• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1 Universitas Kristen Petra"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 Universitas Kristen Petra

1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Pada periode bulan Oktober 2010 hingga Februari 2011, media massa di Surabaya, seperti Harian Jawa Pos, Surabaya Post, Kompas, dan Surya, ramai memberitakan tentang konflik antara Wali Kota dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Surabaya. Konflik ini dipicu oleh perbedaan pandangan antara Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya dengan DPRD Surabaya terkait dua masalah pokok pemerintahan kota, yakni masalah pembangunan tol tengah kota dan Peraturan Wali Kota (perwali) no 56 dan 57 tentang kenaikan nilai sewa reklame hingga memunculkan rekomendasi pemakzulan (impeachment) terhadap Wali Kota.

Rekomendasi pemakzulan itu bermula ketika Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menerbitkan Perwali no 56 dan 57 tahun 2010 mengenai kenaikan nilai sewa reklame pada tanggal 29 Oktober 2010. Keputusan Risma untuk menerbitkan perwali ini memunculkan reaksi penolakan oleh sejumlah kalangan terutama para pengusaha biro iklan. Seperti yang dikutip dari Jawa Pos edisi 31 Oktober 2010 halaman 30 dengan judul “PURI Protes Tarif Baru Reklame.” Dalam berita ini dijelaskan bahwa PURI (Perhimpunan Usaha Reklame Indonesia) sangat keberatan dengan perwali yang dinilai mendadak tersebut. Selain itu, anggota dewan juga merasa “dilangkahi” oleh Wali Kota, karena menurut mereka, seharusnya Perwali baru bisa diterbitkan setelah dewan memutuskan adanya Peraturan Daerah.

Konflik ini kian berlanjut ketika DPRD Surabaya menggagas hak interpelasi pertama kali pada tanggal 05 November 2010. Dalam Pemberitaan Jawa Pos edisi 06 November 2010, berita yang ditulis dengan judul “DPRD Gagas Interpelasi” ini dimulai dengan kalimat pembuka “kenaikan pajak reklame membuat DPRD Surabaya meradang”. Lead berita yang digunakan Jawa Pos tersebut memperlihatkan konflik antara anggota dewan dengan keputusan Wali Kota yang menaikkan pajak reklame hingga akhirnya DPRD menggunakan hak interpelasi untuk memanggil Wali Kota.

(2)

2 Universitas Kristen Petra

Gambar 1.1. Berita mengenai usulan interpelasi oleh DPRD pertama kali di Harian Jawa Pos edisi 06 November 2010

Konflik antara Wali Kota dengan DPRD Surabaya ini juga digambarkan dengan sangat jelas oleh Harian Surya. Pada edisi hari Kamis, 09 Desember 2010 di halaman 3, Surya memasang judul “Risma Tantang DPRD Sumpah” untuk memberitakan situasi sidang yang sarat emosi tersebut. Surya menulis lead berita yang memposisikan Risma sebagai “korban” dari tindak penghakiman yang dilakukan oleh DPRD.

“Emosi Wali Kota Tri Rismaharini benar-benar diuji pada sidang interpelasi tentang kenaikan pajak reklame di gedung DPRD Surabaya, Rabu (8/12). Bahkan pejabat yang biasa disapa dengan sebutan Risma ini sempat menantang anggota DPRD untuk disumpah, ketika dirinya dituding melakukan konspirasi dalam membuat kebijakan tersebut.”

Sumpah tersebut bermula ketika beberapa anggota dewan berkali-kali menuding Risma melakukan konspirasi dengan pihak tertentu. Anggota Fraksi Partai Demokrat (FPD) sekaligus Ketua Komisi C, Sachiroel Alim,

(3)

3 Universitas Kristen Petra

mempertanyakan dugaan adanya konspirasi besar antara Wali Kota dengan pengusaha reklame besar untuk memonopoli dengan cara menaikkan pajak sewa reklame.

"Mungkinkan ada konspirasi besar dari orang-orang di sekitar Wali Kota dengan pengusaha reklame untuk memonopoli. Di sini saya tidak menuduh Wali Kota, karena menurut saya konspirasi ini dilakukan oleh orang di sekitar Wali Kota, kata Sachirul Alim ( www.kompas.com, 09 Desember 2010).”

Sementara Eddy Budi Prabowo, anggota Fraksi Golkar juga ikut menuding kenaikan nilai sewa reklame tersebut agar pemasang iklan berpromosi pada media cetak dan radio tertentu saja. Menanggapi tudingan itu, Risma menyatakan siap disumpah dengan cara apa saja untuk membuktikan tidak ada konspirasi.

