3
literatur dan literatur internet), survei dan dokumentasi lapangan, survei melalui media sosial, serta wawancara dengan pemilik Dapoer Roti Bakar. Berbagai literatur digunakan sebagai referensi materi perancangan.
2.1.1 Sumber Data 2.1.1.1 Artikel
• http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_bread • http://rotibakarindonesia.com/
2.1.1.2 Data Visual
• Designing Brand Identity – Alina Wheeler • The Brand Gap – Marty Neumeier
• What is Packaging Design? – Giles Calver • Principles of form and design – Wucius Wong • Color Design – Adam Marioka & Terry Stone • Tipografi dalam desain grafis – Danton Sihombing • Hurufontipografi – Surianto Rustan
2.1.1.3 Narasumber
Dhelanto, dengan pertimbangan bahwa banyak usaha roti bakar yang ramai dikunjungi oleh pelanggan. Dari hal tersebut membuktikan bahwa pasar untuk bisnis roti bakar sangat baik dan berkembang. Dalam menjalani bisnis roti bakar ini, banyak perubahan maupun kendala seperti memperbaiki mutu, rasa, penampilan, dan pemilihan lokasi yang akan dijadikan sebagai outlet roti bakar. Untuk mengatasi permasalahan, kakak beradik tersebut melakukan banyak survey ke beberapa roti bakar yang terkenal di Jakarta, Bandung, dan Medan. Pada tahun 2012 melakukan survey selama 10 hari di Negara tetangga yakni Singapura dan Hongkong. Kegiatannya adalah mengunjungi seluruh kopitiam dan penjual roti bakar yang ada disana untuk mempelajari kelebihan dan kekurangan para pebisnis roti bakar dan kopi di singapura sehingga menjadi bekal memajukan gerai Warung Papa Roti.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 2013, nama Warung Papa Roti diubah menjadi Dapoer Roti Bakar dengan tujuan untuk lebih memperjelas produk yang dijual, lebih fokus unutk pengembangan roti bakar dan dapat dijadikan sebagai wisata kuliner oleh para konsumen. Untuk lokasi, Dapoer Roti Bakar akan fokus terlebih dahulu di Jakarta Selatan dan untuk sementara waktu daerah Jakarta Barat dan Jakarta Utara tidak difokuskan. Pada tahun 2013, Dapoer Roti Bakar membuka gerai di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Selain itu, pada tahun 2013, ayah dari kakak beradik ini yakni Dhenny Dhelanto mulai membantu untuk mengembangkan bisnis Dapoer Roti Bakar. Pengembangan yang dilakukan yakni dari segi penampilan produk, rasa, dan nama produk diganti dengan konsep yang lebih kreatif untuk menarik para konsumen. Perubahan mendasar yang
a. Visi:
Menyediakan gerai Dapoer Roti Bakar dengan cita rasa nikmat, enak, sensasional dan unik secara nasional.
b. Misi:
• Menyediakan roti bakar dan kudapan lainnya : - Secara home made.
- Resep turun temurun.
- Mempunyai rasa yang enak dan teruji.
• Dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia sebagai wisata kuliner.
• Dapat memberikan manfaat dan keuntungan yang maksimal untuk : - Pelanggan - Mitra kerja - Lingkungan sekeliling - Pemilik - Karyawan
Gambar 2.1 Logo Dapoer Roti Bakar Sumber: Dapoer Roti Bakar
2.1.2.4 Jenis Produk Roti Bakar
Gambar 2.2 Roti Bakar Belgia Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.3 Roti Bakar Spesial Durian Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.4 Roti Bakar Tuna Samudera Pasifik Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.5 Roti Bakar Selimut Hijau Niagara Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.6 Roti Bakar Niagara Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.7 Roti Bakar Amerika Selimut Hijau Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.8 Roti Bakar Selimut Hijau Sumber: Dapoer Roti Bakar
Pisang Bakar
Gambar 2.9 Pisang Bakar Niagara Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.10 Pisang Bakar Belgia Sapi Bahagia Sumber: Dapoer Roti Bakar
Minuman
Gambar 2.11 Kopi Gayo/ Toraja/ Sidikalang Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.12 Fresh Milk Green Tea Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.13 Fresh Milk Strawberry Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.14 Green Tea Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.15 Fresh Orange Juice Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.16 Milo Dinosaurus Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.17 Fresh Milk Black and White Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.18 Fresh Avocado Juice Sumber: Dapoer Roti Bakar
