori kuantifikasi fuzzy, diketahui bahwa inisiatif belajar mahasiswa memberikan kontribusi paling

Pada makalah ini menjelaskan mengenai bukti teorema ketunggalan titik tetap pada