“Mari kita sumpah sama-sama. Demi Allah. Demi Tuhan saya tidak ada konspirasi apapun. Ini saya berikan untuk masyarakat Surabaya,” (Harian Surya, 09 Desember 2010).

Konflik ini kemudian berlanjut ke ranah hukum setelah DPRD Surabaya melaporkan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, ke Polda Jawa Timur dengan tuduhan pencemaran nama baik terkait pernyataannya mengenai DPRD yang tertulis di Harian Kompas edisi 18 Januari 2011. Dalam berita tersebut, Risma memberi pernyataan yang menyinggung anggota DPRD.

”Masak setiap event di DPRD harus ada uang. Saya harus ambil dari mana? Saya tidak mau menggunakan anggaran tidak sesuai dengan prosedur,” kata Risma, yang menyatakan tidak pernah menggunakan sepeser pun dana operasional selama menjabat sebagai Wali Kota (Harian Kompas edisi 18 Januari 2011)

(4)

4 Universitas Kristen Petra

Kemudian pada tanggal 24 Januari 2011, DPRD Surabaya kembali memanggil Wali Kota terkait panggilan Panitia Khusus Hak Angket Perwali 56 dan 57. Dalam sidang hak angket tersebut, Wali Kota kembali beradu argumen dengan DPRD. Hingga akhirnya pada tanggal 31 Januari 2011, DPRD Surabaya secara resmi memberi rekomendasi ke Mahkamah Agung (MA) untuk menonaktifkan Tri Rismaharini sebagai walikota. Jawa Pos memberitakan peristiwa tersebut dengan menjadikannya top headline di section Metropolis pada tanggal 01 Februari 2011.

Jawa Pos memberitakan peristiwa tersebut dengan judul “Dilengser Dewan, Dibela Kemendagri.” Dalam paragraf pembuka, Jawa Pos lebih menonjolkan konflik DPRD Surabaya dengan Wali Kota Tri Rismaharini, dibandingkan akar permasalahan yang menjadi pertimbangan DPRD Surabaya dalam memberi rekomendasi pelengseran Wali Kota. Dalam pemberitaan ini juga, Jawa Pos memasang foto Ketua DPRD Kota Surabaya, Wishnu Wardhana dengan judul caption foto “lawan politik”.

Konflik DPRD Surabaya dengan Wali Kota menjadi menarik untuk diteliti di ranah studi Ilmu Komunikasi, karena dalam kasus konflik ini, pemberitaan Jawa Pos disorot oleh sebagian kalangan karena dianggap tidak berimbang dalam menyajikan fakta. Jawa Pos dinilai terlalu berpihak pada kebijakan Wali Kota, sehingga sebagian kalangan merasa terdapat bias pemberitaan dalam menyajikan fakta ke masyarakat.

Salah satu contohnya dapat terlihat dengan adanya protes masyarakat seperti yang diberitakan oleh portal berita www.surabaya.detik.com pada tanggal 03 Januari 2011, pukul 12:40. Dalam berita yang berjudul “Pendukung Tol Tengah Geruduk Jawa Pos, Minta Pemberitaan Berimbang” tersebut, www.surabaya.detik.com mengunggah berita yang menyebutkan ratusan massa yang terdiri dari sejumlah organisasi masyarakat berorasi di kantor redaksi Jawa Pos, untuk mempersoalkan pemberitaan di Jawa Pos yang dinilai tidak berimbang dalam menyajikan fakta.

“Massa mendesak redaksi Jawa Pos sebagai salah satu media besar di Jawa Timur untuk memberitakan pembangunan tol tengah secara

(5)

5 Universitas Kristen Petra

berimbang atau tidak berpihak ke Walikota Tri Rismaharini yang menolak proyek pemerintah pusat tersebut.”

Dalam peristiwa tersebut, massa menilai bahwa Jawa Pos terlalu menonjolkan dampak negatif dari rencana pembangunan tol tengah kota. Selain itu, massa yang berasal dari Ormas Pemuda Pancasila, Forum Peduli Indonesia (FOPIN), Aliansi Masyarakat Peduli Surabaya, Balai Kajian dan Pemberdayaan Masyarakat serta Forum Komunikasi RT RW Kota Surabaya ini juga merasa jika Jawa Pos tidak menyalurkan suara masyarakat yang mendukung rencana pembangunan tol tengah kota ini.