Suasana Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.19 Gerai Dapoer Roti Bakar di Pasar Minggu Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.20 Gerai Dapoer Roti Bakar di Summarecon Digital Center Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.21 Kemasan makanan untuk take away Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.22 Kemasan minuman panas dan dingin take away Sumber: Dapoer Roti Bakar
Seragam Pegawai & Other Collaterals
Gambar 2.23 Seragam Pegawai Dapoer Roti Bakar Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.24 Menu Makanan Dapoer Roti Bakar Sumber: Dapoer Roti Bakar
Gambar 2.25 Signage logo dan Menu Display Sumber: Dapoer Roti Bakar
tahun 2011, saya mulai berpikir untuk membuka usaha kecil-kecilan untuk mengisi waktu liburan sebelum masuk perkuliahan. Dibantu kakak saya Ryan, saya mulai mencari peluang bisnis apa yang bisa berkembang pesat saat itu. Setelah mencari tahu dan bertanya-tanya, saya memustuskan untuk membuat warung roti bakar yang pada saat itu namanya adalah Warung Papa Roti. Pada saat itu saya tidak terlalu memperhatikan nama maupun logo untuk usaha saya. Warung pertama yang saya buka terletak di dekat Universitas Tarumanegara karena target konsumen saya adalah kaum remaja yang suka kumpul bersana teman-teman. Baru tahun 2013 Warung Roti Bakar diganti menjadi Dapoer Roti Bakar karena menurut pertimbangan saya dan kakak saya, Dapoer Roti Bakar bisa lebih mewakili produk kami. Pada Tahun 2013 walaupun hanya terletak di tempat yang sederhana di pasar minggu, Dapoer Roti Bakar bisa membuka cabang lain di BSD dan sekarang juga buka di Kuningan City dan kota jogja.”
“Apa konsep dari Dapoer Roti Bakar?”
“Sebenarnya konsep yang saya mau tekankan adalah peternakan. Karena itu logonya sapi, selain itu saya mengambil konsep peternakan juga karena bahan-bahan yang saya pakai didalam roti bakar itu sendiri banyak yang berasal dari peternakan seperti susu dsb. Peternakan juga identik dengan alam. Untuk konsep dari menu roti bakarnya juga unik, karena kita memakai nama-nama Negara-negara lain. Contohnya Roti Bakar Belgia itu roti yang toppingnya selai coklat, diberi nama belgia karena Negara Belgia itu merupakan penghasil coklat terbaik di dunia. Saya juga memakai Negara lain yang menghasilkan sesuatu yang terbaik.“
minuman yang selalu fresh dan natural dengan bahan yang segar setiap harinya. Saya, kakak saya dan sekarang dibantu ayah saya selalu mengkontrol keadaan di outlet-outlet Dapoer Roti Bakar supaya kualitasnya tetap terjaga. Dengan begitu Dapoer Roti Bakar bisa bertahan selama ini dan mudah-mudahan bisa terus membuak cabang baru dengan kualitas yang tetap prima. Perlu diakui promosi yang kami telah lakukan belum terlalu berhasil. Contohnya website kami yang belum terlalu diperhatikan dan menurut saya media sosial sangat mendukung didalam industri makanan seperti ini. Instagram saja bisa membuat tempat kecil menjadi terkenal, dari situlah saya harus mulai mempelajarinya karena target saya kan kalangan remaja. Supaya lebih sukses lagi, Dapoer Roti Bakar perlu media promosi yang lebih modern juga.”
“Bapak ingin Dapoer Roti Bakar seperti apa kedepannya?” “Saya sebagai pengusaha sudah pasti ingin membuka terus cabang-cabang baru bahkan hingga keluar negeri. Produk Indonesia pun bisa bersaing dengan produk luar negeri sama halnya dengan makanannya. Tidak hanya suskses di Negara sendiri tapi juga bisa melebarkan sayap ke Luar negeri, minimal di asia tenggara.”
2.1.4 Khalayak Sasaran 2.1.4.1 Target Primer
2.1.4.1.1 Demografi
Gender : Pria - Wanita
Usia : 20 - 30 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Pelajar, Mahasiswa, Karyawan Kelas sosial : A-B
2.1.4.1.3 Psikografi
- Mahasiswa yang gemar nongkrong - Berani mencoba inovasi baru - Mengendarai mobil/motor
2.1.4.2 Target Sekunder 2.1.4.2.1 Demografi
Gender : Pria - Wanita
Usia : 30 - 40 tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswastawan, karyawan Kelas sosial : A-B
2.1.4.2.2 Geografi
Segmentasi Geografis dari Dapoer Roti Bakar adalah para konsumen yang tinggal di tengah kota, berada di pusat keramaian, dekat perkantoran, dekat kampus, dan di jalan raya utama sehingga lokasi tersebut menjadi syarat-syarat untuk membuka Gerai Dapoer Roti Bakar.