"Saya yakin Jawa Pos sebagai media besar dan berpengaruh bagi masyarakat mampu memberitakan secara berimbang. Jangan hanya memberitakan yang menolak saja. Kita juga warga Surabaya tapi kita juga mendukung," kata Herman, salah satu koordinator aksi saat orasi di halaman Graha Pena, Jalan Ahmad Yani, Senin (3/1/2011).”

Pada tanggal 19 Januari 2011, sebagian masyarakat yang tergabung dalam 8 elemen masyarakat kembali berorasi di kantor redaksi Jawa Pos.

Gambar 1.2. Berita mengenai demonstrasi di Jawa Pos pada tanggal 03 Januari 2011

(6)

6 Universitas Kristen Petra www.surabaya.detik.com mengunggah peristiwa tersebut pada pukul 12:14 berjudul “Pro Tol Tengah Minta Jawa Pos Ikut Mencegah Terjadinya Konflik Horisontal”. Dalam berita tersebut dijelaskan kekecewaan massa yang terdiri dari Forum Masyarakat (Format), Gabungan Persaudaraan Poetra Madura (Gappora), Forum Lintas Rekanan Pengadaan Barang dan Jasa Konstruksi (Forjasi), Ikatan Pemuda Madura Indonesia (IPMI), Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara (LPKAN), Ikatan Mahasiswa Madura Indonesia (IMMA), Gerakan Masyarakat Peduli Anti Korupsi (Gempar), DPW LSM Lasykar Ababil Indonesia, yang kembali meminta Jawa Pos untuk ikut mencegah terjadinya konflik horisontal.

"Kami meminta agar Jawa Pos memberitakan hal-hal yang positif demi keamanan dan kenyamanan Kota Surabaya saja," kata Korlap aksi, Sugiarto, Rabu (19/1/2011). Sugiarto tak mengabaikan apabila Jawa Pos sebagai media cetak tersebut memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar bagi masa depan kota.” (www.surabaya.detik.com)

Dalam berita tersebut www.surabaya.detik.com juga mencatat keluhan Korlap aksi, Sugiarto, yang merasa tidak nyaman dengan pemberitaan Jawa Pos yang menurutnya mengandung unsur SARA pada edisi 13 Januari 2011 berjudul “Pansus Mengaku Diteror” lalu. Sugiarto mencontohkan, pemberitaan yang negatif seperti ancaman pembunuhan terhadap politisi Partai Golkar Adies Kadir melalui SMS yang melibatkan suku tertentu. Pemberitaan tersebut, menurutnya, sangat berpotensi menggiring ke isu SARA.

“Kita khawatir muncul konflik horisontal, dan bila terjadi, masyarakatlah yang jadi korban,” kata Sugiarto.

Dalam pertemuan itu juga, massa juga meminta Jawa Pos untuk menekankan prinsip keberimbangan dalam penyajian berita seputar tol tengah serta ikut mendorong terciptanya proses komunikasi dan dialog antara eksekutif dan legislatif dalam penyelesaian tol tengah yang saat ini menjadi polemik.

(7)

7 Universitas Kristen Petra

Menanggapi pernyataan para demonstran, www.surabaya.detik.com dalam berita tersebut mengunggah pernyataan Leak Koestiya sebagai Pemimpin Redaksi Jawa Pos, yang menjelaskan bagaimana mekanisme redaksi Jawa Pos dalam menyajikan berita, termasuk tol tengah.

“Leak menjelaskan bahwa apa yang diberitakan Jawa Pos, selalu menjunjung keberimbangan dan berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Leak juga menyampaikan komitmennya untuk mendukung terciptanya dialog bagi pihak yang berseberangan dalam menyikapi rencana pembangunan tol tengah.”

Seperti yang dijelaskan oleh Eriyanto (2007) dalam bukunya berjudul “Analisis Framing: Konstruksi, ideologi, dan politik media”, bahwa media bukanlah seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya, cermin dari realitas. Media seperti kita lihat, justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas. Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui realitas (peristiwa, aktor, kelompok) dibingkai media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu. Bagaimana media memahami dan memaknai realitas, dan dengan cara apa realitas itu ditandakan, hal inilah yang menjadi pusat perhatian dari analisis framing (p.2-3).

Demonstrasi yang dilakukan oleh sebagian warga Surabaya terkait pemberitaan Jawa Pos yang dirasa terlalu menonjolkan penolakan tol tengah kota bisa mengindikasikan bahwa Jawa Pos memiliki bingkai tertentu dalam mengkonstruksi berita mengenai kebijakan Wali Kota. Terlebih lagi jika melihat relasi antara Jawa Pos dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang terjalin sejak tahun 2006.