2.1.4.2.3 Psikografi
- Karyawan/ wiraswastawan yang bertemu dengan koleganya - Berani mencoba inovasi baru
Gambar 2.28 Grafik hasil survey Dapoer Roti Bakar
2.1.6 Kompetitor
Kompetitor dari Dapoer Roti Bakar adalah Roti Bakar 88 dan Roti Bakar Eddy.
Gambar 2.29 Logo Roppan
Gambar 2.31 Logo Roti Bakar Eddy
Sumber: Roti Bakar Eddy
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Landasan Teori
Berikut ini adalah beberapa landasan teori yang menunjang prinsip-prinsip desainnya:
2.2.1.1 Teori Branding
Apa itu Branding? Branding menurut Wheeler (2013: 6) adalah sebuah proses disiplin yang digunakan untuk membangun kesadaran dan memperluas loyalitas pelanggan. Branding adalah tentang bagaimana menarik dan melihat setiap kesempatan serta untuk menjelaskan mengapa seseorang harus memilih satu merk diantara merk lainnya. Untuk lebih jelasnya lagi, branding adalah sebuah hubungan emosional yang bisa membuat konsumen jatuh cinta dengan suatu brand, sehingga para konsumen yakin, menimbulkan suatu loyalitas, membelinya, dan percaya akan kualitasnya.
Brand itu adalah gut feeling atau perasaan emosional seseorang akan sebuah produk, servis, atau organisasi. Kenapa branding sangat penting?
a. Para audience memiliki terlalu banyak pilihan tetapi hanya memiliki sedikit waktu
b. Rata-rata produk yang ditawarkan memiliki kualitas dan fitur yang tidak berbeda jauh
c. Pada akhirnya kita memilih produk atau membelinya berdasarkan keyakinan akan produk tersebut
Gambar 2.32 Rumus branding Marty Neumeier
Dari semua teori tersebut penulis dapat melihat bahwa Dapoer Roti Bakar adalah sebuah brand yang sudah cukup dikenal kliennya. Kualitas yang diberikan oleh Dapoer Roti Bakar membuatnya menjadi salah satu industry makanan yang cukup dikenal baik oleh sebagian kalangan maupun bagi kompetitornya. Namun untuk menjadi lebih suskses lagi, dibutuhkan brand yang lebih kuat apalagi dengan semakin ketatnya persaingan industri makanan di Indonesia saat ini khususnya di Jakarta.
2.2.1.2 Teori Packaging
Menurut Wheeler (2013: 180) kemasan adalah brand yang dipercaya oleh konsumen untuk dibawa pulang. Rak di pertokoan
Packaging Dynamics sangat penting karena mereka merefleksikan kebutuhan dasar konsumen. Mereka akan tetap datar karena kebutuhan konsumen yang juga tetap datar. Dihadapkan pada jajaran produk untuk dipilih, konsumen antara memilih kembali produk yang sebelumnya dibeli atau terpengaruh karena promosi secara visualnya, aktifitas promosi, ataupun desain kemasannya. Dalam konteks ini, pembedaan produk sangat penting dan segala solusi desain kemasan harus memudahkan konsumen untuk memilih produknya.
Packaging menurut Neumeier (2003: 103) dalam bukunya The Brand Gap, kemasan adalah cara terbaik dan terakhir untuk melakukan penjualan. Pekerjaan tersulit dalam mendesain kemasan adalah, sebuah kemasan harus bisa membuat konsumen untuk:
1. Mengenali kemasannya 2. Bertanya “Apa itu?”
3. Bertanya “Kenapa saya harus peduli?” 4. Mau dipengaruhi oleh produknya 5. Membuktikan produknya (membeli)
Berdasarkan teori-teori diatas, kemasan Dapoer Roti Bakar tidak menerapkan semuanya. Padahal kemasan juga memegang poin penting dalam melakukan suatu penjualan. Maka perlu perancangan ulang pada kemasan yang selama ini dipakai Dapoer Roti Bakar guna menarik lebih banyak lagi konsumen.
bentuk abstraksi. Dan selama form itu masih bisa dikenali maka form itu bisa disebut representational form.