(8)

8 Universitas Kristen Petra

Relasi tersebut terbangun melalui event Surabaya Green and Clean yang dikoordinir langsung oleh Tri Rismaharini yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Bappeko Surabaya. Pelaksanaan acara yang dinilai sukses semakin mendekatkan Jawa Pos dengan Tri Rismaharini hingga pada tahun 2007, Tri Rismaharini dinobatkan sebagai “Person of The Year” oleh harian Jawa Pos.

Gambar 1.3 Penobatan Tri Rismaharini sebagai “Person Of The Year” tahun 2007 oleh Harian Jawa Pos

Namun fakta dan relasi tersebut hanyalah sebuah gejala yang menilai bahwa Jawa Pos memiliki kepentingan untuk mengkonstruksi berita, tanpa adanya penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa Jawa Pos memang memiliki kepentingan dalam membingkai kebijakan yang dikeluarkan oleh Wali Kota.

Dengan demikian, peneliti ingin meneliti pemberitaan Jawa Pos mengenai Wali Kota Surabaya dengan DPRD Surabaya dengan menggunakan pendekatan kualitatif metode analisis bingkai yang bertujuan untuk mengetahui cara Jawa Pos membingkai konflik antara Wali Kota dengan DPRD Surabaya. Meski memiliki objek pemberitaan yang sama, namun pemberitaan yang muncul di media pastilah berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan pemberitaan yang dibawa oleh media tersebut. Kebijakan tersebut diterjemahkan dalam arah penulisan berita, ukuran dan ketebalan huruf pada judul berita, penempatan berita,

(9)

9 Universitas Kristen Petra angle foto, hingga grafis yang digunakan untuk mendukung aspek yang ingin ditonjolkan pada pemberitaan tersebut.

Metode analisis framing dipilih untuk mengetahui bagaimana arah pemberitaan sebuah media massa. Karena untuk melihat arah pemberitaan sebuah media massa, pertama kali yang harus diperhatikan adalah cara bagaimana seorang wartawan dapat melihat, memilih, dan menuliskan berita. Tentu saja, wartawan tersebut akan menuliskan berita sesuai dengan ideologi atau arah kebijakan pemberitaan yang ada dalam media massa tersebut. Hingga akhirnya dapat ditemukan fakta mana yang ditonjolkan atau fakta mana yang dikaburkan, dan opini apa yang hendak dibentuk oleh media tersebut.

Model analisis framing menurut Zhong Dang Pan dan Gerald M. Kosicki (1993) digunakan peneliti untuk menemukan bingkai pemberitaan konflik antara Tri Rismaharini dengan DPRD Surabaya di Harian Jawa Pos. Model analisis Pan dan Kosicki dipilih karena model ini menempatkan framing dalam konteks sosial politik (Eriyanto, 2002, 252). “Framing sangat sensitif terhadap pemakaian bahasa tertentu, melalui mana seorang politisi menggunakan sejumlah langkah dan strategi tertentu dalam mengemas suatu pesan. Pernyataan dari pembuat kebijakan, isi media, adalah bagian dari proses besar sistem politik. Pilihan kata-kata tertentu yang dipakai dan akhirnya diliput oleh media tidaklah dipahami sebagai pilihan yang netral, karena kata-kata itu sudah dikemas sedemikian rupa untuk memenangkan dukungan publik”.

Eriyanto (2007) juga mengemukakan bahwa analisis framing memusatkan perhatian terutama pada studi secara sistimatis bahasa politik. Hal ini yang menjadi perbedaan dengan dua model analisis framing lainnya, yakni pada model analisis framing Entman dan Edelman, di mana dalam model analisis framing miliknya tidak terdapat unsur retoris, sedangkan dalam model Gamson dan Mondigliani yang banyak ditekankan adalah penandaan dalam bentuk simbolik, baik lewat kiasan maupun retorika yang secara tidak langsung mengarahkan perhatian khalayak (p.288).

Jawa Pos dipilih sebagai subjek penelitian karena diasumsikan memiliki kepentingan dalam mendukung kebijakan Wali Kota yang dapat terlihat dari demonstrasi oleh sejumlah kalangan tersebut. Selama periode peristiwa itu, Jawa

(10)

10 Universitas Kristen Petra

Pos telah didemo sebanyak dua kali, seperti yang diberitakan oleh www.surabaya.detik.com pada tanggal 03 Januari 2011 dan 19 Januari 2011. Para demonstran yang tergabung dalam sejumlah organisasi masyarakat menilai bahwa berita yang disajikan oleh Jawa Pos tidak berimbang.

Di sisi lain, Leak Koestiya sebagai Pemimpin Redaksi Jawa Pos beranggapan bahwa Jawa Pos selalu menjunjung keberimbangan dan berdasarkan fakta-fakta di lapangan. Penelitian ini ditujukan untuk melihat bagaimana Jawa Pos mengkonstruksi aktor politik yang sedang berseteru, yakni Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya, dan Wishnu Wardhana sebagai Ketua DPRD Surabaya yang juga mewakili lembaga DPRD Surabaya.

Peristiwa konflik Wali Kota dengan DPRD Surabaya ini sudah terasa sejak dilantiknya Risma sebagai Wali Kota pada 29 September 2010 lalu. Konflik Wali Kota dengan DPRD Surabaya hingga memunculkan rekomendasi pemakzulan merupakan sebuah rangkaian “drama” konflik dimulai dari penolakan Wali Kota terhadap rencana pembangunan tol tengah kota, yang sebenarnya telah disepakati sejak tahun 1996 dan sudah tertulis di anggaran belanja negara, provinsi, dan kota.

Konflik ini kemudian berlanjut dengan munculnya Perwali No 56 dan 57 Tahun 2010 mengenai kenaikan nilai sewa reklame. Dalam perwali tersebut, Risma menaikkan nilai sewa reklame hingga mencapai 900 persen. Hal ini membuat anggota DPRD geram hingga memunculkan rekomendasi pemakzulan Wali Kota pada 31 Januari 2011. Aktor politik dan peristiwa konflik antara Wali Kota dengan DPRD menjadi hal yang sangat menarik, karena melibatkan dua lembaga tertinggi dalam masyarakat, yaitu lembaga eksekutif dan legislatif.

Media massa dengan ideologinya masing-masing akan mengkonstruksi konflik tersebut untuk mengarahkan opini pembaca dalam menyikapi peristiwa ini. Bias pemberitaan oleh karena ideologi media tertentu menjadi penting untuk diteliti karena bisa memanipulasi pembaca dengan konstruksi berita tertentu yang hanya menyajikan sebagian fakta. Hal ini tentu bisa menjadi arena provokasi ke masyarakat yang dilakukan oleh media, jika media massa, khususnya media cetak, terus keluar dari idealisme pemberitaan dan tercampuri oleh kepentingan-kepentingan yang menjadikan berita tidak lagi sesuai dengan fakta

(11)

11 Universitas Kristen Petra

Selama tanggal 09 Desember 2010 hingga 01 Februari 2011 (satu hari setelah Tri Rismaharini menjalani sidang interpelasi hingga DPRD resmi memberi rekomendasi pemakzulan), peneliti akan mengambil satu contoh berita untuk di analisis melalui metode analisis framing atau analisis bingkai. Berita tersebut adalah berita mengenai hasil keputusan sidang interpelasi berjudul “Pemilik Reklame Besar Bersorak” yang ditulis Jawa Pos di edisi Kamis, 09 Desember 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, permasalahan yang ingin diangkat oleh peneliti adalah:

• Bagaimana bingkai berita konflik Wali Kota Surabaya dengan DPRD Surabaya dalam Sidang Interpelasi Perwali No. 56 dan 57 Tahun 2010 di Harian Jawa Pos?

1.3 Tujuan Penelitian

Peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui konstruksi Harian Jawa Pos dalam memberitakan konflik Wali Kota dengan DPRD Surabaya selama tanggal 09 Desember 2010 hingga 01 Februari 2011.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif sumber pengetahuan dan masukan bagi penelitian komunikasi yang berkaitan dengan analisis media yang menggunakan analisis framing.

(12)

12 Universitas Kristen Petra

1.4.2 Manfaat Praktis

Peneliti berharap hasil penelitian ini mempunyai manfaat praktis bagi para pelaku media. Penelitian ini diharapkan bisa memiliki peran kontrol terhadap pemberitaan media massa. Meskipun subjektivitas dalam media massa adalah sebuah hal yang wajar dan tidak bisa dihindari, namun media sebagai kontrol sosial hendaknya tetap menjaga idealisme pemberitaan.