Natural Forms
Form yang berasal dari alam seperti organisme dan benda yang benar-benar ada di bumi, samudera, atau langit.
Man-made Forms
Form yang merupakan representasi dari apa yang manusia telah buat baik lingkungan maupun benda.
Verbal Forms
Bahasa tertulis mengandung karakter, huruf, kata dan angka yang membuat komunikasi visual terarah dan tepat. Semua elemen dalam penulisan itu disebut verbal forms.
Abstract Forms
Jarang dari abstract forms yang bisa dikenali bentuknya. Bisa mengartikan sesuatu tapi bisa juga sebaliknya. Bentuk itu juga bisa dihasilkan dari banyak transformasi bentuk seperti dipermudah atau diperumit dari form awalnya.
Dari teori form diatas, logo Dapoer Roti Bakar menggunakan representational forms dan abstract forms. Karena bentuknya berupa sapi yang dijadikan kartun.
2.2.1.4 Teori Tipografi
Pengertian tipografi menurut Sihombing (2001: 2), tipografi dalam desain grafis adalah rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat yang dapat dipelajari dalam sebuah disiplin seni, bukan saja dapat memberikan makna yang mengacu pada sebuah objek ataupun gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan suatu
b. Persepsi Visual
Menciptakan sebuah kesatuan visual yang mudah dipahami oleh penglihat yang berhubungan dengan ruang negatif dan positif dalam sebuah pola.
c. Focal Point
Sebuah proses penataan yang dapat membantu penglihat untuk menarik perhatiannya melalui penekanan. Penekanan itu disebut focal point.
d. Grid Systems
Perangkat untuk mempermudah menciptakan komposisi visual. Grid systems membantu desainer untuk membuat sitematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. e. Alignment
Proses penataan baris yang memiliki peran penting sebagai penunjang legibility serta estetika dari sebuah rancangan.
Menurut Surianto Rustan dalam bukunya hurufontipografi, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan huruf adalah:
a. Legibility dan Readability
Legibility berhubungan dengan kemudahan mengenali dan membedakan masing-masing huruf/karakter.
Readability berhubungan dengan tingkat keterbacaan suatu teks. Teks yang readable berarti keseluruhannya mudah dibaca.
Pada logo Dapoer Roti Bakar menggunakan font dekoratif yang tingkat keterbacaannya rendah dan tidak menarik. Akan lebih baik jika menggunakan font yang lebih sederhana tapi juga menarik
2.2.1.5 Teori Warna
Morioka dan Stone (2006: 16) mengatakan bahwa teori warna adalah prinsip yang dapat digunakan untuk membuat kombinasi warna yang harmonis. Ide-ide tersebut direpresentasikan dalam berbagai diagram color wheel, segitiga, dan grafik yang membantu para desainer untuk mengerti tentang relasi antar warna dan mengkolaborasikan warna secara tepat. Warna yang dipilih harus menarik perhatian, sebagaimana warna merupakan bahasa visual. Seorang designer bisa menggunakannnya untuk menarik perhatian mata yang melihat dan memfokuskan perhatian kepada pesan yang ingin diberikan kepada klien. Pada logo Dapoer Roti Bakar, warna yang dipakai sudah cukup menarik dan cocok dengan bidang yang digeluti yaitu industri makanan tapi dengan target yang dituju kurang cocok karena karakteristik warna yang terlalu playful.
2.2.2 SWOT
Berikut adalah SWOT Dapoer Roti Bakar: 2.2.2.1 Strength:
a. Telah berpengalaman selama 3 tahun ( konsep usaha yang matang ) dari segi :
1. Orientasi 2. Pengembangan 3. Proses pematangan
2.2.2.2 Weakness:
a. Logo yang tidak konsisten dalam pengaplikasiannya.
b. Logo yang kurang menarik bagi kalangan anak muda sekarang. c. Packaging yang tidak menarik.
2.2.2.3 Opportunity:
a. Roti bakar digemari dan dibutuhkan masyarakat Indonesia. b. Tidak bersifat musiman.
c. Kebutuhan akan tempat nongkrong semakin tinggi.
d. Banyak mall atau tempat ramai untuk membuka cabang baru. 2.2.2.4 Threat:
a. Dapat ditiru oleh kompetitor dari segi desain makanan.
b. Banyak jenis makanan lain selain roti bakar yang tidak kalah menariknya.