1.5 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode analisis framing terhadap Harian Jawa Pos. Peneliti memilih Harian Jawa Pos sebagai subjek penelitian karena selama periode peristiwa konflik antara Wali Kota dengan DPRD Surabaya, hanya Jawa Pos, media massa yang pemberitaannya dipermasalahkan oleh sebagian masyarakat Surabaya seperti yang terlihat dalam berita yang diunggah oleh portal berita www.surabaya.detik.com pada tanggal 03 Januari 2011 dan 19 Januari 2011 lalu.

Unit analisis yang akan diteliti meliputi teks dan gambar yang menjadi berita di surat kabar Jawa Pos, terhitung sejak tanggal 09 Desember 2010 (sehari setelah Tri Rismaharini menjalani sidang interpelasi) hingga tanggal 01 Februari 2011 (Sehari setelah DPRD Surabaya resmi merekomendasikan pemakzulan).

Berita yang dipilih untuk dianalisis framing menggunakan model Pan dan Kosicki adalah berita mengenai hasil keputusan sidang interpelasi yang diberitakan oleh Jawa Pos pada edisi Kamis tanggal 09 Desember 2010 dengan judul “Pemilik Reklame Besar Bersorak”.

Pemilihan berita pada tanggal 09 Desember 2010 mengenai hasil keputusan sidang interpelasi dipilih karena merupakan sidang pertama yang dijalani Wali Kota setelah DPRD menggagas hak interpelasi. Sidang ini juga mempertemukan Wali Kota dengan DPRD Surabaya untuk pertama kalinya setelah ada konflik di antara mereka. Sehingga melalui peristiwa ini peneliti dapat melihat bingkai awal media dalam mengkonstruksi konflik ini.

(13)

13 Universitas Kristen Petra

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan

Pada bab ini peneliti menyampaikan latar belakang pemilihan topik penelitian, rumusan masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, serta batasan penelitian yang akan dilakukan peneliti.

Bab II. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini peneliti mengemukakan teori yang menjadi dasar dalam penelitian. Dalam penjabaran teori, peneliti menjelaskan mengenai pendekatan teori yang hendak dipakai oleh peneliti dalam penelitiannya. Peneliti juga menjelaskan teori konstruksi sosial, proses produksi berita, analisis framing, serta ideologi dan media massa.

Bab III. Metode Penelitian

Pada bab ini, peneliti menjabarkan definisi konseptual dari penelitian yang dilakukan. Selanjutnya dalam bab ini pula, peneliti menjelaskan jenis penelitian yang akan dilakukan, sumber data yang akan digunakan, metode pengumpulan data, dan juga teknik analisis data yang akan dipakai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini.

Bab IV. Analisis Data

Bab ini berisi data-data yang dikumpulkan peneliti dengan menggunakan metode pengumpulan data primer maupun sekunder yang telah ditentukan peneliti dan mengenai pembahasan masalah penelitian dengan menerapkan teori-teori yang digunakan atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.

(14)

14 Universitas Kristen Petra

Bab V. Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan masalah penelitian yang telah diteliti dan saran dari peneliti terhadap permasalahan yang diangkat.

Gambar

Gambar 1.1. Berita mengenai usulan interpelasi oleh DPRD pertama kali   di Harian Jawa Pos edisi 06 November 2010
Gambar 1.2. Berita mengenai demonstrasi di Jawa Pos pada tanggal   03 Januari 2011
Gambar 1.3 Penobatan Tri Rismaharini sebagai “Person Of The Year”

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul “ Efek Hambat Berbagai Macam Obat Kumur terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans” ,

Tes morfologi untuk membedakan C.albicans yang patogen dari spesies yang lainnya yaitu dengan uji GTT, setelah diinikubasi menggunakan serum selama 90 menit pada suhu 37

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Kualitas

dengan mempelajari materi tersebut tujuan yang telah dirumuskan dalam. modul

Analisis Optimum Bitumen Content dan Suhu Pemadatan Pada Campuran Split Mastic Asphalt (SMA) dengan Limbah Plastik High Denstity Poly Ethylene (HDPE) Sebagai Pengganti

belakang di atas penulis ingin mengetahui apakan pola asuh orang tua yang diberikan kepada anak dapat mempengaruhi perkembangan aqidah bagi anak,.. maka penelitian ini penulis

Penelitian ini akan berfokus pada deteksi instrusi, yang secara teknis adalah mendeteksi gerakan baik untuk pagar pembatas perumahan atau RW maupun di teras/halaman rumah..

House ( 1982) dalam Smet (1994:136) juga mengatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari 4 aspek yaitu: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informatif dan